METODE
METODE PAVPAVEMEM ENT CENT CONDITIONDITI ON INDEXON INDEX (PCI)(PCI) (STUDI KASUS: JALAN SOEKARNO HATTA, DUMAI 05+000-10+000) (STUDI KASUS: JALAN SOEKARNO HATTA, DUMAI 05+000-10+000)
Amin Khairi
Amin Khairi11, Muhammad Idham, ST.,M.Sc., Muhammad Idham, ST.,M.Sc.22, Hamdani Saleh, S.ST., Hamdani Saleh, S.ST.33
Mahasiswa Program Studi D3 Mahasiswa Program Studi D311
Dosen Jurusan Teknik Sipil Dosen Jurusan Teknik Sipil2,32,3
Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bengkalis Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bengkalis1,2,31,2,3 Email: Amin_civilkhairi@yahoo.co.id
Email: Amin_civilkhairi@yahoo.co.id11, Idham@polbeng.ac.id, Idham@polbeng.ac.id22, hamdanisaleh@yahoo.com, hamdanisaleh@yahoo.com33
ABSTRAK ABSTRAK
Kinerja Perkerasan merupakan kondisi perkerasan yang dapat memberikan pelayanan kepada pemakai jalan Kinerja Perkerasan merupakan kondisi perkerasan yang dapat memberikan pelayanan kepada pemakai jalan selama kurun waktu perencanaan tertentu.
selama kurun waktu perencanaan tertentu.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis kerusakan jalan dan nilai kondisi perkerasan jalan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis kerusakan jalan dan nilai kondisi perkerasan jalan sehingga dapat menentukan cara perbaikannya. Penelitian evaluasi kerusakan jalan pada tugas akhir ini dilakukan sehingga dapat menentukan cara perbaikannya. Penelitian evaluasi kerusakan jalan pada tugas akhir ini dilakukan melalui survey visual, yaitu dengan mengukur panjang, lebar, dalam serta luasan dari tiap kerusakan yang terjadi. melalui survey visual, yaitu dengan mengukur panjang, lebar, dalam serta luasan dari tiap kerusakan yang terjadi. Setelah data-data di atas diperoleh, maka untuk analisa pengambilan keputusan digunakan metode
Setelah data-data di atas diperoleh, maka untuk analisa pengambilan keputusan digunakan metode Pavement Pavement Condition Index
Condition Index (PCI). (PCI).
Hasil yang didapat dari analisis data pada kerusakan jalan Soekarno Hatta (Dumai), mempunyai nilai PCI yaitu Hasil yang didapat dari analisis data pada kerusakan jalan Soekarno Hatta (Dumai), mempunyai nilai PCI yaitu 24,07 dengan kondisi
24,07 dengan kondisi Very Poor Very Poor (Sangat Jelek) berdasarkan (Sangat Jelek) berdasarkan ratting ratting kondisi perkerasan kondisi perkerasan Pavement Pavement Condition Condition IndexIndex
(PCI). (PCI).
Kata Kunci: Jenis dan Tingkat Kerusakan Jalan,
Kata Kunci: Jenis dan Tingkat Kerusakan Jalan,PavePavemement nt Condition Condition II ndendex x (PCI). (PCI). I. PENDAHULUAN
I. PENDAHULUAN
Kerusakan jalan yang terjadi di Kota Kerusakan jalan yang terjadi di Kota Dumai merupakan salah satu permasalahan Dumai merupakan salah satu permasalahan yang tak kunjung hentinya sehingga yang tak kunjung hentinya sehingga mengalami kerugian bagi para pengguna mengalami kerugian bagi para pengguna jalan.
jalan. Kerusakan Kerusakan jalan jalan juga juga mengakibatkanmengakibatkan terjadinya kecelakaan, kemacetan dan tidak terjadinya kecelakaan, kemacetan dan tidak ketidaknyamanan bagi pengguna jalan. ketidaknyamanan bagi pengguna jalan. Secara umum penyebab kerusakan jalan ada Secara umum penyebab kerusakan jalan ada berbagai
berbagai sebab sebab yakni yakni karena karena perencanaanperencanaan perkerasan,
perkerasan, perencanaan perencanaan campuran,campuran, pemilihan bahan
pemilihan bahan yang kurang baik yang kurang baik dan bebandan beban lalu lintas yang berlebihan (
lalu lintas yang berlebihan (over load over load ), serta), serta mutu
mutu jalan jalan yang yang tidak tidak sesuai sesuai dengandengan perencanaan.
perencanaan. Perbaikan Perbaikan yang yang dilakukandilakukan dengan cara menambal atau menutupnya dengan cara menambal atau menutupnya tanpa dilakukannya suatu penelitian tidak tanpa dilakukannya suatu penelitian tidak mendapatkan hasil yang maksimal.
mendapatkan hasil yang maksimal.
Lapisan pekerasan jalan akan mengalami Lapisan pekerasan jalan akan mengalami penurunan
penurunan tingkat tingkat pelayanan. pelayanan. MenurutMenurut tingkat pelayanan jalan ditandai dengan tingkat pelayanan jalan ditandai dengan adanya kerusakan pada lapisan perkerasan adanya kerusakan pada lapisan perkerasan jalan,
jalan, kerusakan kerusakan yang yang terjadi terjadi juga juga bervariasibervariasi
pada
pada setiap setiap segmen segmen di di sepanjang sepanjang jalan jalan dandan apabila dibiarkan dalam jangka waktu yang apabila dibiarkan dalam jangka waktu yang lama, maka akan dapat memperburuk kondisi lama, maka akan dapat memperburuk kondisi lapisan pekerasan sehingga dapat lapisan pekerasan sehingga dapat mempengaruhi keamanan, kenyamanan dan mempengaruhi keamanan, kenyamanan dan kelancaran dalam berlalu lintas. Metode kelancaran dalam berlalu lintas. Metode
Pavement
Pavement Condition Condition IndexIndex merupakan salahmerupakan salah satu cara untuk mengetahui kondisi satu cara untuk mengetahui kondisi kerusakan jalan, metode ini salah satu solusi kerusakan jalan, metode ini salah satu solusi untuk menyelesaikan dan mencari cara untuk menyelesaikan dan mencari cara perbaikan
perbaikan pada pada permasalahan permasalahan kerusakankerusakan jalan.
jalan.
Pemeliharaan jalan adalah kegiatan Pemeliharaan jalan adalah kegiatan mempertahankan, memperbaiki, menambah mempertahankan, memperbaiki, menambah ataupun mengganti bangunan fisik yang telah ataupun mengganti bangunan fisik yang telah ada agar fungsinya tetap dapat dipertahankan ada agar fungsinya tetap dapat dipertahankan untuk waktu yang lama. Pemeliharaan jalan untuk waktu yang lama. Pemeliharaan jalan merupakan satu upaya untuk menjaga agar merupakan satu upaya untuk menjaga agar jalan
jalan tetap tetap dalam dalam keadaan keadaan kokoh kokoh dan dan aman,aman, sehingga memberikan keamanan bagi sehingga memberikan keamanan bagi pengemudi
pengemudi yang yang menggunakan menggunakan jalan jalan dandan dapat memberikan kondisi pelayanan dapat memberikan kondisi pelayanan terhadap transportasi yang dapat diandalkan. terhadap transportasi yang dapat diandalkan.
Lapis Pondasi (base) Lapis Pondasi Bawah ( subbase)
Tanah Dasar ( subgrade) II. LANDASAN TEORI
Sukirman (1999) menjelaskan bahwa kinerja perkerasan merupakan kondisi perkerasan yang dapat memberikan pelayanan kepada pemakai jalan selama kurun waktu perencanaan tertentu. Lebih lanjut Sukirman (1999) mendefinisikan kinerja pelaksanaan menjadi 3 (tiga) bagian yaitu:
a. Keamanan yang ditentukan oleh besarnya gesekan akibat adanya kontak
antara ban dan permukaan jalan.
b. Struktur pelayanan, yang berhubungan dengan kondisi fisik dari jalan yang dipengaruhui oleh beban lalu lintas dan lingkungan.
c. Fungsi pelayanan, yang berhubungan dengan bagaimana perkerasan tersebut memberikan pelayanan kepada pengguna jalan.
2.1. Jenis dan Fungsi Lapisan Perkerasan Perkerasan jalan adalah campuran antara agregat dan bahan ikat yang digunakan melayani beban lalu lintas. Agregat yang dipakai antara lain adalah batu pecah, batu belah, batu kali dan hasil samping peleburan baja, sedangkan bahan ikat yang dipakai
adalah aspal dan semen.
2.2. Konstruksi Perkerasan Lentur
Konstruksi perkerasan lentur ( flexible pavement ) adalah perkerasan yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat dan lapisan-lapisan perkerasannya bersifat memikul dan menyebarkan beban lalu lintas ke tanah dasar.
Konstruksi perkerasan lentur terdiri atas lapisan-lapisan yang diletakkan diatas tanah dasar yang telah dipadatkan. Lapisan-lapisan tersebut berfungsi untuk menerima beban lalu lintas dan menyebarkan ke lapisan
lebih kecil dari daya dukung tanah dasar. Bagian-bagian konstruksi perkerasan lentur dapat dilihat pada Gambar 2.1 di bawah ini:
Gambar 1. Lapisan Konstruksi Perkerasan Lentur (Sumber: Yoder dan Witczak, 1975) 2.3. Sifat Perkerasan Lentur
Aspal yang dipergunakan pada konstruksi perkerasan jalan berfungsi sebagai, (Manurung., 2010):
a. Bahan pengikat, memberikan ikatan yang kuat antara aspal dengan agregat dan antara aspal itu sendiri.
b. Bahan pengisi, mengisi rongga antara butir-butir agregat dan pori-pori yang
ada dari agregat itu sendiri.
Dengan demikian, aspal haruslah memiliki daya tahan (tidak cepat rapuh) terhadap cuaca, mempunyai adhesi dan kohesi yang baik dan memberikan sifat elastis yang baik.
a. Daya tahan (durability)
Daya tahan aspal adalah kemampuan aspal mempertahankan sifat asalnya akibat pengaruh cuaca selama masa pelayanan jalan. Sifat ini merupakan sifat dari campuran aspal, jadi tergantung dari sifat agregat, campuran dengan aspal, faktor pelaksanaan dan sebagainya.
b. Adhesi dan Kohesi
Adhesi adalah kemampuan aspal untuk mengikat agregat sehingga dihasilkan ikatan yang baik antara agregat dengan aspal. Kohesi adalah kemampuan aspal untuk tetap mempertahankan agregat tetap ditempatnya setelah terjadi pengikatan.
c. Kepekaan terhadap temperatur
Aspal adalah material yang termoplastis, berarti akan menjadi keras atau lebih kental jika temperatur berkurang dan akan lunak atau lebih cair jika temperatur bertambah. Sifat ini dinamakan kepekaan terhadap perubahan temperatur. Kepekaan terhadap temperatur dari setiap hasil produksi aspal berbeda-beda tergantung dari asalnya walaupun aspal tersebut mempunyai jenis yang sama.
d. Kekerasan aspal
Aspal pada proses pencampuran
dipanaskan dan dicampur dengan agregat sehingga agregat dilapisi aspal atau aspal panas disiramkan ke permukaan agregat yang telah disiapkan pada proses peleburan. Pada waktu proses pelaksanaan, terjadi oksidasi yang menyebabkan aspal menjadi getas (viskositas bertambah tinggi). Peristiwa perapuhan terus berlangsung setelah masa pelaksanaan selesai. Jadi selama masa pelayanan, aspal mengalami oksidasi dan polimerisasi yang besarnya dipengaruhi juga oleh ketebalan aspal yang menyelimuti agregat. Semakin tipis lapisan aspal, semakin besar tingkat kerapuhan yang terjadi.
2.4. Jenis Kerusakan Perkerasan Lentur Menurut Shahin (1994), jenis dan tingkat kerusakan perkerasan untuk jalan raya ada 19 kerusakan yaitu: Retak Kulit Buaya ( Alligator cracking ), Kegemukan, Retak blok, Kriting, Amblas ( Depression), Cacat tepi perkerasan, Retak refleksi, Penurunan pada bahu jalan, Retak memanjang dan melintang, Tambalan dan Tambalan Galian Utilitas ( Patching and Utility Cut Patching ), Agergat licin, Lubang ( Potholes) , Perlintasan jalan rel, Alur, Sungkur (Shoving ), Retak bulan sabit, Mengembang, Pelepasan Butir
(Weathering/Raveling ).
2.5. Tingkat Kerusakan (Sever ity L evel ) Severity Level adalah tingkat kerusakan pada tiap-tiap jenis kerusakan. Tingkat
kerusakan yang digunakan dalam
perhitungan PCI adalah low severity level (L), medium severity level (M), dan high severity level(H).
Pavement condition index (PCI) adalah salah satu sistem penilaian kondisi perkerasan jalan berdasarkan jenis, tingkat kerusakan yang terjadi dan dapat digunakan sebagai acuan dalam usaha pemeliharaan. (Hadiyatmo, 2007). Nilai PCI ini memiliki rentang 0
–
100 dengan kriteria sempurna (excellent ), sangat baik (very good ), baik ( good ), sedang ( fair ), jelek ( poor ), sangat jelek (very poor ), dan gagal ( failed ). Adapun penilaian kondisi kerusakan dengan menggunakan metode Pavement Condition Index yaitu dengan meneliti:Gambar 2. Kualifikasi Kualitas Perkerasan Menurut nilai PCI.
2.5.1.Density (Kadar Kerusakan)
Density atau kadar kerusakan persentase luasan dari suatu jenis kerusakan terhadap luasan suatu unit segmen yang diukur meter persegi atau meter panjang. Nilai density suatu jenis kerusakan dibedakan juga berdasarkan tingkat kerusakannya.
Density = x 100% (1) Atau
Density = x 100% (2)
Dengan:
Ad : Luas total jenis kerusakan untuk tiap tingkat kerusakan (m2).
Ld : Panjang total jenis kerusakan untuk tiap tingkat kerusakan (m).
As: Luas total unit segmen (m2).
2.5.2.Deduct Valu e (Nilai Pengurangan)
Deduct value adalah nilai pengurangan untuk tiap jenis kerusakan yang diperoleh dari kurva hubungan antara density dan deduct value. Deduct value juga dibedakan atas tingkat kerusakan untuk tiap-tiap jenis kerusakan. Beberapa grafik menurut jenis kerusakan nya:
Gambar 3. Retak Kulit Buaya (alligator cracking )
Gambar 5. Lubang ( potholes).
Gambar 6. Grafik Deduct Value Alur
2.5.3. Mencari Nilai q (Quality )
Nilai q didapat dari deduct value yang nilainya lebih dari syarat. Syarat untuk mencari nilai q adalah deduct value lebih besar dari 2 dengan menggunakan interasi. Nilai deduct value diurutkan dari yang besar sampai kecil. Nilai pengurang total atau total deduct value (TDV) adalah jumlah total dari nilai-nilai pengurang (deduct value) pada masing-masing sampel unit.
Sebelumnya dilakukan pengecekan nilai deduct valuedengan persamaan.
Mi = 1 + (9/98)*(100-HDVi) (3) Dengan:
Mi : Nilai koreksi untuk deduct value HDVi : Nilai terbesar deduct value dalam
satu sampel unit
dilakukan pengurangan terhadap nilai deduct valuetersebut.
2.5.4.Total Deduct Valu e (TDV)
Total deduct value (TDV) adalah nilai total dari individual deduct value untuk tiap jenis kerusakan dan tingkat kerusakan yang
ada pada suatu unit penelitian.
2.5.5.Corr ected Deduct Valu e (CDV)
Corrected Deduct Value (CDV) adalah diperoleh dari kurva hubungan antara nilai TDV dengan nilai CDV dengan pemilihan lengkung kurva sesuai dengan jumlah nilai individual deduct value yang mempunyai nilai lebih besar dari 2 (dua).
Gambar 7. Corrected Deduct Value.
2.5.6. Klaisifikasi Kualitas Perkerasan
Jika nilai CDV telah diketahui, maka nilai PCI untuk tiap unit dapat diketahui dengan rumus:
PCI(S) = 100
–
CDV (4)Dengan:
PCI(S) : pavement condition index untuk tiap
unit.
CDV : Corrected Deduct Value untuk tiap unit.
Untuk nilai PCI secara keseluruhan:
PCI = (5)
Dengan:
PCI : Nilai PCI perkerasan keseluruhan. PCI(s) : Pavement condition indexuntuk tiap
unit.
N : Jumlah unit.
III. METODE PENELITIAN
Obyek yang diambil pada Penelitian Tugas Akhir ini adalah Jalan.
Lokasi Penelitian pada Tugas Akhir ini adalah di Kotamadya Dumai jalan Soekarno Hatta.
Gambar 8. Jalan Soekarno Hatta (Dumai) (Sumber: Google MapiT )
Bagan Alir atau Flowchart Pelaksanaan Penelitian
Gambar 9. Bagan Alir
Lokasi Penelitian Jalan Soekarno Hatta Sta 05+000 – 10+000
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Adapun nilai Pavement Condition
Index (PCI) yang didapat dari analisis data pada jalan Soekarno Hatta (Sta
05+000-10+000) yaitu 24,07 dengan kondisi Very
Poor (Sangat Jelek).
Dari hasil survei yang dilakukan di jalan Soekarno Hatta (Sta 05+000-10+000), sebagian besar jenis kerusakan jalan tersebut adalah Alur ( Rutting ) dan kerusakan lainnya
yaitu: Retak Kulit Buaya (alligator
cracking ), Amblas dan Lubang.
V. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang penulis ambil dari penelitian ini yaitu:
a. Luas kerusakan pada jalan Soekarno
Hatta Dumai dengan luas total 4580,04
m2 dengan jenis kerusakan yang
didominasi oleh jenis kerusakan alur
sebanyak 97,18% dengan tingkat
kerusakan pada jalan Soekarno Hatta ini yaitu Very Poor (sangat jelek) dengan nilai PCI total 24,07.
b. Pemeliharaan sebagian besar pada ruas jalan Soekarno Hatta (Sta 05+000
–
10+000) dilakukannya Penambalan,
karena Penambalan cocok untuk jenis kerusakan seperti: Alur, Retak kulit buaya, Amblas dan Lubang.
DAFTAR PUSTAKA
[1]. Departemen Pekerjaan Umum., 2008,
Kajian dan Monitoring Hasil Uji skala Penuh Recycling, Asbuton, Campuran Beraspal Panas, Tailing, Penanganan Tanah Lunak Ruas Caruban
–
NgawaiBidang Jalan. Departemen PU,
Bandung.
[2]. Departemen Pekerjaan Umum., 1992,
Petunjuk Praktis Pemeliharaan Rutin
[3]. Devianti, N., 2011, Evaluasi Jenis dan Tingkat Kerusakan Jalan Dengan
Menggunakan Metode Pavement
Condition Index (PCI), Skripsi STT, Dumai.
[4]. Hadiyatmo, C., H, 2007, Pemeliharaan
Jalan Raya, UGM, Yogyakarta.
[5]. Kurniawan, A., 2010, Penilaian
Perkerasan Jalan Dengan Metode
Pavement Condition Index (Studi
kasus: Jalan Lubuk Alung
–
Kurai Taji).[6]. Manurung, A., M., 2010. Evaluasi Tingkat Kerusakan Jalan Sebagai Dasar
Penentuan Perbaikan Jalan. Skripsi
Universitas Sumatra Utara, Medan. [7]. Sukirman, S., 1999, Perkerasan Lentur
Jalan Raya, Badan Penerbit Nova, Bandung.
[8]. Suwandi, A., Sartono, W., Christady, H., 2008, Evaluasi Tingkat Kerusakan
Jalan Dengan Metode Pavement
Condition Index (PCI) untuk
Menunjang Pengambilan Keputusan,
Forum Teknik Sipil No. XVIII,
Yogyakarta, Indonesia.
[9]. Wijaya, Y., 2009. Evaluasi Tingkat
Kerusakan Permukaan Perkerasan
Jalan dengan Metode Pavement
Condition Index (PCl) dan Cara Perbaikannya (Studi kasus: Jalan Parangtritis, Kab. Bantul Yogyakarta), UGM, Yogyakarta.
[10]. Yoder, E.J. and Witzcak, M.W., 1975,
Principles of Pavement Design, 2Edition, John Willey & Son, Inc. New York.