• Tidak ada hasil yang ditemukan

Program Sarjana, Jurusan Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya Malang, 2017. Implementasi Kebijakan Pengelolaan Pasar Tidak Tetap Dalam Menunjang Pariwisata Kota Malang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Program Sarjana, Jurusan Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya Malang, 2017. Implementasi Kebijakan Pengelolaan Pasar Tidak Tetap Dalam Menunjang Pariwisata Kota Malang"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Implementasi Kebijakan Pemerintah Kota Malang dalam Pengelolaan Pasar Tidak Tetap untuk Menunjang Pariwisata Kota Malang sedang mengalami perkembangan di segala sektor, terutama pada pengembangan sektor priwisata dan ekonomi dalam bentuk pasar wisata dengan konsep Pasar Minggu yang berbasis kota wisata dan budaya, wisata kuliner, pusat souvenir yang diharapkan dapat menarik wisatawan mancanegara maupun wisatawan lokal sebagai icon Kota Malang yang menjadi cerminan Tribina Citra Kota Malang, Kota Pendidikan, Kota Pariwisata, dan Kota Industri. Dari faktor kesejarahan hadirnya konsep Pasar Minggu berawal ketika di tahun 1994 sekumpulan mahasiswa dan pensiunan berjualan makanan di Stadion Gajayana setiap pagi dengan menggunakan mobil, dari hari kehari kumpulan pedagang tesebut akhirnya bertambah dan membentuk Paguyuban Cafe Pagi, kemudian Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang mengumpulkan mereka untuk membentuk paguyuban dan tempat tersebut menjadi Obyek Wisata Belanja Kota Malang dengan konsep Pasar Wisata yang diadakan setiap minggu pagi. Hal ini seperti yang disampaikan oleh subyek penelitian: “Pasar Minggu adalah Wisata Belanja Tugu. A……..sebenernya mereka itu adalah PKL liar yang ada di sekitar dijalan semeru , ada protes dari warga atau masyarakat, wisata belanja tugu sempat berpindah 3 kali mas yaitu di simpang balapan, dodikjur (belanegara) dan terakhir di Gajayana. Wisata Belanja Tugu ini sifatnya saat ini sementara waktu menetap. Dikelurkan PERWALI No 5 Tahun 2005.1 1. Hasil wawancara dengan Drs. Heri Sunarko M.Si, selaku Kepala Bidang Ekonomi Kreatif Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kota Malang, tgl 17 Juli 2017. 74.

(2) 75. Pasar Minggu kemudian oleh Pemerintah Kota Malang dikonsepkan sebagai Pasar Wisata dalam rangka pengembangan daya tarik sektor wisata dan pengembangan ekonomi, maka dari itu Pemerintah Kota Malang menjadikan pasar ini sebagai model pengembangan wisata berbasis budaya, Pemerintah Kota Malang megharapkan dengan adanya Pasar Wisata ini dapat menarik minat wisatawan asing maupun lokal. Di sisi lain, kegiatan sektor informal di Kota Malang telah menunjukkan dampaknya terhadap penggunaan ruang publik. Apabila ditinjau secara komprehensif terhadap permasalahan ini, kegiatan sektor informal di Kota Malang sebagian besar selalu menempati area yang memiliki tingkat keramaian yang relatif tinggi dan adanya konsentrasi masyarakat terhadap area tersebut. Salah satu contohnya adalah adanya beberapa kegiatan Pasar Minggu di Kota Malang yang cenderung menggunakan akses jalan raya. Dengan aktivitas perdagangan menggunakan ruang manfaat jalan tersebut, yang cenderung menimbulkan keramaian, maka secara tidak langsung kehadiran kegiatan ini akan menggangu pola pergerakan transportasi walaupun hanya pada hari Minggu yang notabenenya hari libur, tapi masyarakat berhak untuk menggunakan akses jalan raya tersebut. Dengan demikian penggunaan ruang– ruang publik yang bukan untuk fungsi yang semestinya, yang selanjutnya menimbulkan ketidak tertiban seperti kegiatan perdagangan di sekitar ruas jalan dan trotoar akan merugikan orang lain maupun pelaku ekonomi informal itu sendiri juga pada konteks perkembangan kota. . Hal ini seperti yang disampaikan oleh subyek penelitian:.

(3) 76. “Menurut saya siiih tidak merusak pemandangan kota ya mas….karena kegiatan kita ini Cuma setiap seminggu sekali yaitu pada hari Minggu saja. Akan tetapi kita akan juga memberikan retribusi terhadap pemerintah untuk pendapatan asli daerah. Kita hitung aja per hari minggu 4.700x460 pedagang kali sebulan kali setahun??? Jadi kamu hitung sendiri kita memberikan pendapatan asli daerah pertahunnya berapa?”2 Untuk menanggulangi semakin berkembangnya Wisata Belanja Pasar Minggu dan untuk mengatur kenyamanan, keamanan dan membatasi jumlah pedagang serta lokasi berjualan Pemerintah Kota Malang telah mengeluarkan surat Keputusan Walikota Malang untuk mengatur keberadaan pasar Tugu (Sekarang Pasar Minggu). Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara dengan subyek penelitian: “Kebijakan itu adalah melegalkan mereka dengan dikeluarkannya PERWALI itu, kemudian dilakukan pembinaan artinya mereka setiap 3 Tahun Sekali mereka harus melakukan pemilihan pengurus namanya IPWBT (Ikatan Pengurus Wisata Belanja Tugu), kemudian penertipan anggota yang setiap anggota harus mempunyai kartu anggota, kemudian penertipan masalah Harga, kemudian penertiban maslah seragam, kemudian penertiban masalah jam mereka berjualan setiap hari Minggu mulai berjualan jam 06.00-10.00, kemudian terakhir kalinya dibina masalah kebersihan, sampai saat ini berjalan lancer. Yang paling utama namanya retribusi yang nanti akan masuk pendapatan asli daerah.”3 Keberadaan sektor informal merupakan salah satu permasalahan yang ada di kota pada saat ini, keberadaan mereka yang menggunakan fasilitas ruang publik tidak pelak menimbulkan permasalah yang klasik di perkotaan. Kodisi seperti ini merupakan dampak dari kurang siapnya pemerintah kota dalam pengaturan tata ruang kota untuk keberadaan sektor informal, padahal keberadaan sektor informal sangatlah penting didalam perkembangan kota.. 2. Hasil wawancara dengan So’im, selaku Sekretaris Paguyupan Pasar Minggu dan Pedagang (Wisata Pasar Tugu), tgl 16 Juli 2017 3 Hasil wawancara dengan Drs. Heri Sunarko M.Si, selaku Kepala Bidang Ekonomi Kreatif Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kota Malang, tgl 17 Juli 2017.

(4) 77. Maka diperlukan implementasi kebijakan dalam pengelolaan Pasar Minggu sebagai suatu tindakan-tindakan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Malang, yang diarahkan pada pencapaian tujuan dan sasaran yang menjadi prioritas dalam keputusan kebijakan dalam pengelolaan Pasar Minggu untuk menunjang pariwisata. Seperti yang dinyatakan Bardac,4 bahwa implementasi kebijakan merupakan suatu sistem pengendalian untuk menjaga agar tidak terjadi penyimpangan dari tujuan kebijakan. Menata ruang kota untuk sektor informal sangat penting, namun penataan ini harus pula diikuti dengan pengorganisasian pelaku sektor tersebut untuk kemudian ditempatkan kedalam ruang-ruang yang disediakan. Dengan cara seperti ini pemerintah akan mampu menjaga supaya munculnya sektor informal dikemudian hari akan bisa terorganisasi dengan baik dan dapat terkendali keberadaannya. Hal ini seperti yang disampaikan oleh subyek penelitian: “Konsekwensinya jika tidak di atur dalam perencanaan tata ruang kota yaitu tempat itu akan jadi kumuh, kemudian akses masuk ke stadion itu juga kurang baik, apalagi kalau nanti kita tidak bisa mengendalikan jumlah pedagang. Karena jumlah pedagang ada kurang lebih 460an.”5 Selain telah mengeluarkan Surat Keputusan Walikota Malang yang mengatur tentang tempat dan keberadaan Pasar Minggu, Pemerintah Kota Malang juga melakukan relokasi peadagang dan membentuk paguyuban para pedagang Pasar Minggu guna memudahkan malakukan pendataan anggota secara resmi, maka pemerintah kota Malang Melakukan pembentukan badan hukum secara. 4. Bardac, Eugene, 1977, The Implementation Game : Massacchussetts, The Mit Press Hasil wawancara dengan Drs. Heri Sunarko M.Si, selaku Kepala Bidang Ekonomi Kreatif Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kota Malang, tgl 17 Juli 2017 5.

(5) 78. resmi untuk para pedagang. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara dengan subyek penelitian: “Menurut saya pemkot perhatian banget mas…Cuma sisi-sisi legalitas kita memang dibantu oleh Dinas Pariwisata tapi untuk penataan paguyupan dan penataan pedagang itu masih kurang, tapi, Cuma pemerintah cuma membantu legalitas dan pengaturan-pengaturan tentang peraturan daerah, tentang PKLnya Cuma fungsi dari Pemerintah atau Dinas situ masih kurang sehingga masih banyak para pedagang liar yang berada di jalan tenis dan jalan semeru. Menurut PERWALI itu tidak boleh.”6 Dengan adanya Surat Keputusan Walikota Malang dan adanya badan hukum yang ada maka keberadaan dan keberlangsungan para Pedagang Pasar Minggu sudah mendapatkan legalitas dan kenyamanan untuk berjualan. Posisi Pasar Minggu Kota Malang yang lokasinya berada di jalan raya merupakan salah satu cerminan penataan kota yang kurang baik, walaupun keberadaannya pada hari-hari tertentu namun posisinya yang menggunakan jalan raya sebagai akses publik untuk melakukan aktivitas lalu litas sangatlah kurang bisa dibenarkan, walaupun keberadaan Pasar Minggu tealah diatur didalam Surat Keputusan Walikota Malang. Implementasi kebijakan dalam pengelolaan Pasar Minggu untuk menunjang pariwisata pada prinsipnya tidak hanya terbatas pada proses pelaksanaan suatu kebijakan namun juga melingkupi tindakan-tindakan atau perilaku. individu-. individu dan kelompok pemerintah dan swasta, serta badan-badan administratif atau unit birokrasi yang bertanggung jawab untuk melaksanakan program dalam mencapai tujuan, akan tetapi juga mencermati berbagai kekuatan politik, sosial, ekonomi yang mempunyai pengaruh terhadap sasaran yang ingin dicapai. Dengan 6. Hasil wawancara dengan So’im, selaku Sekretaris Paguyupan Pasar Minggu dan Pedagang (Wisata Pasar Tugu), tgl 16 Juli 2017.

(6) 79. demikian, implementasi kebijakan dimaksudkan untuk memahami apa yang terjadi setelah suatu program dirumuskan, serta apa dampak yang timbul dari program kebijakan itu. Disamping itu, implementasi kebijakan tidak hanya terkait dengan persoalan administratif, melainkan. juga mengkaji faktor-faktor. lingkungan yang berpengaruh terhadap proses implementasi kebijakan tersebut. Seperti halnya kebijakan mengenai lokasi Pasar Minggu tidak selamannya di luar Stadion Gajayana namun berpindah-pindah untuk menemukan tempat yang cocok dan disetujui oleh pedagang. Hal ini diperkuat hasil wawancara dengan subyek penelitian, sebagai berikut: “Jika kebijakan dari pemerintah untuk memindahkan pasar Wisata Belanja Tugu ini Yaaaaa lihat dulu mas,,,kalau tempatnya tidak sesuai menurut kita ya tidak mau?? Kalau dipindahkan kembali ke Lapangan Rampal ya tidak mau karena tempatnya kurang strategis. Ngapain.. pemerintah turun tangan aja tidak bisa kok.”7 Kondisi berpindahnya lokasi Pasar Tidak Tetap dari satu tempat ketempat yang lain dikarenakan belum adanya lokasi yang permanen untuk keberadaan pasar tersebut, Masalah tersebut muncul disebabkan oleh kurangnya ruang untuk mewadahi kegiatan Pasar Tidak Tetap di Kota Malang. Konsep perencanaan ruang perkotaan yang tidak didasari oleh pemahaman informalitas perkotaan sebagai bagian yang menyatu dengan sistem perkotaan akan cenderung mengabaikan tuntutan ruang untuk sektor informal termasuk keberadaan Pasar Tidak Tetap. Pedagang Pasar Tidak Tetap yang senantiasa tumbuh subur memilih lokasi untuk berdagang dengan memanfaatkan lahan kota yang potensial. Hal tersebut dikarenakan belum terdapatnya aturan tentang wadah yang dapat 7. Hasil wawancara dengan So’im, selaku Sekretaris Paguyupan Pasar Minggu dan Pedagang (Wisata Pasar Tugu), tgl 16 Juli 2017.

(7) 80. menampung aktivitas Pedagang dalam suatu ruang informal di Rencana Tata Ruang Kota (RTRK). Maka kebijakan Pemerintah Kota Malang dalam pengelolaan Pasar Minggu untuk menunjang pariwisata perlu dilaksanakan dengan baik oleh pelaksana kebijakan agar dapat mencapai tujuan kebijakan tersebut. Aspek pelaksanaan mulai tahap perencanaan, implementasi sampai pada tahap evaluasi program, sangat penting untuk diperhatikan. Kebijakan rencana Pemerintah Kota Malang dalam pengelolaan Pasar Minggu untuk menunjang pariwisata, maka proses implementasi kebijakan di mulai dari output kebijakan pemerintah berupa undang-undang tentang tata kota, kemudian menuju kepada ketersediaan ruang untuk mematuhi ketentuan sesuai dengan perundang-undangan tersebut. Selain itu para pedagang juga membutuhkan ruang dan waktu untuk melakukan proses perdagangan mereka kurangnya alokasi lahan yang jelas untuk para pedagang dan ditambah pemeritah kota terlalu memfokuskan pembangunan fisik (Mall, Perumahan, Ruko dan gedung perkantoran) sehingga mempersempit lahan yang seharusnya dibangun dan diperuntukkan para pedagang khususnya pedagang pasar tidak tetap, dampak yang terjadi para pedagang seakan-akan menjadi titik fokus kesemerawutan kota dan tata ruang kota yang tidak berjalan. Dalam konteks ini, Pemerintah Kota Malang berkomitmen untuk terus bertanggugjawab atas keberlangsungan Pasar Tidak Tetap. Salah satu buktinya adalah Surat Keputusan Walikota Malang Nomor. 193 tahun 2003: tentang peraturan yang mengatur tentang keberadaan Pasar Tidak Tetap di Kota Malang. Komitmen Pemerintah Kota Malang dalam pengelolaannya termaktub dalam.

(8) 81. bentuk kebijakan yang tertuang dalam SK Walikota. Dengan kondisi ini idealnya Pasar Tidak Tetap yang ada di Kota Malang sudah tidak memunculkan polemik baru, akan tetapi dalam konteks lokasi masih tetap menyisakan polemik yang belum terselesaikan. Hal ini diperkuat hasil wawancara dengan subyek penelitian, sebagai berikut: “Seharusnya pemerintah atau dinas terkait itu memberikan tempat yang memadai sehingga para pengunjung disisi tidak berdesak-desakan, kita lihat sendiri bagaimana antusias masyarakat terhadap pasar minggu ini. Sebenarnya pemerintah harus menyediakan tempat yang luas sehingga masyarakat lain juga merasakan kenyamanan. Itu diluar sana yang seharusnya dipakai untuk kegiatan masyarakat entah berjalan kaki, atau bersepeda kan bisa lewat mas. Karena itu area public yang seharusnya bukan digunakan untuk berjualan atau untuk tempat parkir.”8 Penggunaan ruang publik telah menjadi suatu karakteristik yang identik dengan eksistensi pedagang pasar. Kesulitan dalam menangani sektor informal dipengaruhi oleh sangat banyak aspek, yang membuat penataan itu sendiri menjadi suatu masalah yang sangat kompleks. Problematik dalam penataaan sektor informal adalah bahwa jumlah mereka sangat banyak dan memerlukan ruang yang cukup besar untuk kegiatannya. Ruang yang besar itu harus berada di ruang publik atau tempat keramaian karena tempat itulah yang mendatangkan keuntungan. Tetapi ruang publik juga digunakan oleh kelompok pengguna lain, yang juga memerlukan ruang untuk kegiatan mereka di ruang publik, sehingga muncullah konflik antara kelompok pengguna ruang terbuka publik tersebut. Fungsi ruang untuk mewadahi kegiatan sektor informal di perkotaan karena cenderung mengabaikan tuntutan ruang untuk sektor informal. Konsep 8. Hasil wawancara dengan Arya, selaku Mahasiswa, tgl 16 Juli 2017.

(9) 82. perencanaan ruang perkotaan yang tidak didasari oleh pemahaman informalitas perkotaan sebagai bagian yang menyatu dengan sistem perkotaan akan berfungsi secara komersial, sehingga masyarakat banyak dirugikan terkait dengan kebijakan Pengaturan Pasar pasar minggu. Hal ini diperkuat hasil wawancara dengan subyek penelitian: “ya merasakan rugi mas. Kan itu diluar sana adalah area public yang bukan untuk berjualan. Area itu kan untuk berjalan. Bersepeda, dan lainlain. Seharusnya pemerintah atau dinas terkait memberikan solusi bagaimana agar para pedagang tidak berjualan di area public, kan sudah di tempatnya di dalam sini mas??”9 Seperti halnya, keberadaan Pasar Minggu yang berada di fasiltas umum yang sesungguhnya merupakan peruntukan ruang publik untuk fasilitas jalan raya untuk masyarakat. Namun hal ini belum sepenuhnya disadari oleh pemerintah Kota. Malang. untuk. memberikan. relokasi. tempat. yang. pasti. untuk. keberlangsungan Pasar Minggu tersebut. Menurut Grindle proses implementasi kebijaksanaan hanya dapat dimulai apabila tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang semula bersifat umum telah diperinci, program-program aksi telah dirancang dan sejumlah dana / biaya telah dialokasikan untuk mewujudkan tugas-tugas dan sasaran tersebut.10Kebijakan public dalam realisasinya perlu di analisa secara cermat agar diketahui sampai berapa jauh memberikan manfaat bagi publik. Bila kondisi ini bila terus dibiarkan maka keberadaan ruang publik yang ada di Kota Malang akan mengalami penyempitan dan masyarakat tidak bisa menikmati haknya untuk menggunakan ruang publik. Namun demikian, hal juga sangat penting selain dari menata ruang dan mengorganisasikan pelaku sektor 9. Hasil wawancara dengan Arya, selaku Mahasiswa, tgl 16 Juli 2017 Abdul Wahab, Solichin, 1990, Pengantar Analisis Kebijakan Negara, Rineka Cipta, Jakarta. 10.

(10) 83. informal. adalah. menyediakan. lapangan. pekerjaan. di. sektor. formal.. Bagaimanapun, tanpa penyediaan lapangan kerja formal yang cukup, sektor informal ini akan terus ada dan terus bertambah seiring dengan meningkatnya jumlah angkatan kerja. Dan jika ini terus terjadi, maka sebesar apapun besarnya ruang kota yang disediakan untuk pelaku sektor informal ini tidak akan pernah cukup. Oleh karenanya diperlukan perencanan fisik dan non fisik secara terintegrasi dan tertata dengan baik. Hal ini diperkuat hasil wawancara dengan subyek penelitian: “Kalau masalah tata ruang kota saat ini masih kurang ideal, jadi namanya wisata belanja tugu itu aksesnya harus terbuka, naah saat ini wisata belanja tugu ditaruh dipojokan situ mas, dipojokkan Gajayana situ??? Jadi kurang ideal. Jadi suatu saat wisata belanja tugu itu bisa saja dipindahkan menurut tata ruang kota.”11 Karena Kota pada hakikatnya adalah sebagai ruang publik, dimana ruang publik yang sejati adalah merupakan public domain, yang menjamin penguasaan bersama oleh khalayak, terbuka untuk interaksi dengan orang lain, secara damai aman dan majemuk. adanya penguasaan bukan berarti ruang publik bukan “ruang tak bertuan”. Penguasaan bersama juga memastikan adanya etika atau tata krama diantara seluruh komponen masyarakat. Perubahan tata ruang dengan dijadikan rumah toko (ruko) dan pusat perdagangan modern dan bangunan-bangunan lain telah mendesak keberadaan ruang publik. Keberhasilan atau kegagalan suatu kebijakan untuk mencapai tujuan dan sasaran. yang. telah. ditetapkan,. merupakan. ukuran. dalam. penilaian. kebijakantersebut. Namun kebijakan publik apapun sebenarnya mengandung 11. Hasil wawancara dengan Drs. Heri Sunarko M.Si, selaku Kepala Bidang Ekonomi Kreatif Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kota Malang, tgl 17 Juli 2017.

(11) 84. resiko untuk gagal. Hogwood dan Gunn telah membagi pengertian kegagalan kebijakan (policy failure) ini dalam 2 kategori, yaitu non implementation (tidak terimplementasikan) dan unsuccesfull implementation (implementasi yang tak berhasil).12 Berbagai perubahan peruntukan kawasan tersebut menunjukkan bahwa kebijakan RTRW (Ruang Terbuka Ruang Wilayah) tidak dilaksanakan dengan konsisten. Pilihan kebijakan yang dilakukan pemerintah kota, lebih kepada pertimabangan pragmatis yakni kepentingan ekonomi semata. Akibatnya kepentingan warga kota untuk mendapatkan ruang terbuka harus dikorbankan. Pengalih fungsian atau perubahan peruntukan kawasan tersebut, sesungguhnya mengalami kontroversi yang berkepanjangan. Hal ini diperkuat hasil wawancara dengan subyek penelitian: “Menurut saya untuk saat ini menurut saya penataan pasar ini masih kurang karena masih banyak orang yang berjualan di bahu-bahu jalan, trotoar, dijalan, sehingga kalau dilihat dari segi tata ruang kota sangat buruk”.13 Dengan demikian setidaknya terdapat faktor penyebab keterpurukan kota yaitu, mekanisme neo-liberalisme adalah kebijakan pembangunan perkotaan yang melepas perkembangan kota begitu saja pada mekanisme pasar. Sementara mekanisme pasar tidak dapat berfungsi dengan baik karena adanya distorsi seperti sistem dan praktik kehidupan politik yang didominasi oleh kepentingan kelompok dan perorangan, dan mengabaikan kepentingan bersama seluruh penduduk kota. Neo-liberalisme menempatkan paradigma pasar dan kekuasaan ekonomi sebagai 12. Abdul Wahab, Solichin, 2001, Analisis Kebijaksanaan dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan Negara, PT. Bumi Aksara, Jakarta 13 Hasil wawancara dengan Arya, selaku Mahasiswa, tgl 16 Juli 2017.

(12) 85. panglima, dan pengurangan peran pemerintah. Jika pilihan pemerintah melepas pembangunan kota pada mekanisme pasar, maka inisiatif pembangunan kota hampir sepenuhnya berada ditangan pemilik modal dan investor. Hal ini akan mengakibatkan pembangunan kota hanya mengantuangkan sebagian kecil masyarakat. Hal ini diperkuat hasil wawancara dengan subyek penelitian: “Sebenarnya keberadaan pasar tugu ini sangat bagus untuk menarik wisata-wisata dari luar daerah sana. Akan tetapi seharusnya masalah tata tempatnya saja yang kurang, alangkah baiknya kalau wisata seperti ini diadakan pada setiap hari dan bertempat yang paten mas”.14 Dalam hal ini, Pasar Minggu Kota Malang yang lokasinya berada di jalan raya merupakan salah satu cerminan penataan kota yang kurang baik, walaupun keberadaannya pada hari-hari tertentu namun posisinya yang menggunakan jalan raya sebagai akses publik untuk melakukan aktivitas lalu litas sangatlah kurang bisa dibenarkan, walaupun keberadaan Pasar Minggu telah diatur didalam Surat Keputusan Walikota Malang. Hal ini bahwa perkembangan tata ruang kota seringkali mengalami permasalahan akibat adanya keterbatasan kemampuan ruang dalam menampung aktivitasnya. Salah satu faktor dari munculnya masalah tersebut adalah menjamurnya sektor-sektor informal. Permasalahan yang berupa ketidakteraturan penggunaan ruang menjadi permasalahan yang sering dihadapi pemerintah kota karena meningkatnya pemakaian ruang kota yang tidak semuai dengan fungsi yang telah di tetapkan sebelumnya. Persoalan yang ada dalam perkembangan kehidupan kota harus menjadi sesuatu yang mendesak untuk ditemukan jalan keluarnya. Hal ini diperkuat hasil wawancara dengan subyek penelitian: 14. Hasil wawancara dengan Arya, selaku Mahasiswa, tgl 16 Juli 2017.

(13) 86. “Kalau saat ini belum dilibatkan untuk penataan seperti itu, harapan kami yaitu wisata belanja tugu ini ditempatkan yang baik. Yang penting bagi kita yaitu mendata pedagang, sehingga tidak berlebihan, kalau berlebihan nanti jadinya malah gak teratur.”15 Dewasa ini pengelolahan ruang di kawasan Kota Malang cenderung mengalami tantangan yang cukup berat akibat tingginya arus urbanisasi. Urbanisasi merupakan salah satu faktor pemicu perkembangan kota, terjadinya perpindahan penduduk dari desa ke kota disebabkan oleh berbagai faktor, baik faktor penarik maupun pendorong. Perkembangan industri dan perdagangan di kota merupakan faktor penarik yang menyebabkan banyak orang untuk mendatanginya. Demikian juga di pasar minggu, dimana pihak pemkot telah melakukan penataan temapat untuk para pedagang yang pada mulanya berada di kawasan luar stadion gajayana, dikarenakan adanya renovasi stadion dan tempat perbelanjaan Giant. Kebijakan penataan pasar tidak tetap ini dirasa jauh dari rasa keadilan, meningingat undang-undang yang memuat tentang tata ruang adalah undangundang nomor 24 tahun 1992 tentang penataan ruang. Dalam Undang-undang nomor 24 tahun 1992 pasal 2 disebutkan, penataan ruang berasaskan pemanfaatan ruang bagi semua kepentingan secara terpadu, berdaya guna, serasi, seimbang dan berkelanjutan. Selain itu juga memiliki asas keterbukaan, persamaan, keadilan dan perlindungan hukum. Hal ini diperkuat hasil wawancara dengan subyek penelitian:. 15. Hasil wawancara dengan Drs. Heri Sunarko M.Si, selaku Kepala Bidang Ekonomi Kreatif Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kota Malang, tgl 17 Juli 2017.

(14) 87. “Ya selain adanya asas keterbukaan, persamaan, keadilan dan perlindungan hukum, saya berharap pemerintah atau Dinas Pariwisata lebih aktif untuk mempromosoikan wisata belanja tugu ke daerah-daerah lain, sehingga para wisata masuk ke pasar belanja tugu ini??? Kalau perlu wisata belanja tugu di daftarkan pada satu paket wisata.”16 Penataan pasar minggu sebenarnya harus dapat menjamin seluruh kepentingan yang ada, terlebih lagi dengan memperhatikan kepentingan masyarakat golongan ekonomi lemah secara adil sehingga akan mengurangi gesekan kepentingan yang ada di tengah masyarakat. Selain itu, proses pembukaan RTRK harus pula menerapkan azas serasi, selaras, seimbang dan berkelanjutan secara kongkrit dan sesuai dengan pasal 2 Undang-Undang Nomor 24 tahun 1992. Maksudnya bahwa Penataan Ruang dapat menjamin terwujudnya keserasian, keselarasan dan seimbangan struktur dan pola pemanfaatan ruang. Ditinjau dari aspek lingkungan pemukiman, maka masalah yang timbul bersumber pada kegiatan penduduk terutama dalam bidang ekonomi. Hal ini ditujukan dengan adanya hal-hal yang berkaitan dengan perdagangan dan jasa cenderung mencari tempat yang menguntungkan di tengah kota. Selain itu, industri yang tersebar keseluruh kota bercampur dengan pemukiman yang didukung dengan kurangnya sarana dan prasarana perumahan, pendidikan, kesehatan, utilitas kota serta prasarana jalan sehingga menjadi permasalahan tersendiri bagi permasalahan perkotaan. Kegagalan kebijakan publik menurut Andrew Dunsire, dinamakan sebagai kesenjangan implementasi, yaitu suatu istilah yang dimaksudkannya untuk menjelaskan suatu keadaan dimana dalam proses kebijakan selalu terbuka 16. Hasil wawancara dengan So’im, selaku Sekretaris Paguyupan Pasar Minggu dan Pedagang (Wisata Pasar Tugu), tgl 16 Juli 2017.

(15) 88. kemungkinan terjadinya perbedaan antara apa yang diharapkan (direncanakan) oleh pembuat kebijakan dengan apa yang senyatanya dicapai (sebagai hasil atau prestasi dari pelaksanaan kebijakan). Besar kecilnya perbedaan tersebut sedikit banyak akan tergantung pada apa yang disebut oleh Walter Williams sebagai kapasitas pelaksanaan dari organisasi/ aktor untuk melaksanakan keputusan kebijakan sedemikian rupa sehingga ada jaminan bahwa tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan (dalam dokumen formal) dapat dicapai.17. 5.2 Kendala Pemerintah Kota Malang. dalam Pengelolaan Pasar Tidak. Tetap untuk Menunjang Pariwisata 5.2.1 PKL Liar Keberadaan sektor informal diperkotaan merupakan salah satu faktor penyebab perkembangan suatu kota. Pada aspek sosial dan ekonomi masyarakat kota tercipta kegiatan yang bersifat formal dan informal. Sektor formal diwadahi dalam ruang formal sesuai dengan yang telah diatur dalam RTRK (Rencana Tata Ruang Kota), sedangkan sektor informal belum terakomodasi dalam wadah serta aturan kebijakan pengelolaan yang rinci. Salah satu sektor informal dalam bidang perdagangan dan jasa yang sering dijumpai di kota salah satunya adalah Pedagang Pasar Tidak Tetap yang senantiasa tumbuh subur memilih lokasi untuk berdagang dengan memanfaatkan lahan kota yang potensial. Hal tersebut dikarenakan belum terdapatnya aturan tentang wadah yang dapat menampung aktivitas Pedagang dalam suatu ruang informal di Rencana Tata Ruang Kota (RTRK). Dalam beraktivitas para pedagang 17. Ibid.

(16) 89. tersebut memanfaatkan trotoar, badan jalan serta depan pertokoan tanpa memperhatikan ruang aktivitas yang terjadi di sekitarnya dan menggeser ruang publik, sehingga mengakibatkan berbagai macam permasalahan. Oleh karena itu dalam pengelolaan kota pariwisata, harus bersifat akomodatif dalam mengatasi tuntutan dan perubahan masyarakat karena tujuan perencanaan kota agar kehidupan dan penghidupan warga kota adalah dapat terwujud secara aman, tertib, lancar, melalui perwujudan pemanfaatan ruang kota yang serasi dan seimbang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan daya dukung pertumbuhan dan perkembangan kota. Sehingga seringkali paguyupan mengkritik terhadap Dinas Kebudayaan dan Pariwisata tentang masalah Pasar Wisata Belanja Tugu ini. Hal ini diperkuat hasil wawancara dengan subyek penelitian: “Banyak banget mas kalau mengkritik kebijakan....... sebenarnya gini. A…untuk swadaya pengadaan dan property Wisata Belanja Tugu ini kita tidak berharap banget terhadap Pemerintah, Cuma kebijakan yang menyangkut kebijakan terhadap pedagang liar yang berada di jalan di jalan tenis dan semeru itu aja focus pemerintah untuk membersihkan. Sebab menganggu omset pedagang yang resmi di dalam.”18 Dengan demikian Pemerintah Kota Malang dituntut semaksimal mungkin dalam melaksanakan penataan ruang kota, khususnya dalam penataan pasar tidak tetap. Mengingat kapasitas sektor formal dalam menampung pertambahan angkatan kerja sangat terbatas, maka perhatian serius terhadap sektor informal sangat diperlukan. Sebenarnya, Departemen Tenaga Kerja telah mengembangkan kebijakan pembinaan sektor informal dengan empat pendekatan, yaitu mendorong usaha informal menjadi usaha formal, meningkatkan kemampuan usaha sektor. 18. Hasil wawancara dengan So’im, selaku Sekretaris Paguyupan Pasar Minggu dan Pedagang (Wisata Pasar Tugu), tgl 16 Juli 2017.

(17) 90. informal yang sama, merencanakan lokasi baru bagi usaha sektor informal yang menimbulkan kerugian sosial dan mengalihkan usaha yang kurang memiliki prospek ke bidang usaha lain yang lebih prospektif. Hal ini berkaitan dengan tujuan penataan ruang yaitu untuk meningkatkan peran kota dalam pelayanan yang lebih luas agar mampu berfungsi sebagai pusat pembangunan dalam suatu pengembangan wilayah. Selain itu dapat memberikan kejelasan pemanfaatan ruang yang lebih akurat dan berkualitas sekaligus mempercepat pembangunan secara tertib dan terkendali dan terselenggaranya peraturan pemanfaatan ruang kawasan lindung dan kawasan budidaya. Penggunaan ruang publik telah menjadi suatu karakteristik yang identik dengan eksistensi pedagang pasar. Kesulitan dalam menangani sektor informal dipengaruhi oleh sangat banyak aspek, yang membuat penataan itu sendiri menjadi suatu masalah yang sangat kompleks. Problematika dalam penataaan sektor informal adalah bahwa jumlah mereka sangat banyak dan memerlukan ruang yang cukup besar untuk kegiatannya. Ruang yang besar itu harus berada di ruang publik atau tempat keramaian karena tempat itulah yang mendatangkan keuntungan. Hanya saja banyak kandala dalam pengelolaan Pasar Minggu untuk menunjang pariwisata, seperti yang disampaikan subyek penelitian: “Kendalanya ada, kendala utama yaitu masalah PKL liar, jadi PKL liar ini sering menggagu dan bentrok terhadap Wisata Belanja Tugu, karena PKL liar ini selalu menggangu mereka berjualan dijalan poros itu sehingga calon pembeli di Wisata belanja Tugu itu membeli diluar yang berada di jalan tenis dan jalan semeru itu. Upaya penertiban sudah berkali-kali dilakukan, tapi namanya PKL ya seperti itu, Kalau ada petugas merazia mereka berlarian. Intinya kendalanya seperti itu yaitu PKL liar.”19 19. Hasil wawancara dengan Drs. Heri Sunarko M.Si, selaku Kepala Bidang Ekonomi Kreatif Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kota Malang, tgl 17 Juli 2017.

(18) 91. Hasil wawncara di atas dapat dijelaskan, bahwa dalam penataan pasar minggu dibutuhkan strategi dalam pengelolaan dampak kebijakan tata ruang kota, dimana strategi penataan yang diterapkan dalam memenuhi hal tersebut dengan penanganan terhadap permasalahan yang ada dan pencadangan terhadap permasalahan yang akan timbul melalui strategi: 1. Realisasi; merupakan strategi pelaksanaan program Rencana Umum Tata Ruang Kota yang telah ada, karena secara struktural Rencana Umum Tata Ruang Kota yang ada masih sesuai dengan fungsi dan peran kota. 2. Optimalisasi; merupakan strategi penanganan permasalahan dengan mengoptimalkan pemanfaatan ruang kota secara efisien sesuai dengan kapasitas optimal ruang. 3. Relokasi; relokasi kegiatan dan pemanfaatan ruang yang sesuai dengan kriteria dan kelayakan kegiatan, karena pada dasarnya struktur tata ruang merupakan konsep yang dinamis. 4. Ekstensifikasi; merupakan perluasan pengaruh dan cakupan kota sesuai dengan arah kecenderungan fisik dan limitasi perkembangan kota. 5. Prioritas;. merupakan. dukungan. pelaksanaan. program. yang. akan. memberikan pengaruh pada perkembangan sektor lainnya. 6. Berkelanjutan; secara keseluruhan penanganan permasalahan dilakukan dengan landasan limitasi dan pemeliharaan terhadap kestabilan lingkungan. Hal inilah yang kemudian menjadikan penting pelaksanaan pembangunan, dimana pembangunan merupakan suatu tindakan untuk mewujudkan suatu kondisi yang lebih baik, tentunya hal ini mempertimbangkan aspek lingkungan yang ada.

(19) 92. sehingga mencapai tujuan dan sasaran pembangunan dengan menekan dampak negatif (dampak yang tidak diharapkan) dan mengentangkan dampak positif (dampak yang diharapkan) terhadap obyek pembangunan tersebut. 4.2.2 Lokasi yang Tidak Memadai Keterbatasan lahan yang strategis di Kota Malang yang di barengi dengan meningkatnya pembangunan serta perkembangan jumlah penduduk yang pesat, telah mengakibatkan adanya ketimpangan antara jumlah permintaan dengan penawaran. Ketimpangan ini memacu meningkatnya nilai lahan yang digunakan untuk mengembangkan pasar tidak tetap sehingga untuk mendapatkan lahan yang baik dalam arti lahan yang memang tepat didirikan pasar dan memenuhi standar lokasi, terutama bagi masyarakat yang yang bermata pencaharian pedagang di pasar minggu menjadi semakin sulit. Maka dibutuhkan perencaan yang matang dalam mewujudkan Pasar Minggu untuk menunjang pariwisata yang baik, seperti yang disampaikan subyek penelitian: “Perencanaan kedepan wisata belanja tugu akan menjadi destinasi wisata tujuan, dimana warga luar kota malang yang ingin ke kota malang wajib mengunjungi pasar tugu tersebut. Terutama mereka yang datang pada saat hari Minggu. Pembinaannya yaitu bekerja sama dengan Biro-biro perjalanan wisata yang akan berwisata ke Kota Malang.”20 Untuk mendapatkan optimalisasi pemanfaatan ruang kota secara efisien maka ditempatkan fungsi-fungsi kota sesuai dengan peruntukannya, dengan membedakan fungsi primer dan fungsi sekunder. Kegiatan fungsi primer adalah pengungkapan fungsi kota dalam pelayanan terhadap penduduk, sedangkan kegiatan sekunder adalah penyediaan berbagai fasilitas yang melayani kebutuhan 20. Hasil wawancara dengan Drs. Heri Sunarko M.Si, selaku Kepala Bidang Ekonomi Kreatif Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kota Malang, tgl 17 Juli 2017.

(20) 93. masyarakat kota. Dalam meningkatan kapasitas prasarana perkotaan, khususnya dalam pengembangan pariwisata, aspek-aspek yang menganalisis dalam penyusunan pengelolaan pasar yang dilakukan bertujuan untuk kebijakan pembangunan, khususnya untuk penggunaan lahan dan sistem pasar yang dilakukan untuk memahami kondisi, jumlah, jenis, letak, ukuran, dan keterkaitan antar pusat-pusat pemukiman yang digambarkan dengan sistem hirarki dan fungsi kawasan pemukiman. Pemeliharaan prasarana Perkotaan, khsusnya di Kota Malang, kiranya pemerintah menyadari bahwa perencanaan itu mahal, namun lebih mahal lagi adalah pembangunan tanpa perencanaan. Disadari bahwa berbagai macam usaha pembangunan di Kota Malang telah dilaksanakan. Namun secara umum diketahui pula bahwa dibalik hasil pembangunan fisik kota yang menunjang kesejahteraan masyarakat, tidak sedikit pula terjadi dampak pembangunan yang dirasa merugikan bagi kehidupan (fisik dan psikhis) masyarakat. Berkurangnya lahan strategis bagi sarana publik yang semua itu sebagai akibat pembangunan yang dilaksanakan tidak secara terpadu antara satu sektor dengan sektor lainnya. Di samping itu, izin pembangunan yang direkomendasikan Pemerintah Kota sering tidak terpadu dengan peraturan daerah yang telah ditetapkan. Dari beberapa kegiatan yang akan dialokasikan, tentunya banyak menimbulkan dampak baik negatif maupun positif. Dampak-dampak yang timbul mencakup aspek fisik, kimia, hayati dan sosial ekonomi budaya. Sedangkan bentuk dari dampak tersebut antara lain; polusi udara, kebisingan, pencemaran, perubahan sosial dan perubahan manfaat dari kegiatan tersebut..

(21) 94. Selain itu, perlu pula dikembangkan pemerataan distribusi ekonomi dan kesempatan berusaha, sehingga memungkinkan mereka untuk memperoleh sumber penghidupan yang layak bagi kelangsungan hidupnya. Oleh sebab itu pemerataan distribusi fasilitas sosial ekonomi di seluruh wilayah perlu dilakukan, terutama di pasar minggu. Upaya untuk pengembangan distribusi penduduk dengan merangsang daerah perkotaan sudah cukup baik. Namun, perlu pula diperhatikan kebutuhan saran utilitas yang memadai agar usaha untuk mewujudkan kehidupan yang sejahtera bagi masyarakat dapat terwujud. Pengembangan pembangunan pasar minggu yang ada di kota Malang. sebenarnya dimaksudkan dalam rangka peningkatan sektor pariwisata dan pengembangan ekonomi, maka dari itu pemerintah kota Malang menjadikan pasar ini sebagai kota wisata berbasis budaya. Ciri khas pasar ini sesuai dengan namanya hanya buka pada hari minggu saja, di dalamnya terdapat berbagai macam pusat seni, budaya, wisata kuliner, pusat souvenir yang diharapkan mampu menarik minat wisatawan lokal mapun asing. Hal ini kemudian oleh pemerintah kota Malang di wujudkan dalam bentuk program Tri Bina Citra Kota Malang, yaitu Malang kota pendidikan, industri, pariwisata. Namun seiring dengan hal tersebut, ternyata pengelolahan pariwisata di Kota Malang tidak berjalan dengan maksimal dikarenakan pemerintahan kota lebih memfokuskan pembangunan secara fisik (mall, perumahan, ruko dan gedung perkantoran) yang secara tidak langsung mengabaikan pengelolahan dan penataan pasar minggu, salah satunya adalah penetapan lokasi pasar ini berada.

(22) 95. pada lokasi akses jalan umum yang seharusnya digunakan untuk akses transportasi masyarakat Kota Malang. Kurangnya perhatian pemkot terhadap kondisi pasar minggu sebenarnya semakin mempersempit kondisi ruang yang ada di Kota Malang dan masyarakat tidak mempunyai hak untuk menikmati ruang tersebut. Disamping itu, jalan raya yang digunakan sebagai tempat berlangsungnya pasar mingguan ini merupakan jalur lalu lintas masyarakat pada umumnya, sehingga menghambat aktifitas masyarakat. Hal ini mengakibatkan makin menyempitnya ruang yang ada di Kota Malang dan secara otomatis berdampak pada keterbatasan ruang yang seharusnya dapat dinikmati oleh masyarakat. Pasar minggu ini termasuk dalam pasar sementara. Pasar ini sebagaimana dijelaskan dalam Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2004 “Tentang Pengelolahan Pasar dan Tempat Berjualan Pedagang” pada pasal 1 ayat 8 yang berbunyi: “Pasar Sementara adalah pasar yang menempat tempat atau areal tertentu yang diperbolehkan atau atas persetujuan Kepala Daerah atau pejabat yang ditunjuk, dengan bangunan yang tidak permanen atau bersifat tradisional dan tidak bersifat rutinitas”.21 Dalam paradigma keruangan kota, pasar ini dapat dilihat dari dua perspektif yaitu: Pertama, adalah gejala umum. Dalam hal ini adalah adanya pengurangan ruang, dimana bentuk pengurangan ruang tersebut adalah “perampasan” hak publik dalam akses jalan raya. Kedua, adalah gejala jangka panjang. Gejala ini dilihat dari perubahan posisi pedagang. Dalam konteks pasar, maka pedagang yang ada di dalamnya sudah tentu mayoritas menggantungkan hidup dari usaha berjualan di dalam pasar. Namun dengan belum adanya Perwali 21. Peraturan Daerah Kota malang Nomor. 12 tahun 2004.

(23) 96. yang menjadi payung hukum atas terselenggaranya pasar ini maka sangat dimungkinkan sekali terjadinya perombakan atau bahkan juga mungkin pembubaran pada pasar wisata (pasar minggu) ini yang didalamnya ratusan pedagang telah terlanjur bergantung pada keberadaan pasar ini. Dengan. demikian. suatu. kebijakan. boleh. jadi. tidak. dapat. diimplementasikan secara efektif sehingga dinilai oleh para pembuat kebijakan sebagai pelaksanaan yang jelek. Atau baik pembuat kebijakan atau mereka yang ditugasi untuk melaksanakannya sama-sama sepakat bahwa kondisi eksternal benar-benar tidak menguntungkan bagi efektifitas implementasi, sehingga tidak seorangpun perlu dipersalahkan. Dengan kata lain, kebijaksanaan itu telah gagal karena nasibnya memang jelek. Faktor penyebab lainnya, namun yang kerapkali oleh para pembuat kebijaksanaan tidak diungkapkan secara terbuka kepada masyarakat, ialah bahwa kebijaksanaan itu gagal karena sebenarnya kebijaksanaan itu sejak awal memang sudah jelek, dalam artian bahwa kebijaksanaan itu telah dirumuskan secara sembrono, tidak didukung oleh informasi memadahi, alasan yang keliru, atau asumsi-asumsi dan harapan-harapan yang tidak realistis..

(24)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa (1) Peningkatan intensitas cekaman kekeringan secara nyata menurunkan produksi biomasa, jumlah

Konsep dasar just in time adalah suatu konsep di mana bahan baku yang digunakan untuk aktifitas produksi didatangkan dari pemasok atau suplier tepat pada waktu

Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada variable yang diteliti, pada penelitian ini yang ingin diketahui ialah tingkat pendidikan dan motivasi memberikan ASI eksklusif

Ketika membaca sholawat wahidiyah dapat memasang niat disetiap kegiatan apapun w1.7d Seluruh aktifitas dipsw atau diluar psw diniati lillah dan lirrosul w1.17b Setelah

Evaluasi penerapan Sistem Informasi Manajemen Keuangan Daerah (SIMDA) Hasil evaluasi penilaian kualitas laporan keuangan Dinas X dengan menggunakan aplikasi SIMDA

Dalam meminimumkan peluang kebangkrutan suatu perusahaan asuransi dapat dilakukan dengan menentukan premi reasuransi yang optimal.. Premi reasuransi sendiri dapat

Air Tiga Rasa merupakan salah satu sumber mata air alami yang berada di kawasan Gunung Muria tepatnya di Rejenu Desa Japan, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus.. Sumber

Interaksi varietas (genotip) dengan lokasi (lingkungan) terjadi pada karakter persentase tanaman berbunga sempurna, persentase tanaman berbunga betina, ruas letak bunga pertama,