• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. terlihat ramai karena banyaknya pembeli yang berkunjung ke pasar untuk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. terlihat ramai karena banyaknya pembeli yang berkunjung ke pasar untuk"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kota Yogyakarta selain dikenal sebagai kota pelajar, juga dikenal sebagai kota budaya. Satu dari beberapa budaya yang terdapat di Kota Yogyakarta dan mampu menarik minat pengunjung baik lokal maupun mancanegara adalah pasar.

Pasar merupakan tempat atau wadah pertemuan antara penjual dengan pembeli dan di dalamnya terjadi proses tawar menawar terhadap barang yang diperjual belikan. Beberapa pasar yang ada di kota Yogyakarta, salah satunya adalah pasar Pujokusuman dan pasar Prawirotaman.

Proses perdagangan yang berada di pasar Pujokusuman selalu terlihat ramai karena banyaknya pembeli yang berkunjung ke pasar untuk membeli bahan pokok maupun keperluan rumah tangga. Disamping itu aktivitas yang ada di pasar Pujokusuman tidak hanya didominasi oleh para pembeli atau konsumen namun juga para produsen yang setiap pukul 06.00 WIB selalu datang untuk menitipkan dagangan kepada pedagang jajanan pasar. Salah satu hal yang menarik di pasar Pujokusuman adalah banyaknya pedagang yang memperjual belikan jajanan pasar1. Jajanan pasar yang diperjual belikan seluruhnya bukan milik dari pedagang tetapi

1 Jajanan pasar yang dijual seperti klemet, arem-arem, lemper, kue cucur, kue lumpur, peyek, dan lain-lain.

(2)

2 milik produsen. Pedagang yang memperjual belikan jajanan pasar menjualnya dengan harga yang relatif murah dan dapat dijangkau oleh setiap kalangan masyarakat berpenghasilan rendah. Gambaran tersebut juga sama dengan yang berada di pasar Prawirotaman. Tidak hanya pembeli yang selalu masuk dan membelanjakan uangnya untuk keperluan rumah tangga maupun pedagang yang sejak pukul 05.00 WIB sudah mempersiapkan lapaknya untuk berjualan.

Para produsen jajanan pasar juga sudah berdatangan ke pasar Prawirotaman dan langsung menemui para pedagang perantara2 untuk menyerahkan dan menitipkan hasil produksi berupa jajanan pasar. Produsen yang menyerahkan jajanan pasar kepada pedagang perantara dan pedagang perantara menjualkan jajanan pasar kepada pembeli, merupakan salah satu bentuk perjanjian menurut hukum adat yang merupakan perjanjian jual titip.

Perjanjian jual titip merupakan perjanjian dimana pihak yang satu sebagai penitip barang barang tertentu menitipkan atau menyerahkan barang tersebut kepada tertitip dengan maksud untuk menjualkannya. Hilman hadikusuma memberikan definisi mengenai jual titip yaitu persetujuan antara 2 (dua) pihak, dimana pihak yang satu sebagai penitip

2 Agar tidak menimbulkan suatu penafsiran yang salah, maka Pedagang perantara, dalam hal ini tidak di samakan dengan makelar, broker. Pedagang perantara, dalam hal ini merupakan pedagang perantara yang menerima titipan berupa jajanan pasar dari produsen jajanan pasar dengan perintah untuk dijual kepada pembeli atau konsumen.

(3)

3 (produsen jajanan pasar) menyerahkan kepada pihak yang lain sebagai tertitip (pedagang perantara)3.

Jual beli jajanan pasar tidak dilakukan secara langsung oleh penjual asli (produsen jajanan pasar) melainkan melalui pedagang yang menjadi perantara untuk menjualkan jajanan pasar tersebut kepada pembeli atau konsumen.

Jajanan pasar yang dijual tidak diproduksi oleh pedagang perantara sendiri atau dengan kata lain, seluruh jajanan pasar yang dijual bukan milik dari pedagang perantara. Jajanan pasar yang dijual semuanya merupakan milik dari para produsen yang menitipkan kepada pedagang perantara yang berada di pasar Pujokusuman dan Prawirotaman.

Pelaksanaan perjanjian jual titip adalah dengan produsen mendatangi dan menanyakan kepada pedagang. Bila para pedagang tersebut sanggup untuk menjadi perantara, maka para pedagang tersebut disuruh untuk menjualkan sampai habis dan apabila dalam sehari barang dagangan tersebut tidak laku, maka produsen tadi akan mengambil sisa dagangannya.

Perjanjian jual titip dalam pelaksanaannya tidak menggunakan perjanjian tertulis seperti kontrak. Pelaksanaan perjanjian tersebut hanya asas kepercayaan masing masing pihak dan juga dengan suatu perbuatan yang nyata dan tunai. Asas kepercayaan dapat diwujudkan dengan produsen mempercayai pedagang untuk menjualkan jajanan pasar dan

3 Hilman Hadikusuma, 2001, Hukum Perekonomian Adat Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 80

(4)

4 suatu perbuatan nyata dan tunai dapat diwujudkan dengan suatu tindakan dimana penyerahan jajanan pasar dari produsen kepada pedagang diikuti dengan perintah untuk dijual.

Salah satu filosofi Jawa yaitu Babat alas4 yang memiliki makna membangun bersama-sama dari bawah, ditujukan dengan produsen bersama-sama dengan pedagang perantara saling bahu membahu dari bawah untuk memperoleh keuntungan dari hasil penjualan jajanan pasar yang diproduksi dan dititipkan oleh produsen.

Kondisi tersebut diatas apabila dikaitkan dengan kondisi saat ini, produsen lebih menginginkan untuk menitipkan jajanan pasar kepada pedagang perantara dimana arus transaksi jual beli yang dilakukan oleh pedagang perantara dengan pembeli sangat rame. Produsen tidak menginginkan untuk menitipkan jajanan pasar kepada pedagang perantara yang arus transaksi jual beli dengan pembeli sepi.

Hubungan erat yang terjalin melalui babat alas antara produsen jajanan pasar dengan pedagang perantara menciptakan suatu kebiasaan yang ditujukan dengan pedagang perantara tidak memberikan persetujuan kepada produsen untuk menitipkan jajanan pasar karena lebih ingin menghargai produsen jajanan pasar yang sejak lama telah saling merasakan kesukaran agar jajanan pasar yang diproduksi dan dititipkan laku terjual.

4

Babat alas secara umum diartikan sebagai menebang pohon di hutan. Babat alas mempunyai arti kiasan perbuatan yang mulia dan terpuji, semisal seorang yang ikut memelopori mendirikan sebuah universitas dapat dengan bangga mengatakan “Saya ikut babat alas”, www. Library.ohiu.edu/indopubs/1999/08/31/0052/.html, diambil pada tanggal 4 Mei 2016 pukul 10.33 WIB.

(5)

5 Salah satu pedagang perantara bernama Bapak Hendri, pernah menolak jajanan pasar yang dititipkan oleh produsen. Bapak Hendri menolak untuk dititipkan jajanan pasar karena ingin menghormati dan menghargai perjuangan dari produsen yang sejak awal telah bahu membahu untuk melariskan jajanan pasar yang dijual.

Pedagang perantara menolak untuk dititipkan jajanan pasar juga karena menghindari adanya konflik antar sesama produsen. Salah satu pedagang perantara bernama Ibu Gatot tidak memberikan persetujuan kepada produsen untuk menitipkan jajanan pasar yang memiliki bentuk dan rasa yang sama karena ingin menghargai produsen yang telah lebih dulu menitipkan dan ingin menghindari adanya persaingan yang tidak sehat diantara sesame produsen.

Salah satu produsen jajanan pasar di pasar Pujokusuman adalah Bu Yanti. Bu Yanti sudah menjalani perjanjian jual titip selama 5 tahun dan hingga saat ini masih mempercayai pedagang yang berjualan di pasar Pujokusuman untuk memasarkan hasil produksinya. Bu Yanti dalam sehari mampu memproduksi sekitar 70 (tujuh puluh) potong jajanan terdiri dari 2 (dua) macam, risoles dan arem-arem. Bu Yanti memproduksi risoles sebanyak 40 (empat puluh) buah dan arem-arem sebanyak 30 (tiga puluh) buah. Bu Yanti didalam memproduksi selalu memperhitungkan biaya produksi sehingga tidak selalu jumlah risoles dan arem-arem akan sama dari hari ke hari. Bu Yanti dapat menambah jumlah produksi manakala mendapatkan permintaan dari pedagang.

(6)

6 Bagi produsen makanan, keuntungan yang diperoleh dapat digunakan kembali sebagai modal untuk memproduksi makanan untuk dititipkan di kemudian hari. Bagi pedagang sendiri, keuntungan yang diperoleh dapat menambah penghasilan selain daripada penghasilan atas dagangan sendiri.

Salah seorang pedagang perantara jajanan pasar di pasar Pujokusuman yang bernama Ibu Endang, sudah sangat lama menjualkan aneka makanan seperti tahu bakso, lemper, arem, dan lain-lain. Makanan yang dijual seluruhnya merupakan titipan dari produsen. Harga setiap jenis makanan yang ditetapkan oleh produsen akan berbeda ketika Bu Endang menjualkan makanan kepada pembeli dikarenakan beliau menetapkan atau mematok harga sendiri dengan alasan mengambil keuntungan dari penjualan tersebut.

Adanya perjanjian jual beli dimana antara produsen dengan pembeli bertemu secara langsung memang sudah sering ditemui. Transaksi seperti itu merupakan transaksi jual tunai yang dapat dijumpai di pasar-pasar yang ada di kota Yogyakarta. Transaksi jual beli yang dilakukan melalui pedagang perantara setidaknya mengandung dua hubungan hukum yaitu hubungan antara produsen dan pedagang perantara serta hubungan antara pedagang perantara dengan pembeli. Sebagai sebuah transaksi yang berbasis pada kebiasaan, menarik untuk melihat mekanisme dan prinsip-prinsip dalam transaksi jual titip tersebut. Termasuk dalam hal untuk

(7)

7 melihat bagaimana para pihak membangun konsensus dan kemudian menjalankannya sebagai sebuah tindakan yang berkelanjutan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana pelaksanaan perjanjian jual titip jajanan pasar di pasar Pujokusuman dan pasar Prawirotaman, Kota Yogyakarta?

2. Bagaimana penerapan prinsip-prinsip hukum adat dalam perjanjian jual titip jajanan pasar di pasar Pujokusuman dan pasar Prawirotaman, Kota Yogyakarta?

C. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian yang dilakukan, terdapat dua tujuan yang ingin dicapai. Tujuan penelitian ini meliputi :

1. Untuk mengetahui pelaksanaan perjanjian jual titip jajanan pasar di pasar Pujokusuman dan pasar Prawirotaman, Kota Yogyakarta.

2. Untuk mengetahui penerapan prinsip-prinsip hukum adat dalam perjanjian jual titip jajanan pasar di pasar Pujokusuman dan pasar Prawirotaman, Kota Yogyakarta

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini akan bermanfaat untuk menjelaskan mekanisme dan prinsip-prinsip yang berlaku dalam transaksi yang berbasis kebiasaan sebagaimana transaksi adat pada umumnya.

(8)

8

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelusuran kepustakaan di perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, penelitian yang berjudul “Prinsip-Prinsip Hukum Adat dalam Perjanjian Jual Titip Jajanan Pasar di pasar Pujokusuman dan pasar Prawirotaman, Kota Yogyakarta” pernah dilakukan sebelumnya dengan judul “Hubungan Kemitraan dalam Perjanjian Jual Titip Makanan antara Pasar Swalayan dengan Pengusaha Kecil di Kotamadya Yogyakarta” oleh Reni Renoati pada tahun 1999 dan dipublikasikan pada Mimbar Hukum 1999, VI (32), Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. Penelitian tersebut mengambil lokasi pada 4 (empat) pasar swalayan modern yang berada di Kotamadya Yogyakarta. Namun, 4 (empat) pasar swalayan yang menjadi objek penelitian Reni Renoati tidak dijelaskan secara rinci dimana dan nama pasar swalayan tersebut. Responden yang dijadikan sebagai bahan penelitian Reni Renoati berjumlah 24 responden yang terdiri dari 4 (empat) pengelola swalayan dan 20 (dua puluh) produsen.

Penelitian skripsi yang dilakukan oleh penulis terdiri dari beberapa produsen dan beberapa pedagang. Beberapa produsen dan pedagang yang dijadikan penulis sebagai bahan penelitian skripsi diambil di pasar tradisional yang ada di Kota Yogyakarta yaitu pasar Prawirotaman dan Pujokusuman.

Terdapat perbedaan lokasi yang diambil oleh peneliti sebelumnya, yaitu Reni Renoati dengan penelitian sekarang yang dilakukan oleh

(9)

9 penulis. Perbedaan tersebut terletak pada lokasi penelitian dimana Reni Renoati mengambil lokasi pasar swalayan modern dan penulis mengambil lokasi pasar tradisional.

Penulis mengambil lokasi penelitian dengan tema perjanjian jual titip jajanan pasar di pasar tradisional karena penyaluran atau distribusi jajanan pasar oleh para produsen dilakukan dengan sederhana tanpa memperlukan ijin kepada pihak pengelola pasar. Persaingan antara sesama produsen untuk memperjual belikan jajanan pasar melalui perantara pedagang akan lebih terlihat karena banyak pembeli atau konsumen yang datang ke pasar untuk melakukan transaksi jual beli.

Distribusi jajanan pasar oleh produsen ke pasar modern berbeda dengan distribusi di pasar tradisional karena pihak produsen harus meminta ijin terlebih dahulu kepada pengelola pasar modern untuk menitipkan jajanan pasar. Persaingan antara sesama produsen akan semakin tidak terlihat karena jajanan pasar akan diletakan di display room dan hanya ditunggu oleh petugas yang berjaga. Petugas yang berjaga bersifat pasif. Maksud bersifat pasif petugas hanya akan melayani apabila ada pengunjung atau pembeli yang membeli jajanan pasar.

Referensi

Dokumen terkait

Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Selama Seminggu yang Lalu Menurut Jumlah Jam Kerja Pada Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin di Provinsi Sumatera Barat,

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul “ HUBUNGAN USIA PENDERITA

ayah terima kasih telah menjadi ayah yang baik, sangat sayang sama uni dan sebaliknya uni sangat sangat sayang sekali sama ayah, terima kasih telah mengajarkan apa arti hidup,

Mencari solusi rantai yang dicari diawali dengan pemisahan rantai oleh enzim-enzim tertentu menjadi fragmen-fragmen, selanjutnya dengan membentuk sebuah graf berarah dari

Komodo jantan lebih besar daripada komodo betina, dengan warna kulit dari abu- abu gelap sampai merah batu bata, sementara komodo betina lebih berwarna hijau buah zaitun,

Telah dilakukan uji daya peredam radikal bebas terhadap DPPB (1,1-diphenil-2- picrylhydrazil) dari daun kubis ungu (Brassica oleracea var. capitata forma rubra) yang

Makalah ini bertujuan untuk menginformasikan deskripsi hasil penelitian tentang keefektifan model pembelajaran berbasis masalah (PBM) untuk meningkatkan keterampilan

Ekstrak etanol daun jambu bol ( E. malaccensis ) mempengaruhi volume air minum secara bermakna ( p < 0,05) untuk itu dilanjutkan dengan uji Duncan, ternyata hasilnya