• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR PUSTAKA. Abdurachman, Hadjib N Pemanfaatan Kayu Hutan Rakyat untuk Komponen Bangunan. Prosiding Seminar Hasil Hutan 2006:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAFTAR PUSTAKA. Abdurachman, Hadjib N Pemanfaatan Kayu Hutan Rakyat untuk Komponen Bangunan. Prosiding Seminar Hasil Hutan 2006:"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

64

DAFTAR PUSTAKA

Abdurachman, Hadjib N. 2006. Pemanfaatan Kayu Hutan Rakyat untuk Komponen Bangunan. Prosiding Seminar Hasil Hutan 2006: 130-148.

Adelina N. 1987. Pengujian Efikasi Termisida Lentrek 400 EC Terhadap Rayap Kayu Kering (Crytotermes cynocephalus Light). Skripsi. Fakultas Kehutanan IPB. Tidak Diterbitkan.

Achmadi SS. 1990. Kimia Kayu. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat IPB. Bogor. Ahmad SA, Tochidi, Effendi S. 1980. Ilmu kimia Organik. Angkasa. Bandung. Asikin Z, Rastiawan S, Ronisef, Soehito. 1986. Kimia Organik. Widjaja. Jakarta. Association of Official Analytical Chemist. 1990. Official Methods on Analysis. 18th

ed. Benjamin Franklin. Washington DC. USA.

Barley, Abdurrochim. 1996. Petunjuk Teknis Pengawetan Kayu untuk Bangunan Hunian dan Bukan Kayu. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan dan Sosial Ekonomi Kehutananan, Bogor.

Buckle KA, Edwards GH, Fleet, Wotton M. 1985. Ilmu Pangan. Penerjemah: Purnomo dan Adiono. UI Press, 365 hal. Jakarta.

Darmadji P. 1995. Produksi Asap Cair dan Sifat-Sifat Fungsionalnya. Fakultas Teknologi Pangan. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Darmadji P. 2002. Optimasi Pembuatan Tepung Asap, Agriteck 22 (4) 172-177. Daun R. 1979. Interaction of Wood Smoke Component and Foods. Food and tech, 33

(59): 61-71, 83.

Dean AJ. 1987. Handbook of Organic Chemistry. Mc Graw Hill Book Co., Singapore.

Demirbas A. 2005. Pyrolysis of Ground Beech Wood in Irregular Heating Rate Conditions. J. Anal. Appl. Pvr. 73: 39-43.

Dizon RL. 1983. Rayap dan Pemberantasannya. Prosiding Diskusi Pencegahan dan Penanggulangan Rayap pada Bangunan. Kerjasama Direktorat Tata Bangunan dengan Ikatan Arsitektur Indonesia, Jakarta.

(2)

65 Gani A. 2007. Konversi Sampah Organik Pasar Menjadi Komarasca

(Kompos-Arang Aktif-Asap Cair) dan Aplikasinya Pada Tanaman Daun Dewa. Thesis. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Girrar JP. 1992. Smoking In: Technology of Meat and Meat Products. Ellis Horwood Limited, New York.

Guillen MD, Iborgoita ML. 1999. Influence of The Moisture Content on the Composition of the Liquid Smoke Produced in the Pyrolysis Process of Fagus sylvatica L.J. Agri food chem. 47 : 4126-4136.

Gumanti FM. 2006. Kajian Sistem Produksi Destilat Asap Cair Tempurung Kelapa dan Pemanfaatannya sebagai Alternatif Bahan Pengawet Mie Basah, Skripsi. Fateta-IPB, Bogor.

Harris WV. 1971. Termites Their Recognition and Control. 2nd Longmans, Green and Co Ltd. London 1986 pp.

Hartoyo, Nurhayati S. 1977. Hasil Destilasi Kering Beberapa Jenis Kayu Indonesia dan Kemungkinan Penggunaanya. Laporan No.86. Lembaga Penelitian Hasil Hutan, Bogor.

Hasan T. 1986. Pengendalian dan Pencegahan Rayap. Penerbit Akademika Pressindo, Jakarta.

Hendra D. 1992. Hasil Pirolisis dan Nilai Kalor dari Delapan Jenis Kayu di Indonesia Bagian Timur. Jurnal PHH. Vol. 10(4): 122-124.

Henendyo C. 2005. Kinerja Alat Ekstrasi Asap Cair dengan Sistem Kondensasi. Skripsi. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Hunt GM, Garratt GA. 1986. Pengawetan Kayu. Penerbit Akademika Pressindo. Jakarta.

Jasni, Pari G. 1999. Ter dan Destilasi Kayu Jati Sebagai Pencegah Serangan Rayap Kayu Kering (Cryptotermes cynocephalus Light). Prosiding Seminar Nasional. Peranan Entomologi dalam Pengendalian Hama yang Ramah Lingkungan dan Ekonomis, Bogor. Buku I: 373-380.

Jasni, Pari G, Fatmawati. 2001. Destilat Kayu Mangium (Acacia mangium) untuk Mencegah Serangan Rayap Kayu Kering (Cryptotermes cynocephalus Light) Seminar Nasional Berkelanjutan. LPHH, Bogor.

Kadir K. 1973. Kadar Air Kering Udara di Bogor. Laporan No. 12. Lembaga Penelitian Hasil Hutan, Bogor.

(3)

66 Komisi Pestisida Departemen Pertanian. 1995. Metode Standar Pengujian Efikasi

Pestisida. Jakarta.

Maga JA. 1988. Smoke In Food Processing. Florida, USA: CRC Press.

Mandang YI, IKN Pandit. 1997. Pedoman Identifikasi Kayu di Lapangan. Yayasan PROSEA. Bogor.

Marsoem SN. 1989. Penembusan Persenyawaan BOR pada Rotan yang Diawetkan. Laporan Penelitian Fakultas Kehutanan UGM. Yogyakarta

Martawijaya A. 1971. Keawetan dan Pengawetan Kayu Karet. Laporan No. 3-4. Lembaga Penelitian Hasil Hutan. Bogor.

Martawijaya A, Barley. 1982. Retensi Kayu Indonesia terhadap Impregnasi dengan Bahan Pengawet CCA. Pengumuman No. 5 Balai Penelitian Hasil Hutan, Bogor.

Martawidjaya A, Kartasudjana. 1996. Ciri Umum Sifat dan Kegunaan Jenis-Jenis Kayu Indonesia. Forest Products and Social-Economic Research and Development Centre. Bogor.

Martawijaya A. 1996. Keawetan Kayu dan Faktor yang Mempengaruhinya. Petunjuk Teknis. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan dan Sosial Ekonomi Kehutanan, Bogor.

Martawijaya A, Kartasujana I, Kadir K, Prawira. 1989. Atlas Kayu Indonesia. Jilid II. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Lembaga Penelitian Hutan, Bogor.

Nandika D. 1983. Rayap dan Ancamannya Terhadap Bangunan. Makalah Diskusi Pencegahan dan Penanggulangan Bahaya Rayap pada Bangunan. Kerjasama Direktorat Tata Bangunan dengan Ikatan Arsitek Indonesia, Jakarta.

Nandika D, Soenaryo, Saragih. 1996. Kayu dan Pengawetan Kayu. Dinas Kehutanan DKI Jakarta, Jakarta.

Padlinurjaji IM. 1980. Meningkatkan Peran dan Pengawetan dalam Usaha Mempertinggi Kualitas Hasil Produksi. Paper Penunjang. Diskusi Industri Perkayuan. Fakultas Kehutanan IPB, Bogor.

Paris OCZ, Zikler GA. 2005. Decomposition and Carbonization of Wood Biopolymer Microstructural Study of Softwood Pyrolisis. Carbon 53-66. Pearce MJ. 1997. Termites, Biology and Pest Management. CAB Intern. New York.

(4)

67 Permadi P, Barly. 1989. Pengawetan Kayu Karet, Agathis dan Tusam dengan Metode

Tekanan Berganti. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. 6(3): 160-162. Bogor. Primanto M. 1992. Pengaruh Bahan Pengawet Impralit B1 dari Berbagai

Konsentrasi Terhadap Berbagai Serangan Jamur Perusak Kayu pada Kayu Karet. Skripsi Fakultas Kehutanan IPB, Bogor.

Pszezola DE. 1995. Tour Higlights Production and Used of Smoke House Base Flafors. Food Tech 49:70-74.

Rakhmawati D. 1996. Prakiraan Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap pada Bangunan Perumahan di Indonesia. Skripsi. Jurusan Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan IPB, Bogor.

Ronwall ML. 1978. Termite Life and Termite Control in Tropical South Asia. Scientific Publisher. Jodhpur.

Rudi. 1999. Preferensi Makan Rayap Tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren) (isoptera: Rhinotermitidae) Terhadap Delapan Jenis Kayu Bangunan. Thesis. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Rumidatul A. 1998. Studi Pemanfaatan Ter dan Destilat sebagai Bahan Pengawet Alami Terhadap Serangan Rayap Kayu Kering (Cryptotermes cynocephalus Light). Skripsi. Fakultas Kehutanan Universitas Winaya Mukti. Jatinangor. Setyahamidjaja D. 1993. Budidaya dan Pengolahan Karet. Penerbit Kanisius.

Yogyakarta.

Simanjutak NM. 1991. Pengujian Efikasi Bahan Pengawet Kayu Wazary 10 FL Terhadap Rayap Kayu Kering (Cryptotermes cynocephalus Light). Pada Kayu Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg). Skripsi. Fakultas Kehutanan IPB. Tidak diterbitkan.

Slamet B, Rokhani H, Setyadjit, Sulusi P. 2007. Pengembangan dan Pemanfaatan Asap Cair Tempurung Kelapa untuk Pengawetan Produk Buah-Buahan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Standar Nasional Indonesia. 1999. Standar Nasional Indonesia. SNI-03-5010.1-1999/ Revisi SNI 03-3528-1994 Tentang Pengawetan Kayu untuk Perumahan dan Gedung. Jakarta.

Standar Nasional Indonesia. 1992. SNI-3233-1992 Tentang Tata Cara Pengawetan Kayu dengan Cara Pemulasan Pencelupan dan Rendaman. Jakarta.

(5)

68 Sudharto 1983. Pengujian Efikasi Wolmanit CB, Diffusol CB dan Treatex 225 C

Terhadap Rayap Kayu Kering (Cryptotermes cynocephalus Light) pada Kayu Karet (Hevea brasiliensis Muell.Arg). Skripsi. Fakultas Kehutanan IPB. Tidak Diterbitkan.

Supriana N. 1983. Perilaku Rayap Perusak Kayu. Kerjasama Direktorat Tata Bangunan dengan Ikatan Arsitek Indonesia, Jakarta.

Supriana N. 1983a. Ekologi Rayap Perusak Kayu. Posiding Pertemuan Ilmiah Pengawetan Kayu: Jakarta 12-13 Oktober 1983. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Bogor, Bogor. Hlm 6-16.

Supriana N. 1983b. Hubungan Antara Aktifitas Makan Pada Rayap dengan Sifat-Sifat Kayu. Posiding Pertemuan Ilmiah Pengawetan Kayu: Jakarta 12-13 Oktober 1983. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Bogor, Bogor. Hlm 120-126.

Supriana N. 1983c. Perilaku Perusak Kayu. Prosiding Pencegahan dan Penanggulangan Bahaya Rayap pada Bangunan. LPHH, Bogor.

Supriana N, Martawijaya A. 1996. Risalah Pengawetan Kayu. LPHH, Bogor.

Tarumingkeng RC. 1992. Biologi dan Perilaku Rayap. Makalah Seminar Pengendalian Hama Berwawasan Lingkungan sebagai Pendukung Pembangunan Nasional. IPPHAMI-Dirjen PPM dan PLP Depkes. Jakarta. Tarumingkeng RC. 2000. Biologi dan Pengenalan Rayap Perusak Kayu di

Indonesia. Laporan Lembaga Penelitian Hasil-Hutan No. 133. Bogor.

Tobing T. 1977. Pengawetan Kayu. Lembaga Kerjasama Fakultas Kehutanan IPB, Bogor.

Tranggono, Suhardi, Setiadji B, Darmadji P, Supranto, Sudarmanto. 1996. Identifikasi Asap Cair dari Berbagai Jenis Kayu dan Tempurung Kelapa. Ilmu dan Teknologi Pangan. Yogyakarta. 1(2): 15-24.

Yatagai M, Unrinin G, Sugiura G. 1996. By-product of Wood Carbonization. Mokuzai Gakkaishi.

Yulistiani 1997. Kemampuan Penghambatan Asap Cair Terhadap Pertumbuhan Bakteri Patogen dan Perusak pada Lidah Sapi. BPPS-UGM. 10(3b):337-35.

(6)
(7)

69 Lampiran 1. Hasil identifikasi komponen asap cair tempurung kelapa menggunakan

(8)

70 Lampiran 1.(Lanjutan)

(9)

71 Lampiran 1.(Lanjutan)

(10)

72 Lampiran 1.(Lanjutan)

(11)

73 Lampiran 1.(Lanjutan)

(12)

74 Lampiran 1.(Lanjutan)

(13)

75 Lampiran 1.(Lanjutan)

(14)

76 Lampiran 2. Data pengukuran kadar air pada contoh uji kayu karet

Perlakuan Ulangan Berat awal (gr) Berat akhir (gr) Kadar air (%) Rata-rata (%) 1 2 3 4 5 6 A1B1 1 2 3 1.9812 2.0656 2.1010 1.7843 1.8403 1.8567 11.035 12.243 13.158 12.15 A1 B2 1 2 3 2.1993 2.1456 2.0327 1.9376 1.8907 1.8004 13.506 13.482 12.903 13.30 A1B3 1 2 3 2.2446 2.2014 2.3073 1.9651 1.9567 2.0286 14.223 12.506 13.739 13.49 A1B4 1 2 3 2.3147 2.1652 2.3182 2.0320 1.9004 2.0580 13.912 13.934 12.643 13.50 A2BI 1 2 3 2.2388 2.2111 2.3373 1.9640 1.9411 2.0355 13.992 13.910 14.827 14.24 A2B2 1 2 3 2.2785 2.1643 2.0016 1.9751 1.8787 1.7466 15.361 15.202 14.600 15.05 A2B3 1 2 3 2.1317 2.2401 2.0287 1.8544 1.9413 1.7928 14.954 15.392 13.158 14.50 A2B4 1 2 3 2.0998 2.2253 2.3414 1.8050 1.9671 2.0492 16.332 13.126 14.259 14.57 A3B1 1 2 3 2.1689 2.2067 2.2977 1.8723 1.9076 2.0412 15.841 15.679 12.566 14.70 A3B2 1 2 3 2.1052 2.0348 2.0334 1.8346 1.7600 1.7652 14.750 15.614 15.194 15.19 A3B3 1 2 3 2.3124 2.3996 2.2711 2.0093 2.0689 1.9985 15.085 15.984 13.640 14.90 A3B4 1 2 3 2.2029 2.0237 2.2571 1.9178 1.7379 2.0192 14.866 16.445 11.782 14.36 A4B1 1 2 3 2.0908 2.2855 2.2395 1.8510 1.9930 1.9592 12.955 14.676 14.307 13.98 A4B2 1 2 3 2.1414 2.0318 2.1096 1.8178 1.7718 1.8825 17.802 14.674 12.064 14.85 A4B3 1 2 3 2.1095 2.4910 2.1467 1.8243 2.1350 1.8728 15.633 16.674 14.625 15.64 A4B4 1 2 3 2.2243 2.1377 2.3730 1.9326 1.8545 2.0754 15.094 15.271 14.339 14.90

(15)

77 Lampiran 3. Data pengukuran retensi pada contoh uji kayu karet

Perlakuan Ulangan Berat awal (gr) Berat akhir (gr) Volume (cm³) Retensi (kg/m³) Rata-rata (kg/m³) 1 2 3 4 5 6 7 A1 B2 1 2 3 2.0455 2.0024 1.8904 2.2178 2.1695 2.0285 3.00 3.12 2.60 5.7440 5.3560 5.3124 5.47 A1 B3 1 2 3 2.0808 2.0716 2.1353 2.2530 2.2580 2.3124 3.00 3.25 3.12 11.4866 11.4756 11.3526 11.44 A1 B4 1 2 3 2.1417 2.0006 2.1699 2.3192 2.1762 2.3381 3.12 3.12 2.99 17.0745 16.8846 16.8790 16.95 A2 B1 1 2 3 2.0715 2.0505 2.1741 2.2473 2.2395 2.3559 3.00 3.25 3.12 1.1720 1.1636 1.1654 1.17 A2 B2 1 2 3 2.1010 1.9917 1.8520 2.3207 2.1740 2.0316 3.00 2.49 2.40 8.7889 8.7644 8.9800 8.84 A2 B3 1 2 3 1.9600 2.0518 1.8836 2.1138 2.2411 2.0735 2.49 3.00 3.12 13.5567 13.8820 13.3974 13.61 A2 B4 1 2 3 1.8979 2.0784 2.1871 2.0423 2.2685 2.3724 2.39 3.12 3.12 19.3210 19.4974 18.9747 19.26 A3 B1 1 2 3 1.9808 2.0203 2.1656 2.1699 2.2100 2.3541 2.87 3.12 3.12 2.6323 2.4321 2.4179 2.49 A3 B2 1 2 3 1.9221 1.8500 1.8610 2.1363 2.0198 2.0590 3.00 2.40 2.87 10.0002 9.9087 9.6453 9.85 A3 B3 1 2 3 2.1179 2.1945 2.1047 2.3322 2.4089 2.3119 3.12 3.12 3.00 16.4871 16.4923 16.5760 16.52 A3 B4 1 2 3 2.0036 1.8210 2.1285 2.1965 2.0189 2.3284 3.00 3.12 3.12 21.8660 21.5664 21.7840 21.74 A4 B1 1 2 3 1.9208 2.0844 2.0479 2.1308 2.2952 2.2975 2.40 2.49 3.00 5.2500 5.0673 4.9921 5.10 A4 B2 1 2 3 1.9412 1.8306 1.8916 2.1691 2.0593 2.1136 3.00 3.12 3.00 12.1547 11.7282 11.8400 11.91 A4 B3 1 2 3 1.8991 2.2625 1.9350 2.0912 2.4984 2.1810 2.49 3.12 3.12 20.0166 19.6583 20.5000 20.06 A4 B4 1 2 3 2.0102 1.9330 2.1717 2.2400 2.1204 2.4092 3.00 2.40 3.12 27.5760 28.1166 27.3600 27.68

(16)

78 Lampiran 4. Data pengukuran mortalitas pada contoh uji kayu karet

Perlakuan Ulangan Jumlah total Jumlah mati Mortalitas (%) Rata-rata (%) 1 2 3 4 5 6 A1 B1 1 2 3 220 220 220 75 76 75 34.0910 34.5450 34.0910 34.24 A1 B2 1 2 3 220 220 220 78 79 78 35.4550 35.9090 36.8180 36.06 A1 B3 1 2 3 220 220 220 89 90 88 40.4550 40.9090 39.0990 40.15 A1 B4 1 2 3 220 220 220 108 109 107 49.0910 50.4550 48.1820 49.24 A2 B1 1 2 3 220 220 220 135 136 136 63.1820 61.8180 60.8180 61.97 A2 B2 1 2 3 220 220 220 216 216 214 98.1820 98.1820 95.4550 97.27 A2 B3 1 2 3 220 220 220 220 220 220 100 100 100 100 A2 B4 1 2 3 220 220 220 220 220 220 100 100 100 100 A3 B1 1 2 3 220 220 220 179 181 180 81.3640 83.1820 81.8180 82.12 A3 B2 1 2 3 220 220 220 220 220 220 100 100 100 100 A3 B3 1 2 3 220 220 220 220 220 220 100 100 100 100 A3 B4 1 2 3 220 220 220 220 220 220 100 100 100 100 A4 B1 1 2 3 220 220 220 220 220 220 100 100 100 100 A4 B2 1 2 3 220 220 220 220 220 220 100 100 100 100 A4 B3 1 2 3 220 220 220 220 220 220 100 100 100 100 A4 B4 1 2 3 220 220 220 220 220 220 100 100 100 100

(17)

79 Lampiran: 5. Data pengukuran kehilangan berat pada contoh uji kayu karet Perlakuan Ulangan Berat

awal (gr) Berat akhir (gr) Weight lost (%) Rata-rata Berat hilang (mg) Rata-rata Kelas awet 1 2 3 4 5 6 7 A1 B1 1 2 3 1.8743 1.9210 1.9545 1.7065 1.7653 1.7655 8.9526 8.1051 9.6699 8.91 167.8 155.7 189.0 170.83 V A1 B2 1 2 3 1.9816 1.9297 1.8375 1.8544 1.8233 1.7070 6.4191 5.5138 7.1020 6.35 127.2 106.4 130.5 121.36 V A1 B3 1 2 3 2.0083 1.9907 2.0705 1.8999 1.8986 1.9890 5.3976 4.6265 3.9362 4.65 108.4 92.1 81.5 94.00 IV A1 B4 1 2 3 2.0790 1.9397 2.1038 1.9894 1.8601 2.0498 4.3098 4.1037 2.5668 3.66 89.6 79.6 54.0 74.40 III A2 B1 1 2 3 2.0188 1.9920 2.0869 1.9677 1.9391 1.9993 2.5312 2.6556 4.1976 3.13 51.1 52.9 87.6 63.86 III A2 B2 1 2 3 2.0295 1.9275 1.7936 1.9792 1.8741 1.7464 2.4784 2.7704 2.6316 2.63 50.3 53.4 47.2 50.30 II A2 B3 1 2 3 1.9067 1.9895 1.8371 1.8642 1.9489 1.7976 2.2290 2.0407 2.1502 2.14 42.5 40.6 39.5 40.86 II A2 B4 1 2 3 1.8593 2.0189 2.1073 1.8222 1.9816 2.0704 1.9954 1.8475 1.7511 1.87 37.1 37.3 36.9 37.10 II A3 B1 1 2 3 1.9363 1.9616 2.0985 1.9096 1.9319 2.0577 1.3789 1.5141 1.9442 1.61 26.7 29.7 40.8 32.40 II A3 B2 1 2 3 1.8899 1.8093 1.8181 1.8601 1.7793 1.7887 1.5768 1.6581 1.6171 1.62 29.8 30.0 29.4 29.73 II A3 B3 1 2 3 2.0687 2.1245 2.0519 2.0388 2.0978 2.0333 1.4454 1.2568 0.9065 1.20 29.9 26.7 18.6 25.06 I A3 B4 1 2 3 1.9777 1.7869 2.0740 1.9576 1.7688 2.0514 1.0163 1.0129 1.0897 1.04 20.1 18.1 22.6 20.26 I A4 B1 1 2 3 1.9121 2.0529 2.0185 1.8886 2.0320 1.9944 1.2290 1.0181 1.1940 1.146 23.5 20.9 24.1 22.83 I A4 B2 1 2 3 1.8758 1.8563 1.9359 1.8558 1.8346 1.9164 1.0662 1.1690 1.0073 1.08 20.0 21.7 19.5 20.40 I A4 B3 1 2 3 1.8882 2.2006 1.9266 1.8757 2.1831 1.9106 0.6620 0.7952 0.8305 0.76 12.5 17.5 16.0 15.33 I A4 B4 1 2 3 1.9980 1.9140 2.1384 1.9866 1.9021 2.1308 0.5706 0.6217 0.3554 0.52 11.4 11.9 7.6 10.30 I

(18)

80 Lampiran: 6. Data pengukuran derajat proteksi pada contoh uji kayu karet

Konsentrasi Ulangan Proteksi Rata-rata

1 2 3 4 A1 B1 1 2 3 40 40 40 40 A1 B2 1 2 3 70 70 70 70 A1 B3 1 2 3 70 90 90 83.33 A1 B4 1 2 3 90 90 90 90 A2 B1 1 2 3 90 90 90 90 A2 B2 1 2 3 90 90 90 90 A2 B3 1 2 3 90 90 100 93.33 A2 B4 1 2 3 100 100 100 100 A3 B1 1 2 3 100 100 100 100 A3 B2 1 2 3 100 100 100 100 A3 B3 1 2 3 100 100 100 100 A3 B4 1 2 3 100 100 100 100 A4 B1 1 2 3 100 100 100 100 A4 B2 1 2 3 100 100 100 100 A4 B3 1 2 3 100 100 100 100 A4 B4 1 2 3 100 100 100 100

(19)

81 Lampiran 7. Analisis sidik ragam pengaruh konsentrasi borax, asap cair dan interaksi

keduanya terhadap kadar air pada contoh uji pada kayu karet

The ANOVA Procedure

Class Level Information

Class Levels Values

Borax 4 A1 A2 A3 A4

Asap cair 4 B1 B2 B3 B4

Number of Observations Read 48 Number of Observations Used 48

The ANOVA Procedure Dependent Variable: KADAR AIR

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 15 34.50129848 2.30008657 1.31 0.2510

Error 32 56.05959133 1.75186223 Corrected Total 47 90.56088981

Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F

Borax 3 24.44090623 8.14696874 4.65 0.0083

Asap cair 3 5.78151173 1.92717058 1.10 0.3634 Borax*Asap cair 9 4.27888052 0.47543117 0.27 0.9780

R-Square Coeff Var Root MSE Kadar air Mean 0.380973 9.234852 1.323579 14.33244

(20)

82 Lampiran 8. Uji jarak berganda Duncan pengaruh konsentrasi borax, asap cair dan

interaksi keduanya terhadap kadar air pada contoh uji kayu karet

The ANOVA Procedure

Duncan's Multiple Range Test for Kadar Air

NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate.

Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 32

Error Mean Square 1.751862

Number of Means 2 3 4

Critical Range 1.101 1.157 1.193

Means with the same letter are not significantly different

Duncan Grouping Mean N Borax

A 14.8428 12 A4

A 14.7872 12 A3

A 14.5928 12 A2

(21)

83 Lampiran 9. Analisis sidik ragam pengaruh konsentrasi borax, asap cair dan interaksi

keduanya terhadap retensi pada contoh pada uji kayu karet

The GLM Procedure

Class Level Information

Class Levels Values

Borax 4 A1 A2 A3 A4

Asap cair 4 B1 B2 B3 B4

Number of Observations Read 45 Number of Observations Used 45

The GLM Procedure

Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F Borax 3 375.778784 125.259595 2716.59 <.0001 Asap cair 3 2185.924377 728.641459 15802.50 <.0001 Borax*Asap cair 8 30.795849 3.849481 83.49 <.0001 Dependent Variable: RETENSI

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F Model 14 2427.229262 173.373519 3760.07 <.0001 Error 30 1.383274 0.046109

Corrected Total 44 2428.612537

R-Square Coeff Var Root MSE Retensi Mean 0.999430 1.676717 0.214730 12.80660

(22)

84 Lampiran 10. Uji jarak berganda Duncan pengaruh konsentrasi borax, asap cair dan

interaksi keduanya terhadap retensi pada contoh uji kayu karet

The GLM Procedure

Duncan's Multiple Range Test for Retensi

NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate.

Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 30

Error Mean Square 0.046109

Harmonic Mean of Cell Sizes 11.07692

Number of Means 2 3 4

Critical Range .1863 .1958 .2020

Means with the same letter are not significantly different Duncan Grouping Mean N Borax

A 16.18832 12 A4

B 12.65069 12 A3

C 11.28503 9 A1

D 10.72196 12 A2

Means with the same letter are not significantly different Duncan Grouping Mean N Asap cair

A 21.40835 12 B4 B 15.40677 12 B3 C 9.01857 12 B2 D 2.92141 9 B1

(23)

85 Lampiran 11. Analisis sidik ragam pengaruh konsentrasi borax, asap cair dan

interaksi keduanya terhadap mortalitas pada contoh uji kayu karet

The GLM Procedure

Class Level Information

Class Levels Values

Borax 4 A1 A2 A3 A4

Asap cair 4 B1 B2 B3 B4

Number of Observations Read 48 Number of Observations Used 48

The GLM Procedure

Dependent Variable: MORTALITAS

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F Model 15 32275.67419 2151.71161 4628.84 <.0001 Error 32 14.87518 0.46485

Corrected Total 47 32290.54937

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F Borax 3 28038.82271 9346.27424 20106.0 <.0001 Asap cair 3 2298.16955 766.05652 1647.97 <.0001 Borax*Asap cair 9 1938.68194 215.40910 463.40 <.0001

R-Square Coeff Var Root MSE Mortalitas Mean 0.999539 0.838452 0.681799 81.31633

(24)

86 Lampiran 12. Uji jarak berganda Duncan pengaruh konsentrasi borax, asap cair dan

interaksi keduanya terhadap mortalitas pada contoh uji kayu karet

The GLM Procedure

Duncan's Multiple Range Test for Mortalitas

NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate.

Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 32

Error Mean Square 0.46485

Means with the same letter are not significantly different Duncan Grouping Mean N Borax

A 39.924333 12 A1

B 89.810667 12 A2

C 95.530333 12 A3

D 100.00000 12 A4

Means with the same letter are not significantly different Duncan Grouping Mean N Asap cair

A 69.5833333 12 B1 B 83.3334167 12 B2 C 85.0379167 12 B3 D 87.3106667 12 B4

(25)

87 Lampiran 13. Analisis sidik ragam pengaruh konsentrasi borax, asap cair dan

interaksi keduanya terhadap kehilangan berat contoh uji kayu karet

The GLM Procedure

Class Level Information

Class Levels Values

Borax 4 A1 A2 A3 A4

Asap cair 4 B1 B2 B3 B4

Number of Observations Read 48 Number of Observations Used 48

The GLM Procedure

Dependent Variable: KEHILANGAN BERAT

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F Model 15 235.9147873 15.7276525 66.05 <.0001

Error 32 7.6194925 0.2381091

Corrected Total 47 243.5342798

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F Borax 3 184.1093341 61.3697780 257.74 <.0001 Asap cair 3 25.9000894 8.6333631 36.26 <.0001 Borax*Asap cair 9 25.9053638 2.8783738 12.09 <.0001

R-Square Coeff Var Root MSE Weigth Lost Mean 0.968713 18.45472 0.487964 2.644117

(26)

88 Lampiran 14. Uji jarak berganda Duncan pengaruh konsentrasi borax, asap cair dan

interaksi keduanya terhadap kehilangan berat contoh uji kayu karet

The GLM Procedure

Duncan's Multiple Range Test for Kehilangan Berat

NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate.

Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 32

Error Mean Square 0.238109

Number of Means 2 3 4

Critical Range .4058 .4265 .4399

Means with the same letter are not significantly different Duncan Grouping Mean N Borax

A 5.8919 12 A1

B 2.4399 12 A2

C 1.3681 12 A3

D 0.8766 12 A4

Means with the same letter are not significantly different Duncan Grouping Mean N Asap cair

A 3.6992 12 B1

B 2.9175 12 B2

C 2.1897 12 B3

D 1.7701 12 B4

(27)

89 Lampiran 15. Analisis sidik ragam pengaruh konsentrasi borax, asap cair dan

interaksi keduanya terhadap derajat proteksi contoh uji kayu karet

The GLM Procedure

Class Level Information

Class Levels Values

Borax 4 A1 A2 A3 A4

Asap cair 4 B1 B2 B3 B4

Number of Observations Read 48 Number of Observations Used 48

The GLM Procedure

Dependent Variable: PROTEKSI

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F Model 15 11514.58333 767.63889 73.69 <.0001 Error 32 333.33333 10.41667

Corrected Total 47 11847.91667

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F Borax 3 6889.583333 2296.527778 220.47 <.0001 Asap cair 3 1506.250000 502.083333 48.20 <.0001 Borax*Asap cair 9 3118.750000 346.527778 33.27 <.0001

R-Square Coeff Var Root MSE Proteksi Mean 0.971866 3.545065 3.227486 91.04167

(28)

90 Lampiran 16. Uji jarak berganda Duncan pengaruh konsentrasi borax, asap cair dan

interaksi keduanya terhadap derajat proteksi contoh uji kayu karet

The GLM Procedure

Duncan's Multiple Range Test for Proteksi

NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate.

Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 32

Error Mean Square 10.41667

Number of Means 2 3 4

Critical Range 2.684 2.821 2.910

Means with the same letter are not significantly different Duncan Grouping Mean N Borax

A 100.000 12 A3

A 100.000 12 A4

B 93.333 12 A2

C 70.833 12 A1

Means with the same letter are not significantly different Duncan Grouping Mean N Asap cair

A 97.500 12 B4

B 94.167 12 B3

C 90.000 12 B2

(29)

91 Lampiran 17. Perhitungan kadar asiditas dan fenol

1. Kadar asiditas

ppm asiditas = Volume x N NaOH x bobot setara CH3COOH x 1000 x Fp ml contoh = 36.14 x 0.02 x 60 x 250 = 21684 0.5 gr = 36.14 x 0.02 x 60 x 1000 x 250 50 ml = 216840 ppm = 21.68% 2. Kadar fenol

Kadar fenol = [(b-a) x N Thio x BM Fenol/Fp 6 x 1000] x 100% 0.1 x berat contoh

= [(59.48 – 48.71) x 0.1051 x 94 x Fp/ 6 x 1000] x 100% 0.1 x 010054

(30)

92 Lampiran 18. Kebutuhan bahan pengawet, larutan yang diperlukan dan penyerapan

bahan pengawet dalam satu muatan

A. Kebutuhan bahan pengawet

Pengawetan dengan proses rendaman dingin pada konsentrasi larutan dinyatakan dalam satuan persentase berdasarkan perhitungan berat bahan aktif dibagi berat larutan (%b/b). Sebagai contoh pada skala lapangan untuk membuat 1000 liter larutan bahan pengawet dengan konsentrasi borax 2%, asap cair 20% (b/b) dengan kandungan bahan aktif 100% yang beratnya 220 liter ditambahkan ke dalam air yang beratnya 780 liter atau setara dengan 780 kg.

B. Larutan yang diperlukan

Banyaknya larutan bahan pengawet yang diperlukan tergantung kepada ukuran bak pengawet dan volume kayu yang diawetkan. Jika volume kayu yang akan diawetkan 10 m³, ukuran bak pengawet 4 m x 5 m x 1 m, tinggi tumpukan kayu dalam bak pengawet 62 cm, dan tinggi permukaan larutan 72 cm (10 cm diatas tumpukan kayu), maka banyaknya larutan yang diperlukan sebagai berikut:

Volume kayu + larutan = 4 m x 5 m x 0.72 m³ = 14.4 m³

Volume kayu = 10.0 m³

Larutan yang diperlukan = 4.4 m³

C. Penyerapan bahan pengawet dalam satu muatan

Retensi bahan pengawet tersaji pada Tabel 13, menunjukkan nilai retensi yang harus dicapai dalam (kg/m³). Berdasarkan target retensi dan jumlah volume kayu yang akan diawetkan dapat dihitung banyaknya penyerapan bahan pengawet yang harus dicapai dalam suatu muatan dengan memakai rumus:

A = R x V K A = larutan yang harus diserap (liter) R = target retensi (kg/m³)

V = volume kayu yang diawetkan (m³)

K = konsentrasi larutan bahan pengawet (%b/v)

(31)

93 Contoh:

Volume kayu = 10.2 m³

Konsentrasi larutan bahan pengawet yang digunakan = 22%

Persyaratan retensi = 13.61 kg/m³

Larutan yang harus diserap dalam muatan tersebut = 618.64 liter

Perendaman dihentikan apabila berat contoh uji sesudah diawetkan menunjukkan nilai retensi yang dikehendaki, sisa larutan bahan pengawet dapat dipakai kembali, akan tetapi konsentrasinya harus ditera kembali menggunakan hidrometer (penetapan berat jenis larutan).

Referensi

Dokumen terkait

Adapun permasalahan yang akan dibahas kali ini berkenaan dengan tinggalan arkeologis berupa sisa struktur bangunan tua di situs Kota Rebah, apakah sisa struktur

pengendalian intern jg mengalami perubahan dari konsep ketersediaan pengendalian inetern beralih ke konsep proses pencapaian tujuan.. Dg konsep baru tersebut

Rataan cacing dewasa dalam Imnbung pasca seksi yang terendall pada V2 = 335, berarti tanggap kebalnya cukup baik apalagi setelah diberi tantangan, ini sesuai dengan

Iklan Baris Iklan Baris JAKARTA UTARA Serba Serbi JAKARTA BARAT SILAT RUPA-RUPA SEKOLAH Rumah Dikontrakan Rumah Dijual JAKARTA PUSAT JAKARTA TIMUR BODETABEK TANAH DIJUAL.. ADA

Penelitian ini bertujuan merancang sistem informasi sumber daya manusia yang dapat meningkatkan kuaIitas SDM di departemen musik dan pujian yang dapat mendukung Gereja

Salah satu usaha pemerintah untuk mewujudkan ketahanan pangan dilaksanakan melalui Peraturan Pemerintah (PP) No. 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan, yang menyatakan

Value yang tertinggi yang didapatkan oleh Zalora adalah findable yang berarti bahwa Zalora merupakan aplikasi dengan navigasi yang mudah dan pengguna dapat menemukan apa

Mulai dari arah edar matahari terhadap bangunan yang mempengaruhi masuknya sinar matahari ke dalam ruangan, suhu udara di sekitar lokasi yang mempengaruhi penghawaan