• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS KELOMPOK KEBENARAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TUGAS KELOMPOK KEBENARAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS KELOMPOK

KEBENARAN

KELOMPOK 2

FARAH NUR AFINI (16706251001)

BINTI AISIAH DANING S (16706251020)

JEPRI ALI SAIFUL (16706251023)

JANUARI RIZKI PRATAMA RUSMAN (16706251039) DYAN PRATIWI KUSUMANINGTYAS (16706251021)

WAIS QARNI (16706251017)

MATA KULIAH FILSAFAT

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2016

(2)

A. DEFINISI KEBENARAN DAN SEJARAH 1. Pendahuluan.

Manusia pada hakekatnya lahir tanpa mengetahui apa-apa, kemudian dia tumbuh dan menghasilkan sifat ingin tahu, dari sifat ingin tahu ini manusia mencari kebenaran, yang mana sudah jelas diketahui bersama bahwa sesungguhnya tidak ada kebenaran yang mutlak. Dewasa ini kini mengenal tiga macam teori tentang kebenaran yaitu yang disebut dengan, Koherensi, Korespondensi, dan Pragmatis. Yang mana ketiga teori tersebut akan lebih dijelaskan lebih lanjut pada pembahasan selanjutnya.

2. Tokoh-tokoh dan Teorinya Tentang Kebenaran Thomas Aquinas

Thomas membagi Kebenaran menjadi dua yaitu Kebenaran ontologis dan Kebenaran Logis. Kebenaran ontologis adalah kebenaran yang terdapat dalam kenyataan entah spiritual ataupun material, yang meskipun ada kemungkinan untuk diketahui, masi lepas dari gejala pengetahuan, misalnya tentang adanya segala sesuatu sesuai hakekatnya seperti kebenaran tentang adanya Tuhan. Sedangkan kebenaran Logis adalah kebenaran yang terdapat dalam akal budi manusia si penahu dalam bentuk adanya kesesuaian antara akal budi dan kenyataan.

Plato

Menurut Plato “kebenaran” sebagai suatu karakter tersembunyi yang adanya itu tidak dapat dicapai manusia selama hidupnya didunia ini. Pengertian kebenaran ini sama dengan pendapat Thomas Aquinas sebagai kebenaran ontologis. Disini kebenaran dimengerti sebagai persesuaian antara subyek penahu dengan obyek yang diketahui.

Aristoteles

Bagi Aristoteles subyek yang mengetahui lebih penting daripada obyek yang diketahui, sebagaimana dalam pandangan Plato, walaupun demikian bagi Aristoteles pun pengetahuan yang paling benar dan paling luhur baru dimiliki kalau subyek penahu (idealitas) dan obyek yang diketahui (realitas) itu identic satu sama lain dalam pengetahuan, akal, budi, yang sempurna.

(3)

Kebenaran pertama-pertama berkaitan dengan kualitas pengetahuan artinya ialah bahwa setiap pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang yang mengetahui sesuatu obyek dilihat dari jenis pengetahuan yang dibangun. Ada tiga jenis pengetahuan perihal kebenaran, yang pertama memiliki sifat selalu benar sejauh tidak adanya penyimpangan. Kedua adalah pengetahuan ilmiah yaitu pengetahuan yang telah menetapkan obyek yang khas atau spesifik dengan menerapkan metode yang khas pula. Dalam hal ini kebenaran selalu mengalami pembaharuan sesuai dengan hasil penelitian. Ketiga adalah pengetahuan filsafati, yaitu pengetahuan yang pendekatannya melalui metodologi filsafati, yang sifatnya mendasar dan menyeluruh dengan modal pemikiran yang analitis, kritis, dan spekulatif. Keempat adalah kebenaran pengetahuan yang terkandung dalam pengetahuan agama. Memiliki sifat dogmatis artinya pernytaan dalam suatu agama selalu dihampiri oleh keyakinan yang telah ditetapkan, seperti pernyataan-pernyataan dalam kitab agama. Disni zaman boleh berkembang akan tetapi ketetapan dalam ayat tidak akan pernah berubah.

B. CARA PENEMUAN KEBENARAN

Kasmadi, dkk., (1990) dalam Surajiyo (2015) menguraikan beberapa cara menemukan kebenaran antara lain :

1. Penemuan Kebenaran Secara Kebetulan

Penemuan kebenaran secara kebetulan merupakan penemuan yang berlangsung tanpa disengaja. Penemuan ini terjadi tanpa adanya rencana dan tidak melalui prosedur ilmiah yang sistematik dan terkendali. Dalam cara penemuan kebenaran ini, manusia bersifat pasif dan menunggu. Selain itu, penemuan kebenaran secara kebetulan selalu berada dalam keadaan yang tidak pasti. Datangnya kebenaran tidak dapat diperhitungkan secara berencana dan terarah. Oleh karena itu, penemuan kebenaran secara kebetulan termasuk dalam kategori penemuan non-ilmiah.

2. Penemuan Kebenaran Melalui 'Coba dan Ralat' (Trial and Error)

Penemuan kebenaran melalui trial and error merupakan suatu penemuan yang terjadi melalui percobaan-percobaan secara berulang tanpa adanya kepastian akan berhasil atau tidak kebenaran yang dicari. Penemuan secara ‘coba dan ralat’ ini pada umumnya tidak

(4)

efisien dan tidak terkontrol. Hal ini disebabkan karena dalam suatu percobaan, biasanya membutukan waktu yang relatif lama dan kebenaranpun tidak pasti akan langsung ditemukan. Melainkan melalui kegagalan pada percobaan, maka dilakukan pengulangan percobaan dengan membenahi unsur-unsur dalam percobaan yang dianggap perlu dengan harapan sebuah kebenaran akan segera ditemukan. Dengan kata lain cara trial and error bersifat tidak jelas dan terlalu meraba karena kegiatan mencoba tidak dapat direncanakan, tidak pasti, tidak terarah, dan tidak diketahui tujuannya sehingga cara trial and error bukan merupakan cara ilmiah dalam usaha untuk mengungkapkan kebenaran.

3. Penemuan Kebenaran Melalui Otoritas atau Kewibawaan

Penemuan kebenaran melalui otoritas yaitu ketika menerima dan percaya pada pendapat dari orang yang memiliki kewibawaan (orang yang berkuasa, orang yang berkedudukan) meskipun pendapat itu tidak didasarkan pada pembuktian ilmiah. Artinya penemuan kebenaran melalui otoritas banyak diwarnai subjektivitas dari orang yang memiliki otoritas yang mengemukakan pendapat tersebut. Penemuan kebenaran melalui cara ini merupakan penemuan non-ilmiah.

4. Penemuan Kebenaran Secara Spekulatif

Penemuan kebenaran secara spekulatif hampir sama dengan trial and error. Perbedaannya penemuan kebenaran dengan cara spekulatif sudah teratur dan terarah. Artinya, pada penemuan secara spekulatif, seseorang yang menghadapi masalah sudah menyadari masalah yang dihadapinya dan mencoba meramalkan berbagai alternatif pemecahannya. Setelah itu, orang tersebut memilih salah satu dari beberapa kemungkinan pemecahan masalah yang dihadapi tanpa meyakini bahwa pilihannya merupakan cara yang tepat. Namun ternyata salah satu alternatif yang dipilih dapat mencapai suatu hasil yang memuaskan sebagai sebuah kebenaran. Berdasarkan hal tersebut maka dapat diketahui bahwa penemuan kebenaran secara spekulatif mengandung unsur untung-untungan sehingga tidak efektif untuk dipergunakan dalam mengungkapkan kebenaran ilmiah.

5. Penemuan Kebenaran Lewat Cara Berpikir Kritis dan Rasional

Penemuan kebenaran melalui cara berpikir kritis dan rasional merupakan penemuan kebenaran menggunakan kemampuan berpikir pada diri manusia. Kemampuan berpikir ini contohnya ketika seseorang menganalisis masalah yang dihadapi berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yan dimilikinya sehingga sampai pada pemecahan yang tepat.

(5)

6. Penemuan Kebenaran Melalui Penelitian Ilmiah

Penemuan kebenaran melalui penelitian ilmiah ialah cara mencari kebenaran yang dipandang ilmiah melalui metode penelitian. Ciri-ciri umum yang melekat dalam penelitian ilmiah yaitu pelaksanaannya yang metodis harus mencapai suatu keseluruhan yang logis dan koheren. Artinya, dituntut adanya sistem dalam metode maupun hasilnya (susunannya logis). Ciri lainnya adalah universalitas (objektif, dengan prosedur yang terbuka, dan dapat dikomunikasikan).

C. JENIS-JENIS KEBENARAN

Menurut A.M.W. Pranaka dalam Surajiyo (2015: 102), ada tiga jenis kebenaran yaitu: kebenaran epistemological, ontologikal dan semantikal

1. Kebenaran epistemologikal yaitu kebenaran dalam hubungannya dengan pengatahuan manusia. Disebut juga kebenaran logis/ veritas logis. Kapan sebuah pengetahuna disebut benar? Jawabannya, bila apa yang terdapat dalam pikiran subjek sesuai dengan apa yang ada dalam objek. Misalnya dua ditambah dua sama dengan empat. Ini logis. Subjek menyatakan benar dan objeknya juga benar. 2. Kebenaran ontologikal yaitu kebenaran sebagai sifat dasar atau kodrat yang melekat kepada segala sesuatu yang ada ataupun diadakan. Kadang disebut juga kebenaran sebagai sifat dasar yang ada di dalam objek pengetahuan itu sendiri. Misalnya kita mengatakan batu adlah benda padat dank eras. Ini sebuah kebenaran ontologism, sebab batu pada hakikatnya merupakan benda padat yang sangat keras. Kebenaran ontologism dibagi menjadi tiga yaitu:

2. 1 Kebenaran ontologis esensialis: menyangkut sifat dasar atau kodrat sesuatu. Misalnya air bersifat cair, air mengalir dari tempat tinggi ke rendah.

2.2 Kebenaran ontologis naturalis: menyangkut kodrat seperti yang diciptakan Tuhan. Misalnya, manusia tercipta laki-laki dan perempuan. Manusia tidak dapat menolak kenyataan kebenaran kodrat itu. Contoh lain, manusia tidak bisa memilih lahir dari keluarga mana dan keturunan siapa. Jika memang sudah terlahir, maka itulah kebenarannya.

2.3 Kebenaran ontologis artifisial: menyangkut kodrat yang diciptakan oleh manusia. Misalnya jika manusia sungguh belajar maka ia akan pintar, jika manusia sungguh-sungguh bekerja keras mencari nafkah maka ia akan kaya.

3. Kebenaran semantikal adalah kebenaran yang terdapat dan melekat dalam tutur kata manusia. Berkaitan dengan pemakaian bahasa. Bahasa merupakan ungkapan dari kebenaran. Ini tergantung pada manusia yang mempunyai kemerdekaan untuk bertutur kata/ berbahasa. Terlepas dari

(6)

kebenaran epistemologikal dan ontologikal. Intinya seseorang mengemukakan suatu pengetahuan yang dianggap benar apabila mempunyai pangkal acu/ referensi yang jelas.

D. SIFAT KEBENARAN

Menurut Abbas Hamami Mintaredja (1983) kata kebenaran dapat digunakan sebagai suatu kata benda yang konkret maupun abstrak. Jika subyek menyatakan kebenaran bahwa makna yang dikandung dalam pernyataan atau statement yang diuji itu pasti memiliki kualitas, sifat atau karakteristik, hubungan dan nilai.

Dengan adanya berbagai kategori tersebut, tidaklah berlebihan jika pada saatnya setiap subyek yang memiliki pengetahuan akan memiliki presepsi dan pengertian yang amat berbeda satu dengan yang dengan yang lainya, dan di situ terlihat sifat-sifat dari kebenaranya.

Berbagai kebenaran dalam Tim Dosen Filsafat Ilmu Fak, Filsafat UGM Yogyakarta (1996) dibedakan menjadi tiga hal, yakni sebagai berikut.

1. Kebenaran berkaitan dengan kualitas pengetahuan. Artinya, setiap pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang yang mengetahui sesuatu objek ditilik dari jenis pengetahuan yang dibangun. Maksudnya apakah pengetahuan itu berupa:

a. Pengethuan biasa atau biasa disebut knowledge of the man in the street atau ordinary knowledge atau common sense knowledge. Pengetahuan seperti ini memiliki kebenaran yang sifatnya subjektif, artinya amat terikat pada subjek yang mengenal. Pengetahuan seperti ini memiliki sifat selalu benar, sejauh sarana untuk memperoleh pengetahuan bersifat normal atau tidak ada penyimpangan.

b. Pengetahuan ilmiah, pengetahuan yang telah menetapkan objek yang khas atau spesifik dengan menerapkan atau hampiran metedologis yang telah mendapatkan kesepakatan di antara ahli yang sejenis. Kebenaran yang terkandung dalam pengetahuan ilmiah bersifat relatif, yakni kandungan kebenaran dari jenis pengetahuan selalu mendapat revisi yaitu selalu dpercaya dalam pengetahuan yang paling mutakhir.

c. Pengetahuan filsafat, yaitu jenis pengetahuan yang pendekatanya melalui metedologi pemikiran filsafati, yang sifatnya mendasar dan menyeluruh dengan model pemikiran yang analitis, kritis, dan spekulatif. Sifat kebenaran yang terkandung dalam pengetahuan filsafati adalah absolut-intersubjektif. Kebenaran

(7)

yang terkandung merupakan pendapat melekat pada pandangan filsafat dari seorang pemikir filsafat itu serta selalu mendapat pembenaran dari filsuf kemudian yang menggunakan metedologi pemikiran yang sama pula.

d. Pengetahuan agama memiliki sifat dogmatis, artinya pernyataan dalam suatu agama selalu dihampiri oleh keyakinan yang telah tertentu sehingga pernyataan dalam pernyataan dalam ayat kitab suci agama memiliki nilai kebenaran sesuai dengan keyakinan yang ddigunakan untuk memahaminya.

2. Kebenaran dikaitkan dengan sifat atau karakteristik dari bagaimana cara atau dengan alat apakah seseorang membangun pengetahuannya. Apakah ia membangunnya dengan pengindraan atau sense experience, atau dengan akal pikir atau rasio, institusi, atau keyakinan. Implikasi dari pengetahaun tersebut dapat membuktikan dengan cara tertentu seperti halnya jika seseorang membangunnya melalui indra atau sense experience, pada saat membuktikan kebenaran pengetahuan harus melalui indra pula, begitu pula dengan cara yag lain.

3. Kebenaran yang dikaitkan atas ketergantungan terjadinya pengtahuan. Artinya, bagaimana relasi atau hubungan antara subjek dan objek, manakah yang dominan untuk membangun pengetahuan, subjekkah atau objek. Jika subjek yang berperan maka jenis pengetahuan itu mengandung nilai kebenaran yang sifatnya subyektif, artinya nilai kebenaran dari pengetahuan yang digantungnya tergantung pada subjek yang memiliki pengetahuan itu. Atau jika objek amat berperan maka sifatnya objekif, sperti pengetahuan tentang alam atau ilmu-ilmu.

E. TEORI-TEORI KEBENARAN

Perbincangan mengenai kebenaran dalam perkembangan pemikiran filsafat sudah dimulai sejak zaman Plato yang kemudian dilanjutkan pada zaman Aristoteles sampai saat ini (Surajiyo, 2010:104). Secara tradisional teori teori kebenaran dibagi menjadi 7 bagian oleh Surajio (Surajiyo, 2010:105)antara lain:

1. Teori Kebenaran Saling Berhubungan (Coherence Theory of Truth)

Teori koherensi dibagun oleh para pemikir rasionalis seperti Leibeniz, Spinoza, Hegel, dan Bradley. Konsep dasar dalam teori koherensi ini menurut Suradjio adalah suatu proposisi itu benar bila mempunyai hubungan ide-ide proposisi yang telah ada tau benar. Kemudian konsep dasar ini diperjelas oleh Suriasumantri (2009:55) bahwa suatu

(8)

pernyataan diangap benar bila pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Sehingga pembuktian teori kebenaran koherensi dapat melalui fakta sejarah atau logika apabila merupakan pernyataan yang bersifat logis. Sebagai contoh kita mempunyai pengetahuan bahwa runtuhnya kerajaan Majapahit adalah tahun 1478. Dalam hal ini kita tidak dapat membuktikan secara langsung dari isi pengetahuan itu, melainkan hanya dapat membuktikan melalui hubungan dengan proporsi yang terhdahulu, baik dalam buku-buku sejarah atau peninggalan sejarah yang mengungkapkan kejadian itu. Kebenaran konstensi

2. Teori Kebenaran Saling Berkesesuaian (Corespondance Theory of Truth)

Teori kebenaran korespondensi merupakan teori kebenaran yang paling awal dan paling tua (Surajiyo,2010:105). Konsep dasar teori kebenaran koherensi ini menurut Suriasumantri adalah suatu pernyataan diangaap benar jika materi pengetahuan yang terkandung dalam pernyataan itu berkorespondensi (berhubungan) dengan objek yang dituju oleh pernyataan tersebut (2009:57). Atau dalam hal ini menurut proposisi dinilai benar apabila proposisi tersebut berkesesuaian dengan dunia kenyataan (Surajiyo, 2010 :105). Sehingga pembuktian teori kebenaran korespondensi ini berdasarkan bukti empiris atau dapat dibuktikan dalam dunia kenyataan yang dapat melalui serangkaian percobaan. Sebagaicontoh pengetahuan ‘air akan menguap jika dipanasi sampai dengan 100 derajat’. Pengetahuan ini kemudian diuji kebenaranya dengan mencoba memanasi air dan diukur sampai suhu 100 derajat selsius. Pengetahuan tersebut dianggap benar jika ternyata hasil percobaan tersebut membuktikan bahwa air menguap jika dipanasi dengan suhu 100 derajat selsisus dan dinyatakan salah jika hasil pembuktiannya tidak menyatakan demikian.

3. Teori Kebenaran Inherensi (Inherent Theory of Truth)

Teori kebenaran inherensi atau disebut juga dengan teori kebenaran pragmatis pertama kali dicetuskan oleh Charles S. Pierce (1839-1914). Teori ini kemudian dikembangkan oleh para ahli filsafat seperti William James, John Dewey, Goerge Herbert Mead, dan C.I. Lewis (Suriasumantri, 2009:57) Konsep dasar teori inherensi

(9)

konsekuensi pernyataan itu mempunyai keguanaan praktis dalam kehidupan manusia. Sebagai contoh ada seseorang mengembangkan teori X dalam pendidikan yang menyatakan bahwa dengan teori X akan meningkatkankan kemampuan belajar, kemudian orang tersebut menggunakan teknik Y untuk membuktikan dan menghasilkan temuan bahwa teori X dapat meningkatkan kemampuan belajar (Suriasumantri, 2009:59). Dengan demikian, teori X itu dianggap benar, sebab teori X adalah memiliki fungsi atau kegunaan atau fungsi yakni meningkatkan kemampuan belajar yang dalam konteks prakmatis mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia.

4. Teori Kebenaran Berdasarkan Arti (Semantic Theory of Truth)

Teori kebenaran berdasarkan arti memiliki konsep dasar yaitu proposisi itu dianggap benar jika proposisi tersebut memiliki referen yang jelas. Dalam hal ini, proposisi tersebut ditinjau dari segi arti atau maknanya. Sehingga teori kebenaan beradasakan arti dianut oleh paham filsafat analitika bahasa (Suriasumantro, 2009:59). Sebagai contoh adalah ketika kita menyatakan sesuatu hal disebut dengan “kursi” maka kita memiliki referen yang jelas yaitu sebuah benda yang memiliki empat kaki yang kemudian panjang kakinya sama panjang tedapat alas diatas yang digunakan seseorang untuk duduk. Sehingga pengetahuan ini adalah kebenaran karena memiliki ada referensi yang jelas.

5. teori kebenaran sintaksis kebenaran

Para penganut teori kebenaran sintaksis, berpangkal tolak pada keteraturan sintaksis atau gramatika yang dipakai oleh suatu pernyataan atau tata bahasa yang melekat padanya. Dengan demikian suatu pernyataan memiliki nilai benar apabila pernyataan itu mengikuti aturan-aturan sintaksis yang baku. Atau dengan kata lain apabila proposisi itu tidak mengikuti syarat atau keluar dari hal yang disyaratkan maka proposisi tidak mempunyai arti. Teori ini berkembang diantara filsuf analisis bahasa, terutama yang begitu ketat terhadap pemakaian gramatika. Misalnya suatu kalimat standar harus ada subjek dan predikat. Jika kalimat tidak ada subjek maka kalimat itu dinyatakan tidak baku atau bukan kalimat. Seperti “ semua korupsi” , ini bukan kalimat standar karena tidak ada subjeknya.

(10)

Teori kebenaran nondeskripsi dikembangkan oleh penganut filsafat fungsionalisme . karena pada dasarnya suatu statemen atau pernyataan akan mempunyai nilai benar yang amat tergantung pada peran dan fungsi dari pernyataan itu. Jadi, pengetahuan akan memiliki nilai benar sejauh pernyataan itu. Jadi, pengetahuan akan memiliki nilai benar sejauh pernyataan itu memiliki funngsi yang amat praktis dalam kehidupan sehari-hari.

7. teori kebenaran logic yang berlebihan ( Logical Superfluity of Truth)

Teori ini dikembangkan oleh kaum positivistic yang diawali oleh Ayer. Pada dasarnya menurut teori kebenaran ini, problema kebenaran hanya merupakan kekacauan bahasa saja dan hal ini mengakibatkan suatu pemborosan, karena pada dasarnya apa yang hendak dibuktikan kebenarannya memiliki derajat logis yang sama yang masing-masing saling melingkupinya. Dengan demikian, sesungguhnya setiap proposisi mempunyai isi yang sama dan semua orang sepakat, maka apabila kita membuktikannya lagi hal yang demikian itu hanya merupakan bentuk logis yang berlebihan.

F. REFERENSI

Surajiyo. 2010. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia: Suatu Pengantar. Jakarta: Bumi Aksara

Suriasumantri, Jujun S. 2009. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

Website:

http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/filsafat_ilmu/bab5-kebenaran.pdf

http://eprints.unsri.ac.id/589/5/Pages_from_Manusia_dan_Sistem_Nilai_budaya.pdf https://file.upi.edu

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian dengan analisis FT-IR daun miana ( Coleus scutellarioides Linn.) yang tumbuh ditempat berbeda secara geografis, diperoleh hasil spektrum yang relatif

Setelah melaksanakan proses belajar mengajar di kelas, guru pembimbing akan memberikan umpan balik yang berkaitan dengan kegiatan praktek mengajar yang dilakukan praktikan

Arduino adalah inovasi dibidang elektronika yang telah membuat perubahan besar dalam dunia mikrokontroler sehingga seorang yang awam amatiran bisa membuat

menumpuk. Putting susu ditarik setiap mandi, sehingga menonjol untuk memudahkan isapan bayi. Bila putting susu belum menonjol, dapat menggunakan pompa susu atau dengan jalan

No.1 : DSSC dengan substrat TCO handmade dan perendaman dye selama ½ jam No.2 : DSSC dengan substrat TCO handmade dan perendaman dye selama 1 jam No.3 : DSSC dengan

concern terhadap apa yang saya tulis ini, Ugi mampu meramu resep untuk mensosialisasikan ekonomi Islam dengan menggunakan paradigma ekonomi konvensional. Hanya saja hal ini

Beberapa penelitian sebelumnya meneliti tentang hubungan antara empati dan efikasi diri dengan perilaku agresi pada guru sekolah dasar negeri inklusi di kecamatan lowokwaru

Simpulan : Terdapat perbedaan tingkat depresi yang sangat bermakna pada pasien PPOK tipe bronkitis kronis dengan emfisema di BBKPM Surakarta, dimana pada