• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ekstraksi Daun Sirsak (Annona muricata) sebagai Antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dan Propionibacterium acnes

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Ekstraksi Daun Sirsak (Annona muricata) sebagai Antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dan Propionibacterium acnes"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Ekstraksi Daun Sirsak (

Annona muricata

) sebagai Antibakteri terhadap

Staphylococcus aureus

dan

Propionibacterium acnes

Adlia

Ulfa Syafira

1

, Ety Apriliana

2

1

Mahasiswa, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

2

Bagian Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran, Universtas Lampung

Abstrak

Sirsak (Annona muricata L.) merupakan salah satu tanaman buah yang telah lama dimanfaatkan dalam pengobatan tradisional di Indonesia dan di berbagai negara. Salah satu manfaatnya sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus aureus

dan Propionibacterium acnes. Seluruh bagian dari pohon Annona muricata L. digunakan dalam obat alami di daerah tropis termasuk kulit, daun, akar dan biji buah. Dalam beberapa tahun ini, potensi daun sirsak sebagai alternatif pengobatan semakin banyak diteliti. Sirsak telah dibuktikan khasiatnya oleh beberapa orang yang berpenyakit karena mengandung berbagai senyawa. Acnevulgaris atau jerawat, selanjutnya disebut acne, adalah penyakit kulit obstruktif dan inflamatif kronik pada unit pilosebasea yang sering terjadi pada masa remaja. Acne sering menjadi tanda pertama pubertas dan dapat terjadi satu tahun sebelum menarkhe atau haid pertama. Onset acne pada perempuan lebih awal daripada laki-laki karena masa pubertas perempuan umumnya lebih dulu daripada laki-laki. Acne memiliki gambaran klinis beragam, mulai dari komedo, papul, pustul, hingga nodus dan jaringan parut, sehingga disebut dermatosis polimorfik dan memiliki peranan poligenetik. Bila kedua orangtua pernah menderita acne berat pada masa remajanya, anak-anak akan memiliki kecenderungan serupa pada masa pubertas. Meskipun tidak mengancam jiwa, acne memengaruhi kualitas hidup dan memberi dampak sosioekonomi pada penderitanya.

Kata kunci : Annona muricata L, antibakteri, Propionibacterium acnes, Staphylococcus aureus

The Soursop Leaf Extract as Antibacterial Against

Staphylococcus aureus

and

Propionibacterium acnes

Abstract

Soursop (Annona muricata L.) is one of fruit that has been used for traditional treatment in Indonesia and also another countries. One of the benefits is for antibacterial against Staphylococcus aureus and Propionibacterium acnes. All parts of

Annona muricata L. tree are used in herbal medicine such as tree bark, leaf, root, and seed. In recent years, soursop leaf as an alternative treatment has been researched more. The efficacy of soursop leaf has been proven because consists some compounds. Acne vulgaris is an obstructive and inflammatory disease that is common in adolescence. The onset of acne in women is earlier than men because women commonly puberty earlier than males. Acne has a clinical variation, blackheads, papules, pustules, until the nodes and scar tissue, so-called polymorphic dermatosis, and has a polygenetic function. If parents had suffered from severe acne in adolescence, the children will have similar tendencies during puberty. Although not life-threatening, acne affects the quality of life and socio-economic impact on the sufferer.

Keywords: Annona muricata L., antibacterial, Propionibacterium acnes, Staphylococcus aureus

Korespondensi: Adlia Ulfa Syafira, alamat Jl. Soemantri Brojonegoro, HP 081278293937 e-mail adliaulfasyafira@gmail.com

Pendahuluan

Obat herbal yang berasal dari tanaman, telah digunakan secara tradisional pada berbagai negara di dunia yang memiliki akses pelayanan kesehatan formal yang terbatas. Akan tetapi, penggunaan tanaman obat herbal

harus dipelajari khasiat dan cara

penggunaannya. Hal ini dikarenakan obat herbal selain memiliki efek terapi, dapat juga memiliki efek samping sebagai toksik.1

Di Indonesia, pohon sirsak dapat tumbuh tanpa perawatan khusus di kebun atau halaman rumah. Pada zaman dahulu, tanaman sirsak hanya dikenal di masyarakat untuk

pengobatan luar, khususnya penyakit kulit. Secara empiris buah atau daun Annona muricata manjur mengatasi beragam penyakit. Akan tetapi, sejak tahun 2010 buah sirsak diketahui dapat berkhasiat untuk mengobati disentri, empedu akut, dan kencing batu. Daunnya juga berfaedah untuk mengatasi luka borok, bisul, kejang, jerawat, dan kutu rambut. Dalam hal ini daun yang berkhasiat adalah helaian daun ke-4 dan ke-5.2

Annona muricata L., dikenal sebagai sirsak di Indonesia, ditemukan dari Amerika Tengah ke Amerika Selatan, termasuk Amerika Utara, Amerika Timur Laut dan daerah

(2)

Tenggara Brazil.3

Daun sirsak mampu mengatasi jerawat. Bakteri yang sering ditemukan pada jerawat

adalah bakteri gram positif yaitu

Staphylococcus aureus dan Propionibacterium acnes. Staphylococcus aureus biasanya terdapat pada saluran pernafasan atas, saluran kencing, mulut dan hidung, jaringan kulit bagian dalam dari bisul bernanah, infeksi luka, radang paru-paru dan selaput lender lainnya.4

Sedangkan Propionibacterium acnes yang

bersifat mikroaerofilik yang bisa dianggap tidak hanya sebagai flora normal penghuni pada kulit yang normal tetapi juga bersifat sebagai bakteri patogen fakultatif. Bakteri ini juga diisolasi dari lesi atau luka acne vulgaris.5

Isi

Acne vulgaris (AV) merupakan penyakit

yang dapat sembuh sendiri, berupa

peradangan kronis folikel polisebasea dengan penyebab multifactor dan manifestasi kinis berupa komedo, papul, pustul, dan nodus kista.6

Patogenesis acne meliputi empat faktor, yaitu hiperproliferasi epidermis folikular sehingga terjadi sumbatan folikel, produksi sebum berlebihan, inflamasi, dan aktivitas Propionibacterium acnes (P. acnes). 6,7,8 Pada individu acne, secara umum ukuran folikel sebasea serta jumlah lobul tiap kelenjar bertambaj. Ekskresi sebum ada di bawah jontrol hormone androgen. Androgen berperan penting pada patogenesis acne tersebut. Acne mulai terjadi saat adrenarke, yaitu saat

kelenjar adrenal aktif menghasilkan

dehidroepiandrosteron sulfat, prekursor

testosteron. Penderita acne memiliki kadar androgen serum dan kadar sebum lebih tinggi dibandingkan dengan orang normal, meskipun kadar androgen serum penderita acne masih

dalam batas normal. Androgen akan

meningkatkan ukuran kelenjar sebasea dan merangsang produksi sebum, selain itu juga merangsang proliferasi keratinosit pada duktus seboglandularis dan akroinfundibulum.9,10

Hiperproliferasi epidermis folikular juga diduga akibat penurunan asam linoleat kulit dan peningkatan aktivitas interleukin 1 alfa. Epitel folikel rambut bagian atas, yaitu infundibulum, menjadi hiperkeratotik dan kohesi keratinosit bertambah, sehingga terjadi sumbatan pada muara folikel rambut.

Selanjutnya di dalam folikel rambut tersebut terjadi akumulasi keratin, sebum, dan bakteri, dan menyebabkan dilatasi folikel rambut

bagian atas, membentuk mikrokomedo.

Mikrokomedo yang berisi keratin, sebum, dan

bakteri, akan membesar dan ruptur.

Selanjutnya, isi mikrokomedo yang keluar akan menimbulkan respons inflamasi. Akan tetapi, terdapat bukti bahwa inflamasi dermis telah terjadi mendahului pembentukan komedo.6

Faktor selanjutnya yaitu hiperproliferasi folikel pilosebasea. Lesi acne dimulai dengan mikrokomedo, lesi mikroskopis yang tidak terlihat dengan mata telanjang. Komedo pertama kali terbentuk dimulai dengan deskuamasi panjang folikel. Epitel tidak dilepaskan satu per satu kedalam lumen

sebagaimana biasanya. Penelitian

imunohistokimiawi menunjukkan adanya

peningkatan proliferasi keratinosit basal dan diferensiasi abnormal dari sel-sel keratinosit folikular. Hal ini disebabkan berkurangnya kadar linoleat sebasea. Lapisan granulosum menjadi menebal, tonofilamen, dan butir-butir keratohialin meningkat, kandungan lipid bertambah sehingga terjadi penebalan dan sumbatan pada orifisiumfolikel. Proses ini pertama kali ditemukan pada pertemuan antara duktus sebasea dengan epitel folikel. Bahan-bahan keratin mengisi folikel sehingga menyebabkan folikel melebar.

Faktor keempat terjadinya acne adalah P. acnes, bakteri positif gram dan anaerob yang merupakan flora normal kelenjar pilosebasea. Remaja dengan acne memiliki konsentrasi P. acnes lebih tinggi dibandingkan remaja tanpa acne, tetapi tidak terdapat korelasi antara jumlah P. acnes dengan berat acne. 6 Peranan

P. acnes pada patogenesis acne adalah memecah trigliserida, salah satu komponen sebum, menjadi asam lemak bebas sehingga terjadi kolonisasi P. acnes yang memicu inflamasi. Selain itu, antibodi terhadap antigen dinding sel P. acnes meningkatkan respons inflamasi melalui aktivasi komplemen.6,8

Enzim 5-alfa reduktase, enzim yang

mengubah testosteron menjadi

dihidrotestosteron (DHT), memiliki aktivitas tinggi pada kulit yang mudah berjerawat, misalnya pada wajah, dada, dan punggung.6,8 Pada hiperandrogenisme, selain jerawat, sering disertai oleh seborea, alopesia, hirsutisme, gangguan haid dan disfungsi ovulasi dengan

(3)

infertilitas dan sindrom metabolik, gangguan psikologis, dan virilisasi. Penyebab utama hiperandrogenisme adalah sindrom

polikistik ovarium (polycystic ovarian

syndrome, PCOS). Sebagian penderita PCOS, yaitu sebanyak 70%, juga menderita acne. Meskipun demikian, sebagian besar acne pada perempuan dewasa tidak berkaitan dengan

gangguan endokrin. Penyebab utama acne

pada kelompok ini adalah perubahan respons reseptor androgen kulit terhadap perubahan hormon fisiologis siklus haid. Sebagian besar perempuan mengalami peningkatan jumlah acne pada masa premenstrual atau sebelum haid. 11

Acne paling banyak terjadi di wajah, tetapi dapat terjadi pada punggung, dada, dan bahu. Di badan, acne cenderung terkonsentrasi dekat garis tengah tubuh. Penyakit ini ditandai oleh lesi yang bervariasi, meskipun satu jenis

lesi biasanya lebih mendominasi. Lesi

noninflamasi, yaitu komedo, dapat berupa komedo terbuka (blackhead comedones) yang terjadi akibat oksidasi melanin, atau komedo tertutup (whitehead comedones).Lesi inflamasi berupa papul, pustul, hingga nodus dan kista. Scar atau jaringan parut dapat menjadi

komplikasi acne noninflamasi maupun acne inflamasi.6

Staphylococcus aureus adalah bakteri gram positif yang merupakan flora normal pada saluran pernapasan atas dan kulit. Pada individu sehat, S. aureus biasanya hanya berperan sebagai karier. Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah karena adanya perubahan hormon; adanya penyakit, luka, atau perlakuan menggunakan steroid atau obat lain yang mempengaruhi imunitas sehingga terjadi pelemahan inang. Infeksi S. aureus diasosiasikan dengan beberapa kondisi

patologi, diantaranya bisul, jerawat,

pneumonia, meningitis, dan arthritis.

Propionibacterium acnes juga merupakan bakteri gram positif dan flora normal, namun dominan terdapat pada daerah sebasea. Bakteri ini memiliki karakter yang mudah melekat pada kulit (bersifat adhesiv) dan membentuk biofilm.

Propionibacterium acnes sudah lama dianggap berperan dalam proses patogenesis acne vulgaris atau jerawat pada manusia. Derajat acne berdasarkan tipe dan jumlah lesi dapat digolongkan menjadi ringan, sedang, berat, dan sangat berat (tabel 1).

Tabel 1 Klasifikasi acne menurut jumlah dan tipe lesi12

(-) tidak ada, (+) bisa ditemukan, (+) ada, (++) cukup banyak, (+++) banyak sekali

Tumbuhan sirsak dapat diklasifikasikan sebagai berikut. Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Ranales Famili : Annonaceae Genus : Annona

Spesies : A.muricata Linn.

Ekstrak metanol daun muda sirsak Annona muricata L. mengandung senyawa yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Propionibacterium acnes. Daya atau kemampuan hambatnya pada kedua bakteri gram positif lemah, sehingga

ekstrak ini dapat dianggap bersifat

bakteriostatik.

Pada daun terdapat senyawa alkaloid yang merupakan hasil metabolit sekunder. Pada tumbuhan, pembentukan metabolit sekunder dimulai dari asam piruvat dan asam sikimat yaitu senyawa yang dihasilkan dari glikolisis glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis metabolit primer. Dari kedua senyawa inilah dihasilkan berbagai metabolit sekunder.

Metabolit sekunder dalam suatu

tumbuhan dapat bervariasi karena kondisi

lingkungannya, jenisnya (dapat juga

varietasnya), kondisi fisiologisnya (tua, muda) dan juga sifat kimianya. Ekstrak daun sirsak Annona muricata L. (Annonaceae)

mengandung senyawa acetogenin

Derajat Komedo Papul/pustul Nodul, kista,

sinus Inflamasi Jaringan parut Ringan <10 <10 - - - Sedang <20 >10-50 - + + Berat >20-50 >50-100 <5 ++ ++ Sangat berat >50 >100 >5 +++ +++

(4)

Annonaceous, yaitu annomuricine dan muricapentocin yang memiliki efek antibakteri.

Acetogenin adalah senyawa polyketides

dengan struktur 30–32 rantai karbon tidak bercabang yang terikat pada gugus 5-methyl-2-furanone. Rantai furanone dalam gugus hydrofuranone pada C23 memiliki aktifitas sitotoksik. Dalam hal ini kandungan acetogenin Annonaceous lebih banyak terdapat pada daun tua sirsak dibandingkan dengan daun yang lebih muda.13

Meskipun acne tidak mematikan, tetapi penyakit ini memiliki prevalensi yang tinggi pada usia remaja. Acne disebabkan oleh

multifaktor, karena itu penanganan acne

sebaiknya dilakukan secara menyeluruh

dengan memperhatikan semua faktor tersebut. Penanganan yang optimal akan mencegah rekurensi dan sekuele. 6

Ringkasan

Jerawat merupakan penyakit

peradangan kronis folikel polisebasea yang dapat sembuh sendiri dengan penyebab multifaktor dan manifestasi kinis berupa komedo, papul, pustul, dan nodus kista.

Patogenesis timbulnya jerawat meliputi empat faktor, yaitu hiperproliferasi epidermis folikular sehingga terjadi sumbatan folikel, produksi sebum berlebihan, inflamasi, dan aktivitas Propionibacterium acnes (P. acnes). Daun sirsak mampu mengatasi jerawat. Bakteri yang sering ditemukan pada jerawat adalah bakteri gram positif yaitu Staphylococcus aureus dan Propionibacterium acnes. Ekstrak daun sirsak Annona muricata L. (Annonaceae)

mengandung senyawa acetogenin

Annonaceous, yaitu annomuricine dan

muricapentocin yang memiliki efek antibakteri. Simpulan

Ekstrak daun sirsak Annona muricata L. berpotensi menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Propionibacterium acnes.

Daftar Pustaka

1. Adewole, S.O, and Martins, E.A.C.

morphological changes and hypoglicemic

effects of annona muricata linn.

(annonaceae) leaf aqueous extract of pancreatic b-cells of streptozoticin-treated diabetic rats. Africal Journal of Biomedical

Research [internet]. 2006 [diakses tanggal 26 Oktober 2015]; 4(9): 173-87. Tersedia dari:

http://www.bioline.org.br/pdf?md06030. 2. Mardiana, L. dan Ratnasari, J. Ramuan dan

khasiat sirsak. Jakarta: Penebar Swadaya; 2011.

3. Sousa, O.V., Vieira, G.D., Jesus, R.G., Pinho, J., Yamamoto, C.H., Alves, M.S. Antinociceptive and anti inflammatory activities of the ethanol exctract of annona muricata L. leaves in Animal Models [internet]. 2010 [diakses tanggal 26 Oktober 2015]; 11(5): 67-78. Tersedia dari:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20 559502.

4. Jawetz, E., Melnick, J.L, Adelberg, E.A. Review of medical microbiology 11th

edition. California: LANGE Medical

Publications; 1974.

5. Shehadeh, N.H., and A.M. Kligman.

Bacteriology of acne. Archives of

Dermatology. 1963; 88: 829-31.

6. Zaenglein AL, Graber EM, Thiboutot DM, Strauss JS. Acne vulgaris and acneiform eruption. Dalam: Fitzpatrick TB, Eisen AZ, Wolff K, Freedberg IM, Austen K, editor. Dermatology in general medicine. New York: McGraw-Hill; 2008. hlm.690-703. 7. Haider A, Shaw JC. Treatment of acne

vulgaris. JAMA. 2004; 292(6):726-35.

8. Harper JC. An update on the pathogenesis

and management of acne vulgaris. J Am Acad Dermatol. 2004; 51(1):36-8.

9. Kurokawa I, Danby FW, Ju Q, Wang X, Xiang LF, Xia L, Chen WC, Nagy I, et al. New developments in our understanding of acne pathogenesis and treatment. Experimental Dermatology. 2009; 18: 821-32.

10. Zouboulis CC, Eady A, Philpott M,

Goldsmith LA, Orfanos C, Cunliffe WC, Rosenfield R. What is the pathogenesis of acne. Experimental Dermatology. 2005; 14: 143-52.

11. Addor FAS, Schalka S. Acne in adult women. An Bras Dermatol. 2010; 85(6):789-95.

12. Cunliffe WJ, Gollnick HPM. Topical

therapy. Dalam: Cunliffe WJ, Gollnick

HPM, editor. Acne diagnosis and

(5)

2001. hlm.107-14.

13.

Simbala, H. The Analysis of alkaloid

compounds of some medicinal

vegetations as the active materials of phyto-pharmaca.. Pacific Journal. 2009; 1(4):489-492.

Gambar

Tabel 1 Klasifikasi acne menurut jumlah dan tipe lesi 12

Referensi

Dokumen terkait

Based on the data gathered, the majority of the students perceived the implementation of weekly tests positively. The researcher identified a link which correlated the

Siswa cukup dalam menganalaisis terjadinya air tanah Siswa kurang dalam menganalaisis terjadinya air tanah faktor yang memengaruhi berkurangnya ketersediaan air tanah

L1 : Kendaraan  bermotor  beroda  2  dengan  kapasitas  silinder  mesin  tidak  lebih  dari  50  cm 3   dan dengan  desain  kecepatan  maksimum  tidak  lebih  dari 

pada materi koloid dikatakan berhasil karena pada akhir penelitian semua aspek telah mencapai target yang ditetapkan sehingga penelitian ini dapat

Hasil uji beda menunjukkan nilai signifikansi (2-tailed) post-test hasil belajar peserta didik sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,005 (0,000&lt;0,005) sehingga

Minat yang baik pada praktikum IPA yang selama ini diketahui oleh guru IPA merupakan modal yang cukup untuk melaksanakan kegiatan praktikum, sebab hal ini sudah mengindikasikan

Dalam melaksanakan perannya sebagai motivator kepala sekolah memberikan motivasi kepada para pandidik, staf serta siswa untuk menerapkan disiplin pada diri sendiri agar

Metode tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar peserta didik. Tes dilakukan satu kali saat