• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karateristik Dan Kelas Kesesuaian Lahan Untuk Pengembangan Tanaman Pangan Secara Parametrik Di Desa Imbodu Kecamatan Randangan Kabupaten Pohuwato

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Karateristik Dan Kelas Kesesuaian Lahan Untuk Pengembangan Tanaman Pangan Secara Parametrik Di Desa Imbodu Kecamatan Randangan Kabupaten Pohuwato"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Karateristik Dan Kelas Kesesuaian Lahan Untuk Pengembangan Tanaman Pangan Secara Parametrik Di Desa Imbodu Kecamatan

Randangan Kabupaten Pohuwato

Ismail Mayang1, Nurdin2, Fauzan Zakaria2

1

Mahasiswa Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo 2

Staf Pengajar Program Studi Agroteknlogi Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karateristik dan kesesuaian lahan untuk pengembangan tanaman pangan di Desa Imbodu Kecamatan Randangan Kabupaten Pohuwato, mengetahui faktor-faktor yang menjadi pembatas untuk pengembangan tanaman pangan. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Imbodu Kecamatan Randangan Kabupaten Pohuwato Propinsi Gorontalo selama 3 bulan. Pendekatan evaluasi lahan yang digunakan adalah parametrik dengan metode Storie index. Variabel yang diamati adalah morfologi dan sifat fisik tanah,serta sifat kimia tanah, yaitu kandungan C-organik tanah, kandungan P2O5 tersedia, K, Na, kapasitas tukar kation (KTK) tanah, tekstur tanah, kedalaman efektif, erosi serta kelas kelerengan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik tanah ketiga pedon tanah salin (PIM-1, PIM-2, dan PIM-3) telah mengalami pengaruh kegiatan manusia dengan adanya horison Ap dan An, tetapi lebih dominan pengaruh salinisasi (n). Ketiga pedon ini juga telah mengalami perkembangan profil dengan adanya horison B natrik. Berdasarkan karakteristik dan sifat tipikalnya, maka ketiga pedon ini diklasifikasikan sebagai Typic Natraqualfs. Kelas kesesuaian lahan untuk pedon PIM-1 adalah kelas 3 (sedang) untuk jagung, kacang tanah dan horikultura., sementara pedon PIM-2 dan PIM-3 adalah kelas 4 (miskin) yang hanya sesuai untuk padi sawah saja. Faktor pembatas yang dominan untuk

penggunaan lahan tanaman pangan pada pedon PIM-1 adalah tanah lapisan

atas yang bertekstur berat (liat), sementara untuk pedon PIM-2 adalah tanah lapisan atas yang bertekstur berat (liat) dan drainase tanah yang sangat buruk, sedangkan untuk pedon PIM-3 adalah fase kedalaman perakaran yang dangkal dan tanah lapisan atas yang bertekstur berat (liat).

Kata Kunci: Karateristik, kesesuaian, lahan, parametrik, tanaman pangan.

PENDAHULUAN

Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi agar bisa bertahan hidup. Ketersediaan pangan yang cukup sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan manusia dan menunjang berbagai aktivitas industri untuk melengkapi kebutuhan sehari-hari.Tanaman Menurut FAO (1985) dalam Nasution (2005), tanaman pangan menempati posisi penting dalam perekonomian nasional karena merupakan sumber

(2)

karbohidrat dan bahan baku industri pakan dan pangan. Produktivitas tanaman pangan tergantung pada kualitas lahan yang digunakan. Jika pada pemilihan lahan pada awal pembangunan tanaman areal-areal yang tidak produktif tidak disisihkan, maka kerugian (finansial) yang cukup besar akan terjadi nantinya.

Perencanaan penggunaan lahan merupakan penilaian yang sistimatik terhadap lahan untuk mendapatkan alternatif penggunaan lahan dan memperoleh opsi yang terbaik dalam memanfaatkan lahan agar terpenuhi kebutuhan manusia dengan tetap menjaga agar lahan tetap dapat digunakan pada masa yang akan datang. Penentuan luas baku penggunaan lahan optimum untuk perencanaan dan penggunaan lahan pertanian tanaman pangan merupakan suatu persoalan penting dalam rangka mencapai tujuan perencanaan penggunaan lahan pertanian berorientasi pada keseimbangan agroekosistem. Perencanaan penggunaan lahan yang terencana khususnya pengaturan, pemanfaatan dan pendugaan optimasi lahan sangat diperlukan. Apabila tidak dilakukan pengaturan akan mengakibatkan terjadinya ketidakseimbangan antara daya dukung lahan dengan potensi lahan (Bagu, 2012).

Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan adalah pendekatan parametrik. Pendekatan parametrik adalah sistem klasifikasi dan pembagian lahan atas dasar pengaruh atau nilai ciri lahan tertentu dan kemudian

mengkombinasikan pengaruh-pengaruh tersebut untuk memperoleh

kesesuaiannya (Udawatta dan Henderson, 1986 dalam Syaifuddin dkk.,

(2011). Berdasarkan uaraian diatas dilakukan penelitian mengenai karateristik dan kelas kesesuaian lahan untuk pengembangan tanaman pangan secara parametrik di Desa Imbodu Kecamatan Randangan Kabupaten Pohuwato.

BAHAN DAN METODE

Penelitian inidilaksanakan di Imbodu Kecamatan Randangan Kabupaten Pohuwato. Waktu pelaksanaan penelitian ini mulai bulan Mei 2013 sampai Juli2013. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Altimeter, Bor tanah, Clinometer, GPS (Global Positioning System), Kalkulator, Mistar, Sekop, camera, Munsell Soil Color Chart dan alat tulis menulis. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel tanah, label, dan kantong plastic. Variabel yang diamati dalam penelitian yakni karateristik dan kelas kesesuaian lahan untuk pengembangan tanaman pangan adalah morfologi dan fisik tanah serta sifat kimia, yaitu kandungan C-organik tanah, kandungan P2O5 tersedia K, Na, kapasitas tukar kation (KTK) tanah, tekstur tanah, kedalaman efektif, erosi serta kelas kelerengan.Pengambilan Data dalam Penelitian ini adalah (1) menentukan titik pengambilan sampel tanah pada lokasi penelitian, dengan cara, (a) Pembuatan profil tanah dengan luas 2 x 2 m dan kedalaman 2 m, (b) Diambil contoh tanah pada masing-masing lapisan (horison) profil tanah, (c) Memasukan contoh tanah pada kantong plastic, (d) Mencampur contoh

(3)

tanah tersebut yang diambil kira-kira 1 kg tanah, (e) Malakukan observasi dilapangan dengan parameter : (1) Temperatur : Rata-rata temperatur tahunan dalam 10 tahun (oC), (2)Warna tanah : Munsell soil color charts(3) Batas Horison: pengamatan,(4) Struktur tanah : pengamatan,(5)Konsistensi :

pengamatan, (6)Kedalaman efektif: Diukur sampai dengan kedalaman

tanah,(7)Ketersediaan udara : drainase tanah dan(8) Erosi.(f) Analisis laboratorium Sampel yang berasal dari lapangan kemudian di teliti di laboratorium yang meliputi sifat fisik dan kimia tanah, sifat-sifat yang diteliti meliputi: Tekstur, kandungan C-Organik tanah, P2O5tersedia, K, Na dapat ditukar, Kapasitas Tukar Kation (KTK).

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1Karakteristik dan Kesesuaian Lahan 4.1.1Karakteristik Tanah

Morfologi dan Sifat Fisik Tanah

Hasil survei tanah terhadap morfologi tanah 3 pedon pewakil serta hasil analisis sifat fisik tanah dari ketiga pedon tersebut menunjukkan bahwa (Tabel ). Tampaknya, semua pedon mempunyai solum tanah (horison A dan B) yang relatif dangkal (<100 cm) sebagai akibat dari adanya penjenuhan air (gleisasi), sehingga menjadi batas pedon paling bawah. Hal ini sejalan dengan pernyataan Rachim (2007:14) bahwa batas bawah pedon adalah dijumpainya air pada kedalaman tertentu.

Tabel 2. Morfologi dan sifat fisik tanah Desa Imbodu Kecamatan Randangan Kabupaten Pohuwato Horis o n Kedala ma n (c m) Warna Matr iks Bata s H o r i s o n Struk t u r Konsist en si Tekstur Tanah Kel a s T e k s t u r Kel a s U k u r a n B u t i r P a s i r D e b u Li a t PIM -1 Ap 0-26 7,5YR 2,5/2 Cs masi f , 0 ss, ps, f 2 , 7 4 0 , 7 5 6 , 5 Liat Hal u s Bn1 26-52 7,5YR 3/3 Gs ab, f, 2 ss, ps, f 4 , 5 4 2 , 2 5 3 , 3 Liat Hal u s Bn2 >52 7,5YR 5/6 Ds ab, f, 2 ss, ps, f 3 2 , 4 3 9 , 2 2 8 , 4 Liat Hal u s PIM -2

(4)

An 0-13 7,5YR 4/4 Cs masi f , 0 vs, p 6 , 6 4 6 , 7 4 6 , 7 Liat Hal u s Bn1 13-41 7,5YR 5/4 Gs ab, f, 1 vs, p 1 2 , 1 4 2 , 8 4 5 , 1 Liat Hal u s Bn2 >41 7,5YR ¾ Ds ab, f, 1 vs, p 1 3 , 1 4 6 , 8 4 0 , 1 Liat Hal u s PIM -3 An 0-37 7,5YR 4/2 Gs masi f , 0 s, p, f 1 2 , 3 3 8 , 2 4 9 , 5 Liat Hal u s Bn >37 7,5YR 5/6 Cs sb, f, 1 s, p, f 1 1 , 0 3 1 , 2 5 7 , 8 Liat Hal u s

ab=gumpal bersudut;sb=gumpal;vs=sangat lekat;vf=sangat gembur;vp=sangat plastis;ss=agak lekat;so=tidak lekat;s=lekat;t=teguh;f=gembur;p=plastis;cs=jelas rata;gs=berangsur rata;ds=baur nyata.

Pedon PIM-1, terletak pada toposekuen lereng bagian atas dengan kemiringan lereng ≥3% dan horison permukaan telah mendapat pengaruh pengolahan tanah (Ap). Hal ini yang menyebabkan petani lebih intensif mengolah tanah dibanding kedua pedon lainnya, walaupun dengan kadar natrium yang tinggi pada lapisan 26-52 cm. Namun, penjenuhan oleh natrium ini lebih cepat surut dibanding kedua pedon lain. Pedon ini sudah menunjukkan perkembangan tanah dengan adanya strukturisasi (horison B natrik). Warna matriks tanah dengan

hue 7,5YR dengan variasi chroma dan value, yaitu 7,5YR 2,5/2(coklat sangat gelap), 3/3 (coklat gelap) dan 7,5YR 5/6(coklat kuat) dari atas hingga ≥ 52 cm yang menunjukkan terjadinya oksidasi-reduksi yang lebih sering pada lapisan tanah tersebut. Karatan tidak dijumpai pada semua lapisan. Selain itu, batas horison relatif jelas dan berangsur rata, serta baur nyata. Struktur tanah permukaan massif karena telah mengalami pengolahan tanah lebih intensif oleh petani dan horison B berstruktur gumpal bersudut. Konsistensi agak lekat dan agak plastis sebagai konsekuensi atas tekstur tanah yang berliat denga kelas ukuran butirnya yang halus.

Pedon PIM-2, terletak pada toposekuen lereng bagian tengah dengan kemiringan lereng >3% dan horison permukaan yang terbentuk telah mendapat pengaruh pengolahan tanah dan salinisasi (An) air laut, tetapi lebih dominan pengaruh salinisasi. Hal ini yang menyebabkan petani tidak mengolah tanah karena sering tergenang air dengan kadar natrium tinggi. Pedon ini sudah menunjukkan perkembangan tanah dengan adanya strukturisasi (horison B natrik). Warna matriks tanah dengan hue 7,5YR 4/4(coklat) dan 7,5YR 5/4(coklat) serta 7,5YR 3/4 (coklat gelap) dari atas hingga ≥ 41cm yang menunjukkan terjadinya reduksi pada lapisan tanah tersebut. Karatan tidak dijumpai pada semua lapisan. Selain itu, batas horison relatif jelas dan berangsur rata serta baur nyata. Struktur tanah permukaan massif karena telah mengalami pengolahan tanah oleh petani dan horison B berstruktur gumpal bersudut. Konsistensi sangat lekat dan plastis

(5)

sebagai konsekuensi atas tekstur tanah yang berliat denga kelas ukuran butirnya yang halus.Menurut Soepardi (1979:27) akumulasi garam dapat terjadi melalui : (a) adanyaevaporasi yang tinggi dibeberapa daerah seperti rawa dan daerah pasang surut. Evaporasi ini mempercepat terjadinya pengendapan garam dipermukaan tanah danperakaran, (b) intrusi air laut melalui sungai yang sering terjadi di daerah muara sebagai akibat naik turunnya airlaut karena peristiwa pasang surut.

Pedon PIM-3, terletak pada toposekuen lereng bagian bawah dengan kemiringan lereng >3% dan horison permukaan yang terbentuk telah mendapat pengaruh pengolahan tanah dan salinisasi (An) air laut, tetapi lebih dominan pengaruh salinisasi. Hal ini yang menyebabkan petani tidak mengolah tanah karena sering tergenang air dengan kadar natrium tinggi. Pedon ini sudah menunjukkan perkembangan tanah dengan adanya strukturisasi (horison B

kambik). Warna matriks tanah dengan hue 7,5YR 4/2(coklat) dan 7,5YR

5/6(coklat kuat) dari atas hingga ≥ 37 cm yang menunjukkan terjadinya reduksi pada lapisan tanah tersebut. Karatan tidak dijumpai pada semua lapisan. Selain itu, batas horison relatif jelas dan berangsur rata. Struktur tanah permukaan massif karena telah mengalami pengolahan tanah oleh petani dan horison B berstruktur gumpal. Konsistensi lekat dan plastis sebagai konsekuensi atas tekstur tanah yang berliat denga kelas ukuran butirnya yang halus. Tanah salin adalah tanah yang

mengandung garam NaCI terlarut dalam jumlah banyak sehingga

mengganggupertumbuhantanaman.Larutan garam tanahbiasanya tersusun dari ion Na+, Ca++, Mg ++, CI-, CO4-2dan CO3-2 (Donahue et al., 1983:27),

Sifat kimia Tanah

Analisis sifat kimia tanah ini mengacu pada penciri klasifikasi dan indikator kesuburan tanah serta bahan interpertasi dalam penilaian kesesuaian lahan. Penilaian sifat kimia tanah didasarkan pada kriteria Staf Peneliti Pusat Penelitian Tanah (1983), sebagaimana disajikan pada Lampiran 3. Sifat kimia tanah dari ketiga pedon ini (Tabel 3) diuraikan sebagai berikut:

Tabel 3. Sifat kimia tanah Desa Imbodu Kecamatan Randangan Kabupaten Pohuwato Horison Kedalaman (cm) C-Or gan ik (%) N-T ot al ( % ) P2O5 (p p m ) K-Total (pp m) Na+ ( p p m ) K+ (me /10 0 g) KTK (me /10 0 g) PIM-1 Ap 0-26 1,10 0,14 116 502 98 10,62 45,80 Bn1 26 s/d 52 0,62 0,09 88 94 1.757 9,65 45,17 Bn2 >52 0,27 0,05 65 42 567 8,46 38,83 PIM-2 An 0-13 3,17 0,29 482 965 718 9,41 43,76 Bn1 13-41 0,71 0,11 182 122 1.618 11,11 44,00 Bn2 >41 0,77 0,10 88 87 1.391 9,65 43,64 PIM-3 An 0-37 1,36 0,15 69 338 706 9,41 42,67 Bn >37 0,36 0,07 54 180 1.980 10,38 43,04

(6)

Pedon PIM-1 menunjukkan bahwa pada horison Ap, kandungan C-organik yang rendah (1,10%), sementara pada horison di bawahnya justru menunjukkan semakin rendah (<1,0%). C-organik pada umumnya cenderung tinggi di permukaan, dan menurun secara drastis pada horison B yang terus menurun sesuai kedalaman, sebagaimana pola yang dilaporkan Prasetyo (2007) dan pola umum tanah yang telah berkembang. Demikian halnya dengan N-total dengan kadar dan pola yang sama. Khusus untuk P2O5 (Bray 1), justru kadarnya tinggi sampai sangat tinggi. Sementara kadar K-total dalam tanah pada lapisan permukaan sangat tinggi dan menurun ke lapisan dibawahnya menjadi sangat rendah. Kadar basa-basa Na dan K tergolong sangat tinggi pada semua lapisan, sementara KTK tergolong tinggi sampai sangat tinggi. Sebaran sifat kimia tanah pedon ini cukup unik dengan dua pola sebaran sebagai berikut: semakin ke lapisan bawah kadar sifat kimia tanah semakin menurun (pola untuk C-organik, N-total, P2O5 Bray 1, dan K-total), dan lapisan atas ke lapisan bawah polanya tidak beraturan (pola untuk basa-basa Na dan K, serta KTK). Hal ini menunjukkan bahwa reduksi-oksidasi sangat mempengaruhi basa-basa dapat ditukar dibandingkan sifat kimia lainnya.

Pedon PIM-2 menunjukkan bahwa pada horison An, kandungan C-organik yang tinggi (3,17%), sementara pada horison di bawahnya justru menunjukkan semakin rendah (<1,0%). Hal ini menunjukkan bahwa kurang intensifnya pengolahan tanah menyebabkan kadar C-organik yang cenderung tinggi di permukaan. Demikian halnya dengan N-total dengan kadar dan pola yang sama. Khusus untuk P2O5 (Bray 1), justru kadarnya tinggi sampai sangat tinggi. Sementara kadar K-total dalam tanah pada lapisan permukaan sangat tinggi dan menurun ke lapisan paling bawah menjadi sangat rendah. Kadar basa-basa Na dan K tergolong sangat tinggi pada semua lapisan, sementara KTK tergolong sangat tinggi. Sebaran sifat kimia tanah pedon ini cukup unik dengan dua pola sebaran yang relatif sama dengan pedon PIM-1.

Pedon PIM-3 menunjukkan bahwa pada horison An, kandungan C-organik yang rendah (1,36%), sementara pada horison di bawahnya justru menunjukkan semakin rendah (<1,0%). Hal ini menunjukkan intensifnya pengolahan tanah lebih tinggi dibanding pedon PIM-2. Demikian halnya dengan N-total dengan kadar dan pola yang sama. Khusus untuk P2O5 (Bray 1), justru kadarnya sangat tinggi (>35 ppm). Sementara kadar K-total dalam tanah pada lapisan permukaan tergolong sedang menurun sampai ke lapisan paling bawah menjadi rendah. Kadar basa-basa Na dan K tergolong sangat tinggi pada semua lapisan. Demikian halnya dengan KTK yang tergolong sangat tinggi. Sebaran sifat kimia tanah pedon ini

cukup unik dengan dua pola sebaran yang relatif sama dengan pedon PIM-1 dan

PIM-2.

Berdasarkan morfologi dan sifat fisik tanah, serta sifat kimia tanah terpilih, maka klasifikasi tanah terhadap ketiga pedon pewakil di daerah penelitian dideskripsi berdasarkan epipedon, horison bawah penciri dan sifat tipikal (khusus) lainnya. Uraian penentuan klasifikasi tanah disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Penciri utama klasifikasi tanah di daerah penelitian

Horison Kedalaman

(cm) Pasir (%) Liat (%) KT/UBB

Warna Matriks

KTK (me/100

g) C-organik (%)

(7)

Ap 0-26 2,7 56,5 C/F 7,5YR 2,5/2 45,80 1,10 Bn1 26 s/d 52 4,5 53,3 C/F 7,5YR 3/3 45,17 0,62 Bn2 >52 32,4 28,4 C/F 7,5YR 5/6 38,83 0,27 PIM-2 An 0-13 6,6 46,7 C/F 7,5YR 4/4 43,76 3,17 Bn1 13-41 12,1 45,1 C/F 7,5YR 5/4 44,00 0,71 Bn2 >41 13,1 40,1 C/F 7,5YR 3/4 43,64 0,77 PIM-3 An 0-37 12,3 49,5 C/F 7,5YR 4/2 42,67 1,36 Bn >37 11,0 57,8 C/F 7,5YR 5/6 43,04 0,36

KT=kelas tekstur; UBB=ukuran besar butir; KTK=kapasitas tukar kation; C=clay (liat); F=fine (halus)

Tabel 5. Horison Penciri dan Sifat Penciri Lainnya untuk Klasifikasi tanah

Pe d o n Topograf i /Elevasi (m dpl) Epip e d o n

Horison Bawah Regim Ke

l a s U k u r a n B u t i r Great Group (USDA, 2010) Ut a m a Lain ( t y p i c a l ) Kelemba ban Tanah Suhu Tanah PI M -1 Beromba k/4 Umb r i k Na t r i k Natri u m Akuik Isohiperter mik Ha l u s Typic Natraqual fs PI M -2 Datar/3 Umb r i k Na t r i k Natri u m Akuik Isohiperter mik Ha l u s Typic Natraqual fs PI M -3 Datar/1 Umb r i k Na t r i k Natri u m Akuik Isohiperter mik Ha l u s Typic Natraqual fs

Berdasarkan penciri utama klasifikasi dan horison penciri serta penciri lainnya, maka ketiga pedon di daerah penelitian relatif sama dalam hal:

1. Horison permukaan (epipedon) adalah umbrik. Hal ini mengacu pada kunci

identifikasi epipedon bahwa ketiga pedon memenuhi syarat epipedon molik, kecuali dalam hal chroma yang hanya 3 atau kurang pada saat lembab, dan 5 atau kurang pada saat kering. Selain itu, kandungan C-organik sebesar 0,6% atau lebih.

(8)

2. Horison bawah penciri utama untuk ketiga pedon ini adalah horison natrik karena kandungan natrium dapat ditukar yang lebih besar 15% pada seluruh lapisan tanah.

3. Kedalaman tanah yang dangkal menyebabkan ketiga pedon ini relatif

mengalami penjenuhan (aquic) yang cukup intens, sehingga mengalami reduksi yang cukup lama (warna kecoklatan).

Berdasarkan informasi tersebut, maka ketiga pedon tanah di daerah penelitian ini (PIM-1, PIM-2, dan PIM-3) diklasifikasikan sampai tingkat great grup tanah sebagai Typic Natraqualfs. Walaupun baru tingkat great grup, tetapi klasifikasi tanah ini sudah dapat menggambarkan karakteristik tanah tipikal pada ketiga pedon yang diteliti. Pembedanya adalah interaksi antar karakteristik tanah yang nantinya akan mempengaruhi kelas kesesuaian lahan secara parametrik.

4.1.2 Kesesuaian Lahan

Penilaian kelas kesesuaian lahan (KKL) ini menggunakan pendekatan parametrik dengan metode Storie. Faktor-faktor dan nilai lahan (NL) terpilih dari tiga pedon pewakil disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Faktor dan nilai lahan terhadap tiga pedon pewakil

Faktor-Faktor Tanah

Pedon Pewakil

PIM-1 PIM-2 PIM-3

Atribut Nilai ( % ) Atribut Nilai (% ) Atribut Nilai (% ) A-Sifat Profil Tanah

Tanah pada dataran aluvial dengan profil sedikit berkembang dan tanah bawah yang agak padat

sub soil liat berlapis-lapis (tekstur liat sampai kedalama n 52 cm)

95 sub soil liat berlapis-lapis (tekstur liat sampai kedalama n 41 cm) 88 Fase dangka l (kedala man peraka ran hanya sampai 37 cm) 60

B-Nilai Tekstur Tanah lapisan Atas

Bertekstur Berat Liat 60 Liat 60 Liat 60

C-Nilai Kelerengan

Lereng (%) Landai (4%) 95 Datar (<1%) 100 Datar (<2%)

95

X-Nilai Faktor Lain

Drainase Agak Baik 90 Sangat Buruk 25 Agak baik 90 Tingkat Kesuburan Tanah Rendah 90 Tinggi 95 Rendah 90 Erosi Tanah Sedikit 100 Tanpa Erosi 100 Tanpa

Erosi

100

Pedon PIM-1 berdasarkan faktor sifat profil tanah (A) termasuk tanah yang terletak pada dataran aluvial dengan profil sedikit berkembang dan tanah bagian bawah agak padat (Tabel 6). Hal ini ditunjukkan oleh sub soil liat yang berlapis-lapis (tekstur liat dari berlapis-lapisan permukaan sampai kedalaman 52 cm). Berdasarkan kriteria faktor-faktor yang dipertimbangkan beserta nilainya menurut Storie (1944) dalam Sitorus(1985), maka nilai lahan yang diperoleh sebanyak 95% atau 0,95 (Tabel 7). Selanjutnya, berdasarkan nilai tekstur tanah lapisan atas (B) pedon ini termasuk bertekstur berat yang ditandai dengan kandungan liat yang tinggi (>40% liat), sehingga diperoleh nilai lahannya sebesar 60% atau 0,60. Kemudian berdasarkan nilai kelerengan (C), pedon ini termasuk pada lereng landai (4%)

(9)

sehingga memperoleh nilai lahan sebesar 95% atau 0,95. Faktor lainnya yang dipertimbangkan (X) terdiri dari drainase (agak baik dengan nilai 90% atau 0,90), tingkat kesuburan tanah (rendah dengan nilai 90% atau 0,90) dan erosi tanah (sedikit dengan nilai sebesar 100% atau 1,00).

Pedon PIM-2berdasarkan faktor sifat profil tanah (A) termasuk tanah yang terletak pada dataran aluvial dengan profil sedikit berkembang dan tanah bagian bawah agak padat (Tabel 6). Hal ini ditunjukkan oleh sub soil liat yang berlapis-lapis (tekstur liat dari berlapis-lapisan permukaan sampai kedalaman 41 cm). Berdasarkan kriteria faktor-faktor yang dipertimbangkan beserta nilainya menurut Storie (1944) dalam Sitorus (1985), maka nilai lahan yang diperoleh sebanyak 88% atau 0,88 (Tabel 7). Selanjutnya, berdasarkan nilai tekstur tanah lapisan atas (B) pedon ini termasuk bertekstur berat yang ditandai dengan kandungan liat yang tinggi (>40% liat), sehingga diperoleh nilai lahannya sebesar 60% atau 0,60. Kemudian berdasarkan nilai kelerengan (C), pedon ini termasuk pada lereng datar (1%) sehingga memperoleh nilai lahan sebesar 100%. Faktor lainnya yang dipertimbangkan (X) terdiri dari drainase (sangat buruk dengan nilai 25% atau 0,25), tingkat kesuburan tanah (tinggi dengan nilai 95% atau 0,95) dan erosi tanah (tanpa erosi dengan nilai sebesar 100% atau 1,00).

Pedon PIM-3berdasarkan faktor sifat profil tanah (A) termasuk tanah yang terletak pada dataran aluvial dengan profil sedikit berkembang dan tanah bagian bawah agak padat (Tabel 6). Hal ini ditunjukkan oleh sub soil liat yang berlapis-lapis (tekstur liat dari berlapis-lapisan permukaan sampai kedalaman 37 cm). Berdasarkan kriteria faktor-faktor yang dipertimbangkan beserta nilainya menurut Storie (1944) dalam Sitorus (1985), maka nilai lahan yang diperoleh sebanyak 60% atau 0,60 (Tabel 7). Selanjutnya, berdasarkan nilai tekstur tanah lapisan atas (B) pedon ini termasuk bertekstur berat yang ditandai dengan kandungan liat yang tinggi (>40% liat), sehingga diperoleh nilai lahannya sebesar 60% atau 0,60. Kemudian berdasarkan nilai kelerengan (C), pedon ini termasuk pada lereng datar (2%) sehingga memperoleh nilai lahan sebesar 95% atau 0,95. Faktor lainnya yang dipertimbangkan (X) terdiri dari drainase (agak baik dengan nilai 90% atau 0,90), tingkat kesuburan tanah (rendah dengan nilai 90% atau 0,90) dan erosi tanah (sedikit dengan nilai sebesar 100% atau 1,00).

Tabel 7. Nilai lahan terkoreksi pada tiga pedon pewakil Faktor-Faktor Tanah

Pedon Pewakil

PIM-1 PIM-2 PIM-3

Atribut Nilai Atribut Nilai Atribut Nilai

A-Sifat Profil Tanah

Tanah pada dataran aluvial dengan profil sedikit berkembang dan tanah bawah yang agak padat

sub soil liat berlapis-lapis (tekstur liat sampai kedalama n 52 cm)

0,95 sub soil liat berlapis-lapis (tekstur liat sampai kedalama n 41 cm) 0,88 Fase dangka l (kedala man peraka ran hanya sampai 37 cm) 0,60

B-Nilai Tekstur Tanah lapisan Atas

Bertekstur Berat Liat 0,60 Liat 0,60 Liat 0,60

C-Nilai Kelerengan

Lereng (%) Landai (4%) 0,95 Datar (<1%) 1,00 Datar (<2%)

(10)

X-Nilai Faktor Lain

Drainase Agak Baik 0,90 Sangat Buruk 0,25 Agak baik 0,90 Tingkat Kesuburan Tanah Rendah 0,90 Tinggi 0,95 Rendah 0,90 Erosi Tanah Sedikit 1,00 Tanpa Erosi 1,00 Tanpa

Erosi

1,00

Berdasarkan hasil analisis faktor-faktor dan nilai lahan yang diperoleh pada Tabel 6 dan 7, maka selanjutnya dilakukan analisis pembobotan nilai lahan akhir untuk memperoleh kelas kesesuaian lahan (KKL). Hasil analisis kelas kesesuaian lahan disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Kelas Kesesuaian Lahan pada tiga pedon pewakil

Faktor-Faktor Tanah Nilai Lahan Pedon Pewakil

PIM-1 PIM-2 PIM-3

A-Sifat Profil Tanah 0,95 0,88 0,60

B-Nilai Tekstur Tanah lapisan Atas 0,60 0,60 0,60

C-Nilai Kelerengan 0,95 1,00 0,95

X-Nilai Faktor Lain 0,93 0,73 0,93

Nilai Lahan (NL) Total 0,50 0,38 0,32

Bobot Nilai Lahan Akhir 50% 38% 32%

Kelas Kesesuaian Lahan (KKL) Kelas 3

(Sedang)

Kelas 4 (Miskin)

Kelas 4 (Miskin) Pedon PIM-1berdasarkan jumlah nilai lahan untuk semua faktor-faktor tanah (A, B, C dan X),maka pedon ini memperoleh nilai lahan total sebanyak 0,50 atau dilaporkan sebagai 50% (Tabel 8). Dengan demikian, maka pedon ini termasuk kelas kesesuaian lahan (KKL) 3 atau kelas sedang. Berdasarkan interpretasi hasil analisis nilai parametrik (Storie,1944dalam Sitorus, 1985), maka pedon ini umumnya mempunyai kualitas sedang dengan kisaranpenggunaan atau kesesuaian lebih sempit daripada kelas 1 dan 2. Tanah dalam kelas ini mungkin dapat memberikan hasil yang baik untuk tanaman tertentu, misalnya jagung, kacang tanah dan tanaman hortikultura.

Pedon PIM-2berdasarkan jumlah nilai lahan untuk semua faktor-faktor tanah (A, B, C dan X),maka pedon ini memperoleh nilai lahan total sebanyak 0,38 atau dilaporkan sebagai 38% (Tabel 8). Dengan demikian, maka pedon ini termasuk kelas kesesuaian lahan (KKL) 4 atau kelas miskin. Berdasarkan interpretasi hasil analisis nilai parametrik (Storie,1944dalam Sitorus, 1985), maka pedon ini mempunyai kisaran/kemungkinan penggunaan pertanian yang terbatas. Sebagai contoh, tanah yang termasuk kelas ini mungkin baik untuk padi tetapi kurang baik untuk penggunaan lainnya.

Pedon PIM-3 berdasarkan jumlah nilai lahan untuk semua faktor-faktor tanah (A, B, C dan X),maka pedon ini memperoleh nilai lahan total sebanyak 0,32 atau dilaporkan sebagai 32% (Tabel 8). Dengan demikian, maka pedon ini termasuk kelas kesesuaian lahan (KKL) 4 atau kelas miskin. Berdasarkan interpretasi hasil analisis nilai parametrik (Storie,1944dalam Sitorus, 1985), maka pedon ini mempunyai kisaran/kemungkinan penggunaan pertanian yang terbatas, tetapi masih lebih miskin dibandingkan pedon PIM-2. Sebagai contoh, tanah yang termasuk kelas ini mungkin baik untuk padi tetapi kurang baik untuk penggunaan lainnya.

(11)

Berdasarkan hasil analisis karakteristik dan kesesuaian lahan, maka selanjutnya ditentukan faktor pembatas penggunaan lahan yang dominan.

Pedon PIM-1, faktorpembatas yang dominan dan sangat mempengaruhi penggunaan lahan yang berkelanjutan adalah tektur tanah lapisan atas yang tergolong bertekstur berat. Hal ini sangat mempengaruhi pengolahan tanah pada musim kemarau yang memadat (crusting), sementara pada musim penghujan tanah menjadi sangat lekat karena kadar liat yang tinggi.Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melakukan penambahan bahan organik agar struktur tanah menjadi gembur (remah). Selain itu, berdasarkan sifat kimia tanah kadar N-total juga sangat rendah, sehingga pemberian pupuk N relatif dibutuhkan dalam jangka pendek agar ketersediaan N tanah dapat terpenuhi. Hal yang tidak dapat dihindari dalam pengelolaan tanah pada pedon ini adalah kadar basa natrium yang sangat tinggi. Hal ini tentu menjadi faktor pembatas tersendiri dan solusi yang dapat dilakukan adalah melakukan perbaikan drainase agar tanah tidak terlalu lama terjenuhi natrium, atau melakukan pencucian natrium melalui pemberian irigasi yang rasional. Pertumbuhan tanaman pada kondisi salin akan terhambat karena konsentrasi garam atau ion Na larut tinggi kedalam tanah, konsentrasi garam yang tinggi dapat mengakibatkan plasmolisis pada sel tanaman, yaitu suatu proses bergerak keluarnya H2O dari tanaman ke larutan tanah sehingga akan menghambat pertumbuhan tanaman (Bukcman dan Brady, 1982:30).

Pedon PIM-2, faktorpembatas yang dominan dan sangat mempengaruhi penggunaan lahan yang berkelanjutan terdiri dari tektur tanah lapisan atas yang tergolong bertekstur berat dan drainase tanah yang sangat buruk. Hal ini sangat

mempengaruhi pengolahan tanah pada musim kemarau yang memadat (crusting),

sementara pada musim penghujan tanah menjadi sangat lekat karena kadar liatyang tinggi.Sementaradrainase yang buruk akan semakin memperparah penjenuhan oleh natrium, sehingga tanaman yang ditanam nantinya akan mengalami cekaman dan akhirnya mati. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melakukan penambahan bahan organik agar struktur tanah menjadi gembur (remah). Selain itu, berdasarkan sifat kimia tanah kadar N-total juga sangat rendah, sehingga pemberian pupuk N relatif dibutuhkan dalam jangka pendek agar ketersediaan N tanah dapat terpenuhi. Hal yang tidak dapat dihindari dalam pengelolaan tanah pada pedon ini adalah kadar basa natrium yang sangat tinggi. Hal ini tentu menjadi faktor pembatas tersendiri dan solusi yang dapat dilakukan adalah melakukan perbaikan drainase agar tanah tidak terlalu lama terjenuhi natrium. Hasil penelitian Amezketa et al. (2005:30) menunjukkan bahwa salinitas dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan morfologi tanaman khususnya pada penelitian rumput raja yaitu lebih kecilnya ukuran daun, rapatnya stomata, dan lignifikas akar yang lebih awal.

(12)

Pedon PIM-3, faktorpembatas yang dominan dan sangat mempengaruhi penggunaan lahan yang berkelanjutan terdiri dari fase kedalaman perakaran yang dangkal dan tektur tanah lapisan atas yang tergolong bertekstur berat. Hal ini sangat mempengaruhi pengolahan tanah pada musim kemarau yang memadat (crusting), sementara pada musim penghujan tanah menjadi sangat lekat karena kadar liat yang tinggi.Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melakukan penambahan bahan organik agar struktur tanah menjadi gembur. Selain itu, kadar N-total juga sangat rendah, sehingga pemberian pupuk N relatif dibutuhkan dalam jangka pendek agar ketersediaan N tanah dapat terpenuhi. Kadar basa natrium yang sangat tinggi dapat diatasi dengan melakukan perbaikan drainase agar tanah tidak terlalu lama terjenuhi natrium.

KESIMPULAN

1. Karakteristik tanah ketiga pedon tanah salin (PIM-1, PIM-2, dan PIM-3) telah mengalami pengaruh kegiatan manusia dengan adanya horison Ap dan An, tetapi lebih dominan pengaruh salinisasi (n). Ketiga pedon ini juga telah mengalami perkembangan profil dengan adanya horison B natrik. Berdasarkan karakteristik dan sifat tipikalnya, maka ketiga pedon ini diklasifikasikan sebagai Typic Natraqualfs. Kelas kesesuaian lahan untuk pedon PIM-1 adalah kelas 3 (sedang) untuk jagung, kacang tanah dan horikultura., sementara pedon PIM-2 dan PIM-3 adalah kelas 4 (miskin) yang hanya sesuai untuk padi sawah saja.

2. Faktor pembatas yang dominan untuk penggunaan lahan tanaman pangan

pada pedon PIM-1 adalah tanah lapisan atas yang bertekstur berat (liat), sementara untuk pedon PIM-2 adalah tanah lapisan atas yang bertekstur berat (liat) dan drainase tanah yang sangat buruk, sedangkan untuk pedon

PIM-3 adalah fase kedalaman perakaran yang dangkal dan tanah lapisan atas yang bertekstur berat (liat).

DAFTAR PUSTAKA

Amezketa, E., R. Aragues dan R. Gazol. 2005. Efficiency of sulfunic acid, mined gipsum and two gypsum by product in soil reclamation. J.Agron. 97 :

983-98.

Bagu F S. 2012. Model Spasial Ekologis untuk Optimalisasi Penggunaan Lahan

Tanaman Jagung (Zea mays L.) Di Kabupaten Pohuwato - Provinsi Gorontalo. [Disertasi]. UGM. JOGJAKARTA.

Buckman, H. O dan N. C. Brady. 1982. Ilmu Tanah. Bhratama Karya Aksara, Jakarta (Diterjemahkan oleh Soegiman).

Djaenudin, D., Marwan, H., Subagyo, H., Mulyani, A., dan Suharta, N. 2000.

Kriteria Kesesuaian Lahan Untuk Komoditas Pertanian. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor.

Donahue, R. L., R. W. Miler, J. C. Shickluna. 1983.Soil an introductionto soil and plant growth. 5rdEd , Prentice-hall, Inc. Englewood Cliffs, New jersey

(13)

Hidayah P. 2012. http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/58011/B AB%20II%20Tinjauan%20Pustaka.pdf?sequence=3

Nasution Z. 2005. Evaluasi Lahan Daerah Tangkapan Hujan Danau Toba

Sebagai Dasar Perencanaan Tata Guna Lahan untuk Pembangunan Berkelanjutan. USU. Medan

Pemerintah Provinsi Gorontalo, 2013. Potensi daerah. Gorontalo. Diakses tanggal 20 maret 2013, http://www.gorontaloprov.go.id/potensi-daerah/pertanian

Sys C, E van Ranst, Debayeve J. 1991. Land evaluation part I: principles in land evaluation and crop production calculations. Brussel-Belgium: Agricultural publication no 7. hlm 274.

Soepardi, G. 1979. Sifat clan Ciri Tanah I. Departemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian IPB, Bogor.

Syaifuddin, Nadira S, Bachrul I, Sumbangan B. 2011. Optimalisasi Penggunaan

Lahan Menunjang Pengembangan Tanaman Jagung di Kabupaten Gowa dan Kabupaten Takalar. STTP Gowa. SULSEL.

(14)

JURNAL

Karateristik dan Kelas Kesesuaian lahan Secara Parametrik untuk Pengembangan Tanaman Pangan di Desa Imbodu Kecamatan Randangan

Kabupaten Pohuwato

Oleh

Ismail Mayang NIM. 613411114

(15)

Gambar

Tabel  2.  Morfologi  dan  sifat  fisik  tanah  Desa  Imbodu  Kecamatan  Randangan  Kabupaten Pohuwato  Horis o n  Kedala man (c m)  Warna  Matriks  Bata s  Horis o n  Strukt u r  Konsistensi  Tekstur Tanah  Kel as Tekstu r  Kel as UkuranBu t i r Pasir Deb
Tabel 5. Horison Penciri dan Sifat Penciri Lainnya untuk Klasifikasi tanah
Tabel 6. Faktor dan nilai lahan terhadap tiga pedon pewakil
Tabel 7. Nilai lahan terkoreksi pada tiga pedon pewakil
+2

Referensi

Dokumen terkait

Unit amatan adalah sesuatu yang dijadikan sumber untuk memperoleh data dalam rangka menggambarkan atau menjelaskan tentang suatu analisis (Ihalauw, 2003: 178).Yang

Superkapasitor merupakan alat penyimpan energi yang memiliki keunggulan dibandingkan dengan baterai dan kapasitor konvensional, diantaranya adalah waktu

Berdasarkan hipotesis di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah “Ada pengaruh kompetensi profesional pendidik dan motivasi belajar peserta didik secara bersamaan

Sementara itu, berdasarkan hasil skor motivasi berprestasi yang diperoleh ber- dasarkan nilai rata-rata empirik menunjukkan bahwa siswa SMP Terbuka memiliki motivasi

Hal itu karena dengan seluruh modal jaringan Bumiputera sebelumnya hingga ke pelosok daerah yang tersebar di seluruh Indonesia, 1.000 karyawan terlatih, serta lebih 25.000 mitra

Kemudian berdasarkan pengolahan data terhadap kepercayaan masalah berat yang dirasakan siswa kelas VIII yang telah dianalisis dengan menggunakan uji “t” maka diperoleh hasil

NIM NAMA MAHASISWA JK

Dalam melaksanakan Prinsip Bimbingan Konseling di Sekolah Polisi Negara (SPN) Polda Sumut ini, Sekolah Polisi Negara (SPN) Polda Sumut saja ditemui kesukaran, namun tidak