• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

Strategi Sanitasi Kab. Muna I-1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan bidang Sanitasi di Indonesia memiliki peranan yang sangat

penting guna mendukung pencapaian target pencapaian Millennium Development

Goals (MDGs) di tahun 2015. Sanitasi dan perilaku kebersihan yang buruk

serta air minum yang tidak aman berkontribusi terhadap 88 persen kematian anak akibat diare di seluruh dunia. Bagi anak-anak yang bertahan hidup, seringnya menderita diare berkontribusi terhadap masalah gizi, sehingga menghalangi anak-anak untuk dapat mencapai potensi maksimal mereka. Kondisi ini selanjutnya menimbulkan implikasi serius terhadap kualitas sumber daya manusia dan kemampuan produktif suatu bangsa di masa yang akan datang.

Di Indonesia, diare masih merupakan penyebab utama kematian anak berusia di bawah lima tahun. Laporan Riskesdas 2007 menunjukkan diare sebagai penyebab 31 persen kematian anak usia antara 1 bulan hingga satu tahun, dan 25 persen kematian anak usia antara satu sampai empat tahun. Angka diare pada anak-anak dari rumah tangga yang menggunakan sumur terbuka

untuk air minum tercatat 34 persen lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak dari rumah tangga

yang menggunakan air ledeng, Selain itu, angka diare lebih tinggi sebesar 66 persen pada anak- anak dari keluarga yang melakukan buang air besar di sungai atau selokan dibandingkan mereka pada rumah tangga dengan fasilitas toilet pribadi dan septik tank.

Di daerah-daerah kumuh baik diperkotaan maupun dikawasan perdesaan kondisi sanitasi yang tidak memadai, praktek kebersihan yang buruk, kepadatan penduduk yang berlebihan, serta air yang terkontaminasi secara sekaligus dapat menciptakan kondisi yang tidak sehat. Penyakit-penyakit terkait dengan ini meliputi disentri, kolera dan penyakit diare lainnya,

tipus, hepatitis, leptospirosis, malaria, demam berdarah, kudis, penyakit pernapasan kronis dan

infeksi parasit usus. Selain itu, keluarga miskin yang kurang berpendidikan

cenderung melakukan praktek-praktek kebersihan yang buruk, yang

berkontribusi terhadap penyebaran penyakit dan peningkatan resiko kematian anak.

Untuk menghasilkan SSK yang demikian, Kabupaten/Kota harus mampu memetakan situasi sanitasi wilayahnya. Pemetaan situasi sanitasi (Buku Putih Sanitasi ) yang baik hanya bisa dibuat apabila kabupaten/kota mampu mendapatkan informasi lengkap, akurat, dan mutakhir tentang kondisi sanitasi, baik menyangkut aspek teknis maupun non teknis. Dalam hal ini Buku Putih

(2)

Strategi Sanitasi Kab. Muna I-2

Sanitasi (BPS) merupakan prasarat utama dan dasar bagi penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK).

Pada kesempatan pembukaan Konfrensi Sanitasi Nasional Kedua yang dilaksanakan pada tanggal 8 Desember 2009 Pemerintah meluncurkan Program Nasional Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) untuk kurun waktu 2010-2014 dengan target;

1. Stop Buang air Besar Sembarangan (BABS) pada tahun 2014,

2. Penerapan praktik 3R secara nasional dan peningkatan Tempat Pemrosesan

Akhir (TPA) sampah sampai menjadi sanitary landfillserta

3. Pengurangan genangan air di kawasan strategis perkotaan.

Program Percepatan Sanitasi Permukiman (PPSP) adalah sebuah

roadmap pembangunan sanitasi di Indonesia. Di samping untuk mengejar

ketertinggalan dari sektor – sektor lain, roadmap sanitasi juga dimaksudkan

untuk mendukung upaya Pemerintah Indonesia memenuhi tujuan – tujuan

Millenium Development Goals (MDGs). Khususnya yang terkait dengan Butir 7

target ke-10 MDGs yaitu “mengurangi hingga setengahnya jumlah

penduduk yang tidak punya akses berkelanjutan pada air yang aman

diminum dan sanitasi yang layak pada tahun 2015. Ini berarti jumlah

masyarakat di kota dan desa yang tidak punya akses ke sarana sanitasi dasar berkurang separuh, termasuk meningkatnya akses ke pembuangan air limbah yang aman dan ramah lingkungan.

Sementara itu, Strategi Sanitasi Kota (SSK) Kabupaten Muna adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat kabupaten yang dimaksudkan untuk memberikan arah yang jelas, tegas dan menyeluruh bagi pembangunan sanitasi Kabupaten Muna dengan tujuan agar pembangunan sanitasi dapat berlangsung secara sistematis, terintegrasi, dan berkelanjutan.

Guna menghasilkan strategi sanitasi kabupaten sebagaimana tersebut di atas, maka diperlukan suatu kerangka kerja yang menjadi dasar dan acuan bagi penyusunan strategi sanitasi kabupaten dengan tujuan agar strategi sanitasi tersebut memiliki dasar hukum yang jelas dan dapat diimplementasikan. Kerangka kerja strategi sanitasi Kabupaten Muna merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Strategi Sanitasi Kabupaten Batang. Kerangka kerja sanitasi ini merupakan salah satu produk yang dihasilkan oleh kelompok kerja sanitasi.

Penanganan sanitasi di Kabupaten Muna saat ini dalam rangka

mewujudkan Visi Kabupaten Muna 2010-2015 yaitu “Masyarakat Muna Yang

Maju dan Sehat 2015”. Visi tersebut terimplementasi dalam Misi yaitu

Mewujudkan masyarakat yang sehat dimaksudkan untuk menciptakan

seluruh desa menjadi Desa Siaga, Rumah sakit, Puskesmas serta jaringannya memenuhi standar mutu serta mampu menjangkau/dijangkau oleh masyarakat sehingga masyarakat Muna menjadi Keluarga yang cukup gizi dan ikut KB.

(3)

Strategi Sanitasi Kab. Muna I-3

Dengan sehat masyarakatnya sehingga anak usia sekolah dapat menyelesaikan pendidikan SLTA yang memiliki keterampilan dan berbudaya, dan masyarakat

usia produktif menjadi tenaga kerja produktif dan bebas buta aksara

sehingga mampu menjadikan pemuda dan pemudi Muna meraih prestasi di bidang olah raga, sosial budaya dan iptek. Selain misi tersebut, misi lain adalah

Mewujudkan pembangunan yang sehat dimaksudkan untuk menciptakan

pelaksanaan pembangunan secara berkelanjutan dan ramah lingkungan sesuai RTRW dan Kawasan pemukiman yang memiliki tranportasi dan infrastruktur dasar yang memenuhi syarat serta seluruh sentra produksi memiliki akses transportasi, air, listrik, telekomunikasi dan sanitasi yang handal.

Berdasarkan Visi dan Misi diatas maka diperlukan adanya dokumen perencanaan yang bersifat operasional untuk mewujudkan visi dan misi tersebut. Dokumen perencanaan dimaksud yang berkaitan dengan sektor sanitasi yaitu Strategi Sanitasi Kabupaten Muna. Strategi Sanitasi Kabupaten Muna berisi kebijakan dan strategi pengembangan sanitasi secara komprehensif yang dimaksudkan untuk memberikan arah yang jelas, tegas, menyeluruh dan konsisten bagi pembangunan sanitasi Kabupaten Muna. Untuk menghasilkan strategi sanitasi tersebut diperlukan suatu kerangka kerja yang menjadi dasar dan acuan bagi penyusunan strategi sanitasi agar strategi sanitasi tersebut memiliki dasar hukum yang jelas dan dapat diimplementasikan dalam bentuk program dan kegiatan baik oleh Pemerintah, Swasta, LSM maupun Masyarakat yang peduli akan pembangunan sanitasi. Untuk itu maka dipandang perlu menyusun Strategi Sanitasi Kabupaten Muna (SSK) Tahun 2016 – 2020.

1.2 Wilayah Cakupan SSK

Strategi Sanitasi Kabupaten Munai disusun dengan cakupan wilayah perencanaan sesuai yang tertuang dalam Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Muna yang terdiri dari 79 desa/ Kelurahan dan 9 Kecamatan

yaitu Kecamatan Tongkuno, Kabangka, Towea, Katobu, Duruka,

Batalaiworu, Napabalano, Wakarumba Selatan dan Maligano.

Penetapan wilayah studi ini didasarkan potensi resiko santasi yang berpotensi di Kabupaten Muna yang didasarkan pada peningkatan jumlah penduduk, kepadatan penduduk, banyaknya jaringan sungai yang masih digunakan BABs, ketersediaan sarana sanitasi yang belum memadai dan potensi daerah genangan air di wilayah perkotaan maupun perdesaan. Di samping itu landasan penetapan wilayah ini juga mengacu pada pedoman petunjuk praktis program PPSP yang telah dirilis oleh kementerian pekerjaan umum.

(4)

Strategi Sanitasi Kab. Muna I-4

Sumber : Dokumen RTRW Kab. Muna (2011)

Wilayah kajian diatas berdasarkan kesepakatan Tim Penyusun dengan mempertimbangkan tingkat urgenitas dan masalah pada tiap-tiap lokasi terpilih. Selain itu berdasarkan data-data sekunder yang telah ada seperti Profil Kesehatan Kabupaten Muna dan data BPS Kabupaten Muna.

1.3. Maksud dan Tujuan

1.3.1. Maksud

Maksud dari penyusunan Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Muna

yaitu tersusunnya dokumen perencanaan strategis Sanitasi yang dapat

dijadikan rujukan perencanaan pembangunan Sanitasi di Kabupaten Muna

dalam jangka menengah (2016–2020).

1.3.2. Tujuan

(5)

Strategi Sanitasi Kab. Muna I-5

1. Memberikan arahan dalam penyusunan Program dan Kegiatan

pembangunan sektor sanitasi di Kabupaten Muna.

2. Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Muna ini dapat memberikan

gambaran tentang arah kebijakan pembangunan Sanitasi Kabupaten Muna selama 5 tahun yaitu tahun 2016 sampai dengan tahun 2020.

3. Dipergunakan sebagai dasar penyusunan strategi dan langkah-langkah

pelaksanaan kebijakan, serta penyusunan program jangka menengah dan tahunan sektor Sanitasi.

4. Dipergunakan sebagai dasar dan pedoman bagi semua pihak (instansi, masyarakat dan pihak swasta) yang akan melibatkan diri untuk mendukung dan berpartisipasi dalam pembangunan Sanitasi di Kabupaten Muna.

1.4. Metodologi

Metodologi yang digunakan dalam penyusunan Strategi Sanitasi

Kabupaten Muna secara keseluruhan dapat dijelaskan sebagai berikut yaitu :

1. Melakukan penilaian dan pemetaan kondisi sanitasi berdasarkan dokumen

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Muna yang telah disusun. Pada tahap ini dilakukan kembali pengkajian terhadap dokumen Buku Putih Sanitasi Kabupaten Muna terkait kondisi semua sub sektor layanan sanitasi yang terdiri; sub sektor air limbah, sub sektor persampahan, sub sektor drainase lingkungan dan sektor air bersih serta aspek pendukung. Metoda yang digunakan adalah kajian data sekunder dan kunjungan lapangan untuk melakukan verifikasi informasi.

2. Berdasarkan tahapan diatas, maka dilakukan penetapan visi, misi

sanitasi kabupaten, dan tujuan serta sasaran pembangunan sanitasi kabupaten. Dalam merumuskan visi dan mis tersebut mengacu kepada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Muna 2010-2015 dan dokumen perencanaan lainnya yang ada di Kabupaten Muna.

3. Melakukan penilaian terhadap kondisi eksisting sanitasi saat ini di

Kabupaten Muna untuk mengetahui gap target yang ingin dicapai pada

tahun-tahun mendatang. Analisis kesenjangan digunakan untuk

mendiskripsikan issue strategis dan kendala yang mungkin akan dihapadapi dalam mencapai tujuan.

4. Merumuskan strategi sanitasi kabupaten yang menjadi basis

penyusunan program dan kegiatan pembangunan sanitasi jangka

menengah (5 tahunan). Dengan alat analisis SWOT mengkaji kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman dan Diagram Sistem Sanitasi.

5. Melakukan konsultasi public untuk menghimpun masukan dan informasi

guna penyempurnaan dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Muna yang telah disusun.

6. Finalisasi dokumen melalui publikasi dan penyebarluasan dokumen pada

(6)

Strategi Sanitasi Kab. Muna I-6 1.5. Posisi SSK dan Kaitannya dengan Dokumen Perencanaan Lain

Strategi Sanitasi Kota (SSK) merupakan dokumen rencana pembangunan sanitasi yang sifatnya sebagai tindaklanjut dari adanya dokumen Buku Putih Sanitasi Kabupaten Muna. Dokumen ini merupakan dokumen yang bersifat operasional dalam penanganan masalah sanitasi di Kabupaten Muna yang disesuaikan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Muna untuk kurun waktu 5 tahun.

Posisi SSK sebagai dokumen perencanaan sanitasi, haruslah bersinergi dengan dokumen-dokumen perencanaan lainnya yang telah ada di Kabupaten Muna seperti Rencana Program Investasi Jangka Menengah Bidang Cipta Karya, RTRW Kabupaten Muna, Strategi Pengembangan dan Pembangunan Infrastruktur Permukiman (SPPIP), Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP), Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI SPAM)/Masterplan Air Bersih, dan Masterplan Persampahan serta Masterplan Drainase. Dokumen-dokumen tersebut menjadi rujukan dalam hal penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten Muna. Selain itu hendaknya juga bersinergi dengan RPJM Propinsi maupun RPJP Nasional. Hal lain yang juga menjadi perhatian adalah menyangkut target-target yang harus dicapai oleh MDG’s, sehingga diharapkan dokumen SSK ini dapat membangun link and match dengan tujuan-tujuan pembangunan sanitasi secara global. Dengan posisi tersebut maka dokuem Strategi Sanitasi Kabupaten merupakan salah satu dokumen vital dan strategis dalam rangka percepatan penanganan masalah-masalah disektor sanitasi pada tingkat kabupaten.

Penetapan wilayah studi ini didasarkan potensi resiko santasi yang berpotensi di Kabupaten Muna yang didasarkan pada peningkatan jumlah penduduk, kepadatan penduduk, banyaknya jaringan sungai yang masih digunakan BABS, ketersediaan sarana sanitasi yang belum memadai dan potensi daerah genangan air di wilayah perkotaan maupun perdesaan. Di samping itu landasan penetapan wilayah ini juga mengacu pada pedoman petunjuk praktis

program PPSPyang telah dirilis oleh Kementerian Pekerjaan Umum

Penetapan wilayah studi ini didasarkan potensi resiko santasi yang berpotensi di Kabupaten Muna yang didasarkan pada peningkatan jumlah penduduk, kepadatan penduduk, banyaknya jaringan sungai yang masih digunakan BABS, ketersediaan sarana sanitasi yang belum memadai dan potensi daerah genangan air di wilayah perkotaan maupun perdesaan. Di samping itu landasan penetapan wilayah ini juga mengacu pada pedoman petunjuk praktis program PPSP yang telah dirilis oleh kementerian pekerjaan umum.

(7)

Strategi Sanitasi Kab Muna II - 1 BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi dan Misi Sanitasi

2.1.1. Visi Sanitasi Kabupaten Muna

Dalam penetapan Visi Sanitasi Kabupaten Muna tak lepas dari Visi dan Misi Kabupaten Muna yang telah tertuang dalam RPJMD Kabupaten Muna 2010-2015. Visi dan Misi Kabupaten Muna tersebut merupakan penjabaran dari kehendak yang ingin dicapai oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Muna dalam kurun waktu 2010-2015 serta berdasarkan kondisi dan potensi Sumber Daya dan memperhatikan isu-isu strategis pembangunan yang akan menjadi tantangan pembangunan Kabupaten Muna dalam waktu 5 tahun ke depan. Dalam RPJMD

Kabupaten Muna 2010-2015, Visi Kabupaten Muna yang ditetapkan

tahun 2015 adalah: “Terwujudnya Masyarakat Muna yang Maju dan

Sehat 2015”.

Maju dimaksudkan untuk mewujudkan pertumbuhan perekonomian

Kabupaten Muna dengan akselerasi yang lebih dinamis, berkesinambungan, dan terdepan di Sulawesi Tenggara dan didukung oleh sendi-sendi kemandirian lokal yang kokoh dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat yang ditandai dengan meningkatnya pendapatan perkapita masyarakat, berkurangnya angka kemiskinan dan pengangguran, dan meningkatnya peran dunia usaha dalam pengelolaan sumber daya alam.

Sehat dimaksudkan untuk : (1) mewujudkan penyelenggaraan

pemerintahan yang bersih dan berwibawa; (2) mewujudkan masyarakat yang sehat jasmani dan rohani yang menjunjung tinggi nilai-nilai budaya/ kearifan lokal serta mampu berkerja keras, cerdas, dan ikhlas; dan (3) mewujudkan pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan dengan

mengedepankan prinsip pro poor, pro job, dan pro growth.

Sedangkan Misi Kabupaten Muna 2010-2015 yang telah ditetapkan berdasarkan visi tersebut adalah :

1. Mewujudkan Perekonomian yang Maju; dimaksudkan untuk

memajukan perekonomian Kabupaten Muna dimana desa memiliki

kelompok usaha yang maju dan mandiri dan kecamatan memiliki produk unggulan yang memiliki dan mampu menjamin pasar, sentra- sentra produksi perikanan menjadi mata rantai produksi yang terintegrasi dalam kawasan minapolitan, dan Muna menjadi tujuan utama investasi di Provinsi Sulawesi Tenggara.

2. Mewujudkan masyarakat yang sehat; dimaksudkan untuk

(8)

Strategi Sanitasi Kab Muna II - 2

serta jaringannya memenuhi standar mutu serta mampu

menjangkau/dijangkau oleh masyarakat sehingga masyarakat Muna

menjadi Keluarga yang cukup gizi dan ikut KB. Dengan sehat

masyarakatnya sehingga anak usia sekolah dapat menyelesaikan

pendidikan SLTA yang memiliki keterampilan dan berbudaya, dan

masyarakat usia produktif menjadi tenaga kerja produktif dan bebas

buta aksara sehingga mampu menjadikan pemuda dan pemudi Muna meraih prestasi di bidang olah raga, sosial budaya dan iptek.

3. Mewujudkan pembangunan yang sehat; dimaksudkan untuk

menciptakan pelaksanaan pembangunan secara berkelanjutan dan ramah lingkungan sesuai RTRW dan Kawasan pemukiman yang memiliki tranportasi dan infrastruktur dasar yang memenuhi syarat serta seluruh sentra produksi memiliki akses transportasi, air, listrik, telekomunikasi dan sanitasi yang handal.

4. Mewujudkan pemerintahan yang sehat; dimaksudkan untuk

mewujudkan manajemen pemerintahan yang dilaksanakan secara terintegrasi dan tepat waktu berdasarkan data yang akurat dan terkini, serta pelayanan publik terintegrasi secara online dan memenuhi standar pelayanan prima dan menjangkau seluruh masyarakat dengan didukung seluruh desa menerapkan sistem pemerintahan desa yang tertib dan akuntabel dan seluruh SKPD memiliki sumber daya aparatur kompeten sehingga masyarakat memiliki kepastian hukum dalam melaksanakan aktivitasnya secara tertib dan harmonis.

Oleh karena itu maka Visi Sanitasi Kabupaten Muna dapat dirumuskan berdasarkan Visi dan Misi Kabupaten Muna diatas. Pada Visi Kabupaten Muna terdapat kata yang sangat relevan dengan istilah sanitasi yang bermuara pada terwujudnya masyarakat yang sehat. Pernyataan Masyarakat Muna yang Maju dan Sehat 2015 merupakan pernyataan yang memiliki korelasi dengan maksud dan tujuan pembangunan sanitasi. Untuk Misi sanitasi sendiri ditetapkan berdasarkan tiap sub sektor yaitu sub sektor air limbah, sub sektor persampahan, sub sektor air bersih dan sub sektor drainase. Visi dan Misi

(9)

Strategi Sanitasi Kab Muna II - 3

Tabel 2.1. Visi dan Misi Kabupaten Muna, Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten Muna

Visi Kabupat en Muna Misi Kabupaten Muna Visi Sanitasi Kabupaten

Muna Misi Sanitasi Kabupaten Muna

Terwuju dnya masyara kat Muna Maju dan sehat 2015 1. Mewujudkan Perekonomian yang maju 2. Mewujudkan masyarakat yang sehat 3. Mewujudkan pembangunan yang sehat 4. Mewujudkan pemerintahan yang sehat Terwujudnya system sanitasi Kabupaten Muna yang memadai menuju masyarakat Muna Yang Maju dan Sehat

Misi Sub Sektor Air Limbah

1. Meningkatkan akses pelayanan

air limbah melalui

pembangunan infrastruktur

pendukung pengelolaan air

limbah

2. Meningkatkan akses layanan air limbah untuk MBR dan wilayah padat dan kumuh

3. Merumuskan PERDA tentang air limbah dan retribusinya

4. Menyiapkan kelembagaan

pengelolaan air limbah

5. Meningkatkan peran stakeholder

terkait dan swasta dalam

pengeleloaan air limbah

domestik

6. Meningkatkan peran media

dalam mensosialisasikan

pengelolaan air limbah domestik

Misi Sub Sektor Persampahan

1. Meningkatkan pelayanan dan menyiapkan sarana prasarana untuk wilayah yang memiliki resiko persampahan

2. Meningkatkan operasional

dan pemeliharaan

infrastruktur persampahan

3. Meningkatkan system

pengelolaan TPA Lakauduma menjadi Sanitary Landfill

4. Meningkatkan peran serta

masyarakat (kader peduli) dan

swasta dalam pengelolaan

persampahan

5. Merumuskan PERDA

tentang pengelolaan

persampahan di Kabupaten

(10)

Strategi Sanitasi Kab Muna II - 6

drainase eksisting

4. Meningkatkan peran serta

masyarakat dan swasta dalam pengelolaan drainase lingkungan 5. Merumuskan PERDA Tentang

pengelolaan drainase

6. Meningkatkan peran

media dalam mensosialisasikan pengelolaan drainase

Misi Sub Sektor Prohisan

1. Meningkatkan Promosi hygiene dan sanitasi di sektor rumah tangga

2. Meningkatkan kesadaran

dan kemampuan masyarakat

dalam promosi dan kampaye hygiene dan sanitasi.

3. Mendorong penyusunan

Stantar Operasional Pruduk

(SOP) dan PERDA Prohisan

4. Menigkatkan kemandirian

berprilaku hidup sehat dari

tatanan sekilah, rumah tangga dan pemerintahan

5. Meningkatkan pemahaman

dan kesadaran masyarakat

tentang hidup sehat melalui media local

6. Meningkatkan ketersediaan

pendanaan sub sektor Prohisan. Sumber : Dokumen RPJMD Kab. Muna (2010) dan Kesepakatan Tim (2015)

2.2. Tahapan Pengembangan Sanitasi

Dalam pengembangan sanitasi di Kabupaten Muna mempertimbangkan beberapa faktor

diantara :

1. Faktor pengelolaan (peraturan, pengelolaan kelembagaan, pengaturan O & M, dan kepemilikan aset.

(11)

Strategi Sanitasi Kab Muna II - 6

3. Faktor keuangan dan pendanaan (kapasitas fiskal, dukungan dan mekanisme pendanaan).

Faktor-faktor tersebut diatas saling mempengaruhi dalam rangka sukses atau tidaknya pengembangan sanitasi pada suatu wilayah termasuk di Kabupaten Muna. Dalam pengembangan sanitasi di Kabupaten Muna dilakukan secara bertahap yaitu jangka pendek (1-2 tahun), jangka menengah (5 tahun) dan jangka panjang (10-15 tahun).

2.2.1. Pengembangan Sanitasi Jangka Pendek

Dalam jangka pendek pengembangan sanitasi di Kabupaten Muna diarahkan pada pembenahan infrastruktur yang terkait dengan sanitasi yaitu drainase, air bersih, air limbah dan persampahan. Pembenahan tersebut meliputi perbaikan jaringan dan fasilitas eksisting yang telah terbangun sehingga dapat dimanfaatkan secara optimal. Selain itu dalam jangka pendek ini,

pengembangan sanitasi di Kabupaten Muna diarahkan pada upaya

meningkatkan status Kabupaten Muna dalam hal kebersihan melalui target

pencapaian predikat peraih Adipura. Upaya untuk mencapai predikat tersebut dilakukan dengan mengoptimalkan pemanfaatan fasilitas sanitasi yang telah ada serta pembenahan pada aspek pelayanan kesanitasian bagi segenap komponen masyarakat khususnya pada fasilitas publik, fasilitas pemerintahan dan kawasan permukiman penduduk.

2.2.2. Pengembangan Sanitasi Jangka Menengah

Dalam jangka menengah pengembangan sanitasi di Kabupaten Muna diarahkan pada upaya mewujudkan Misi Sehat Masyarakat dan Misi Sehat Pembangunan sebagaimana yang telah tertuang dalam RPJMD Kabupaten Muna. Misi tersebut menekankan pada peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan serta peningkatan akses dan kualitas infrastruktur dasar wilayah pada semua kawasan pemukiman, pemantapan pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan

dan ramah lingkungan. Kehendak dari misi tersebut sangat berkorelasi terhadap program pengembangan sanitasi di Kabupaten Muna. Oleh karena itu maka arahan pengembangan sanitasi di Kabupaten Muna pada jangka menengah adalah peningkatan akses dan ku alitas infrastruktur sanitasi (air limbah, drainase, air bersih dan persampahan) pada kawasan permukiman) guna mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.

2.2.3. Pengembangan Sanitasi Jangka Panjang

Pengembangan sanitasi secara jangka panjang di Kabupaten Muna diarahkan pada terwujudnya masyarakat Kabupaten Muna yang memiliki kemampuan dalam hal kemandirian untuk mengatasi masalah sanitasi dan memiliki kemampuan dalam pengelolaan sektor sanitasi

guna menopang pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Muna. Pada tahap ini peran pemerintah daerah lebih bersifat sebagai fasilitator dan regulator dalam pengelolaan sanitasi. Hal-hal yang berkaitan dengan penyelesaian masalah

(12)

Strategi Sanitasi Kab Muna II - 6

sanitasi lebih banyak/dominan diselesaikan oleh masyarakat secara mandiri. Selain itu secara jangka menengah pengembangan sanitasi di Kabupaten Muna lebih ditekankan pada optimalisasi jaringan infrastruktur sanitasi yang telah terbangun melalui reempowering lembaga/lembaga pengelola infrastruktur keseanitasian agar

mampu mengelola fasilitas yang telah terbangun secara maksimal. Hal lain yang

juga menjadi concern secara jangka menengah adalah pertumbuhan nol (Zero

Growth) masalah-masalah kesehatan di Kabupaten Muna yang berkaitan dengan sektor sanitasi seperti Diare, Malaria, DBD dan lain-lain.

Secara lengkap tahapan pengembangan sanitasi di Kabupaten Muna dapat dilihat pada peta-peta berikut ini yang pengembangannya berdasarkan tiap

sub sektor sanitasi yatu sub sektor air limbah domsetik, sub sektor

persampahan dan sub sektor drainase. Pemetaan ini beradasarkan data-data yang diinput pada instrumen 1 SSK yang bersumber dari area beresiko pada Buku Putih Sanitasi Kabupaten Muna, data Badan Pusat Statistik Kabupaten Muna serta data-data lainnya yang telah terverifikasi keabsahannya. Data-data yang telah diinput pada instrumen tersebut selanjutnya akan didelianasi pada peta per sub sektor diatas. Berikut Peta tahapan pengembangan air limbah di

(13)

Peta 2.1. Peta Tahapan Pengembangan Sub Sektor Air Limbah di Kabupaten Muna Kawasan Perkotaan Raha

Sumber : RTRW Kab. Muna (2011) dan Analisis Tim (2013)

(14)

Zoning wilayah Air limbah Domestik Kab. Muna terbagi dalam dua zona yakni :

1. Zona I Onsite Komunal ( > 25 jiwa /Ha ), sistem onsite komunal ini dipersiapkan untuk perencanaan jangka menengah sistem terpusat.

Kelurahan yang termasuk dalam zona ini adalah Kecamatan Katobu yang terdiri dari Kelurahan Wamponiki, Kelurahan Watonea, Kelurahan Butung-butung, Kel. Raha I, Kelurahan Raha II, Kelurahan Raha III, Kelurahan Laende dan Kelurahan Manggakuning. Wilayah-wilayah ini memiliki resiko kesehatan berdasarkan IRS studi EHRA dan kondisi

kepadatan penduduk.

2. Zona II Onsite Individual ( < 25 Jiwa /Ha), sistem ini dipersiapkan untuk perencanaan sistem terpusat jangka panjang.

Wilayah kecamatan/kelurahan yang termasuk dalam zona ini adalah semua kelurahan/desa yang ada di Kecamatan Tongkuno, Kecamatan

Kabangka, Kecamatan Towea, Kecamatan Duruka, Kecamatan

Batalaiworu, Napabalano, Kecamatan Wakorumba Selatan dan

Kecamatan Maligano yang didorong menggunakan sistem terpusat jangka panjang ; wilayah-wilayah ini bukan merupakan area beresiko berdasarkan IRS studi EHRA dan kondisi kepadatan penduduk.

Tabel 2.2. Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik Kabupaten Muna

No Sistem Cakupan Layanan Eksisting (%) 2016 2017 2018 2019 2020 A Sistem On Site

1 Individual (Tangki septik) 47% 52% 57% 62% 67% 72%

2 Komunal (MCK, MCK++ 5% 8% 12% 15% 18% 21%

3 Cupluk dan Sejenisnya 12% 9% 6% 3% 0% 0%

4 IPAL Komunal/Septic

Tank komunal 0% 0% 3% 6% 9% 12%

B Sistem Off Site

Skala Kota 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Skala Wilayah 0% 0% 05 0% 0% 0%

C BABS 36% 31% 26% 21% 16% 11%

TOTAL 100%

Sumber: Hasil Analisis Pokja Sanitasi Kab Muna.

(15)
(16)
(17)

Strategi Sanitasi Kab Muna II - 9

Zoning wilayah Pengembangan Persampahan Kab. Kolaka terbagi dalam 2 zona yakni :

1. Zona I Penanganan Langsung Coverage >100% ; jika kepadatan penduduk >25 jiwa/ha atau wilayah tersebut merupakan area

centrall business distrik (CBD)

Pengelolaan sampah yang dihasilkan dari kawasan CBD sudah harus sistem

langsung dimana sampah-sampah yang dihasilkan dari titik timbulan (user

interface) pada area tersebut langsung dibawa oleh armada pengangkut

sampah ke TPA. Wilayah kelurahan yang termasuk dalam zona ini adalah Kecamatan Katobu yang terdiri dari Kelurahan Wamponiki, Kelurahan Watonea, Kelurahan Butung-Butung, Kelurahan Raha I, Kelurahan Raha II, Kelurahan Raha III, Kelurahan Laende dan Kelurahan Mangga Kuning.

2. Zona II Penanganan langsung dan tidak langsung coverage > 70 % ; jika kepadatan > 25 jiwa/ha

Sampah yang dihasilkan dari titik timbulan (user interface) pada

area-area padat penduduk/pusat-pusat permukiman, pengelolaan sampah sudah harus ditangani secara langsung akan tetapi pada wilayah permukiman yang belum padat penduduk sampah diolah dengan sistem tidak langsung artinya sampah yang ada dari titik timbulan akan melalui beberapa proses pemindahan mulai dari bak sampah diangkut oleh armada pengumpul untuk dipindahkan ke TPS, kontainer atau dibawa ke TPST /komposter, lalu diangkut oleh armada pengangkut sampah ke TPA untuk diproses lebih lanjut. Wilayah kelurahan yang termasuk dalam zona ini adalah Kelurahan Wakorambu, Kelurahan Wawesa, Kelurahan Sidodadi, dan Kelurahan Laiworu.

3. Zona III Penanganan tidak langsung coverage < 70 % ; jika kepadatan < 25 jiwa/ha

Sampah yang dihasilkan dari titik timbulan (user interface) akan melalui

beberapa proses dikelola langsung/ individu dengan pelayanan seperlunya. Layanan ini berlaku pada wilayah yang masih kurang dari 25 jiwa /ha. Zone III ini berada pada Kecamatan Tongkuno, Kecamatan Kabangka,

Kecamatan Towea, Kecamatan Duruka, Kecamatan Bhata Laiworu,

Kecamatan Napabalano, Kecamatan Wakorsel dan Kecamatan

(18)

Strategi Sanitasi Kab Muna II - 10

Tabel 2.3: Tahapan Pengembangan Persampahan

No Sistem Cakupan Layanan Eksisting (%) 2016 2017 2018 2019 2020 A Penanganan Langsung (Direct) 2.60% 1 Kawasan Komersial 4.60% 8.60% 10,60% 12.60 % 14.60 B Penanganan Tidak Langsung 97.40% Kawasan Permukiman (Inderect) 1 Pemilahan Rumah Tangga 3.7% 13.7% 23.7% 43.7% 53.7% 63.7% 2 Pengumpulan setempat a.Pengumpulan 3R Motor sampah 3R 0% 10% 20% 30% 40% 50% Gerobak sampah 3R 0% 10% 20% 30% 40% 50% b.Pengumpulan Biasa Gerobak sampah 10% 20% 30% 40% 50% 60%  Motor Sampah 0% 10% 10% 10% 10% 10% C Penanganan Berbasis Masyarakat 0% 5% 10% 15% 20% 25%

(19)
(20)

Strategi Sanitasi Kab Muna

(21)

Zoning wilayah Pengembangan Drainase Kab. Muna terbagi dalam tiga zona yakni : 1. Zona I (> 25 jiwa/Ha), coverage minimal 80 % dengan mengevaluasi drainase

makro dan mikro.

Wilayah kelurahan yang termasuk dalam zona ini adalah Kelurahan Wamponiki dan Kelurahan Butung-Butung, pada daerah tersebut terdapat area genangan dan memiliki resiko kesehatan berdasarkan IRS EHRA.

2. Zona II (> 25 jiwa/Ha), coverage 80 % belum diperlukan untuk melakukan evaluasi drainase makro dan mikro

Wilayah yang termasuk dalam zone II ini adalah Kelurahan Watonea, Kelurahan Raha I, Kelurahan Raha II, Kelurahan Raha III, Kelurahan Laende dan Kelurahan manga Kuning. pada derah tersebut tidak terdapat area genangan serta bukan merupakan area resiko kesehatan berdasarkan IRS EHRA

3. Zona III (< 25 jiwa/Ha) coverage minimal 60% Wilayah yang masuk dalam Zone III ini adalah semua desa yang berada di Kecamatan Tongkuno, Kecamatan Kabangka,

Kecamatan Towea, Kecamatan Duruka, Kecamatan Batalaiworu, Kecamatan

Napabalano, Kecamatan Wakarumba Selatan dan Kecamatan Maligano. Tabel 2.4: Tahapan Pengembangan Persampahan

No Sistem LayananCakupan

Eksisting (%) 2016 2017 2018 2019 2020 A Drainase Primer 30 % 35 % 40 % 45 % 50 % 55 % B Drainase Sekunder 25 % 30 % 35 % 40 % 45 % 50 % C Drainase Tersier 25% 30 % 40 % 45 % 50 % 55 %

(22)

Strategi Sanitasi Kab Muna II - 13 2.3. Perkiraan Pendanaan Pengembangan Sanitasi

Tabel 2.5: Perhitungan Pertumbuhan Pendanaan APBD Kabupaten Muna Untuk Sanitasi

No Uraian Belanja Sanitasi ( Rp) Pertumbu

han

Rata-Rata

2016 2017 2018 2019 2020

I Belanja Sanitasi

(1.1 + 1.2 +1.3 +1.4) 5,121,821,800 5,036,480,000 5,739,217,038 4,634,182,240 6,719,797,387 9.51

1.1 Air Limbah Domestik

2,678,400,000 3,360,000,000 2,495,956,656 1,142,837,540 1,871,965,385

1.2 Sampah Rumah Tangga

2,201,236,800 1,269,450,000 2,367,747,782 2,229,634,700 1,684,261,002

1.3 Drainase Lingkungan

151,000,000 396,115,000 790,832,600 1,239,300,000 3,094,031,000

1.4 PHBS

91,185,000 10,915,000 84,680,000 22,410,000 69,540,000

2 Dana Alokasi Khusus

(2.1 + 2.2 + 2.3 ) 3,375,900,000 4,135,000,000 3,448,918,708 1,996,657,595 2,824,927,437 1.32

2.1 DAK Sanitasi

2,678,400,000 3,360,000,000 2,495,956,656 1,142,837,540 1,871,965,385

2.2 DAK Lingkungan Hidup

697,500,000 775,000,000 952,962,052 853,820,055 952,962,052

2.3 DAK Perumahan dan

Permukiman 0 0 0 0 0

3 Pinjaman Hibah Untuk

Sanitasi 0 0 0 0 0

Belanja APBD Murni Untuk

Sanitasi (1+2+3) 1,745,921,800 901,480,000 2,290,298,330 2,637,524,645 3,894,869,950 42.13

Total Belanja Langsung

215,311,379,897 173,517,046,431 157,453,885,926 199,077,393,030 275,374,886,183 9.02

APBD Murni Terhadap

Belanja Langsung 0.81 0.52 1.45 1.32 1.41 35.47

Komitmen APBD untuk Pendanaan Sanitasi ke depan (% terhadap Belanja Langsung ataupun penetapan nilai absolut)

(23)

Strategi Sanitasi Kab Muna II - 14

Tabel 2.6: Perkiraan Besaran Pendanaan Sanitasi Ke Depan

No Uraian

Perkiraan Belanja Murni Sanitasi (Rp)

Total Pendanaan

2016 2017 2018 2019 2020

1 Perkiraan Belanja Lansung 327,292,976,739 356,814,803,241 388,999,498,494 424,087,253,258 462,339,923,502 1,959,534,455,234

2 Perkiraan APBD Murni untuk

Sanitasi 7,868,002,209 11,182,791,540 15,894,101,616 22,590,286,627 32,107,574,383 89,642,756,375

3 Perkiraan Komitmen

(24)

Strategi Sanitasi Kab Muna II - 15

Tabel 2.7: Perhitungan Pertumbuhan Pendanaan APBD Kabupaten Muna Untuk Operasional/Pemeliharaan Sanitasi

No Uraian

Belanja Sanitasi (Rp) Pertumbuhan

Rata-Rata

2016 2017 2018 2019 2020

Belanja Saniitasi

150,000,000 955,980,000 2,181,732,427 3,636,024,645 5,066,414,950 192.88%

Air Limbah Domestik

0 0 0 0 0 0%

Biaya

Operasional/pemeliharaan

(justified) 0 0 0 0 0 0%

Sampah Rumah Tangga

0 901,480,000 2,102,649,167 2,637,524,645 3,894,869,950 Biaya Operasional/pemeliharaan (justified) 0 901,480,000 2,102,649,167 2,637,524,645 3,894,869,950 51.59% Drainase Lingkungan 150,000,000 54,500,000 79,083,260 998,500,000 1,171,545,000 Biaya Operasional/pemeliharaan (justified) 150,000,000 54,500,000 79,083,260 998,500,000 1,171,545,000 290.34%

(25)

Strategi Sanitasi Kab Muna II - 16

Tabel 2.8: Perkiraan Besaran Pendanaan APBD Kabupaten Muna Untuk Kebutuhan Operasional Pemeliharaan Aset Sanitasi No Uraian Belanja Sanitasi (Rp) Total Pendanaan 2016 2017 2018 2019 2020 Belanja Saniitasi 1,121,190,315 1,593,547,794 2,264,909,480 3,219,115,844 4,575,329,350 12,774,092,783

Air Limbah Domestik 177,030,050 251,612,810 357,617,286 508,281,449 722,420,424 2,016,962,018

Biaya

Operasional/pemeliharaan (justified)

177,030,050 251,612,810 357,617,286 508,281,449 722,420,424

Sampah Rumah Tangga 507,486,143 721,290,054 1,025,169,554 1,457,073,487 2,070,938,548 5,781,957,786

Biaya Operasional/pemeliharaan (justified) 507,486,143 721,290,054 1,025,169,554 1,457,073,487 2,070,938,548 Drainase Lingkungan 436,674,123 620,644,930 882,122,640 1,253,760,908 1,781,970,378 4,975,172,979 Biaya Operasional/pemeliharaan (justified) 436,674,123 620,644,930 882,122,640 1,253,760,908 1,781,970,378

(26)

Strategi Sanitasi Kab Muna II - 17

Tabel 2.9: Perkiraan Kemampuan APBD Kabupaten Muna Dalam Mendanai Program Kegiatan SSK

No Uraian Belanja Sanitasi (Rp) PendanaanTotal

2016 2017 2018 2019 2020

Perkiraan Kebutuhan

Operasional/Pemeliharaan 1,121,190,315 1,593,547,794 2,264,909,480 3,219,115,844 4,575,329,350 12,774,092,783

Perkiraan APBD Murni Untuk

Sanitasi 7,868,002,209 11,182,791,540 15,894,101,616 22,590,286,627 32,107,574,383 89,642,756,375 Perkiraan Komitmen Pendanaan Sanitasi 7,826,000,000 11,150,000,000 15,132,000,000 22,563,000,000 32,187,000,000 88,858,000,000 Kemampuan Mendanai SSK (APBD Murni) (2-1) 6,746,811,895 9,589,243,746 13,629,192,136 19,371,170,783 27,532,245,033 76,868,663,592 Kemampuan Mendanai SSK (Komitmen) (3-1) 6,704,809,685 9,556,452,206 12,867,090,520 19,343,884,156 27,611,670,650 76,083,907,217

(27)

BAB III

STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI

3.1. Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah

Domestik

Strategi layanan sanitasi pada dasarnya adalah untuk mewujudkan Tujuan dan Sasaran pembangunan sanitasi yang bermuara pada pencapaian Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten.Kabupaten Muna merumuskan strategi layanan sanitasi didasarkan pada isu-isu utama/strategis yang dihadapi pada saat ini.Strategi percepatan sanitasi memuat tidak hanya memuat tentang isu teknis saja tetapi juga memaparkan tentang aspek non teknis yang melekat dan terkait langsung dengan setiap sub sektor sanitasi.

Isu-isu utama/strategis yang teridentifikasi dalam pengelolaan sub-sektor Air Limbah di Kabupaten Muna terdiri dari isu teknis operasional maupun non teknis.Masalah teknis operasional berkaitan dengan layanan pengelolaan air limbah dan ketersediaan sarana prasarananya, sedangkan isu non teknis adalah masalah operasional yang muncul yang terkait dengan dukungan aspek-aspek lain dalam pengelolaan air limbah.Adapun kondisi eksisting pengelolaan air limbah di Kabupaten Muna adalah sebagai berikut:

a) Masyarakat Kabupaten Muna sebagian besar menggunakan septic tank untuk

mengolah air limbah rumah tangga, namun sebagian lagi fasilitas septic tank

masih belum memenuhi standar teknis yang ditetapkan.

b) Masyarakat masih ada yang mempergunakan cubluk untuk membuang black

water.

c) Baru sebagian kecil masyarakat Kabupaten Muna yang telah memperoleh layanan Sanitasi berbasis masyarakat secara komunal.

d) Belum dimilikinya Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) di

Kabupaten Muna menyulitkan masyarakat yang hendak membuang lumpur

hasil pengurasan septic tank.

e) Masih ada masyarakat yang membuang black water dan grey water secara

langsung kesaluran drainase dan badan air tanpa mengalami pengolahan terlebih dahulu. Hal ini berarti pencemaran akibat pembuangan air limbah

yang tidak terkontrol telah menyebabkan pencemaran di badan air. Selain

itu dibeberapa tempat masih dijumpai perilaku BAB sembarangan. Strategi percepatan pembangunan sanitasi berdasarkan isu permasalahan sektor air limbah saat ini dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut ini:

(28)

Tabel 3.1. Tujuan, Sasaran dan Strategis Pengembangan air Limbah Domestik

Permasalahan

Mendesak Sanitasi Tujuan

Sasaran

Strategi

Pernyataan Sasaran Indikator Sasaran

53% masyarakat

kabupaten Muna

belum

memiliki septic tank yang aman

Tercapainya Standar

Pelayanan Minimum

(untuk layanan

air limbah domestik

tahun 2020

Berkurangya jumlah

kepemilikan septic tank tidak aman dari 53% menjadi 78% tahun 2020

Berkurangnya kepemilikan

septic tank yang tidak aman

Meningkatkan kualitas

pelayanan (masalah biaya, SDM, Sarana prasarana dan keterlibatan masyarakat) 100% masyarakat Kabupaten Muna belum melakukan pengurasan Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pengurasan septik tank

untuk menghindari

pencemaran sumber air

Berkurangnya jumlah rumah tangga yang belum melakukan pengurasan tangi septik dari

100% menjadi 75%

pada tahun 2020

Jamban telah dilengkapi

tangki septik

yang memenuhi syarat

Peningkatan penyedia

layanan infrastruktur

air limbah

Belum ada IPLT Menyediakan sarana

dan prasarana

pendukung pengelolaan air limbah domestic

IPLT Telah terbangun pada tahun 2020

Masyarakat telah terlayani pengelolaan air limbah

Meningkatkan kualitas

pelayanan dengan

menyediakan sarana dan

prasarana pendukung

pengelolaan air limbah Belum ada PERDA

yang mengatur

tentang pengelolaan air limbah

Mewujudkan kebijakan yang mengatur aturan umum dan teknis dari user interface sampai proses proses akhir.

Terbentuknya lembaga dan

aturan dari tingkat kabupaten sampai kelurahan/desa

Semua warga terlibat dalam pengelolaan air limbah di lingkungan masing-masing

Penyusunan PERDA yang

mengatur tentang

pengelolaan sektor air

limbah Belum

ada pengelolaan air limbah baik swasta maupun pemerintah

Meningkatkan

pelayanan sarana dan prasaranan air limbah domestic

Terlibatnya semua unsur

(pemerintah, swasta

dan masyarakat)

dalam pengelolaan air limbah) dalam

pengelolaan air limbah

Bertambahnya pelayanan

sektor air limbah dengan melibatkan swasta (csr)

Penguatan kelembagaan

pengelolaan air limbah

Partisipasi

masyarakat dalam

Meningkatkan peran

aktif masyarakat dalam

Terbentuknya KSM atas

inisiatif masyarakat dan

KSM terbentuk di setiap

(29)

pengelolaan jamban

masih kurang perencanaan,pembangunan dan

pemanfaatan layanan

pertanggung jawaban

pengelolaan di lakukan oleh pengguna layanan

pengelolaan air limbah

Biaya Pembangunan MCK yang standard

an aman cukup

mahal

Meningkatkan jumlah

warga yang memiliki

MCK terutama bagi

MBR

Semua warga telah terlayani MCK

Terbangunnya MCK

komunal untuk warga miskin (MBR)

Meningkatkan akses

layanan air limbah komunal bagi MBR

Perlunya pemilihan

teknologi

pengelolaan air

limbah yang tepat untuk masyarkat yang di pesisir

Mengurangi potensi

pencemaran akibat

jamban warga yang

langsung ke

laut dengan teknologi yang tepat

Meningkanya jumlah warga yang memiliki MCK dan septic tank

Tidak ada lagi WC cepluk ataupun WC gantung di daerah pesisir

Masyarakat pesisir telah

memiliki MCK yang sesuai dengan aspek teknis dan non teknis (kearifan local)

Adanya Potensi

pencemaran akibat

warga masih

membuang grey

water (air buangan) tanah/laut

Mengurangi potensi

pencemaran akibat air

buangan dari WC

tampa pengelolaan.

Berkurangnya potensi

pencemaran akibat warga

masih membuang grey water di tanah/laut

Tidak ada lagi air buangan yang langsung ke tanah/laut tanpa penelolaan

Warga memiliki pengelolaan gray water.

(30)

3.2. Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Persampahan

Penanganan limbah padat/persampahan di Kabupaten Muna saat ini hanya menjangkau dua kecamatan saja, beberapa wilayah di sekitar ibu kota

kabupaten yaitu Kecamatan Batalaiworu dan Kecamatan Duruka belum

tertangani secara optimal. Volume sampah yang dihasilkan di Kabupaten

Muna pada tahun 2015 sebanyak 162 m3/hari. Dari volume sampah

sebanyak itu, sekitar 30% diangkut ke TPA yang berada di Kecamatan Batalaiworu. Sedangkan sisanya yaitu sebesar 70% di kelola sendiri oleh masyarakat dengan dipilah untuk dimanfaatkan kembali, dibakar maupun ada juga yang dibuang di sungai atau laut.

Kondisi eksisting yang teridentifikasi dalam pengelolaan sub-sektor

Persampahan di Kabupaten Muna terdiri dari permasalahan teknis operasional maupun non teknis.Masalah teknis operasional berkaitan dengan layanan pengelolaan persampahan dan ketersediaan sarana prasarananya, sedangkan isu non teknis adalah masalah operasional yang muncul yang terkait dengan dukungan aspek-aspek lain dalam pengelolaan persampahan. Adapun permasalahan secara umum dalam pengelolaan persampahan di Kabupaten Muna adalah sebagai berikut:

1. Terbatasnya fasilitas pengumpulan sampah (TPS, Kontainer) di lokasi-lokasi strategis.

2. Keterbatasan armada pengangkutan serta lemahnya manajemen

pengangkutan sampah menyebabkan layanan menjadi kurang optimal. 3. Satu-satunya Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Lakauduma belum

layak secara teknis, karena masih menggunakan sistem open dumping, sarana pendukung TPA juga belum tersedia

4. Kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan sampah di lingkungannya masih sangat minim, perlu sentuhan dan penguatan kapasitas dari pemerintah.

(31)

Tabel 3.2. Tujuan Sasaran, dan Strategi Pengembangan Persampahan Permasalahan

Mendesak Sanitasi Tujuan

Sasaran

Strategi

Pernyataan Sasaran Indikator Sasaran

25% jumlah KK yang

Terlayani petugas

sampah

Tercapainya Standar

Pelayanan Minimum (SPM) untuk layanan Persampahan

Jumlah penduduk

yang terlayani petugas sampah menjadi 75% di tahun 2020

Bertambahya jumlah KK yang

terlayani petugas

Persampahan

Meningkatkan akses pelayanan Petugas sampah

Kegiatan 3R belum

Dilakukan Menurunnya timbunanvolume sampah rumah tangga dengan pengelolaan sampah pada sumbernya Pengurangan sampah dengan Pelaksanaan praktek 3R di tingkat rumah tangga Terbentuknya KSM

pengelolaan sampah di setiap

RT/RW

Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan/pemanfaatan sampah

Tidak semua sampah

dibuang di TPS, sebagian

dibuang di sungai/laut

Menghilangkan timbunan

sampah di sungai/laut yang berpotensi penceran air dan lingkungan

Tidak ada lagi

Masyarakat yang buang

sampah dikali/laut di

tahun2020

Semua sampah dikelolah

dengan baik mulai dari

sumbernya sampai tempat

pembuangan akhir

Meningkatkan kesadaran

masyarakat dalam pengelolaan sampah

Pelayanan petugas

persampahan hanya pada

jalan protokol, tidak

menjangkau jalan Lingkungan

Meningkatkan akses pelayanan petugas persampahan di semua wilayah CBD dan wilayah Pengembangan

Target pelayanan

persampahan menyentuh sampai di jalan lingkungan

Wilayah CBD dan daerah

pengembangan terlayani petugas persampahan

Meningkatkan akses pelayanan persampahan

Jumlah TPS terbatas,

berjauhan dan pengangkutan tidak setiap hari

mengurangi timbunan sampah dan potensi pencemaran yang di timbulkan oleh keberadaan TPS yang meluber

Target layanan

infrastruktur terpenuhi

Jarak TPS diatur berdasarkan

kepadatan permukiman dan

tidak ada lagi TPS yang

sampahnya meluber

Meningkatkan layanan persampahan

Volume timbunan

sampah dipasar

menumpuk dan berbau

Perbaikan system

pengelolaan sampah di

tempat-tempat umum

Target layanan

infrastruktur terpenuhi

Wilayah pusat perekonomian

perlu perhatian khusus

pengelolan sampahnya

Meningkatkan layanan persampahan dengan

infrastruktur pendukung yang

memadai Pengelolaan TPA masih

menggunakan system

Perbaikan sistem pengelolan sampah

Pengelolaan TPA

Lakaudama menjadi

Semua sampah dikelola

sesuai standar dapat

Peningkatan pengelolaan dari

(32)

Open dumping sanitarian landfiil tahun

2020 dimanfaatkanekonomis dan bernilai sanitarian lendfiil

Belum ada PERDA

persampahan

Mengatur system dan

lembaga pengelolaan sampah

Pengelolaan sampah

sesuai PERDA pada

tahun 2020

Sistem pengelolaan terpadu dan berjalan maksimal

Peningkatan akses pelayanan

dan pengelolaan persampahan Biaya rutin opersional

dan pengelolaan sampah terbatas

Meningkatkan cakupan

pelayanan

Semua wilayah perkotaan dan wilayah pengembangan terlayani petugas

persampahan pada

tahun 2020

Sistem pengankutan sampah dari user interface sampai di TPA berjalan rutin dan lancar

Peningkatan akses layanan

persampahan bagi wilayah

perkotaan dan wilayah

pengembangan Tidak tersedia data dalam RTRW tentang pengaturan fasilitas persampahan Penataan fasilitas

Persampah sesuai kebutuhan perkembangan kota Lokasi sarana prasarana persampahan dan pengembangannya diatur dan tertata dalam RTRW Semua infrastruktur persampahan berfungsi dengan baik Pengembagan fasilitas

persampahan dalam pengaturan ruang wilayah pengembangan

Partisipasi dunia usaha

dalam pengelolaan

sampah masih terbatas

Tercapainya Standar

Pelayanan Minimum (SPM) untuk layanan Persampahan

Berkurangnya resiko

kesehatan yang

ditimbulkan oleh

penanganan sektor air limbah yang kurang baik

Semua pihak baik

pemerintah, swasta dan

masyarakat terlibat langsung pengelolaan persampahan di tahun 2018

Meningkatkan akses

persampahan dengan keterlibatan CSR

Belum ada Master plan persampahan

Pengembangan dan

pengelolaan persampahan

mengacu pada master plan

Sistem pengelolan

telah terencana sesuai master plan

persampahan

Semua kegiatan pengelolaan sektor persampahan sesuai dengan master plan

persampahan

Perbaikan sistem pengelolan persampahan yang terpadu

(33)

3.3. Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Drainase

Sistem drainase di Kabupaten Muna memanfaatkan topografi yang cukup terjal dan berbukit-bukit. Dengan kondisi seperti itu, air hujan yang jatuh dapat mengalir dengan lancar menuju sungai atau kali kecil yang ada di Kabupaten Muna. Selain itu kondisi tanah di wilayah ini yang sebagian berupa karst menyebabkan air hujan mudah terserap ke dalam tanah melalui pori- pori maupun celah di dalam tanah.

Tujuan, sasaran dan stategi yang akan diterapkan di Kabupaten Muna berdasarkan Isu dan permasalahan yang teridentifikasi dalam pengelolaan sub-sektor Drainase Lingkungan di Kabupaten Muna terdiri dari isu teknis operasional maupun non teknis. Masalah teknis operasional

berkaitan dengan layanan pengelolaan drainase lingkungan dan ketersediaan sarana prasarananya, sedangkan isu non teknis adalah masalah operasional yang muncul yang terkait dengan dukungan aspek-aspek lain dalam pengelolaan drainase lingkungan. Adapun kondisi eksisting dalam pengelolaan drainase lingkungan di Kabupaten Muna secara umum adalah sebagai berikut:

a. Sistem drainase Kabupaten sebagian besar telah terbangun dengan memanfaatkan system drainase makro dari beberapa sungai yang ada, namun belum melalui perencanaan sistem drainase yang terintegrasi dengan Master Plan drainase Kabupaten Muna.

b. Kondisi topografi yang berbukit dan kontur tanah yang bervariasi serta didukung jenis tanah karst menyebabkan Kabupaten Muna memiliki resiko genangan yang rendah.

c. Pembangunan dan Pemeliharaan sarana prasarana darinase lingkungan belum berjalan optimal.

d. Saat ini belum ada kebijakan Pemerintah Kabupaten yang menegaskan tentang kewajiban masyarakat untuk membangun dan memelihara sarana drainase lingkungan secara mandiri, dan memastikan integrasi drainase

lingkungan dengan drainase primer dan sekunder di Kabupaten Muna. Sudah

ada lembaga pelaksana teknis (operator) yaitu Dinas Pekerjaan Umum yang menangani permasalahan drainase di Kabupaten Muna.

e. Kegiatan pembangunan drainase belum dikaitkan dengan kegiatan lain

sebagai suatu kesatuan dari kegiatan pembangunan jalan, dan belum

dikaitkan dengan aspek makro ekonomi. Dimana apabila drainase Kabupaten baik akan membantu meningkatkan roda perekonomian (biaya akibat banjir ditekan).

Strategi percepatan pembangunan sanitasi berdasarkan isu permasalahan sektor air limbah saat ini dapat dilihat pada table 3.1 berikut ini:

(34)

Tabel. 3.3. Tujuan Sasaran, dan Strategi Pengembangan Drainase

Permasalahan

Mendesak Sanitasi Tujuan

Sasaran

Strategi

Pernyataan Sasaran Indikator Sasaran

35% masyarakat

Kabupaten Muna pernah m engalami

banjir

Pemantapan keterpaduan

penanganan pengendalian

banjir dan sektor/sub sektor

terkait lainnya berdasarkan

keseimbangan tata air

Berkurangnya masyarakat yang mengalami banjir dari 35% menjadi 0% pada tahun 2020

Tidak ada lagi masyarakat yang mengalami banjir pada tahun 2020

Penyiapan Rencana Induk Sistem Drainase yang terpadu antara

systemdrainase utama, local

dengan pengaturan dan

pengelolaan Got /parit masih banyak

yang kondisi buruk

(berupa galian tanah

tanpa pasangan batu)

Mengoptimalkan sistem rehabilitasidan pemeliharaan infrastruktur drainase

Berkurangnya parit/got

yang masih berupa saluran galian tanah

Tidak ada lagi parit/ got dengan kondisi buruk

Meningkatkan kapasitas

pembiayaan pembangunan sarpras drainase dari berbagai sumber pendanaan.

Jaringan drainase tertutup

sampah, semak dan

material bangunan

Mengoptimalkan sistem rehabilitasidan pemeliharaan infrastruktur drainase

Berkuranya timbunan

sampah dan material

bangunan di jaringan

drainase

Tidak ada lagi jaringan drainase yang tertutup

sampah dan material

bangunan pada tahun

2020

Pengembangan kapasitas operasi

& pemeliharaan sarana &

prasarana terbangun

Belum ada bangunan

penang kap sampah terutama pada saluran

yang bermuara ke

laut/sungai

Pengembangan sistem drainase

yang efektif, efisien

dan berkelanjutan

Terbangunnya bangunan

penangkap sampah di

setiap muara ke laut/sungai

Semua saluran yang yang

bermuara kelaut telah

dilengkapi dengan

bangunan penangkap

sampah pada tahun 2020

Pengembangan teknologi dan sarana pendukung drainase

Perawatan saluran di lingkungan permukiman penduduk masih kurang

Melibatkan masyarakat dalam pengelolaan drainase

Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan dan pemeliharaan drainase

Drainase bebas dari

sampah dan sedimen

pada tahun 2020

Pembentukan dan pembinaan

kelompok peduli drainase di

(35)

Daerah resapan

banyak yang beralih

fungsi menjadi

bangunan

Sosialisasi fungsi

resapan dan dampak

pembangunan yang

tidak ramah lingkungan

Berkurangnya pembangunan

di daerah resapan air semuaberfungsi dengan baikdaerah resapan Keterpaduanperembangunan antara

master plan drainase

dengan perencanaan tata

ruang Belum ada PERDA

tentang pengelolaan drainase

Pengelolaan sistem

drainase yang terpadu dan berkesinambungan

Peningkatan cakupan layanan drainase di Kabupaten Muna

Semua wilayah memiliki

sistem drainase yang baik

Penyiapan peraturan dan

produk hukum untuk

penanganan drainase Belum ada kerjasama dengan media tentang pengelolaan dan pemeliharaan drainase Untuk mengoptimalkan media lokal sebagai media sosialisasi dan

pemicu kesadaran

masyarakat

Penyuluhan sampai ke semua lapisan masyarakat

Perubahan perilaku

masyakat menjadi peduli

terhadap keadaan drainase di lingkungannya

Membangun Pusat

Pengelolaan Informasi &

Data serta profil / potret

resiko mengelolaan drainase

yang baik dan tidak

berdampak buruk terhadap lingkungan Belum ada keterlibatan dunia usaha (CSR) dalam pengembangan drainase Peningkatan kapasitas kelembagaan pengelola prasarana dan sarana drainase, swasta/dunia usaha dan peran serta masyarakat Mendorong swasta/masyarakat ikut berpartisipasi dalam pengelolaan drainase

Semua pihak terlibat

langsung dalam

pengelolaan sistem drainase

Mengoptimalkan

keterlibatan sektor swasta dalam hal dukungan teknis, pendanaan dan kebijakan

(36)

3.4. Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Prohisan

Kondisi eksisting yang teridentifikasi yaitu sarana dan prasarana sanitasi yang ada di tingkat masyarakat serta perilaku masyarakat terkait dengan perilaku hidup sehat dan bersih, dengan focus perhatian pada PHBS skala rumah tangga dan PHBS sekolah dalam pengelolaan Aspek Prohisan di Kabupaten Muna terdiri dari isu teknis operasional maupun non teknis.Masalah teknis operasional berkaitan dengan layanan pengelolaan PHBS dan ketersediaan sarana prasarananya, sedangkan isu non teknis adalah masalah operasional yang muncul yang terkait dengan dukungan aspek-aspek lain dalam PHBS. Adapun kondisi saat ini dalam pengelolaan Prohisan di Kabupaten Muna adalah sebagai berikut:

a. Adanya program upaya kesehatan berbasis masyarakat (desa sehat, posyandu) yang didukung oleh kader posyandu aktif.

b. Tersedianya sarana dan prasarana yang memadai PHBS di Kabupaten Muna (puskesmas,pustu) dan Media Informasi yang dikelola oleh Pemkab. c. Pemerintah Kabupaten Muna saat ini memulai program pemicuan guna

mendorong perilaku hidup bersih dan sehat yang dapat terus dioptimalkan keberlanjutannya

(37)

Tabel. 3.4. Tujuan Sasaran, dan Strategi Pengembangan Promosi Kesehatan dan Sanitasi (Prohisan)

Permasalahan

Mendesak Sanitasi Tujuan

Sasaran

Strategi

Pernyataan Sasaran Indikator Sasaran

95,1% masyarakat

tidak melakukan praktek

CPTS di lima waktu penting Meningkatkan kesadaran masyarakat dan pencegahan penyakit diare di masyarakat Berkurangnya jumlah

masyarakat yang tidak

melakukan CPTS di lima

waktu penting di tahun 2020

Berkurangnya jumlah

masyarakat yang tidak

praktek CPTS dari 95,1% menjdi 20% di tahun 2020 Peningkatan cakupan PHBS/Prohisan 35% Masyarakat masih melakukan BABs Meningkatkan kesadaran masyarakat dan pencegahan penyakit diare di masyarakat Berkurangnya masyarakat

yang masih melakukan BABs di tahun 2020

Tidak ada lagi masyarakat

yang praktek BABs dari

35% menjadi 0% pada tahun 2020 Peningkatan cakupan PHBS/Prohisan 25% air minum di rumah masyarakat tidak terlindungi/tertutup Meningkatkan kesadaran masyarakat dan pencegahan penyakit diare di masyarakat

Tidak ada lagi air minum di

rumah warga yang tidak

terlindungi/tertutup di

tahun 2020

Tidak ada lagi sumber air minum yang tidak terlindungi dari 25% menjadi 0%

Peningkatan cakupan PHBS/Prohisan 33% kondisi Saluran

Pembuangan Air Limbah (SPAL) kondisinya masih buruk

PHBS

masyarakat semakin meningkat

Kondisi SPAL warga semakin membaik

100% kondisi SPAL warga membaik di tahun 2020

Peningkatan cakupan

PHBS/Prohisan

Rasio jumlah siswa dan guru terhadap jumlah

MCK yang tersedia tidak seimbang. Meningkatkan cakupan sanitasi di sekolah-sekolah Meningkatkan rasio/jumlah

MCK dengan jumalh guru dan murid

Semua sekolah telah

memiliki MCK

Peningkatan cakupan PHBS/Prohisan

Ketersediaan sarana Meningkatkan cakupan Membaiknya layanan air Semua sekolah telah Pemasangan sambungan

air bersih di jamban sekolah m asih rendah

air bersih di sekolah-sekolah

bersih di setiap sekolah memiliki sumber air bersih air bersih

Porsi pendanaan

untuk prohisan

masih sangat rendah

Tercapainya Standar

pelayanan Minimal Promosi Kesehatan dan sanitasi

Meningkatnya jumlah kerjasama prohisan dengan pihak swasta untuk

pendanaan

Porsi pendanaan untuk

sektor swasta telah

ditetapkan pada yahun 2020

Meningkatkan dukungan sektor swasta (CSR) dalam promosi PHBS.

(38)

Partisipasi masyarakat dalam skala rumah tangga masih rendah

Tercapainya

masyarakat yang

mandiri dan sehat

Meningkatnya kesadaran dan

perilaku hidup

sehat masyarakat

Berkurannya angka penyakit

yang di sebabkan oleh

buruknya sanitasi

Meningkatkan peran media dalam promosi PHBS

Promosi hiegine dan sanitasi belum menjadi perhatian di sekolah-sekolah

Tercapai standar

sekolah yang sehat Mengoptimalkanperan instansi pemerintah dan sekolah dalam pemicuan dan penerapan PHBS.

Promosi kesehatan dan

sanitasi memiliki porsi dan

jam pelajaran di setiap

sekolah Meningkatkan peran media dalam promosi PHBS di sekolah-sekolah Keterampilan kader PHBS/posyandu belum maksimal Meningkatkan kualitas dan kwantitas kaderposyandu di masing-masing RT/RW

Bertambahnya jumlah kader

posyandu yang melakukan

pemicuan

Kader posyandu aktif

tersedia di masing masing RT/RW pada tahun 2020 Mengoptimalkan program Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) untuk meningkatkan

peran serta masyarakat dalam PHBS.

Media pengembangan

promosi kesehatan

masih sangat kurang

dan belum dikemas secara menari

Peningkatan Jangkauan promosi dan pemicuan Prohisan

Bertambahnya jenis media

promosi/kampanye dan

pemicuan di masyarakat dan tempat umum Promosi kesehatan dilakukan di tempat-tempat umum Mengoptimalkan media untuk promosi kesehatan dan sanitasi

(39)

BAB IV

PROGRAM DAN KEGIATAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN

SANITASI

4.1. Ringkasan Program dan Kegiatan Sanitasi

Tabel 4.1a Ringkasan Indikasi Kebutuhan Biaya dan Sumber Pendanaan dan/atau Pembiayaan Pengembangan Sanitasi untuk 5 Tahun

NOMO

R SEKTORSUB

Indikasi Biaya (juta rupiah)

JUMLA H

Sumber Pendanaan/Pembiayaan (juta rupiah)

KAB PROV APBN

NON PEMERINT AH 2016 2017 2018 2019 2020 A. B. C. D.

SUB SEKTOR AIR LIMBAH SUB SEKTOR PERSAMPAHAN SUB SEKTOR DRAINASE

ASPEK PHBS DAN PROMOSI HIGIENE

3,00 0 4,51 0 3,91 0 5,76 0 3,61 0 20,79 0 17,79 0 - 300 2,70 0 2,58 8 11,46 3 17,36 5 9,92 5 11,23 5 52,57 6 27,11 6 - 25,00 0 460 - 8,76 5 10,57 5 12,39 0 14,39 0 46,12 0 17,17 0 4,00 0 23,70 0 1,25 0 - 1,300 1,620 1,640 1,670 6,230 4,260 250 1,620 100 TOTAL ANGGARAN 5,58 8 26,03 8 33,47 0 29,71 5 30,90 5 125,71 6 66,33 6 4,25 0 50,62 0 4,51 0

Tabel 4.1b Ringkasan Indikasi Kebutuhan Biaya dan Sumber Pendanaan dan/atau Pembiayaan Pengembangan Sanitasi APBD Kab untuk 5 Tahun

NOMOR

SUB-SEKTOR

Indikasi sumber Pembiayaan (juta rupiah)

Jumlah APBD Kab./Kota

2016 2017 2018 2019 2020

A. SUB SEKTOR AIR LIMBAH - 4,300 4,200 5,000 4,290 17,790

B. SUB SEKTOR PERSAMPAHAN 2,000 4,613 6,340 6,500 7,663 27,116

C. SUB SEKTOR DRAINASE LINGKUNGAN 595 6,175 5,100 2,100 3,200 17,170

D. ASPEK PHBS DAN PROMOSI HIGIENE - 675 1,075 1,200 1,310 4,260

(40)

Tabel 4.1c Ringkasan Indikasi Kebutuhan Biaya dan Sumber Pendanaan dan/atau Pembiayaan engembangan Sanitasi APBD Provinsi untuk 5 Tahun

NOMOR SUB-SEKTOR

Indikasi sumber Pembiayaan (juta Rp)

Jumlah APBD Provinsi

2016 2017 2018 2019 2020

A. SUB SEKTOR AIR LIMBAH - - -

-B. SUB SEKTOR PERSAMPAHAN - - -

-C. SUB SEKTOR DRAINASE LINGKUNGAN 595 1,50

0 1,200 305 400 4,000

D. ASPEK PHBS DAN PROMOSI HIGIENE - 10

0 100 25 25 250 TOTAL ANGGARAN 595 1,60 0 1,30 0 330 42 5 4,250 Tabel 4.1d Ringkasan Indikasi Kebutuhan Biaya dan Sumber Pendanaan dan/atau Pembiayaan Pengembangan

Sanitasi APBN untuk 5 Tahun

NOMOR

SUB-SEKTOR

Indikasi sumber Pembiayaan APBN

(juta rupiah) Rupiah

Murni

Jumlah

PHLN

Jumlah Jumlah

Total

2016 2017 2018 2019 2020

2016

2017 2018

2019

2020

A. SUB SEKTOR AIR LIMBAH

-

100

100

50

50

300

300

B. SUB SEKTOR PERSAMPAHAN

-

4,20

0

8,20

0

8,00

0

4,60

0

25,00

0

25,000

C. SUB SEKTOR DRAINASE

LINGKUNGAN

-

4,55

0

5,55

0

6,85

0

6,75

0

23,70

0

23,700

D. ASPEK PHBS DAN PROMOSI HIGIENE

-

365

335

420

500 1,62

0

1,620

TOTAL ANGGARAN

50,62

0

(41)

Tabel 4.1e. Ringkasan Indikasi Kebutuhan Biaya dan Sumber Pendanaan dan/atau Pembiayaan Pengembangan Sanitasi Non Pemerintah untuk 5 Tahun

NOMOR SUB-SEKTOR

Indikasi sumber Pembiayaan dari Swasta (Juta Rupiah)

Jumlah Keterangan

KEMITRAAN Jumlah CSR

2016 2017 2018 2019 2020 2016 2017 2018 2019 2020

A. SUB SEKTOR AIR LIMBAH - 500 500 1,00

0 700 2,700

B. SUB SEKTOR PERSAMPAHAN - 80 120 100 160 460

C. SUB SEKTOR DRAINASE - 250 260 260 480 1,25

0

D. ASPEK PHBS DAN PROMOSI HIGIENE - 25 25 20 30 100

TOTAL ANGGARAN - 855 905 1,38 0 1,37 0 4,51 0

4.2. PROGRAM DAN KEGIATAN PENGEMBANGAN AIR LIMBAH DOMESTIK

Tabel 4.2a. Tabel Program dan Kegiatan Pengembangan Air Limbah Domestik NOMOR PROGRAM / KEGIATAN (Output/Sub Output/Komponen) (Kec./Desa/Kel./Kws)DETAIL LOKASI

Estimasi Outcome Kebutuhan Penanganan menyeluruh Indikasi Biaya (juta rupiah) Sumber Pendanaan/Pembiayaan (juta rupiah)

Jml. Penduduk

terlayani

Luas Wilayah

terlayani KAB PROV. APBN Non

Pemerintah SATU AN Volume Total Volume 2016 2017 2018 2019 2020 Jumlah 2016 2017 2018 2019 2020 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22

A. SUB-SEKTOR AIR LIMBAH

Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Limbah dan Air Minum A1. Penyusunan Masterplan/Studi

1 Penyusunan Masterplan Air Limbah Kota Raha Kota Raha 109.032 439,45 km2 Ls 1 1 350 350 350

2 Studi Kualitas Air Limbah dan Manajemen Pengelolaan Air Limbah Kota Raha 109.032 439,45 km2 Ls 1 1 400 400 400

A2. Penyusunan Kebijakan Air Limbah

1 Penyusunan Perda Pengelolaan Air Limbah di Kab. Muna Kab. Muna 208.916 2.057,69 km2 Ls 1 1 100 100 100

(42)

Sambungan Tabel 4.2a. Tabel Program dan Kegiatan Pengembangan Air Limbah Domestik A3. Peningkatan Kapasitas SDM dalam Pengelolaan Air

Limbah

1 Pelatihan teknis pengelolaan air limbah bagi masyarakat Kab. Muna 208.916 2.057,69 km2 Ls 1 1 1 3 50 50 50 150 150

2 Sosialisasi pengelolaan air limbah Kab. Muna 208.916 2.057,69 km2 Ls 1 1 1 3 50 50 50 150 150

A4. Infrastruktur Air Limbah Sistem Setempat-Jamban Keluarga

1 Penyuluhan/Kampanye Bebas BABS, Jamban dan Tangki septic Kab. Muna 208.916 2.057,69 km2 Ls 1 1 1 1 4 30 30 30 30 120 120

2 Stimulan Jamban Keluarga dan tangki septik sesuai standar Kabangka

109.032 439,45 km2 KK Untuk MBR Bhatalaiworu Napabalano Maligano Wakorsel 2000 2500 3000 1500 9000 1200 1500 2000 1000 5700 3000 2700 Towea Tongkuno Duruka

3 Monitoring dan Evaluasi Kab. Muna 208.916 2.057,69 km2 Ls 1 1 1 1 4 50 50 50 50 200 200

A5. Infrastruktur Air Limbah (Penanganan Grey Water

1 Penyuluhan dan kampanye mendorong partisipasi masyarakat Kab. Muna 208.916 2.057,69 km2 Ls 1 1 1 1 4 25 25 25 25 100 100

pengelolaan grey water (air sisa cuci dan mandi)

2 Sosialisasi Kewajiban Menyediakan sarana pengelolaan air Kab. Muna 208.916 2.057,69 km2 Ls 1 1 1 1 4 25 25 25 25 100 100

Water) kepada masyarakat oleh Dinas Terkait

3 Pemantauan dan Evaluasi Kab. Muna 208.916 2.057,69 km2 Ls 1 1 1 1 4 25 25 25 25 100 100

A6. Infrastruktur Air Limbah Sistem Komunal - (Pembangunan IPAL KOMUNAL dan MCK ++)

1. Penyuluhan dan kampanye mendorong partisipasi masyarakat dalam pengelolaan Air Limbah Domestik

2. Pembentukan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Kab. Muna 208.916 2.057,69 km2 Ls 1 1 1 1 4 30 30 30 30 120 120

3. Perencanaan Detail (DED) Pembangunan Kab. Muna 208.916 2.057,69 km2 Ls 2 1 1 1 5 200 100 100 100 600 600

4. Sosialisasi kepada masyarakat oleh pengurus KSM Kab. Muna 208.916 2.057,69 km2 Ls 1 1 1 1 4 50 50 50 50 200 200

5. Pembangunan IPAL Komunal Kab. Muna 208.916 2.057,69 km2 Ls 1 1 1 1 4 200 200 200 200 800 800

6. Pembangunan MCK ++ Kab. Muna 208.916 2.057,69 km2 Ls 1 1 1 1 4 65 65 65 65 65 260

Gambar

Tabel 2.2. Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik Kabupaten Muna
Tabel 2.4: Tahapan Pengembangan Persampahan
Tabel 2.5: Perhitungan Pertumbuhan Pendanaan APBD Kabupaten Muna Untuk Sanitasi
Tabel 2.7: Perhitungan Pertumbuhan Pendanaan APBD Kabupaten Muna Untuk Operasional/Pemeliharaan Sanitasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penambahan unsur Wolfram juga dapat mempengaruhi ketahanan terhadap oksidasi temperatur tinggi paduan Ni-Al-Ti karena nilai kehilangan berat terhadap jumlah siklik

Menurut Saifuddin Azwar, penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistik. 1

#aram rangkap adala! garam yang dalam kisi kristalnya mengandung dua kation yang berbeda dengan proporsi tertentu. #aram rangkap memiliki dua kation yang berbeda pada

4 Order Pembelian M erupakan entitas yang memberikan informasi mengenai bahan mentah atau alat makan yang akan di beli ke supplier.. Pembelian Setiap order pembelian di buat

Segmen satelit adalah satelit – satelit GPS yang mengorbit di angkasa sebagai stasiun radio. Satelit GPS tersebut dilengkapi antena – antena untuk mengirim dan menerima

Untuk mendapatkan kinerja propelan yang maksimal diperlukan kandungan solid content yang lebih tinggi, khususnya penggunaan fuel yang lebih banyak karena fuel

Meskipun ia mendapat liputan meluas daripada akhbar, keterlibatan orang-orang Cina dalam gerakan PKM hanyalah segenap lapisan jika dibandingkan dengan jumlah keseluruhan yang

Tujuan dari skripsi ini adalah untuk mengetahui korelasi antara susut yang terjadi pada jaringan distribusi dengan variasi bentuk kurva beban dan variasi besar