55
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimen semu (quasi experiment research). Eksperimen semu merupakan jenis penelitian untuk memperoleh informasi yang diperoleh dengan eksperimen dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol semua variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen, Sugiyono (2013:77).
Dalam hal ini peneliti menggunakan subjek yang terdapat pada kelas tersebut dan tidak mengacak subyek yang ada serta tidak membentuk kelas baru. Penelitian quasi experiment ini dilakukan dengan pemberian perlakuan (treatment) kepada suatu kelas yang selanjutnya disebut dengan kelas eksperimen akan diperbandingkan dengan kelas kontrol.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 10 Yogyakarta pada tanggal 15 April 2016 sampai dengan 2 Mei 2016 pada materi bangun ruang sisi datar.
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII Semester Genap tahun ajaran 2015/2016 yang terdiri dari kelas A, B, dan C seluruhnya berjumlah 106 siswa.
56 2. Sampel
Sampel pada penelitian seluruh siswa dari 2 kelas. Dari kedua kelas tersebut diundi untuk menetapkan kelas mana sebagai Kelompok Eksperimen (KE) dan kelas mana sebagai Kelompok Kontrol (KK). Kelas eksperimen yaitu kelas VIII A yang terdiri dari 36 siswa, sedangkan kelas kontrol yaitu kelas VIII C yang terdiri dari 37 siswa. Untuk mengetahui homogenitas sampel kemampuan awal dilakukan uji homogenitas varians berdasarkan hasil pretest dan dilakukan uji normalitas sampel.
D. Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Bebas
Variabel bebas pada penelitian ini adalah model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).
2. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa. SMP yang diperoleh dari hasil posttest.
E. Desain Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pembelajaran dengan menerapkan model Problem Based Learning (PBL) dibandingkan dengan pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika SMP Muhamadiyah 10 Yogyakarta. Berdasarkan tujuan tersebut maka
57
penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif dengan metode eksperimen kuasi atau disebut juga eksperimen semu.
Berdasarkan tujuan penelitian, data yang diperlukan adalah tes awal dan tes akhir yang melibatkan dua kelompok yaitu kelompok pertama sebagai kelompok eksperimen dengan penerapan model Problem Based Learning (PBL) dan kelompok kedua sebagai kelompok kontrol dengan penerapan model pembelajaran konvensional. Desain penelitian yang digunakan yaitu matching pretest posttest control group design yang secara skematis menurut Nana Syaodih S. (2010: 207) dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1. Matching pretest-postest Control Group Design Keterangan:
KE : Kelompok Eksperimen KK : Kelompok Kontrol
OE1 : Pretest Kelompok Eksperimen OE2 : Posttest Kelompok Eksperimen OK1 : Pretest Kelompok Kontrol OK2 : Posttest Kelompok Kontrol X : Pembelajaran dengan model PBL
Kelompok Pretest Perlakuan Posttest
KE
KK
OE1 X OE2
OK2 OK1
58
F. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
Instrumen penelitian adalah alat yang membantu atau mempermudah peneliti dalam mengolah data agar lebih cermat, lengkap dan sistematis. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu:
1. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika
Lembar observasi pada penelitian ini berupa daftar keterlaksanaan pembelajaran yang digunakan oleh observer sebagai panduan peneliti dalam mengamati dan mencatat segala aktivitas siswa dan guru selama proses belajar mengajar berlangsung setiap pertemuan. Datanya berupa hasil pengamatan dan kritik/saran terkait jalannya pembelajaran sehingga dapat diketahui aspek-aspek yang perlu diperbaiki atau ditingkatkan.
Lembar observasi ini digunakan atau diisi oleh observer selama pembelajaran berlangsung. Baik pembelajran pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Di dalam lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran terdapat daftar kegiatan yang seharusnya dilakukan oleh guru selaku fasilitator dalam pembelajaran. Cara pengisiannya yaitu dengan memberikan tanda centang pada kolom yang tersedia sesuai dengan yang diamati oleh observer.
2. Tes Hasil belajar Matematika
Dalam penelitian ini dilakukan dua kali tes untuk mengetahui peningkatan hasil belajar matematika siswa yaitu prettest dan posttest dengan rincian sebagai berikut:
59 a. Prettest
Tes ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa terkait pemecahan masalah matematika. Dilaksanakan sebelum materi pelajaran diberikan untuk mengetahui apakah sampel yang diambil pada masing-masing kelas berdistribusi normal.
b. Posttest
Tes ini dilaksanakan setelah materi pelajaran diberika untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan hasil belajar matematika siswa setelah dilakukan pembelajaran Problem Based Learning (PBL).
Tes untuk mengukur hasil belajar matematika siswa ini berupa soal-soal uraian. Penggunaan tipe tes uraian dikarenakan tes uraian lebih dapat mencerminkan kemampuan siswa yang sebenarnya (Erman Suherman, 2003). Penyusunan soal diawali dengan pembuatan kisi-kisi soal, kemudian menulis soal, alternatif jawaban, dan pedoman penskoran yang dapat dilihat pada Lampiran 7 sampai Lampiran 11.
Skor yang diberikan pada setiap jawaban siswa ditentukan berdasarkan pedoman penskoran. Untuk mengukur hasil belajar, yaitu memahami masalah, menyusun rencana penyelesaian, melaksanakan strategi untuk menyelesaikan masalah serta menginterpretasi jawaban ke permasalahan semula. Instrumen tes yang digunakan pada penelitian ini berupa soal esay yang terdiri dari 4 soal untuk mengukur hasil belajar matematika siswa. Soal tes ini disusun berdasarkan kisi-kisi awal dan dilengkapi pedoman penskoran.
60 G. Validitas dan Teknik Analisis Data 1. Validitas Instrumen
Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 168), validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau keshahihan suatu instrumen. Suatu alat ukur dikatakan valid jika alat ukur ini dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas yang digunakan adalah validitas isi. Untuk mendapatkan validitas isi, maka instrumen dikonsultasikan kepada para ahli untuk diperiksa dan dievaluasi apakah butir-butir tersebut telah mewakili apa yang diukur. Dalam penelitian ini, ahli yang dimaksud yaitu dosen ahli pendidikan matematika Universitas Negeri Yogyakarta.
2. Teknik Analisis Data a. Analisis deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk menyajikan data yang telah diperoleh melalui hasil pretest dan posttest hasil belajar matematika pada kedua kelompok dalam bentuk tabel (nilai minimum, nilai maksimum, rata-rata, simpangan baku, serta varians). Perhitungan statistik deskriptif menggunakan bantuan MS. Excell dan Software SPSS.
61
Pada analisis data, pertama-tama dilakukan prasyarat analisis yang selanjutnya dilakukan uji hipotesis sesuai hasil uji prasyaratnya.
1) Uji Prasyarat Analisis
Pada penelitian ini, terdapat dua tahap uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.
a) Uji normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan terhadap data yang diperoleh, baik sebelum maupun setelah perlakuan. Data yang sebelum dan setelah perlakuan meliputi data hasil tes kemampuan matematika baik pada kelompok yang menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).
Pada uji normalitas digunakan uji kolmogorov-smirnov. Hipotesis uji normalitas distribusi data adalah sebagai berikut.
H0 : Data berasal dari populasi yang berdistribusi normal Ha : Data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
Keputusan uji dan kesimpulan diambil pada taraf signifikasi 0,05 dengan kriteria: 1) jika nilai signifikasi lebih dari 0,05 maka H0 diterima, sehingga data berasal dari populasi yang berdistribusi normal, 2) jika nilai signifikasi kurang dari 0,05 maka H0 ditolak, sehingga data tidak
62
berdistribusi normal. Uji normalitas ini dilakukan dengan menggunakan bantuan program software SPPS 16.
b) Uji homogentitas
Uji homogenitas varians bertujuan untuk mengetahui apakah kedua kelompok mempunyai varians yang sama atau tidak. Jika kedua kelompok mempunyai varians yang sama maka kelompok tersebut dikatakan homogen. Uji homogenitas dilakukan terhadap skor pretest. Untuk mengetahui homogenitas varians dua kelompok dilakukan melalui homogenitas Levene's dengan bantuan SPSS 16. Hipotesis uji homogenitas varians kelompok data adalah sebagai berikut.
H0: Kedua kelompok data berasal dari populasi yang memiliki varians homogen
Ha: Kedua kelompok data berasal dari populasi yang memiliki varians tidak homogen
Uji homogenitas dan penarikan kesimpulan terhadap uji hipotesis dilakukan pada taraf signifikasi 0,05. Pedoman pengambilan keputusan uji homogenitas adalah H0 ditolak jika angka signifikasi yang dihasilkan lebih kecil dari 0,05 yang dapat diartikan sebagai berikut: 1) nilai signifikasi kurang dari 0,05 maka data berasal dari populasi yang mempunyai varians yang tidak homogen, dan 2) nilai signifikasi lebih dari 0,05 maka data berasal dari populasi yang mempunyai varians homogen. Uji ini menggunakan bantuan SPSS versi 16.
63 2) Uji Hipotesis
Keefektifan model pembelajaran ditentukan berdasarkan indeks keefektifan. Berdasarkan kriteria ketuntasan minimal (KKM) belajar matematika di SMP Muhammadiyah 10 Yogyakarta untuk hasil belajar yaitu siswa dikatakan tuntas belajar apabila mencapai 61 untuk skala 100 sehingga model pembelajaran dikatakan efektif jika rata-rata siswa mencapai nilai minimal 61.
Data hasil belajar matematika diperoleh dengan menggunakan instrumen tes. Berikut adalah rumusan masalah beserta uji hipotesisnya.
a) Uji hipotesis pertama
Uji hipotesis pertama untuk menjawab rumusan masalah yang pertama yaitu Apakah pembelajaran matematika dengan menerapkan model Problem Based learning (PBL) efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa SMP Muhammadiyah 10 Yogyakarta. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut:
H0: Model Problem Based learning (PBL) tidak efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa SMP Muhammadiyah 10 Yogyakarta. Ha: Model Problem Based learning (PBL) efektif untuk meningkatkan hasil
belajar matematika siswa SMP Muhammadiyah 10 Yogyakarta. Secara statistik, hipotesis dapat disimbolkan sebagai berikut.
H0 : µ2 ≤ 60,9 Ha : µ2 > 60,9
64 Keterangan:
µ2: Rata-rata hasil belajar matematika kelas Problem Based Learning (PBL). Hipotesis di atas dapat diartikan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) tidak efektif ditinjau dari hasil belajar matematika siswa yaitu jika rata-rata siswa memperoleh nilai ≤ 60,9. Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) efektif jika rata-rata siswa memperoleh nilai > 60,9, karena kriteria ketuntasan minimal belajar matematika pada aspek hasil belajar matematika adalah 60.
b) Uji hipotesis kedua
Uji hipotesis kedua untuk menjawab rumusan masalah yang kedua yaitu Apakah pembelajaran matematika dengan menerapkan model konvensional efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa SMP Muhammadiyah 10 Yogyakarta. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut:
H0 : Model konvensional tidak efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa SMP Muhammadiyah 10 Yogyakarta
Ha : Model konvensional efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa SMP Muhammadiyah 10 Yogyakarta
Secara statistik, hipotesis dapat disimbolkan sebagai berikut. H0 : µ1 ≤ 60,9
Ha : µ1 > 60,9 Keterangan:
65
Hipotesis di atas dapat diartikan bahwa model pembelajaran konvensional tidak efektif ditinjau dari hasil belajar matematika siswa yaitu jika rata-rata siswa memperoleh nilai ≤ 60,9. Model pembelajaran konvensional efektif jika rata-rata siswa memperoleh nilai > 60,9, karena kriteria ketuntasan minimal belajar matematika pada aspek hasil belajar matematika adalah 61.
c) Uji hipotesis ketiga
Rumusan masalah ketiga yaitu apakah pembelajaran matematika dengan menerapkan model Problem Based learning (PBL) lebih efektif daripada pembelajaran konvensional untuk meningkatkan hasil belajar siswa SMP Muhammadiyah 10 Yogyakarta. Sebelum dilakukan uji hipotesis ketiga, terlebih dahulu dilakukan uji perbedaan rata-rata nilai posttest kedua kelompok data. Apabila tidak terdapat perbedaan rata-rata pada kelompok Problem Based learning (PBL) (eksperimen) dan kelompok konvensional (kontrol) maka dikatakan model pembelajaran Problem Based learning (PBL) sama efektifnya dengan pembelajaran konvensional ditinjau dari hasil belajar matematika. Namun jika terdapat perbedaan rata-rata antara kelompok Problem Based learning (PBL) dan kelompok konvensional, maka dilakukan uji hipotesis lanjutan. Hipotesis yang digunakan untuk untuk mengetahui terdapat perbedaan rata-rata adalah sebagai berikut:
H0 = nilai rata-rata kedua kelompok sama Ha = nilai rata-rata kedua kelompok tidak sama
Secara statistik, hipotesis dapat disimbolkan sebagai berikut. H0: 𝜇1 ≠ 𝜇2
66 Ha: 𝜇1 = 𝜇2
Keterangan:
𝜇1: Rata-rata skor hasil belajar matematika kelas eksperimen 𝜇2 : Rata-rata skor hasil belajar matematika kelas kontrol Hipotesis lanjutan yang digunakan adalah sebagai berikut:
H0 : Model Problem Based learning (PBL) tidak lebih efektif daripada pembelajaran konvensional untuk meningkatkan hasil belajar siswa SMP Muhammadiyah 10 Yogyakarta.
Ha : Model Problem Based learning (PBL) lebih efektif daripada pembelajaran konvensional untuk meningkatkan hasil belajar siswa SMP Muhammadiyah 10 Yogyakarta.
Secara statistik, hipotesis dapat disimbolkan sebagai berikut. H0: 𝜇1 ≤ 𝜇2
Ha: 𝜇1 > 𝜇2 Keterangan:
𝜇1: rata-rata skor hasil belajar matematika kelas eksperimen 𝜇2 : rata-rata skor hasil belajar matematika kelas kontrol
Kriteria pengujiannya adalah H0 ditolak jika angka signifikasi yang dihasilkan lebih kecil dari 0,05. Uji hipotesis menggunakan bantuan SPSS versi 16.