• Tidak ada hasil yang ditemukan

sebagai mata uang bersama di antara negara anggota juga awalnya memberikan sebuah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "sebagai mata uang bersama di antara negara anggota juga awalnya memberikan sebuah"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

sebagai mata uang bersama di antara negara anggota juga awalnya memberikan sebuah mimpi indah dalam Uni Eropa ini. Euro membawa pengaruh yang signifikan baik bagi Eropa sendiri maupun ekonomi global. Adapun beberapa hal positif yang terjadi karena

pembentukan Euro ini antara lain : 2

1. Penyatuan moneter ini telah mengintegrasikan kekuatan ekonomi Eropa dan

memperbaiki daya saing ekonomi internasional Eropa.

2. Euro telah menciptakan stabilitas nilai tukar di negara-negara anggotanya.

3. Posisi keuangan internasional Eropa meningkat. Pada tahun 1997-2000, proporsi Euro

dalam sekuritas internasional meningkat dari 24% menjadi 47%.

4. Peluncuran Euro menyebabkan terjadinya reorganisasi massal dan penyesuaian kembali

(readjustment) sistem perbankan, bisnis keuangan, dan perusahaan-perusahaan yang menghasilkan skala operasi yang lebih besar dan peningkatan kapabilitas emergensi dan resistensi resiko atau krisis di Eropa.

Akan tetapi ternyata krisis global tahun 2008 yang mengarah pada Yunani menunjukkan sebuah fakta baru. Yunani sebagai salah satu negara anggota Uni Eropa mengalami dampak krisis global yang cukup parah. Selama ini pemerintah Yunani hidup dari hutang dan pinjaman luar negeri. Hal ini mengakibatkan defisit anggaran Yunani yang

telah mencapai 10,6% dari total produk domestik bruto tahun 2010.3 Ini menunjukkan

pemerintah yang berkuasa pada saat itu tidak cukup cakap untuk mengelola negaranya. Krisis Yunani ini juga berdampak pada mata uang Euro yang dipakai. Sejak krisis Yunani ini, terjadi penurunan kepercayaan mata uang Euro dari investor-investor asing.

      

2

Jurnal Kajian Wilayah Eropa, Journal of European Studies. Volume II No. 2-2006. Hal 104. 3

(2)

Perancis merupakan salah satu negara penting di dunia internasional. Sejarah awal menyebutkan bahwa Perancis merupakan salah satu negara yang selalu terlibat dalam Perang Dunia I hingga Perang Dunia II. Peran penting mereka ini tidak hanya di dunia internasional, tapi juga dalam percaturan politik eropa. Perancis merupakan salah satu negara pendiri Uni Eropa. Hal positif lainnya yang dapat dicatat bahwa Perancis adalah salah satu negara pendiri NATO dan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang memiliki keanggotaan tetap di Dewan Keamanan. Perancis pun dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki kekuatan nuklir. Dengan posisi tawarnya yang cukup tinggi di dunia internasional dan juga sebagai salah satu negara pendiri Uni Eropa, Perancis memiliki posisi yang paling disegani dalam regional ini. Hal inilah yang menyebabkan Perancis paling didengar dalam setiap pertemuan antar negara Eropa.

Sebagai negara yang mempunyai luas terbesar ke-6 di dunia, Jerman juga merupakan

negara dengan output industri ketiga di dunia.4 Dalam hal industri ini, Jerman hanya kalah

dari Amerika Serikat dan Jepang. Di dalam regional eropa, Jerman merupakan negara dengan kekuatan ekonomi terbesar. Dengan rata-rata pendapatan per-kapita sebesar US$ 27.600

(2004).5 Dengan posisi sebagai negara yang tergolong superior di regional eropa, Jerman

tergolong sebagai salah satu pemimpin di kawasan itu. Hal ini dibuktikan negara Jerman sebagai negara penyumbang terbesar bagi anggaran Uni Eropa. Dengan konsep dasar secara ekonomi, Jerman memandang Uni Eropa ini merupakan salah satu hal yang penting bagi negara mereka. Hal ini dikarenakan tingginya tingkat industri mereka yang memerlukan saluran kerjasama dengan negara-negara antar kawasan.

      

4

Ibid. Hal 119. 55

Ibid, hal 130. Background Note : Germany; Situs Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, http://www.state.gov/r/pa/ei/bgn/3997.htm, diakses pada tanggal 8 Januari pukul 21.26.

(3)

Dilihat dari geografisnya yang berada di luar kawasan Eropa, Inggris menyikapi penyatuan Eropa tidak dalam kepentingan mereka. Inggris merasa bahwa mereka lebih menekankan posisi mereka dalam hubungan di kawasan Laut Atlantik. Dengan demikian, terlihat bahwa Inggris lebih terikat pada sekutu mereka yaitu Amerika Serikat dari pada Eropa. Namun kenyataannya Inggris tidak dapat menyangkal bahwa Eropa merupakan tetangga terdekat mereka. Ambiguitas sikap Inggris ini sedikit banyak memberi pengaruh pada integrasi mereka ke dalam Eropa. Hilangnya pengaruh Inggris terhadap negara koloni mereka terutama sejak tahun 1960 mengakibatkan Uni Eropa merupakan jalan alternatif bagi

perkembangan perekonomian Inggris.6 Di sini kita melihat bahwa Inggris memiliki sebuah

motif, yakni kebutuhan ekonomi. Walaupun telah ditolak dua kali (1962 dan 1968) ketika mengajukan diri sebagai anggota Uni Eropa, akhirnya pada bulan Mei 1972 Inggris masuk sebagai anggota masyarakat Eropa. Posisi mereka yang selalu stabil sebagai negara superpower di kawasan Eropa tidak dapat disangkal. Hal ini terlihat bahwa pasca Perang Dunia II, perekonomian Inggris adalah yang paling sedikit mengalami kerusakan infrastruktur. Inggris masih membawa semangat masa lalu mereka sebagai salah satu negara paling kuat di kawasan ini.

Krisis Yunani menunjukkan sebuah sikap yang berbeda di antara negara-negara anggota Uni Eropa. Beberapa negara anggota mempunyai semangat berbeda dalam menyelamatkan Yunani. Hal ini dikarenakan awal kehadiran mereka membentuk dan ikut serta dalam keanggotaan Uni Eropa tentu dikarenakan kepentingan yang berbeda-beda yang sesuai dengan kepentingan nasional mereka. Kurangnya kontrol terhadap pengaturan kebijakan fiskal terhadap negara anggota yang memakai mata uang Euro juga menjadi sorotan. Melalui krisis ini terlihat bahwa Bank Sentral Eropa seperti kehilangan kontrol       

6

(4)

terhadap kebijakan fiskal negara-negara anggota Uni Eropa. Tentunya krisis ini mengakibatkan efek domino terhadap negara-negara anggota Uni Eropa lainnya terutama yang tergolong lemah dan memakai euro sebagai mata uang negaranya.

Penulisan thesis ini merujuk pada tiga negara dominan yang berada dalam organisasi regional Uni Eropa. Ketiga negara ini selain sebagai anggota, juga sebagai negara kaya di kawasan ini. Sehingga pengaruh mereka terhadap organisasi kawasan ini cukup diperhitungkan. Perancis dan Jerman merupakan negara-negara yang mempunyai suara yang selalu didengarkan dalam setiap pertemuan KTT di Eropa. Walaupun Inggris terkadang dikucilkan karena lamanya mereka diterima sebagai anggota Uni Eropa. Namun sejarah negara Inggris yang cukup panjang sebagai negara besar dan kuat dalam politik dunia membuat saya tidak bisa mengucilkan peran Inggris dalam Uni Eropa. Dalam kenyataan di lapangan Inggris juga sering memberikan pendapat dan masukan dalam krisis yang terjadi di Yunani. Sikap dan pendapat ketiga negara merupakan salah satu dasar penulisan thesis ini.

B. Rumusan Masalah

Thesis ini akan melihat peran serta ketiga negara Uni Eropa tadi yang mempunyai posisi penting dalam organisasi regional ini. Ketiga negara memiliki pengaruh yang berbeda

satu sama lain. Hal inilah yang menjadikan sebuah pertanyaan bagaimana proses

pengambilan kebijakan yang diambil oleh masing-masing negara ini dalam

menyelamatakan krisis Yunani, dan mengapa ada negara yang sama atau berbeda

(5)

C. Teori

Dalam thesis ini saya akan mencoba melihat perilaku ketiga negara Uni Eropa ini

melalui Teori Konstruktivisme. Konstruktivis dibangun dari basis ide, norma, budaya dan

nilai. Formulasi teoritik konstruktivis menyatakan bahwa lingkungan sosial membentuk identitas aktor. Identitas kemudian menentukan kepentingan, dan kepentingan akan menentukan bentuk tingkah laku, aksi ataupun kebijakan dari aktor. Pada tahap berikutnya identitas juga akan mempengaruhi bentuk dari lingkungan sosial. Selain digolongkan ke dalam kelompok teori idealis, konstruktivis juga dapat dimasukkan ke dalam kategori teori sistem. Penggolongan ini di dasarkan pada posisi konstruktivis yang menjelaskan tingkah laku aktor pada level sistem/struktur. Konstruktivis mengasumsikan bahwa suatu unit yang kemudian disebut agent dipengaruhi oleh lingkungan sosial yang mengelilinginya. Teori-teori yang mengambil sudut pandang dari posisi struktur selanjutnya disebut dengan teori holisme. Secara sederhana bisa dikatakan bahwa identitas, tingkah laku dan kepentingan seorang individu dipengaruhi oleh masyarakat tempat ia bersosialisasi. Jadi identitas, perilaku, dan kepentingan individu tidak secara alamiah ada dengan sendirinya dan murni muncul dari dalam individu itu sendiri, akan tetapi merupakan bentuk dari pengaruh lingkungan sosial terhadap individu tersebut.

Konstruktivisme muncul untuk memberikan pandangan bahwa realitas sosial tidak bisa

dilihat sebagai suatu hal yang given (alamiah), akan tetapi realitas sosial hadir dari interaksi

sosial yang saling terikat satu sama lain. Konstruktivis melihat realitas dunia sebagai sesuatu yang didasarkan oleh fakta yang secara material bisa ditangkap ataupun tidak oleh pancaindera, namun fakta tersebut tidak menuntun atau tidak menentukan bagaimana kita melihat realitas sosial yang ada. Dalam pandangan Konstruktivis ini, interpretasi kita terhadap dunia inilah yang membuat kita berlaku dan bertindak, dan setiap manusia memiliki

(6)

interpretasi yang berbeda satu dan lainnya karena adanya perbedaan latar belakang secara normatif dan epistemik.

Tingkah laku manusia dalam bermasyarakat dapat dilihat dari identitas yang mereka

bawa. Identitas ini bermacam-macam, terkait dengan institutional role yang diperankannya.

Komitmen dan kepentingan yang terkandung di dalam identitas inilah yang membuat aktor-aktor mengikatkan diri mereka sendiri antara satu dengan lainnya. Identitas-idenstitas ini yang membentuk struktur sosial.

Kemudian, identitas ini menentukan kepentingan, karena identitas merupakan dasar dari kepentingan. Aktor tidak memiliki kepentingan yang tidak berdasarkan oleh identitas. Aktor mendefiniskan kepentingannya di dalam proses mendefinisikan situasi. Proses

dibentuknya identitas dan kepentingan disebut ”socialization”. Sosialisasi merupakan suatu

proses pembelajaran untuk menyesuaikan tingkah laku seseorang dengan ekspektasi sosialnya.

Pada dasarnya konstruktivis memiliki 4 (empat) prinsip dasar :

a) Penggunaan faktor-faktor yang berbasiskan pada ide. Konstruktivis menolak

teori-teori dominan dalam HI yang menempatkan faktor material secara berlebihan. Menurut konstruktivis, norma-norma sifatnya otonom dan norma membentuk dan menentukan perilaku negara di dalam sistem internasional. Norma tidak hanya berfungsi untuk mengatur namun lebih dari itu membentuk perilaku negara.

b) Kepentingan agent didasarkan atau ditentukan oleh konstruksi identitasnya yang

terbentuk di dalam interaksi sosial.

c) Komunikasi antar aktor dan norma akan menentukan tingkah laku aktor tersebut.

(7)

d) Pentingnya perubahan sejarah internasional. Identitas agent akan berubah sejalan dengan perubahan struktur internasional.

Secara ontologis konstruktivisme dibangun atas tiga proporsi utama.7Pertama, struktur

merupakan pembentuk perilaku aktor sosial dan politik baik secara individu maupun negara yang tidak hanya terdiri dari aspek material tetapi juga normatif dan ideasional. Konstruktivisme menyakini bahwa sistem nilai, gagasan bersama sebenarnya juga memiliki karakteristik struktural dan menentukan tindakan sosial maupun politik. Di samping itu struktur normatif dan ideasional yang sebenarnya membentuk identitas sosial aktor-aktor

politik.8 Aspek normatif yang terdapat di dalam struktur inilah yang aplikasinya berbeda-beda

pada tingkatan nasional di masing-masing agen atau aktor dalam hal ini negara. Hal ini berbeda dengan pandangan kaum realis yang memandang bahwa struktur material yang cenderung dominan mempengaruhi tindakan aktor. Namun tidak bagi kaum konstruktivis yang memandang struktur material sebenarnya hanya bermakna bagi tindakan atau perilaku melalui struktur nilai atau pengetahuan. Kedua, yaitu kepentingan sebagai dasar bagi tindakan atau perilaku aktor-aktor dan juga sebagai produk dari identitas aktor-aktor.

Neorealisme menurut pandangan Konstruktivisme adalah matrealistis, yang dimaksudkan disini adalah power (kekuatan militer) dan kekuatan ekonomi yang dimiliki oleh suatu negara sebagai pembentukan identitas yang dimiliki, tentu hal ini sangat       

7

Muhadi Sugiono dan Ririen Tri Nurhayati “Program Pasca Sarjana Ilmu Politik, Politik Internasional Handout, Pertemuan ke-7:Teori Konstruktivisme” dalam

http://msugiono.staff.ugm.ac.id/mkuliah/handout-pi/Handout%207%20Konstruktivisme.doc, diakses pada tanggal 19 Oktober 2008. 8

Stuktur ideasional dan struktur normatif membentuk identitas dan juga kepentingan aktor-aktor politik melalui tiga cara yakni : imajinasi, komunikasi, dan pembatasan. Imajinasi mengacu pada bagaimana aktor-aktor politik melihat peluang-peluang ataupun hambatan-hambatan mereka untuk bertindak baik dalam arti praktis maupun etis. Komunikasi menggambarkan upaya-upaya aktor-aktor politik untuk memberikan justifikasi dari tindakan-tindakan mereka dengan mengacu pada norma-norma yang sah yang berlaku di masyarakat sedangkan Pembatasan adalah dimana seringkali kedua struktur ini memberikan pengaruh yang besar dalam membatasi perilaku atau tindakan-tindakan aktor.

(8)

bertentangan dengan konstruktivisme. Konstruktivis memberikan perhatian kajiannya pada persoalan-persoalan bagaimana ide dan identitas dibentuk, bagaimana ide dan identitas tersebut berkembang dan bagaimana ide dan identitas membentuk pemahaman negara dan merespon kondisi di sekitarnya. Menurut Wendt, bagi neo-realis maupun neoliberalis identitas dan kepentingan merupakan sesuatu yang given, sesuatu yang sudah ada begitu saja. Wendt tidak mempercayainya demikian, ia melihat bahwa identitas dan kepentingan merupakan hasil dari praktek inter-subjektif di antara aktor-aktor. Dengan kata lain identitas dan kepentingan merupakan hasil dari sebuah proses interaksi. Walaupun neorealis dan neoliberalis mengakui bahwa proses interaksi mempengaruhi perilaku aktor-aktor namun

tidak bagi identitas dan kepentingan.9

Dalam kelanjutannya mengenai teori konstruktivisme, kritik terhadap rasionalisme tentu secara tidak langsung turut membantu konstruktivisme dalam membangun dan mengembangkan teorinya. Kritik terhadap salah satu teori yang rasional, yaitu neoliberalisme. Secara mendasar, ada tiga asumsi orang-orang neoliberal yang dipersoalkan oleh orang-orang konstruktivis. Asumsi-asumsi itu adalah, pertama, neoliberalisme menerima bahwa identitas dan kepentingan adalah sesuatu yang given, karena neoliberalis hanya mengakui perubahan didalam perilaku negara dan bukan perubahan didalam negara itu sendiri. Yang kedua adalah bahwa neoliberalisme menerima bahwa kepentingan dan identitas suatu negara tergenerasikan oleh sistem anarki internasional. Yang ketiga adalah bahwa neoliberalisme membatasi pengertian secara teoritis dari perubahan dalam agen dan struktur,

      

9

“Teori Hubungan Internasional (Social Constructivism)” dalam Blog Mahasiswa Universitas Brawijaya dalam http://blog.ub.ac.id/slovehere/2010/07/04/teori-hubungan-internasional-social-constructivism/ diakses pada tanggal 7 Mei 2012.

(9)

sebab neoliberalisme hanya mengkaji perubahan dalam perilaku, tetapi tidak dalam identitas

dan kepentingan aktor.10

Dengan memakai teori konstruktivis saya ingin melihat bagaimana ketiga negara Jerman, Perancis dan Inggris yang memiliki identitas negara berbeda bersikap dalam kasus krisis Yunani ini. Identitas dan sikap masing-masing negara ini tentunya sudah ada dan terbentuk jauh sejak Uni Eropa ada, dan tidak di semua disatukan dengan tujuan Uni Eropa. Dalam krisis ini, identitas kedua negara sebagai pemimpin yaitu Jerman dan Perancis lebih dominan dalam memimpin setiap pertemuan ketika proses kebijakan akan diambil. Kepentingan Jerman sebagai negara terkuat dalam hal ekonomi di dalam regional eropa menunjukkan identitas negara yang kuat dan dominan dalam menyelamatkan krisis Yunani yang juga mengakibatkan krisis mata uang euro. Pertarungan identatis dihadirkan oleh Inggris. Dalam regional eropa, Inggris selalu menganggap Jerman merupakan kekuatan yang cukup besar dalam ancaman ekonomi mereka. Hal ini yang membuat dia tidak mau menyatukan diri ke dalam mata uang bersama, yaitu euro. Sebagai negara besar di eropa, dan memiliki sejarah kuat di duniam mata uang pondsterling merupakan sebuah kekuatan besar bagi Inggris. Kepentingan-kepentingan dan identitas nasional yang saling bertentangan seperti ini yang membuat Uni Eropa merupakan sebuah ajang pertarungan identitas bagi negara-negara kuat di dalamnya.

D. Review Literatur

Pencarian saya akan tulisan-tulisan yang membahas tentang topik serupa belum saya temukan. Terutama thesis, belum ada satupun mahasiswa yang mengambil judul mengenai       

10

(10)

11 

Uni Eropa dan terutama kasus yang menimpa salah satu negara anggota. Saya hanya mendapat dua buah buku yang berisi tentang awal mula integrasi negara-negara di kawasan Eropa. Walaupun terkesan mundur agak jauh ke belakang, tetapi hal ini penting karena sesuai dengan teori yang saya pakai. Konstruktivisme selalu melihat lingkungan sosial dan juga identitas negara dalam setiap perilaku negara maupun aktor di dalamnya. Keinginan awal mereka masuk dalam sebuah organisasi regional ini juga akan memberi cara pandang mengapa mereka bersikap nantinya.

Buku pertama yang berjudul “Eropa sebagai Kekuatan Dunia” karangan C.P.F. Luhulima banyak memuat tentang negara Inggris. Di bab-bab awal diceritakan mengenai susahnya Inggris berintegrasi ke dalam masyarakat Uni Eropa. Inggris yang dikenal sebagai negara penjajah terkuat di Eropa sangat sulit untuk melepaskan daerah jajahannya, terutama di Asia Tenggara.

Di dalam buku juga diceritakan bagaimana sikap mendua Inggris dalam usaha menggabungkan diri dengan Masyarakat Besi Baja dan Batu Bara Eropa dan Euratom menjadi Masyarakat-Masyarakat Eropa (MEE) atau Masyarakat Eropa (ME). Faktor mendua itu terutama disebabkan karena pemimpin-pemimpin Inggris masih saja menganggap bahwa Inggris adalah suatu negara adikuasa dan bersama-sama Amerika Serikat mengatur dunia. Sulit sekali bagi Inggris untuk mengakui bahwa negara itu sudah turun dari kedudukan adikuasanya menjadi suatu kekuatan sedang, dan bahwa penggabungan diri dengan negara-negara Eropa Barat lainnya ke dalam MEE sudah merupakan suatu sine-qua-non. Inggris kiranya masih belum dapat menyadari bahwa masa depannya sudah terletak dalam suatu Masyarakat Eropa yang terintegrasi dan bukan lagi dalam hubungan khusus Inggris-Amerika Serikat.

(11)

Pandangan penulis buku pertama ini tentang Inggris merupakan sebuah poin penting dalam penulisan tesis saya. Buku ini banyak menyorot tentang Inggris, dan ada beberapa bagian juga yang menyertakan Perancis. Hal ini sangat sesuai dengan studi kasus yang akan saya tulis.

Selain mengenai Inggris, buku ini juga memaparkan bagaimana proses integrasi regional yang terjadi di kawasan Eropa. Dari Perjanjian Roma, pembentukan Buku Putih yang berisi penyelesaian pasar internal dan juga KTT Eropa di Hanover yang merupakan sebuah titik puncak dalam program penyatuan Eropa. Dalam setiap pertemuan dan perjanjian hanya ingin menyatukan bagaimana setiap negara anggota nantinya harus membebaskan arus modal dan jasa di kawasan ini.

Aturan-aturan yang dihasilkan dalam Uni Eropa, termasuk aturan yang keras, dan harus dituruti oleh anggota-anggotanya. Ketika masyarakat ini mau menyatukan diri dalam masyarakat Eropa, setiap anggota harus memperbolehkan produk yang dihasilkan oleh salah satu negara anggota memasuki negaranya, kendatipun produk-produk tersebut tidak sesuai dengan ketentuan hukum setempat. Ini menunjukkan bahwa Uni Eropa melalui badan-badan yang dibentuk untuk mengatur isu-isu yang ada harus mampu memberikan pengawasan ketat terhadap negara anggotanya.

Buku kedua berjudul “Peluang dan Tantangan Eropa 1992” oleh Paolo Cecchini ini menggambarkan pasar domestik Masyarakat Eropa dalam tahun 90an, biaya akibat ketiadaan pasar domestik tersebut, dan keuntungan yang ditawarkan dalam terbentuknya ekonomi Masyarakat Eropa sebagai suatu kesatuan. Kelompok peneliti yang terdiri dari berbagai pihak di bawah pimpinan ahli ekonomi Italia Paolo Cecchini membuat suatu analisa mendalam dari keuntungan-keuntungan ekonomi, biaya dan efek pasar tunggal eropa. Di dalam buku ini dijelaskan bahwa manfaat sebagian besar didapat oleh para konsumen dan perusahaan dalam

(12)

13 

bentuk harga dan biaya yang lebih murah – tetapi juga ada manfaat yang tercipta dalam bidang sosial dan politik.

Laporan Cecchini dapat diringkas sebagai berikut : Biaya yang diperkirakan dari fragmentasi pasar Masyarakat Eropa terletak antara 174 – 258 miliar euro untuk seluruh Masyarakat Eropa (masih 12 negara). Angka median rata-rata sebesar 216 miliar euro. Mengurangi biaya yang besar yang akan menciptakan suplai barang dan jasa yang lebih rendah dan juga akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Keuntungan-keuntungan yang lebih besar dalam pendapatan real, efisiensi dan pertumbuhan akan menciptakan 1,8 juta kesempatan kerja baru, meskipun angka itu tidak dapat mengubah secara radikal angka pengangguran yang ada, tetapi efeknya ialah angka pengangguran dapat diturunkan sebesar 1,5%. Sebuah bayangan positif dalam penyatuan eropa dihasilkan dalam buku ini. Hal ini memberikan sebuah tanggapan postif bagi setiap negara di regional eropa mengajukan diri sebagai anggota Uni Eropa. Walaupun pada kenyataannya pada tahun 2008 Uni Eropa juga terkena dampak krisis yang bermula di Amerika Serikat, bahkan kawasan Eropa mengalami krisis ekonomi yang paling parah di antara kawasan lainnya di dunia.

Buku ini lebih banyak menyorot tentang peluang dan hambatan-hambatan dalam penyatuan Uni Eropa. Hambatan-hambatan seperti pemeriksaan di tapal batas dan birokrasi bea cukai, aneka macam standar dan peraturan teknis, pertentangan hukum dagang dan praktek proteksi pengadaan barang semuanya cukup terkenal. Tetapi dampak dan penghapusannya sebelumnya tidak diketahui. Hasil-hasil ini, praktek dan kerja lapangan yang luas dan analisis yang berurutan dijabarkan di dalam Bab 1, bersama dengan ilustrasi aneka macam industri dan jasa non-Eropa.

Dasar ekonomi bukan satu-satunya sebab mengapa terjadi penyatuan di Eropa. Tujuan utama pergerakan menuju kesatuan Eropa sebenarnya bersifat politik, namun cara-cara yang

(13)

digunakan bersifat ekonomi. Tujuan-tujuan ekonomi seperti ekonomi Eropa yang lebih efisien dan bersaing tentu saja penting, namun demikian, tujuan ekonomi ini dalam pertimbangan politik menempati urutan kedua dan tidak mungkin mendorong tercapainya integrasi ekonomi dan politik Eropa tingkat tinggi yang luar biasa sejak berakhirnya Perang Dunia II. Integrasi ekonomi sendiri tidak pernah mengakibatkan integrasi politik, karena tidak terdapat logika tentang saling ketergantungan ekonomi yang memerlukan integrasi

politik. Secara historis, integrasi politiklah yang mengawali integrasi ekonomi.11

E. Hipotesis

Proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh ketiga negara, yaitu Jerman, Perancis dan Inggris dalam krisis Yunani terbentuk dalam lingkungan sosial negara tersebut. Lingkungan sosial inilah yang membentuk identitas aktor yang kemudian menentukan kepentingan dan menentukan bentuk tingkah laku atau kebijakan dari aktor-aktor dalam negara-negara tersebut. Proses inilah yang menentukan apa yang dihasilkan oleh suatu negara dalam menyikapi krisis Yunani yang berpengaruh bagi organisasi Uni Eropa kedepannya.

Karakteristik yang khas negara Perancis ini dinyatakan dalam konstitusi Republik V tahun 1958, bahwa Perancis adalah sebuah republik yang tidak dapat terbagi, sekuler, demokratis dan sosialis. Artinya, Perancis adalah negara kesatuan yang sentralistik. Negara

mengatur setiap aspek kehidupan masyarakat demi terciptanya kesatuan nasional. 12 Hal

inilah yang membuat bahwa aktor politik yang berkuasa di Perancis memegang peranan penting dalam setiap kebijakan yang diambil di negara tersebut. Kemudian, Jerman adalah       

11

Robert Gilpin. 2002. The Challenge of Global Capitalism. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada. 12

(14)

15 

negara penyumbang anggaran terbesar bagi Uni Eropa. Inilah yang membuat Jerman memiliki posisi penting dalam integrasi Eropa. Kanselir Jerman memiliki pengaruh yang cukup kuat, akan tetapi Presiden negara federal Jerman juga dapat turut campur dalam politik dengan menengahi perselisihan antara eksekutif dan para pemimpin partai politik yang ada

dalam lembaga legislatif.13 Inggris merupakan salah satu negara besar di Eropa yang

terhitung lama terintegrasi dalam Uni Eropa. Inggris baru masuk menjadi anggota Uni Eropa

sejak tahun 197314 di saat negara-negara Eropa telah terintegrasi sejak tahun 1952. Inilah

yang membuat Inggris kehilangan suara yang cukup kuat dalam Uni Eropa.

Keinginan besar Uni Eropa adalah mengenai kesatuan mata uang dalam Euro. Hal ini diatur dalam sebuah traktat yang bernama Traktat Maastricht yang dikeluarkan pada tahun 1993. Traktat ini mengatur tentang berapa besar inflasi yang diperbolehkan oleh sebuah negara anggota Uni Eropa, defisit dalam hal Gross Domestic Product (GDP) dan juga

Exchange Rate yang diatur dalam European Moneter System (EMS).15 Yunani adalah negara

kecil di Uni Eropa yang tidak cukup kuat secara ekonomi. Kegagalan pemerintahan dalam memerintah dan juga krisis global yang membuat ekonomi Yunani semakin parah merupakan penyebab mengapa negara ini tertimpa krisis.

Krisis yang terjadi di Uni Eropa berdampak pula pada pemerintahan Perancis yang berkuasa pada saat itu. Pada pemilu yang terjadi dua putaran di Perancis, akhirnya Partai Sosialis mampu memenangi suara mayoritas dalam pemilihan parlemen. Partai Sosialis

      

13

Ibid. Volume II No. 2 – 2006. Hal 121. 14

Htttp://europa.eu/index_en.htm diakses pada tanggal 7 Mei 2012. 15

Decision Making EU dalam http://europa.eu/about-eu/basic-information/decision-making/treaties/index_en.htm diakses pada tanggal 7 Mei 2012.

(15)

mendapat jatah 307 dari keseluruhan 577 kursi di parlemen.16 Hal ini membuat presiden yang berkuasa pada saat itu, Nicolas Sarkozy harus rela turun dan digantikan oleh Francois Hollande. Kebijakan yang dilakukan oleh Hollande bagi rakyat Perancis dirasakan lebih pas dalam mengatasi krisis yang terjadi di Eropa, terutama dalam hal mengurangi angka pengangguran.

Politik domestik Jerman yang ditunjukkan oleh sikap parlemen mereka menunjukkan sikap positif terhadap krisis yang dialami oleh Yunani. Walaupun terjadi perdebatan mengenai langkah-langkah yang diambil untuk menyelamatkan Yunani, akan tetapi pada akhirnya dua pertiga mayoritas anggota dewan perwaklian Jerman mengesahkan rencana pengetatan yang diambil oleh Angela Merkel selaku Perdana Menteri yang berasal dari partai

Kristen-Demokratik (CDU).17

Walaupun tidak ikut dalam kesatuan mata uang euro, akan tetapi Inggris memandang bahwa krisis yang menimpa Yunani merupakan sebuah masalah serius yang akan berdampak

bagi mereka. Pada tanggal 29 Mei 2012,18 David Cameron mengadakan rapat bersama

Menteri Keuangan, Gubernur Bank Inggris dan juga beberapa anggota parlemen lainnya. Rapat ini untuk memastikan Inggris siap untuk menghadapi perkembangan krisis zona euro. Dalam rapat ini juga ditegaskan bahwa Cameron menginginkan agar 17 negara pengguna

euro untuk mempertahankan mata uang mereka.19

      

16

“Partai Sosialis Kuasai Parlemen Perancis” diakses dalam http://dunia.news.viva.co.id/news/read/326318-partai-sosialis-kuasai-parlemen-perancis tanggal 17 Juli 2012.

17

“Pengetatan Anggaran : Parlemen Jerman Setujui Hasil KTT UE” diakses dalam

http://www.bisnis.com/articles/pengetatan-anggaran-parlemen-jerman-setujui-hasil-ktt-ue tanggal 18 Juli 2012. 

18

“Krisis Yunani : Bahas Nasib Euro, David Cameron Kumpulkan Petinggi Inggris” diakses dalam http://www.bisnis.com/articles/krisis-yunani-bahas-nasib-euro-david-cameron-kumpulkan-petinggi-inggris tanggal 19 Juli 2012.

19

(16)

17 

F. Sistematika

Bab I berisi PENDAHULUAN thesis yang mempunyai sub-sub judul yang berisi latar belakang, rumusan masalah, teori, hipotesa, metode penelitian, jangkauan penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II akan membahas mengenai struktur, organisasi dan nilai-nilai di Uni Eropa.

Bab III akan membahas mengenai krisis ekonomi Eropa, khususnya Yunani.

Bab IV akan membahas mengenai respon dan perbedaan respon maupun perdebatan dari negara-negara anggota Uni Eropa terkait dalam krisis yang melanda Yunani.

Referensi

Dokumen terkait

berbasis piktorial pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit telah dilakukan.. oleh Rofifah

Artikel ini berisi laporan survei tentang algoritma klasifikasi untuk QC berdasarkan tiga pendekatan yang sering digunakan yaitu: Knowledge-Based (KB),

a) Penggunaan obat tidak untuk pemakaian secara terus menerus. b) Gunakan obat sesuai dengan anjuran yang tertera pada etiket atau brosur. c) Bila obat yang digunakan

pengetahuan baru melalui ‘basic research’ , atau untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan khusus tentang masalah- masalah yang bersifat praktis melalui ‘applied

Masa remaja adalah masa dimana saat-saat pembentukan pribadi terjadi, dimana antara lingkungan dan kondisi keluarga dan aspek lainya mempunyai andil dalam mempengaruhi

Simbol digunakan untuk merepresentasikan unsur-unsur yang tercantum di dalam peta. Simbol unsur-unsur peta rupa bumi skala 1:25.000 disajikan dalam Lampiran A. 1) Jika tidak

Serangan asma ditandai dengan gejala sesak napas, batuk, mengi, atau kombinasi dari gejala-gejala tersebut. Derajat serangan asma bervariasi dari yang ringan sampai

Dorongan internal yang cukup menonjol dalam mempengaruhi pilihan karier kaum gay adalah kebutuhan akan rasa aman dari lingkungan.. Sedangkan yang eksternal adanya