• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. karya penulisan ilmiah maupun karya penulisan non-ilmiah. Judul merupakan. Pemberdayaan Kelompok Wanita Tani Peternak Sapi Perah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. karya penulisan ilmiah maupun karya penulisan non-ilmiah. Judul merupakan. Pemberdayaan Kelompok Wanita Tani Peternak Sapi Perah"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Alasan Pemilihan Judul

Judul merupakan unsur wajib yang harus ada dalam karya penulisan, baik karya penulisan ilmiah maupun karya penulisan non-ilmiah. Judul merupakan nama yang menggambarkan apa yang diulas dalam karya penulisan tersebut. Dalam karya penulisan ilmiah, judul dapat memberikan gambaran kepada pembaca tentang subjek penelitian, fokus penelitian, wilayah penelitian, dan metode penelitian.

Penelitian ini mengambil judul,

“Pemberdayaan Kelompok Wanita Tani Peternak Sapi Perah”

(Studi Deskriptif Proses Pemberdayaan Kelompok Wanita Tani Glagah I di Desa Glagah, Kecamatan Jatinom, Kabupaten Klaten)

Alasan pemilihan judul dilakukan berdasarkan alasan praktis dan teorotis. Alasan praktis dalam pengambilan judul tersebut berkaitan dengan kemudahan dan kesulitan yang memperlancar atau memudahkan penelitian ini. Sedangkan alasan teoritis berkaitan dengan ilmu yang digeluti serta aktualitas dan orisinalitas penelitian ini.

1.1 Aktualitas

Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar perekonomian rakyatnya bergantung pada sektor pertanian, salah satunya pada bidang peternakan. Salah satu jenis hewan ternak yang

(2)

2

dibudidayakan di Indonesia adalah sapi perah. Kecamatan Jatinom merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Klaten dengan populasi sapi perah terbanyak dan peternak sapi perah terbanyak di Klaten. Peternak di Jatinom kebanyakan peternak budidaya yang hanya memelihara sapi dan memanfaatkan hasil perahan susu untuk dijual. Namun harga susu yang stagnan sememtara harga pakan yang semakin melambung membuat peternak mendapatkan keuntungan yang minim. Penjualan susu yang terkadang ditolak oleh KUD atau IPS juga membuat peternak merugi. Permasalahan tersebut membuat kelompok wanita tani (KWT) memanfaatkan susu perahan untuk diolah agar susu tidak terbuang sia-sia dan dapat meningkatkan manfaat dan nilai dari susu tersebut. Salah satu kelompok wanita tani yang sudah aktif melakukan pengolahan susu adalah KWT Gagah I. Maka dari itu, penting untuk diketahui proses pemberdayaan wanita tani tersebut agar menjadi contoh wanita tani lain khususnya wanita tani di Jatinom yang peternak sapi perahnya terbanyak di Klaten.

1.2 Orisinalitas

Orisinalitas penelitian merujuk pada penelitian yang merupakan karya asli dan bukan jiplakan (plagiat) dari hasil penelitian peneliti lain. Penelitian yang mengulas tentang pemberdayaan peternak dan kelompok wanita tani sudah banyak dilakukan. Penelitian berjudul “Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kelompok Wanita Tani (KWT) “SERUNI” Berbasis

(3)

3

oleh Rina Setiawati pada tahun 20131. Penelitian tersebut berfokus pada peran KWT dalam meningkatkan ketrampilan perempuan, pemanfaatan sumber daya lokal dalam pemberdayaan, dan faktor pendukung dan penghambat pemberdayaan tersebut.

Penelitian berikutnya dengan judul “Pemberdayaan Perempuan

Melalui Kelompok Wanita Tani (KWT) Bagi Aktualisasi Perempuan Di Desa Kemanukan, Bagelen, Purworejo, Jateng” oleh Lucya Purnamasari tahun 20142. Penelitian ini mendeskripsikan tentang KWT yang ada di Desa Kemanukan, dampak KWT bagi aktualisasi perempuan, dan faktor pendukung serta penghambat kegiatan-kegiatan KWT.

Penelitian lain dengan judul “Kelembagaan Kelompok Wanita Tani

(KWT) Pengolah Hasil Pertanian: Studi Pada KWT Di Kota Salatiga” yang dilakukan oleh Novi Yani Suwitaningrum pada tahun 20133. Penelitian ini berfokus pada eksistensi KWT yang dilihat dari sisi internal yaitu struktur kelembagaan dalam KWT tersebut serta sisi eksternal yaitu lingkungan sekitar dan jaringan di luar kelembagaan KWT tersebut.

Di antara tiga penelitian yang telah disebutkan di atas, penelitian ini memiliki fokus objek yang berbeda dan belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya. Penelitian ini meletakkan titik fokus pada proses pemberdayaan yang terjadi di KWT peternak sapi perah Glagah I, Desa Glagah, Kecamatan Jatinom, Kabupaten Klaten. Penelitian ini juga

1

http://eprints.uny.ac.id/27167/1/Rina.pdf diakses pada tanggal 10 Oktober 2016 pukul 10.17 WIB.

2 http://eprints.uny.ac.id/26961/1/lucya%2520purnamasari_10102241011.pdf diakses pada

tanggal 10 Oktober 2016 pukul 11.35 WIB.

3

http://repository.uksw.edu/handle/123456789/4031 diakses tanggal 21 April 2016 pukul 05.15 WIB.

(4)

4

memfokuskan pada pemberdayaan yang dilakukan pada KWT Glagah I dari sudut pandang ilmu pembangunan sosial dan kesejahteraan. Setelah melalui proses studi pustaka serta melakukan pemeriksaan hasil-hasil penelitian dengan tema,objek, dan judul tersebut, tidak ditemukan hasil penelitian serupa yangpernah dilakukan pada KWT Glagah I. Maka dapat disimpulkan bahwa penelitian ini orisinil dan menarik untuk dikaji lebih dalam.

1.3 Relevansi dengan Ilmu Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan

Ilmu Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan (PSdK) merupakan salah satu cabang ilmu sosial. Ilmu Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan mengkaji tentang bagaimana mewujudkan kesejahteraan masyarakat dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya dan sektor riil yang ada dimasyarakat. Ilmu Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan mempunyai tiga konsentrasi yaitu pemberdayaan masyarakat, kebijakan sosial, dan CSR (Corporate Social Responsibility) atau tanggungjawab sosial perusahaan.

Penelitian ini mempunyai relevansi dengan Ilmu Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan dan secara khusus terkonsentrasi pada pemeberdayaan masyarakat. Penelitian ini berjudul “Pemberdayaan Kelompok Wanita Tani Peternak Sapi Perah” yang bertitik fokus pada proses pemberdayaan kelompok wanita tani peternak sapi perah khususnya pada kelompok wanita tani (KWT) Glagah I, Desa Glagah, Kecamatan Jatinom.

(5)

5

Negara Indonesia merupakan negara agraris atau negara pertanian. Hal ini dikarenakan Indonesia beriklim tropis dan tanahnya subur. Pertanian yang dimaksud adalah pertanian dalam arti luas yakni pertanian yang meliputi pertanian tanaman pangan, holtikultura, perkebunan, kehutanan, perikanan, dan peternakan. Pembangunan pertanian pedesaan, sebenarnya telah mendukung pembangunan nasional dengan peran klasiknya (Sumodiningrat,1998:75). Hal tersebut dapat dibuktikan dengan mengacu pada data BPS tahun 2012, sektor pertanian masih tertinggi dalam menyerap tenaga kerja yaitu sebesar 35,09%. Walaupun demikian, kontribusi nilai tambah yang diciptakan sektor pertanian selama periode 2004-2012 dalam Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia secara rata-rata sebesar 14 persen(Bappenas, Sensus Pertanian 2013).

Salah satu lapangan usaha dalam pertanian adalah peternakan. Pada tahun 2012, peternakan mengambil kontribusi pada PDB pertanian sebesar 12,27%. Angka tersebut memang terendah kedua setelah kehutanan, dengan urutan dari yang paling tinggi adalah tanaman bahan pangan, perikanan, tanaman perkebunan, peternakan, dan kehutanan. Jenis hewan ternak yang kebanyakan diternak oleh masyarakat adalah sapi dan kerbau. Populasi sapi dan kerbau di Indonesia pada tanggal 1 Mei 2013 sebanyak 14,24 juta ekor, yang terdiri dari 12,69 juta ekor sapi potong, 444,22 ribu ekor sapi perah, dan 1,11 juta ekor kerbau (Bappenas, Sensus Pertanian 2013).Populasi hewan ternak yang paling sedikit adalah sapi perah.

Sapi perah merupakan jenis sapi yang tidak hanya dagingnya, namun susunyalah hasil utama yang dimanfaatkan dan dapat dikonsumsi oleh

(6)

6

manusia. Untuk sapi perah, lebih dari 90 persen berada di pulau Jawa, dengan provinsi terbesar adalah Jawa Timur (222,91 ribu ekor), Jawa Barat (103,83 ribu ekor), dan Jawa tengah (103,79 ribu ekor)(Bappenas, Sensus Pertanian 2013).Sapi perah kebanyakan berada di Pulau Jawa dikarenakan Industri Pengolahan Susu (IPS) kebanyakan berada di Jawa. Hal ini tidak terlepas dari sifat susu yang tidak tahan lama dan harus segera diolah atau dikonsumsi.

Salah satu kabupaten yang menghasilkan produk susu segar adalah Kabupaten Klaten. Kabupaten ini memang dekat dengan kebupaten sentra sapi perah terkenal di Boyolali, namun memang tidak terlalu terkenal seperti Boyolali sebagai sentra sapi perah. Ada beberapa kecamatan di Kabupaten Klaten yang menjadi sentra sapi perah. Menurut Sensus Pertanian 2013 Hasil Pencacahan Lengkap Kabupaten Klaten, jumlah sapi perah di Klaten adalah 4105 ekor dengan 1403 rumah tangga peternakan. Tiga besar kecamatan di Kabupaten Klaten yang mempunyai sapi perah terbanyak adalah sebagai berikut :

Tabel 1.1 Tiga Kecamatan dengan Jumlah Sapi Perah Terbanyak di Kabupaten Klaten

Sumber: Diolah dari Sensus Pertanian 2013 Hasil Pencacahan Lengkap Kabupaten Klaten

Dari data di atas dapat dilihat bahwa Kecamatan Jatinom mempunyai jumlah sapi perah terbanyak di Kabupaten Klaten dengan jumlah 2361 ekor.

Kecamatan Jatinom merupakan kecamatan dengan jumlah sapi perah terbanyak di Kabupaten Klaten. Selain itu, jumlah peternak dan kelompok peternaknya juga yang paling banyak di Klaten. Dahulu hampir seluruh desa di

NO KECAMATAN JUMLAH SAPI PERAH RUMAH TANGGA

PETERNAK

JANTAN BETINA JUMLAH

1 JATINOM 326 2035 2361 741

2 KEMALANG 312 573 885 411

(7)

7

Jatinom ada warganya yang memelihara sapi perah. Namun saat ini hanya beberapa desa saja yang memelihara sapi perah. Masing-masing desa mempunyai 1 kelompok peternak, tetapi juga ada desa yang mempunyai 2 kelompok peternak karena jumlah anggota yang banyak, ada juga desa yang bergabung dengan kelompok peternak desa lain, dan ada juga yang tidak mempunyai kelompok karena bubar dan jumlah anggota sedikit. Ada 15 kelompok peternak sapi perah di Jatinom, 8 kelompok besar dan 7 kelompok kecil. Kelompok besar dan kelompok kecil yang dimaksud berdasarkan jumlah anggota kelompok tersebut. 8 kelompok besar antara lain kelompok di Desa Bengking, Beteng, Randulanang, Kayumas, Mundu, Socakangsi, Glagah, dan Krajan. Fasilitas yang ada di Jatinom cukup mendukung peternak sapi perah seperti adanya puskesmas hewan, tempat pelayanan koperasi (TPK) yang ada di kelompok tertentu yang merupakan perpanjangan KUD, dan adanya KUD yang menjualkan susu peternak kepada industri pengolahan susu (IPS).

Usaha beternak sapi perah ini juga mengalami pasang surut. Usaha beternak sapi perah ini sempat berjaya sebelum adanya krisis tahun 1998. Hal ini dikarenakan pada masa orde baru peternak sapi perah diproteksi oleh kebijakan pemerintah yang mewajibkan IPS untuk membeli produk susu dalam negeri. Pada masa itu pemerintah sangat membatasi impor susu sehingga IPS mau tidak mau membeli bahan mentah dari dalam negeri. Selain adanya proteksi, pada masa itu harga pakan masih sangat murah dan selisih antara harga pakan 1 kg pakan dengan harga jual 1 liter susu sangat banyak dari selisih tersebut peternak mendapatkan keuntungan yang banyak pula. Bahkan pendapatan tersebut dapat meningkatkan kesejahteraan peternak.

(8)

8

Setelah orde baru tumbang,peternak sapi perah mengalami keterpurukan.Harga jual susu tidak sebanding dengan biaya perawatan sapi perah. Harga pakan ternak semakin melambung sementara harga jual susu segar cenderung stagnan. Hal ini yang dialamai dan menjadi masalah peternak sapi perah di Jatinom.

Peternak sapi perah di Jatinom masih mengandalkan pendapatan beternak sapi perah hanya dari penjualan hasil susu saja sehingga harga jual susu sangat berpengaruh bagi peternak. Harga yang dipatok oleh KUD Jatinom sekitar Rp 3.000,- hingga Rp 4.000,- per liter susu. Penentuan harga setiap kelompok berbeda tergantung kualitas susu. Seekor sapi perah produktif dapat menghasilkan susu 10-15 liter susu per harinya. Produksi susu tergantung dari masa sapi setelah melahirkan dan pakan sapi tersebut. Semakin jauh masa sapi setelah melahirkan, semakin sedikit produksi susunya. Semakin sedikit pakan sapi, semakin sedikit pula susu yang dihasilkan. Sementara harga pakan mencapai Rp 30.000,- per sapi per hari. Jika peternak mempunyai sapi kurang atau sama dengan 3 ekor, maka peternak merugi. Jika peternak mempunyai lebih dari 3 ekor sapi perah dan kebanyakan produktif kemungkinan peternak bisa mendapatkan keuntungan. Namun kebanyakan peternak di Jatinom merupakan peternak rumah tangga atau peternakan rakyat dengan sapi perah rata-rata 2 ekor per rumah tangga, sehingga keuntungan yang mereka dapat sedikit dengan keadaan seperti itu.

Penentuan harga susu yang berbeda pada setiap kelompok terkadang merugikan bagi peternak yang menjual susu dengan kualitas baik. Penjualan susu secara berkelompok membuat semua susu tercampur, baik kualitas bagus

(9)

9

maupun kurang bagus akan diterima dengan harga sama. Terkadang ada peternak yang inisiatif menjual susu langsung ke KUD agar mendapat harga yang lebih tinggi. Selain ke KUD, peternak juga menjual susu kepada penjual susu segar dengan harga Rp 5.000,- per liternya. Harga tersebut memang jauh lebih tinggi daripada KUD namun permintaan terhadap susu oleh pedagang susu segar tersebut sedikit sehingga hanya peternak tertentu yang menjual ke pedagang tersebut. Ada juga broker informal yang membeli susu peternak dengan harga kisaran Rp 4.000,- hingga Rp 4.500,- dengan syarat susu yang dijual merupakan susu murni tanpa campuran apapun dengan berat jenis yang telah ditentukan. Broker informal juga merupakan alternatif bagi peternak yang kecewa dengan harga rendah yang ditetapkan oleh KUD. Namun masih banyak peternak yang menjual susu ke KUD. Selain masalah harga, penolakan susu yang dilakukan KUD atau IPS juga membuat peternak merugi dan terpaksa membuang susu tersebut.

Peternak sapi perah di Jatinom masih sangat bergantung pada hasil budidaya sapi perah dengan memanfaatkan hasil penjualan susu. Namun pembudidayaan saja tidak cukup untuk mendapatkan manfaat dan keuntungan. Pemerintah Kabupaten Klaten melalui Dinas Pertanian bidang Peternakan membantu peternak dengan melakukan pembibitan sapi perah sehingga peternak tidak hanya melakukan budidaya saja. Pembibitan ini dilakukan karena Klaten ditunjuk sebagai sumber bibit sapi perah. Sapi perah dengan kriteria pembibitan yang baik akan mendapat Surat Keterangan Layak Bibit (SKLB). Sapi perah yang sudah mendapat SKLB otomastis harga jualnya tinggi. Secara tidak langsung program tersebut juga bertujuan untuk

(10)

10

meningkatkan pendapatan peternak. Program ini dimulai pada tahun 2012. Program ini baru menyasar pada 5 kelompok saja yaitu kelompok Desa Krajan tahun 2012, kelompok Desa Kayumas tahun 2013, Kelompok Desa Socakangsi, Beteng, Glagah tahun 2015, dan program ini masih dalam tindak lanjut. Kelompok Desa Krajan yang merupakan kelompok pertama masih dalam masa panen. Selain itu sapi hasil bibit masih dalam tahap promosi untuk mendapatkan pasaran.

Program lain yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan peternak sapi perah adalah pengolahan hasil susu. Pengolahan hasil susu ini dilakukan karena banyak susu yang kadang terbuang karena penolakan. Selain itu pengolahan susu ini untuk meningkatkan manfaat susu dan nilai jual susu. Pengolahan susu dilakukan oleh kelompok wanita tani (KWT). Kelompok wanita tani peternak sapi perah di Jatinom ada 3 yaitu KWT Glagah I, KWT Bengking, dan KWT Kayumas. KWT Kayumas pernah diberikan pelatihan pengolahan susu namun pelatihan tersebut tidak dipraktikkan. KWT Bengking baru mulai mencoba pengolahan susu namun masih dengan alat tradisional. Sedangkan KWT Glagah I sudah melakukan pengolahan susu sejak 2012. KWT Glagah I termasuk KWT aktif dalam melakukan produksi pengolahan susu. Produk yang dihasilkan berupa permen, kerupuk, yoghurt, dan sabun. KWT Glagah juga sering menerima kunjungan dari pemerintah atau sekolah untuk melihat produksi pengolahan susu. Peralatan yang digunakan KWT Glagah I sudah modern dan lengkap sehingga mendukung proses produksi.

Semenjak pelatihan pada tahun 2012 hingga sekarang, KWT Glagah I belum menunjukkan kekuatan yang berarti. Ketrampilan yang dimiliki setelah

(11)

11

adanya pelatihan tersebut belum dikembangkan secara maksimal. Bahkan kelompok sempat vakum karena setelah pelatihan tidak ada pendampingan dari instansi terkait. KWT Glagah I juga sempat bekerjasama dengan pihak lain namun tidak bertahan lama. Hingga sekarang pun, KWT Glagah I belum berani berinovasi dan hanya mengandalkan penjualan produk berdasarkan pesanan. Dari situlah, penelitian ini ingin menggali tentang proses pemberdayaan pada KWT Glagah I dan apakah ada yang salah dalam proses pemberdayaan sehingga kelompok belum menunjukkan perkembangan untuk menuju kemandirian dan keberdayaan.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkar uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah:

1. Bagaimana proses pemberdayaan pada kelompok wanita tani peternak sapi perah Glagah I?

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran deskriptif tentang proses pemberdayaan pada Kelompok Wanita Tani (KWT) peternak sapi perah Glagah I melalui program agroindustri peternakan dengan usaha pengolahan susu.

(12)

12

a. Penelitian ini secara teoritis bermanfaat dalam pengembangan studi pembangunan sosial dan kesejahteraan terkait pemberdayaan masyarakat, khususnya kelompok wanita tani peternak sapi perah. b. Penelitian ini secara praktis dapat digunakan oleh pemerintah melalui

instansi terkait, seperti Dinas Pertanian Bidang Peternakan dalam upaya pengembangan, peningkatan, serta perumusan kebijakan pemberdayaan kelompok wanita tani. Penelitian ini juga dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak lain yang melaksanakan, mengembangkan atau memiliki minat dalam kegiatan pemberdayaan kelompok wanita tani peternak sapi perah.

F. Tinjauan Pustaka

1) Pemberdayaan Masyarakat

Pembangunan sering diidentikkan dengan pertumbuhan ekonomi. Namun pertumbuhan ekonomi tidak sering tidak dibarengi dengan pemerataan sehingga menimbulkan pertumbuhan ekonomi semu. Pemberdayaan masyarakat hadir sebagai wujud pembangunan ekonomi yang tidak hanya berpusat pada pertumbuhan ekonomi saja tetapi juga berfokus pada pemerataan dan berkelanjutan.

Konsep “empowerment” sebagai konsep alternatif pembangunan pada intinya menekankan pada otonomi pengambilan keputusan dari suatu kelompok masyarakat, yang berlandas pada sumber daya pribadi, langsung (melalui partisipasi), demokratis, dam pembelajaran sosial melalui pengalaman langsung (Wrihatnolo, 2007:59).

Friedmann (1998) mengungkapkan konsep pemberdayaan atau empowerment sebagai alternatif pembangunan yang muncul karena adanya kegagalan (failure) dan harapan (hope). Kegagalannya yaitu

(13)

13

pengarusutamaan pertumbuhan ekonomi, yang tidak mampu mengatasi permasalahan kemiskinan yang luas dan keberlanjutan lingkungan. Harapannya yaitu munculnya praktik alternatif pembangunan dengan demokrasi, pertumbuhan ekonomi yang merata, kesetaraan gender, dan persamaan antargenerasi.

Secara epistemologis, pemberdayaan berasal dari kata “daya” yang berarti kekuataan atau kemampuan bertolak dari pengertian tersebut maka pemberdayaan dapat dimaknai sebagai suatu proses menuju berdaya atau proses untuk memperoleh daya atau kekuatan atau kemampuan dari pihak yang memiliki daya kepada pihak yang kurang atau belum berdaya (Ambar Teguh, 2004 :77).

Dari pengertian tersebut pemberdayaan merupakan distribusi kekuatan atau kemampuan dari mereka yang berdaya ke mereka yang lemah.Pemberdayaan masyarakat bertujuan agar masyarakat dapat mengatasi masalah mereka sendiri sehingga terwujud kemandirian. Pemeberdayaantidak serta merta instan namun melalui proses. Bila digambarkan, proses pemberdayaan adalah sebagai berikut:

Bagan 1.2 Tahap Pemberdayaan

Sumber: (Wrihatnolo, 2007:101)

Tahapan proses pemberdayaan masyarakat yaitu:

pendayaan pemberian

kapasitas penyadaran

(14)

14

1. Penyadaran

Tahap pertama yaitu penyadaran kepada masyarakat sasaran bahwa mereka mampu dan bisa mendapatkan “sesuatu”. Tahap penyadaran

yang dilakukan pada KWT Glagah I yaitu menyadarkan masyarakat pada umumnya dan peternak sapi perah pada khususnya, bahwa susu dapat diolah menjadi berbagai macam olahan yang dapat meningkat nilai jualnya. Harga susu yang cenderung stagnan dan berbanding terbalik dengan harga pakan yang cenderung merangkak naik membuat peternak merugi. Susu yang biasanya hanya di jual dengan harga dibawah Rp 4.000,-/liter yang jika diolah dapat meningkatkan harga dari susu tersebut.

Kesadaran sangat berkaitan erat dengan dimensi internal seseorang, dapat berupa penanaman kognisi pada diri seseorang dan meyakinkan seseorang. Kesadaran juga yang mendorong partisipasi anggota untuk mengikuti kegiatan pengolahan susu. Meminjam istilah Giddens, Giddens membedakan tiga dimensi internal pelaku, yaitu:

a. Motivasi tak sadar (unconscious motives) yaitu keinginan atau kesadaran yang mengarahkan pada tindakan, namun bukan tujuan dari tindakan itu sendiri. Motivasi tak sadar pada anggota, jika anggota mengikuti kegiatan tersebut dengan tujuan lain namun tetap mengarah pada kegiatan pengolahan tersebut.

b. Kesadaran praktis (practical consciousness) yaitu kesadaran yang menunjukkan pada pengetahuan praktis yang tidak bisa diuraikan. Kesadaran praktis merupakan pendorong untuk individu

(15)

15

melakukan tindakan tanpa harus mempertanyakan lagi tindakan tersebut dan kesadaran praktis ini awal dari kemunculan strutur. Contohnya memakai seragam pramuka setiap hari Jumat.

c. Kesadaran diskursif (discursive consciousness) yaitu kesadaran yang menunjukkan kapasitas merefleksi dan menjelaskan secara rinci dan eksplisit atas tindakan (Priyono, 2002:28-29). Semakin anggota memiliki kesadaran akan tujuan tindakannya, semakin tinggi partisipasi anggota kelompok tersebut.

2. Pemberian kapasitas

Tahap pengkapasitasaan yaitu tahap memapukan (enabling) seperti pemberian pengetahuan dan ketrampilan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat sasaran, dalam hal ini yaitu KWT Glagah I. Pemberian kapasitas dilakukan sebelum kelompok diberikan daya sehingga jika kelompok sudah berkapasitas, maka kelompok dapat memanfaatnkan daya tersebut dengan baik. Pada tahap pengkaspasitasan ini, proses lebih penting daripada hasil karena proseslah yang akan menunujukkan hasil tertentu yang diperoleh. Proses capacity building menurut Wrihatnoloterdiri atas tiga jenis, yaitu:

a. Pemberian kapasitas Individu

Pemberian kapasitas individu dilakukan dengan memberikan pengetahuan dan ketrampilan. KWT Glagah I diberikan ketrampilan untuk melakukan pengolahan susu yang bertujuan untuk memberikan nilai guna atau nilai harga lebih pada produk susu tersebut. Dalam pemberian kapasitas, tidak dipungkiri adanya

(16)

16

peran dari pihak eksternal dalam transfer ilmu dan skill. Selain pemberian ketrampilan, pemberian kapasitas dapat juga berupa pemberian charity bantuan alat ataupun uang namun dengan kontrol yang ketat. Pihak eksternal bisa dari institusi pemerintah maupun non pemerintah. Pada KWT Glagah I, pemberian kapasitas dilakukan oleh institusi pemerintah yaitu Direktorat Jendral Pengolahan dan Pengembangan Hasil Pertanian. Sebagian anggota KWT Glagah I juga diikutkan dalam study field, seminar, pelatihan di daerah lain dan sertifikasi di tingkat provinsi.

b. Pemberian kapasitas Organisasi

Pengkapasitasaan organisasi dilakukan dengan tujuan memberikan medium untuk kegiatan pemberdayaan tersebut. Pemberntukan kelompok wanita tani ini juga dilakukan agar memudahkan dalam berkoordinasi. Institusi menjadi sarana pengambilan keputusan bersama dan kontrol terhadap sumberdaya, sedangkan ke luar sebagai sarana dan media dalam menjalin hubungan dengan berbagai stakehoder baik pemerintah maupun non pemerintah (Soetomo, 2011:91). Walaupun terkadang pemberian kapasitas organisasi ini sering dianggap remeh karena anggapan kapasitas organisasi akan mengikuti kapasitas individu (take it for granted). c. Pemberian kapasitas Sistem Nilai

Pengkapasaitasan sistem nilai merupakan penanaman nilai atau “aturan main” pada kelompok. Sistem nilai seperti anggaran dasar

(17)

17

Dalam sistem nilai, pasti diberlakukan imbalan bagi yang melakukan sesuai aturan hukuman bagi yang tidak menjalankan sesuai aturan. Walaupun hukuman terkadang memberatkan dan kurang baik namun hukuman juga dapat memberikan kedisiplinan demi kelangsungan kelompok atau institusi.

3. Pemberdayaan

Tahap ketiga yaitu pemberdayaan atau pendayaan yang berarti pemberian daya, kewenangan, kekuasaan, dan peluang. Pemberdayaan dilakukan dengan memberikan kekuatan kepada kelompok untuk bisa mengambil keputusan, mengontrol sumberdaya, dan mencari jaringan dengan sendiri tanpa bantuan pihak eksternal. Tahap ini merupakan tahap yang diharapkan kelompok dapat menuju kemandirian dengan kekuatan yang telah dimiliki serta dapat melangsungkan kegiatan sehingga kegiatan tidak vakum.

Gambar

Tabel  1.1  Tiga  Kecamatan  dengan  Jumlah  Sapi  Perah  Terbanyak  di  Kabupaten Klaten

Referensi

Dokumen terkait

Namun masih terdapat kekurangan yaitu: SILKBW di UPKKUB tidak memiliki admin (administrator) yang memiliki hak akses secara penuh untuk menjalankan sistem; SILKBW di

Karenanya, negara harus berperan aktif secara bersama-sama dengan segenap masyarakat untuk mewujudkan dan memberikam perlindungan yang memadai kepada anak- anak dari berbagai

Berdasarkan definisi itu, komunikasi antar pribadi dapat berlangsung antara dua orang yang memang sedang berdua-duaan atau antara dua orang dalam suatu pertemuan. Komunikasi

dengan peningkatan beban di lintas operasi kereta api, maka jembatan yang ada perlu dipersiapkan kemampuannya dengan mengganti jembatan yang terbuat dari

Banyak faktor yang menjadi penyebab kerusakan jalan salah satunya adalah berkurang kemampuan struktur perkerasan jalan dalam menjalankan fungsinya sebanding dengan

Untuk mengetahui sistem penyimpanan obat di Gudang Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Naibonat yang meliputi pengaturan tata ruang, cara penyimpanan obat,

Kedua, Prinsip Persamaan. Haekal menegaskan bahwa prinsip persamaan yang diajarkan dalam Islam hakekatnya bersumber dari tauhid, yakni keyakinan bahwa tiada Tuhan

The purpose of this research was to examine The Effect of Brand Awareness and Price Discount on Purchase Intention with mediated Image of Restourant Seafood New Javana in