• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI PRODUKSI ASAM LAKTAT MENGGUNAKAN Lactobacillus Plantarum DENGAN SUBSTRAT MOLASE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI PRODUKSI ASAM LAKTAT MENGGUNAKAN Lactobacillus Plantarum DENGAN SUBSTRAT MOLASE"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI PRODUKSI ASAM LAKTAT MENGGUNAKAN

Lactobacillus Plantarum

DENGAN SUBSTRAT MOLASE

Hendrico Petrik* dan Judy Retti Witono

Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Katolik Parahyangan Jl. Ciumbuleuit 94, Bandung 40141, Indonesia.

*)Penulis korespondensi : choco_trix91@yahoo.com

Abstrak

Penggunaan mikroba dalam produksi asam laktat dengan proses fermentasi telah banyak digunakan pada berbagai macam industri seperti industri makanan dan minuman. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan asam laktat melalui proses fermentasi dengan substrat molase yang mudah diperoleh dan harganya murah. Bakteri Lactobacillus plantarum diinokulasikan pada konsentrasi molase sebesar 30 g/L ; 60 g/L ; dan 90 g/L. Proses fermentasi berlangsung pada suhu 37oC, dengan pH awalnya adalah 6 dan pengencekan hanya dilakukan saat proses fermentasi telah berakhir. Selama fermentasi dilakukan analisis terhadap optical density (OD) dan kadar asam total yang diperoleh. Berdasarkan hasil analisis diperoleh kesimpulan bahwa substrat molase dapat dijadikan bahan baku untuk proses fermentasi asam laktat ;konsentrasi molase 90 g/L memberikan hasil paling maksimal terhadap perolehan asam laktat sebesar 1,62 g/L dan yield asam total tertinggi diperoleh pada konsentrasi molase 30 g/L dengan perolehan sebesar 0,375 (g.g-1)

Kata kunci : Fermentasi, Lactobacillus plantarum, molase

Abstract

The use of microbes in the production of lactic acid by fermentation processes have been widely used in various industries such as food and beverage industry . This study aims to produce lactic acid through fermentation with molasses substrates are easily available and cheap. Lactobacillus plantarum was inoculated at a concentration of molasses at 30 g / L , 60 g / L , and 90 g / L. The fermentation process takes place at 37 ° C , with a pH of 6 and the checking initially is only done when the fermentation process has ended . During fermentation carried out an analysis of the optical density (OD) and total acid levels were obtained. Based on the analysis we concluded that the substrate of molasses can be used as raw material for lactic acid fermentation process ; molasses concentration of 90 g / L gives the maximum result of the acquisition of lactic acid at 1.62 g / L and the highest yield was obtained at a total acid concentration of 30 g molasses / L with a gain of 0.375 ( g.g-1)

Keyword : Fermentation, Lactobacillus plantarum, molasses

PENDAHULUAN

Asam laktat merupakan bahan baku penting di banyak industri seperti industri makanan

dan minuman. Dengan pertumbuhan

tahunan sebesar 8,6% dari pasar asam laktat didunia 50% dipergunakan untuk industri maknaan dan minuman. Di indonesia sendiri penggunaan asam laktat cukup luas dalam

dunia industri atau dengan kata lain kebutuhan asam laktat masih sangat besar dimana nilai impor asam laktat mencapai 2 juta dolar dan harganya mencapai 1 dolar untuk satu kilogram. Asam laktat di dalam berada dalam dua bentuk optikal isomer

yaitu D(-) lactic acid dan L(+) lactic acid.

(2)

bisa meracuni manusia sedangkan L(+) lactic acid adalah isomer yang dipilih untuk makanan dan industri farmasi, karena tubuh

manusia hanya menghasilkan L-lactate

dehydrogenase. Isomer L(+) lactic acid juga merupakan bahan baku pembuatan PLA ( Jin Bo et al.,2005; J.M Dominguez et al.,1999). Asam laktat telah diproduksi secara komersial baik dengan proses sintesa kimia atau fermentasi bakterial. 70-80%

asam laktat dunia diproduksi secara

fermentasi bakterial dan sisanya diperoleh

secara sintesa kimia dari hidrolisis

lactonitrile (Jin Bo et al., 2005).

Fermentasi asam laktat oleh bakteri telah

banyak dikembangkan. Bakteri

Lactobacillus plantarum merupakan bakteri homofermentatif yang mampu menghasilkan

asam laktat. keterbatasan fermentasi

bakterial adalah tingginya biaya untuk pretreatment hidrolisis substrat menjadi

glukosa, penambahan nutrien spesifik

seperti yeast extract yang membuat

pembuatan asam laktat melalui proses fermentasi ini mahal. Oleh karena itu kini

telah banyak diteliti beberapa media atau substrat murah dan mampu menghasilkan asam laktat dengan bantuan mikroorganisme

pembuat asam laktat dengan proses

fermentasi bakterial dimana molase adalah salah satu substrat yang telah banyak diteliti dan dapat dipergunakan sebagai media untuk bakteri dalam memproduksi asam

laktat (Stanbury et al., 1984; Shuler et

al,.1992).

Glukosa dan sukrosa murni jarang

digunakan untuk industrial scale fermentasi

terutama karena harganya yang mahal. Oleh

karena itu digunakan molase yang

merupakan sebuah produk sampingan dari tebu dan produksi gula bit yang lebih murah dan bisa digunakan sebagai pengganti sukrosa dimana kandungan gula dari molase terutama sukrosanya berkisar pada 40-55%. Molase merupakan produk limbah dari industri gula dimana produk ini merupakan bahan baku yang sangat baik untuk industri fermentasi (Monteagudo et al., 1997).

Molase dari tebu dapat dibedakan menjadi 3 jenis yakni molase kelas 1, kelas 2 dan

(3)

blackstrap. Molase kelas 1 didapatkan dari hasil proses pendidihan (pengkristalan) pertama tanaman gula tebu. Saat proses pengkristalan terdapat sisa jus yang tidak mengkristal dan berwarna bening, sisa jus inilah yang langsung diambil sebagai molase kelas 1. Kemudian molase kelas 2 atau biasa

disebut dengan dark diperoleh saat proses

pengkristalan kedua. Warnanya agak

kecoklatan sehingga molase ini diberikan

istilah dark. Dan molase kelas akhir atau

blackstrap diperoleh dari kristalisasi

terakhir. Warna blackstrap ini memang

mendekati hitam (coklat tua) sehingga molase kelas akhir ini diberikan istilah blackstrap. Molase jenis blackstrap ini memiliki kandungan zat-zat yang berguna

lainnya disamping sukrosa sebagai

kandungan utama. Kandungan zat-zat dalam blackstrap antara lain kalsium, magnesium, potasium, dan besi. Oleh karena itu pada penelitian ini menggunakan molase jenis blackstrap yang akan digunakan sebagai substrat untuk proses fermentasi asam laktat

dengan bantuan dari bakteri Lactobacillus

plantarum (Roukas, 1998).

METODE PENELITIAN Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam proses

pembuatan asam laktat adalah fermentor,

autoklaf, waterbath inkubator, gelas kimia,

gelas ukur, indikator pH, centrifuge,

inkubator, cawan petri, labu ukur,

erlenmeyer, ependorf, tabung reaksi, kuvet dan maxi mix. Bahan-bahan yang digunakan

antara lain isolat bakteri Lactobacillus

plantarum, adalah potasium sulfat (K2SO4),

tembaga sulfat (CuSO4), asam sulfat

(H2SO4) pekat, indikator phenolphthalein,

natrium hidroksida (NaOH), asam klorida (HCl) dan air reverse osmosis (RO).

Preparasi Kultur

Kultur bakteri yang digunakan adalah Lactobacillus plantarum yang berasal dari

Laboratorium Mikrobiologi Institut

Teknologi Bandung (ITB), Bandung.

Medium pertumbuhan yang dipakai dalam

pembuatan isolat baru ini adalah MRS agar

(4)

untuk pertumbuhan bakteri Lactobacillus plantarum. Kemudian isolat bakteri yang berhasil ditumbuhkan dijadikan starter

bakteri yang akan digunakan dalam

pembuatan kurva penelitian pendahuluan dan penelitian utama. Starter bakteri merupakan kumpulan bakteri aktif yang dikembangbiakan pada medium fermentasi sehingga biakan dari bakteri ini dapat dengan cepat beradaptasi saat dimasukkan substrat atau media lainnya.

Isolat bakteri yang telah berhasil

ditumbuhkan digores dan dimasukkan

kedalam MRS cair untuk diinkubasi selama

24 jam dalam suhu 37oC. setelah 24 jam

larutan media bakteri tersebut dimasukkan kembali pada MRS cair dengan volume yang lebih besar dan kembali diinkubasi selama 24 jam. Bakteri dapat dijadikan sebuah starter jika bakteri ini telah memiliki nilai

OD diantara 0,5-0,8 saat dilakukan

pengecekan dengan menggunakan

spektrofotometer.

Pembuatan Kurva Kalibrasi

Penelitian ini menggunakan dua cara dalam proses penghitungan jumlah bakteri yakni metode cawan tuang dan metode berat sel kering. Berat sel kering diukur dengan mengambil 5 ml dari kultur yang telah dilakukan pengenceran berseri, dimana pengenceran yang dilakukan sampai pada

pengenceran kesepuluh (10-10). 5 ml dari

kultur tersebut kemudian di sentrifugasi

sehingga padatannya akan mengendap

terpisah dengan supernatannya. Supernatan hasil sentrifugasi dibuang dan padatannya

dikeringkan pada oven dengan suhu 95oC

dan kemudian dilakukan penimbangan untuk mengetahui berat sel dari setiap pengenceran yang dilakukan.

Metode cawan tuang dengan mengambil 1 ml dari tiap pengenceran yang telah dilakukan untuk dimasukkan kedalam cawan petri. MRS agar dibuat untuk dimasukkan sebanyak 15 ml kedalam cawan petri bersama 1 ml kultur tiap pengenceran tadi dan cawan petri ini diinkubasi selama 24

jam dengan suhu 37oC. setelah 24 jam

(5)

dengan kondisi perhitungan adalah hanya bakteri dengan jumlah koloni sebanyak 30-300 yang dihitung.

Pembuatan Kurva Tumbuh

Proses fermentasi dilakukan dalam

erlenmeyer yang telah berisi larutan MRS cair murni yang akan diisi dengan starter bakteri yang nilai OD telah diketahui. Sampling dilakukan setiap 1 jam sekali selama 24 jam atau sampai didapatkan keempat fase dari pertumbuhan bakteri Lactobacillus plantarum. Sampel yang diambil tiap jam tersebut diukur nilai ODnya

menggunakan spektrofotometer dan

dilakukan pengencekan terhadap berat sel keringnya.

Percobaan utama

Starter bakteri yang telah diketahui nilai OD dimasukkan kedalam gelas kimia 2 L yang telah berisi molase yang telah diketahui

konsentrasinya dengan metode luff-schrool.

Proses fermentasi berlangsung selama 24

jam pada suhu 37oC dengan pH awal yang

dijaga agar bernilai 6 sebelum fermentasi berlangsung. Gelas kimia digoyang dengan

kecepatan rpm 100 rpm/menit dan aerasi dibuat sebagai sumber oksigen untuk bakteri. Sampling dilakukan setiap 1 jam sekali untuk dicek nilai OD sampel tersebut serta analisis kadar asam total dengan metode titrasi dengan menggunakan NaOH.

HASIL DAN PEMBAHASAN Penghitungan jumlah bakteri

Dari hasil analisis didapatkan data bahwa semakin lama pengecerannya maka akan menyebabkan baik cawan tuang ataupun

berat sel kering akan menjadi

kecenderungan semakin besar, atau dengan kata lain penghitungan jumlah bakteri dengan metode cawan tuang dan berat sel kering memiliki hubungan yang sebanding.

Dari kurva yang didapat ini dapat

disimpulkan bahwa metode perhitungan dengan berat sel kering dapat digunakan

sebagai cross check dari hasil perhitungan

jumlah bakteri menggunakan cawan tuang. Kurva kalibrasi antara berat sel kering terhadap cawan tuang dapat dilihat pada

(6)

Gambar 1. Kurva kalibrasi bakteri Lactobacillus plantarum

Pembuatan Kurva Tumbuh

Berdasarkan analisis terhadap bakteri

Lactobacillus plantarum pada media MRS cair selama 24 jam didapatkan hasil bahwa bakteri tidak mengalami fase lag dalam percobaan ini dikeranakan inokulum bakteri yang dimasukkan dalam proses fermentasi asam laktat merupakan bakteri starter yang telah teraktifkan sehingga ketika percobaan dimukai bakteri dapat beradaptasi secara cepat dengan substrat yang baru yang mengakibatkan fase lag yang dihasikan pendek atau tidak terlalu lama. Fase logaritmik berlangsung hampir dari awal percobaan hingga pada jam ke-7 dimana

pada jam tersebut bakteri berkembang dengan sangat cepat menciptakan koloni baru. Setelah jam ke-7 bakteri kemudian mengalami fase stasioner dimana pada fase ini pertumbuhan bakteri yang didapat cenderung konstan dari waktu ke waktu hingga jam ke-17. Setelah itu nilai OD bakteri lama kelamaan akan turun yang

disebabkan oleh bakteri yang mulai

mengalami fase kematian dimana pada saat ini bakteri akan mati karena kekurangan makanan yang mensuplai kehidupan dari bakteri. Dari hasil analisis ini disimpulkan bahwa penelitian ini dapat berlangsung dalam rentang waktu 24 jam dengan pada rentang 0-13 jam bakteri akan mengalami fase logaritmik dan kemudian mengalami fase stasioner selama 6-7 jam lalu menuju fase kematian. Berdasarkan literatur, hasil peneltian ini sesuai dimana bakteri akan mengalami 4 fase pertumbuhan yakni fase adaptasi atau fase lag yang disusul dengan fase logaritmik, fase stasioner dan akhirnya fase kematian. Kurva pertumbuhan bakteri

dapat dilihat pada Gambar 2.

0 5E+09 1E+10 1.5E+10 2E+10 2.5E+10 3E+10 3.5E+10 0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 Ju m la h B ak te ri ( se l / m l) DCW (gram)

(7)

Gambar 2. Kurva pertumbuhan bakteri Lactobacillus plantarum

Percobaan Utama Analisis OD

Pada percobaan ini, diamati bagaimana

bakteri Lactobacillus plantarum dapat

bertumbuh dan berfermentasi terhadap substrat molase untuk menghasilkan asam laktat. berdaarkan hasil analisis didapatkan hasil yang tidak berbeda jauh antara kurva pertumbuhan bakteri pada media MRS dengan molase. Pada media molase sendiri bakteri mengalami fase lag yang singkat sehingga dapat dikatakan bahwa fase logaritmik telah dimulai sejak jam pertama bakteri mulai dimasukkan kedalam substrat. Hasil yang didapat pada penelitian ini

dimana pada saat konsentrasi substrat dinaikkan menjadi 60 g/L ataupun 90 g/L dibanding percobaan pertama yang hanya memakai 30 g/L, pertumbuhan bakteri tidak

selalu mengalami kenaikan bahkan

terkadang pertumbuhannya mengalami

perlambatan ataupun penurunan yang

ditandai dengan turunnya nilai OD. Hasil yang didapat ini sesuai dengan hasil studi literatur, kenaikan konsentrasi substrat tidak akan memberikan kecenderungan yang nyata terhadap pertumbuhan bakteri karena bakteri hanya memanfaatkan substrat secara optimal pada konsentrasi tertentu saja, dan pertumbuhan bakteri cenderung melambat pada konsentrasi substrat yang cukup tinggi (literatur). Kurva analisis OD dari bakteri pada substrat molase dapat dilihat pada

Gambar 3. 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 0 10 20 30 Ab so rb an si t (jam) OD DCW

(8)

Gambar 3. Kurva analisis OD bakteri Lactobacillus plantarum

Analisa Berat Sel Kering

Analisa berat sel kering ini tidak lepas hubungannya dari analisa nilai OD yang dilakukan pada percobaan utama. Data-data yang didapat pada analisa OD dimasukkan kedalam persamaan yang berasal dari kurva penelitian pendahuluan antara berat sel kering terhadap OD. Dari kurva tersebut, tiap data yang didapat kemudian dihitung berat sel kering dari tiap sampel yang didapat. Kurva dari analisa berat sel kering

dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Kurva pertumbuhan bakteri dalam media molase

Pada variasi substrat molase 30 g/L, 60 g/L, 90 g/L dari gambar diatas memperlihatkan hasil yang kurang baik untuk ketiga variasi konsentrasi dimana sel kering yang didapat tidak terlalu banyak sehingga kemungkinan aktivitas sel juga kurang baik dan tentu berpengaruh pada hasil yang didapatkan. Berdasarkan kurva diatas juga terlihat kecenderungan bahwa berat sel yang didapat pada awal reaksinya langsung terjadi peningkatan tiap jamnya sampai pada pengecekan sampel terakhir

pada jam ke-7. Terjadi penyimpangan

dimana pada penelitian ini terjadi penurunan perolehan berat sel kering setelah proses fermentasi berada pada jam ke 15, hal ini disebabkan karena terjadinya kesalahan saat akan menganalisis dimana kesalahan yang terjadi disebabkan karena adanya volume sampel yang terjatuh saat akan terjadinya 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 0 10 20 30 OD t (jam) Molase 90 g/L Molase 60 g/L Molase 30 g/L 0 0.001 0.002 0.003 0.004 0.005 0.006 0.007 0.008 0 10 20 30 D C W ( gr am )

waktu fermentasi (jam)

Molase 90 g/L Molase 60 g/L Molase 30 g/L

(9)

proses analisa dan juga proses sentrifugasi yang kurang tepat yang menyebabkan

larutan tidak bening saat dilakukan

pengecekan OD. Pada fase ini laju

pertumbuhan akhirnya menurun yang

biasanya disebabkan oleh kurangnya faktor pertumbuhan seperti vitamin dan unsur mineral. Berhentinya pertumbuhan juga

dapat disebabkan oleh berkurangnya

beberapa nutrient esensial dalam media atau karena terjadinya akumulasi autotoksin dalam media atau kombinasi dari keduanya (Shuler et al., 1996).

Analisa Kadar Asam Total

Kadar asam total didapat dari analisa dengan metode titrimetrik dimana sampel dipipet ke dalam labu erlenmeyer dan

ditambahkan akuades serta 2-3 tetes

indikator (phenolphtalein) sebelum dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N dimana dari volume titrasi NaOH yang didapat maka perolehan kadar asam totalnya dapat dihitung. Berikut dapat dilihat kadar asam dengan tiga konsentrasi molase yang

dipergunakan pada Gambar 5 dibawah ini.

Gambar 5 Kadar asam total bakteri pada molase

Dari ketiga grafik diatas didapatkan

kesimpulan bahwa pada awalnya asam laktat yang terbentuk dari proses reaksi substrat dengan bakteri berjalan lambat, dapat dilihat bahwa pada rentang waktu 5 jam pertama kadar asam total yang terbentuk tidak

memiliki kenaikan yang signifikan.

Kemudian setelah melewati 5 jam pertama, asam total yang diperoleh mengalami kenaikan yang signifikan sampai pada pengambilan sampel terakhir yakni pada jam ke-24. Kandungan akhir asam total tertinggi didapat pada variasi konsentrasi molase sebesar 90 g/L dengan kadar asam total sebesar 1,62 g/L dan kandungan asam total terkecil didapat pada variasi konsentrasi asam total 30 g/L dengan kadar asam

totalnya sebesar 1,53 g/L. Secara

keseluruhan dapat dikatakan bahwa bakteri Lactobacillus plantarum mampu untuk mendegradasi molase menjadi asam, hal ini

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2 0 10 20 30 V N aO H (m l) t (jam) Molase 90 g/L Molase 60 g/L Molase 30 g/L

(10)

diperlihatkan dengan adanya peningkatan konsentrasi asam total terhadap proses fermentasi. Namun perolehan kadar asam total yang rendah ini didapatkan karena ketidakadaan nutrisi lain dalam molase yang

menyebabkan bakteri tidak dapat

memproduksi asam laktat secara maksimal. Perolehan kadar asam total yang diperoleh dari hasil analisis ini dapat diasumsikan sebagai asam laktat karena bakteri asam laktat yang dipakai dalam penelitian ini merupakan bakteri yang tergolong dalam

jenis bakteri homofermentatif atau

homolactic dimana pada prosesnya hanya menghasilkan asam laktat sebagai produk

utama dan satu-satunya dari proses

fermentasi tersebut (OZEKI et al., 1996).

KESIMPULAN

Molase merupakan bahan baku murah yang dapat digunakan sebagai bahan baku dalam proses fermentasi asam laktat. perolehan asam tertinggi diperoleh pada variasi

konsentrasi molase 90 g/L dengan

konsentrasi 1,62 g/L. konsentrasi molase yang dipakai mencukupi untuk pertumbuhan

Lactobacillus plantarum untuk

memproduksi asam laktat.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima Kasih disampaikan kepada Ibu Judy

Retti atas bimbingannya selama penelitian ini

berlangsung dan kepada Iby Arry Miryanti

yang telah banyak membantu dalam

perjalanan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Jin Bo, Pinghe Yin, Yibong Ma, Ling Zha O (2005). Production of Lactic Acid and Fungal Biomassa by Rhizopus Fungi from Food Processing Waste Streams, Jurnal Ind. Microbiol. Biotechnol, 32 : 678 – 686, Enviromental Biotechnology, Australia.

J. M Dominguez, dan Vazquez, M (1999). Effect of the Operational Condition on Lactic Acid Production by Rhizopus oryzae, Cienc.Tecnol. Alinment. Vol.2, No.3. (113-118), Galicia, Spanyol. Stanbury Peter F., Allan Whitaker. 1984.

Principles of Fermentation Technology, Pergamon Press, New York.

Shuler Michael L., Fikret Kargi. 1992

Bioprocess Engineering Basic Concepts, Prentice-Hall International Inc., New Jersey.

Monteagudo, J.M., Rodriguez, L., Rincon, J.

& Fuertes, J. 1997. Kinetics of lactic

acid fermentation by Lactobacillus delbrueckii grown on beet molasses. Journal of Chemical Technology and

Biotechnology 68, 271–276.

Roukas, T. 1998. Pretreatment of beet

(11)

production. Process Biochemistry 33, 805–810.

OZEKI, EIICHI. 1996. Characteristics of

Poly(L-Lactide) as biodegradable

Gambar

Gambar 1. Kurva kalibrasi bakteri  Lactobacillus plantarum
Gambar  2.  Kurva  pertumbuhan  bakteri  Lactobacillus plantarum
Gambar  3.  Kurva  analisis  OD  bakteri  Lactobacillus plantarum
Gambar  5  Kadar  asam  total  bakteri  pada molase

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa hal yang membedakan atau menjadi ciri khusus dari kitab ini adalah pertama dalam perhitungan waktu salat pada kitab Tibyān al- Murīd menggunakan data

Jenis penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata yang tertulis dari orang-orang dan

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Taluta, Mulyadi, dan Hamel (2014) mengenai hubungan tingkat kecemasan dengan mekanisme koping pasien DM didapatkan

Pada tahun 1717 Gong Goan atau Dewan Cina ( Chineesen Road ) didirikan dan kapten Cina diberi kekuasaan untuk memberi ijin dan mensahkan pernikahan dan

Perubahan sosio-kultural di Keraton Yogyakarta mencakup perubahan dalam wujud pemikiran/pandangan atau ide yang diimplemetasikan secara tegas dengan sikap demokrasi Sultan

Mekanisme hambatan lainnya adalah produksi kitinase, pelekatan pada dinding sel cendawan, aktivitas peroksidase, induksi ketahanan (El Gouth et al., 2003), dan

Rancangan implikasi hasil penelitian ini adalah : setelah mengumpulkan data berupa instrumen variabel dan hasil analisis selesai dilakukan, selanjutnya dari