• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTUMBUHAN RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii (Doty 1988) MENGGUNAKAN MODEL PENANAMAN BERBEDA DI PULAU BURUNG, KEPULAUAN SERIBU JAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERTUMBUHAN RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii (Doty 1988) MENGGUNAKAN MODEL PENANAMAN BERBEDA DI PULAU BURUNG, KEPULAUAN SERIBU JAKARTA"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

i

PERTUMBUHAN RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii (Doty 1988)

MENGGUNAKAN MODEL PENANAMAN BERBEDA

DI PULAU BURUNG, KEPULAUAN SERIBU JAKARTA

SEPTYAN NUGRAHA

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pertumbuhan Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty 1988) Menggunakan Model Penanaman Berbeda di Pulau Burung, Kepulauan Seribu Jakarta adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Januari 2017 Septyan Nugraha NIM C24120070

(4)

ABSTRAK

SEPTYAN NUGRAHA. Pertumbuhan Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty 1988) Menggunakan Model Penanaman Berbeda di Pulau Burung, Kepulauan Seribu Jakarta. Dibimbing oleh Ridwan Affandi dan Zulhamsyah Imran.

Kapapphyus alvarezii merupakan salah satu jenis rumput laut yang banyak dibudidayakan karena merupakan sumber utama penghasil karaginan. Tujuan penelitian ini adalah membandingkan pertumbuhan K. alvarezii dengan model penanaman berbeda dan menganalisis kondisi lingkungan budi daya rumput laut K. alvarezii di sekitar perairan Pulau Burung. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap. Pertumbuhan K. alvarezii dievaluasi melalui laju pertumbuhan (LPH %) dan bobot rata-rata selama masa pemeliharaan baik untuk metode long line maupun rakit apung yang dimodifikasi, sementara kondisi lingkungan dievaluasi secara deskriptif dengan membandingkan nilai konsentrasi parameter fisika-kimia hasil pengamatan dengan kisaran kebutuhan lingkungan budi daya rumput laut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju pertumbuhan harian dan bobot rata-rata tertinggi didapatkan pada metode long line, sementara potensi produksi tertinggi didapatkan pada metode rakit apung yang dimodifikasi. Parameter pertumbuhan dan potensi produksi menunjukkan hasil yang signifikan berbeda (P<0,05) pada kedua metode. Kondisi lingkungan budi daya rumput laut memiliki kondisi yang sesuai bagi budi daya rumput laut.

Kata kunci: Kappaphycus alvarezii, laju pertumbuhan, long line, produksi, rakit apung modifikasi,

ABSTRACT

SEPTYAN NUGRAHA. Growth of Kappaphycus alvarezii (Doty 1988) Seaweed With Different Planting Models in Burung Island, Seribu Islands Jakarta. Supervised by Ridwan Affandi and Zulhamsyah Imran

Kappaphycus alvarezii is one of seaweed species, that it is mostly cultivated by coastal communities because it can be produced carragenan. The objective of this research is to compare K. alvarezii growth with different planting models, and analyze environmental conditions in cultivation location around Burung Island waters. Growth of K. alvarezii can be observed through daily growth rate and average weight growth during the planting period. While environmental condition was descriptive analyzed by compared water quality concentration value with standard for seaweed cultivation. Result showed that daily growth rate and weight growth was most high value on the long line method than modification floating raft method, however this model could has a higher production value. Both of method revealed that growth parameter had significant result (P<0,05) on statistic analysis. Overall water quality condition could support on seaweed cultivation.

Keywords: growth rate, Kappaphycus alvarezii, long line, production, raft modification.

(5)

v

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2017

SEPTYAN NUGRAHA

PERTUMBUHAN RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii (Doty 1988)

MENGGUNAKAN MODEL PENANAMAN BERBEDA

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pertumbuhan Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty 1988) Menggunakan Model Penanaman Berbeda di Pulau Burung, Kepulauan Seribu Jakarta. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan banyak pihak. Oleh karena itu, Penulis menyatakan terima kasih kepada: 1. Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan kesempatan untuk studi di

Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan.

2. Kementrian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi yang telah memberikan bantuan untuk menyelesaikan studi dalam bentuk beasiswa Bidikmisi.

3. Prof Dr Ir Djamar TF Lumban Batu MAgr selaku Pembimbing Akademik yang telah memberi saran dan masukan selama kegiatan perkuliahan di MSP-IPB. 4. Prof Dr Ir Ridwan Affandi DEA dan Dr Zulhamsyah Imran SPi MSi selaku

dosen pembimbing yang telah memberikan arahan, saran, dan bimbingan yang bermanfaat kepada Penulis dalam penulisan skripsi ini.

5. Dr Ir Niken Tunjung Murti Pratiwi MSi selaku penguji luar komisi pembimbing dan Dr Majariana Krisanti SPi MSi selaku perwakilan Komisi Pendidikan Program S1 Manajemen Sumberdaya Perairan yang telah memberikan arahan dan masukan dalam penyempurnaan tulisan ini.

6. Keluarga besar (Ibu Yayan Suwarsih) atas seluruh dukungan yang diberikan selama menyelesaikan masa studi di MSP-IPB.

7. Keluarga besar Bapak Ahmad Fadillah di Pulau Pari yang telah membantu dalam penelitian.

8. Seluruh staf departemen MSP yang telah membantu dalam pelaksanaan kegiatan perkuliahan dan penelitian.

9. Seluruh rekan penelitian di Kepulauan Seribu atas bantuannya selama penelitian.

Skripsi ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2017 Septyan Nugraha

(9)

ix

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

Latar belakang 1

Perumusan masalah 2

Tujuan 2

METODE 3

Lokasi dan waktu 3

Model penanaman 3

Rancangan percobaan 5

Prosedur budi daya rumput laut 6

Pengumpulan data 7

Analisis data 7

HASIL DAN PEMBAHASAN 9

Hasil 9

Pembahasan 12

KESIMPULAN DAN SARAN 14

Kesimpulan 14 Saran 14 DAFTAR PUSTAKA 14 LAMPIRAN 17 RIWAYAT HIDUP 21

(10)

DAFTAR TABEL

1 Parameter dan metode pengukuran parameter lingkungan perairan 7 2 Kondisi lingkungan di lokasi penanaman rumput laut K. alvarezii 9 3 Laju pertumbuhan harian K. alvarezii di Pulau Burung 11 4 Perbandingan laju pertumbuhan harian dengan penelitian lain 11 5 Estimasi potensi produksi K. alvarezii di Pulau Burung 12

DAFTAR GAMBAR

1 Diagram alir perumusan masalah penelitian pertumbuhan K. alvarezii 2 2 Model penanaman metode long line 3 3 Lokasi penanaman dan pengambilan contoh parameter lingkungan 4

4 Model penanaman rakit apung yang dimodifikasi 5

5 Rancangan percobaan penelitian rumput laut K. alvarezii 6

6 Bobot rata-rata (g/rumpun) K. alvarezii 10

DAFTAR LAMPIRAN

1 Data hasil uji perbandingan (uji t) 17

2 Data rumput laut K. alvarezii selama masa pemeliharaan 18 3 Contoh perhitungan estimasi potensi produksi rumput laut 19 4 Dokumentasi penelitian K. alvarezii di Perairan Pulau Burung 20

(11)

1

PENDAHULUAN

Latar belakang

Kappaphycus alvarezii merupakan spesies rumput laut yang paling banyak dibudidayakan karena jenis ini merupakan sumber utama penghasil karaginan atau bersifat karaginofit (Campo et al. 2009). K. alvarezii banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk panganan konsumsi seperti dodol rumput laut dan manisan rumput laut di Kepulauan Seribu. Menurut Faisal et al. (2013), jenis K. alvarezii selain dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi juga dapat dijadikan pakan alami pada budi daya ikan baronang. Fakta ini memberikan peluang sekaligus tantangan untuk mengembangkan dan memproduksi rumput laut di Kepulauan Seribu.

Kontribusi wilayah Perairan Kepulauan Seribu walaupun sangat kecil terhadap produksi rumput laut Indonesia, namun memiliki peran yang cukup penting karena dapat mendukung kegiatan sektor pariwisata di kawasan tersebut. Produksi rumput laut di Kepulauan Seribu mengalami peningkatan hingga tahun 1999 kemudian menurun dari tahun 2000 hingga sekarang. Menurunnya produksi rumput laut di Perairan Kepulauan Seribu menjadi salah satu alasan ditetapkannya wilayah ini dalam program revitalisasi komoditi perikanan (DJPB 2005). Salah satu wilayah sentra budi daya rumput laut yang ada di Kepulauan Seribu, berada di sekitar Perairan Pulau Pari dan Pulau Burung.

Perkembangan produksi rumput laut di Pulau Pari dan Pulau Burung telah dimulai sejak tahun 1968. Proses perkembangan tersebut diawali melalui teknik stek rumput laut yang diikat pada rakit (Soegiarto et al. 1980). Seiring berkembangnya teknologi, jenis rumput laut K. alvarezii menurut Trono (1992) banyak ditanam dengan menggunakan metode long line (monoline) dan metode rakit. Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan Hugh (2003) bahwa metode yang banyak digunakan untuk menanam rumput laut adalah metode rakit dan metode long line. Wijayanto et al. (2011) menyatakan bahwa pertumbuhan rumput laut Eucheuma cottonii menggunakan metode rakit apung memiliki nilai rata-rata laju pertumbuhan dan pertumbuhan nisbi yang lebih tinggi dibandingkan pada metode long line dan metode lepas dasar di Teluk Kalianda Lampung. Selanjutnya Hurtado (1992) menyebutkan bahwa laju pertumbuhan rumput laut menggunakan metode long line di Perairan Filipina sebesar 6,7% per hari. Pertumbuhan yang cepat tersebut diduga menjadi faktor utama petani rumput laut banyak menggunakan kedua metode tersebut.

Kedua metode tersebut telah banyak digunakan oleh petani rumput laut di Kepulauan Seribu, namun informasi mengenai model penanaman yang lebih baik diantara kedua model penanaman tersebut masih minim. Ketersediaan informasi yang minim mengenai kedua model penanaman tersebut dan kondisi lingkungan di Pulau Burung menjadi latar belakang dari penelitian ini. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar dalam upaya pengembangan untuk meningkatkan produksi rumput laut di Kepulauan Seribu. Pengembangan rumput laut ini juga diarahkan untuk mendukung kegiatan budi daya ikan baronang yang salah satu jenis pakan alaminya adalah rumput laut dan juga untuk mendukung kegiatan pariwisata di kawasan tersebut.

(12)

Perumusan masalah

Perairan Pulau Burung merupakan salah satu lokasi budi daya rumput laut K. alvarezii di Kepulauan Seribu. Ekosistem perairan didominasi oleh terumbu karang dan menjadikan Pulau Burung sangat potensial untuk kegiatan budi daya K. alvarezii. Budi daya rumput laut K. alvarezii di sekitar Perairan Pulau Burung menggunakan metode long line dan metode rakit. Kedua metode tersebut banyak digunakan karena diduga rumput laut K. alvarezii tumbuh lebih cepat dengan menggunakan kedua metode tersebut. Pertumbuhan yang cepat tersebut dapat dilihat melalui pertambahan bobot rumput laut K. alvarezii.

Informasi yang minim mengenai metode yang lebih baik diantara metode long line atau metode rakit untuk pertumbuhan rumput laut K alvarezii di Pulau Burung, merupakan salah satu hal yang perlu dikaji pada budi daya rumput laut di sekitar perairan tersebut. Penurunan kualitas perairan diduga mempengaruhi pertumbuhan rumput laut yang ditanam, bahkan menjadi salah satu faktor yang menyebabkan produksi rumput laut K. alvarezii menurun. Kondisi tersebut menyebabkan terjadinya penurunan minat masyarakat untuk menanam rumput laut, sehingga diperlukan kajian sebagai dasar dalam upaya meningkatkan kembali produksi rumput laut K. alvarezii di Pulau Burung. Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka kerangka pikir penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Diagram alir perumusan masalah penelitian pertumbuhan K. alvarezii

Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) membandingkan pertumbuhan dan potensi produksi rumput laut K. alvarezii dengan menggunakan model penanaman berbeda (metode long line dan metode rakit apung yang dimodifikasi) dan; (2) menganalisis kondisi lingkungan budi daya rumput laut (fisika kimia perairan) selama masa pemeliharaan.

Bibit rumput laut

Pertumbuhan Metode-Metode

penanaman rumput laut

Kondisi lingkungan Metode penanaman

dan kondisi lingkungan yang mendukung kegiatan

budi daya rumput laut

Peningkatan produksi

(13)

3

METODE

Lokasi dan waktu

Penelitian dilaksanakan di Perairan sekitar Pulau Burung, Kabupaten Kepulauan Seribu, DKI Jakarta (Gambar 2). Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret–April 2016, dengan masa penanaman rumput laut 40 hari.

Model penanaman

Teknik penanaman rumput laut yang digunakan pada penelitian ini terdiri atas dua model penanaman yakni metode long line dan metode rakit apung yang dimodifikasi. Metode long line yang digunakan mengikuti standar Badan Standarisasi Nasional (2010). Sebaliknya metode rakit apung yang digunakan mengikuti standar Badan Standarisasi Nasional (2011), namun dengan sedikit modifikasi.

Metode long line

Pada penelitian ini ukuran yang digunakan pada metode long line yaitu 3 x 2 m. Jumlah lajur (line) yang digunakan tiga lajur. Jarak tanam antar rumpun 30 cm. Pelampung kecil yang digunakan berjumlah sepuluh buah. Jangkar dibuat dengan menggunakan patok besi berjumlah empat untuk jangkar utama, dan sepuluh buah untuk jangkar pembantu. Jumlah rumpun dalam setiap lajur sembilan rumpun. Model penanaman dengan metode long line (tampak atas) dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Model penanaman metode long line

1 m

(14)

Ga m bar 3 Lokasi penan am an dan pe ngam bil an cont oh par am ete r li ngkun gan

(15)

5

Metode rakit apung yang dimodifikasi

Metode rakit apung yang digunakan merupakan metode rakit apung yang dimodifikasi (Gambar 4, tampak samping dan tampak tiga dimensi). Modifikasi yang dilakukan adalah berupa penanaman yang dilakukan secara vertikal dan menggunakan pipa PVC. Rakit yang digunakan berjumlah tiga buah. Jarak antara satu rakit dengan rakit lain satu meter. Jarak tanam bibit pada setiap lajur rakit bekisar kurang lebih 30 cm. Pelampung yang digunakan berjumlah enam buah (dua buah untuk setiap rakit). Rumpun pada setiap rakit berjumlah sembilan buah rumpun rumput laut.

a. Tampak samping

b. Tampak tiga dimensi

Gambar 4 Model penanaman rakit apung yang dimodifikasi

Rancangan percobaan

Rancangan yang digunakan pada penelitian yaitu rancangan acak lengkap (RAL). Pada umumnya rancangan acak lengkap biasa digunakan untuk percobaan

(16)

yang memiliki media atau lingkungan percobaan yang seragam atau homogen (Welham et al. 2014). Rancangan pada penelitian dapat dilihat melalui Gambar 5 (tampak atas) terdiri atas dua perlakuan dengan tiga ulangan. Perlakuan terdiri dari perlakuan metode long line ( A) dan perlakuan metode rakit apungmodifikasi (B). Jarak antar lajur baik pada metode long line maupun metode rakit memiliki jarak 1 m.

Gambar 5 Rancangan percobaan penelitian rumput laut K. alvarezii

Keterangan : (A) metode long line dan (B) metode rakit apung yang dimodifikasi

Prosedur penanaman rumput laut K. alvarezii

Prosedur penanaman rumput laut K. alvarezii pada penelitian ini terdiri atas tiga tahapan utama yaitu persiapan, pemeliharaan, dan pemanenan.

1. Persiapan

Proses persiapan dilakukan dengan mempersiapkan alat dan bahan untuk budi daya, baik pada metode long line maupun metode rakit apung yang dimodifikasi. Kemudian setelah melakukan persiapan alat dan bahan dilakukan penanaman bibit menggunakan model long line dan model rakit apung. Selanjutnya bibit rumput laut di ikat, pengikatan di lakukan pada pangkal/tengah dari thallus rumput laut. Bibit diikat dengan jarak kurang lebih 30 cm baik pada model long line dan model rakit apung. 2. Pemeliharaan

Pada setiap minggu pengamatan (10 hari) dilakukan pembersihan bibit dari alga, organisme penempel, maupun rumput laut lain yang menempel pada tali dan rakit. Selain itu dilakukan pengecekan kondisi pelampung, tali, dan kondisi rumput laut K. alvarezii. Selain itu pada setiap minggu pengamatan dilakukan pengukuran bobot basah dari setiap rumpun rumput laut K. alvarezii yang ditanam

3. Panen

Proses panen dilakukan dengan mengambil setiap rumpun baik pada metode long line maupun metode rakit apung yang dimodifikasi setelah 40 hari masa penanaman.

1 m 1 m

1 m

(17)

7

Pengumpulan data

Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer yaitu bobot basah (gram) dan parameter lingkungan (fisika-kimia perairan). Bobot basah (gram) ditimbang untuk mengetahui pertumbuhan (Perubahan bobot (gr) dan Laju pertumbuhan harian (%) dalam setiap minggu pengamatan. Perubahan bobot (gr) dihitung dari rata-rata bobot pada setiap rumpun dalam setiap lajur. Berikutnya laju pertumbuhan harian dihitung berdasarkan delta (selisih) dari bobot (gr) antar minggu pengamatan selama masa pemeliharaan (40 hari).

Pengukuran contoh rumput laut dilakukan setiap 10 hari, sementara pengambilan contoh parameter lingkungan dilakukan pada awal, tengah, dan akhir dari masa pemeliharaan. Parameter lingkungan yang di ukur disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Parameter dan metode pengukuran parameter lingkungan perairan No Parameter Satuan Metode/alat

1 Suhu oC Potensiometrik/DO meter

2 Kecerahan m Visual /secchi disk 3 Kedalaman m Visual/tali berskala 4 Arus m/det Visual/floating dredge 5 Salinitas psu Hidrometrik/Refraktometer 6 Oksigen terlarut mg/L Potensiometrik/DO-meter

7 pH - elektrometrik/pH-meter

8 Nitrit mg/L Sulfanic Acid/Spectophotometer 9 Nitrat mg/L Brucine/Spectophotometer 10 Ortofosfat mg/L Ascorbic Acid/Spectophotometer

Analisis data Laju pertumbuhan harian

Laju pertumbuhan rumput laut (%) dihitung dengan menggunakan persamaan laju pertumbuhan harian (LPH)/daily growth rate (DGR) (Munoz et al. 2004), berikut ini

DGR = ( Ln Wt-Ln W0

Δt ) x 100

Keterangan :

DGR : Daily growth rate / laju pertumbuhan (%)

Wt : Rata-rata bobot basah rumput laut per rumpun pada waktu t hari (gram)

W0 : Rata-rata bobot basah rumput laut per rumpun pada awal pemeliharaan (gram)

Δt : Waktu antar pengamatan (setiap 10 hari) selama 40 hari masa penanaman

(18)

Potensi produksi rumput laut

Potensi produksi rumput laut diduga melalui estimasi produksi pada luasan percobaan ke dalam luasan area yang dapat dimanfaatkan untuk budi daya rumput laut dalam satu tahun (dengan asumsi satu tahun terdapat empat kali musim tanam). Produksi rumput laut pada luasan percobaan diduga melalui persamaan berikut

Y = Wt - W0

A

Keterangan :

Y : Produksi rumput laut (kg/m2)

Wt : Bobot basah total pada waktu t hari (gram) / bobot akhir dari penanaman

W0 : Bobot basah total pada awal pemeliharaan (gram) A : Luas amatan percobaan (m2)

Model RAL

Model rancangan percobaan menggunakan model rancangan acak lengkap (RAL), dengan persamaan (Welham et al. 2014)

Yijk =

µ

+

τ

i+

ε

ij Keterangan :

µ

: Rata-rata / nilai tengah

τ

i : Pengaruh perlakukan perbedaan model penanaman

ε

ij : Galat perlakuan

Asumsi yang digunakan agar dapat dilakukan pengujian secara statistika adalah: a. µ dan 𝜏i bernilai tetap

b. µ, 𝜏i dan

ε

ij saling aditif

c.

ε

ij ≈ N (0, 𝜎2) artinya

ε

ij menyebar secara normal dengan nilai rata-rata = 0 dan ragam sebesar 𝜎2

d.

ε

ij bebas satu ama lain

Analisis parameter lingkungan (Kualitas air)

Analisis parameter lingkungan (fisika-kimia) perairan dianalisis melalui pendekatan secara deskriptif. Pendekatan ini bertujuan untuk mengetahui kondisi lingkungan atau kualitas air di lokasi penanaman rumput laut K. alvarezii dengan membandingkan nilai konsentrasi hasil pengamatan dengan baku mutu/kisaran kebutuhan lingkungan budi daya rumput laut menurut DJPB (2005) dan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut.

Uji perbandingan

Uji perbandingan dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan bobot rata-rata, laju pertumbuhan harian, dan potensi produksi antara metode long line, dan metode rakit apung yang dimodifikasi. Perbedaan tersebut digunakan

(19)

9

untuk mengetahui pengaruh dari perbedaan model penanaman terhadap pertumbuhan rumput laut K. alvarezii. Uji perbandingan tersebut dianalisis melalui uji kesamaan menggunakan Uji-t (t test), dengan persamaan

t = 𝑋̅1−𝑋̅2 𝑆𝑝 √1 𝑛1+ 1 𝑛2 Keterangan :

thit > ttabel = kedua sampel yang diuji berbeda nyata thit < ttabel = kedua sampel yang diuji tidak berbeda nyata

Uji dilakukan pada data setiap minggu pengamatan, setiap 10 hari dari 40 hari waktu pengamatan. Berdasarkan nilai uji setiap minggu pengamatan tersebut dapat ditarik kesimpulan mengenai perbedaan pertumbuhan dan produksi pada kedua metode.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Kondisi lingkungan di lokasi penanaman rumput laut K. Alvarezii

Kondisi lingkungan pada lokasi penanaman rumput laut K. alvarezii dapat diketahui melalui nilai parameter fisika-kimia perairan. Kondisi lingkungan yang diamati pada awal, tengah, dan akhir masa penanaman disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Kondisi lingkungan di lokasi penanaman rumput laut K. alvarezii

Parameter Waktu Kebutuhan untuk budi daya

rumput laut Awal Tengah Akhir

Kedalaman (m) 6,80 7,40 8,00 2,00-10,00a Kecepatan arus (m/s) 0,49 1,92 0,96 0,15-0,50a Kecerahan (m) 2,04 3,00 3,10 > 5,00a Suhu (oc) 29,00 29,00 30,40 28,00-30,00a Salinitas (psu) 29,00 29,00 30,00 29,00-35,00b pH 7,86 8,02 8,00 7,00-8,50a DO (mg/L) 7,02 7,60 7,40 - Nitrit (mgLl) 0,003 0,023 0,002 - Nitrat (mg/L) 0,100 0,184 0,070 0,100-0,800c Ortofosfat (mg/L) 0,010 0,013 0,004 0,010-0,800c Sumber : (a) Kep-MENLH No.51 (2004), (b) DJPB (2005), (c) Aslan (1988)

Tabel 2 menunjukkan bahwa nilai parameter fisika kimia perairan yang diukur seperti kedalaman, suhu, salinitas, pH, nitat dan ortofosfat masih sesuai dengan standar kebutuhan untuk budi daya rumput laut K. alvarezii. Nilai kecepatan arus dan kecerahan kurang memenuhi nilai standar. Keseluruhan hasil

(20)

tersebut menunjukkan bahwa kondisi lingkungan pada lokasi penanaman, memiliki kondisi yang masih layak untuk penanaman rumput laut K. alvarezii.

Bobot rata-rata (g/rumpun) selama masa pemeliharaan

Perubahan bobot rata-rata rumput laut K. alvarezii merupakan gambaran pertumbuhan bobot selama masa pemeliharaan. Nilai perubahan bobot rata-rata disajikan pada Gambar 6.

Hari ke 0 10 20 30 40 50 B obot (g) 0 100 200 300 400 500

metode long line

metode rakit apung modifikasi

Gambar 6 Bobot rata-rata (g/rumpun) K. alvarezii

Bobot rata-rata K. alvarezii mengalami tren naik setiap minggu pengamatan pada kedua metode hingga masa panen. Kenaikan perubahan bobot tersebut terjadi secara perlahan dari awal hingga masa panen, yang berarti pertumbuhan tidak meningkat secara signifikan tetapi secara bertahap. Hasil tersebut menunjukkan bahwa rumput laut K. alvarezii mengalami pertumbuhan bobot selama pengamatan. Perubahan bobot rata-rata K. alvarezii pada kedua metode melalui uji statistik (Lampiran 1) berbeda nyat. Dengan demikian dapat disimpulkan perbedaan metode penanaman mempengaruhi bobot rata-rata rumput laut K. alvarezii.

Laju pertumbuhan harian (Daily growth rate)

Laju pertumbuhan harian (LPH) dapat menggambarkan kecepatan pertumbuhan rumput laut K. alvarezii. Laju pertumbuhan harian rumput laut K. alvarezii di Pulau Burung disajikan pada Tabel 3, sementara perbandingan laju pertumbuhan harian pada metode dan lokasi lain disajikan pada Tabel 4.

Tabel 3 menunjukkan adanya penurunan laju pertumbuhan harian dalam setiap minggu selama masa pemeliharaan. Nilai rata-rata laju pertumbuhan harian selama 40 hari pada metode long line yaitu 5,12% sementara pada metode rakit apung modifikasi 3,99%. Hasil uji statistik (Lampiran 1) menunjukkan bahwa laju pertumbuhan harian K. alvarezii pada kedua metode berbeda nyata. Dengan

(21)

11

demikian dapat disimpulkan perbedaan metode penanaman mempengaruhi laju pertumbuhan harian K. alvarezii. Selain itu dapat diketahui laju pertumbuhan harian pada metode long line memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode rakit apung yang dimodifikasi.

Tabel 3 Laju pertumbuhan harian (%) K. alvarezii di Pulau Burung

Periode waktu (hari) DGR (%)

long line Rakit apung modifikasi

0-10 7,51 5,26

11-20 6,07 4,90

21-30 3,97 3,22

31-40 2,92 2,58

0-40 5,12 3,99

Tabel 4 Perbandingan laju pertumbuhan harian dengan penelitian lain Metode penanaman DGR (%) Penelitian Lokasi

Long line 2,9-7,5 Penelitian ini (2016) Pulau Burung 0,2-3,2 Hurtado et al. (2001) Caluya Rakit apung

modifikasi 2,5-5,3 Penelitian ini (2016) Pulau Burung Rakit bambu 4,0-5,0 Bulboa dan Paula (2005) Sao Paulo Rakit pipa PVC 3,7-7,1 Hurtado (1992) Sao Paulo Metode lepas dasar 2,0-8,1 Munoz et al.(2004) Yucatan Vertikultur 3,9 Syahlun et al. (2013) Pulau Bawulu Vertikal line 1,9-6,3 Glen dan Doty (1990) Hawaii

Tabel 4 menunjukkan bahwa nilai laju pertumbuhan harian rumput laut K. alvarezii yang ditanam menggunakan beberapa metode penanaman memiliki rentang nilai yang hampir sama dengan penelitian ini. Rentang nilai laju pertumbuhan harian dari kedua metode penanaman pada penelitian ini memiliki nilai yang lebih baik dibandingkan beberapa metode, seperti metode vertikultur oleh Syahlun et al. (2013) dan rakit bambu oleh Bulboa dan Paula (2005).

Potensi produksi rumput laut

Potensi produksi rumput laut diestimasi berdasarkan produksi pada luasan area percobaan. Produksi pada luasan percobaan memiliki nilai yang lebih tinggi pada metode rakit apung yang dimodifikasi. Berdasarkan uji statistik (Lampiran 1) menunjukkan hasil yang berbeda nyata. Dengan demikian dapat disimpulkan perbedaan metode penanaman memberikan pengaruh terhadap produksi pada luasan percobaan. Data produksi pada luasan percobaan yang sama (Lampiran 2) dapat menduga potensi produksi selama satu tahun. Potensi produksi K. alvarezii di Pulau Burung selama satu tahun disajikan pada Tabel 5 dan Lampiran 3.

Berdasarkan hasil estimasidapat diketahui potensi produksi rumput laut K. alvarezii dengan menggunakan metode long line adalah 117,6 ton/tahun dan metode rakit apung modifikasi memiliki potensi sebesar 201,6 ton/tahun. Hasil

(22)

estimasi potensi produksi tersebut menunjukkan bahwa penggunaan metode rakit apung yang dimodifikasi memiliki hasil yang lebih tinggi dan efektif secara luasan tanam dibandingkan metode long line.

Tabel 5 Estimasi potensi produksi K. alvarezii di Perairan sekitar Pulau Burung

Hasil estimasi Metode long

line

Metode rakit apung modifikasi Produksi pada luasan uji coba (ton/m2) 1,47 x 10-4 2,52 x 10-4 Luas satu unit budi daya (m2) 100 100 Produksi per unit budi daya (ton/unit) 0,0147 0,0252

Luas lahan (m2) 500000 500000

Luas lahan efektif (m2)a 200000 200000

Jumlah unit budi daya (unit) 2000 2000

Total potensi per musim tanam(ton/musim tanam)

29,4 50,4

Total potensi per tahun (ton/tahun)b 117,6 201,6

Keterangan : aLuas lahan efektif merupakan luasan lahan yang dapat digunakan untuk budi daya

rumput laut K. alvarezii, pada penelitian ini luas lahan efektif didapatkan dari 40 % luas lahan yang tersedia, bMusim tanam rumput laut sebanyak empat kali musim tanam dalam satu tahun

Pembahasan

Parameter lingkungan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan rumput laut. Nilai kecepatan arus dan kecerahan yang didapatkan masih belum memenuhi nilai standar. Kecepatan arus merupakan faktor ekologi primer yang memungkinkan terjadinya aerasi, menyuplai nutrien secara tetap, membantu menghindari bahan-bahan tersuspensi dalam air dan epifit serta menyebabkan fluktuasi salinitas dan suhu yang kecil (Bulboa dan Paula 2005). Nilai arus tersebut memiliki nilai yang lebih tinggi dari standar. Kecepatan arus yang tinggi dapat menyebabkan thallus patah, sebaliknya apabila arus lemah maka patogen khususnya bakteri menjadi sangat motil dan cepat menyerang permukaan thallus (Largo 2002; Harrison dan Hurd 2001).

Nilai kecerahan memiliki nilai yang kurang dari standar. Nilai tersebut dapat mempengaruhi penerimaan cahaya terhadap rumput laut untuk proses fotosintesis. Proses fotosintesis tersebut dapat mempengaruhi proses metabolisme yang berakhir kepada proses pertumbuhan. Pendapat tersebut didukung oleh Arisandi et al. (2011) yang menyatakan bahwa, nilai kecerahan akan mempengaruhi besarnya intensitas cahaya, besarnya intensitas tersebut dapat mempengaruhi proses fotosintesis dan metabolisme untuk pertumbuhan. Nilai arus dan kecerahan yang rendah akan menyebabkan kurang optimalnya proses metabolisme yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dari rumput laut K. alvarezii.

Pertumbuhan rumput laut K. alvarezii dapat dilihat melalui bobot rata-rata per rumpun (gr) dan laju pertumbuhan harian (%). Kedua parameter tersebut telah banyak digunakan sebagai patokan untuk melihat pertumbuhan rumput laut (Erlania dan Radiarta 2014). Tren meningkatnya bobot rata-rata dan laju pertumbuhan harian menggambarkan bahwa adanya pertumbuhan selama masa penanaman. Selain itu nilai rata-rata laju pertumbuhan harian pada kedua metode masih berada di atas 3% baik pada metode long line maupun metode rakit apung yang

(23)

13

dimodifikasi. Hal demikian menunjukkan bahwa budi daya rumput laut K. alvarezii di Pulau Burung masih dapat dikategorikan baik. Pendapat tersebut didukung oleh Fadilah (2014) yang menyatakan bahwa, kegiatan penanaman rumput laut masih dapat dikategorikan baik apabila memiliki rata-rata laju pertumbuhan harian minimal 3%.

Pertumbuhan K. alvarezii memiliki kondisi yang lebih baik pada metode long line dibandingkan metode rakit apung yang dimodifikasi. Hal tersebut diduga karena perbedaan mendapat cahaya matahari dan K. alvarezii terserang penyakit ice-ice. Penyakit ice-ice tersebut dapat dilihat melalui warna thallus yang memucat dan menjadi putih. Pendapat tersebut didukung oleh Largo (2002) yang menyatakan bahwa, penyakit ice-ice ditandai dengan timbulnya bintik/bercak-bercak merah pada sebagian thallus yang lama kelamaan menjadi kuning pucat dan akhirnya berangsur-angsur menjadi putih. Thallus yang memutih menjadi rapuh dan mudah putus.

Rumput laut K. alvarezii yang terserang penyakit disebabkan karena tidak berfungsinya substansi ekstraseluler yang bersifat protektif, terutama saat dalam kondisi stress dan patahnya thallus (Yulianto dan Hatta 1996). Arus yang kuat diduga menjadi penyebab patahnya thallus sehingga menyebabkan luka dan memudahkan bakteri penyebab ice-ice mudah menyerang. Pendapat tersebut didukung oleh Vairappan et al. (2010) yang menyatakan bahwa, K. alvarezii lebih cepat terinfeksi apabila terdapat bekas luka yang menjadi jalan masuk bakteri patogen. Wiencke dan Bischof (2012)menyatakan bahwa, Infeksi tersebut terjadi melalui beberapa cara yaitu infeksi pada luka bekas pemotongan bibit atau patahan, luka akibat gigitan ikan, luka akibat ikatan bibit terlalu erat.

Walau demikian dari segi potensi produksi metode rakit apung yang di modifikasi memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan metode long line. Hal tersebut disebabkan karena penanaman metode rakit apung yang dimodifikasi secara vertikal. Proses penanaman secara vertikal tersebut memberikan produksi yang lebih efektif dalam skala luasan tanam dibandingkan metode long line. Pendapat tersebut didukung oleh Widowati et al. (2015); Susilowati et al. (2012). Yang menyatakan bahwa, penanaman rumput laut secara vertikal dengan memanfaatkan kolom air memberikan efisiensi yang lebih tinggi terhadap produksi rumput laut

Oleh sebab itu berdasarkan hasil analisis pertumbuhan dan potensi produksi tersebut, perlu dilakukan pengembangan dan pengelolaan dalam budi daya rumput laut K. alvarezii di Pulau Burung. Proses pengembangan dan pengelolaan dapat berupa sosialiasi penerapan SNI dan CBIB (cara budi daya ikan yang baik) bagi rumput laut sebagaimana disarankan oleh DJPB (2015) dan Mangampa (2012), penerapan RZWP3K (Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil) untuk zona budi daya rumput laut, serta pembentukan kelompok-kelompok petani rumput laut agar proses pengarahan dan perizinan lebih dapat dikontrol dan dimonitoring oleh lembaga. Aspek-aspek pengelolaan tersebut diharapkan dapat memicu peningkatan produksi dan kualitas rumput laut di Pulau burung dan Pulau sekitarnya, sehingga kegiatan budi daya rumput laut K. Alvarezii dapat meningkat dan berkelanjutan.

(24)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kesimpulan pada penelitian ini yaitu (1) penanaman rumput laut K. alvarezii dengan menggunakan metode long line memiliki laju pertumbuhan harian dan bobot rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan metode rakit apung yang dimodifikasi. Sebaliknya potensi produksi memiliki nilai lebih tinggi pada metode rakit apung yang dimodifikasi; (2) Kondisi lingkungan perairan di sekitar Pulau Burung masih layak untuk kegiatan penanaman rumput laut K. alvarezii.

Saran

Saran untuk penelitian ini (1) Untuk meningkatkan produksi rumput laut K. alvarezii di perairan Pulau Burung sebaiknya menggunakan metode rakit apung yang dimodifikasi, tetapi apabila modal yang dimiliki tidak mencukupi dapat menggunakan metode long line. (2) Potensi produksi yang lebih tinggi dibandingkan metode long line membuka peluang untuk penerapan teknis budi daya dengan menggunakan metode rakit apung yang dimodifikasi; oleh karena itu diperlukan kajian yang lebih lanjut untuk pengembangan teknik penanaman rumput laut dengan menggunakan metode rakit apung yang dimodifikasi dan analisis kesesuaian perairan untuk menentukan daerah/lokasi penanaman rumput laut yang sesuai, agar dapat mendukung kegiatan budi daya yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Arisandi A, Marsoedi, Nursyam H, Sartimbul A. 2011. Kecepatan dan presentase penyakit ice-ice pada Kappaphycus alvarezii di Perairan Bluto Sumenep. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 3(1) : 47-51

Aslan LM. 1988. Budi daya Rumput Laut. Yogyakarta (ID): Kanisius.

[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2010. Produksi bibit rumput laut kotoni (Eucheuma cottonii) bagian 2 : metode long line. Jakarta (ID) : BSN

___________________________________. 2011. Produksi bibit rumput laut kotoni (Eucheuma cottonii) bagian 3 : metode rakit bambu apung. Jakarta (ID) : BSN

Bulboa CR, Paula EJ. 2005. Introduction of non-native species of Kappaphycus (Rhodophyta, Gigartinales) in subtropical waters: Comparative analysis of growth rates of Kappaphycus alvarezii and Kappaphycus striatum in vitro and in the sea in southeastern Brazil. Phycology Research. (53): 183-188 Campo VL, Kawano DF, Da silva DB Jr, Carvalho I. 2009. Carrageenans:

Biological properties, chemical modifications and structural analysis : A review. Carbohydrate Polymer. (77) : 167-180

(25)

15

[DJPB] Direktorat Jenderal Perikanan Budi daya. 2005. Profil Rumput Laut Indonesia. Jakarta (ID) : Departemen Kelautan dan Perikanan Republik indonesia

__________________________________________. 2015. Petunjuk teknis percontohan perikanan budi daya melalui tugas pembantuan. Jakarta (ID) : Kementrian Kelautan dan Perikanan Republik indonesia

Erlania, Radiarta IN. 2014. Perbedaan musim tanam terhadap performa budi daya empat varian rumput laut eucheumatoids di Teluk Gerupuk, Nusa Tenggara Barat. Jurnal Riset Akuakultur. 9 (2) : 331-342.

Fadilah S. 2014. Karakteristik Morfologi dan Fisiologi Bibit Rumput Laut Kappaphycus alvarezii Hasil Seleksi Massa di Perairan Gorontalo. [tesis]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor

Faisal LA, Patadjai RS, Yusnaini. 2013. Pertumbuhan rumput laut (Kappaphycus alvarezii) dan ikan baronang (Siganus guttatus) yang dibudidayakan bersama di keramba tancap. Jurnal Mina Laut Indonesia. 1(01) : 104 – 111

Glenn EP, Doty M.S. 1990. Growth of Kappaphycus alvarezii, K. striatum, and

Eucheuma denticulatum as affected by environment in Hawaii. Aquaculture.

(84) : 245–255.

Harrison PJ, Hurd CL. 2001. Nutrient physiology of seaweed : application of concept to aquaculture. Cah Biol Mar. 42 : 71-82

Hugh DJ. 2003. A guide to the seaweed industry. Rome (IT) : Technical Paper Food and Agriculture Organization of The United Nations

Hurtado, A.Q. 1992 Cage culture of Kappaphycus alvarezii var. tambalang

(Gigartinales, Rhodophyceae). Journal Application Phycology. 4: 311–313. Hurtado AQ, Agbayani RF, Sanares R, Castro-Mallare MTR. 2001. The seasonality

and economic feasibility of cultivating Kappaphycus alvarezii in Panagatan Cays, Caluya, Antique, Philippines. Aquaculture 199(3) : 295–310.

[Kep-MENLH] Kementerian Lingkungan Hidup. 2004. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut. Jakarta (ID): Kep-menlh

Largo DB. 2002. Recent development in seaweed desease. Di dalam : Hurtado AQ, Guanzon NG, de Castro-Mallare Jr TR, Luhan MRJ, editor. Proceedings of the National Seaweed Planning Workshop; 2001 Agustus 2-3; Tigbauan, Filipina. Tigbauan (PH) : SEAFDEC Aquaculture Department. hlm 35-42

Mangampa W. 2012. Penerapan cara budi daya ikan yang baik (CBIB) melalui teknologi sistem polikultur udang ikan dan rumput laut. Di dalam : Tauffiquhrohman M, Prayogi U, Winarno A, editor. Prosiding Seminar Nasional Kelautan VIII : Pengelolaan Sumberdaya berbasis IPTEK untuk kemajuan bangsa; 2012 Mei 24, Surabaya, Indonesia. Surabaya (ID) : Universitas Hang Tuah. hlm 35-42

Munoz J, Pelegrin YF, Robledo D. 2004. Mariculture of Eucheuma cottonii (Rhodophyta, Solieriaceae) color strains in tropical waters of Yucatan. Elsevier Aquaculture Journal. 239 : 161-171

Soegiarto A, Sulistijo, Atmadja WS. 1980. Potensi, pemanfaatan, dan prospek pengembangan rumput laut di Indonesia. Jakarta (ID) : Lembaga Oseanologi LIPI

(26)

Susilowati T, Rejeki S, Dewi EN, Zulfitriani. 2012. Pengaruh kedalaman terhadap pertumbuhan rumput laut (Eucheuma cottonii) yang dibudi dayakan dengan metode long line di Pantai Mlonggo, Kabupaten Jepara. Jurnal sains dan teknologi perikanan. 8(1) : 7-12

Syahlun, Rahman A, Ruslaini. 2013. Uji pertumbuhan rumput laut (Kappaphycus alvarezii strain coklat dengan metode vertikultur. Jurnal Mina Laut Indonesia. 1(1) : 122-132

Trono GC. 1992. Eucheuma and Kappaphycus : Taxonomy and Cultivation. Bulletin Marine Science Kochi University. (12) : 55-65.

Vairappan CS, Anang SP, Tan KT, Matsunaga S. 2010. Role of secondary metabolites as defense chemicals against ice-ice disease in biofouler at carrageenophyte Farms. Journal Application Phycology. 22: 305-311. Wahyuni EA, Apsandi A, Farid A. 2012. Studi karakteristik biologi rumput laut

Kappaphycus alvarezii terhadap keseterdiaan nutrien di Perairan Kecamatan Bluto Sumenep. Di Dalam : Subari S, Effendi M, Suryawati S, Hidayati D, Kisroh AS, Murnianto E, editor. Prosiding Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Enrgi; 2012 Juni 27, Madura, Indonesia. Madura (ID) : UTM press.

Welham SJ, Gezan SA, Clarck SJ, Mead A. 2014. Statistical Methods In Biology Design and Analysis of Experiments and Regression. New York (US) : CRC press. hlm 55

Widowati LL, Rejeki S, Yuniarti T, Ariyati RW. 2015. Efisiensi produksi rumput laut Eucheuma cotonii dengan metode budi daya long line vertikal sebagai alternatif pemanfaatan kolom air. Jurnal Saintek Perikanan. 1(11) : 47-56 Wiencke C, Bischof K. 2012. Seaweed Biology : Novel Insights into Ecophysiology,

Ecology and Utilization. Berlin (DE) : Springer

Yulianto K, Hatta AM. 1996. Pengaruh beberapa faktor pengontrol terhadap keberhasilan budi daya Kapapphycus striatum (Schmitz) Doty (Rhodophyta) di Perairan Tual, Maluku Tenggara. Jurnal Budi daya Perikanan. 10 : 13-21

(27)

17

LAMPIRAN

Lampiran 1 Data hasil uji perbandingan (uji t) a. Laju pertumbuhan

Waktu Hasil uji t Kesimpulan

thitung ttabel H 10 24,38 4,30 berbeda nyata H 20 19,70 berbeda nyata H 30 174,67 berbeda nyata H 40 14,10 berbeda nyata b. Pertambahan biomassa

Waktu Hasil uji t Kesimpulan

thitung ttabel H 10 23,00 4,30 berbeda nyata H 20 109,11 berbeda nyata H 30 131,63 berbeda nyata H 40 62,95 berbeda nyata

c. Produksi pada luasan percobaan

Waktu Hasil uji t Kesimpulan

thitung ttabel H 10 37,00 4,30 berbeda nyata H 20 59,32 berbeda nyata H 30 77,54 berbeda nyata H 40 54,14 berbeda nyata

Penarikan kesimpulan didasari oleh perbandingan dari nilai thitung. Jika nilai

thitung lebih kecil dari ttabel maka menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata

antara kedua variabel yang dibandingkan, sementara apabila thitung lebih besar dari

ttabel maka menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata antara kedua variabel yang

dibandingkan.

(28)

Lampiran 2 Data rumput laut K. alvarezii selama masa pemeliharaan a. Perubahan bobot rata-rata

waktu pengamatan bobot rata-rata (g)

long line rakit apung modifikasi

0 50,00 50,00 10 105,92 84,62 20 194,44 138,14 30 289,07 190,55 40 387,22 246,85 rata-rata 205,33 142,03 b. Laju pertumbuhan waktu pengamatan laju pertumbuhan (%)

long line rakit apung modifikasi

0-10 7,51 5,26

10-20 6,07 4,90

20-30 3,97 3,21

30-40 2,92 2,58

rata-rata 5,12 3,99

c. Produksi pada luasan percobaan

waktu pengamatan Produksi (g/m2)

long line rakit apung modifikasi

10 83,89 155,83

20 132,78 240,83

30 141,94 235,83

40 147,22 252,50

(29)

19

Lampiran 3 Contoh perhitungan estimasi potensi produksi rumput laut

Asumsi : Luasan lahan budi daya laut di perairan Pulau Burung = 50 Ha (kemudian terdapat jarak antar unit budi daya, jalur kapal, serta pemanfaatan biota dan perlindungan ekosistem lain sehingga luas yang dipakai 40%) maka

= 50 Ha x 40%

= 20 Ha adalah luas efektif yang digunakan untuk budi daya rumput laut K .alvarezii di perairan Pulau Burung

Selanjutnya dalam satu tahun terdapat empat kali musim tanam, selain itu luas satu unit budi daya 100 m2

A.Metode long line

Produksi (luasan percobaan) = 147,22 g/m2 = 1,47 x 10-4 ton/m2 Produksi per unit budi daya = 1,47 x 10-4 x 100

= 0,0147 ton/ unit

Jumlah unit budi daya yang dapat digunakan = luas lahan budi daya

luas satu unit budi daya

= 20 Ha

100 m2

=

2000 unit

Total potensi produksi rumput laut K. alvarezii = 0,0147 ton/unit x 2000 unit di Pulau Burung per musim tanam = 29,4 ton/musim tanam

Total potensi produksi rumput laut K. alvarezii = 29,4 ton/musim tanam x 4 di Pulau Burung per 1 tahun musim tanam

= 117,6 ton/tahun

B.Metode rakit apung modifikasi

Produksi (luasan percobaan) = 252,20 g/m2 = 2,52 x 10-4 ton/m2

Produksi per unit budi daya = 2,52 x 10-4 ton/m2 x 100 m2 = 0,0252 ton/unit

Jumlah unit budi daya yang dapat digunakan = luas lahan budi daya

luas satu unit budi daya

= 20 Ha

100 m2 = 2000 unit

Total potensi produksi rumput laut K. alvarezii = 0,0252 ton/unit x 2000 unit di Pulau Burung per musim tanam = 50,4 ton/musim tanam

Total potensi produksi rumput laut K. alvarezii = 50,4 ton/musim tanam x 4

di Pulau Burung per 1 tahun musim tanam

(30)

Lampiran 4 Dokumentasi penelitian K. alvarezii di perairan Pulau Burung (a) (b) (c) (d) (e) (f)

Dokumentasi selama penelitian meliputi (a). Penimbangan bobot rumput laut, (b) rumput laut pada metode long line, Gulma yang menempel pada metode long line dan rakit apung yang dimodifikasi yaitu (c) Gelidium sp dan (d) Sargassum sp, serta (e) dan (f) proses pengangkutan hasil panen.

(31)

21

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor 6 September 1994. Penulis merupakan anak tunggal dari pasangan Bapak Sukiana (alm) dan Ibu Yayan Suwarsih. Pendidikan formal dijalani Penulis berawal dari SD Rimba Putra (2000-2006), SMP Negeri 9 Bogor (2006-2009), SMA Negeri 4 Bogor (2009-2012). Pada tahun 2012 Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur SNMPTN Undangan dan diterima di Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Selama menempuh pendidikan di Institut Pertanian Bogor, Penulis aktif di berbagai organisasi kemahasiswaan dan kepanitiaan. Organisasi yang pernah diikuti antara lain Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (BEM-FPIK) (2013-2014) sebagai anggota divisi PBOS, Himpunan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan (HIMASPER) (2014-2015) sebagai Anggota divisi SPARTA, serta anggota ATLANTIK (Kelompok Studi dan Pemerhati Lingkungan Perairan) pada tahun 2014-2015.

Di bidang akademik, Penulis berkesempatan menjadi asisten praktikum mata kuliah Ikhtiologi 2013/2014 dan 2014/2015, praktikum Ikhtiologi Fungsional 2015/2016, praktikum Ekologi Perairan 2014/2015 dan 2015/2016, dan praktikum Kualitas Air 2015/2016. Dibidang non-akademik Penulis pernah mengikuti kegiatan Green Belt Conservation Mangrove Subang (GBC SUBANG), MSP RUN, dan Ekspedisi EKOBIOLOGI Penyu Hijau Cikepuh Sukabumi Jawa Barat.

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Penulis melakukan penelitan dan menyusun skripsi yang berjudul “Pertumbuhan Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty 1988) Menggunakan Model Penanaman Berbeda di Pulau Burung, Kepulauan Seribu Jakarta “ dibawah bimbingan Prof Dr Ir Ridwan Affandi DEA dan Dr Zulhamsyah Imran SPi MSi.

.

Gambar

Gambar 1 Diagram alir perumusan masalah penelitian pertumbuhan K. alvarezii   Tujuan
Gambar 2  Model penanaman metode long line
Gambar  3 Lokasi  penanaman dan pengambilan contoh parameter lingkungan
Gambar 4 Model penanaman rakit apung yang dimodifikasi  Rancangan percobaan
+3

Referensi

Dokumen terkait

Aktifitas Guru Dengan Menerapkan Metode Latihan Hasil pengamatan aktivitas guru terdiri dari dua guru bidang studi Seni Budaya dan Keterampilan, bahwa penerapan motode latihan pada

Hasil uji hipotesis pada analisis bivariat maupun multivariat diperoleh nilai p&gt;0,05 sehingga hipotesis nol diterima, disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna antara

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pengaruh penggunaan gelas berwarna hijau lebih signifikan terhadap cita rasa teh dibandingkan dengan penggunaan

Gambar 8 merupakan tampilan Login dari website yang dibuat, dimana pada halaman ini, user memasukkan username dan password untuk membuktikan bahwa mereka

Untuk equipment di lokasi, jika hasil inspeksi yang dimasukkan dalam dokumen pengukuran karakteristik dengan indikator internal dan eksternal berada dalam kisaran

Setelah itu kegiatan dimulai, hari ini saya diberi tugas yang berbeda oleh kepala bidang pariwisata yaitu untuk membuat aplikasi mengenai pariwisata yang ada

Justeru itu, kajian yang akan dijalankan ini adalah bagi mengenalpasti tahap kesediaan guru-guru PKPG Kemahiran Hidup dari aspek minat, sikap serta penguasaan dalam

Jenis fiber yang sering digunakan di bidang kedokteran gigi adalah fiber polyethylene, karena dapat meningkatkan kekuatan dan modulus elastistas material komposit,