• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KARAKTERISTIK REMAJA YANG TERLIBAT TAWURAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V KARAKTERISTIK REMAJA YANG TERLIBAT TAWURAN"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

KARAKTERISTIK REMAJA YANG TERLIBAT TAWURAN

5.1 Gambaran Umum Responden

Responden yang dipilih dalam penelitian ini merupakan pelajar laki-laki pada SMA 6 dan SMA 70 (Gambar 5) yang pernah terlibat dalam tawuran pelajar. Berdasarkan jawaban responden, peneliti mendeskripsikan dua Gambaran umum berdasarkan umur dan tingkat ekonomi.

Gambar 5. Siswa SMA 6 dan SMA 70 Pelaku Tawuran Karakteristik Umur

Selang umur responden berkisar antara 16-19 tahun yang dapat diklasifikasikan sebagai remaja madya, yaitu masa remaja berada dalam kondisi kebingungan karena masih ragu harus memilih yang mana, peka atau peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis atau pesimis, dan sebagainya. Berdasarkan Tabel 1, pelajar pelaku tawuran didominasi oleh responden berumur 16 tahun yang mayoritas berada pada kelas X dengan persentase sebesar 37,5 persen dan hanya 5 persen yang berumur diatas 19 tahun. Adanya sistem senioritas pada masing-masing SMA menjadikan angkatan yang lebih tinggi seperti memiliki kekuasaan atau pengaruh yang lebih besar. Alasan ini yang menyebabkan pelajar baru lebih banyak yang terlibat tawuran karena tidak memiliki kekuasaan untuk menolak perintah senior mereka.

(2)

Tabel 1. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Umur Umur Jumlah % 16 tahun 15 37,5 17 tahun 14 35 18 tahun 9 22,5 19 tahun 2 5 Total 40 100

Karakteristik Uang Saku per-minggu

Uang saku mingguan pelajar pelaku tawuran berkisar antara Rp50.000 sampai dengan Rp200.000. Pada Tabel 2, tampak uang saku perminggu pelajar pelaku tawuran kebanyakan berada pada kisaran uang saku Rp100.000 sampai dengan kurang dari Rp150.000 (40 persen), artinya dalam sebulan mereka mendapat uang saku antara Rp400.000 sampai dengan Rp600.000. Terlihat bahwa sebagian besar responden dapat dikatakan berada pada kisaran uang saku yang relatif besar (45 persen), karena didominasi oleh kisaran uang saku Rp150.000 ke atas. Hanya 15 persen pelajar pelaku tawuran yang mendapat uang saku kurang dari Rp100.000 atau Rp400.000 setiap bulannya. Kenyataan ini menunjukkan bahwa pelajar pelaku tawuran cenderung berasal dari keluarga menengah ke atas. Tabel 2. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Uang Saku per-minggu

Uang Saku/Minggu Jumlah %

Rp < 100.000 6 15

Rp 100.000 < 150.000 16 40

Rp 150.000 < 200.000 12 30

Rp 200.000 6 15

Total 40 100

5.2 Kondisi Tempat Tinggal

Kondisi tempat tinggal pelajar yang terlibat tawuran dapat dijabarkan dari beberapa variabel yaitu: 1) kepemilikan ruang pribadi dilihat dari status kamar tidur dan status kondisi tempat tinggal; 2) fasilitas hiburan; dan 3) kondisi rumah dilihat dari polusi udara, polusi suara, intensitas cahaya, tingkat kelembapan dan panasnya udara di sekitar rumah.

Kepemilikan Ruang Pribadi

Berdasarkan Tabel 3, mayoritas (90 persen) pelajar yang terlibat tawuran bertempat tinggal di rumah milik pribadi. Sebagian kecil pelajar lainnya memiliki tempat tinggal berstatus menumpang, sewa dan kontrak.

(3)

Tabel 3. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Status Tempat Tinggal

Status Tempat Tinggal Jumlah %

Menumpang 2 5

Rumah sewa/kontrak 1 2,5

Rumah dinas 1 2,5

Rumah sendiri 26 90

Total 40 100

Terkait dengan ruang gerak pribadi di rumah yaitu kamar tidur, dapat dikatakan bahwa seluruh pelajar yang terlibat tawuran dapat dikatakan memiliki kamar tidur (Tabel 4). Sebagian besar (72,5 persen) pelajar memiliki kamar tidur sendiri dan sisanya berbagi kamar tidur mereka dengan saudara.

Tabel 4. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Status Kamar Tidur

Status Kamar Tidur Jumlah %

Tidak punya 0 0

Berbagi 11 27,5

Sendiri 29 72,5

Total 40 100

Berdasarkan uraian diatas, terlihat bahwa mayoritas pelajar yang terlibat tawuran mendapat akses yang cukup tinggi dalam kepemilikan ruang pribadi mereka. Dapat dikatakan bahwa pelajar berada pada golongan ekonomi menengah, karena selain mayoritas tempat tinggal merupakan rumah pribadi, para pelajar juga memiliki kamar tidur sendiri.

Fasilitas Hiburan

Para pelajar pelaku tawuran memiliki beberapa fasilitas alat hiburan yang dimiliki di rumah mereka. Menggunakan rumus sebaran frekuensi dihasilkan selang kelas seperti pada Tabel 5 dan perinciannya pada Tabel 6, jumlah alat hiburan yang dimiliki pelajar didominasi pada selang 6 jenis fasilitas alat hiburan (52,5 persen). Hal ini menandakan bahwa para responden memiliki prasaranan yang baik pada rumah mereka, yang seharusnya mampu mengalihkan perhatian mereka dari kegiatan tawuran dengan mengoptimalkan fungsi dari alat hiburan tersebut. Dengan alat hiburan terbanyak berupa televisi (97,5 persen) dan komputer (92,5 persen). Sementara alat hiburan yang jarang dimiliki pelajar berupa peralatan olah raga (55 persen).

(4)

Tabel 5. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Jumlah Fasilitas Hiburan

Fasilitas Hiburan Jumlah %

≤ 3 jenis 6 15

4 – 5jenis 13 32,5

6 jenis 21 52,5

Total 40 100

Tabel 6. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Fasilitas Alat Hiburan

Fasilitas Alat Hiburan Jumlah %

Radio 26 65 Televisi 39 97,5 CD/DVD player 31 77,5 Alat music 31 77,5 Komputer 37 92,5 Video game 29 72,5

Peralatan olah raga 22 55

Lainnya 1 2,5

Berdasarkan uraian diatas, terlihat bahwa mayoritas pelajar yang terlibat tawuran berada pada tingkat kenyamanan fisik pada tempat tinggal yang relatif baik, mereka memiliki beragam fasilitas hiburan yang seharusnya dapat menekan intensitas mereka berada di luar rumah.

Kondisi Rumah

Berdasarkan Tabel 7, terlihat bahwa sebagian besar pelajar pelaku tawuran berada pada lingkungan tempat tinggal dengan tingkat kebisingan yang cukup tinggi (52,5 persen). Yang disebabkan dekatnya tempat tinggal dengan jalan raya. Dengan lingkungan tempat tinggal pada tingkat polusi udara rendah (60 persen). Serta tingkat suhu udara panas cukup tinggi (65 persen). Hal ini juga dipengaruhi karena domisili pelajar yang berada di Jakarta dengan tingkat kepadatan penduduk yang cukup tinggi, dan kisaran suhu yang panas.

Kebanyakan pelajar pelaku tawuran berada pada lingkungan tempat tinggal dengan tingkat kelembapan rendah (57,5 persen). Hal ini disebabkan prasarana penyejuk yang terdapat di kebanyakan rumah yaitu AC, yang menghantarkan udara dingin yang kering, sehingga menekan kelembapan udara di sekitar lingkungan tempat tinggal. Mereka mendapat intensitas cahaya yang cukup tinggi (85 persen). Hal ini sangat mempengaruhi kesehatan dari pelajar pelaku tawuran, disebabkan cahaya matahari yang masuk ke dalam rumah dapat membunuh kuman penyakit, yang akan berpengaruh pada perilaku pelajar di sekolah nantinya.

(5)

Tabel 7. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Penilaiannya akan kondisi tempat tinggalnya

Aspek Penilaian Tinggi (%) Sedang (%) Rendah (%)

Kebisingan 7,5 52,5 40

Polusi udara 2,5 37,5 60

Panas 2,5 65 32,5

Kelembapan 0 42,5 57,5

Intesitas Cahaya 85 12,5 2,5

Berdasarkan uraian diatas, terlihat bahwa mayoritas pelajar yang terlibat tawuran berada pada lingkungan tempat tinggal dengan keadaan cuaca yang dapat dikatakan baik. Bisa dikatakan bahwa tempat tinggal para pelajar pelaku tawuran cukup strategis dan elit. Karena mayoritas berada pada daerah yang nyaman dimana tempat tinggal mereka mendapat cahaya matahari yang cukup, tingkat kelembapan dan polusi udara yang rendah, serta tingkat polusi suara dan intensitas panas yang sedang.

Ikhtisar Kondisi Tempat Tinggal

Mayoritas pelajar pelaku tawuran berada pada kondisi lingkungan tempat tinggal dengan fasilitas hiburan yang relatif baik, dan cukup memiliki ruang pribadi, serta tingkat kenyamanan fisik yang relatif tinggi. Namun dapat dikatakan kondisi tempat tinggal responden berada pada kondisi baik. Dalam hasil dari penelitian pada variabel bahwa kondisi lingkungan tempat tinggal ini diduga cenderung menolak hipotesis bahwa „remaja yang terlibat tawuran memiliki kondisi tempat tinggal yang buruk‟. Disimpulkan bahwa kondisi tempat tinggal yang buruk tidak berhubungan dengan perilaku tawuran pada pelajar.

5.3 Kondisi Hubungan dengan Orang Tua

Kondisi hubungan atara pelajar yang terlibat tawuran dengan orang tua mereka dapat dijabarkan dari beberapa variabel yaitu: 1) keadaan umum keluarga dilihat dari status pernikahan, bentuk komunikasi dan intensitas pertemuan; 2) kedekatan dengan orang tua dilihat dari kedekatan hubungan dan orang terdekat; 3) pola interaksi dilihat dari topik pembicaraan, intensitas dimintai pendapat, intensitas menentukan pilihan, intensitas berkonflik, intensitas dimarahi, dan intensitas dicurigai/tidak dipercaya.

(6)

Keadaan Umum Keluarga

Berdasarkan Tabel 8, terlihat bahwa status pernikahan orang tua moyoritas pelajar yang terlibat tawuran adalah lengkap (85,5 persen). Sisanya walaupun masih memiliki kedua orang tua, tetapi berada pada status bercerai dan pisah rumah. Dapat dikatakan hampir semua pelajar masih memiliki kedua orang tua yang tinggal bersama di dalam satu rumah.

Tabel 8. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Status Pernikahan Orang Tua

Status Pernikahan Jumlah %

Bercerai 2 5

Pisah rumah 3 7,5

Janda/duda 2 5

Lengkap 33 85,5

Total 40 100

Berdasarkan Tabel 9, terlihat bahwa bentuk komunikasi yang dilakukan masih didominasi metode tatap muka/langsung (82,8 persen). Sisanya yaitu komunikasi melalui email dan telfon merupakan pelengkap dari metode komunikasi utama yang dilakukan pelajar dengan orang tua mereka.

Tabel 9. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Bentuk Komunikasi dengan Orang Tua

Bentuk Komunikasi Jumlah %

Email/SMS 15 37,5

Telfon 19 47,5

Langsung/tatap muka 38 95

Berdasarkan Tabel 10, terlihat bahwa intensitas pertemuan orang tua dengan anak mereka dapat dikatakan sangat baik, dimana hamper semua responden setiap hari bertemu dengan orang tuanya.

Tabel 10. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Intensitas Pertemuan dengan Orang Tua

Intensitas Pertemuan Jumlah %

Tidak tentu 1 2,5

Beberapa kali dalam sebulan 1 2,5

Beberapa kali dalam seminggu 1 2,5

Setiap hari 37 92,5

Total 40 100

Berdasarkan uraian diatas, terlihat bahwa kebanyakan pelajar yang terlibat tawuran memiliki keadaan umum keluarga yang baik. Hal ini disebabkan mayoritas responden memiliki orang tua lengkap dengan intensitas pertemuan harian dalam bentuk langsung/tatap muka.

(7)

Kedekatan dengan Orang Tua

Berdasarkan Tabel 11, terlihat bahwa perbandingan kedekatan hubungan antar orang tua dengan pelajar yang terlibat tawuran mendukung pernyataan pada Tabel 15 mengenai perbandingan topik pembicaraan kepada bapak dan ibu. Dimana para pelajar merasa bahwa lebih nyaman untuk menceritakan permasalahan pribadi mereka kepada ibu sehingga hubungan yang terjalin lebih kuat, dengan demikian persentase pelajar yang menganggap ibu sebagai sahabat sendiri lebih besar dari pada persentase bapak.

Tabel 11. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Kedekatan Hubungan dengan Orang Tua

Kedekatan Hubungan Ibu Bapak

Jumlah % Jumlah %

Tidak saling peduli 0 0 0 0

Musuh 0 0 0 0

Teman 15 37,5 20 51,3

Sahabat 25 62,5 19 48,7

Total 40 100 39 100

Berdasarkan Tabel 12, terlihat bahwa orang terdekat dalam keluarga adalah ibu (57,5 persen) diikuti oleh saudara dan terakhir bapak. Pernyataan ini semakin mendukung pembahasan sebelumnya pada Tabel 13, dimana ibu merupakan teman terdekat pelajar saat berada di rumah. Namun terdapat kejanggalan karena posisi bapak berada di bawah posisi saudara, hal ini menunjukan bahwa pada sebagian besar responden, fungsi bapak sebagai kepala keluarga tidak terlalu berpengaruh terhadap kedekatannya pada anak. Padahal seharusnya terdapat kedekatan yang disebabkan oleh kesamaan jenis kelamin antar pelajar tawuran dengan pihak bapak.

Tabel 12. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Orang Terdekat dalam Keluarga Orang Terdekat dalam Keluarga Jumlah %

Ibu 23 57,5

Bapak 6 15

Saudara 11 27,5

Pembantu/supir 0 0

Total 40 100

Berdasarkan uraian diatas, terlihat jelas bahwa mayoritas jawaban menyatakan betuk hubungan yang terjalin antar pelajar pelaku tawuran dengan

(8)

orang tua (terutama ibu), menjadikan ibu sebagai sosok terpenting dalam keluarga bagi mereka.

Pola Interaksi

Berdasarkan Tabel 13, terlihat bahwa topik pembicaraan yang dilakukan kepada bapak dan ibu oleh pelajar yang terlibat tawuran memiliki perbedaan. Responden lebih banyak berkomunikasi dengan ibu daripada bapak, terutama permasalahan yang sifatnya pribadi seperti pergaulan di sekolah, masalah pribadi dan keluarga. Dengan ayah para responden (yang semuanya laki-laki) cenderung berkomunikasi dengan fokus masalah yang bersifat non pribadi seperti uang jajan dan berita di televisi.

Tabel 13. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Topik Pembicaraan dengan Orang Tua

Topik Pembicaraan Ibu Bapak

Jumlah % Jumlah % Pelajaran 19 47,5 16 40 Pergaulan di sekolah 19 47,5 17 42,5 Uang saku/jajan 18 45 18 45 Masalah keluarga 13 32,5 10 25 Masalah pribadi 14 35 8 20 Berita di televisi 15 37,5 17 42,5

Berdasarkan Tabel 14, terlihat bahwa intensitas pelajar terlibat tawuran dimintai pendapat oleh orang tua mereka berada pada tingkatan cukup (kadang-kadang) yaitu sebesar 62,5 persen. Bahkan terdapat beberapa pelajar yang tidak pernah dimintai pendapat oleh orang tua mereka, dimana hal ini dapat mempengaruhi pertumbuhan pelajar yang masih berada pada usia remaja yang labil.

Tabel 14. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Intensitas Dimintai Pendapat Oleh Orang Tua

Intensitas Dimintai Pendapat Jumlah %

Selalu 12 30

Kadang-kadang 25 62,5

Tidak pernah 3 7,5

Total 40 100

Berdasarkan Tabel 15, terlihat bahwa intensitas pelajar yang dapat menentukan pilihannya sendiri sangat banyak, walau belum seluruh responden dimintai pendapat secara rutin oleh orang tua, namun mereka sudah dipercaya untuk memberikan masukan pada orang tua.. Tetapi terdapat pencilan (2,5 persen)

(9)

dari pelajar tersebut yang tidak pernah menentukan pilihannya sendiri dan masih tergantung dengan keputusan orang tua untuk segala sesuatunya.

Tabel 15. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Intensitas Menentukan Pilihan Sendiri

Intensitas Menentukan Pilihan Sendiri Jumlah %

Selalu 19 47,5

Kadang-kadang 20 50

Tidak pernah 1 2,5

Total 40 100

Berdasarkan Tabel 16, terlihat bahwa intensitas berkonflik antar pelajar dengan orang tua masih didominasi jawaban kadang-kadang (92,5 persen). Hal ini dapat dikatakan baik karena konflik merupakan hal rutin yang dilandasi perbedaan pendapat, sehingga masih dalam taraf wajar bila kadang hal ini terjadi.

Tabel 16. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Intensitas Berkonflik dengan Orang Tua

Intensitas Berkonflik Jumlah %

Selalu 2 5

Kadang-kadang 37 92,5

Tidak pernah 1 2,5

Total 40 100

Berdasarkan Tabel 17, terlihat bahwa tidak ada pelajar yang tidak pernah dimarahi orang tuanya. Untuk jawaban mayoritas, terdapat kesamaan antara intensitas pelajar berkonflik dengan orang tua, tidak jauh berbeda dengan intensitas mereka dimarahi, karena keduanya didominasi jawaban kadang-kadang. Terdapat kesinambungan pada proses interaksi ini, dimana biasanya proses dimarahi dilakukan setelah terjadi konflik antar orang tua dan responden.

Tabel 17. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Intensitas Dimarahi oelh Orang Tua

Intensitas Dimarahi Jumlah %

Selalu 7 17,5

Kadang-kadang 33 82,5

Tidak pernah 0 0

Total 40 100

Berdasarkan Tabel 18, terlihat bahwa minoritas pelajar yang terlibat tawuran (10 persen) selalu merasa dicurigai/tidak dipercaya oleh orang tua mereka. Sedangkan cukup banyak pelajar yang tidak pernah merasa dicurigai oleh orang

(10)

tua mereka dan sisanya atau mayoritas mengalami perasaan dicurigai sekali-sekali/ kadang-kadang.

Tabel 18. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Intensitas Dicurigai/Tidak Dipercaya oleh Orang Tua

Intensitas Dicurigai/Tidak Dipercaya Jumlah %

Selalu 4 10

Kadang-kadang 19 47,5

Tidak pernah 17 42,5

Total 40 100

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan pola interaksi yang terjadi masih dapat dikategorikan cukup positif, hal ini disebabkan walaupun responden sering dimintai pendapat dan menentukan pilihan sendiri, namun orang tua masih belum dapat percaya sepenuhnya kepada anak mereka sehingga masih terjadi kejadian-kejadian seperti konflik, memarahi, dan rasa curiga terhadap anaknya.

Ikhtisar Kualitas Hubungan dengan Orang Tua

Mayoritas pelajar pelaku tawuran berada pada kualitas hubungan dengan orang tua yang cukup baik berdasarkan keadaan keluarga yang lengkap, pola interaksi tatap muka rutin harian, dan betuk hubungan yang cukup baik dengan orang tua terutama pada pihak ibu yang orang terdekat bagi rerponden. Mengenai pola interaksi nampaknya cukup positif disebabkan responden memiliki keleluasaan untuk menentukan pilihan sendiri dan sering dimintai pendapat, walaupun responden kadang-kadang masih dicurigai, dimarahi dan berkonflik dengan orang tua. Namun bentuk hubungan dengan orang tua ini nampaknya kurang mendalam, karena responden cenderung kurang membahas masalah pribadi terutama pada pihak bapak. Walaupun demikian, secara garis besar hubungan pelajar pelaku tawuran dengan orang tuas masih dapat dikatakan baik, sehingga bertolak belakang dengan hipotesis peneliti yaitu „diduga remaja yang terlibat tawuran memiliki kualitas hubungan dengan orang tua yang rendah‟.

5.4 Hubungan dengan Peer group

Hubungan antara pelajar yang terlibat tawuran dengan peer group mereka dapat dilihat dari beberapa variabel yaitu: 1) kedekatan dengan peer group dilihat dari keberadaan peer group, alasan kedekatan, dan arti peer group; 2) pola

(11)

hubungan dilihat dari intensitas pertemuan mingguan, intensitas pertemuan harian, dan topik pembicaraan; 3) kepercayaan antara responden dengan peer group dilihat dari pernyataan mengenai keberpihakan peer group saat responden dalam masalah, kepercayaan mengenai argument yang diberikan antara peer group dengan responden, peer group sebagai acuan pemecahan masalah responden, kesamaan pemahaman peer group dengan rersponden, bantuan yang diberikan antara peer group dengan responden saat terlibat dalam masalah.; dan 4) orang terdekat disekolah.

Kedekatan dengan peer group

Berdasarkan Tabel 19, terlihat bahwa mayorits pelajar pelaku tawuran (85 persen) memiliki peer group, baik berjumlah satu ataupun lebih. Hanya 15 persen pelajar yang menyatakan bahwa mereka tidak memiliki peer group di lingkungan sekolah.

Tabel 19. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Jumlah Peer group

Keberadaan Peer group Jumlah %

Tidak ada 6 15

Ada, satu kelompok 13 32,5

Ada, lebih dari satu kelompok 21 52,5

Total 40 100

Berdasarkan Tabel 20, terlihat bahwa alasan kedekatan para pelajar pelaku tawuran dengan peer group disebabkan mereka berada dalam satu angkatan (62,5 persen) atau berada pada umur yang sebaya. Alasan lain yang cukup tinggi mengenai kedekatan pelajar tawuran adalah kesamaan pola pikir yang dianut (27,5 persen).

Tabel 20. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Alasan Kedekatan dengan Peer Group

Alasan Kedekatan Jumlah %

Satu angkatan 25 62,5

Kesamaan kelas 2 5

Kesamaan basis/daerah rumah 2 5

Kesamaan hobi 0 0

Sepaham dalam pikiran 11 27,5

Total 40 100

Berdasarkan Tabel 21, pelajar menyatakan bahwa arti peer group bagi mereka adalah teman nongkrong (45 persen), yaitu teman dalam menghabiskan waktu bersama walaupun tanpa melakukan kegiatan apapun. Diikuti sebagai

(12)

sahabat (30 persen). Walaupun ada pencilan pelajar (2,5 persen) yang menyatakan bahwa peer group bagi mereka merupakan kelompok belajar. Menurut pelajar pelaku tawuran arti peer group sudah sedemikian intimnya sehingga bisa disamakan dengan arti orang tua bagi mereka.

Tabel 21. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Arti Peer group

Arti Peer group Jumlah %

Teman jalan 5 12,5 Teman nongkrong 18 45 Teman belajar 1 2,5 Teman curhat 4 10 Sahabat 12 30 Total 40 100

Berdasarkan uraian diatas, terlihat jelas bahwa mayoritas pelajar pelaku tawuran memiliki peer group, dan kedekatan hubungan mereka yang merupakan teman nongkrong dan sahabat lebih disebabkan kesamaan usia.

Pola Hubungan

Berdasarkan Tabel 22 dan 23, terlihat bahwa intensitas pertemuan mingguan para pelajar pelaku tawuran dengan peer group sangat tinggi, yaitu pertemuan rutin yang dilaksanakan setiap hari dalam satu minggu (50 persen). Dimana setiap harinya para pelajar ini menghabiskan waktu lebih dari empat jam (62,5 persen) untuk berinteraksi dengan peer groupnya. Sebaliknya minoritas dari pelajar mengalami pertemuan yang tidak tentu berapa kali dalam seminggu (12,5 persen) dengan intensitas waktu yang sedkit dalam setiap berinteraksi.

Tabel 22. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Pertemuan Mingguan dengan Peer Group

Intensitas Pertemuan Minggu Jumlah %

Tidak tentu 5 12,5

1-2 kali dalam seminggu 1 2,5

3-5 kali dalam seminggu 14 35

Setiap hari dalam seminggu 20 50

Total 40 100

Tabel 23. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Pertemuan Harian dengan Peer Group

Intensitas Pertemuan Harian Jumlah %

< 2 jam 3 7,5

2 - 4 jam 12 30

> 4 jam 25 62,5

(13)

Berdasarkan Tabel 24, terlihat bahwa topik pembicaraan yang biasa dibicarakan para pelajar pelaku tawuran dengan peer groupnya adalah permasalahan internal (seputar hobi, permasalah pribadi, dan masalah keluarga). Hal ini dapat dipahami bila melihat hubungan responden dengan orang tua dimana sangan sedikit menyinggung ranah pribadi, dengan demikian peer group menjadi sosok utama untuk menceritakan permasalahan tersebut. Bila dibandingkan dengan Tabel 13 mengenai topik pembicaraan dengan orang tua, dapat dilihat bahwa pembicaraan mengenai ranah pribadi dengan peer group (masalah pribadi dan hobi) lebih tinggi bila dibandingkan dengan pembicaraan mengenai hal serupa dengan ibu maupun ayah. Dengan demikian keterbukaan lebih tinggi dilakukan pelajar tawuran terhadap peer group dibandingkan terhadap orang tua.

Tabel 24. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Topik Pembicaraan dengan Peer Group

Topik Pembicaraan Jumlah %

Pelajaran 21 52,5

Keluarga 11 27,5

Berita di televisi 24 60

Gossip seputar teman 28 70

Hobi/minat 27 67,5

Masalah pribadi 20 50

Lainnya 1 2,5

Berdasarkan uraian diatas, terlihat bahwa kebanyakan pelajar pelaku tawuran memiliki pola hubungan yang tinggi atau rutin baik bila dilihat dari skala pertemuan harian mupun pertemuan selama satu minggu. Dimana dalam rutinitas tersebut mereka mendiskusiakan mengenai permasalahan pribadi dan permasalah di seputar mereka.

Kepercayaan antara Responden dengan Peer group

Berdasarkan Tabel 25, terlihat bahwa peer group tidak pernah selalu berada berseberangan pihak dengan pelajar pelaku tawuran. Walaupun mayoritas (57,5 persen) menyatakan mereka tidak selalu berada di pihak kita, namun tidak sedikit (42,5 presen) yang merasa bahwa peer group selalu berada di pihak mereka.

(14)

Tabel 25. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Keberpihakan Peer Group saat Responden Dalam Masalah

Keberpihakan Peer Group saat Responden Dalam Masalah

Jumlah %

Selalu 17 42,5

Kadang-kadang 23 57,5

Tidak pernah 0 0

Total 40 100

Berdasarkan Tabel 26 terlihat bahwa peer group seringkali (47,5 persen) percaya terhadap pernyataan para pelajar pelaku tawuran saat para pelajar tersebut terlibat masalah. Dan kebanyakan dari peer group (52,5 persen) selalu mempercayai pernyataan mereka. Sedikit berbeda pada keadaan sebaliknya, para pelajar yang terlibat tawuran memiliki tingkat kepercayaan kepada peer group yang lebih tinggi pada skala seringkali dan lebih rendah pada skala selalu.

Tabel 26. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Kepercayaan antara Peer Group dengan responden

Kepercayaan Peer Group Terhadap Responden RespondenTerhadap Peer Group Jumlah % Jumlah % Selalu 21 52,5 11 27,5 Kadang-kadang 19 47,5 29 72,5 Tidak pernah 0 0 0 0 Total 40 100 40 100

Berdasarkan Tabel 27, terlihat bahwa seringkali (75 persen) peer group acuan pemecahan masalah bagi para pelajar pelaku tawuran. Walaupun terdapat pencilan (2,5 persen) pelajar yang menyatakan bahwa dia tidak pernah menjadikan peer groupnya sebagai acuan dalam penyelesaian masalah.

Tabel 27. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Peer Group sebagai Acuan Pemecahan Masalah Responden

Peer Group sebagai

Acuan Pemecahan Masalah Responden

Jumlah %

Selalu 9 22,5

Kadang-kadang 30 75

Tidak pernah 1 2,5

Total 40 100

Berdasarkan Tabel 28, terlihat bahwa seringkali (97,5 persen) peer group memiliki pemahaman mengenai permasalahan yang sejalan dengan pemahaman pelajar yang terlibat tawuran.

(15)

Tabel 28. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Kesamaan Pemahaman Peer Group dengan Rersponden

Kesamaan Pemahaman Peer Group

dengan Rersponden Jumlah % Selalu 1 2,5 Kadang-kadang 39 97,5 Tidak pernah 0 0 Total 40 100

Berdasarkan Tabel 29, terlihat bahwa mayoritas (70 persen) peer group selalu membantu pelajar yang terlibat tawuran saat mereka terkena masalah. Begitu juga sebaliknya, para pelajar juga melakukan hal yang sama untuk selalu membantu Begitu juga sebaliknya, para pelajar juga melakukan hal yang sama untuk selalu membantu peer groupnya bila mereka berada dalam masalah (65 persen).

Tabel 29. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Bantuan yang diberikan saat Terlibat dalam Masalah

Bantuan dalam Masalah

Peer Group Terhadap Responden RespondenTerhadap Peer Group Jumlah % Jumlah % Selalu 28 70 26 65 Kadang-kadang 12 30 14 35 Tidak pernah 0 0 0 0 Total 40 100 40 100

Berdasarkan uraian di atas, terlihat bahwa tingkat kepercayaan antar pelajar pelaku tawuran dengan peer group dapat dikatakan cukup tinggi, hal ini berdasarkan kesamaan pemahaman peer group dengan pelajar yang terlibat tawuran, tingginya kepercayaan antara peer group dengan responden, dan keberpihakan dalam menghadapi masalah yang cukup tinggi, serta tingginya tingkat bantuan yang diberikan saat salah satu dari mereka terlibat dalam masalah. Ikhtisar Kualitas Hubungan dengan Peer group

Mayoritas pelajar pelaku tawuran berada memilik kedekatan dengan peer group yang tinggi, pola hubungan yang rutin dan berkala, serta tingkat kepercayaan yang tinggi yang ditunjukan kedua belah pihak saat berada dalam permasalahan. Dengan demikian hasil dari penelitian pada variabel kualitas hubungan dengan peer group ini sejalan dengan hipotesis peneliti yaitu „diduga remaja yang terlibat tawuran memiliki kualitas hubungan dengan peer group yang tinggi‟

(16)

5.5 Tingkat Keterdedahan Kekerasan pada Media Visual

Kondisi keterdedahan kekerasan pada media visual pada pelajar yang terlibat tawuran dapat dilihat dari beberapa media yang dekat dengan dunia pelajar yaitu: surat kabar/koran, televisi, komik, video game, film, dan internet.

Surat Kabar

Berdasarkan Tabel 30, terlihat bahwa intensitas pelajar melihat adegan kekerasan pada surat kabar relatif tinggi, dengan persentase jawaban didominasi oleh kadang-kadang (57,5 persen).

Tabel 30. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Intensitas Melihat Adegan Kekerasan di Televisi

Intensias Melihat Adegan Kekerasan Jumlah %

Selalu 17 42,5

Kadang-kadang 23 57,5

Tidak pernah 0 0

Total 40 100

Berdasarkan Tabel 31, terlihat bahwa judul surat kabar yang paling diminati oleh pelajar pelaku tawuran adalah kompas (75 persen) yang berisikan berita ekonomi, politik, dan olah raga. Namun masih terdapat beberapa pelajar yang menyukai surat kabar lampu merah (12,5 persen) yang konteks dan isinya penuh dengan berita berbau seksual dan kekerasan.

Tabel 31. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Judul Surat Kabar yang di Baca

Judul Surat Kabar Jumlah %

Kompas 30 75

Sindo 10 25

Poskota 9 22,5

Lampu merah 5 12,5

Lainnya (didominasi surat kabar bertema olah raga seperti bola, top score, dll)

10 25

Berdasarkan Tabel 32, terlihat bahwa menurut pelajar yang terlibat tawuran sumber kekerasan tertinggi berada pada topik olah raga (85 persen) sejelan dengan jawaban lainnya (25 persen) pada Tabel 31. Diduga hal ini disebabkan olah raga lebih dekat dengan rutinitas keseharian pelajar dibandingkan topik lainnya. Jawaban yang mengandung unsur kekerasan terlihat cukup besar (kriminal dan politik sebesar 65 persen) walaupun tidak mendominasi secara keseluruhan.

(17)

Tabel 32. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Topik Surat Kabar yang di Minati

Topik Surat Kabar Jumlah %

Kriminal 11 27,5 Ekonomi 9 22,5 Politik 15 37,5 Olah raga 34 85 Lainnya 2 5 Televisi

Berdasarkan Tabel 33, terlihat bahwa intensitas pelajar melihat adegan kekerasan pada televisi cukup tinggi (45 persen), walaupun mayoritas jawaban adalah kadang-kadang (55 persen). Tidak adanya responden yang menjawab tidak menandakan bahwa televisi termasuk salah satu media visual dengan tingkat penayangan kekerasan yang cukup besar.

Tabel 33. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Intensias Melihat Adegan Kekerasan

Intensias Melihat Adegan Kekerasan Jumlah %

Selalu 18 45

Kadang-kadang 22 55

Tidak pernah 0 0

Total 40 100

Berdasarkan Tabel 34, terlihat bahwa stasiun televisi yang diminati pelajar pelaku tawuran adalah RCTI (60 persen) dan Global tv (47,5 persen). Hal ini disebabkan kedua stasiun televisi tersebut merupakan stasiun televisi yang banyak menayangkan program favorit mereka yaitu hiburan dan musik.

Tabel 34. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Stasiun Televisi yang di Tonton

Stasiun Televisi Jumlah %

RCTI 24 60 O Channel 6 15 Global tv 19 47,5 Metro tv 15 37,5 Tran tv 15 37,5 Lainnya 9 22,5

Berdasarkan Tabel 35, terlihat bahwa film yang disiarkan pada televisi (RCTI) mengandung unsur kekerasan yang cukup tinggi (80 persen). Diikuti berita (55 persen) dan reality show (25 persen) dengan kekerasan verbal seperti „tak ada yang abadi‟ dan „mata-mata‟.

(18)

Tabel 35. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Topik Siaran Televisi yang di Minati

Topik Siaran Televisi Jumlah %

Sinetron 2 5 Reality show 10 25 Berita 22 55 Gosip 2 5 Film 32 80 Olah raga 5 12,5 Lainnya 2 5 Komik

Berdasarkan Tabel 36, terlihat bahwa intensitas pelajar melihat adegan kekerasan pada buku komik berada pada taraf sedang (kadang-kadang) dengan persentase 57,5 persen. Bahkan minoritas responden (12,5) menjawab mereka tidak pernah menemukan bentuk kekerasan pada komik yang mereka baca.

Tabel 36. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Intensias Melihat Adegan Kekerasan

Intensias Melihat Adegan Kekerasan Jumlah %

Selalu 12 30

Kadang-kadang 23 57,5

Tidak pernah 5 12,5

Total 40 100

Berdasarkan Tabel 37 dan 38, terlihat bahwa komik-komik yang diminati oleh pelajar yang terlibat tawuran seperti naruto, one piece, dan dragon ball merupakan komik berjenis petualangan yang banyak memperlihatkan adegan perkelahian. Hal ini sesuai dimana judul dan jenis komik tersebut menempati pilihan terbanyak dalam penayangan adagan kekerasan.

Tabel 37. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Judul Komik yang Dibaca

Judul Komik (Jenis) Jumlah %

Naruto (petualangan + laga) 13 32,5

One piece (petualangan + laga) 11 27,5

Dragon ball (petualangan + laga) 6 15

Doraemon (fantasi) 4 10

Eyeshield 21 (olah raga) 4 10

Conan (misteri) 2 5

(19)

Tabel 38. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Jenis Komik yang Diminati

Jenis Komik Jumlah %

Petualangan 24 60 Perang 11 27,5 Olah raga 16 40 Laga/action 23 57,5 Fantasi 13 32,5 Lainnya 1 2,5 Video game

Berdasarkan Tabel 39, terlihat intensitas pelajar (57,5 persen) melihat adegan kekerasan pada video game dapat dikatakan tinggi, terutama bila dibandingkan dengan media visual lain. Sisanya hanya sebesar 5 persen yang menyatakan tidak pernah memainkan game yang mengandung kekerasan didalamnya.

Tabel 39. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Intensias Melihat Adegan Kekerasan

Intensias Melihat Adegan Kekerasan Jumlah %

Selalu 23 57,5

Kadang-kadang 15 37,5

Tidak pernah 2 5

Total 40 100

Berdasarkan Tabel 40 dan 41, terlihat keserasian antara jawaban pelajar mengenai judul dan jenis video game yang menampilkan kekerasan. Mayoritas menjawab winning eleven (35 persen) dan grand thief outo (20 persen) untuk judul game, dengan olah raga (65 persen) dan petualangan (55 persen) untuk jenis game. Dimana game winning eleven merupakan game sepak bola yang paling digemari saat ini, namun bila dilihat secara total, game selain winning eleven memiliki unsure kekerasan didalamnya (perkelahian, menembak, dan petualangan), sehingga mayoritas game yang dimainkan pelajar tawuran merupakan game yang mengandung unsur kekerasan.

Tabel 40. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Judul Video Game yang di Mainkan

Judul Video Game Jumlah %

Winning Eleven (olah raga) 14 35

Grand Thief Outo (petualangan) 8 20

Counter Strike (menembak) 4 10

Tekken (berkelahi) 3 7,5

Lainnya (umumnya merupakan game berjenis peperangan, petualangan dan menembak)

(20)

Tabel 41. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Jenis Video Game yang di Minati

Jenis Video Game Jumlah %

Petualangan 22 55 Olah raga 26 65 Berkelahi 14 35 Simulasi/RPG 18 45 Perang 20 50 Film

Berdasarkan Tabel 42, terlihat bahwa intensitas pelajar (62,5 persen) melihat adegan kekerasan pada film (bioskop) dapat dikatakan sedang. Karena flim yang beredar begitu banyak dengan berbagai macam jenis yang walaupun menampilkan bentuk kekerasan, namun kuantitasnya sedikit.

Tabel 42. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Intensias Melihat Adegan Kekerasan

Intensias Melihat Adegan Kekerasan Jumlah %

Selalu 15 37,5

Kadang-kadang 25 62,5

Tidak pernah 0 0

Total 40 100

Berdasarkan Tabel 43 dan 44, terlihat bahwa film 300 merupakan pilihan mayoritas pelajar (27,5 persen) sebagai film yang menampilkan adegan kekerasan. Karena film tersebut memang merupakan film berjenis peperangan (72,5 persen) yang penuh dengan adegan laga dan perkelahian (75 persen), baik dengan menggunakan tangan kosong atau dengan senjata tajam. Bila dilihat secara keseluruhan, seluruh film mengandung unsure kekerasan walau berada pada tingkatan yang berbeda, sehingga dapat dipastikan pelajar yang terlibat tawuran menyukai film yang mengandung unsur kekerasan (laga, perang, horror) dibandingkan topik lainnya (komedi dan romantis).

Tabel 43. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Judul Film yang di Tonton

Judul Film Jumlah %

300 11 27,5

Transformer 6 15

Harry potter 5 12,5

Lord of the ring 4 10

Saw 3 7,5

(21)

Tabel 44. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Jenis Film yang di Minati

Jenis Film Jumlah %

Romantis 12 30 Komedi 25 62,5 Laga 30 75 Perang 29 72,5 Horror 13 32,5 Internet

Berdasarkan Tabel 45, terlihat bahwa intensitas pelajar melihat adegan kekerasan pada internet mayoritas (72,5 peren) berada pada tingkatan sedang. Karena internet merupakan media visual yang menampilkan banyak sekali hal-hal baik positif maupun negatif, sehingga dapat dikatakan tidak semua situs menampilkan adegan yang berbau kekerasan.

Tabel 45. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Intensias Melihat Adegan Kekerasan

Intensias Melihat Adegan Kekerasan Jumlah %

Selalu 9 22,5

Kadang-kadang 29 72,5

Tidak pernah 2 5

Total 40 100

Berdasarkan Tabel 46 dan 47, terlihat bahwa para pelajar pelaku tawuran menyukai facebook (32,5 persen) yang merupakan situs pertemanan (82,5 persen). Situs ini lebih menvisualkan tulisan dan gamba-Gambar tidak bergerak, sehingga kecil kemungkinan terdapat adegan kekerasan, dan bilapun ada mungkin berupa kekerasan verbal.

Tabel 46. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Situs Internet yang Dilihat

Situs Internet Jumlah %

Facebook 13 32,5

Kaskus 11 27,5

Youtube 10 25

Lainnya (umumnya merupakan situs berjenis pornografi dan berita)

14 35

Tabel 47. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Jenis Situs Internet yang Diminati

Jenis Situs Internet Jumlah %

Pertemanan 33 82,5

Video online 29 72,5

Baca online 14 35

Berita 7 17,5

(22)

Ikhtisar Tingkat Keterdedahan Kekerasan pada Media Visual

Menurut pelajar pelaku tawuran, televisi menayangkan tindakan kekerasan dengan porsi lebih besar dibandingkan media visual lainnya. Dan bila dilihat lebih dalam media audio visual seperti televisi, film, internet, dan video game menampilkan tindakan kekerasan yang lebih tinggi dibandingkan pada media visual non audio seperti koran dan komik.

Tabel 48. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Media Visual dengan Tingkat Kekerasan Tertinggi

Media Visual dengan Tingkat Kekerasan Tertinggi Jumlah %

Koran 14 35 Televisi 31 77,5 Komik 8 20 Film 16 40 Internet 11 27,5 Video game 19 47,5

Mayoritas pelajar pelaku tawuran memiliki tingkat keterdedahan yang tinggi terhadap media visual yang menampilkan kekerasan seperti televisi, video game, internet, film, koran dan komik. Hasil ini mendukung hipotesis peneliti yaitu „diduga remaja yang terlibat tawuran memiliki tingkat keterdedahan tinggi pada media visual yang bertema kekerasan‟.

Gambar

Gambar 5. Siswa SMA 6 dan SMA 70 Pelaku Tawuran
Tabel 7. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Penilaiannya akan kondisi tempat  tinggalnya
Tabel  32.  Jumlah  dan  Persentase  Responden  berdasarkan  Topik  Surat  Kabar  yang  di  Minati
Tabel  35.  Jumlah  dan  Persentase  Responden  berdasarkan  Topik  Siaran  Televisi  yang  di  Minati
+4

Referensi

Dokumen terkait

dan hati nurani, hak beragama, hak untuk Sehubungan dengan upaya untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai mengadili para pelaku pelanggaran HAM, pribadi dihadapan

For example, the concept of a right to life which was used in the argument about abortion in the last section is very closely related to the principle that killing is wrong; the

Secara lengkap demokrasi Pancasila adalah:&#34;Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan yang berketuhanan Yang Maha

[r]

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka terdapat beberapa saran yang diajukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yaitu kebijakan moneter dapat

Berdasarkan hal tersebut, adverbia belum pernah dalam frase belum pernah datang dalam surat Almaidah (5):41 di atas menyatakan bahwa verba aktif intransitif datang

Namun demikian program ini juga masih terdapat kekurangan-kekurangan seperti jumlah input sumber dan tujuan yang terbatas, jumlah supply harus sama dengan jumlah demand, dan hasil

Saat ini saya sedang melakukan penelitian yang berjudul “Gambaran Tingkat Konsumsi Kalori, Makronutrien dan Serat Mahasiswa Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera