• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL Morfologi Esofagus dan Lambung Musang Luak a. Makroanatomi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HASIL Morfologi Esofagus dan Lambung Musang Luak a. Makroanatomi"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

HASIL

Morfologi Esofagus dan Lambung Musang Luak a. Makroanatomi

Berdasarkan hasil pengamatan situs viscerum, esofagus pada awalnya berjalan di sebelah dorsal trakhea, kemudian di pertengahan daerah leher berbelok ke sisi kiri trakhea. Selanjutnya, di daerah thoraks organ ini kembali ke dorsal. Setelah bifurcatio trachealis, esofagus menembus hiatus esophagus pada diafragma dan bermuara di lambung. Esofagus bermuara ke bagian proksimal lambung sebelah kiri. Berdasarkan hasil pengukuran diperoleh panjang esofagus rata-rata adalah 17,3 ± 1,92 cm. Hasil pengukuran diameter esofagus menunjukkan bagian kranial memiliki diameter rata-rata sebesar 1,06 ± 0,16 cm, lebih lebar dibandingkan dengan esofagus bagian medial dan kaudal dengan rata-rata berturut-turut adalah 0,72 ± 0,06 dan 0,83 ± 0,15 cm. Pengukuran panjang dan diameter dari tiga sampel organ esofagus musang luak tersebut dapat dilihat dalam Tabel 2. Tabel 2 Hasil pengukuran panjang dan diameter esofagus dari tiga sampel organ

esofagus musang luak

Keterangan : p = panjang d = diameter

Lambung musang luak merupakan lambung tunggal, terletak di bagian anterioventral ruang abdomen sebelah kiri. Letak lambung tertutup oleh hati pada permukaan kranio-ventral. Lambung bagian kranial berbatasan dengan otot diafragma dan di sepanjang kranio-lateral lambung sebelah kiri terdapat organ limpa yang berukuran relatif panjang, sehingga hanya sebagian kecil lambung yang tampak apabila dalam keadaan kosong (Gambar 6).

Sampel Musang Esofagus (cm)

p d kranial d medial d kaudal

A 16,4 0,9 0,65 0,65

B 16 1,06 0,74 0,89

C 19,5 1,23 0,76 0,94

(2)

Gambar 5 Situs viscerum saluran pencernaan musang luak.

a. esofagus, b. trakhea, c. paru-paru, d. jantung, e. limpa yang terletak di sepanjang permukaan kranio-lateral lambung, f. hati yang menutupi bagian kranio-ventral lambung, g. lambung, h. usus. Bar = 3 cm.

Gambar 6 Organ visceral musang luak dalam keadaan lambung kosong tampak dorsal (A) dan dalam keadaan lambung penuh ingesta tampak ventral (B).

a. lidah, b. esofagus, c. trakhea, d. paru-paru, e. otot diafragma, f. hati, g. limpa, h. lambung, i. usus, j. kloaka. Bar = 2 cm.

a b c e d f g h a a b b c d d e f f g h i i j j A B h

(3)

Lambung musang memiliki bentuk seperti huruf J dengan ukuran kurvatura minor lebih pendek daripada kurvatura mayor. Hasil pengukuran kurvatura mayor dan kurvatura minor lambung musang luak dapat dilihat pada Tabel 3. Hasil pengukuran lambung pada musang luak A dan B menunjukkan hasil yang tidak terlalu berbeda jauh. Lambung musang luak A dan B berukuran kecil, berdinding tebal, dan mempunyai lipatan mukosa yang banyak dan keras. Sampel lambung tersebut diambil saat dalam keadaan kosong. Berbeda dengan lambung musang luak C yang memiliki ukuran lambung lebih besar dan berdinding sangat tipis karena pada saat pengambilan sampel, lambung dalam keadaan penuh ingesta (Gambar 8). Lambung musang luak terbagi atas empat daerah, yaitu daerah kardia, fundus, korpus, dan pilorus. Kardia adalah daerah lambung yang sempit dan berbatasan dengan gastroesophageal junction, fundus merupakan bagian yang berbentuk seperti kubah, dan pilorus merupakan bagian paling akhir dari lambung. Tabel 3 Hasil pengukuran kurvatura mayor dan kurvatura minor dari tiga sampel

organ lambung musang luak

Sampel Musang Kurvatura Mayor (cm) Kurvatura Minor (cm)

A 9,35 5,15

B 9,47 5,28

C* 27,4 8,74

Rata-rata 15,4±10,4 6,39±2,04 * Lambung berisi penuh ingesta

Ket

Gambar 7 Gambaran morfologi lambung musang luak.

a. esofagus, b. kardia, c. fundus, d. korpus, e. pilorus, f. duodenum, Mi = kurvatura minor, Ma = kurvatura mayor. Bar = 1 cm.

f a b c d Mi Ma e

(4)

Gambar 8 Gambaran morfologi interior lambung musang luak (A) dalam keadaan kosong yang berdinding tebal dengan permukaan mukosa membentuk banyak lipatan (plica gastrica) dan (B) dalam keadaan penuh ingesta yang berdinding sangat tipis dengan lipatan-lipatan mukosa yang sedikit teramati. Bar = 1 cm.

b. Mikroanatomi

Lapisan Dinding Esofagus dan Lambung Musang Luak

Lapisan dinding esofagus musang luak secara umum sama seperti pada mamalia lainnya yang terdiri atas empat lapisan, yaitu mukosa, submukosa, tunika muskularis, dan tunika adventisia atau serosa (Gambar 9). Seluruh permukaan mukosa esofagus dilapisi oleh epitel pipih banyak lapis yang tidak mengalami keratinisasi. Jaringan ikat yang terletak di bawah lapisan epitel disebut lamina propria yang terdiri atas jaringan ikat kolagen dan jaringan ikat elastis. Lapis muskularis mukosa terdiri atas otot polos dengan arah serabut longitudinal. Muskularis mukosa di bagian kranial esofagus sangat tipis dan tidak selalu terdapat di sepanjang esofagus (diskontinu) yang disayat secara melintang. Bagian medial dan kaudal esofagus memiliki muskularis mukosa lebih tebal dibandingkan dengan bagian kranial dan terdapat di sepanjang mukosa esofagus (Gambar 9). Lapisan muskularis mukosa ini menjadi batas antara lapisan mukosa dengan lapisan submukosa.

(5)

Lapisan submukosa adalah lapisan yang terdapat di profundal lapisan mukosa. Lapisan ini didominasi jaringan ikat longgar dan banyak ditemukan pembuluh darah (arteri dan vena) dan saraf. Kelenjar esofagus tidak ditemukan di sepanjang esofagus musang luak.

Tunika muskularis musang luak tersusun atas lapisan otot yang tebal. Tunika muskularis terdiri atas dua lapisan yaitu otot sirkuler di bagian dalam dan otot longitudinal di bagian luar. Semakin ke kaudal kedua lapisan tersebut semakin menebal. Gambaran mikroanatomi esofagus musang luak memperlihatkan tunika muskularis memiliki lapisan otot longitudinal yang lebih tipis dibandingkan dengan lapisan otot sirkulernya. Kedua lapisan ini pada esofagus bagian kranial dan medial tersusun atas otot bergaris melintang. Sedangkan pada bagian kaudal, tersusun oleh otot polos (Gambar 9). Lapisan terluar dari esofagus bagian kranial (daerah cervical) berupa jaringan ikat yang disebut tunika adventisia, sedangkan di bagian kaudal (daerah thoraks dan abdomen) lapisan tersebut merupakan mesothelium atau tunika serosa.

Perbatasan antara esofagus dan lambung secara mikroskopis ditandai dengan adanya perubahan epitel dari epitel pipih banyak lapis menjadi epitel silindris sebaris (Gambar 10). Dinding lambung musang luak memiliki empat lapisan, yaitu mukosa, submukosa, tunika muskularis, dan tunika serosa (Gambar 11). Seluruh permukaan mukosa lambung dilapisi oleh epitel silindris sebaris. Kelenjar lambung terdapat dalam lamina propia dan pada bagian profundalnya terdapat lamina muskularis mukosa yang cukup tebal dan menjadi batas dengan lapisan submukosa.

Tunika muskularis adalah lapisan otot yang tebal dan tersusun atas otot polos yang terbagi menjadi dua lapisan. Lapisan dalam merupakan otot yang tersusun secara sirkuler, sedangkan lapisan luar merupakan otot yang tersusun secara longitudinal. Diantara kedua lapis tunika muskularis ditemukan adanya jaringan ikat longgar, pembuluh darah dan kumpulan sel-sel saraf yang membentuk pleksus myenteric. Bagian terluar dari lambung dilapisi oleh tunika serosa yang disusun oleh jaringan ikat longgar.

(6)

Gambar 9 Gambaran mikroanatomi dinding esofagus musang luak yang tersusun atas (Mu) mukosa, (SM) submukosa, (TM) tunika muskularis, dan (TA) tunika adventisia atau serosa. A. esofagus bagian kranial dengan muskularis mukosa yang tipis dan diskontinu, B. esofagus bagian medial, dan C. bagian kaudal dengan muskularis mukosa yang lebih tebal dibandingkan dengan bagian kranial.

a. epitel pipih banyak lapis, b. lamina propria, c. muskularis mukosa, d. submukosa, e. otot sirkuler (otot lurik), e’. otot sirkuler (otot polos), f. otot longitudinal (otot lurik), f’. otot longitudinal (otot polos), g. tunika adventisia, g’. tunika serosa. Pewarnaan HE, Bar A= 50 µm, Bar B dan C = 150 µm. TM Mu SM TA d a e’ f’ b c g’ B C a b c d e g f a b c e g A

(7)

Gambar 10 Gambaran mikroanatomi batas antara esofagus dan lambung.

() batas esofagus dan lambung, (a) epitel pipih banyak lapis, (b) epitel silindris sebaris. Pewarnaan HE, Bar = 150 µm.

Gambar 11 Gambaran mikroanatomi dinding lambung musang luak yang tersusun atas (Mu) mukosa, (SM) submukosa, (TM) tunika muskularis, dan (Se) tunika serosa. Pewarnaan HE, Bar = 150 µm.

a b Mu SM TM Se

(8)

Distribusi Kelenjar Lambung Musang Luak

Musang luak memiliki daerah kardia yang sempit, kelenjarnya pendek dan lurus. Epitel permukaan disusun oleh sel epitel silindris sebaris dan membentuk lekukan yang disebut gastric pit. Daerah kelenjar kardia berupa kelenjar tubular sederhana, dengan sel berbentuk kuboid, dan inti terletak di basal. Beberapa sel parietal mulai ditemukan pada daerah peralihan, yaitu batas antara daerah kardia dan daerah fundus (Gambar 12).

Daerah kelenjar fundus menempati sebagian besar daerah lambung. Daerah ini ditandai dengan mulai ditemukannya sel-sel utama (sel chief). Kelenjar fundus berbentuk tubular sederhana atau bercabang yang terbentang di lamina propia hingga batas lapisan muskularis mukosa. Daerah kelenjar fundus musang luak ditemukan adanya empat tipe sel, yaitu sel mukus permukaan, sel leher mukus, sel parietal, dan sel chief. Sel mukus permukaan ditemukan menutupi seluruh permukaan mukosa lambung. Sel leher mukus berjumlah relatif sedikit dan terletak di bagian gastric pit. Di daerah basal kelenjar terdapat sel dengan sitoplasma bergranula dan bersifat basofil serta memiliki inti terletak di tepi. Sel tersebut merupakan sel chief yang memproduksi enzim prekursor yang disebut juga dengan pepsinogen. Sel parietal ditemukan dalam jumlah besar dan terdistribusi pada bagian apikal hingga basal kelenjar. Semakin ke basal jumlah sel parietal semakin berkurang. Sel ini berukuran lebih besar daripada sel chief, berbentuk bulat dengan inti besar terletak di tengah, dan memiliki sitoplasma yang bersifat asidofil (Gambar 13).

Kelenjar pilorus berbentuk tubulus bercabang dan permukaan mukosanya memiliki gastric pit yang dalam (Gambar 14). Kelenjar pilorus tersusun oleh sel-sel mukus. Penebalan otot yang membentuk sphincter pilorus, tidak sejelas pada hewan lain. Batas antara pilorus dan duodenum ditandai dengan ditemukannya vili usus, sel goblet, dan kelenjar Brunner pada proksimal duodenum (Gambar 15).

(9)

Gambar 12 Gambaran mikroanatomi daerah kelenjar kardia musang luak yang sempit dengan sel kelenjar berbentuk kuboid dan inti () terletak di basal. Beberapa sel parietal ( ) mulai ditemukan pada daerah peralihan antara kardia dan fundus, (a) lamina propria, (b) muskularis mukosa. Pewarnaan HE, Bar A = 50 µm, A’ = 10 µm.

A’

a

b A

(10)

Gambar 13 Gambaran mikroanatomi daerah kelenjar fundus musang luak dan sel-sel penyusun kelenjar fundus yang terdiri atas (a) sel-sel mukus permukaan, (b) sel leher mukus, (c) sel chief yang terdistribusi di basal kelenjar, dan (d) sel parietal yang terdistribusi dari apikal hingga basal kelenjar. Pewarnaan HE, Bar A = 50 µm, Bar A’ = 10 µm.

a b c d A A’

(11)

Gambar 14 Gambaran mikroanatomi daerah kelenjar pilorus musang luak. a. gastric pit, b. lamina propria, c. kelenjar pilorus.

Pewarnaan HE, Bar = 50 µm.

Gambar 15 Gambaran mikroanatomi batas antara pilorus dan duodenum (A) dan sphincter pilorus yang berupa penebalan otot tunika muskularis (B). a. kelenjar pilorus, b. vili usus, c. muskularis mukosa, d. kelenjar Brunner, e. submukosa, f. tunika muskularis.

Pilo = pilorus, Duo = duodenum. Pewarnaan HE, Bar = 150 µm

a b c a Pilo Duo b c c d e e f A B

(12)

Pengamatan Komposisi Substansi Mukus

Hasil pewarnaan alcian blue (AB) pH 2,5 dan periodic acid Schiff (PAS) memperlihatkan intensitas warna biru dan merah magenta yang lemah hingga kuat pada esofagus dan lambung musang luak dapat dilihat pada Tabel 4. Pada pewarnaan AB, sel-sel epitel mukosa esofagus menunjukkan hasil reaksi negatif. Sel-sel mukus dan sel-sel leher sepanjang permukaan mukosa lambung menunjukkan hasil reaksi positif terhadap pewarnaan AB yang ditunjukkan dengan warna biru pada sel-sel dan lumen kelenjar. Daerah kelenjar kardia, sel-sel kelenjar, dan lumen kelenjar menunjukkan intensitas warna kuat hingga lemah. Sel epitel mukosa kelenjar fundus menunjukkan intensitas warna yang kuat. Intensitas warna pada lumen kelenjar semakin rendah pada kelenjar yang terletak semakin ke bagian basal. Daerah kelenjar pilorus, sel-sel kelenjar, dan lumen kelenjar menunjukkan intensitas warna yang lemah terhadap AB.

Pada pewarnaan PAS terlihat bahwa epitel mukosa esofagus menunjukkan hasil reaksi positif dengan intensitas warna lemah. Sel-sel mukus dan sel-sel leher sepanjang permukaan mukosa lambung menunjukkan hasil reaksi positif terhadap pewarnaan PAS yang ditunjukkan dengan warna merah magenta pada sel-sel dan lumen kelenjar. Daerah kelenjar kardia, sel-sel, dan lumen kelenjar menunjukkan intensitas warna antara sedang hingga kuat. Daerah kelenjar fundus, sel-sel, dan lumen kelenjar menunjukkan reaksi lemah sampai kuat, dan daerah awal kelenjar pilorus menunjukkan reaksi yang kuat terhadap PAS. Intensitas warna semakin lemah ditunjukkan pada perbatasan antara daerah akhir kelenjar pilorus dan duodenum.

Tabel 4 Hasil pewarnaan AB dan PAS pada esofagus dan lambung musang luak

No. Nama Organ Pewarnaan

AB PAS 1. Esofagus - epitel mukosa - + 2. Kardia - epitel mukosa +++ +++ - sel kelenjar + ++ - lumen kelenjar + ++ 3. Fundus - epitel mukosa +++ +++ - sel kelenjar + + - lumen kelenjar + + 4. Pilorus - epitel mukosa + + - sel kelenjar + +++ - lumen kelenjar + +++

(13)

Gambar 16 Gambaran mikroanatomi hasil pewarnaan AB dan PAS pada esofagus dan substansi mukus kelenjar lambung musang luak. (A) esofagus, (B) kardia, (C) fundus, (D) pilorus. Bar = 50 µm.

Anak panah: a . intensitas warna biru kuat a’. intensitas warna biru lemah

b . intensitas warna merah magenta kuat b’. intensitas warna merah magenta lemah

PAS b’ PAS b A A AB PAS a AB B B C C D D a’ AB PAS b’ AB a b

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian menunjukkan kisaran nilai Zn (seng) berkisar antara 0,035 – 0,082 mg/l nilai ini belum memenuhi persyaratan menurut PP No.82 tahun 2001 tentang

atau gangguan pendengaran pada karyawan sehingga perlu adanya pengamatan langsung pada lingkungan fisik. 2) Beberapa faktor lingkungan fisik yang diukur meliputi

Dari beberapa studi kasus pengalaman risiko konstruksi pembangkit listrik konvensional dan identifikasi risiko yang terjadi, maka langkah- langkah yang diperlukan

Saya yang bernama Lee Yi Ning adalah Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara akan melakukan penelitian yang berjudul “Gambaran Pengetahuan mengenai

Kelompok- komoditas yang memberikan andil/sumbangan terhadap inflasi Banten berturut-turut sebagai berikut: kelompok bahan makanan sebesar -0,0143 persen; kelompok

Tujuan dari program Paket C itu sendiri salah satunya adalah untuk memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat terpenuhi dalam jalur pendidikan

Hasil pengamatan mengenai proses pengambilan keputusan dalam perusahaan ini baik dalam mengambil keputusan untuk menetapkan tarif kamar maupun keputusan menerima atau menolak

Hasil mutu fisik flakes dari 3 formulasi perbandingan beras merah dan bekatul padi beras putih menunjukan perbedaan yang signifikan untuk indeks penyerapan air,