• Tidak ada hasil yang ditemukan

hukum selama delapan tahun, ketiga perusahaan ini dikenai denda sebesar Rp dan usahanya ditutup (Nicholson, 2010). Berdasarkan kedua kasus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "hukum selama delapan tahun, ketiga perusahaan ini dikenai denda sebesar Rp dan usahanya ditutup (Nicholson, 2010). Berdasarkan kedua kasus"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perusahaan memperhatikan dampak aktivitas operasinya terhadap lingkungan agar dapat mempertahankan keberlanjutan bisnisnya. Hal ini tercantum dalam triple bottom lines yaitu demi mencapai tujuannya untuk memperoleh laba (profit), perusahaan harus dapat bersinergi dengan alam (planet) dan manusia (people). Jika perusahaan tidak dapat memenuhi tanggung jawab lingkungan sebagai akibat dari aktivitas operasinya, maka akan terjadi perlawanan dari masyarakat selaku pihak yang terdampak dari menurunnya kondisi lingkungan.

Bentuk perlawanan masyarakat akibat kasus pencemaran lingkungan diilustrasikan oleh kasus-kasus berikut ini. Kasus litigasi akibat ledakan minyak di Teluk Meksiko dialami oleh British Petroleum Exploration & Production Inc. (BP), salah satu perusahaan minyak dan gas terbesar di dunia. BP dituntut oleh U.S. Justice Department atas ledakan minyak di Teluk Meksiko pada 20 April 2010 lalu. Pemerintah AS menuntut BP karena tidak mematuhi aturan keselamatan dan kesehatan kerja dalam pengeboran minyak lepas pantai yang menewaskan 11 pekerja dan rusaknya ekosistem laut. Atas kejadian ini, BP membayar klaim senilai lebih dari 14 miliar dolar AS dan wajib melakukan restorasi Teluk Meksiko selama lima tahun terhitung sejak 2010 yang menghabiskan dana 700 juta dolar AS (British Petroleum, 2015).

Kasus gugatan pencemaran lingkungan serupa juga dialami oleh tiga perusahaan di Pekalongan, Jawa Tengah. Tiga perusahaan yaitu PT Kesamtex, PT Bintang Triputratez dan CV Enzritek digugat oleh warga Desa Dekoro melalui YAPHI ke Pengadilan Tinggi Jawa Tengah pada tahun 1990 karena tidak memiliki instalasi pengolahan limbah sehingga membuang langsung limbahnya ke Kali Banger. Setelah melalui proses

(2)

2 hukum selama delapan tahun, ketiga perusahaan ini dikenai denda sebesar Rp49.184.000 dan usahanya ditutup (Nicholson, 2010).

Berdasarkan kedua kasus di atas, secara umum penyebab dari munculnya gugatan dari masyarakat atas aktivitas operasi perusahaan adalah buruknya pengelolaan lingkungan yang dilakukan oleh perusahaan tersebut. Jika diruntut ke akar permasalahannya, buruknya pengelolaan lingkungan dipicu oleh kurangnya perhatian manajemen perusahaan atas etika, kepatuhan dan corporate governance (British Petroleum, 2015). Perbedaan yang ditemukan pada dua kasus di atas terdapat pada pembenahan corporate governance setelah gugatan diajukan. Sejak kasus tumpahan minyak di Teluk Meksiko, U.S. Environmental Protection Agency menangguhkan kontrak kerja hingga Maret 2014, setelah BP memenuhi syarat untuk mematuhi aturan keselamatan kerja, etika dan kepatuhan, serta pembenahan corporate governance (British Petroleum, 2015). Sementara itu, pada kasus di Pekalongan, Jawa Tengah, ketiga perusahaan tidak meningkatkan kepatuhan dan etika lingkungan serta tidak melakukan pembenahan corporate governance. Akibatnya, Pengadilan Tinggi Jawa Tengah menutup ketiga perusahaan ini pada tahun 1997. Keputusan ini merupakan bentuk konsekuensi atas tindakan manajemen perusahaan yang tidak mematuhi peraturan lingkungan hidup yang berlaku (Nicholson, 2010).

Pengelolaan lingkungan hidup wajib dilakukan oleh perusahaan dan telah diatur dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI Nomor 5 Tahun 2011 tentang Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (PROPER). Peraturan ini memberikan mandat salah satunya kepada perusahaan publik yang tercatat di bursa untuk melakukan pengelolaan lingkungan hidup. Dengan adanya peraturan ini, perusahaan akan merespons tekanan dari pemerintah seperti yang diungkapkan oleh Guthrie & Parker (1990) dalam Lee & Hutchison (2005), bahwa pengungkapan tanggung jawab sosial dan

(3)

3 lingkungan terjadi karena adanya reaksi atas tekanan dari pemerintah dan publik.

Kasus-kasus gugatan lingkungan yang mengemuka akibat dampak aktivitas operasi perusahaan menunjukkan bahwa perusahaan perlu memiliki sensitivitas tinggi terhadap pemenuhan tanggung jawab lingkungan. Di samping itu, jika perusahaan memperoleh gugatan akibat pencemaran lingkungan, maka informasi mengenai gugatan tersebut wajib diungkapkan di laporan tahunan. Tidak hanya informasi mengenai perkara penting seperti gugatan, namun status penyelesaian gugatan dan pengaruhnya terhadap kondisi perusahaan wajib dimuat dalam laporan tahunan (BAPEPAM LK, 2012a). Hal ini dilakukan demi mewujudkan komitmen perusahaan pada lingkungan. Komitmen perusahaan pada lingkungan dapat tercermin dari aktivitas pengelolaan dan pemulihan lingkungan yang secara sukarela diungkapkan dalam laporan keberlanjutan.

Informasi mengenai perhatian perusahaan pada lingkungan yang diungkapkan perusahaan dalam voluntary disclosure merupakan media komunikasi antara manajemen perusahaan dengan pemangku kepentingan yang diperlukan untuk mengambil keputusan. Hal ini didukung oleh teori pemangku kepentingan bahwa perusahaan memiliki tanggung jawab untuk menciptakan nilai, salah satunya bagi lingkungan hidup. Pengungkapan lingkungan membuat investor dan pemangku kepentingan mampu memberikan penilaian terkait efisiensi dan dampak dari keputusan dan tindakan yang diambil oleh manajer dengan menilai prospek, peluang dan risiko masa depan (Deegan, 2004 dalam Iatridis, 2013). Pengungkapan lingkungan pada perusahaan terkait diperlukan pula oleh manajemen dan pemangku kepentingan untuk mempengaruhi persepsi publik (Patten, 2000 dalam Cong & Freedman, 2011) agar terhindar dari pemberitaan buruk di media dan risiko litigasi.

Teori keagenan, salah satu teori yang mendasari corporate governance mengasumsikan adanya perbedaan kepentingan dan tujuan

(4)

4 antara manajer perusahaan sebagai agen dan pemilik saham sebagai prinsipal sehingga menimbulkan benturan kepentingan antara kedua pihak. Berbagai skandal akuntansi yang muncul menunjukkan lemahnya penerapan corporate governance (Solomon, 2007 dalam Warsono, Amalia & Rahajeng, 2009), seperti kurangnya dewan komisaris dan dewan direksi yang independen, lemahnya pertanggungjelasan Chief Executive Officer dan Chief Financial Officer, dan kurangnya independensi komite audit (Cong & Freedman, 2011). Padahal kebijakan manajemen merupakan faktor kausal pentingnya desakan untuk pengungkapan informasi (Lee & Hutchison, 2005) sehingga manajemen memiliki peran penting dalam menentukan diungkapkan tidaknya suatu informasi.

Berbagai kasus litigasi akibat pencemaran lingkungan oleh perusahaan yang terjadi di Indonesia antara lain disebabkan oleh lemahnya penerapan corporate governance dan kurangnya perhatian manajemen pada etika dan kepatuhan lingkungan hidup. Studi mengenai pengaruh corporate governance terhadap pengungkapan lingkungan sebelumnya telah cukup banyak dilakukan. Namun, penelitian bertajuk corporate governance dan pengungkapan lingkungan menunjukkan keragaman hasil yang disebabkan oleh ketidakkonsistenan model dan proksi pengukuran atau indikator yang digunakan (Belkaoui & Karpik, 1989 dalam Sembiring, 2006). Cong & Freedman (2011) melakukan analisis pada 50 perusahaan di Amerika Serikat dan menemukan bukti bahwa corporate governance berpengaruh positif terhadap pengungkapan lingkungan pada periode awal setelah diterbitkannya Sarbanes-Oxley Act, namun sebaliknya berpengaruh negatif setelah pengembangan Sarbanes-Oxley Act. Iatridis (2013); Kock, Santalo & Diestre (2012) menemukan bahwa perusahaan yang melakukan pengungkapan lingkungan lebih baik adalah perusahaan yang menerapkan corporate governance yang efektif.

Berdasarkan kasus dan pemaparan di atas, penulis hendak menguji atribut corporate governance yang berhubungan dengan pengungkapan lingkungan untuk memahami corporate governance yang efektif

(5)

5 diterapkan di perusahaan publik demi menghindari risiko litigasi dan resistensi dari masyarakat akibat ketidakpatuhan perusahaan terhadap peraturan lingkungan hidup. Studi yang akan dilakukan oleh penulis mengacu pada penelitian Iatridis (2013) yang menggunakan variabel independen yaitu proporsi komisaris independen, proporsi direktur independen, proporsi anggota komite audit independen, persentase kepemilikan saham manajerial, persentase kepemilikan saham institusional, dan tercatat lintas bursa efek. Penulis menambahkan tiga variabel independen yaitu adanya komite nominasi dan remunerasi, adanya komite kebijakan risiko dan adanya komite kebijakan corporate governance dan menggunakan dua variabel kontrol yaitu leverage dan return on asset. Setelah dilakukan purposive sampling, studi ini berfokus pada pengaruh corporate governance terhadap pengungkapan lingkungan pada 19 perusahaan publik non-keuangan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012 – 2013. Dengan demikian, penulis hendak menguji cakupan informasi lingkungan yang diungkapkan secara sukarela oleh perusahaan dipengaruhi oleh atribut corporate governance.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan di atas, maka rumusan masalah yang akan dianalisis yaitu:

1.2.1 Apakah pengaruh komisaris independen, direktur independen, anggota komite audit independen, komite nominasi dan remunerasi, komite kebijakan risiko, komite kebijakan corporate governance, kepemilikan saham manajerial, kepemilikan saham institusional, dan pencatatan lintas bursa secara individu terhadap pengungkapan lingkungan?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Menguji hubungan komisaris independen, direktur independen, anggota komite audit independen, komite nominasi dan

(6)

6 remunerasi, komite kebijakan risiko, komite kebijakan corporate governance, kepemilikan saham manajerial, kepemilikan saham institusional, dan pencatatan lintas bursa secara parsial terhadap pengungkapan lingkungan pada perusahaan publik non-keuangan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia tahun 2012 – 2013.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Menjadi bahan pertimbangan manajemen perusahaan mengenai

corporate governance yang efektif untuk mendorong

pengungkapan lingkungan di Indonesia;

1.4.2 Memberikan informasi mengenai praktik corporate governance yang berhubungan dengan pengungkapan lingkungan di Indonesia; 1.4.3 Menjadi bahan referensi selanjutnya dalam menganalisis praktik

corporate governance dan pengungkapan lingkungan di Indonesia.

1.5 Batasan Penelitian

Studi ini menggunakan pendekatan unweighted disclosure index untuk mengukur pengungkapan lingkungan di laporan keberlanjutan berdasarkan Sustainable Reporting Guidelines G3.1 (GRI, 2011), laporan tahunan untuk mengukur atribut corporate governance dan laporan keuangan. Sampel penelitian yang digunakan adalah perusahaan publik non-keuangan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia tahun 2012 – 2013.

Referensi

Dokumen terkait

Hal tersebut dapat dilihat dari tindakan kelompok Ddos4Bc yang termasuk dalam perbuatan pidana atau melawan hukum, dengan melakukan serangan Ddos sehingga situs milik orang

Hasil uji determinasi (R2) menunjukkan bahwa variabel struktur modal, likuiditas, pertumbuhan laba, ukuran perusahaan dan invesment opportunity set mampu menjelaskan

 Dari hasil menyimak, peserta didik membuat laporan sederhana tentang penggolongan hewan berdasarkan jenis makanannya  Peserta didik membuat teks nonfiksi yang

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, dan hidayah yang telah dilimpahkan oleh-Nya sehingga penulis dapakrit menyelesaikan Tugas

Kemudian pada blok mikrokontroller berfungsi sebagai pembentuk sinyal dc chopper yaitu pulsa-pulsa pwm untuk mengendalikan kecepatan motor dimana pulsa- pulsa

karena penderita memiliki lesi yang berulang seumur hidupnya sehingga akan berdampak terhadap kualitas hidup pasien yang secara tidak langsung juga

Berdasarkan hasil analisis data distribusi frekuensi indikator objektif dalam Penerimaan Peserta Didik Baru Melalui Sistem Zonasi diperoleh data sebanyak 12 atau

Setiap bahasa mempunyai khazanah (inventori) bunyi yang dipilih dari semua kemungkinan bunyi yang bisa diucapkan manusia yang berbeda dengan khazanah bunyi