• Tidak ada hasil yang ditemukan

CSAMT fix

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "CSAMT fix"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 1.1. Latar Belakang

Ilmu geofisika ialah salah satu bidang ilmu yang mempelajari kondisi lapisan Ilmu geofisika ialah salah satu bidang ilmu yang mempelajari kondisi lapisan  bawah permukaan

 bawah permukaan bumi bumi dengan menerapkan dengan menerapkan konsep- konsep- konsep fisika konsep fisika serta serta geologi.geologi. Dalam penelitian melibatkan pengukuran di permukaan bumi dan aspek- aspek Dalam penelitian melibatkan pengukuran di permukaan bumi dan aspek- aspek fisis dalam batuan dibawah permukaan (Santoso,2002). Eksplorasi geofisika fisis dalam batuan dibawah permukaan (Santoso,2002). Eksplorasi geofisika dibagi menjadi 2 jenis metode, yaitu metode aktif dan pasif. Dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 jenis metode, yaitu metode aktif dan pasif. Dalam penelitian ini menggunakan metode elektromagnetik yang memanfaatkan medan magnet dan menggunakan metode elektromagnetik yang memanfaatkan medan magnet dan listrik untuk mengetahui kondisi bawah permukaan menggunakan perambatan listrik untuk mengetahui kondisi bawah permukaan menggunakan perambatan gelombang elektromagnetik yang terbentuk akibat adanya arus bolak-balik dan gelombang elektromagnetik yang terbentuk akibat adanya arus bolak-balik dan medan magnetik.

medan magnetik.

Metode Controlled Source Audio-frequency Magneto-telluric (CSAMT) Metode Controlled Source Audio-frequency Magneto-telluric (CSAMT) memanfaatkan sumber

memanfaatkan sumber buatan buatan untuk untuk mendapatkan mendapatkan sinyal stabil. sinyal stabil. Dengan Dengan caracara menginjeksikan arus dari

menginjeksikan arus dari transmittertransmitter (Tx) dan diterima oleh(Tx) dan diterima oleh receiverreceiver (Rx).(Rx). Menggunakan frekuensi sebesar 6400 Hz

Menggunakan frekuensi sebesar 6400 Hz – 

 – 

 2 Hz dengan kedalaman sebesar 1 km. 2 Hz dengan kedalaman sebesar 1 km. Diperoleh Informasi

Diperoleh Informasi tentang resistivitas batuan tentang resistivitas batuan bawah bawah permukaan sebagai permukaan sebagai fungsifungsi kedalaman dengan

kedalaman dengan mengukur mengukur besarnya medan besarnya medan listrik dan medan listrik dan medan magnet untukmagnet untuk  berbagai

 berbagai frekuensi. frekuensi. Resistivitas Resistivitas listrik listrik merupakan merupakan parameter parameter penting penting untukuntuk mengkarakterisasikan keadaan fisis bawah permukaan, yang diasoasiasikan mengkarakterisasikan keadaan fisis bawah permukaan, yang diasoasiasikan dengan material

dengan material dan konddan kondisi bawah isi bawah permukaan.permukaan.

Metode CSAMT pada sistem panasbumi bertujuan untuk mengidentifikasi Metode CSAMT pada sistem panasbumi bertujuan untuk mengidentifikasi kondisi bawah permukaan yang meliputi

kondisi bawah permukaan yang meliputi reservoir, heat source,reservoir, heat source, struktur batuan. struktur batuan. Dapat diidentifikasi berdasarkan kontras resistivitas batuan akibat gelombang Dapat diidentifikasi berdasarkan kontras resistivitas batuan akibat gelombang elektomagnetik. Sehingga diperoleh nilai resisitivitas dibawah permukaan untuk elektomagnetik. Sehingga diperoleh nilai resisitivitas dibawah permukaan untuk mengetahui kondisi geologi bawah permukaan.

(2)

1.2. Maksud Tujuan

Maksud dari penelitian ini untuk memahami dan mengetahui konsep  pengolahan data elektromagnetik metode CSAMT dan mengidentifikasi sistem  panasbumi daerah penelitian. Adapun tujuan dari penelitian ini ialah dapat membuat profil bawah permukaan untuk dilakukan interpretasi berdasarkan  perbedaan nilai resistivitasnya. Sehingga dapat mengetahui kondisi geologi pada

(3)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Sistem Panasbumi Menggunakan Magnetotelluri c Seri es METODE MT, CSAMT, DAN TDEM TERINTEGRASI UNTUK MENDESAIN MODEL KONSEPTUAL PANAS BUMI LAPANGAN

WAYANG WINDU JAWA BARAT Oleh:

Hafiz Hamdalah

Program Studi Magister Geofisika UGM Yogyakarta

Lapangan Panas Bumi Wayang Windu, Jawa Barat merupakan lapangan yang sudah beroperasi dan dalam tahap pengembangan. Untuk meningkatkan  produksi maka harus ditemukan area prospek baru dengan membangun konseptual model panas bumi yang lebih detil. Metode  Magnetotelluric  (MT), Controlled Source Audio-Frequency Magnetotelluirc  (CSAMT), dan Time  Domain Electromagnetic  (TDEM) merupakan metode geofisika elektromagnetik yang efektif dalam menggambarkan konseptual panas bumi berdasarkan kontras nilai resistivitas batuan di bawah permukaan. Efek heterogenitas medium di dekat  permukaan menyebabkan efek pergeseran statik pada kurva resistivitas semu, sehingga perlu dikoreksi menggunakan data Time Domain Electromagnetic (TDEM). Informasi geologi berupa struktur sesar dan variasi litologi serta informasi suhu, kedalaman reservoar dan kondisi litologi bawah permukaan dari data lubang bor diperlukan pada tahap interpretasi. Hubungan antara slope resistivitas, gradien resistivitas (RG), serta gradien suhu dapat digunakan memprediksi klasifikasi potensi sumur dari produksi sangat tinggi sampai sangat rendah. Interpretasi model resistivitas bawah permukaan menunjukan nilai resistivitas overburden >40 ohm.m, batuan penudung 5

 – 

 40 ohm.m, dan sumber  panas >100 ohm.m. Kedalaman top of reservoir  bervariasi dari 750 –  900 meter di  bawah permukaan. Integrasi data geofisika, geologi, dan sumur menghasilkan model konseptual panas bumi lapangan Wayang Windu yang merepresentasikan zona up flow, out flow, primary recharge, secondary recharge, patahan, rekahan, dan sebaran litologi bawah permukaan.

(4)

BAB III

DASAR TEORI

3.1. Prinsip Dasar Metode

Control Source Audio Magnetotelluric

Metode “Controlled

Source Audio Magnetotelluric” (CSAMT) menggunakan sumber medan elektromagnetik (EM) buatan pada interval frekuensi audio (0.1 Hz-10 kHz) untuk meningkatkan “ signal to noise ratio”

(S/N). Umumnya sumber medan EM buatan tersebut berupa arus listrik yang cukup kuat (~10 ampere) yang diinjeksikan ke bumi dalam bentuk dipole. Metode MT pada dasarnya sama dengan metode Natural Source Magnetotelluric  (MT) dan  Audio-Frequency Magnetotelluric  (AMT). Perbedaan mendasar kedua metode ini adalah penggunaan sumber dasar pada CSAMT yang diletakkan pada  jarak tertentu. Sumber menghasilkan sinyal stabil yang menghasillkan keakuratan yang lebih tinggi serta biaya eksplorasi yang lebih ekonomis jika dibandingkan dengan metode sumber alami pada panjang gelombang yang sama. Hanya saja  pada jarak sumber medan primer (transmitter ) dengan penerima (receiver ) yang  berhingga ( Near Field ) menyebabkan asumsi gelombang bidang tidak berlaku karena bidang gelombang merambat tidak tegak lurus dengan arah  perambatannya. Peristiwa ini menyebabkan permodelan dan interpretasi data

CSAMT relative lebih sulit daripada MT. Karena pada metode MT asumsi gelombang bidang berlaku sehingga dapat mempermudah dalam perhitungan matematika maupun kepentingan interpretasi. Gelombang bidang dan gelombang datar merupakan gelombang yang bidang gelombangnya berupa bidang datar yang merambat tegak lurus dengan arah perambatan.

CSAMT adalah salah satu metode geofisika sounding dengan  frequency-domain electromagnetic yang digunakan untuk mendapatkan peta resistivitas 2D dibawah permukaan. Metode ini menggunakan dipole listrik yang ditanamkan atau  loop  horizontal sebagai sumber energy. Medan listrik dan medan magnet yang tegak lurus kemudian diukur, idealnya pada zona gelombang bidang yang  berada pada jarak jauh dari sumber.

(5)

 Nilai resistivitas semu didapat dengan membandingkan besar medan listrik horizontal dan medan magnet yang tegak lurus. Sudut beda fase antara medan listrik dan medan magnet menunjukkan impendansi bumi. Pada umumnya  pengukuran dilakukan pada rentang frequency 0.1 hingga 10 kHz.

3.2. Perambatan Medan Elektromagnetik

Metode elektromagnetik merupakan salah satu metode dalam eksplorasi geofisika yang umumnya digunakan untuk pencarian bahan-bahan yang memiliki sifat konduktif yang tinggi. Perubahan komponen-komponen medan akibat variasi konduktivitas dimanfaatkan untuk menentukan struktur bawah permukaan. Medan elektromagnetik yang digunakan dapat diperoleh dengan sengaja membangkitkan medan elektromagnetik disekitar daerah observasi (metode aktif), ataupun memanfaatkan medan elektromagentik yang terdapat di alam (metode pasif).

Konsep pada metode elektromagnetik dengan medan elektromagnet yang ditimbulkan oleh suatu pemancar dapat digunakan dalam eksplorasi geofisika. Medan ini disebut sebagai medan elektromagnetik  primer dan dapat menimbulkan fluks elektromagnetik pada konduktor yang berada dalam pengaruhnya. Konduktor tersebut akan terinduksi dan menimbulkan ggl yang menghasilkan arus sekunder. Arus sekunder (arus pusaran = eddy current ) mengalir dalam konduktor dan menyebabkan gelombang elektromagnetik  sekunder, yang besarnya tergantung

dari konduktivitas konduktor (σ), permeabilitas magnetik konduktor (μ),

  dan frekuensi gelombang  elektromagnetik   primer. Seperti medan elektromagnetik 

 primer, medan elektromagnetik   sekunder inipun berubah terhadap jarak sehingga  pada penerima terjadi kombinasi medan elektromagnetik   total (primer dan

sekunder).

Untuk mengetahui sifat kelistrikan batuan, gelombang sekunder ditangkap menggunakan receiver berbentuk kumparan kawat. Analisa gelombang elektromagnetik sekunder meliputi amplitudo dan fase, dibandingkan dengan gelombang primer. Gelombang elektromagnetik sekunder memiliki dua bagian, yaitu in-phase  (yang sefase dengan gelombang primer) dan out-phase  (yang fasenya 90° dari gelombang primer). Dalam metode ini terdapat beberapa metode dalam pengolahan maupun akuisi datanya, antara lain VLF, CMD, CSAMT, MT, AMT, GPR, TDEM, dan Turam.

(6)

3.3.

 Ski n Depth

Persamaan paling umum yang digunakan dalam metode elektromagnetik (EM) untuk domain frekuensi adalah  skin depth. Skin depth adalah nilai kedalaman gelombang di mana amplitudo gelombang telah teratenuasi hingga tersisa 37% dari nilai semula.

Medan elektromagnetik akan teratenuasi ketika melewati lapisan konduktif,  jarak maksimum yang dapat dicapai oleh medan elektromagnetik saat menembus lapisan konduktif ini dinamakan  skin depth. Nilai skin depth dipengaruhi oleh resistivitas bahan dan frekuensi yang digunakan. Hubungan ini dapat ditulis sesuai dengan persamaan 3.1.

(3.1)

 Effective Depth Penetration (D) adalah kedalaman yang dapat dicapai saat dilakukan survei CSAMT. Nilai D ini dapat ditulis sesuai dengan persamaan 3.2.

(3.2)

3.4.

Cagni ard Apparent Resistivity

Persamaan Cagniard diformulasikan untuk mengetahui nilai resistivitas semu dari batuan yang diinduksi oleh gelombang elektromagnetik. Perbedaan resistivitas semu Cagniard dengan resistivitas semu pada metode resistivitas geolistrik adalah perolehannya. Resistivitas semu Cagniard diperoleh dari hasil induksi gelombang elektromagnetik terhadap batuan, sedangkan nilai resistivitas semu metode geolistrik diperoleh dari injeksi arus listrik langsung terhadap  batuan.

Persamaan Cagniard merupakan persamaan yang dipakai pada gelombang  bidang. Sebuah gelombang elektromagnetik yang merambat dengan frekuensi f (Hz) vertikal ke dalam tanah yang homogen dengan hambatan =

ρ

  akan terdiri dari

komponen medan magnetik (By) dan medan listrik (Ex) yang tegaklurus satu sama

(7)

lain pada bidang horizontal.

Data yang didapat pada pengukuran dengan menggunakan Metode CSAMT adalah berupa Medan Listrik dan Medan Magnet. Untuk mendapatkan nilai resistivitas batuan, kita dapat menggunakan persamaan Cagniard Resistivity yang ditunjukkan pada persamaan 3.3.

(3.3)

Dengan

ρ

a adalah nilai resistivitas semu Cagniard, f adalah nilai frekuensi yang digunakan, E adalah nilai medan listrik (mV/km), dan H adalah nilai medan magnet dalam nanoTesla (nT). Jika tanah tidak homogen,

ρ

  akan menjadi

ρ

a, yaitu tahanan jenis semu.

Gambar 3.1.Sketsa gelombang EM tunggal yang menembus tanah dengan hambat jenis sebesar ρ

3.5.

 Macam-Macam Sumber Magnetotelluric Seri es

Metode pengukuran MT (magnetotelluric) dan AMT (audio magnetotelluric)  pada dasarnya adalah sama, perbedaanya hanya pada cakupan frekuensi yang ditangkap. Metode MT memperoleh data dari frekuensi sekitar 400 Hz sampai 0.0000129 Hz, sedangkan metode AMT memperoleh data dari frekuensi 10 kHz sampai 0.1 Hz, dengan sumber berupa arus telurik yang terjadi di sekitar ionosfer  bumi. Semakin kecil frekuensi yang ditangkap, maka semakin dalam pula

kedalaman yang dapat diperoleh dalam pengukuran tersebut.

Medan EM yang mempunyai jangkauan spektrum frekuensi yang lebar ini dalam interaksinya dengan tanah akan menghasilkan medan induksi sekunder yang dikontrol oleh sifat-sifat kelistrikan dari tanahnya. Dalam survei MT medan

(8)

EM yang terukur, baik medan primer maupun medan sekunder adalah medan totalnya saja. Hubungan antara fluktuasi medan listrik dan medan magnetic dirumuskan dalam persamaan Maxwell dan hukum Ohm. Hubungan tersebut sulit untuk dipecahkan mengingat medan primer dan sekunder yang terekam tidak dapat dipisahkan.

 Metode MT dan AMT adalah metode pasif yang memanfaatkan variasi medan elektromagnetik yang terdapat pada permukaan bumi yang berasal dari batuan

 – 

 batuan di bawah permukaan yang terinduksi oleh medan elektromagnetik yang

terbentuk pada ionosfer bumi. Variasi dari medan elektromagnetik ini yang kemudian diukur dan dikonversi menjadi nilai resistivitas batuan, sehingga dapat diketahui gambaran di bawah permukaan bumi.

3.6.

 Magnetotelluric Sounding

Untuk kasus 1-D, plot harga resistivitas semu versus periode (T=1/f) akan menggambarkan perubahan resistivitas tanah terhadap kedalaman. Gambar seperti ini dikenal dengan nama kurva sounding MT. Kurva sounding MT dapat dipandang dan diinterpretasikan seperti model interpretasi 1-D geolistrik sounding Schlumberger, menggunakan kurva bantu maupun fitting dengan komputer. Perlu ditegaskan disini bahwa interpretasi semacam ini hanya valid untuk daerah dengan lapisan mendatar.

Untuk 1-D kedalaman penembusan yang lebih realistic (dalam m) dapat didekati dari ha

rga perioda (T; dt) dan resistivitas semu (ρa; Ω.m) sebesar:

≈ 350√

(9)

BAB IV

METODOLOGI

4.1. Diagram Alir Pengolahan Data

Gambar 4.1. Diagram Alir Pengolahan Data

Pengolahan pada IX1D

Membuat pemodelan

Menghasilkan penampang bawah permukaan

Analisa dan Interpretasi

Kesimpulan Selesai Memasukkan data Menghasilkan Kurva Matching Mulai

(10)

4.2. Pembahasan Diagram Alir Pengolahan Data

Diagram pengolahan data merupakan seluruh rangkaian atau urutan  pengolahan data dari awal berupa input data sampai dihasilkan peta bawah  permukaan. Berikut ini merupakan urutan secara rinci rangkaian pengolahan data:

1. Langkah pertama ialah melakukan pengolahan data dari lapangan dengan  Microsoft Excell.

2. Kemudian membuka software Interpex, buat project baru untuk input nilai koordinat, resistivitas beserta nilai errornya dan besar frekuensi.

3. Selanjutnya membuat grafik untuk model 1D dengan memperhatikan nilai inversi occam yang berhimpitan dengan data. Setelah nilai inversi occam  berhimpitan dengan data, dilakukan curve matching untuk penentuan nilai resistivity-nya. Membuat grafik curve matching   untuk seluruh titik  pengukuran.

4. Setelah itu membuat profil dengan menggabungkan data setiap titik  sounding . Kemudian ditarik garis dari titk  sounding  pertama hingga

terakhir.

5. Diperoleh data titik sounding dan model 2D yang menggambarkan kondisi  bawah permukaan titik pengukuran. Kemudian melakukan interpretasi  berdasarkan penampang dan membuat kesimpulan dari penelitan tersebut. 6. Selesai.

(11)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Kurva

 Matching

5.1.1. Titik

 Sounding

Titik 10

Gambar 5.1.Titik Sounding Titik 10

Pada gambar di atas adalah hasil permodean 1D berupa curve matching  pada titik sounding 10. Sebelum dilakukan permodelan dilakukan inversi nilai occam dengan menggunakan software Interpex. Dari curve matching  di atas dapat dilihat terdapat 3 grafik yang berbeda. Pada kotak pertama merupakan hasil dari grafik frekuensi vs resistivitas. Untuk kotak kedua dibagian bawah berupa grafik  phase vs frekunesi. Untuk kotak ketiga dibagain kanan merupakan grafik resistivitas vs kedalaman. Permodelan diatas akan sesuai dengan kondisi sebenarnya apabila grafik inversi occam saling berhimpit dengan grafik nilai data setiap titik pengukuran dan diperoleh RMS error sebesar 114 %.

Pada grafik curve matching disebelah kanan merupakan kurva  perbandingan nilai resistivitas dengan kedalaman di titik sounding. Dapat dilihat di grafik pada kedalaman 10 sampai dengan 100 meter memiliki nilai resistivitas sebesar 10 ohm.m sampai 100 ohm.m. Lapisan ini diidentifikasi berupa  batulempung yang berfungsi sebagai claycap  pada sistem panasbumi daerah  penelitian. Zona claycap ini merupakan lapisan overburden yang mengalami  proses alterasi sehingga nilai resistivitanya cukup rendah. Claycap  berfungsi

(12)

sebagai lapisan penudung untuk mencegah fluida dari sistem panasbumi atau uap dapat melewatinya. Untuk kedalaman 100 meter hingga sekitar 1000 meter memiliki nilai yang sangat rendah sebesar 0,1 ohm.m hingga 10 ohm.m. Pada lapisan ini diidentifikasi berupa zona reservoir . Lapisan yang terdapat di zona ini dapat berupa batupasir dengan butir halus hingga kasar yang memiliki porositas cukup baik. Sehingga kandungan fluida dapat bertransportasi pada daerah ini. Untuk keberadaan zona heat source sebagai sumber panas pada sistem panasbumi  belum dapat diidentifikasi pada titik sounding ini.

(13)

5.1.2. Titik

 Sounding Titik 11

Gambar 5.2.Titik Sounding Titik 11

Pada gambar di atas adalah hasil permodean 1D berupa curve matching

 pada titik sounding 11. Sebelum dilakukan permodelan dilakukan inversi nilai occam dengan menggunakan software Interpex. Dari curve matching  di atas dapat dilihat terdapat 3 grafik yang berbeda. Pada kotak pertama merupakan hasil dari grafik frekuensi vs resistivitas. Untuk kotak kedua dibagian bawah berupa grafik  phase vs frekunesi. Untuk kotak ketiga dibagain kanan merupakan grafik resistivitas vs kedalaman. Permodelan diatas akan sesuai dengan kondisi sebenarnya apabila grafik inversi occam saling berhimpit dengan grafik nilai data setiap titik pengukuran dan diperoleh RMS error sebesar 12,9 %.

Pada grafik curve matching disebelah kanan merupakan kurva  perbandingan nilai resistivitas dengan kedalaman di titik sounding. Dapat dilihat di grafik pada kedalaman 10 sampai dengan 100 meter memiliki nilai resistivitas sebesar 10 ohm.m sampai 100 ohm.m. Lapisan ini diidentifikasi berupa  batulempung yang berfungsi sebagai claycap  pada sistem panasbumi daerah  penelitian. Zona claycap ini merupakan lapisan overburden yang mengalami  proses alterasi sehingga nilai resistivitanya cukup rendah. Claycap  berfungsi sebagai lapisan penudung untuk mencegah fluida dari sistem panasbumi atau uap dapat melewatinya. Untuk kedalaman 100 meter hingga sekitar 700 meter

(14)

memiliki nilai yang sangat rendah sebesar 0,5 ohm.m hingga 10 ohm.m. Pada lapisan ini diidentifikasi berupa zona reservoir . Lapisan yang terdapat di zona ini dapat berupa batupasir dengan butir halus hingga kasar yang memiliki porositas cukup baik. Sehingga kandungan fluida dapat bertransportasi pada daerah ini. Untuk keberadaan zona heat source sebagai sumber panas pada sistem panasbumi  belum dapat diidentifikasi pada titik sounding ini.

(15)

5.1.3. Titik

 Sounding

 Titik 12

Gambar 5.3.Titik Sounding Titik 12

Pada gambar di atas adalah hasil permodean 1D berupa curve matching

 pada titik sounding 12. Sebelum dilakukan permodelan dilakukan inversi nilai occam dengan menggunakan software Interpex. Dari curve matching  di atas dapat dilihat terdapat 3 grafik yang berbeda. Pada kotak pertama merupakan hasil dari grafik frekuensi vs resistivitas. Untuk kotak kedua dibagian bawah berupa grafik  phase vs frekunesi. Untuk kotak ketiga dibagain kanan merupakan grafik resistivitas vs kedalaman. Permodelan diatas akan sesuai dengan kondisi sebenarnya apabila grafik inversi occam saling berhimpit dengan grafik nilai data setiap titik pengukuran dan diperoleh RMS error sebesar 22,5 %.

Pada grafik curve matching disebelah kanan merupakan kurva  perbandingan nilai resistivitas dengan kedalaman di titik sounding. Dapat dilihat di grafik pada kedalaman 1 sampai dengan 10 meter memiliki nilai resistivitas yang tinggi sebesar 500 ohm.m sampai 100o ohm.m. Dapat diidentifikasi berupa  bagian overburden yang dibagian bottom lapisan mengalami penurunan nilai

resistivitas akibat adanya mineral yang konduktif. Dibagian bawah overburden

 berupa zona claycap pada sistem panasbumi daerah penelitian. DIidentifikasi pada kedalaman 10 meter hingga 100 meter. Zona claycap ini merupakan lapisan

overburden yang mengalami proses alterasi sehingga nilai resistivitanya cukup rendah. Claycap berfungsi sebagai lapisan penudung untuk mencegah fluida dari sistem panasbumi atau uap dapat melewatinya. Untuk kedalaman 100 meter

(16)

hingga sekitar 600 meter memiliki nilai yang sangat rendah sebesar 1 ohm.m hingga 10 ohm.m. Pada lapisan ini diidentifikasi berupa zona reservoir . Lapisan yang terdapat di zona ini dapat berupa batupasir dengan butir halus hingga kasar yang memiliki porositas cukup baik. Sehingga kandungan fluida dapat  bertransportasi pada daerah ini. Pada kedalaman lebih dari 1000 meter

mengalami peningkatan nilai resistivitas hingga 300 ohm.m. Nilai resistivitas yang tinggi akibat adanya peningkatan temperatur pada kedalaman tersebut. Dapat diidentifikasi mulai kedalaman 1000 meter berupa bagian dari top source rock . Berupa batuan beku dengan sifat impermeable dan sangat kompak.

(17)

5.2. Korelasi Titik

 Sounding

Gambar 5.4. Korelasi Titik Sounding

Pada gambar 5.4 di atas merupakan hasil korelasi seluruh titik sounding yang berjumlah 24. Korelasi titik sounding memberikan gambaran berupa nilai resistivitas yang berbanding dengan kedalamannya. Penampang tersebut memiliki  persebaran warna yang mewakili nilai resistivitasnya. Didominasi oleh warna biru muda hingga hijau. Terdapat indeks warna dibagian kiri penampang dengan warna biru mewakili nilai rendah sebesar 0,1 ohm.m hingga 1 ohm.m. Untuk warna hijau berupa nilai sedang sebesar 10 ohm.m hingga 100 ohm.m. Sedangkan warna kuning-merah merupakan nilai resistivitas yang tinggi dengan rentang nilai 100 ohm.m hingga 1000 ohm.m.

Diperoleh kedalaman maksimal mencapai 12500 meter dengan panjang  bentangan mencapai 2250 meter. Dominasi warna hijau pada bagian tengah  penampang dengan profile distance antar 1250 meter hingga 1750 meter. Daerah dengan warna hijau diidentifikasi berupa claycap atau batuan penudung pada sistem panasbumi. Dapat berupa batulempung yang mengalami proses alterasi sehingga terdapat mineral konduktif yang menyebabkan nilai resistivitasnya cukup rendah. Zona claycap ini berfungsi ebagai lapisan penudung untuk mencegah fluida dari sistem panasbumi atau uap dapat melewatinya. Sehingga fluida panasbumi terjebak pada lapisan reservoir .

(18)

Untuk warna biru menunjukkan zona dengan nilai resistivitas sangat rendah. Daerah ini merupakan zona reservoir  pada sistem panasbumi dengan kandungan fluida yang cukup banyak menyebabkan nilai resistivitasnya sangat kecil. Lapisan ini dapat berupa batupasir kasar hingga halus dengan porosits yang tinggi sebagai jalur transportasi fluida. Pada zona ini merupakan target dari manifestasi panasbumi di daerah penelitian.

(19)

BAB VI

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Dari semua rangkaian pengolahan data didapatkan beberapa hasil seperti  peta konduktifitas, peta inphase, dan permodelan 3D. Berikut ini beberapa poin

dari penelitian tersebut:

 Penampang dengan warna biru menunjukkan zona dengan nilai resistivitas sangat rendah sebesar 0,1 ohm.m hingga 10 ohm.m. Daerah ini merupakan zona reservoir  pada sistem panasbumi dengan kandungan fluida yang cukup banyak menyebabkan nilai resistivitasnya sangat kecil. Lapisan ini dapat berupa batupasir kasar hingga halus dengan porosits yang tinggi sebagai jalur transportasi fluida.

 Daerah dengan warna hijau diidentifikasi berupa claycap atau batuan  penudung pada sistem panasbumi dengan rentan 10 ohm.m hingga 100 ohm.m. Dapat berupa batulempung yang mengalami proses alterasi sehingga terdapat mineral konduktif yang menyebabkan nilai resistivitasnya cukup rendah. Zona claycap ini berfungsi ebagai lapisan  penudung untuk mencegah fluida dari sistem panasbumi atau uap dapat melewatinya. Sehingga fluida panasbumi terjebak pada lapisanreservoir .  Untuk penampang yang warnanya merah berupa sourcerock dengan nilai

resistivitas yang tinggi akibta temperatur tinggi.

5.2 Saran

Setelah dilakukannya pengolahan data dan pembuatan peta penampang  penulis memberi saran berupa ketika melakukan pengolahan data dan  perhitungan harus teliti. Penggunaan alat saat di lapangan harus hati-hati sesuai dengan prosedut yang berlaku. Pada saat menginterpretasi diperlukan pemahaman ilmu geologi yang lebih dalam. Dan memperluas referensi seperti peneliti terdahulu agar semakin opotimal saat menganalisa penampang bawah permukaan.

Gambar

Gambar 3.1. Sketsa gelombang EM tunggal yang menembus tanah dengan hambat  jenis sebesar ρ
Gambar 3.2. Diagram kurva sounding MT untuk model 3 lapis
Gambar 4.1. Diagram Alir Pengolahan DataPengolahan pada IX1D
Gambar 5.1. Titik Sounding Titik 10
+4

Referensi

Dokumen terkait

Dari penelitian diperoleh hasil semakin banyak massa pati maka kadar etanol yang dihasilkan juga akan semakin besar, karena kadar karbohidrat yang diubah menjadi

Pasca pandemi Covid-19 masuk ke Indonesia yang kemudian pertengahan Maret 2020 untuk menekan angka penderita Covid 19, pemerintah provinsi dan pemerintah daerah menghasilkan

Cara yang diterapkan untuk mengatasi akibat gangguan tersebut adalah dengan menambah digit- digit tambahan pada data yang dikirim sedemikian rupa agar nantinya

Hubungan Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP ASI) Pada Anak Usia 0-24 Bulan Dengan Kejadian Diare Di Wilayah Kerja Puskesmas Purwodadi Kecamatan Purwodadi

Dari uraian latar belakang di atas, maka penegakan prinsip-prinsip GCG sangat penting diterapkan di lembaga pemerintah seperti DJBC khususnya dalam pelaksanaan pemungutan bea

Tjong Lan memberi saran,”Hui Lan, kamu harus menikah dengan Wellington Koo, jangan seperti saya yang bersuamikan orang yang tidak berarti.. Ingat, kamu akan menjadi

Dalam pelaksanaan pelayanan kefarmasian, apotek harus memiliki peralatan yang Dalam pelaksanaan pelayanan kefarmasian, apotek harus memiliki peralatan yang memadai,

u/ Jalan dari 447,90 Km (45,23 %) Pada Tahun 2009 Menjadi 618,43 Km (62,45%) Pada Tahun 2015 Meningkatnya aksesibilitas daerah dan berkembangnya fasilitas wilayah Meningkatnya