BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen atau eksperimen semu. “Tujuannya adalah untuk memprediksi keadaan yang dapat dicapai melalui eksperimen yang sebenarnya, tetapi tidak ada pengontrolan dan/atau manipulasi terhadap seluruh variabel yang relevan” (Arifin, 2011:74). Penelitian yang dilakukan yaitu mengenai penerapan model pembelajaran ARIAS berbantuan multimedia interaktif terhadap peningkatan kemampuan aplikasi pada mata pelajaran TIK SMA. Penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah model pembelajaran ARIAS berbantuan multimedia interaktif dapat meningkatkan kemampuan aplikasi siswa pada mata pelajaran TIK SMA dan apakah model pembelajaran ARIAS berbantuan multimedia interaktif lebih baik dalam meningkatkan kemampuan aplikasi siswa daripada pembelajaran konvensional pada mata pelajaran TIK SMA.
B. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah Non-equivalent Control Group Design. Adapun secara bagan dapat digambarkan sebagai berikut :
O1 X O2 O1 - O2
(Sugiyono, 2012:116) Keterangan :
O1 : Pretest (tes awal) O2 : Post-test (tes akhir)
X : Perlakuan (Treatment) terhadap kelompok eksperimen berupa pengajaran dengan menerapkan model pembelajaran ARIAS berbantuan multimedia interaktif.
- : Perlakuan terhadap kelompok kontrol berupa pembelajaran konvensional (model pembelajaran langsung dan praktik
C. Populasi dan Sampel
Pada penelitian ini mengambil populasi siswa kelas XI SMA. Pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan teknik
Purposive Sampling. Sampel dalam penelitian ini diambil dari berdasarkan pertimbangan tertentu. Pertimbangan terkait dengan pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah siswa yang termasuk dalam kelas reguler. Pemilihan sampel ini tidak lepas dari informasi dan rekomendasi dari guru TIK di sekolah yang bersangkutan. Adapun sampel yang diambil dalam penelitian ini yaitu 2 kelas, kelas XI IPA 2 sebagai kelompok eksperimen yang akan diberikan perlakuan menggunakan model pembelajaran ARIAS berbantuan multimedia interaktif dan kelas XI IPA 1 sebagai kelompok kontrol yang akan diberikan perlakuan menggunakan pembelajaran konvensional.
D. Prosedur Penelitian
Untuk mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan, perlu disusun prosedur yang sistematis. Secara umum prosedur penelitian dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu tahap persiapan, pelaksanaan dan penyelesaian.
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini dilakukan penetapan jadwal penelitian, mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan penelitian antara lain :
a. Memilih masalah. b. Studi pendahuluan.
c. Merumuskan masalah dan tujuan penelitian.
d. Menentukan dan menyusun instrumen dimulai dengan mempersiapkan dan memahami perangkat pembelajaran mulai dari silabus, rencana pembelajaran, bahan ajar, pengembangan multimedia interaktif, format penilaian, menentukan populasi dan sampel, menetapkan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
e. Judgement instrumen. f. Uji coba instrumen.
g. Analisis uji coba instrumen. 2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini dilaksanakan pada proses pembelajaran. Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan antara lain :
a. Melakukan pretest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk mengetahui kemampuan awal siswa.
b. Memberikan perlakuan (treatment) berupa pembelajaran pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pada kelompok eksperimen pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran ARIAS berbantuan multimedia interaktif, sedangkan pada kelompok kontrol menggunakan pembelajaran konvensional (model pembelajaran langsung dan praktik berbantuan multimedia interaktif).
c. Melakukan posttest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk mengetahui kemampuan akhir siswa.
3. Tahap analisis data
a. Mengolah hasil data. b. Menganalisis hasil data
c. Membandingkan hasil tes kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
d. Menarik kesimpulan.
Prosedur penelitian dapat digambarkan dalam bagan alur kegiatan penelitian berikut :
Memilih Masalah
Studi Pendahuluan
Merumuskan Masalah dan Tujuan Penelitian
Menentukan dan Menyusun Instrumen
Judgement Instrumen
Uji Coba Instrumen
Analisis Uji Coba Instrumen
Tes Awal (Pretest)
Perlakuan/Treatment (Model Pembelajaran ARIAS)
Perlakuan/Treatment (Pembelajaran Konvensional)
Tes Akhir (Posttest)
Pengolahan dan Analisis Data
Menarik Kesimpulan
Tes Awal (Pretest)
Tes Akhir (Posttest)
Gambar 3.1 Alur kegiatan penelitian E. Instrumen Penelitian
Untuk mendapatkan data yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan maka dibutuhkan beberapa instrumen penelitian yaitu tes dan non-tes. Tes memiliki sifat mengukur, sedangkan non-tes memiliki sifat menghimpun. Tes yang di dalamnya terdapat berbagai pertanyaan, pernyataan atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh responden. Jenis tes yang akan
objektif (objective) dan tes essay. Tes kemampuan ini dipergunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam kemampuan aplikasi.
Instrumen penelitian non-tes yang dilakukan pada penelitian ini berupa angket (questioner). Menurut Arifin (2011:228), “angket adalah instrumen penelitian yang berisi serangkaian pertanyaan atau pernyataan untuk menjaring data atau informasi yang harus dijawab responden secara bebas sesuai dengan pendapatnya.” Angket yang akan diberikan kepada responden tersebut mengenai penerapan model pembelajaran ARIAS berbantuan multimedia dan untuk mengetahui respon responden terhadap model pembelajaran tersebut.
Selain tes dan non-tes, instrumen penelitian yang dibutuhkan adalah penguasaan bahan ajar dan penguasaan metode serta strategi pembelajaran. Indikator penguasaan bahan ajar yaitu membuat silabus mata pelajaran, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan materi pelajaran atau bahan ajar. Indikator penguasaan metode serta strategi pembelajaran meliputi melakukan penilaian kemampuan awal, mengembangkan model pembelajaran, dan mengembangkan media untuk belajar yakni multimedia interaktif.
Suatu multimedia interaktif yang dikembangkan harus memenuhi beberapa kriteria. Thorn dalam Munir (2009:219-220) mengajukan enam kriteria untuk menilai miltimedia interaktif, yaitu :
1. Kriteria penilaian pertama adalah kemudahan navigasi. Sebuah CD interaktif harus dirancang sesederhana mungkin sehingga mahasiswa dapat memperlajarinya tanpa harus dengan pengetahuan yang kompleks tentang media.
2. Kriteria kedua adalah kandungan kognisi. Dalam arti adanya kandungan pengetahuan yang jelas.
3. Kriteria ketiga adalah presentasi informasi, yang digunakan untuk menilai isi dan program CD interaktif itu sendiri
4. Kriteria keempat adalah integrasi media, dimana media harus mengintegrasikan aspek pengetahuan dan keterampilan.
5. Kriteria kelima adalah artistik dan estetika. Untuk menarik minat belajar, maka program harus mempunyai tampilan yang menarik dan estetika yang baik.
6. Kriteria penilaian yang terakhir adalah fungsi secara keseluruhan, dengan kata lain program yang dikembangkan harus memberikan pembelajaran yang diinginkan oleh peserta belajar.
Newby dalam Munir (2009:220), menggambarkan proses pengembangan suatu instructional media berbasis multimedia dilakukan dalam empat tahapan dasar, yaitu :
1. Planning, berkaitan dengan perencanaan data media berdasarkan kurikulum dan tujuan (instructional).
2. Instructional design, perencanaan direalisasikan dalam bentuk rancangan.
3. Prototype, hasil rancangan kemudian diwujudkan dalam bentuk purwarupa.
4. test, purwarupa yang dihasilkan kemudian diujicoba, ujicoba dilakukan untuk menguji reliabilitas, validitas dan objektifitas media.
Planning
Instructional Design
Prototype
Gambar 3.2
Tahapan pengembangan pembelajaran multimedia interaktif Tahapan perencanaan terdiri atas:
 Penentuan tujuan pembelajaran
 Membuat profil pengguna
 Menentukan data
 Menentukan biaya dan waktu
Tahapan desain instruksional, terdiri atas:
 Perencanaan pembelajaran
 Desain peta pembelajaran
 Pengumpulan isi (content)
 Storyboard dan penulis
Tahapan prototype, terdiri atas:
 Antarmuka pengguna (user interface)
 Navigasi
 Pertemuan 1,2,3 dan seterusnya
Langkah-langkah yang digambarkan oleh Newbi di atas, kemudian dikembangkan oleh Tropin dalam Munir (2009:221-222) bentuk proses perancangan multimedia, sebagaimana terlihat pada Tabel 3.1 berikut:
Tabel 3.1
Proses perancangan multimedia PROSES PERANCANGAN MULTIMEDIA
Stage (Issues and Decisions) Instructional Design Role
1. Analysis: Context vs. Content a. Curriculum b. Content c. Performance objectives d. Learning objectives e. Environment Diagnostic (team resource)
3. Development Strategy and Process
Strategic
(active team role)
1. Analisis
Dalam tahapan ini, pemilihan kurikulum, menjadi gerak awal dari serangkaian proses berikutnya. Bagian mana dari kurikulum tersebut yang berpeluang untuk dikembangkan dengan teknologi multimedia. Teknologi multimedia ini akan memberikan dampak bagi kurikulum. Oleh karena itu seorang instructional designer harus melakukan diagnosa pada bagian dari isi kurikulum yang sebaiknya disentuh oleh multimedia, tujuan pembelajaran apa yang akan dicapai dan bagaimana perbandingannya dengan format konvensional.
2. Pemilihan Teknologi
Pada tahapan ini, ditentukan teknologi apa yang akan digunakan untuk merelasasikan analisis kurikulum yang telah dilakukan. Pemilihan produk ini, khususnya dilakukan untuk menentukan :
a. Antarmuka pengguna (the user interface) b. Kapabilitas sistem (system capabilities)
b. Bagaimana pengguna (learners) menggunakan dan belajar melakukan navigasi system
a. Bagaimana elemen-elemen program dan interaktivitas umum diintegrasikan, dengan link-link yang baik.
b. Aturan-atruran fasilitator, latihan, dukungan teknis dan adminitratornya
c. Penggunaan grafik
d. Penggunaan audio dan video
Disamping itu, pemilihan teknologi hardware dan software akan menentukan strategi belajar apa yang bisa dan tidak bisa digunakan. Oleh karena itu seorang instructional designer harus menetukan semuanya itu berdasarkan isi dan target audien yang akan menggunakannya.
3. Strategi Pengembangan dan Proses
Berbagai tahapan pengembangan dan uji akhir terhadap audiens merupakan kebutuhan utama dalam pengembangan multimedia. Stretegi
ini tidak hanya berhubungan dengan bagian teknologi mana yang akan diuji, tetapi juga berhubungan dengan bagianperancangan yang akan diuji sebelum pengembangan utuh dilakukan.
4. Design/build/test
Pada bagian ini, merupakan bagian proses yang sebagain besarnya dilakukan di laboratoriumm. Dalam proses ini project leader harus mengetahui bagaimana hubungan kontribusi masing-masing anggota dalam memproduksi suatu program jadi. Umumnya instructional designer merupakan suatu tim, yang menjamin integritas isi media dan keteraksesan program oleh pengguna (learner).
F. Pengujian Instrumen Penelitian
Sebuah instrumen tes dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur apabila tes tersebut memenuhi beberapa persyaratan dengan melalui beberapa tahap pengujian. Adapun tahap pengujian tersebut adalah validitas dan reliabilitas. Dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel dalam pengumpulan data, maka hasil penelitian akan menjadi valid dan reliabel.
a. Validitas
Menurut Sugiyono (2012:182), “untuk validitas yang berbentuk tes, pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan”. Pengujian validitas instrumen dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi
Product Moment dengan angka kasar, yakni:
rXY = {NX2N− XY − X)2 {NX (YY)2− Y)2 ( 3.1)
(Arikunto, 2012:87) Keterangan :
rxy = koefisien korelasi antara variebel X dan variabel Y, dua variabel yang dikorelasikan
N = jumlah peserta tes X = skor setiap item Y = skor total
Tabel 3.2
Kriteria koefisien validitas butir soal
Nilai Kriteria 0,80 – 1,00 Sangat tinggi 0,60 – 0,79 Tinggi 0,40 – 0,59 Cukup 0,20 – 0,39 Rendah 0,00 – 0,20 Sangat rendah (Arikunto, 2012:89) b. Reliabilitas
Reliabel atau biasa disebut reliabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat pengukuran dapat dipercaya atau dapat diandalkan. “Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap” (Arikunto, 2012:100). Untuk mengetahui reliabilitas instrumen, digunakan rumus yang ditemukan oleh Kuder dan Richardson (K-R.20) untuk soal pilihan ganda atau soal objektif dan korelasi Alfa Cronbach
untuk soal essay atau uraian. Hal ini dikemukakan oleh Sugiyono (2012:360) bahwa “jika skor yang digunakan dalam instrumen pilihan ganda atau soal objektif menghasilkan skor dikotomi (1 dan 0) , maka reliabilitas instrumen dapat dianalisis dengan rumus K-R.20”. Untuk jenis data interval atau essay pengujian reliabilitas instrumen dapat dianalisis dengan teknik Alfa Cronbach.
Rumus K-R.20 untuk pengujian reliabilitas instrumen soal pilihan ganda atau soal objektif adalah sebagai berikut :
𝑟𝑖 =𝑘−1𝑘 𝑠𝑡2− 𝑝𝑖𝑞𝑖
𝑠𝑡2 (3.2)
(Sugiyono, 2012:359) Keterangan :
pi = proporsi banyaknya subjek yang menjawab benar pada item 1
qi = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q = 1-p)
k = jumlah item dalam instrumen
𝑠𝑡2 = varians total dimana, varians total :
𝑠𝑡2= 𝑥𝑡2 𝑛 (3.3) 𝑥𝑡2 = 𝑋 𝑡2− 𝑋𝑡 2 𝑛 (3.4) (Sugiyono, 2012:361) Keterangan :
𝑋𝑡 = jumlah nilai benar tiap responden
n = jumlah responden
Rumus korelasi Alfa Cronbach untuk pengujian reliabilitas instrumen soal essay atau uraian adalah sebagai berikut :
𝑟𝑖 = (𝑘−1)𝑘 1 − 𝑠𝑖 2
𝑠𝑡2 (3.5)
(Sugiyono, 2012:365) Keterangan :
k = banyaknya item soal
𝑠𝑖2 = jumlah varians skor tiap-tiap item
𝑠𝑡2 = varians total
dimana, rumus untuk varians total dan varians item:
𝑠𝑡2= 𝑥𝑡2 𝑛 − 𝑥𝑡 2 𝑛2 (3.6) 𝑠𝑖2= 𝐽𝐾𝑖 𝑛 − 𝐽𝐾𝑠 𝑛2 (3.7) (Sugiyono, 2012:365) Keterangan :
𝑥𝑡 = jumlah nilai benar tiap responden n = jumlah responden
JKi = jumlah kuadrat seluruh skor item
JKs = jumlah kuadrat subjek
Tabel 3.3 Klasifikasi reliabilitas Nilai Kriteria 0,80 – 1,00 Sangat tinggi 0,60 – 0,79 Tinggi 0,40 – 0,59 Cukup 0,20 – 0,39 Rendah 0,00 – 0,20 Sangat rendah (Arikunto, 2012:89) c. Taraf Kesukaran
Salah satu analisis soal yang dapat membuktikan bahwa sebuah soal dapat dikatakan baik atau tidak adalah dengan menggunakan taraf kesukaran. Menurut Arikunto (2012 : 222), “soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar”. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya.
Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,00. Indeks kesukaran ini menunjukan taraf kesukaran soal. Menurut ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering diklasifikan sebagai berikut :
Tabel 3.4 Kriteria taraf kesukaran
Taraf Kesukaran (P) Kriteria
0,00 – 0,30 Sukar
0,31 – 0,70 Sedang
0,71 – 1,00 Mudah
Adapun rumus untuk mencari taraf kesukaran soal pilihan ganda yaitu :
𝑃 = 𝐽𝑆𝐵 (3.8)
(Arikunto,2012:223) Keterangan :
P = indeks kesukaran butir soal
B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar
JS = jumlah seluruh siswa peserta tes
Sedangkan rumus untuk mencari taraf kesukaran soal essay atau uraian yaitu (Arifin, 2012:135) :
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝐾𝑒𝑠𝑢𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛 =𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑠𝑜𝑎𝑙𝑅𝑎𝑡𝑎 −𝑟𝑎𝑡𝑎 (3.9) Dimana,
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎  𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝑑𝑖𝑑𝑖𝑘 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑠𝑜𝑎𝑙𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎  𝑝𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝑑𝑖𝑑𝑖𝑘 (3.10) d. Daya pembeda
Salah satu analisis soal lain yang dapat membuktikan bahwa sebuah soal dapat dikatakan baik atau tidak adalah dengan menggunakan daya pembeda. “Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai atau berkemampuan tinggi dengan siswa yang bodoh atau berkemampuan rendah” (Arikunto,2012:226).
Seperti halnya indeks kesukaran, indeks diskriminasi (daya pembeda) berkisar antara 0,00 sampai dengan 1,00. Namun, pada indeks diskriminasi terdapat tanda negatif (-).
Dalam menghitung daya pembeda ini, siswa dikelompokan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok atas (upper group) dan kelompok bawah (lower group).
Adapun rumus untuk mencari indeks daya pembeda soal pilihan ganda yaitu : 𝐷 = 𝐵𝐴 𝐽𝐴 − 𝐵𝐵 𝐽𝐵 = 𝑃𝐴− 𝑃𝐵 (3.11) (Arikunto,2012:228)
Keterangan :
J = jumlah peserta tes
JA = banyaknya peserta kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar
BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar
PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Sedangkan rumus untuk mencari indeks daya pembeda soal essay atau uraian yaitu :
𝐷𝑃 = 𝑋𝐾𝐴−𝑋𝐾𝐵
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠 (3.12)
(Arifin, 2012:133) Keterangan :
DP = daya pembeda
𝑋𝐾𝐴 = rata-rata kelompok atas
𝑋𝐾𝐵 = rata-rata kelompok bawah
Skor Maks = skor maksimum
Nilai daya pembeda ditafsirkan berdasarkan kriteria sebagai berikut:
Tabel 3.5 Kriteria daya pembeda
Daya Pembeda (D) Kriteria
0,00 – 0,20 Buruk (poor)
0,21 – 0,40 Cukup (satisfactory)
0,41 – 0,70 Baik (good)
0,71 – 1,00 Baik sekali (excellent)
(Arikunto,2012:232) G. Teknik Analisis Data
Analisis data penelitian merupakan langkah yang sangat penting dalam kegiatan penelitian. Analisis data pada penelitian ini dimaksudkan untuk
data yang benar dan tepat akan menghasilkan kesimpulan yang benar. Teknik analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kuantitatif yakni dengan menggunakan statistik. Data yang diolah merupakan data hasil pretest
dan posttest. Adapun prosedur analisis dari setiap data adalah sebagai berikut: 1. Penskoran
Pemberian skor untuk soal pilihan ganda ditentukan berdasarkan metode Rights Only, yaitu jawaban benar diberi skor satu (1), jawaban salah diberi skor nol (0), dan satu butir soal yang tidak dijawab diberi skor nol (0). Skor setiap siswa ditentukan dengan menghitung jumlah jawaban yang benar, berikut rumus yang digunakan untuk menghitung pemberian skor:
S = R (3.13)
(Arikunto, 2012:188) dimana :
S = skor siswa
R = jawaban siswa yang benar
Adapun pemberian skor untuk soal essay yaitu setiap soal diberi skor maksimal empat (4). Proses penskoran ini dilakukan baik terhadap
pretest maupun posttest.
2. Pengolahan data skor hasil pretest dan posttest
a. Menghitung rata-rata hitung
Setelah data skor pretest dan posttest diperoleh, kemudian dihitung rata-rata masing-masing data skor pretest dan posttest
tersebut dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
𝑥 = 𝑥𝑖
𝑛 (3.14)
(Sudjana, 1996:67) Ketarangan :
𝑥
= rata-rata∑xi = jumlah total nilai data
n = jumlah sampel
b. Menentukan varians dengan menggunakan rumus berikut :
(Sudjana, 1996:93) Sedangkan untuk mencari simpangan baku (s), dari (s2) diambil harga akarnya yang positif.
Keterangan :
s2 = varians
s = simpangan baku
n = jumlah sampel
(𝑥𝑖− 𝑥)2 = jumlah kuadrat nilai data dikurangi rata-rata
c. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan pada skor pretest dan posttest. Pengujian ini dilakukan untuk menentukan uji statistik yang akan digunakan selanjutnya. Pada penelitian ini, uji normalitas dilakukan dengan menggunakan SPSS 16.0. Cara yang digunakan untuk mengeksplorasi uji normalitas pada penelitian ini adalah uji normalitas Kolmogorov-Smirnov. Menurut Nugroho (2005:107), “uji normalitas Kolmogorov-Smirnov bertujuan untuk membantu peneliti dalam menentukan distribusi normal dengan jumlah data penelitian yang sangat sedikit (kurang dati 30)”. Adapun rumus uji normalitas
Kolmogorov-Smirnov adalah :
𝐷 = 𝑠𝑢𝑝 𝐹𝑛 𝑧 − 𝛷(𝑧) , −∞ ≤ 𝑧 ≤ ∞ (3.16) dimana, 𝐹𝑛(𝑧) adalah fungsi distribusi empiris, yakni 𝐹𝑛 𝑧 =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑧(𝑘) ≤ 𝑧 /𝑛 untuk setiap z, sedangkan 𝛷(𝑧) adalah fungsi distribusi komulatif normal baku dan 𝑧(𝑘) = 𝑥(𝑘)− 𝑥 /𝑠, s = simpangan baku sampel.
(Uyanto, 2009:54) d. Uji-t Dua Sampel Independen
Uji-t dua sampel independen ini dilakukan jika data berdistribusi normal. Pada uji-t dua sampel independen ini, digunakan pula SPSS 16.0 melakukan uji hipotesis Lavene’s Test untuk mengetahui apakah asumsi kedua varians sama besar terpenuhi (homogen) atau tidak terpenuhi (tidak homogen), seperti
yang dikemukakan oleh Uyanto (2009:161) “Uji Lavene (Lavenes’s test) atau lengkapnya Uji Lavene Untuk Kesamaan Ragam (Lavene Test for Equality of Variances) digunakan untuk menguji apakah sampel sebanyak k memiliki variance yang sama”. Dalam pengujian hipotesis, kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut : Jika P-value < α = 0.05 maka H0 ditolak
Jika P-value α = 0.05 maka H0 diterima Adapun rumus uji Lavene yaitu :
𝑊 = 𝑁−𝑘 𝑘𝑖=1𝑁𝑖 𝑍𝑖−𝑍 2 𝑘−1 𝑘𝑖=1 𝑁𝑖𝑗 =1 𝑍𝑖𝑗−𝑍𝑖 2 (3.17) (Uyanto, 2009:161-162) Keterangan : Zij = 𝑌𝑖𝑗 − 𝑌𝑖
𝑍𝑖 = purata (mean) group ke-i 𝑍 = purata (mean) keseluruhan data
N = besar sampel
k = jumlah subgroup H0 ditolak bila W > Fα,k-1,N-k
Terdapat dua rumus untuk uji-t dua sampel independen :
 Jika asumsi kedua varians sama besar (equal variances assumed), maka rumus uji-t dua sampel independen adalah :
𝑡 = 𝑥− 𝑦
𝑠 𝑛 𝑥1+𝑛 𝑦1 (3.18) dengan derajat kebebasan : 𝑛𝑥+ 𝑛𝑦 − 2
𝑠 = 𝑛𝑥−1 𝑠𝑥2+ 𝑛𝑦−1 𝑠𝑦2
𝑛𝑥+𝑛𝑦−2 (3.19)
(Uyanto, 2009:160-161) Keterangan :
𝑛𝑥= besar sampel pertama
𝑛𝑦= besar sampel kedua
𝑥 = rata-rata sampel pertama
𝑦 = rata-rata sampel kedua 2
 Jika asumsi kedua varians tidak sama besar (equal variance not assumed), maka rumus uji-t dua sampel independen adalah: 𝑡 = 𝑥− 𝑦 𝑆𝑥2 𝑛 𝑥+ 𝑆𝑦2 𝑛 𝑦 (3.20)
dengan derajat kebebasan (degree of freedom):
𝜈 = 𝑆𝑥2 +𝑆𝑛𝑥 𝑦2 𝑛𝑦 2 𝑆𝑥2 𝑛𝑥 2 𝑛𝑥−1 + 𝑆𝑦2 𝑛𝑦 2 𝑛𝑦−1 (3.21) (Uyanto, 2009:161) Berikut kriteria pengambilan keputusan untuk menolak atau tidak menolak H0 berdasarkan P-value :
Jika P-value > α = 0.05, maka H0 diterima. Jika P-value < α = 0.05 maka H0 ditolak. e. Uji Mann-Whitney
Jika data dari kedua atau salah satu kelompok tersebut tidak berdistribusi normal, maka dilakukan uji non parametrik yakni uji statistik Mann-Whitney atau sering disebut dengan nama U-test (Rank Sums). Penggunaan uji statistik Mann-Whitney disebabkan dua sampel tidak berhubungan (independent), seperti yang dikemukakan oleh Reksoatmodjo (2007:153) bahwa “Jika analisis perbedaan hendak dilakukan atas suatu data yang diperoleh dari dua kelompok sampel yang berbeda, maka pengujian haruslah menggunakan Mann-Whitney test”.
“Jika besar sampel yang diteliti lebih dari atau sama dengan 20, maka distribusi sampling U-nya mendekati distribusi normal” (Soepeno, 2002:191). Untuk itu, rumus uji Mann-Whitney yang
𝑧𝐻 = 𝑈−𝐸(𝑈) (3.22) dengan : 𝑈 = 𝑛1𝑛2+𝑛1(𝑛1+1) 2 − 𝑅1 (3.23) 𝐸 𝑈 =𝑛1 𝑛1+𝑛2 +12 (3.24) = 𝑛1𝑛2(𝑛1+𝑛2−1)12 (3.25) (Uyanto, 2009:328-329) Keterangan :
𝑅1= jumlah peringkat sampel pertama
𝑛1= jumlah sampel 1
𝑛2= jumlah sampel 2
Berikut kriteria pengambilan keputusan untuk menolak atau tidak menolak H0 berdasarkan P-value :
Jika P-value > α = 0.05, maka H0 diterima. Jika P-value < α = 0.05 maka H0 ditolak. 3. Analisis data indeks gain ternormalisasi
Untuk mengetahui peningkatan kemampuan aplikasi siswa melalui hasil belajar, maka digunakan gain ternormalisasi yaitu menghitung selisih antara skor posttest dan skor pretest kemudian dibagi dengan skor maksimum yang dikurangi skor pretest, atau dengan rumus berikut (Wiyanto dalam Khanafiyah,2010) :
𝑔 = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑜𝑠𝑡𝑡𝑒𝑠𝑡 −𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡100%−𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠 (3.26)
Untuk mengetahui apakah model pembelajaran ARIAS berbantuan multimedia interaktif lebih baik dalam meningkatkan kemampuan aplikasi siswa daripada pembelajaran konvensional pada mata pelajaran TIK SMA, bandingkan nilai gain ternormalisasi antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Adapun kriteria indeks gain ternormalisasi yaitu: Tabel 3.6
Kriteria indeks gain ternormalisasi
Nilai g Interpretasi
g > 0,7 Tinggi
0,3 ≤ g ≤ 0,7 Sedang
g < 0,3 Rendah
4. Analisis data angket
Skala yang digunakan pada angket adalah skala sikap. Setiap jawaban diberi bobot tertentu sesuai jawaban. Tiap item dibagi ke dalam lima skala, yaitu sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Untuk menghitung presentase jawaban menggunakan rumus berikut :
𝑃 =𝑓𝑛 × 100% (3.26) Keterangan :
P = persentase jawaban
f = frekuensi jawaban
n = banyaknya responden
Hasil dari perhitungan presentase jawaban, kemudian ditafsirkan sesuai dengan kriteria sebagai berikut :
Tabel 3.7
Klasifikasi interpretasi perhitungan presentase angket
Besar Presentase Interpretasi
0 % Tidak ada 1 % - 25 % Sebagian kecil 26 % - 49 % Hampir setengahnya 50 % Setengahnya 51 % - 75 % Sebagian besar 76 % - 99 % Pada umunya 100 % Seluruhnya