• Tidak ada hasil yang ditemukan

TANGGUNG JAWAB ORANG TUA TERHADAP PENDIDIKAN AKHLAK ANAKDALAM PERSPEKTIF ISLAM. Emrinawati Hasibuan STAI Barmun Raya Sibuhuan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TANGGUNG JAWAB ORANG TUA TERHADAP PENDIDIKAN AKHLAK ANAKDALAM PERSPEKTIF ISLAM. Emrinawati Hasibuan STAI Barmun Raya Sibuhuan"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

TANGGUNG JAWAB ORANG TUA TERHADAP

PENDIDIKAN AKHLAK ANAKDALAM PERSPEKTIF ISLAM

Emrinawati Hasibuan

STAI Barmun Raya Sibuhuan emrihsb@gmail.com

Abstract

Parent is the first teacher for children that shoud have designed the pattern and methodsof parenting in educating their children, since waiting for the birth of a child, even before marriage. This reaserched is motivated by a big challenge in educating children today which is so influenced by face and many infomation that can exsert a bad influence created by the environment of modernity that lacks religious values. The purpose of this study is to know the esponsibility of parents in moral education of children based on Al-Qur’an, At-Tahrim verse 6. Using qualitative methods searching and collecting data through library research. Responsibility of parent in moral education of children based on Al-Qur’an, At-Tahrim verse:6 that is the importance of obedience to Allah, always remembering Him in zikr, forbid children from disgraceful acts, by with educating an teaching the children about tauhid and moral values, especially educating how to perform and establish prayers, because with prayers, it can prevent people from a bad and worst behaviour.

Key Words : Early Childhood Education, Prophetic Education, Islam Perspective.

(2)

2

PENDAHULUAN

Tujuan pendidikan yang tertuang dalam UU Sisdiknas no. 20 tahun 2003 yang mengharapkan peserta didik memiliki kemampuan dalam pengembangan spiritual, pengendalian diri, berkepribadian cerdas serta berakhlakul karimah, nyatanya belum terlihat dalam proses belajar mengajar di sekolah secara maksimal. Aspek kognitif lebih ditekankan daripada aspek nilai moral/akhlak, disadari atau tidak, hal ini disebabkan karena berubahnya tujuan masyarakat dalam belajar untuk menuntut ilmu menjadi belajar untuk mencari pekerjaan. Efeknya akhlak tidak lagi terintegrasi pada pribadi anak.

Krisis akhlak menjadi persoalan besar bangsa Indonesia saat ini. Bila kita membaca dan melihat tayangan-tayangan di media masaa, sangat banyak kita jumpai kasus-kasus kekerasan seperti pembunuhan, tawuran yang melibatkan lembaga pendidikan, dan lebih miris lagi kasus pelecehan seksual dan perzinahan yang mengorbankan anak dibawah umur tak luput dari pemberitaan.

Permasalahannya sekarang tidak semua orang tua paham akan pentingnya pendidikan akhlak dalam

keluarga. Padahal Orang tua mempunyai tugas penuh terhadap tumbuh kembangnya buah hatinya hingga mengantarkannya ke gerbang kedewasaan dengan mampu berpikir, bertindak dan bertanggungjawab terhadap dirinya sendiri, masyarkat/lingkungan dan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Pada dasarnya tujuan pokok dalam mendidik anak adalah untuk menumbuhkan, membangkitkan, menyiram dan senatiasa membiasakan sikapjiwa kehambaan pada Allah dalam diri mereka.

Anak didik dalam mencari nilai-nilai hidup harus dapat bimbingan sepenuhnya dari pendidik maupun orang tua, yaitu ayah dan ibu, “karena menurut agama Islam, saat anak dilahirkan dalam keadaan lemah dan suci sedangkan alam sekitarnya akan memberi corak warna terhadap nilai hidup atas pendidikan agama anak didik.” (Zuhairini 1993: 170). Hal ini selaras dengan hadist Nabi Muhammad saw yang berbunyi: “tidaklah anak yang dilahirkan itu kecuali telah membawa fitrah (kecenderungan untuk percaya kepada Allah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak tersebut beragama Yahudi, Nasroni, dan

(3)

3 Majusi (H.R Muslim)”. (Mukhtar Al

Hadist Al Nabawiah, hal 134).

PEMBAHASAN

Tanggug jawab Orang Tua

Tanggug jawab besar pertama dan utama dalam lingkungan keluarga terletak pada orang tua. Tanggung jawab orang tua adalah wajib menanggung segalanya sesuatu (mendidik, mengajarkan dan memberi nafkah) baik secara lahiriah maupun bathiniah kepada Allah swt, guna mewujudkan sausana keluarga yang harmonis dan sejahtera. Orang tua berkewajiban memberikan pendidikan jasmani maupun pendidikan rohani (Zainuddin 1994: 28). Pendidikan jasmani adalah agar anak bisa merawat dirinya, sehingga dia tetap bisa hidup sehat, segar, dan tumbuh sebagaimana mestinya, ia harus tumbuh, terhindar dari segala kekurangan, penyakit maupun sesuatu perbuatan yang merugikan atas pertumbuhan badan secara alami. Sedangkan pendidikan rohani adalah pendidikan jiwa agar anak mempunyai jiwa yang kuat dan sehat. Perlu adanya pendidikan rohani, memberikan kebutuhan biologis lainnya seperti kasih sayang, makan, minum, pakaian, perlindungan dan pendidikan keagamaan karena orang tua merupakan

pelaksana amanat dan fungsi-fungsi dari Allah swt. Hal ini mengacu pada firman Allah swt yang terdapat dalam Al-Quran surat At-Tahrim ayat 6:

ْمُكاسُفْ ناأ اوُق اوُنامآ انيِذَّلا ااهُّ ياأ ايَ

ُساَّنلا ااهُدوُقاو اًرانَ ْمُكيِلْهاأاو

ٌظ الَِغ ٌةاكِئ الَام ااهْ يالاع ُةارااجِْلْااو

ْمُهاراماأ اام اَّللَّا انوُصْعا ي الَ ٌداادِش

نوُرامْؤُ ي اام انوُلاعْفا ياو

Artinya:“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.(Q.S At-Tahrim ayat 6)

Dari ayat diatas, menunjukkan kewajiban orang tua untuk memelihara diri dan keluarganya (istri dan anak) agar terpelihara dari perbuatan tercela dan berprilaku yang baik. Tugas ini harus diiringi dengan mengisi jiwa anak dengan keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt, berbudi pekerti, baik kepada sesama umat manusia. (Arsyad Ahhmad, 2007: 63).

(4)

4

Tanggug Jawab Orang Tua Untuk Merawat

Orang tua diwajibkan untuk merawat anak-anaknya. Perawatan ini bisa merupakan perlindungan. Orang tua harus memberikan perlindungan terhadap anaknya dari sengatan panasnya matahari pada siang hari maupun hawa dingin dimalam harinya. Memberikan perlindungan kesehatan dengan mengusahakan agar anak selalu dalam keadaan sehat, terhindar dari rasa lapar dan memberikan dukungan terhadap segala sesuatunya untuk kelangsungan hidup dalam rumah tangga.

Pada umumnya pertumbuhan anak, baik watak, mental maupun fisiknya banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat, kebiasaan keluarga maupun perkembangan yang terjadi di dalam masyarakat itu sendiri. Kemudian perlu anak dikenalkan dan diajarkan tentang sangsi-sangsi apa yang harus diterimanya bila ia melakukan tindakan-tindakan yang dianggap sebagai larangan agama (Zainuddin, 1994: 35).

Tanggug jawab Orang Tua Untuk Mendidik

Mendidik adalah memberi latihan dan memelihara, ajaran, bimbingan mengenai akhlak dan

kecerdasan pikiran (Fahmi Idrus, hal 171). Pendapat lain mengatkan bahwa mendidik adalah membimbing anak untuk mencapai kedewasaan (Syafe’i, 2006: 2). Membimbing atau bimbingan diartikan sebagai “Proses untuk membantu anak untuk mengenal dirinya sendiri dan dunianya” (Ditjen Dikdasmen Depdikbud, 1928: 23). Dengan demikian dapat difahami bahwa dalam mendidik, orang tua sebatas dalam bentuk memberitahukan, Karena pada dasarnya anak sudah memiliki potensi dan kemampuan menuju kedewasaannya.

Mendidik juga merupakan usaha memberi tuntutan kepada anak untuk bediri dengan norma-norma kemanusiaan yang sesuai dengan kepribadian bangsa, yakni Pancasila (Sardiman, 2004: 54). Dalam rangka mengimbangi perkembangan zaman ini, maka manusia yang hidup di dalamnya harus canggih dan menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Terutama bagi orang tua yang harus mendidik kecerdasan kreativitas dan mendidik kecerdasan moral, agar anak siap menghadapi masa depannya.

(5)

5

Tanggug jawab Orang Tua Dalam Pendidikan Akhlak Anak

Keluarga merupakan tempat tumbuh kembangnya anak, dimana ia akan mendapatkan berbagai pengaruh terutama dimasa-masa usia emas anak. Orang tua terutama ibu akan memberikan pengalaman pertama dalam kehidupan anak yang selalu memberikan dampak istimewa dan berarti dalam kehidupan anak dimasa yang akan datang. Dalam hadits nabi disebutkan, “al-umm madrasatul uulaa...”. Ibu adalah madrasah (tempat belajar) pertama bagi anak-anaknya.

Memasuki abad ke 21 ini mulai terjadi berbagai perubahan yang sangat mendasar tentang pola asuh anak dalam keluarga, padahal sebelumnya lebih cederung kepada pola asuh tunggal. Di era modern ini, penetrasi media masa dan acuan globalisasi dengan begitu cepat dan pesat memasuki dinding kamar rumah sepanjang waktu, ketika waktu kebersamaan orang tua berkurang karena tuntutan kesibukan. “Orang tua dapat memberikan suatu program pendidikan di rumah yang akan meningkatkankualitas penggunaan waktu kebersamaan orang tua dengan anaknya”(Arsyad Ahmad, 2007: 30). Untuk menghadapai itu orang tua

seyogyanya mengambil peran yang strategis yang tidak bisa digantikan dan dilakukan oleh siapapun seperti media massa, sebaliknya ia harus memposisikan diri sebagai “educator (pendidik), motivator (pendorong), dan selector (penyaring informasi)” (Marwah Dawud, 1994: 207).

Peranan orang tua dalam pendidikan anak, tentunya memiliki langkahh-langkah dan metode-metode yang tepat, dengan tujuan agar anaknya tumbuh dan berkembang menuju kedewasaan dengan beriman dan bertaqwa kepada Allah swt. Langkah-langkah maupun metode-metode yang dilakukan orang tua pada pendidikan anak menurut Ahhmad (2007: 56-60) adalah:

1. Metode Otoriter adalah melatih anak untuk mengikuti suatu standar/harapan dari mereka yang berkuasa. Metode otoriter ini biasanya diikuti suatu hukuman atau ancaman.

2. Metode Demokratik adalah menekankan pada aspek pendidikan logika, di dalamnya terdapat kompromi dengan membiarkan anak menilai suatu peraturan atau tindakan yang diperkenalkan kepadanya, ketika

(6)

6 ia mengatakan ketidak

setujuannya terhadap aturan tersebut, ia diberi kesempatan untuk mengemukakan alasannya. Jika alasannya dianggap logis dan benar, maka perubahan terhadap peraturan sangatlah mungkin dilakukan. 3. Metode Permisif adalah

membiarkan anak untuk bertindak sesuai keinginannya. Anak belajar dari perilakunya sendiri berdasarkan akibatyang mereka rasakan. Misalnya anak berlari-lari di halaman rumah, karena tidak hati-hati, akhirnya terjatuh, maka mereka belajar dari pengalamannya itu sehingga pada kesempatan lain mereka lebih berhati-hati ketika berlari. Islam memandang bahwa ujung tombak dari kemakmuran suatu masyarakat, bangsa maupun negara adalah akhlakul karimah. Tanpa adanya akhlak yang baik dalam masyarakat tidak akan tercipta ketenangan dan kedamaian, yang ada adalah kriminalitas terjadi dimana-mana. Akhlak yang baik akan membentengi masing-masing individu dari pengaruh buruk untuk menjadi pribadi yang unggul (Nur Lailatul Fitri: 158)

Namun sampai saat ini belum ada kurikulum yang digunakan sebagai acuan pendidikan dalam keluarga. Menurut Dadang sebagaimana yang dikutip Suyatno, bahwa anak yang dibesarkan dalam keluarga yang harmonis dan keluarga yang tidak harmonis memberi resiko yang berbeda. Adapu keluarga yang tidak harmonis yang dirangkum Slamet suyanto (2005: 4), sebagai berikut:

1. Keluarga tidak utuh 2. Kesibukan orang tua

3. Hubungan interpersonal keluarga yang tidak baik

4. Ganguan fisik / mental dalam keluarga

5. Substansi kasih sayang yang cenderung kebentuk materi daripada psikologis

6. Orang tua jarang di rumah

7. Hubungan ayah ibu yang tidak sehat

8. Sikap orang tua yang acuh pada anak

9. Sikap kontrol yang kurang konsisten

10. Kurang stimulus kognitif dan sosial

(7)

7

Pendidikan Akhlak Anak

Akhlak merupakan cerminan dari keimanan yang mencakup dalam segala bentuk sikap dan prilaku. Pendidikan akhlak diberikan sejak dini agar menjadi pribadi yang diridhoi oleh Allah swt dan dapat menghargai orang lain. Pendidikan itu sangat penting dalam tindakan-tindakan akhlaknya dalam kehidupan sehari-hari karena merupakan “Proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran, dan pelatihan proses perbuatan cara mendidik” (Fahmi Idrus: 171).

Sedangkan akhlak adalah suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia-manusia, yang daripadanya lahir perbuatan-perbatan dengan mudan, tanpa melalui proses pemikiran (Syahlan Syafe’i, 2006: 76). Menurut Ibnu Maskawaih akhlak adalah keadaan jiwa yang mengajak seseorang untuk melakukan perbuatan tanpa dipikirkan dan diperhitungkan sebelumnya (Ibnu Maskawaih, 1934: 20). Senada dengan Ibnu Maskawaih, Imam Ghazali dalam kiatab Ihya’ Ulumiddin juga menjelaskan bahwa akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa

seseorang yang dari sifat tersebut muncul suatu perbuatan dengan mudah tanpa perlu pertimbangan (Imam Ghazali: 56). Dengan kata lain akhlak adalah keadaan seseorang yang membuat orang tersebut melakukan sesuatu secara spontanitas.

Dalam hal pendidikan akhlak, orang tua berperan penting sebagai contoh karena akhlak anak tergantung dari kebiasaan dan prilaku orang tua dan saudara-saudaranya di rumah. Oleh karena itu semestinya “orang tua dapat menjadi contoh teladan bagi anak-anaknya” (Agus Syafe’i, 2009: 1). Misalnya sopan santun dalam bertutur maupun berprilaku sehari-hari.

Akhlak sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, berkeluarga dan dalam individu anak manusia. Oleh karenanya, setiap aspek kehidupan harus diorientasikan pada pembentukan dan pembinaan akhlak yang baik, akhlak yang terpuji atau akhlak mulia. Akhlak mulia terhadap Tuhannya, terhadap orang tua, terhadap guru, terhadap saudara, terhadap teman, terhadap tetangga dalam bentuk perkataan, perbuatan, sikap, penampilan berpakaian, dalam keluarga, di sekolah,

(8)

8 di tempat kerja dan akhlak mulia

ditempat umum.

Tanggung Jawa Orang Tua

Terhadap Pendidikan Akhlak Anak Berdasarkan Islam

Pendidikan akhlak adalah pendidikan mengenai dasar-dasar moral dan keutamaan perangai, tabiat yang harus dimiliki dan dijadikan kebiasaan oleh anak sejak masa analisa hingga ia menjadi orang mukallaf, pemuda yang mengarungi lautaan kehidupan (Nashih Abdullah, 1981: 174).

Pendidikan akhlak berkaitan erat dengan din (agama). Para ahli paedagog dan sosiolog Barat berpendapat bahwa ketenteraman, perbaikan dan akhlak tidak akan tercipta tanpa adanya agama dan iman pada Allah swt, seperti:

1. Peagot mengaatakan “Moral tanpa agama adalah kosong” 2. Ghandi mengatakan “Agama

dan moral yang luhur adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Agama merupakan ruh moral, sedangkan moral merupakan suasana bagi ruh itu. Dengan kata lain, agama memberikan makan, menumbuhkan dan membangkitkan moral, seperti halnya air memberikan makan dan menumbuhkan tanaman”.

3. Kant mengatakan “Moral itu tidak akan tercipta tanpa adanya tiga keyakinan: keyakinan akan adanya Tuhan, kekalnya ruh, dan adanya perhitungan setelah mati” (Nashih Abdullah, 1981: 174).

Maka sangat wajar jika Islam sangat memperhatikanpendidikan anak-anak dari aspek moral/akhlak serta mengeluarkan petunjuk yang sangat berharga dalam anak dan kebiasaan-kebiasaan yang tinggi.

Firman Allah SWT yang terdapat dalam Al-Quran surat At-Tahrim ayat 6:

ْمُكاسُفْ ناأ اوُق اوُنامآ انيِذَّلا ااهُّ ياأ ايَ

ُساَّنلا ااهُدوُقاو اًرانَ ْمُكيِلْهاأاو

ٌظ الَِغ ٌةاكِئ الَام ااهْ يالاع ُةارااجِْلْااو

ْمُهاراماأ اام اَّللَّا انوُصْعا ي الَ ٌداادِش

نوُرامْؤُ ي اام انوُلاعْفا ياو

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan” (Q.S At-Tahrim ayat 6).

(9)

9 Ayat diatas menyiratkan bahwa

tanggung jawab orang tua dalam pendidikan akhlak anak sangat penting sekali mengajarkan mereka terkait dengan hal-hal yag dipardukan karena Allah swt dan hal-hal yang yang harus dijauhi sebagaiman Allah melarangnya. Seperti perintah didirikannya shalat,QS. Thaaha ayat 132:

ِْبِاطْصااو ِة الََّصلِبِ اكالْهاأ ْرُمْأاو

ُنْانَ ۖ اًقْزِر اكُلاأْسان الَ ۖ ااهْ يالاع

ىاوْقَّ تلِل ُةابِقااعْلااو ۗ اكُقُزْرا ن

Artinya: “Dan perintahkanlah kepada keluargam mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya...”

Semakna dengan ayat ini, hadits Rasulullah sawyang diriwayatkan oleh Samurah bin Jubdab, berkata nabi saw:

،َنْيِنِس ِعْبَس ُءاَنْبَأ ْمُه َو ِةَلاـَّصلاِب ْمُكَدَلا ْوَأ ا ْو ُرـُم ،اَهْيَلَع ْمُه ْوُب ِرْضا َو

رْشَع ُءاَنْبَأ ْمُه َو

“Perintahkanlah anak untuk shalat jika sudah mencapai usia 7 tahun. Apabila dia sudah mencapai 10 tahun pukullah dia karena meninggalkannya”. (HR. Abu Daud).

Maka dengan memerintahkan sholat terhadap keluarga dan memerintahkan hal-hal yang dipardukan terhadap yang lainnya, sesungguhnya

orang tua sudah berupaya menjaga diri dan keluarganya dari api neraka dan azab Allah. Orang tua pun tidak hanya mengajari anak melakukan shalat tetapi mendidik anaknya menjauhkan diri akan hal-hal yang diharamkan Allah swt. Maka dengan demikian “Seseorang harus mengajari anaknya sesuatu yang halal dan yag haram, sekaligus menjauhkannya dari kemaksiatan dan dosa, serta hukum-hukum yang lainnya” (Imam Al-Qurtubi: 746).

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, para Mufassir memaparkan tentang tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan anak berdasarkan Al-Qur’an surat At-Tahrim ayat 6 yaitu pentingnya taat dan patuh kepada Allah, selalu berzikir kepada-Nya dan melarang anak dari perbuatan tercela yakni dengan mendidik dan mengajari anak dalam masalah ketauhidan dan ilmu akhlak, terutama mendidik anak agar terbiasa melakukan dan mendirikan shalat, karena dengan shalat dapat mencegah manusia dari perbuatan keji dan munkar. Pendidikan ketauhidan dan ilmu akhlak harus diberikan pada keluarga atau anak karena berguna untuk mendapatkan kebahagiaan dan keselamatan hidup di dunia dan akhirat.

(10)

10

PENUTUP

Orang tua bertanggung jawab dalam pendidikan akhlak anak dan sangat penting mengajarkan anak hal-hal yang dipardukan Allah swt dan sesuatu hal yang harus dijauhi sebagaimana Allah melarangnya. Orang tua mempunyai peran dan tanggung jawab yang harus dipenuhi dalam memelihara anaknya. Jika orang tua tidak bertanggung jawab, tidak memelihara anaknya dan tidak membawa keluarga kepada hal-hal yang baik dengan nasehat dan pelajaran maka kemungkinan tidak akan mendapatkan kebahagiaan dan keselamatan dan sungguh Allah akan memberi azab, berarti orang tua termasuk orang-orang yang zalim.

Tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan akhlak anak berdasarkan Al-Quran surat At-Tahrim ayat 6 yaitu pentingnya taat pada Allah dan berdzikir kepadanya serta melarang anak dari perbuatan tercela yakni dengan mendidik dan mengajari anak dalam hal tauhid dan ilmu akhlak terutama mendidik mereka agar terbiasa dalam melakukan dan mendirikan shalat, karena dengan shalat dapat mencegah manusia dari kekejian dan kemungkaran. Pendidikan tauhid

diberikan pada keluarga agar mendapatkan kebahagiaan dan keselamatan hidup di dunia dan di akhirat.

Sungguh besar peranan orang tua dalam mendidik akhlak anak yang akan berpengaruh terhadap lingkungan sosial masyarakat. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa peran orang tua adalah mendidik dan mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan yangsesuai dengan pendidikan Islam untuk menjadikan anak yang shaleh dan shalehah serta membangun kepribadian anak yang sehat, cerdas, dan terampil sehingga mampu bersaing di masa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

Al Imam Abdul Fida Ismail ibnu Kasir AD Diasyqi, 2008.Tafsir Ibnu Kasir. Bandung: Sinar Baru Al Gesindo.

Anwar, Dr, 2007. Pendidikan Anak Usia Dini, Bandung: Alfabeta Abdullah Nashihh Ulwan, Dr, 1981,

Pedoman Pendidikan Anak

dalam Islam, Semarang: Pustaka Asy-Syifa.

Abdurrahman, Drs, M.Ag, 2007. Meaningful Learning ReInvensi

(11)

11

Kebermaknaan Pembelajaran,

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ghazali, Imam. Ihya’ Ulumuddin, Beirut: Dark al-Fikr

Idrus Fahmi, Drs. Kamus Lengkap

Bahasa Indonesia,Surabaya:

Greisinda Press.

Maskawih, Ibnu,1934. Tahzib Al-Akhlak

wa Tathhir A’ro, Cairo:

Muassasat al Khariji.

Syahlan Syafe’i, 1994. Bagaimana Anda Mendidik Anak, Ghalia Indonesia: CV. Andes Utama Prima.

Syeh Imam Al Qurtubi, 2009. Tafsir Al

Qurtubi, Jakarta: Pustaka

Azzam.

Zainudin, 1994. Anak dan Lingkungan Menurut Pandangan Islam, CV. Andes Utama Prima.

Zuhairini, Dra, dkk, 1993.Filsafat Pendidikan Islam.Jakarta: Bumi Aksara,

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua dengan tanggung jawab pelaksanaan tugas di sekolah.. Penelitian ini merupakan

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi masyarakat lokal dan masyarakat transmigrasi tentang tanggung jawab orang tua atas pendidikan anak dalam hal

Beberapa Nomor perkara diatas merupakan bukti bahwa banyaknya perceraian yang mengakibatkan hak anak sebagai tanggung jawab orang tua lalai terhadap nafkah anaknya

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dalam latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam penulisan tesis ini adalah bagaimana tanggung jawab orang tua yang

Selanjutnya dengan demikian tanggung jawab orang tua kepada anaknya menurut pernyataan Rasulullah SAW adalah merupakan hak anak terhadap orang Dengan demikian jelas bahwa orang

Para pembaca yang memiliki anak dalam melaksanakan tanggung jawab kepada anaknya harus lebih giat dan selektif menanggapi perkembangan informasi dan teknologi di era

Kata Kunci: Tanggung Jawab, Kenakalan Remaja, Hukum Keluarga Islam. Perkawinan atau yang biasa juga disebut dengan pernikahan adalah suatu ibadah untuk mentaati perintah Allah

Oleh sebab itu peran keluarga dan tanggung jawab orang tua dalam mendidik anak adalah sehingga anak-anak tersebut mengerti halal dan haram, baik dan buruk, mengerti hak