• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN KERAGAAN ( PERFORMANCE ) INDUSTRI MANISAN PALA MENURUT SKALA USAHA Dl DESA DRANIAGA. KEGAMATAN DWAMAGA, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERBANDINGAN KERAGAAN ( PERFORMANCE ) INDUSTRI MANISAN PALA MENURUT SKALA USAHA Dl DESA DRANIAGA. KEGAMATAN DWAMAGA, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN KERAGAAN

(

PERFORMANCE

)

INDUSTRI

MANISAN PALA MENURUT SKALA USAHA Dl DESA

DRANIAGA. KEGAMATAN DWAMAGA, KABUPATEN

BOGOR, JAWA BARAT

Oleh

SONNY LlSTON PANGARIBUAN A 22.0220

J U R U S A N ILMU

-

I L M U S O S I A L EKONOMI P E R T A N l A N F A K U L T A S P E R T A N I A N

INSTITUT P E R T A N I A N EOFOR

(2)

SONNY LISTON PANGARIBUAN. Perbandingan Keragaan

(Per-

fonnance) Industri Manisan Pala Menurut Skala Usaha di Desa Dra-

maga, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat (Diba-

wah bimbingan MANGARA TAMBUNAN).

Industri manisan pala merupakan salah satu agroindustri yang mengolah hasil pertanian sebagai bahan baku @uah pala masak) yang berlokasi di pedesaan (idus- txialisasi

pedesaan).

Untuk m e l h a k a n industrialisasi pedesaan, perlu diiakukan pernilihan ska- la usaha agroindustri yang sesuai untuk dikembangkan dengan membandingkan ketiga s k d a usaha (rumahtangga, kecil, dan sedang dan besar) dalam hal keragaan (efisiensi dan produktivitas) sehingga dapat diestimasi skala usaha yang mempunyai potensi terbaik untuk diiembangkan.

Tujuan praktek lapangan adalah untuk melihat dan mengetahui secara lang- sung keadaan industri manisan pala, rnenganalisis dan membandingkan keragaan (efisiensi dan produktivitas) industri manisan pala menurut skala usaha, dan menga- nalisis dan mengidentifikasi kendala-kendala yang dihadapi dalam pengembangan industri manisan pala di Kabupaten Daerah Tingkat I1 Bogor.

Kegunaan praktek lapangan adalah memberikan informasi mengenai kera- gaan (efisiensi dan produktivitas) masiog-masing skala usaha dan kendala-kendala yang dihadapi dalam pengembangan industri manisan pala, sebagai pertimbangan da- lam pengembangan industri manisan pala bagi pihak-pihak yang berkepentingan, dan sebagai keterangan awal atau pembandiig bagi penelitian-penelitian lain yang berhu- bungan dengan industri manisan pala.

(3)

Hipotesa yang diuji adalah : semakin besar skala usaha industri manisan pala maka semakin tinggi keragaan atau pegomwlce (R-C rufio, efisiensi ekonomi, upah rata-rata, produktivitas tenaga kerja dan modal tetap, dan intensitas faktor produksi),

clan

skala usaha industri manisan pala yang mempunyai potensi terbaik untuk dikem- bangkan di Kabupaten Daerah Tigkat 11 Bogor adalah skala usaha sedang dan besai. Responden yang dipilih sebagai contoh dengan metode sensus adalah 38 pengusaha industri manisan pala yang terdii dari 10 pengusaha industri rumahtang- ga, 24 pengusaha industri kecil, dan empat pengusaha industri sedang d m besar.

Industri manisan pala merupakan jenis sentra industri yang berdasarkan jum- lah pekerja dikelompokkan menjadi skala usaha rumahtangga dengan tiga orang peke rja, kecil dengan tujuh orang peke rja, dan sedang dan besar dengan 25 orang pekerja.

R-C ratio industri manisan pala yang paling besar dirnililri skala usaha kecil, kemudian berturut-turut adalah skala usaha sedang dan besar, dan ymg paling ren-

dah adalah skala usaha rumahtangga.

Semakin besar skala usaha industri manisan pala maka semakin rendah pemi-

likan efisiensi ekonomi dan intensitas faktor produksi.

Semakin besar skala usaha maka semakin tinggi pemilikan produktivitas dan upah rata-rata tenaga kerja, dan produktivitas modal tetap.

Skala usaha industri manisan pala yang mempunyai potensi terbaik untuk di- kembangkan di Kabupaten Daerah Tingkat I1 Bogor tergantung pada tujuan yang ingin dicapai, yaitu skala usaha rumahtangga untuk meningkatkan nilai tambah, kecil untuk meningkatkan pendapatan, dan sedang dan besar untuk meningkatkan penye- rapan dan produktivitas tenaga kerja.

(4)

Kendala-kendala yang dihadapi dalam pengembangan industri manisan pala

adalah kemampuan manajemen dan penguasaan modal yang rendah, dan perbedaan tujuan antara p e m e ~ t a h setempat dengan pengusaha.

Melihat masing-masing skala usaha mempunyai potensi pengembangan terba-

ik,

maka pengembangan industri manisan pala di Kabupaten Daerab Tingkat

II

Bo- gor disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai.

Dibutuhkan peningkatan peranan koperasi sebagai lemhaga pemerintah yang terdapat di desa, terutarna dalam penyediaan gula dan pemasaran produk (menggan- tikan peranan pdagang perantara).

Agar tujuan pemerintah setempat dan pengusaha dapat sejalan, maka diperlu-

kan

penyampaian informasi yang lebih baik dan lebih jelas dari pihak pemerintah setempat kepada para pengusaha industri manisan pala.

(5)

PERBANDINGAN KERAGAAN

(PERFORMWC

a

INDUSTRI

MANEAN PALA

MENURUT

SKALA USAHA

I

DESA

DRAMAGA, KECAMATAN DRAMAGA, KABUPATEN

BOGOR, JAWA BARAT

Oleh :

SONNY LISTON PANGARIBUAN A 22.0220

S K R I P S I

Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar

SARJANA

PERTANXAN

P A D A

JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKUETAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 1 9 9 2

(6)

P E R N Y A T A A N

DENGAN

INI

SAYA MENYATAKAN BAHWA

SRIPSI

IN1 BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG

BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH

PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, 30 Se tember

9

1992

sonny ~ i s g o n Pangaribuan NRP. A 22.0220

(7)

JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Judul Skripsi : PERBANDINGAN KERAGAAN (PERFORHAI?CE) IN- DUSTRI MAHISAN PALA MENURUT SKALA USAHA DI DESA DRAMAGA, KECAMATAN D m G A , KA-

BUPATEH BOGOR, JAWA BARAT Nama Mahasiswa : Sonny Liston Pangaribuan N R P : A 22.0220

Program Studi : Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya

DITERIMA SEBAGAI SYARAT

UNTUK

MEMPEROLEH GELAR

SARJANA

PERTANIAN

Bogor, 30 September 1992

Xengetahui : Menyetujui :

Dosen Pembimbing,

Dr. Ir. Mangara Tambunan NIP. 130 345 010

(8)

Penulis dilahirkan di Perdagangan, Kabupateu Simalunyn, Sumatera Utara pada tanggal 10 Maret 1967 dari Ayah Jones S. Pangaribuan dan Ihu

Anna Th. Hutapea.

Pada tahun 1979, lulus dari Sekolah Dasar Yayasan Pendidikan Kristen

"WUAYA" Jakarta, tahun 1982 lulus dari Sekolah Menengah Pertama Yayasan Pendidikan Kristen "WIJAYAn Jakarta, dan tahun 1985 lulus dari Sekolah Menengah Atas Negeri 32 Jakarta.

Diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 1985 melalui Seleksi Penenmaan Mahasiswa Baru (Sipenmaru), tahun 1987 memili Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya, Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, dan tahun 1992 dinyatakan lulus pada sidang ujian tanggal 30 September 1992.

(9)

Dalam rangka perencanaan dan pembuatan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini menyampaikan ucapan

terima kasih pang tidak terhingga kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Wangara Tambunan, selaku dosen pembim-

bing dan penguji.

2. Ibu Dr. Ir. Sri Utami Kuntjoro dan Bapak Ir. Hermanto Siregar, M. Xc., selaku dosen penguji.

3. Prof. Dr. Ir. Rudolf sinaga dan Bapak Ir. T. Hana- fiah, M. D.

4. Kepala Pemerintahan Kecamatan dan Desa Dramaga.

5. Orang tua dan adik-adik.

6 . Inang Hutadjulu, Tante Erika, Kak Tiur, Ida, Edu, dan

wi.

7. staf pengajar dan pegawai, dan rekan-rekan di Jurusan

Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. 8. Para sahabat.

Bogor, 30 September 1992

I

Sonny Liston Pangaribuan

(10)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Mahakuasa karena berkat Kasih dan Penyertaanhlya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul :

"PERBANDINGAN =RAGAAN

(PERFORMANCE) INDUSTRI

MANISAN PALA MENURUT SKALA USAEL4 D I DESA DRAMAGA,

KECAMATAN

DRAMAGA, KABWATEN BOGOR, JAWA BARAT" ini, yang merupakan syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Perta- nian pada Jurusan Dmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogoc

Penulii menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, sehiigga kritik dan saran yang mernbangun sangat diharapan dari berbagai pihak guna perbaikan pada turban-tulin lebii lanjut.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Bogor, 30 September 1992

sonny

s is ton

Pangaribuan NRP. A 22.0220

(11)

DAPTAR TABEL

...

DAFTAR GAMBAR

...

PFNDAWLUAN

...

Latar Belakang

...

Perumusan Hasalah

...

Tujuan dan Kegunaan Praktek Lapangan

...

KERANGKA PEEIIKIRAN

...

Sektor Industri dalam Konsep Industrialisasi

...

Pedesaan

...

Keragaan (Performance) Agroindustri

Biaya Produksi

...

Intensitas Faktor Produksi

...

Produk dan Penerimaan

...

Pendapatan dan Hilai Tambah

...

Kendala-kendala yang Dihadapi dalam Pengem- bangan Agroindustri

...

...

Hipotesa

METODE PRAKTEK LAPANGAN

...

Waktu dan Lokasi Praktek Lapangan

...

Penarikan Contoh

...

Pengumpulan Data

...

Analisis Data

...

Penqujian Hipotesa dan ~enarikan Kesimpulan

Halaman ix xii

(12)

...

GAHBARAN UMUM L O W 1 PRAKTEK LAPANGAN

Keadaan Umum Desa Dramaga

...

Keadaan Alam

...

Keadaan Penduduk

...

Keadaan Pertanian

...

Keadaan Industri Hanisan Pala

...

Keadaan Responden (Pengusaha Industri Uanis-

...

an Pala)

...

Identitas Responden

...

Proses dan Pamasaran Hasil Produksi

KASIL DAN PEWBAEASAN

...

Jenis dan Skala Usaha

...

Produk dan ~enerimaan

...

Biaya Produksi

...

~endapatan.dan Hilai Tambah

...

Keragaan (Performance) Industri Uanisan Pala Potensi Pengembangan dan Kendala yang Diha-

dapi Industri Uanisan Pala

...

KESIMPULAH DAN SARAN

...

Kesimpulan

...

saran

...

DAFTAR PUSTAKA

...

viii 2 6 26 2 6 26 29 30

(13)

Halaman

Jumlah Unit Usaha dan Tenaga Kerja yang Terserap pada Sektor Industri di Kabupaten

Daerah Tingkat I1 Bogor

...

Sumbangan Industri Pengolahan menurut Skala Usaha terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Daerah Tingkat I1 Bogor Tahun 1 9 8 4 - 1 9 8 9 Atas Dasar Harga Ber- laku

...

Hatiks Potensi Pengembangan Agroindustri Jumlah Penduduk Desa Dramaga Menurut Umur

dan Jenis Kelamin

...

Jumlah Penduduk Desa Dramaga menurut Mata

Pencaharian

...

Jumlah Penduduk Desa Dramaga menurut Ting-

kat Pendidikan

...

Luas dan Hasil Pemanfaatan Areal Pertanian di Desa dranaga

...

Tempat Tinggal Respondan menurut Skala

Usaha

...

Penerimaan Industri Manisan Pala menurut Skala Usaha

...

Biaya Variabel Industri Manisan Pala menu- rut Skala Usaha

...

Biaya Angkut Industri Manisan Pala menurut

Skala Usaha

...

Jumlah Tenaga Kerja Industri Manisan Pala

menurut Skala Usaha

...

Struktur Biaya Tenaga Kerja Industri Manis-

...

an Pala menurut Skala Usaha

;...

Biaya Langsung Industri Manisan Pala menu-

(14)

15. Nilai Modal

eta^

Industri Manisan Pala me- nurut Skala Usaha

...

16. Biaya Produksi Industri Manisan Pala menu-

rut Skala Usaha

...

17. Pendapatan dan Nilai Tambah Industri Manis-

an Pala menurut Skala Usaha

...

18. Keragaan (Performance) Industri Manisan Pa-

la menurut Skala Usaha

...

19. Matriks Potensi Pengembangan Industri Ma-

nisan Pala

...

1. Data Identitas Responden Industri Rumah-

tangga

...

2. Data Identitas Responden Industri Sedang

dan Besar

...

3. Data Identitas Responden Industri Kecil

...

4. Data Keadaan Responden Industri Rumahtangga

5. Data Keadaan Responden Industri Sedang dan

Besar

...

6. Data Xeadaan Responden Industri Xecil

...

7. Data Biaya Langsung Responden Industri Ru-

mahtangga

...

8. Data Biaya Langsung Responden Industri Be-

dang dan Besar

...

9. Data Biaya Langsung Responden ~ndustri

Xecil

...

lo. Data Nilai Modal Tetap Responden Industri

Rumahtangga

...

11. Data Nilai Modal Tetap Responden Industri

(15)

12. Data Nilai nodal Tetap Responden Industri

Kecil

...

13. Data Penerimaan Responden 1ndustr.i Rumah-

tangga

...

1 Data Penerimaan Responden Industri Sedang

dan Besar

...

15. Data Penerimaan Responden Industri Kecil

..

(16)

Momor

Teks

1. Skema Hasil Olahan Bagian Buah Pala

...

2. Xurva Isoquant Pemakaian Hodal dan Tenaga

Xerja

...

LaroDil-an

(17)

Latar Belakang

Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) mengamanatkan bahwa untuk mencapai struktur ekonomi yang seimbang dalam meletakkan Landasan pembangunan ekonomi yang kuat menje- lang era tinggal landas (pada Pelita VI) dimana terdapat kemampuan dan kekuatan sektor industri yang maju didukung kekuatan dan kemampuan pertanian yang tangguh, pada Peli- ta V prioritas dititikberatkan pada :

a. sektor pertanian untuk memantapkan swasembada pangan dan meningkatkan produksi pertanian .l,ain, dan

b. sektor industri, khususnya industri yang menghasilkan komoditi ekspor, industri yang banyak menyerap tenaga kerja, industri pengolahan hasil pertanian, dan indus- tri yang dapat menghasilkan roesin-mesin industri.

Pada Pelita V sektor industri berkembang secara man- tap dan tumbuh dengan lebih dari 12 persen dan peningkatan produksi sektor pertanian sebesar 2.8 persen

.

Jumlah penduduk ~ndonesia terus meninqkat yaitu 90

juta orang (tahun 1961), 119 juta orang (tahun 1971)

,

147

juta orang (tahun 1980)

,

dan 179 juta orang (tahun 1990)

.

Hal ini juga menunjukkan pertambahan angkatan kerja.

l) Pidato Kenegaraan Presiden Republik Indonesia di depan Sidang Dewan Perwakilan Rakyat Repu- blik Indonesia, 16 Agustus 1991.

(18)

Menurut urutan dunia, dengan jumlah penduduk sebesar 179 juta orang (tahun 1990) dan laju pertumbuhan 1.97 persen per tahun (tahun 1980-1990), Indonesia menempati urutan kelima setelah Cina, India, Rusia, dan Amerika Serikat

(Biro Pusat Statistik, 1991).

Bertolak dari kenyataan bahwa industri dan penduduk negara berkembang di Asia (Indonesia, India, Malaysia, dan .Philipha) terkonsentrasi di pedesaan dan pertanian (Tam- bunan, 1992), maka industri yang perlu dikembangkan adalah yang berlokasi di pedesaan (industrialisasi pedesaan).

Pengembangan industrialisasi pedesaan akan mendorong perluasan dan pemerataan kesempatan kerja, peningkatan ni- lai ekspor dan nilai tambah, dan penyerapan tenaga kerja, sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan taraf hidup ma- syarakat pedesaan dan petani (Direktorat Jenderal Industri Kecil, 1989).

Menurut Cabang Dinas Perindustrian Kabupaten Daerah Tingkat I1 Bogor, tahun 1991 di Kabupaten Daerah Tingkat

I1 Bogor terdapat 6 372 unit usaha industri yang terkelom- pok ke dalam lima kategori utama, yaitu : industri pa- ngan, sandang dan kulit, bahan bangunan, kerajinan umum, dan industri logam, yang mampu menyerap 16 257 orang tenaga kerja (Tabel 1)

.

Salah satu industri pangan (pengolahan hasil pertani- an) adalah industri manisan pala yang memiliki kegiatan mengolah buah pala

(Myristica sp.)

sebagai bahan baku

(19)

untuk menghasilkan produk-produk seperti yang disajikan pada Gambar 1.

Tabel 1 Jumlah Unit Usaha dan Tenaga Kerja yang Terserap pada Sektor Industri di Kabu- paten Daerah Tingkat I1 Bogor

J u m l a h

No. Kategori jenis industri

Unit Usaha Tenaga Kerja

buah orang

1. Industri pangan 1 335 2 805

2. Industri sandang dan kulit 1 025 4 072

3. Industri bahan bangunan 712 2 846

4. Industri kerajinan umum 2 300 4 709

5. Industri logam 1 000 1 825

T o t a l 6 372 16 257

Sumber : diolah dari hasil data sentra industri Kabupaten Bogor tahun 1991. Cabang Dinas Perindustrian Kabupaten Daerah :~ingkat I1 Bogor (1992). Diolah i a d i D a ~ a t membanaun maniean

...

i n d u s t r i f r u i t s a l a d e

...

i n d u s t r i . Daging buah s i m p

...

i n d u s t r i 'elli

...

i n d u s t r i

i(

e m

...

i n d u s t r i chutney

...

i n d u e t r i

...

P u l i

1-

minyak f u l i i n d u s t r i

...

I

bungkilnya

...

i n d u e t r i o l e o r e s i n ;... i n d u e t r i mentega f u l i

...

i n d u e t r i

...

. B i j i

t

Tempurung i n d u s t r i makanan makanan makanan makanan makanan makanan makanan pakan makanan kosmetik

...

...

minyak p a l a i n d u s t r i makanan i n d u s t r i m a k b a n o l e o r e s i n

...

i n d u e t r i makanan menteaa ~ a l a

....

i n d u s t r i koemetik Sumber : Rismunandar (1990).

(20)

Perurnusan

Masalah

Agar sektor pertanian dan industri secara berkesinam- bungan dapat mendorong perluasan dan pemerataan kesempatan kerja, peningkatan nilai tambah, dan penyerapan tenaga kerja sehingga meningkatkan pendapatan dan taraf hidup masyarakat pedesaan (Direktorat Jenderal Industri Kecil, 1989), maka diversifikasi perekonomian dalam bentuk agro- industri yang mendukung industrialisasi pedesaan merupakan keharusan untuk dilaksanakan (Simatupang, 1990).

Industri kecil dan rumahtangga memberikan sumbangan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Daerah Tingkat I1 Bogor pada industri pengolahan yang le- bih kecil daripada industri sedang dan besar (Tabel 2).

Hal ini berhFungan dengan efisiensi dan produktivitas. Oleh sebab itu,.perlu penelaahan dengan membandingkan ke- ragaan (efisiensi dan produktivitas) skala usaha rumah- tangga, kecil, dan sedang dan besar tersebut dan meng- identifikasi keqdala-kendala yang dihadapi, sehingqa dapat diestimasi skala usaha yang berpotensi untuk dikembangkan.

Tuiuan dan

Keeunaan Praktek La~anean

Tujuan praktek lapangan ini terbagi menjadi tujuan

umum

dan tujuan khusus.

Tujuan umum adalah untuk melihat dan mengetahui se- cara langsung keadaan industri manisan pala.

(21)

Tabel 2 Sumbangan Industri Pengolahan menurut Skala Usaha terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Daerah Tingkat I1 Bogor Tahun 1984-1989 Atas Dasar Harga Berlaku

Skala Usaha Industri Pengolahan Tahun

Sedang dan Besar Keoil dan Rumah Tangga

...

juta rupiah

...

Keterangan :

-

angka di dalam kurung ) menunjukkan pelsen laju pertumbuhan

-

*) angka sementara

Sumber : Badan Perencanaan Pembangunan Daarah (Bappeda) Kabupaten Daerah Tingkat I1 Bogor (1990)

.

Tujuan khusus adalah :

a. menganalisis dan membandingkan keragaan (efisiensi dan produktivitas) industri manisan pala menurut skala usaha, dan

b. menganalisis dan mengidentifikasi kendala-kendala yang dihadapi dalam pengembangan industri manisan pala di Kabupaten Daerah Tingkat I1 Bogor.

(22)

Kegunaan praktek lapangan ini adalah :

a. memberikan informasi mengenai keragaan (efisiensi dan produktivitas) masing-maeing ekala usaha dan kendala- kendala yang dihadapi dalam pongembangan industri ma- nisan pala,

b. sebagai pertimbangan dalam pengembangan industri ma- nisan pala bagi pihak-pihak yang berkepentingan, dan

c.

sebagai keterangan awal dan atau pembanding bagi pene-

litian-penelitian lain yang berhubungan dengan indus- tri manisan pala.

(23)

~ektor Industri dalam Konseo Industrialisasi Pedesaan

Berdasarkan jumlah pekerja, skala usaha sektor indus- tri dikategorikan menjadi tiga kelompok (Biro Pusat Sta- tistik, 1991), yaitu :

a. industri rumahtangga dengan 1-4 orang pekerja,

b. industri kecil dengan 5-19 orang pekerja, dan

c. industri sedang dan besar dengan lebih dari atau sama

dengan 20 orang pekerja.

Menurut kenyataan bahwa sebagian besar penduduk Indo- nesia tinggal di pedesaan maka pengembangan ketiga katego- ri sektor industri tersebut tidak terlepas dari konsep in- dustrialisasi pedesaan yang berdasarkan kerangka pemikiran

Kuswartojo (1989), Mandagi (19891, Tambunan (1989), dan

White (1989), didefinisikan sebagai alat untuk mencapai pembangunan pedesaan yang diselenggarakan dengan teknik,

cara, dan pola kerja pedesaan untuk menggerakkan pertum-

buhan ekonomi, meningkatkan daya serap tenaga kerja, dan mengurangi jumlah penduduk miskin di pedesaan dengan me- ngembangkan aktivitas-aktivitas ekonomi yang produktif da- lam kelompok-kelompok ativitas basis (pertanian, pertam- bangan, konstruksi (bangunan), listrik dan air minum, transportasi dan komunikasi, pemerintah dan keamanan, dan jasa) dan non-basis (industri manufaktur, perdagangan, hotel dan restoran, bank dan lembaga keuangan lain, clan

(24)

housing dan dwellings) yang saling berkaitan secara dina- mis dan berkesinambungan.

Faktor penentu lokasi sangat penting dalam pengem- bangan industrialisasi pedesaan yang berbeda untuk setiap daerah yang dicirikan menurut jumlah dan etnik penduduk, sumberdaya alam, budaya, tingkat pendidikan, sifat pereko- nomian, dan prasarana yang dimiliki (Tambunan, 1989).

Berdasarkan perbedaan-perbedaan tersebut, dengan me- makai kerangka pemikiran Saleh (1986) dan White (1989),

.

dapat dibagi beberapa jenis industri yang dikembangkan un- tuk industrialisasi pedesaan, yaitu :

a. industri lokal, yaitu jenis industri yang tergantung pada pasar yang terbatas dan lokasi yang tersebar de- ngan skala usaha kecil dan rumahtangga, dan mempergu- nakan sebagian besar tenaga kerja keluarga dan sarana transportasi sederhana,

b. industri mandiri, yaitu kelompok industri kecil dan

rumahtangga yang sudah mampu mengadopsi teknologi semi modern,

c. sentra industri, yaitu jenis industri yang dari segi satuan usaha mempunyai skala kecil tetapi membentuk suatu pengelompokan yang terdiri dari kumpulan unit usaha untuk menghasilkan barang sejenis,

d. industri yang mengandalkan pasaran lokal, yait.u jenis industri yang ditentukan ketereediaan pasaran lokal untuk produk-produk yang dihasilkan,

(25)

e. industri yang berdasarkan sumberdaya baku lokal, yai- tu jenis industri yang ditentukan ketersediaan bahan baku, dan

f. industri yang mengandalkan tenaga kerja angkatan ker- ja terampil dan semi terampil dengan upah murah.

Keraeaan (Performance) Aproindustri

Ukuran keragaan (performance) agroindustri terdiri

dari : R-C ratio, efisiensi ekonomi, upah rata-rata dan

produktivitas tenaga kerja, produktivitas modal tetap, dan intensitas faktor produksi 2).

Semakin besar skala usaha, maka semakin tinggi R-C

ratio, efisiensi ekonomi, upah rata-rata dan produktivitas tenaga kerja, produktivitas modal tetap, dan intensitas faktor produks{ (Rahardjo, 1986).

Untuk memperoleh ukuran keragaan tersebut, diperlukan infonuasi mengenai biaya produksi, produk dan penerimaan, jumlah tenaga kerja, dan pendapatan dan nilai tambah.

Biaya produksi didefinisikan sebagai akibat yang dikenakan dalam mengorganisir dan menyelenggarakan proses produksi (Doll dan Orazem, 1984), ynng digolongkan menjadi

2 ) ~ . Tambunan dan Ekawati S . Wahyuni. 1992. Beberapa Konsepsi Keragaan (Performance) In- dustri. Sebuah Ringkasan. Hal. 5.

(26)

biaya langsung (biaya variabel, biaya angkut, dan biaya tenaga kerja) dan biaya tidak langsung atau nilai modal tetap (tanah, bangunan, alat-alat dan mesin-mesin) (Doll dan Orazem, 1984, Hernanto, 1989, dan Voerman, 1989).

Biaya variabel adalah biaya yang berubah bila produk yang dihasilkan berubah, tergantung pada jumlah dan harga masing-masing input variabel yang dipergunakan dalam pro- ses produksi, dan terdiri dari biaya pembelian bahan baku (bahan pokok dalam proses produksi) dan penolong (bukan bahan pokok tetapi diperlukan dalam proses produksi) (Doll dan Orazem, 1984, dan Voerman, 1989).

Biaya angkut adalah biaya yang dikeluarkan pengusaha dalam penggunaan sarana transportasi pada pengiriman pro- duk dari daerah penghasil ke pemakai (Voerman, 1989).

Biaya tenaga kerja adalah upah dan gaji yang dibayar- kan pengusaha kepada para pekerja, baik yang berasal dari dalam maupun luar keluarga (Doll dan Orazem, 1984, dan Voerman, 1989).

Tenaga kerja (man-power) adalah penduduk usia kerja (di Indonesia berumur lebih dari 10 tahun) yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga kerja mereka dan berpartisipasi dalam aktivitas tersebut (Biro Pusat Statistik, 1991).

Tenaga kerja diukur dengan Hari Orang Kerja (HOK), yaitu lama orang bekerja dalam satu hari (Soekartawi, Soeharjo, Dillon, dan Hardaker, 1986) yang terdiri dari :

(27)

a. Hari ~ e r j a Pria (HKP), yaitu lama pria dewasa (berumur lebih dari atau sama dengan 17 tahun) bekerja dalam satu hari, dengan konversi terhadap HOK adalah :

1 HKP = 1.0 HOK,

b. Hari Kerja Wanita (HKW), yaitu lama wanita dewasa (berumur lebih dari atau sama dengan 17 tahun) bekerja dalam satu hari, dengan konversi terhadap HOK adalah :

1 HKW = 0.8 HOK, dan

c. Hari Kerja Anak (HKA), yaitu lama anak-anak pria dan wanita (berumur 10-16 tahun) bekerja dalam satu hari, dengan konversi terhadap HOK adalah : 1 HKA = 0.5

HOK

.

Tenaga kerja sebagai faktor produksi (Soekartawi, et

dl, 1986) mempunyai ciri khusus yaitu tidak dapat hilang atau berkurang'jika dipakai, bahkan bernilai semakin ting- g i jika semakin sering dipakai' (Irawan dan Suparmoko,

1988), dan bertujuan untuk mendapatkan balas jasa berupa upah atau gaji sebagai harga tenaga kerja tersebut sehing- ga penawaran tenaga kerja tergantung pada tinggi rendah tingkat upah dan gaji (semakin tinggi upah dan gaji maka semakin tinggi jumlah penawaran tenaga kerja) (Saleh,

1986, dan Irawan dan Suparmoko, 1988).

Dilihat dari sudut nilai, upah dibedakan antara upah nominal (berupa uang), upah tetapan, dan upah real (kemam- puan upah nominal untuk membeli barang dan jasa) ; dan dilihat dari cara pengupahan, dikelompokkan ke dalam tiga

(28)

golongan, yaitu menurut waktu (per jam, per hari, per minggu, dan per bulan)

,

upah borongan (per satuan kegiat- an), dan upah premi (berdasarkan perbandingan tertentu, misal persentase bagi hasil) (Hidayati, 1992).

Di Indonesia, upah rata-rata tenaga kerja sub sektor industri pengolahan makanan, minuman, dan tembakau adalah Rp 3 672/HKP dan Rp 1 621/HKW, dan industri pengolahan di Jawa Barat Rp 2 976/Hl@ dan Rp 2 217/HKW (Biro Pusat Sta- tistik, 1991).

Intensitas Faktor Produksi

3,

Untuk mengetahui bagaimana sifat perusahaan dalam pe- makaian faktor produksi, dipergunakan ukuran intensitas faktor produksi, yaitu perbandinqan relatif faktor produk- si yang dipergdnakan dalam proses produksi yang diukur de- ngan kemiringan garis melalui pusat sumbu pada kurva iso-

quant (kombinasi faktor produksi yang dapat dipilih untuk

menghasilkan produk yang sama). Kondisi optimal adalah

titik perpotongan antara garis isoquant dan i s o c o s t .

Jika faktor produksi yang dipergunakan adalah modal

(C) dan tenaga kerja (L) maka intensitas faktor produksi adalah rasio antara penggunaan modal dan tenaga kerja yang secara grafis disajikan pada Gambar 2.

3)~. Tambunan dan Ekawati S. Wahyuni. Op cit.

(29)

Capital C2 0 1 L a Labour Keterangan : Ic : garis isocost Iq : garis isoquant

Gambar 2 Kurva Isoquant Pemakaian Modal dan Te- naga Kerja

Dari Gambar 2 tersebut terlihat bahwa :

a. Proses produksi A1 lebih intensif modal (padat modal) karena pemakaian modal (C1) relatif lebih besar diban- dingkan tenaga kerja (L1), dan

b. Proses produksi A2 lebih intensif tenaga kerja (padat karya) karena pemakaian tenaga kerja (L2) relatif le- bih besar dibandingkan modal (C2).

Produk dan Penerimaan

Produk adalah barang dan jasa yang dihasilkan proses produksi dalam suatu perode tertentu dengan mengalokasikan semua faktor produksi yang dimiliki. Tidak,semua produk

(30)

mempengaruhi penerimaan perusahaan. Penerimaan perusahaan berasal dari produk yang dijual (Doll dan Orazem, 1984).

Hubungan antar produk dapat berupa produk yang bersa- ing (jika jumlah produk Pang satu bertambah maka jumlah produk yang lain akan berkurang), produk komplemen (jika jumlah produk yang satu ditambah maka jumlah produk yang lain juga bertambah)

,

produk suplemen ( j ika jumlah produk yang satu bertambah tidak mengakibatkan perubahan jumlah produk yang lain), produk bersama (jika produk-produk di- produksi secara serentak dalam serangkaian proses produksi atau proses gabungan) (Bishop dan Toussaint, 1964, dan Doll dan Orazem, 1984), produk sampingan (produk-produk yang secara relatif bernilai lebih rendah yang diproduksi bersama produk lain yang secara relatif bernilai lebih tinggi) dan kolproduk (produk-produk yang diproduksi pada saat yang sama tetapi tidak dari opera'si pengolahan yang sama atau tidak berasal dari bahan baku yang sama) (Voer- man, 1989).

Berdasarkan sifat penggunaan, produk-produk dibagi menjadi produk antara (produk suatu perusahaan digunakan sebagai input pada proses produksi perusahaan lain) dan produk akhir (produk yang langsung dapat dikonsumsi) (Doll

(31)

Penda~atan

dan Nilai Tambah

Dalam melaksanakan proses produksi, tujuan yang ingin dicapai suatu perusahaan berbeda dengan perusahaan lain. Secara umum, tujuan-tujuan tersebut meliputi kepuasan; penjualan, dan pendapatan maksimum (Boulding, 1955, Bishop dan Toussaint, 1964, dan Doll dan Orazem, 1984).

Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dan biaya produksi, dan nilai tambah atau value added merupa- kan selisih antara penerimaan dan biaya produksi diluar biaya tenaga kerja (Simatupang, Pasandaran, Kasryno, dan

Zulham, 1990).

Pada pendapatan, terdapat tiga keadaan yang ditemui (Doll dan Orazem, 1984 dan Voerman, 1989), yaitu :

a. jika nilai produk-produk yang dijual lebih besar dari- pada biaya groduksi, disebut untung atau laba (pro- fit), dan perusahaan terua berproduksi,

b. jika nilai produk-produk yang dijual sama dengan biaya produksi

,

disebut impas (zero profit)

,

perusahaan da- pat t e n s berproduksi atau tutup, dan

c. jika nilai produk-produk yang dijual lebih kecil dari- pada biaya produksi, disebut rugi (losses), dan peru-

(32)

Kendala-kendala vane Dihadapi dalam

Pengemhanean Agroindustri

Tujuan industrialisasi pedesaan (termasuk agroindus- tri) adalah meningkatkan kesempatan kerja, produktivitas pekerja (tenaga kerja), nilai tambah, dan pendapatan (Di- rektorat Jenderal Industri Kecil, 1989, White, 1989, dan Sumodiningrat dan Kuncoro, 1990), sehingga skala usaha agroindustri yang berpotensi untuk dikembangkan adalah yang memenuhi tujuan-tujuan tersebut.

Menurut Rahardjo (1986), semakin besar skala usaha maka semakin tinggi kemampuan menyerap tenaga kerja, sema- kin tinggi dalam menghasilkan nilai tambah dan pendapatan, dan pemilikan produktivitas tenaga kerja.

Kendala-kendala yang dihadapi dalam,.,lingkup manajemen dalam

eng gem bang an

sektor industri menurut Raharjo (1986) terdiri dari :

a. dari segi penawaran, masalah utama adalah pengelolaan produksi

,

dan

b. dari segi permintaan, masalah utama adalah pemasaran. Kedua segi tersebut dapat dibagi menjadi dua lingkup permasalahan, yaitu lingkup internal (permasalahan yang mampu dipecahkan pengusaha), dan eksternal (permasalahan yang disebabkan faktor luar yang tidak dapat diatasi atau dipecahkan pengusaha).

Yang termasuk permasalahan internal dalam pengelolaan produksi (dari segi penawaran) adalah masalah mutu tenaga

(33)

kerja, teknik produksi, pengelolaan keuangan, pembukuan dan administrasi, pengembangan dan penciptaan disain atau model-model baru, pembagian kerja diantara pekerja, pemilihan bahan baku dan produk yang dihasilkan dalam berbagai kombinasi, memelihara dan memperbaiki barang-ba- rang investasi, penggunaan barang investasi baru, penga- turan tataruang kerja, menentukan harga dan menekan ongkos produksi, dan mengatur persediaan dalam musim-musim yang berganti, dan pemasaran (dari segi permintaan) adalah tek- nik dan sarana pemasaran, disain produk, penentuan harga, dan standar produk. Yang termasuk permasalahan eksternal dalam pengelolaan produksi (dari segi penawaran) adalah ketersediaan bahan baku, perkembangan teknologi, jumlah dan komposisi angkatan kerja, dan perkreditan, dan pema- saran (dari segi permintaan) adalah luas pasar, selera Ironsumen, persaingan antar pengusaha, persaingan dengan industri yang lebih besar, dominasi pedagang perantara, sistem tataniaga, peraturan pemerintah, peraturan negara

i

lain, dan peraturan industri pemakai.

Kendala-kendala yang dihadapi dalam pengembangan agroindustri adalah kemampuan manajemen (pengadaan bahan baku dan penolong, pengelolaan perusahaan, dan pemasaran produk) (Voerman, 1989), pehggunaan teknologi tradisional, Clan penguasaan modal yang rendah (Daniarti, 1990).

(34)

Hipotesa yang akan diuji adalah :

a. Semakin besar skala usaha industri manisan pala maka

semakin tinggi keragaan atau performance (R-C ratio,

efisiensi ekonomi, upah rata-rata, produktivitas te- naga kerja dan modal tetap, dan intensitas faktor pro- duksi), dan

b. Skala usaha industri manisan pala yang mempunyai po-

tensi terbaik untuk dikembangkan di Kabupaten Daerah Tingkat I1 Bogor adalah skala usaha sedang dan besar.

(35)

METODE

PRAKTEK

LAPANGAN

Waktu dan Z,nkasi Prnktek L a ~ a n e a n

Praktek lapangan dilaksanakan tanggal 15 Juli 1992

sampai tanggal 3 gustu us 1992 di Desa Dramaga, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat.

Penentuan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive technical sampling) berdasarkan pertimbangan bahwa indus- tri manisan pala terbesar di Kabupaten Bogor adalah di De- sa Dramaga yaitu 4 5 unit usaha (menurut Kantor Kecamatan Dramaga) dibandingkan 88 unit usaha di Kabupaten Bogor

(menurut Cabang Dinas Perindustrian Kabupaten Bogor).

Penarikan Contoh

Dari 45 u+t usaha industri manisan pala tersebut, 38

unit usaha kontinu berproduksi sepanjang tahun dan tujuh unit usaha bersifat musiman yang hanya berproduksi pada saat liburan dan hari raya.

Dari 38 unit usaha yang kontinu berproduksi sepanjang

tahun tersebut, semua dijadikan responden (metode sensus)

yang terbagi menurut skala usaha

,

yaitu 1 0 unit usaha skala usaha rumahtangga, 24 unit usaha skala usaha kecil, dan empat unit usaha skala usaha sedang dan besar.

(36)

Pengunladan

Data

.

;.

Data-data yang dikumpulkan dalam praktek lapangan ini adalah data-data primer dan sekunder. Data-data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan responden mempergunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah di- persiapkan dan pengamatan langsung terhadap responden. Data-data sekunder diperoleh dari instansi terkait seper- ti Cabang Dinas Perindustrian Kabupaten Bogor, kantor Kecamatan Dramaga, kantor Desa Dramaga, dan kantor Statis- tik Kabupaten Daerah Tingkat I1 Bogor.

Analisis Data

Analisis data dilakukan secara kuantitatif dan kuali- tatif dengan mqmpergunakan tabulasi.

Analisis kuantitatif diperqunakan untuk menqhitung biaya langsung, biaya variabel, nilai penyusutan, peneri- maan (nilai produk-produk yang dijual)

,

pendapatan, nilai tambah, dan keragaan (performance) masing-masing skala usaha industri manisan pala. Kemudian dari hasil perhi-

tungan (analisis kuantitatif) dilakukan analisis kualita- tif dengan mempergunakan tabulasi.

Biaya langsung terdiri dari biaya variabel, biaya angkut, dan biaya tenaga kerja (upah dan gaji) (Doll dan

-

Orazem, 1984, Hernanto, 1989, dan Voerman, 1989) yang se-

(37)

dimana :

DC : biaya langsung (Rp)

,

TVC : biaya variabel total (Rp), !R4rabC : biaya angkut total (Rp)

,

dan

'I'wL : biaya tenaga kerja total (Rp).

.

,

Secara sederhana, biaya variabel dituliskan :

TVC = TCxrm

+

dimana :

TVC TCxrm TCxhm

biaya variabel total (Rp), nilai bersih bahan baku (Rp),

biaya pembelian bahan penolong total (Rp),

jumlah bahan baku yang diperguna- kan (satuan unit),

harga bahan baku yang dipergunakan (Rp per satuan unit),

jumlah masing-masing bahan peno- long yang dipergunakan (satuan unit),

harga masing-masing bahan penolong yang dipergunakan (Rp per satuan unit), dan

jenis- jenis bahan penolong yang dipergunakan, j = 1, 2, 3 ,

...,

m.

Tanah dan bangunan dinilai berdasarkan nilai sewa yang berlaku. Peralatan dan mesin-mesin d i n i l ~ i ber- dasarkan nilai penyusutan (Doll dan Orazem, 1984), menggu- nakan metode garis lurus (stright

line

method) dengan asumsi bahwa peralatan dan mesin-mesin tidak dapat diper- gunakan setelah melampaui umur ekonomis. Dalam ha1 ini,

(38)

rumus yang dipergunakan untuk menghitung penyusutan adalah :

dimana :

D : nilai penyusutan (Rp per satuan wak- tu) r

Pt : harga beli (Rp)

,

Pa : harga akhir (Rp), dan

T : umur ekonomis peralatan dan mesin-

mesin (satuan waktu)

.

Penerimaan atau nilai produk yang dijual tergantung pada jumlah dan harga masing-masing produk yang dijual

(Doll dan Orazem, 1984.). Secara matematis, penerimaan

dituliskan :

dimana :

"YS : nilai produk-produk yang dijual

atau penerimaan (Rp)

,

ysi : jumlah masing-masing produk yang

dijual (satuan unit)

,

Pysi : harga masing-masing produk yang

dijual (Rp per satuan unit), dan i : jenis-jenis produk yang dijual,

i = 1, 2, 3,

...,

n.

Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dengan

- biaya produksi yang secara sederhana dihitung dengan per-

(39)

dimana :

I : pendapatan (Rp),

: n i l a i produk-produk yang d i j u a l a t a u

'YS penerimaan (Rp), dan

PC : biaya produksi (Rp)

.

,....

N i l a i tambah ( v a l u e added) merupakan s e l i s i h a n t a r a penerirnaan dan biaya produksi d i l u a r biaya t e n a g a k e r j a , yang d i h i t u n g dengan persamaan :

VA

=

Vy8

-

(PC

-

TWL)

dimana :

VA : n i l a i tambah (Rp)

,

: n i l a i produk-produk yang d i j u a l a t a u Vys penerimaan ( ~ p )

,

PC : biaya produksi (Rp), dan

TWL : biaya tenaga k e r j a (Rp).

Keragaan iperformance) yang diukur 'adalah :

Penerimaan (Rp) R-C r a t i o = Biaya produksi (Rp) N i l a i Tambah (Rp) E f i s i e n e i Ekonomi ( % ) = x 100 % Biaya Produkei ( R p )

Biaya Tenaga Kerja (Rp) Upah Rata-rata (Rp per HOK) =

Jumlah Tenaga Kerja (HOK)

N i l a i Tambah (Rp) Produktivitas Tenaqa Kerja (Rp per HOK) =

Jumlah Tenaga Kerja (HOK)

N i l a i Tambah (Rp) Produktivitas Modal Tetap =

(40)

N i l a i Modal Tetap (Rp) I n t e n s i t a s Faktor Produksi (Rp p e r HOK) =

Jumlah Tenaga Kerja (HOK)

Skala usaha agroindustri yang mempunyai potensi ter- baik untuk dikembangkan adalah memiliki kemampuan dalam penyerapan tenaga kerja yang paling tinggi (paling rendah dalam pemilikan intensitas fakor produksi), dan menghasil- kan nilai tambah, pendapatan, dan produktivitas tenaga kerja yang paling tinggi, yang dianalisis berdasarkan ma- triks potensi pengembangan agroindustri (Tabel 3 ) .

Tabel 3 Matriks Potensi Pengembangan Agroindus- tri

S k a l a U s a h a

No. K r i t e r i a -

Rumahtangga K e c i l Sedang dan Besar

n-10 n=24 n=4

I. N i l a i Tambah (Xp/Kg) a b

2. Pendapatan (Rp/Kg) d e

3. Jumlah Tenaga Kerja (HOK) 9 h

4. I n t e n s i t a s Paktor Produksi (RP/HOK) j k 5. P r o d u k t i v i t a s Tenaga K e r j a m n - - - Keterangan :

a, b, c,

...

,

o adalah nilai masing-masing kriteria

(41)

Pen~uiian

Hipotesa dan Penarikan Kesimuulan

Pengujian hipotesa dan penarikan kesimpulan berdasar- kan hasil analisa kuantitatif dan kualitatif tersebut.

Hipotesa pertama, yaitu : semakin besar skala usaha industri manisan pala maka semakin tinggi keragaan atau performance (R-C ratio, efisiensi ekonomi, upah rata-rata, produktivitas tenaga kerja dan modal tetap, dan intensitas f aktor produksi)

,

diu j i dengan menganalisis dan memban- dingkan keragaan (performance) masing-masing skala usaha industri manisan pala.

Hipotesa kedua, yaitu : skala usaha industri manisan pala yang mempunyai potensi terbaik untuk dikembangkan di Kabupaten Daerah Tingkat I1 Bogor adalah skala usaha se- dang dan besar,, diuji dengan mempergunakan matriks potensi pengembangan.

.

Dari hasil dan pembahasan, dan pengujian hipotesa, ditarik kesimpulan.

(42)

GAMBARAN UMlUM LOKASI

PRAK'IXK

LAPANGAN

&eadaan

Umum Desa Dramaeq

Desa Dramaga meliputi 3 dusun, 6 RW, dan 22 RT, mem- punyai luas 120.50 Ha dengan topografi dataran yang terdi- ri dari sawah dan ladang (67.40 Ha), perumahan dan peka- rangan (46.50 Ha)

,

kuburan (3.00 Ha)

,

empang (2.00 Ha)

,

industri (1.50 Ha), dan tanah wakaf (0.10 Ha), dengan ba- tas-batas wilayah sebelah Timur dengan Desa Margajaya dan Ciherang, sebelah Selatan dan Barat dengan Desa Sinarsari, dan sebelah Utara dengan Desa Babakan.

Letak Desa Dramaga dari pusat-pusat kota adalah ibu- kota Kabupaten Bogor (Cibinong) : 30 Km, ibukota Kotama- dya Bogor (~ogor) : 8 Km, ibukota Psopinsi Jawa Barat

(Bandung) : 128 Km, dan ibukota negara Republik Indone- sia (Jakarta) : 60 Km.

Jumlah penduduk Desa Dramaga adalah 8 243 orang

(1 535 Kepala Keluarga) yang terdiri dari 4 177 orang (50.67 persen) laki-laki dan 4 066 orang (49.33 persen) perempuan (Tabel 4) dengan rasio seks 102.73. Jika diban- dingkan luas wilayah, kepadatan penduduk adalah 68 orang/ Ha.

(43)

Tabel 4 Jumlah Penduduk Desa Dramaga menurut Umur dan Jenis Kelamin

- - -

U m u r Laki-laki Perempuan J u m l a h tahun

...

orang

...

Total 4 177 4 066 8 243

(50.67 %) (49.33 %) (100.00 %)

Sumber : Potensi Desa Dramaga (1991).

Penduduk angkatan ker ja (berumur 10-54 tahun) sebe-

..

sar 5 361 orang atau 65.04 persen dari jumlah penduduk, dan penduduk yang memiliki pekerjaan adalah 1 461 orang atau 27.25 persen dari angkatan kerja.

Dari 1 461 orang yang bekerja, 28.47 persen bekerja sebagai karyawan (pegawai negeri sipil, pegawai negeri

ABRI, dan swasta), 20.67 persen bekerja sebagai buruh,

15.95 persen bekerja di sektor industri, 12.80 persen be- kerja di sektor pertanian, 11.90 pers.en pedagang, 4.59 persen bekerja di bidang jasa dan angkutan, 3.08 persen bekerja di bidang pertukangan, 2.40 persen pensiunan, dan

(44)

Tabel 5 Jumlah Penduduk Desa Dramaga menurut Mata Pencaharian

Nomor Mata Pencaharian Tenaga Kerja Persen

Karyawan :

a. pegawai negeri sipil b. pegawai negeri ABRI c. swasta

Buruh

Industri Pertanian Pedagang

Jasa dan angkutan Pertukangan

Pensiunan ~emulurig

orang

J u m l a h 1 461 100.00

Sumber : Potensi Desa Dramaga (1991).

Dari seluruh penduduk Desa Dramaga, 5 079 orang (61.62 persen) mendapat pendidikan, 1 164 orang (14.12 persen) belum mendapat pendidikan, dan 2 000 orang (24.26 persen) tidak mendapat pendidikan (Potensi Desa Dramaga, 1991).

Dari 5 079 orang yang mendapat pendidikan, 39.95 per- sen tidak tamat SD atau sederajat, 35.93 persen tamat SD

(45)

atau sederajat, 18.00 persen tamat SMP atau sederajat,

5.63 persen tamat SMA atau sederajat, ddn 0.49 persen ta- mat Akademi atau Universitas (Tabel 6).

Tabel 6 Jumlah Penduduk Desa Dramaga menurut Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan J u m l a h Persen

- -- -

. .

orang

. .

Tidak tamat SD atau sederajat. 2 029 Tamat SD atau sederajat 1 825

Tamat SMP atau sederajat 9 14 Tamat SMA atau sederajat 286

Tamat Akademiatau Universitas 2 5

T o t a l 5 079 100.00

Sumber : Potensi Desa Dramaga (1991).

Keadaan Pertanlap

Areal pertanian di Desa Dramaga dimanfaatkan untuk menanam empat jenis tanaman, yaitu padi dan palawija yang terdiri dari padi, jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, dan kedelai, sayur-sayuran yang terdiri dari tomat, kacang panjang, buncis, lombok, dan ketimun, buah- buahan yang terdiri dari pisang dan papaya, clan perkebunan yang terdiri dari kelapa dan cengkeh. Luas dan hasil pe- manfaatan areal pertanian di Desa Dramaga, disajikan pada Tabel 7.

Keadaan pertanian tersebut didukung oleh ketersediaan irigasi setengah teknis yang mampu mengairi areal seluas

(46)

Tabel 7 Luas dan Hasil Pemanfaatan Areal Per- tanian di Desa Dramaga

No. Pemanfaatan L u a s H a s i l

hektar ton/musim panen

1. Padi dan palawija :

a. padi 61.50 602.70 b. jagung 2.00 1.60 c. ketela pohon 3.00 45.00 d. ketela rambat 2.00 10.00 e. kacang tanah 1.00 0.80 f. kedelai 1-00 1.50 2. Sayur-sayuran : a. tomat 0.20 b. kacang panjang 1.00 c. buncis 0.30 d. lombok 0.15 e. ketimun 2.00 3. Buah-buahan : a. pisang b. pepaya 4 . Perkebunan : a. kelapa 0.50 2.00 b. cengkeh 0.50 0.25

Sumber : .Potensi Desa Dramaga (1991).

35.00 Ha, irigasi sederhana yang mampu mengairi areal se- luas 28.00 Ha, dan irigasi tadah hujan yang mampu mengairi areal seluas 3.00 Ha.

Keadaan Indnstri Mnnisnn

P&

Desa Dramaga merupakan penghasil manisan pala terbe-

sar di Kabupaten Daerah Tingkat I1 Bogor dimana terdapat

(47)

Dramaga) dibandingkan 88 unit usaha yang terdapat di Kabu- paten Daerah ~ingkat I1 Bogor (Cabang Dinas Perindustrian Kabupaten Daerah Tingkat I1 Bogor).

Pengusaha manisan pala di Desa Dramaga sudah ada sejak jaman Belanda yang membuat manisan pala hanya pada waktu tertentu (menjelang hari raya dan ada hajatan) (me- nurut keterangan Cabang Dinas Perindustrian Kabupaten Dae- rah Tingkat I1 Bogor).

Menurut beberapa keterangan yang diperoleh di Desa Dramaga, industri manisan pala mulai dikomersialkan pada

tahun 1962 oleh Ibu Iyar dan Bapak Rojak, dimana bahan

baku dibeli di Pasar Anyar yang berasal dari Desa Ciapus, Taman Sari, dan Ciawi, dan pemasaran hasil dilakukan de- ngan mendatangi rumah-rumah penduduk. Sekitar tahun 1965, pemasaran mula; memasuki toko

.

Akan tetapi

,

karena pemi- lik toko masih ragu terhadap permintaan manisan pala ter- sebut, pemasaran dilakukan dengan sistem 'titip jual'. Beberapa tahun kemudian, karena melihat prospek pemasaran yang baik (permintaan terus meningkat)

,

maka pembayaran mulai dilakukan secara kontan. Keberhasilan kedua pengu- saha tersebut menyebabkan perkembangan industri manisan di

Desa Dramaga cukup pesat, hingga tahun 1991 mencapai 45

pengusaha (unit usaha).

Buah pala (sebagai bahan baku) berasal dan tumbuh di lereng Gunung Salak yang berbuah sepanjang tahun tanpa me- ngenal musim. Hal ini mendukung ketersediann bahiin baku

(48)

industri manisan pala sehingga para pengusaha dapat mem- pertahankan profesi tersebut, bahkan menjadi mata pencaha- rian sebagian penduduk Desa Dramaga.

Melihat perkembangan jumlah unit usaha dan penyerapan tenaga kerja industri manisan pala tersebut, Cabang Dinas Perindustrian Kabupaten Daerah Tingkat 11 Bogor, pada ta- hun 1984 memperkenalkan produk ini kepada pemerintah de- ngan mengikutsertakan pengusaha pada pameran di berbagai tempat, dan pada tahun 1986 melakukan pembinaan berupa pendidikan dan latihan teknik produksi.

Keadaan

Responden

(Penpusaha

Industri

Manisan Pala)

Identitas Resaonden

Tempat tipggal responden terpusat di sekitar Pasar Dramaga (terletak di 11TlO/RW03), yaitu': RT06/RW02 satu orang pengusaha, RT07/RW03 sembilan orang pengusaha, RT09/RW03 satu orang pengusaha, RT10/RW03 16 orang pengu-

saha), RT11/RW04 lima orang pengusaha, RT12/RW04 dua orang pengusaha, dan RT13/RW04 tiga orang pengusaha

(Tabel 8).

Usaha industri manisan pala merupakan mata pencahari- an pokok 31 orang pengusaha (81.58 persen) dan pakerjaan sampingan untuk menambah penghasilan bagi tujuh orang pengusaha (18.42 persen) dengan beban tanggungan bervaria-

(49)

Tabel 8 Tempat Tinggal Responden menurut Skala Usaha

Tingkat pendidikan responden adalah delapan orang pengusaha (21.05 persen) tidak bersekolah, 24 orang pengu- saha (63.16 persen) SD atau sederajat, lima orang pengusa- ha (13.16 persen) S M P atau sederajat, dan satu orang peng- usaha (2.63 persen) SMA atau sederajat.

Dari seluruh responden, hanya 15 orang pengusaha (39.47 persen) yang menjadi anggota (anggota biasa) kope- rasi dan empat orang pengusaha (10.53 persen) yang berpar- tisipasi dalam pemerintahan desa.

Skala Uaaha Rumah Tangga

Kecil

Sedang dan B e s a r

J u m l a h

Proses

dan

Pemasaran

Hasil

Produksi

Buah pala yang sudah masak setelah dicuci dalam gen- tong, dikupas dengan menggunakan pisau baja, kemudian di- rendam dalam larutan garam 1.50 persen selama satu malam agar daging buah pala menjadi lunak sehingga dapat dipi- sahkan dari biji dan cempra.

Pada saat pemisahan dari biji dan cempra, daging buah pala disayat dan dibentuk sesuai dengan keinginan

(misal : bentuk mawar) dengan menggunakan pisau baja.

n 10 24 4 38 RT / RW 06/02 1 -

-

1 07/03 3 5 1 9 09/03

-

-

1 1 10/03 4 12

-

16 11/04 1 2 2 5 12/04 13/04 2 - 3

(50)

Daging buah yang sudah dibentuk digunakan untuk mem- buat manisan pala kering dan basah (produk akhir), sedang- kan biji dan cempra dikumpulkan untuk dijual ke produsen lain yang sudah mampu mengolah biji pala dan cempra (pro- duk antara)

.

Untuk membuat manisan pala kering, mula-mula daging buah pala yang sudah dibentuk direndam dalam larutan na- trium bisulfit 0.035 persen dalam gentong selama 1 0 menit sambil diaduk (pada saat mengaduk dipergunakan snrung ta- ngan), kemudian dibilas dengan air bersih dalam bak cuci untuk menghilangkan bau sulfit (juga mempergunakan sarung tangan), lalu ditiriskan dengan mepergunakan tanggok. Setelah bersih, dimasukkan ke dalam gentong yang berisi larutan gula, diaduk hingga rata, dan direndam selama satu malam agar cJula meresap.

Setelah direndam satu malam dalam larutan gula, da- ging buah pala tersebut dijemur di atas tanggok yang sudah ditadah nampan untuk menampung air gula. Setelah agak ke- ring, dilumuri sepuhan yang telah diencerkan (jika meng- inginkan manisan berwarna)

,

ditaburi gula

,

kemudian di j e- mur kembali hinqga daging buah jenuh gula dan dilapisi kristal-kristal gula. Jika tidak ada sinar matahari, pe- ngeringan dilakukan dengan menempatkan daging buah yang sudah ditaburi gula pada ebeg, kemudian dimasukkan ke da- lam oven dan dibakar selama 1-2 hari. Setelah kering,

(51)

manisan pala kering, dibungkus plastik berdasarkan berat yang diinginkan pengusaha, dan siap dipasarkan.

Untuk membuat manisan pala basah, daging buah yang sudah kering direndam dalam larutan gula 6 5 persen selama satu malam, ditiriskan, kemudian direndam lagi dalam la- rutan gula 6 5 persen selama satu malam hingga menjadi ma- nisan pala basah. Setelah menjadi manisan pala basah, di- bungkus plastik berdasarkan berat yang diinginkan pengusa- ha, dan siap dipasarkan.

Biji dan cempra setelah terpisah dari daging buah, dikeringkan dengan menggunakan sinar matahari atau oven. Proses pengeringan ini dilakukan bersama-sama dengan pro- ses pengeringan pembuatan manisan pala. Setelah kering, biji dan cempra dijual kepada produsen yang sudah mampu mengolah lebih'lanjut biji dan cempra tersebut.

Untuk satu kali proses produksi manisan pala kering dan basah, dibutuhkan waktu satu minggu yang dilakukan di dalam dan halaman rumah, tidak mempergunakan bangunan khu-

sus.

Modal usaha berasal dari modal sendiri dan pinjaman

dari Koperasi Simpan Pinjam.

Dari seluruh responden, 25 orang pengusaha memproduk- si manisan pala kering, biji pala kering, dan cempra

,

dan

13 orang pengusaha memproduksi manisan pala kering, manis- an pala basah, biji pala kering, dan cempra.

Pemasaran hasil produksi adalah 18 orang pengusaha

(52)

k e konsumen di daerah Bogor, Jakarta, Tangerang, Ciawi, Cisarua, Puncak, Cipanas, Cianjur, dan Bandung, dan pro- duksi 20 orang pengusaha (52.63 persen) dibeli pedagang

(53)

HASIL DAN

PEMBAHASAN

Jenis dan Skala Usaha

Jenis usaha industri manisan pala adalah sentra in- dustri yang dicirikan oleh pengelompokan unit-unit usaha pada daerah yang berdekatan dalam menghasilkan produk- produk yang sama (bersifat homogen).

Menurut jumlah pekerja, skala usaha industri manisan pala dikategorikam ke dalam tiga kelompok, yaitu :

a. rumahtangga dengan tiga orang pekerja, b. kecil dengan tujuh orang pekerja, dan

c. sedang dan besar dengan 25 orang pekerja.

Produk yang dihasilkan industri manisan pala adalah produk utama sebagai produk akhir yaitu manisan pala ke- ring dan basah, dan produk sampingan sebagai produk antara yaitu biji pala kering dan cempra.

Manisan pala kering dan basah barhubbngan kompetisi karena jika volume manisan pala kering ditingkatkan maka volume manisan pala basah harus diturunkan, sedangkan pro- duk utama dan sampingan berhubungan komplemen karena jika volume pala kering dan basah ditingkatkan maka volume biji pala kering dan cempra juga meningkat.

Harga penjualan produk-produk adalah manisan pala ke- ring dan basah Rp 1 600-1 950(Kg jika dibeli pedagang

(54)

perantara dan Rp 2 000-2 250/Kg jika dijual langsung ke toko-toko, biji pala kering Rp 600-1 000/Kg, dan cempra Rp 1 600-2 000/Kg. Volume penjualan produk per tahun in- dustri manisan pala menurut skala usaha adalah industri rumahtangga 1 961.85 Kg, industri kecil 7 325.67 Kg, dan industri sedang dan besar 42 006.25 Kg.

Penerimaan industri manisan pala per tahun menurut skala usaha adalah : rumah tangga Rp 4 033 305, kecil Rp 13 698 896, dan sedang dan besar Rp 77 625 000 (Tabel

9). Jadi, semakin besar skala usaha maka semakin tinggi penerimaan karena semakin besar volume penjualan produk.

Tabel 9 Penerimaan Industri Manisan Pala menu- rut Skala .Usaha

Penerimaan

.

Manisan kering Manisan basah Biji kering C e m p r a S k a l a U s a h a T o t a l - Rumahtangga n = 10 3 607 500 385 000 33 725 7 080 4 033 305

...

Rp/tahun

...

I I K e c i

'i

n = 24 13 297 396 269 271 109 373 22 856

-

Sedang dan Besar

n = 4 70 093 750 6 718 750 675 000 137 500 13 698 896 77 625 000

(55)

Biaya variabel terdiri dari pembelian bahan baku (bu- ah pala yang sudah masak) dan penolong (gula, garam, na- trium bisulfit untuk pengawet, sepuhan untuk pewarna, plastik untuk membungkus, dan minyak tanah untuk bahan bakar mengoven)

.

Biaya variabel industri manisan pala per tahun menurut skala usaha adalah : rumahtangga Rp 2 283 180,

kecil Rp 8 739 360, dan sedang dan besar Rp 53 288 438

(Tabel 10). Jadi, semakin besar skala usaha maka semakin tinggi biaya variabel karena semakin tinggi biaya pembeli- an bahan baku dan penolong.

Tabel 10 Biaya Variabel Industri Manisan Pala menurut Skala Usaha

Skala Usaha

Biaya angkut industri manisan pala per tahun menurut skala usaha adalah : rumahtangga Rp 5 0 000, kecil Rp 289 917, dan sedang dan besar Rp 2 125 000 (Tabel 11).

Jadi, semakin besar skala usaha maka semakin tinggi biaya angkut karena semakin luas daerah pemasaran yang ditandai Rumahtangga

Kecil

Sedang dan Besar n 10 24 4 Bahan Baku I I

...

Rp/tahun

...

Bahan Penolong 2 283 180 8 739 360 53 288 438 311 250 1 062 917 6 187 500 Jumlah 1 971 930 7 676 443 47 100 938

(56)

Tabel 11 Biaya Angkut Industri Manisan Pala me- nurut Skala Usaha

oleh semakin mahal biaya angkut per volume penjualan produk

.

Ada enam jenis kegiatan dalam proses produksi manisan pala, yaitu mengupas, mengiris, membentuk, mengaduk, me- ngeringkan dan membungkus. Mengupas, mengiris, dan mem- bentuk, dilakukan tenaga kerja wanita yang berasal dari dalam dan luar keluarga dengan upah borongan (untuk ketiga kegiatan terse&t) bervariasi antara Rp 3.50-4.00/buah pa-

Skala Usaha

Rumahtangga Kecil

Sedang dan Besar

la, dimana satu orang mampu melakukan kegiatan tersebut untuk 200-300 buah pala per hari. Mengaduk, mengeringkan dan membungkus dilakukan tenaga kerja dalam keluarga dengan upah per hari yaitu pria Rp 3 000, wanita Rp 2 500, dan anak-anak Rp 1 000, dan luar keluarga dengan upah harian bervariasi antara Rp 1000-2 000 (tidak dibedakan upah pria, wanita, atau anak-anak).

Pencurahan hari kerja per tahun industri manisan pala menurut skala usaha adalah : rumahtangga 531 HOK (283 HOK tenaga kerja dalam keluarga dan 248 HOK tenaga kerja luar keluarga), kecil 813 HOK (250 HOK tenaga kerja dalam

n 10 24 4 Biaya Angkut Rp/tahun %/Kg 50 000 25.49 289 917 39.58 2 125 000 50.59

-

(57)

keluarga dan 563 HOK tenaga kerja luar keluarga), dan se- dang dan besar 3 189 HOK (489 HOK tenaga kerja dalam kelu- arga dan 2 700 HOK tenaga kerja luar keluarga) (Tabel 12).

Tabel 12 Jumlah Tenaga Kerja Industri Manisan Pala menurut Skala Usaha

S k a l a Usaha

Tenaga K e r j a Rumahtangga K e c i 1 Sedang dan Besar

n=10 n=24 n=4

P r i a 135 (1) 113 (1) 350 ( 2 )

Wanita

Dalam Keluarga Anak 140 (1) 103 (1) 120 ( 1)

34 (1 1.9 ( - )

Jumlah 2 8

1

250 (31 489 ( 3 )

P r i a Wanita

Luar Keluarga llnak 2 473 ( 4 1 800 (19

-

-)

-

( - Jumlah 248 (1) 563 ( 4 ) 2 700 { 2 2 ) P r i a 135 (1) 203 ( 1 ) 1 250 ( 5 ) Wanita T o t a l Anak 388 ( 2 ) 576 ( 5 ) 1 920 ( 2 0 ) Jumlah 531 ( 3 ) ( - ) 813 ( 7 ) 34 (1) ~eteranga; :

Angka di dalam kurung ) menunjukkan banyak pekerja (orang)

.

Biaya tenaga kerja industri manisan pala per ta- hun menurut skala usaha adalah : rumahtangga Rp 943 730, kecil Rp 1 503 024, dan sedang dan besar Rp 6 787 500 (Tabel 13). Jadi, semakin besar skala usaha maka semakin tinggi biaya tenaga kerja karena semakin banyak tenaga kerja yang dipergunakan.

Hal lain yang terlihat dari Tabel 12 adalah bahwa te- naga kerja wanita mempunyai curahan kerja per tahun yang paling besar, yaitu 1 920 HOK dibandingkan tenaga kerja

(58)

Tabel 13 Struktur Biaya Tenaga Kerja Industri Hanisan Pala menurut Skala Usaha

Tenaga K e r j a Rumahtangga K e c i 1 Sedang dan B e s a r

n=lO n=24 n=4 P r i a 405 000 337 500 1 050 000 Wanita Dalam Xeluarga 350 000 1 5 000 241 667 57 813 318 750 37 500 Jumlah 770 000 636 980 1 406 250 P r i a

-

72 917 1 737 500 Wanita

Luar Keluarga hak 173 750

-

793 127 - 3 643 750

-

Jumlah 173 750 866 044 5 381 250

P r i a 405 000 410 417 2 787 500

Wanita

T o t a 1 523 750 1 5 000 1 034 794 57 813 3 962 37 500 500

Jumlah 943 750 1 503 024 6 787 500

pria (1 250 HOK) dan anak (19 HOK), yang disebabkan tenaga kerja wanita lebih teliti dalam melakukan proses produksi dalam ha1 mengupas, mengiris, membentuk, dan membungkus dibandingkan tenaga kerja pria dan anak sehingga permin- taan terhadap tenaga kerja wanita lebJh tinggi,

Biaya langsung per tahun masing-masing skala usaha industri manisan pala, yaitu : rumahtangga Rp 3 276 930, kecil Rp 10 532 301, dan sedang dan besar Rp 62 200 938

(Tabel 14).

Biaya tidak langsung atau nilai modal tetap induatri. manisan pala terdiri dari nilai tanah dan bangunan, dan alat-alat yang dipergunakan. Tanah dan bangunan dinilai berdasarkan harga sewa yang berlaku di Desa Dramaga.

(59)

Tabel 14 Biaya Langsung Industri Manisan Pala menurut Skala Usaha

Variabel Angkut

Tenaga Kerja

T o t a l

Biaya Langsung

Harga sewa bangunan adalah Rp 50 000/tahun untuk luas bangunan 0-50 meter persegi, Rp 75 000/tahun untuk luas bangunan 50-75 meter persegi, Rp 100 000/meter persegi untuk luas bangunan lebih dari 75-100 meter persegi, dan Rp 150 000/tahun untuk luas bangunan lebih dari 100 meter persegi. AlaD-alat yang dipergunakan adalah kompor

(Rp 6 000/buah dengan umur ekonomis satu tahun), oven (biaya pembuatan Rp 75 000/buah dengan umur ekonomis 25 tahun), gentong besar (Rp 7 000/buah dengan umur ekonomis 15 tahun), gentong kecil (Rp 4 000/buah dengan umur ekono- mis 10 tahun), bak cuci besar (Rp 5 000/buah dengan umur ekonomis 10 tahun), bak cuci kecil (Rp 2 500/buah dengan umur ekonomis 10 tahun), nampan (Rp 2 000/buah dengan umur ekonomis satu tahun), tampah (Rp 500/buah dengan umur ekonomis satu tahun), sarung tangan (Rp 1 500/buah dengan umur ekonomis tiga bulan), timbangan (nilai dihitung

S k a l a U s a h a

Sedang dan Besar n = 4

Rumahtangga n = 10

X e c i.i n = 24

(60)

berdasarkan nilai tera Rp 5 000/tahun), ebeg (Rp 350/buah dengan umur ekonomis satu tahun), ayakan atau tanggok (Rp 3 OOD/buah dengan umur ekonomis satu tahun), dan pi- sau baja (Rp 200/buah dengan umur ekonomis dua bulan).

Nilai modal tetap industri manisan pala per tahun me- nurut skala usaha adalah : rumahtangga Rp 233 390, kecil Rp 274 513 dan sedang dan besar Rp 381 796 (Tabel 15). Jadi, semakin besar skala usaha maka semakin tinggi nilai modal tetap karena tanah dan bangunan semakin luas dan se- makin banyak alat-alat yang dipergunakan dalam proses produksi

.

Tabel 15 Nilai Modal Tetap Industri Manisan Pa- la menurut Skala Usaha

Dari biaya langsung dan nilai modal tetap, dapat dihitung biaya produksl industri manisan pala menu- rut skala usaha per tahun, yaitu : rumahtangga Rp 3 510 320, kecil Rp 10 806 814, dan sedang dan besar Rp 62 582 734 (Tabel 16).

Skala Usaha,

Rumahtangga Kecil

Sedang dan Besar

n Alat Tanah 10 24 4 Bangunan Total I I I

...

Rp/tahun

...

:.57 500 69 792 75 000

I

58 140 72 158 158 671 117 750 132 563 148 125

Gambar

Tabel  1  Jumlah Unit Usaha dan Tenaga Kerja yang  Terserap pada Sektor Industri di  Kabu-  paten Daerah Tingkat I1 Bogor
Gambar  2  Kurva Isoquant Pemakaian Modal dan Te-  naga Kerja
Tabel  3  Matriks Potensi Pengembangan Agroindus-  tri
Tabel 4  Jumlah Penduduk Desa Dramaga menurut  Umur dan Jenis Kelamin
+7

Referensi

Dokumen terkait

Terakhir tentunya harus disadari bahwa peran pemerintah sudah jelas secara ekonomi adalah pihak yang dapat memperbaiki kegagalan mekanisme pasar, dalam hal ini gagalnya mekanisme

“Menjadi satu kesalahan jika terbukti mereka menyediakan Beliauberkata,selainmenjadi atau menjual apa-apa makanan menumakananberasaskanikan, yangadadidalamataupadanya buntal juga

Solusi yang dapat dilakukan untuk keluarga dampingan adalah. diskusi membicarakan masalah, memberikan solusi dan motivasi

[r]

3.5 Menerapkan  struktur teks dan  unsur kebahasaan  untuk  melaksanakan  fungsi sosial  menyuruh dan  melarang  melakukan suatu  tindakan/ kegiatan, 

Menjelaskan kembali pengertian berbagai penjyajian data dalam bentuk tabel atau diagram/plot yang sesuai untuk mengkomunikasikan informasi dari suatu kumpulan data melalui

Dari latar belakang yang dikemukan, maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “ANALISIS PENGARUH STORE ATMOSPHERE , HARGA DAN LOKASI TERHADAP MINAT

Media yang umum digunakan untuk pertumbuhan jamur tiram putih adalah serbuk gergaji kayu, jerami, alang-alang, ampas tebu atau sekam, media limbah kapas, klobot jagung, tongkol

Gambar 4.1 Grafik pengaruh penambahan jumlah node terhadap konsumsi energy pada saat terdapat 1 koneksi pada protocol DSDV dan OLSR