LAPORAN TEKNIK INSTRUMENTASI MAKSILEKTOMY MEDIAL DENGAN
LAPORAN TEKNIK INSTRUMENTASI MAKSILEKTOMY MEDIAL DENGAN
PENDEKATA
PENDEKATAN
N RHINOTOMY L
RHINOTOMY LAT
ATERAL
ERAL
PADA Nn. C DENGAN MYXOFIBROMA SINONASAL SINISTRA
PADA Nn. C DENGAN MYXOFIBROMA SINONASAL SINISTRA
DI KAMAR OPERASI 8 (THT) INSTALASI BEDAH SENTRAL
DI KAMAR OPERASI 8 (THT) INSTALASI BEDAH SENTRAL
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Ole
Ole
BETTY GEA CITRA PUSPA
BETTY GEA CITRA PUSPA
(NIM. !"#!$!##%%)
(NIM. !"#!$!##%%)
PELATIHAN INSTRUMENTATOR KAMAR OPERASI
PELATIHAN INSTRUMENTATOR KAMAR OPERASI
RUMAH SAKIT DR. SAIFUL ANWAR MALANG
RUMAH SAKIT DR. SAIFUL ANWAR MALANG
&#!'
&#!'
LAPORAN TEKNIK INSTRUMENTASI MAKSILEKTOMY MEDIAL DENGAN
PENDEKATAN RHINOTOMY LATERAL
PADA Nn. C DENGAN MYXOFIBROMA SINONASAL SINISTRA
DI KAMAR OPERASI 8 (THT) INSTALASI BEDAH SENTRAL
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Ole
BETTY GEA CITRA PUSPA
(NIM. !"#!$!##%%)
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
URUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DI* KEPERAWATAN MALANG
&#!'
LAPORAN TEKNIK INSTRUMENTASI MAKSILEKTOMY MEDIAL DENGAN
PENDEKATAN RHINOTOMY LATERAL
PADA Nn. C DENGAN MYXOFIBROMA SINONASAL SINISTRA
DI KAMAR OPERASI 8 (THT) INSTALASI BEDAH SENTRAL
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
A. Pen+er,-n
Myxofibroma sinonasal adalah tumor epitelial jinak dari mukosa sinonasal ( schneiderian mucosa). Maksilektomi adalah suatu tindakan pada maksila yang menimbulkan defek pada kepala dan leher serta menyebabkan kerusakan dan perubahan bentuk pada wajah dan fungsi kompromis oral (nelly,2009). Maksilektomi menyebabkan terbukanya hubungan antara rongga mulut ke antrum dan ke nasofaring. Maksila dapat dideskripsikan sebagai struktur geometrikal dengan enam dinding. iap dinding adalah bagian dari strutur anatomi lainnya pada wajah. !tap maksila adalah dasar orbital dan pendukung bola mata. "inding tengah maksila adalah dinding lateral rongga hidung dan bagian dari sistem lakrimalis. #arena hubungan yang berdekatan dengan sistem anatomi yang kritis ini, tulang maksila selalu dimasukkan ketika mereseksi tumor.
erdapat beberapa pendekatan bedah pada maksilektomi berdasarkan kepada perluasan tumor dan pertimbangan kosmetik, antara lain rinotomi lateral dengan modifikasi seperti teknik insisi weber fergusson dengan atau tanpa perluasan insisi, mid facial degloving dan nasoendoskopi. $ada kasus ini dilakukan maksilektomi pendekatan rinotomi lateral teknik insisi weber fergusson (%udiman, 20&2 '). *inotomi lateral merupakan membuat defek pada dinding hidung bagian lateral.
Maksilektomi adalah merupakan suatu tindakan bedah (pengangkatan maxila) atau
sering disebut reseksi maxila untuk mengangkat tumor sinonasal
*inotomi +ateral adalah membuat insisi pada samping hidung, diikuti dengan
pengangkatan dengan hati hati semua mukosa lainnya yang ada pada ipsilateral sinus
paranasal (-tern,&99'Mark,2000).
B.
E,-/l/+- /eoplasiatumor jinak adalah pertumbuhan jaringan baru abnormal yang tanpa disertai perubahan atau mutasi gen. 1aktor penyebab yang merangsang tumor jinak digolongkan dalam
dua kategori, yaitu
1aktor internal, yaitu faktor yang berhubungan dengan herediter dan faktor3faktor pertumbuhan, misalnya gangguan hormonal dan metabolisme.
1aktor eksternal, misalnya trauma kronis, iritasi termal kronis (panasdingin), kebiasaan buruk yang kronis, dan obat3obatan.
C.
In0-12-Maksilektomi tengah (medial) diindikasikan untuk tumor yang perluasannya terbatas, tumor tingkat rendah pada dinding lateral rongga hidung atau dinding tengah sinus maksilaris, rongga hidung, dan sinus etmoid. !rea yang dimaksud untuk direseksi adalah keseluruhan dinding tengah sinus maksilaris, lamina papyra4ea, dan sinus etmoid
D. K/n,r
In0-12-$asien dengan keadan umum yang buruk seperti kadar haemoglobin kurang dari normal (&&, grdl & grdl)
E. Pe3er-12n 5ejala dan tanda
5ejala tergantung dari asal primer tumor serta arah dan perluasannya. umor di dalam sinus maksila biasanya tanpa gejala. 5ejala timbul setelah tumor besar, sehingga mendesak atau menembus dinding tulang meluas ke rongga hidung, rongga mulut, pipi, orbita atau intrakranial. ergantung dari perluasan tumor, gejala dapat dikategorikan sebagai berikut'
&. 5ejala nasal. 5ejala nasal berupa obstruksi hidung unilateral dan rinorea. -ekretnya sering ber4ampur darah atau terjadi epistaksis. umor yang besar dapat mendesak tulang hidung
sehingga terjadi deformitas hidung. #has pada tumor ganas ingusnya berbau karena mengandung jaringan nekrotik.
2. 5ejala orbital. $erluasan tumor kearah orbita menimbulkan gejala diplopia, protosis atau penonjolan bola mata, oftalmoplegia, gangguan 6isus dan epifora.
7. 5ejala oral. $erluasan tumor ke rongga mulut menyebabkan penonjolan atau ulkus di palatum atau di prosesus al6eolaris. $asien megeluh gigi palsunya tidak pas lagi atau gigi geligi goyah. -eringkali pasien datang ke dokter gigi karena nyeri di gigi, tetapi tidak sembuh meskipun gigi yang sakit telah di4abut.
8. 5ejala fasial. $erluasan tumor ke depan akan menyebabkan penonjolan pipi. "isertai nyeri, anesthesia atau parestesia muka jika mengenai ner6us trigeminus.
. 5ejala intrakranial. $erluasan tumor ke intrakranial menyebabkan sakit kepala hebat, oftalmoplegia dan gangguan 6isus. "apat disertai likuorea, yaitu 4airan otak yang keluar melalui hidung. ika perluasan sampai ke fossa kranii media maka saraf otak lainnya bisa terkena. ika tumor meluas ke belakang, terjadi trismus akibat terkenanya muskulus pterigoideus disertai anestesia dan parestesia daerah yang dipersarafi ner6us maksilaris dan mandibularis.
$emeriksaan 1isik
-aat memeriksa pasien, pertama3tama perhatikan wajah pasien apakah terdapat asimetri atau tidak. -elanjutnya periksa dengan seksama ka6um nasi dan nasofaring melalui rinoskopi anterior dan posterior. $ermukaan yang li4in merupakan pertanda tumor jinak sedangkan permukaan yang berbenjol3benjol, rapuh dan mudah berdarah merupakan pertanda tumor ganas. ika dinding
lateral ka6um nasi terdorong ke medial berarti tumor berada di sinus maksila.
$emeriksaan nasoendoskopi dan sinuskopi dapat membantu menemukan tumor pada stadium dini. !danya pembesaran kelenjar leher juga perlu di4ari meskipun tumor ini jarang bermetastasis ke kelenjar leher.
"iagnosis
"iagnosis pasti ditegakkan berdasarkan pemeriksaan histopatologi. ika tumor tampak di rongga hidung atau rongga mulut, maka biopsi mudah dan harus segera dilakukan. %iopsi tumor sinus maksila, dapat dilakukan melalui tindakan sinoskopi atau melalui operasi :aldwel3+u4 yang insisinya melalui sulkus ginggi6o3bukal.
ika di4urigai tumor 6askuler, misalnya angofibroma, jangan lakukan biopsi karena akan sangat sulit menghentikan perdarahan yang terjadi. "iagnosis adalah dengan angiografi.
F. Ter4- T53/r H-05n+ 0n S-n52 Prn2l
%edah tumor endonasal terdiri dari reseksi tumor dibawah kendali endoskop, diikuti dengan eksisi jaringan tumor dari jaringan sehat sekitarnya. -emua ini memerlukan diagnostik gambaran # yang adekuat sebelum operasi, diagnostik histologi, dan instrumentasi operasi yang tepat. -angat diperlukan seorang operator yang sangat menguasai anatomi lokal dan pengalaman yang komprehensif dalam melakukan bedah endoskopik. -ebelumnya pasien harus diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dijalankan dan telah membuat informed 4onsent, termasuk juga bila dibutuhkan perluasan pembedahan baik melalui rute bedah eksternal maupun transoral8.
"alam memilih terapi bedah yang optimal, seorang ahli harus mempertimbangkan dengan seksama dalam memilih pendekatan endonasal daripada prosedur klasik yaitu melalui pendekatan transfasial, transoral, dan midfa4ial deglo6ing. $endekatan endonasal menghindari insisi eksternal dan internal serta mobilisasi jaringan, sehingga menghindari pembentukan parut yang tidak diinginkan, stenosis duktus lakrimalis, mukokel, dan neuralgia. #omplikasi dan gejala ikutan yang dapat merugikan pasien lebih rendah, sehingga metode ini dapat diterima dengan baik.
LAPORAN KASUS A. Per2-4n P2-en
-erah terima pasien dari petugas ** ke perawat instrumen
& $asien dipersiapkan dalam kondisi bersih dan mengenakan pakaian khusus masuk kamar operasi.
2 -ide marking area operasi
7 umlah 4airan yang masuk, ; dalam batas normal, pemeriksaan laborat, radiologi (ada dan terpasang), konsultasi, la6emen kalau perlu.
8 Mendokumentasikan data pasien pada buku register di <# $asien memakai gelang identitas pasien dengan benar Men4ukur bulu hidung
$asien harus puasa 3= jam.
= $asien telah menandatangani persetujuan tindakan kedokteran yaitu operasi. 9 +epas gigi palsu dan semua perhiasan bila ada.
&0 $asien dibaringkan di meja operasi dengan posisi supine di meja operasi. && $asien dilakukan tindakan pembiusan dengan general anesthesi.
&2 Memasang plat diatermi pada paha kaki kanan. B. Per2-4n L-n+15n+n
& Mengatur dan menge4ek fungsi mesin su4tion, mesin 4outer, lampu operasi, lampu kepala, meja mayo dan meja instrument.
2 Memasang >3 $ad on steril dan doek pada meja operasi.
7 Mempersiapkan linen dan instrument steril yang akan dipergunakan.
8 Mempersiapkan dan menempatkan tempat sampah medis agar mudah dijangkau. Mengatur suhu ruangan.
Menempatkan 6iewer agar mudah dilihat dan foto radiologi yang terbaru di pasang. Menyiapkanmenata instrumen untuk operasi
= Menyiapkan monitor untuk endoskopi
C. Per2-4n Al,
&. "oek #lem '
2. "isinfeksiklem '&
7. $inset !natomis pendek panjang ' && 8. $inset :hirurgi 4hirurgi bebek ' && . 5unting Met@enboum ' &
. 5unting #asar ' &
. Aand6ast Mess/o.7 '&
=. #lemMosBuitto '&
9. #lem $ean bengkok ' &
&0. #o4her bengkok '&
&&. /ald ;oeder '&
&2. 5unting%enang '&
&7. #ikirlurus '&
&8. ampon tang ' &
&. %eklesley lurus ke4il besar ' && &. %eklesley bengkok atas ke4il besar ' &&
&. Aayek ' 2
&=. 5untingkonka '&
&9. +angen %e4k '2
20. -en miller '2
2&. -pekulum hidung '&
22. Aammer '&
27. atah besar ke4il ' &&
28. $insetbayonet '&
2. :anul su4tion nasofaring hipofaring ' &&
2. Magil ' &
2. ongue spatel ' &
2=. *asparatorium ' &
%. ?nstrumentasi $ada Meja ?nstrument
&. Aands4oen -teril ' pasang
2. "oek %esar ' 7
7. "oek -edang ' 2
8. "oek #e4il ' 7
. "oek +ubang '7
. -kort <perasi (gown) '
. Aanduk -teril '
=. #assa ' 70
9. "eppers ' &0
&0. :u4ing "isinfektan ' & &&. %engkok -edang ' 2 &2. #om %erisi :airan /a:+ 0,9 C ' & &7. <ptik no.70 '& &8. #abel kamera endoskopi ' & &. #abel light sour4e ' &
C. D- B21/3
&. #abel :outer ' &
2. -elang -u4tion ' &
7. +ighting handle ' &
D. Al, N/n S,er-l
&. +ampu <perasi ' &
7. Mesin -u4tion ' &
8. Mesin :outer ' &
. empat sampah medis non medis ' &&
. Meja mayo ' &
. +ampu kepala '&
=. roliwas4om '&
9. -tandart infus '&
&0. 5untinghipa6ik '& &&. Mesin endoskopi '& E. BHP (Bn H6-2 P1-)
&. Aands4oen -teril no. , , = ' 7 & & &
2. Mess no.& '&
7. /a:l0.9C '<r
8. $o6idon ?odine &0C ' sesuai kebutuhan . "eepers #assa ' &0 70
. -ufratule '&
. >nderpad /on -teril ' & =. -puit no. &044 744 44 ' 2 & &
9. owel '&
&0. Aipa6ik ' sesuai kebutuhan
&&. >robag '&
&2. #ateter no.&8 '&
&7. $eha4ain '
&8. !drenalin ' &
&. Metheline blue '&
&. *oll tampon with bursalep ' & &
&. ;i4ryl 70 '&
&=. $rolene 80 '&
&9. !lkohol9C '&
D. In2,r53en,2- Ten-1
&) $asien datang di ruang premedikasi, menge4ek kelengkapan pasien dengan melihat form serah terima pasien
2) -aat pasien berada di ruang premedikasi, lakukan proses sign in sebelum dilakukan induksi anestesi, meliputi'
#onfirmasi identitas, area operasi, tindakan operasi, dan lembar persetujuan operasi.
#esiapan mesin anestesi dan obat3obatannya
$enandaan area operasi
#esiapan fungsi pulse oksimeter
*iwayat alergi pasien
!danya penyulit airway atau resiko aspirasi
*esiko kehilangan darah
7) %awa masuk pasien kemudian posisikan pasien di atas meja operasi dengan posisi supinasi 8) $asien diinduksi se4ara general anestesi oleh dokter anestesi
) Menulis identitas pasien di buku register dan buku kegiatan
) -etelah dilakukan induksi perawat sirkuler membantu memposisikan pasient dengan posisi supine dengan posisi kepala sedikit fleksi dan kepala sedikit miring ke kanan dan kepala di fiksasi dengan bantal 4in4in, alas u3pad on di bawah kepala pasien
) $asang plat diatermi di betis kanan pasien =) $erawat sirkuler memasang kateter pada pasien
9) ?nstrumentator melakukan s4rubing, gowning, dan glo6ing
&&) $erawat instrumen memberikan desinfeksi klem dan 4u4ing yang didalamnya telah diberi deppers alkohol dan po6idon iodine pada operator untuk desinfeksi dengan alkohol terlebih dahulu kemudian po6idone iodine dan deppers yang telah dituang perawat sirkuler ke dalam 4u4ing
&2) -ementara operator melakukan disinfeksi, perawat instrumen mempersiapkan'
+arutan peha4ain &' & yaitu &44 peha4ain ditambah dengan aBuabides &44 untuk infiltrasi di daerah yang akan di insisi
+arutan adrenalin &' 200.000 yaitu &44 adrenalin ditambah dengan /a:l 0.9C &9944 untuk mengurangi perdarahan
&7) +akukan draping area operasi,dengan memberikan'
-atukan 2 doek ke4il untuk drap kepala. "oek ke4il bagian bawah disatukan hingga menutupi leher, fiksasi dengan doek klem, doek ke4il bagian atas disatukan hingga menutupi rambut dan mata, fiksasi dengan doek klem,
"oek besar tebal & untuk badan
"oek lubang & untuk lapangan operasi
"oek sedang untuk bagian bawah ekstremitas yang belum tertutupi
&8) $asang kabel 4outer dan selang su4tion, kemudian jadikan satu dengan kasa
&) 1iksasi kasa pada kabel 4outer dan selang su4tion ke duk menggunakan doek klem dan 4ek fungsi kelayakan alat.
&) Mendekatkan meja mayo, meja instrumen dan washkom ke meja operasi &) +akukan time out sebelum dilakukan insisi, meliputi'
#onfirmasi pengenalan nama dan tugas masing3masing tim bedah
#onfirmasi nama pasien, jenis tindakan, dan area yang akan dioperasi
$emberian antibiotik profilaksis 0 menit sebelum operasi.
!ntisipasi kejadian kritis yang berkaitan dengan operator, anestesi maupun instrumen.
$enggunaan instrumentasi radiologi "an operator memimpin doDa.
&=) "ilakukan pemasangan tampon hipofaring'
%erikan pada asisten langenbe4k dan kassa untuk membuka rahang atas pasien
%erikan tongue spatel pada operator untuk meminggirkan li dah pasien
%erikan roll tampon yang telah terjepit dengan ko4her pada bagian tengahnya pada asisten 2,magil pada operator untuk memasang roll tampon pada hipofaring
?nstrumentator menggunting roll tampon apabila terlalu panjang
&9) %erikan pada operator skin marker untuk menandai area operasi, lalu area operasi diinfiltrasi dengan peha4ain yang sudah dien4erkan.
20) %erikan mess & pada operator untuk marking ulang dengan bagian mess yang tumpul,setelah itu insisi kulit.
2&) %erikan kasa dan pinset 4hirurgis pada asisten untuk rawat perdarahan
22) 5anti mess & dengan pinset 4hirurgis dan 4outer pada operator untuk membantu merawat perdarahan
27) -etelah perdarahan berkurang, operator memperdalam insisi hingga tampak lapisan periosteum 28) %erikan pada operator raspatorium untuk memisahkan lapisan periosteum pada os maksilaris
dengan otot
2) %erikan gunting met@enboum pada operator untuk memotong mukosa ka6um nasi lateral 2) %erikan pean sedang pada operator untuk membuat defek pada ka6um nasi lateral sinistra 2) %erikan sisa roll tampon pada operator untuk dimasukkan ke dalam defek ka6um nasi
2=) %erikan ko4her pada asisten untuk menjepit roll tampon pada ka6um nasi ke drap sehingga septum nasi tertarik ke kontral lateral sehingga lapang pandang operasi semakin lebar
29) %erikan hayek pada operator untuk membuat defek pada os maksilaris untuk jalan mengambil tumor
70) *awat perdarahan dengan memberikan kassa adrenalin yang telah dien4erkan dan pinset bayonet pada asisten
72) ika defek untuk mengambil tumor telah lebar berikan bar4heslay pada operator untuk mengambil tumor pada ka6um nasi. $astikan semua tumor sudah terangkat sehingga koana terlihat, jika koana telah terlihat berikan tampon untuk menutupi koana agar darah tidak mengalir ke orofaring
77) ika konka menghalangi dalam pengambilan tumor, maka berikan gunting konka pada operator untuk menggunting konka
78) -etelah dilakukan pemotongan konka, eksplorasi tumor yang berada dalam sinus maksilaris, berikan operator bar4heslay untuk mengambil tumor yang berada di dalam sinus hingga tumor
terangkat semua
7) -etelah tumor terangkat semua dan tidak ada sisa, pasang tampon adrenalin untuk mengurangi perdarahan kemudian berikan kikir pada operator untuk menghaluskan sisa3sisa defek tulang 7) E6aluasi perdarahan dengan 4ara, 4u4i daerah operasi dengan /a:l 0,9 C melalui spuit &0 44 dan
po6idon iodin &44 untuk bilasan terakhir
7) -etelah dipastikan tidak ada perdarahan,ambil tampon yang berada pada koana kemudian pasang tampon sebelum menutup luka dengan roll tampon borsalp dengan memberikan spekulum hidung dan tampon tang untuk memasukkan roll tampon didalam sinus terlebih dahulu baru kemudian ka6um nasi
7=) andai tampon pada salah satu sisi agar nanti tidak salah sewaktu menarik 79) +akukan sign out, meliputi'
enis tindakan
#e4o4okan jumlah instrumen, kassa, dan jarum sebelum dan sesudah operasi
+abel pada spesimen
$ermasalahan pada alat yang digunakan
$erhatian khusus pada masa pemulihan
80) %erikan nedle holder dan benang polyglikolik a4id (6i4ryl) ukuran 70 pada operator untuk menjahit lapis demi lapis otot dan lemak
8&) %erikan nedle holder dan benang polipropilene (prolene) ukuran 80 untuk menjahit kulit
82) %erikan pada operator spekulum hidung dan pinset bayonet untuk memasukkan roll tampon dan bursalep sehingga ka6um nasi sinistra tertutup semua
87) %ersihkan luka operasi dengan kassa basah 88) #eringkan dengan kassa kering
8) Melepaskan tampon hipofaring dengan memberikan langenbe4k untuk membuak rahang atas, spatel lidah untuk meminggirkan lidah dan magil pada operator
8) utup luka dengan sufratule lalu tutup dengan kasa kering dan hipafik 8) <perasi selesai,pasien di bersihkan dan dirapikan
8=) ?n6entarisasi alat3alat yang telah di pakai dan hitung bahan habis pakai 89) :atat pemakaian alat dan bahan habis pakai pada lembar depo
0) *apikan dan 4u4i alat instrumen yang telah di pakai,set alat dan bersihkan ruangan. &)
$roses "ekontaminasi
•
!lat3alat direndam di larutan en@imati4 detergen selama & menit dengan
perbandingan 80 ml untuk liter air.
•
!lat3alat di4u4i dan disikat
!lat3alat dibilas air lagi.
•
#eringkan alat3alat kemudian di $a4k lalu diberi labeling yaitu dengan
menempelkan indi4ator dan nama alat kemudia disterilkan
anggal '
$EM%?M%?/5 <# =