• Tidak ada hasil yang ditemukan

Alang yang kemudian disebut Lemah Wungkuk dan setelah dibangun oleh Raden

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Alang yang kemudian disebut Lemah Wungkuk dan setelah dibangun oleh Raden"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

Cirebon pada awalnya adalah sebuah daerah yang bernama Tegal Alang-Alang yang kemudian disebut Lemah Wungkuk dan setelah dibangun oleh Raden Walangsungsang1 diubah namanya menjadi Caruban.2 Nama Caruban sendiri terbentuk karena diwilayah Cirebon dihuni oleh beragam masyarakat dan sebutan lain Cirebon adalah Caruban Larang. Pada perkembangannya Caruban berubah menjadi Cirebon karena kebiasaan masyarakatnya sebagai nelayan yang membuat terasi udang dan petis, masakan berbahan dasar air rebusan udang/cai-rebon3.

Tahun 1389 M, Cirebon disebut “Caruban Larang”, terdiri atas Caruban pantai/ pesisir dan Caruban Girang.4 Letak Cirebon yang berada dipesisir Pantai Utara Jawa yang merupakan jalur strategis perdagangan lokal maupun internasional membuat Cirebon cepat berkembang menjadi tempat persinggahan para pedagang dari luar negeri. Para pedagang yang singgah di pelabuhan Cirebon

1

Walangsungsang adalah putra sulung dari Raja Pajajaran, Prabu Siliwangi dan Permaisuri Subang Larang. Dalam perannya membangun kekuatan Islam di Cirebon, beliau membangun Dalem Agung Pakungwati dan menjabat sebagai kuwu Cirebon kedua dengan gelar Pangeran Cakrabuana/Cakrabumi. (lihat Aria, 1972: 12)

2

Susanto Zuhdi, Cirebon Sebagai Bandar Jalur Sutra (Kumpulan Makalah Diskusi Ilmiah). (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1997), hlm. 9.

3

“Cai” berasal dari bahasa Sunda yang berarti air, dan “rebon” berarti udang kecil. Dalam penggunaannya, kata “cai” disingkat menjadi “ci” sehingga menjadi ci-rebon.

4

P. S. Sulendraningrat, Sejarah Cirebon. (Cirebon: Lembaga Kebudayaan Wilayah Tingkat III Cirebon, 1978), hlm. 26.

(2)

umunya adalah pedagang Islam yang berasal dari China, Arab, dan Gujarat yang kemudian banyak diantara mereka yang menetap di Cirebon.

Sejak abad ke 15 M Cirebon sudah banyak didatangi pedagang Islam yang kemudian menetap. Oleh karena itu menurut Tome Pires, seorang pedagang Portugis yang pernah mengadakan pelayaran disepanjang pantai Utara Jawa pada tahun 1531, kerajaanPajajaran melarang orang-orang muslim terlalu banyak masuk ke dalam. Kerajaan Pajajaran adalah kerajaan yang bercorak Hindu-Budha yang menguasai wilayah Sunda termasuk hingga kewilayah Cirebon.

Kerajaan Sunda Pajajaran sendiri pada saat itu di pimpin oleh raja yang bergelar Sri Paduka (Baduga) Maharaja atau yang lebih dikenal dengan nama Prabu Siliwangi.5Karena Prabu Siliwangi penganut ajaran Sang Hyang/Hindu-Budha, maka masuknya agama Islam dibatasi agar tidak mengancam kekuasaannya. Akan tetapi, penyebaran Islam di Cirebon menjadi berkembang pesat setelah Pangeran Cakrabuana menjadi Kuwu di Cirebon.

Pangeran Cakrabuana adalah Raden Walangsungsang, anak Sulung Prabu Siliwangi dan Permaisuri Nyai Subang Larang yang beragama Islam. Dari pernikahan Prabu Siliwangi dan Nyai Subang Larang lahir tiga keturunan bernama Raden Walangsungsang, Nyai Lara Santang, dan Raja Sengara/Kian Santang.6Setelah dewasa Raden Walangsungsang diperkenankan meninggalkan Pajajaran untuk memperdalam ilmu Islamnya disusul kemudian oleh adiknya Lara

5

M. Sanggupri Bochari dan Wiwi Kuswiah, Sejarah Kerajaan TradisionalCirebon.(Jakarta: Suko Rejo Bersinar, 2001),hlm. 6.

6

(3)

Santang. Diperjalanan menuju Cirebon Raden Walangsungsang menikah dengan Nyai Endang Geulis.

Tempat pertama Islam diperkenalkan di wilayah Cirebon adalah pelabuhan Muara Jati dan Dukuh Pasambangan. Orang pertama yang mengenalkan Islam adalah Syekh Idlofi/Syekh Datuk Kahfi/Syekh Nurul Jati yang kemudian menetap dan mendirikan pesantren. Raden Walangsungsang, Lara Santang, dan Endang Geulis yang kemudian berguru pada Syekh Nurul Jati membuka pedukuhan di daerah Tegal Alang-Alang. Lambat-laun para pribumi yang tertarik dengan ajaran Islam mulai memeluk Islam dengan suka rela.

Setelah mendirikan pedukuhan Raden Walangsungsang dan Lara Santang pergi menunaikan Ibadah Haji. Diperjalanannya Lara Santang menikah dengan Syarif Abdillah Bin Nurul Alim, Sultan Mesir yang bergelar Sulthon Makhmud Syarif Abdullah dari keluarga Bani Hasyim. Agar mudah diterima kemudian nama Lara Santang diubah menjadi Syarifah Muda’im. Dari pernikahan ini Syarifah Muda’im melahirkan dua orang putra yaitu Syarif Hidayatullah dan Syarif Nurullah.7 Syarif Hidayatullah kelak menjadi Sultan pertama di Kesultanan Cirebon dan menjadi salah satu diantara Wali Songo, para penyebar agama Islam di Jawa.

Sunan Gunung Jati atau yang dikenal Syarif Hidayatullah dilahirkan di Mekah tahun 1448 M dari pernikahan Syarif Abdullah dengan Syarifah Mudaim atau Lara Santang. Pada usia 120 tahun, Sunan Gunung Jati wafat di Cirebon pada tahun 1568 M. Jenazahnya dikebumikandipuncak Gunung Sembung/Astana

7

(4)

Agung Gunung JatiCirebon.8 Kesultanan Cirebon lahir setelah Sunan Gunung Jati Syarif Hidyatullah menikahi sepupunya Nyai Pakungwati, anak dari Pangeran Cakrabuana/Walangsungsang sebagai Kuwu Cirebon.

Pada tahun 1479 M, beberapa misionaris Islam dari Baghdad, Mekah, Mesir, dan Siria berkumpul dipulau Jawa dalam rangka ekspansi agama Islam9, membentuk sebuah Dewan Walisongo yang semula diketuai Sunan Ampel (setelah wafat) digantikan diketuai Sunan Gunung Jati/Syarif Hidayatullah.10Para penyebar Islam di Jawa, dikenal dengan istilah Walisongo telah lama melihat perkembangan Cirebon sebagai basis dari penyebaran Islam, karenanya Sunan Gunung Jati sebagai orang yang dianggap memiliki riwayat mumpuni sebagai orang yang ilmu agama Islamnya tinggi dianggap bisa mewujudkan misi pengembangan Islam di Jawa.

Sunan Gunung Jati/Syarif Hidayatullah yang pada tahun 1479 M mendapat restu Pangeran Cakrabuana dan dewan Walisongo yang diketuai Sunan Ampel telah menghentikan upeti kepada Pajajaran yang menandakan telah berdirinya Cirebon.11 Saat itulah Kesultanan Cirebon berdiri terlepas dari Pajajaran dan menjadi Kerajaan yang berdaulat. Setelah Sunan Gunung Jati

8

P. S. Sulendraningrat, op.cit.,hlm. 33. 9

Misi ekspansi agama Islam ke Indonesia merupakan pengembangan Islam di Pulau Jawa yang dilakukan dengan jalan damai, bukan jalan kekerasan.Pengembangan Islam di daerah Malaya dan Indonesia tidak menghapuskan pengaruh India tapi merupakan konversi antara budaya Hindu dengan Islam. (Toynbee, 2006: 620)

10

P. S. Sulendraningrat, op.cit.,hlm. 20. 11

(5)

mendirikan dan memimpin Kesultanan Cirebon, proses Islamisasi menjadi lebih nyata terjadi. Hal itu terlihat dari wilayah kekuasaan Kesultanan Cirebon, antara lain Luragung, Kuningan, Banten, Sunda Kelapa, Galuh, Sumedang, Japura Talaga, Losari dan Pasir Luhur.

Dakwah Sunan Gunung Jati tidak dilakukan dengan cara yang revolusioner, tetapi dengan cara yang mudah diterima yakni dengan memperbaiki yang sudah ada. Kegiatan-kegiatan keagamaan contohnya, dalam perayaan Panjang Jimat dan Sekatenadalah percampuran budaya yang hingga sekarang masih bisa kita lihat. Selain itu, contoh percampuran budaya juga terlihat sangat unik dalam ornamen keagamaan seperti di Masjid Agung Sang Ciptarasa yang menggunakan bentuk bengunan limasan khas budaya Hindu.

Saat Sunan Gunung Jati menjadi Sultan petama di Cirebon sekaligus pengangkatannya sebagai Sunanpada tahun 1479 M hingga tahun 1568 M, budayaHindu-Budha yang merupakan agama peninggalan Pajajaran tidak dihapuskan, melainkan diselaraskan dengan ajaran Islam. Berbagai peninggalan pasca proses Islamisasi yang dilakukan Sunan Gunung Jati masih terlihat hingga saat ini. Proses maupun hasil dari Islamisasi Sunan Gunung Jati memiliki keunikan tersendiri dan menarik untuk dikaji lebih mendalam. Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini mengkaji dakwah Sunan Gunung Jati dalam proses Islamisasi di Kesultanan Cirebon tahun 1479-1568 M.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, dapat diajukan rumusan masalah sebagai berikut :

(6)

1. Bagaimana kondisi geografis dan sosio-kultural Cirebon sebelum masuknya Islam?

2. Bagaimana sekilas tentang Sunan Gunung Jati?

3. Bagaimana dakwah yang dilakukan Sunan Gunung Jati di Cirebon?

4. Bagaimana pengaruh dakwah yang dilakukan Sunan Gunung Jati di Kesultanan Cirebon?

5. Bagaimana kondisi masyarakat Cirebon pasca proses Islamisasi? C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus sebagai berikut :

1. Tujuan Umum

a. Melatih kemampuan berfikir kritis, analisis, sistematis dan objektif dalam mengkaji suatu peristiwa sejarah.

b. Mengaplikasikan metodologi penelitian sejarah dan historiografi yang telah diperoleh selama menempuh pendidikan.

c. Mengembangkan disiplin intelektual terutama profesi dalam bidang sejarah. d. Menumbuhkan wawasan sejarah kebangsaan dan nasionalis di Indonesia. 2. Tujuan Khusus

a. Memberi gambaran mengenai kondisi geografis dan sosio-kultur Cirebon sebelum masuknya Islam.

b. Memberi sekilas gambaran tentang Sunan Gunung Jati di Cirebon.

c. Memberi gambaran mengenai dakwah Islam yang dilakukan Sunan Gunung Jati.

(7)

d. Memberi gambaran mengenai pengaruh Dakwah Sunan Gunung Jati dalam bidang politik, agama, ekonomi dan sosiologi di Kesultanan Cirebon.

e. Memberi gambaran mengenai kehidupan masyarakat Cirebon setelah proses Islamisasi di Cirebon.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pembaca

a. Memberi gambaran mengenai perkembangan agama Islam di Cirebon dan peranan Sunan Gunung jati dalam proses Islamisasi di Cirebon Khususnya.

b. Pembaca dapat menilai secara kritis, analitis serta dapat mengambil hikmah dari perjuangan Sunan Gunung Jati dalam proses Islamisasi di Cirebon.

c. Diharapkan pembaca menjadi lebih mengerti dan mendapatkan gambaran yang jelas, benar, dan obyektif tentang Dakwah Sunan Gunung Jati Dalam Proses Islamisasi di Kesultanan Cirebon Tahun 1479-1568 M.

2. Bagi Penulis

a. Guna memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta.

b. Untuk mengkaji lebih dalam tentang sejarah Cirebon.

c. Sebagai tolak ukur kemampuan dalam meneliti, menganalisis dan merekontruksi peristiwa masalalu dan menyajikannya dalam karya sejarah.

(8)

d. Untuk lebih mengetahui peranan Sunan Gunung Jati dalam proses Islamisasi di Cirebon.

E. Kajian Pustaka

Kajian pustaka merupakan telaah terhadap suatu literatur yang dijadikan sebagai landasan pemikiran dalam sebuah penulisan karya skripsi.12Penulisan karya sejarah atau pun penulisan sejarah selalu berdampingan dengan penggunaan literatur-literatur guna mendukung fakta-fakta yang akan disampaikan oleh penulis. Mengenai hal ini, sangatlah diperlukan kajian pustaka guna memperoleh data atau pun informasi yang terdapat dari berbagai literatur yang ada.

Rumusan pertama tentang kondisi geografis dan sosiokultural Cirebon sebelum Islamisasi.Sebagaimana telah dijelaskan pada latar belakang, Cirebon merupakan daerah pesisir di utara Pulau Jawa yang berada di bawah pengaruh kerajaan Pajajaran. Kerajaan Pajajaran sendiri merupakan kerajaan bercorak Hindu sehingga masyarakat Cirebon yang berada di bawah kekuasaannya pun merasakan suasana kehinduan, salah satunya adanya sistem kasta yang merugikan kalangan tertentu. Sebagai daerah pesisir, kehidupan di Cirebon tidak lepas dari perdagangan baik bersifat lokal maupun internasional sehingga Cirebon bisa dikatakan tempat berkumpulnya orang dari berbagai etnis.Karena itulah Cirebon juga tidak lepas dari fungsinya sebagai pintu masuk agama Islam di Jawa bagian barat.

12

Daliman, Pedoman Penulisan Tugas Akhir Skripsi. (Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Sejarah FISE UNY, 2006), hlm. 3.

(9)

Penulis menggunakan pustaka berjudul Sejarah Cirebon yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang ditulis oleh P. S. Sulendraningrat. Buku ini berisi tentang perkembangan Cirebon yang bermula dari sebuah pedukuhan yang berkembang menjadi Kesultanan. Buku Sejarah Cirebon banyak bersumber pada manuskrip yang berjudul Purwaka Caruban Nagari yang menceritakan perkembangan Cirebon menurut naskah tradisi Cirebon. Selain itu, digunakan juga buku Cirebon Sebagai Bandar Jalur Sutrayang merupakan kumpulan makalah ilmiah tentang Cirebon yang disusun oleh Susanto Zuhdi dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Buku ini berisikumpulan makalah yang membahas Cirebon, terutama peran Cirebon sebagai pintu masuknya Islam di Jawa Barat dengan tokohnya yang terkenal, Sunan Gunung Jati.

Pada rumusan kedua sekilas tentang Sunan Gunung Jati, dimana ada beberapa pandangan yang menggambarkan sosok Sunan Gunung Jati. Sunan Gunung Jati bernama asli Syarif Hidayatullah merupakan putra sulung dari Sultan Mesir Syarif Abdullah dan Syarifah Muda’im atau Lara Santang. Setelah Syarif Abullah meninggal, Sunan Gunung Jati menyerahkan tahta Mesir kepada adiknya, Syarif Nurullah dan mengikuti ibunya untuk menjadi mubaligh di tanah Jawa. Pada waktu yang telah ditentukan, Sunan Gunung Jati dinikahkan dengan sepupunya Nyai Pakungwati dan menjabat sebagai Sultan pertama di Cirebon.

Penulis menggunakan pustaka berjudul Sejarah Cirebon yang telah dijelaskan sebelumnya. Selain itu, pustaka lain yang digunakan penulis yaitu kitab Purwaka Caruban Nagari yang ditulis Pangeran Aria Carbon dan telah

(10)

diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia oleh Sulendraningrat. Kitab ini berisi tentang kelahiran daerah yang disebut Cirebon. Dalam buku ini juga membahas tentang latar belakang Sunan Gunung Jati menurut tradisi Cirebon. Sunan Gunung Jati, seperti kebanyakan tokoh sejarah pada masanya memiliki beragam penafsiran terhadap nama, asal, dan silsilah keluarganya. Oleh karena itu, dengan adanya silsilah Sunan Gunung Jati dalam buku ini membantu penulis menemukan informasi tentang sosok Sunan Gunung Jati.

Pada rumusan ketiga, tentang bagaimana dakwah Sunan Gunung Jati meliputi wilayah, metode, dan sarana yang digunakannya. Dakwah Sunan Gunung Jati di Pulau Jawa meliputi berbagai wilayah di Jawa umumnya, Jawa Barat khususnya hingga daerah Sunda Kelapa. Metode dakwah yang dipakai Sunan Gunung Jati bisa terbagi kedalam dua yaitu metode struktural yaitu Sunan Gunung Jati sebagai Sultan dan metode kultural yaitu Sunan Gunung Jati sebagai propagator of Islam in West Java tidak menghapuskan pengaruh Hindu, melainkan menyempurnakannya dengan ajaran Islam. Sarana yang digunakan Sunan Gunung Jati dalam proses Islamisasi selain berbagai alat seni, digunakan juga keraton sebagai pusat kegiatan dakwahnya, dan masjid agung sebagai pusat pengajaran agamanya.

Pustaka yang digunakan penulis berjudul Sunan Gunung Jati yang ditulis oleh Dadan Wildan. Buku ini berisi tentang Kesultanan Cirebon dan sosok Sunan Gunung Jati yang disimpulkan berdasarkan perbandingan naskah-naskah tradisi Cirebon dengan berita-berita asing. Dalam buku ini juga dijelaskan tentang pola-pola dakwah yang dilakukan walisongo pada umumnya, Sunan Gunung Jati pada

(11)

khususnya.Pola-pola dakwah ini terkandung dalam ajaran yang sangat toleran dengan kebudayaan yang sudah ada sebelumnya. Pola dakwah Sunan Gunung Jati bahkan meninggalkan bekas yang hingga sekarang bisa kita saksikan antara lain Keraton Kasepuhan Cirebon, Masjid Agung Sang Ciptarasa, dan beberapa upacara keagamaan seperti sekaten dan muludan sebagai bentuk kebijaksanaan Sunan Gunung Jati dalam menarik masyarakat memeluk Islam. Selain itu, penulis juga menggunakan buku Sejarah Daerah Jawa Barat.Buku ini berisi lahirnya Cirebon sebagai pusat kekuatan Islam di Jawa Barat.Dalam buku ini juga membahas mengenai peran politik Sunan Gunung Jati sebagai Sultan Cirebon yang ikut membantu Demak dalam melawan Portugis di Banten dan Sunda Kelapa.Lebih dari itu, lahirnya Kesultanan Banten yang merupakan keturunan Sunan Gunung Jati dibahas juga dalam buku ini.Sebagai tambahan, buku Sejarah Cirebon dan Cirebon Sebagai Bandar Jalur Sutra juga digunakan dalam menjawab rumusan ini.

Pada rumusan keempat tentang pengaruh dakwah Sunan Gunung Jati yang meliputi politik, agama, ekonomi, dan sosial budaya.Pengaruh dakwah Sunan Gunung Jati merubah pemerintahan di Cirebon menjadi Kesultanan dan memerdekakan diri dari pengaruh Pajajaran. Sebagai raja dan ulama, peran Sunan Gunung Jati dalam bidang agama sangat terasa, dakwah yang penuh hikmah dan toleransi membuat masyarakat Cirebon tertarik mempelajari Islam. Dalam perkembangannya, kehidupan masyarakat Cirebon juga berubah dengan sendirinya, perpaduan budaya yang disempurnakan untuk tujuan Islam bisa kita lihat hingga saat ini baik dalam seni bangunan maupun acara tradisi.

(12)

Penulis menggunakan pustaka yang sudah disebut sebelumnya antara lain, Sejarah Cirebon, Cirebon Sebagai Bandar Jalur Sutra, dan Sunan Gunung Jati. Pustaka lain yang digunakan adalah buku berjudul Sejarah Kerajaan Tradisional Cirebon karya Sanggupri Bochari dan Wiwi Kuswiyah. Dalam buku ini dijelaskan tentangpengaruh dakwah yang dilakukan Sunan Gunung Jati di Kesultanan Cirebon yang terasa dalam berbagai bidang yaitu dalam bidang politik, agama, ekonomi, dan sosial budaya. Dakwah Islam Sunan Gunung Jati tidak semata-mata soal agama, akan tetapi perannya sebagai seorang Sultan pertama di Cirebon membawa pengaruh besar terutama pada perubahan kepercayaan masyarakat Cirebon. Perannya sebagai Sultan juga tentu memengaruhi kondisi ekonomi dan sosial budaya Cirebon terlihat dari perkembangannya sebagai kerajaan Islam yang berkembang diwilayah bekas wilayah kekuasaan kerajaan Sunda Pajajaran yang menganut ajaran Hindu-Budha. Sebagai tambahan, penulis juga menggunakan buku berjudul Islamisasi dan Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia yang ditulis oleh Prof. A. Daliman. Buku ini mengkaji tentang perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia. Pengaruh Islam dalam membangun karakteristik kerajaan Islam, tata letak kota dan kondisi sosio-kultur masyarakat Indonesia dari awal Islam masuk hingga masa jaya kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia.

Pada rumusan kelima tentang kondisi masyarakat Cirebon pasca Islamisasi Sunan Gunung Jati lebih memfokuskan pada peninggalan dakwahnya. Islamisasi yang diusahakan Sunan Gunung Jati meninggalkan dampak yang nyata terhadap akulturasi yang terjadi dimasyarakat. Beragam peninggalan yang berbentuk fisik

(13)

contohnya gapura berbentuk candi bentar dan bentuk limasan pada bangunan-bangunan kerajaan, banyak menunjukkan bukti adanya gabungan kebudayaan Hindu-Budha dan Islam. Pustaka yang digunakan penulis berjudul Makam-Makam Walisongo di Jawa yang ditulis oleh Dr. Machi Suhandi. Buku yang memuat beragam peninggalan Islamisasi di Jawa yang dilakukan para Wali dari dokumen-dokumen hingga peninggalan lain yang berkaitan dengan Islamisasi di Jawa. Dalam buku ini juga menjelaskan kondisi geografis makam Sunan Gunung Jati.Selain itu, buku Sunan Gunung Jati digunakan juga oleh penulis dalam melengkapi karya ini.

F. Historiografi Yang Relevan

Rekonstruksi yang imajinatif dari masa lampau berdasarkan data dengan menempuh proses disebut historiografi.13 Historigrafi merupakan proses rekonstruksi peristiwa sejarah melalui analisis dan kritis mengenai data dan fakta yang ada, sehingga diperoleh penulisan yang seobjektif mungkin.

Ada dua historiografi relevan yang mendahului penelitian ini, yang pertama skripsi berjudul Proses Islamisasi Cirebon Tahun 1479-1568 karya Jakiyatul Miskiya pada tahun 2002, mahasiswa jurusan pendidikan sejarah Universitas Negeri Yogyakarta. Skripsi ini mengulas tentang kehidupan masyarakat Cirebon sebelum, selama dan setelah Islam masuk dan proses Islamisasi berlangsung.Perbedaan skripsi ini dengan skripsi Jakiyatul Miskiya adalah dimana Sunan Gunung Jati selain sebagai penyebar agama Islam di

13

Louis Gottschalk, Understanding History: A Primer Of Historical Method.Dalam buku Nugroho Notosusanto, Mengerti Sejarah.(Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1975),hlm. 32.

(14)

Cirebon, beliau juga merupakan Sultan pertama di Kesultanan Cirebon yang mampu mendirikan kerajaan Islam didaerah kerajaan Sunda Pajajaran yang bercorak Hindu-Budha. Perannya sebagai Sultan tidak hanya memberi pengaruh di Cirebon saja, melainkan hampir keseluruh Jawa bersama-sama dengan para ulama lainnya yang tergabung dalam Walisongo.

Historiografi Relevan yang kedua adalah skripsi berjudul Peranan Sunan Gunung Jati dalam Kasultanan Cirebon Tahun 1479-1568 yang ditulis oleh Fajar Gunawan tahun 2010, Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Negeri Yogyakarta. Skripsi ini menjelaskan mengenai latar belakang Sunan Gunung Jati dari sebelum Beliau menjabat sebagai Sultan hingga Beliau mendirikan Kesultanan Cirebon dan menjabat sebagai Sultan pertama. Selain itu, poin penting lain dari skripsi ini adalah pengaruh Sunan Gunung Jati Selama memerintah di Kesultanan hingga pasca pemerintahannya.Perbedaan skripsi ini dengan skripsi Fajar Gunawan adalah dimana penekanan skripsi ini pada dakwah yang dilakukan Sunan Gunung Jati.Fokus skripsi ini bukan dalam peranan secara meluas, tetapi mengerucut pada dakwah dan metode pengislaman yang dilakukan Sunan gunung Jati.Melalui metode-metode yang penuh hikmah, Islamisasi Sunan Gunung Jati bisa diterima secara sukarela oleh masyarakat Cirebon.

G. Metode Penelititan dan Pendekatan Penelitian 1. Metode Penelitian

Untuk dapat menulis karya sejarah yang mendekati objektif, diperlukan metode penulisan sejarah. Sejarah memiliki metode tersendiri

(15)

dalam mengungkapkan peristiwa masalalu supaya dapat menghasilkan karya sejarahyang kritis dan objektif.14

Menurut Kuntowijoyo, dalam melakukan penelitian sejarah diperlukan lima tahapan, yaitu pemilihan topik, pengumpulan sumberheuristic, verifikasi, interpretasi dan penulisan/historiografi.15 Dalam penulisan skripsi ini menggunakan langkah-langkah penelitian sejarah dari Kuntowijoyo sebagai berikut:

a. Pemilihan Topik

Sebelum memulai penelitian sejarah, harus ditentukan dulu topik yang akan diteliti. Perlu diingat, bahwa dalam mencari topik tidak boleh bersifat kompilasi terhadap karya yang sudah ada. Akan tetapi memberi sumbangan baru dari hasil penelitiannya. Langkah pertama dalam melaksanakan penelitian sejarah adalah pemilihan topik. Pemilihan topik sebaiknya dipilih berdasarkan kedekatan emosional dan kedekatan intelektual.16 Peneliti memilih kedekatan emosional karena Cirebon merupakan asal domisili penulis.

Dalam hal ini, penulis tertarik untuk membahas mengenai Sunan Gunung Jati dan pengaruhnya terhadap Islamisasi yang terjadi di Cirebon. Seperti yang kita tahu, Cirebon sebelum Islam masuk merupakan daerah

14

Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah.(Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 1995),hlm. 64.

15

Ibid.,hlm. 89. 16

(16)

kekuasaan Kerajaan Sunda Pajajaran yang menganut kepercayaan Hindu-Budha. Maka dengan masuknya Islam penulis berusaha menganalisis bagaimana strategi Islamisasi yang dilakukan Sunan Gunung Jati dan Hasil dari Islamisasi tersebut. Mengenai pembatasan tahun yaitu 1479-1568 M, merupakan tahun dimana Sunan Gunung Jati diangkat menggantikan Walangsungsang pada 1479 M dan wafatnya Sunan Gunung Jati pada 1568 M.

b. Pengumpulan Sumber (Heuristik)

Heusristik berasal dari bahasa Yunani, yaitu Heuriskein yang berarti memperoleh atau menemukan.17 Menurut Nugroho Notosusanto, Heuristik merupakan kegiatan menghimpun jejak-jejak masa lampau. Pencarian sumber dalam penelitian ini adalah yang berkaitan tentang Sunan Gunung Jati dan Proses Islamisasi yang terjadi di Jawa Barat, Khususnya di Cirebon. Sumber yang dicari bisa merupakan hasil penulisan orang yang terlibat langsung, maupun hasil dari tulisan lain. Hasil tulisan dapat dicari di perpustakaan UNY,perpustakaan FIB UGM, perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,Arsip Kota Cirebon, perpustakaan Keraton Kasepuhan Cirebon, Perpustakaan Daerah Cirebon dan Perpustakaan lainnya.

Sumber sejarah digunakan untuk merekonstruksi peristiwa sejarah yang diperoleh dengan berbagai cara, seperti studi pustaka atau

17

Main Umar, Metode dan Manfaat Ilmu Sejarah.(Yogyakarta: Pustaka Pelajar,1997),hlm. 173.

(17)

pengamatan langsung terhadap suatu peristiwa atau jejak peristiwa. Sumber-sumber tersebut dapat dibedakan sebagai berikut:

1) Sumber Primer

Sumber primer dibutuhkan dalam penelitian sejarah sebagai saksi langsung dari sebuah peristiwa sejarah. Menurut Louis Gottschalk, sumber primer merupakan kesaksian seorang dengan mata kepala sendiri atau kesaksian dengan panca indra lain.18 Sedangkan Menurut Helius Sjamsuddin, sumber primer atau sumber pertama sebagai sumber asli (orisinil), yaitu evidensi atau bukti sejaman dengan peristiwa yang terjadi.19

Dari beberapa panjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa sumber primer adalah sumber yang benar-benar asli, tanpa perantara baik lisan maupun tulisan. Oleh karena jarak penelitian dengan peristiwa memiliki rentang waktu yang jauh, maka penulis belum menemukan sumber primer dan tidak menggunakan sumber primer. 2) Sumber Sekunder

Sumber sekunder adalah sesuatu yang disampaikan bukan oleh saksi mata.20 Sedangkan menurut Nugroho Notosusanto, sumber sekunder adalah sumber dari seorang yang tidak hadir pada saat

18

Nugroho Notosusanto, op. cit.,hlm. 35. 19

Helius Sjamsuddin, Metodologi Sejarah.(Jakarta: Depdikbud, 1996),hlm. 80.

20

(18)

peristiwa yang dikisahkan terjadi. Dalam penelitian ini, sumber sekunder yang dipakaiadalah sebagai berikut:

Dadan Wildan.2012, Sunan Gunung Jati, Ciputat: Salima.

Sanggupri, M., Bochari dan Wiwi Kuswiah. 2001. Sejarah Kerajaan Tradisional Cirebon. Cirebon: CV. Suko Rejo Bersinar. Sulendraningrat P. S. 1978. Sejarah Cirebon. Jakarta: Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan.

Susanto Zuhdi.1997. Cirebon Sebagai Bandar Jalur Sutra ( Kum-pulan Makalah Diskusi Ilmiah). Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Uka Tjandrasasmita. 1975. Sejarah Nasional Indonesia III: Jaman Pertumbuhan dan Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

c. Verifikasi

Tahap selanjutnya setelah pengumpulan sumber adalah verifikasi yang merupakan kegiatan pengujian untuk mengetahui keabsahan suatu sumber. Pengujian karya sejarah yang dijadikan sumber dibagi menjadi dua jenis, yaitu sebagai berikut:

1) Kritik Ekstern

Kritik ekstern adalah melakukan penelitian dan pengujian terhadap aspek-aspek luar dari sumber sejarah yang berupa asal-usul dan waktu.21 Kritik ekstern bertujuan untuk meneliti otentitas dan keaslian

21

Helius Sjamsuddin,Metodologi Sejarah. (Yogyakarta: Ombak, 2012),hlm. 104.

(19)

sumber dengan menggunakan sumber lain berdasarkan pertanyaan kapan, dimana, siapa dan dalam bentuk apa sumber itu dibuat.22

2) Kritik Intern

Kritik intern adalah melakukan pengujian isi terhadap sumber yang terkandung dalam jejak atau peristiwa masa lampau, sehingga diketahui kebenaran sumber tersebut. Kritik intern dilakukan setelah diketahui keaslian dari sumber sejarah yang bertujuan untuk memperoleh kredibilitas atau kelayakan suatu sumber sejarah sehingga dapat diketahui seberapa reliable kah sumber tersebut.

d. Interpretasi

Interpretasi atau penafsiran merupakan kegiatan penafsiran fakta-fakta yang ada sehingga ditemukan struktur logisnya kemudian dirangkai agar memiliki bentuk dan struktur. Pada tahap ini, penulis sejarah dituntut untuk memiliki kecermatan dan sikap objektif dalam hal interpretasi terhadap fakta-fakta sejarah yang diperoleh.23

e. Penulisan (Historiografi)

Historiografi merupakan rekonstruksi imajinatif masa lampau manusia berdasarkan data-data dan bukti-bukti yang diperoleh melalui proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan

22

ADB Rahman Hamid dan Mohammad Saleh,Pengantar Ilmu Sejarah. (Yogyakarta: Ombak, 2011),hlm. 48.

23

(20)

masa lampau.24 Historiografi adalah tahapan terakhir dalam penulisan sejarah berupa laporan yang menyajikan fakta-fakta sejarah dalam bentuk tulisan. Hal-hal yang disajikan diharapkan dapat memberi gambaran mengenai penelitian yang telah dilakukan.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan dalam penelitian sejarah terhadap cabang ilmu lain sangat diperlukan. Hal ini dilakukan guna memberi gambaran yang lebih jelas mengenai apa yang diteliti, darimana cara memandangnya, dari dimensi mana yang diperhatikan, unsur-unsur mana yang ingin diungkapkan dan lain sebagainya.25 Multidimensionalitas dalam penulisan sejarah perlu ditampilkan agar gambaran dari sumber sejarah yang diperoleh menjadi lebih utuh dan menyeluruh sehingga determinisme atau keberpihakkan dapat dihindari.26 Pendekatan yang penulis lakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan politik, agama, ekonomi dan sosiologis.

Pendekatan politik dilakukan guna memperoleh gambaran mengenai transisi dari Cirebon yang merupakan wilayah Kerajaan Sunda Padjajaran yang menganut ajaran Hindu-Budha, sampai lahirnya Kesultanan Cirebon yang menganut ajaran Islam. Pengaruh politik menurut Sartono Kartodirdjo yaitu apabila sejarah politik biografi, hendaknya menginterpretasikan pelaku aktor-aktor mentalitasdari kelompok aktor tersebut. Motivasi, sikap dan

24

Helius Sjamsuddin, op.cit.,hlm. 22. 25

Sartono Kartodirjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993),hlm. 4.

26

(21)

tindakan kesemuanya diarahkan oleh orientasi nilai yang diambil kelompok tersebut.27

Pendekatan agama dilakukan guna memberi gambaran bagaimana pengaruh Islamisasi di Cirebon terhadap perubahan keyakinan masyarakat yang sebelumnya menganut ajaran Hindu-Budha.Pendekatan agama adalah suatu refleksi kritis dan sistematis yang dilakukan oleh penganut agama terhadap agamanya.28

Pendekatan ekonomi menurut Sidi Gazalba dipergunakan sebagai ilmu bantu dalam menerangkan dan menafsirkan fakta masa lampau dengan perantaraan hukum-hukum yang disusun oleh teori-teori ekonomi.29 Pendekatan ekonomi dilakukan guna memberi gambaran tentang keadaan ekonomi di Cirebon sebelum pengaruh Islam, hingga masuknya Islam sebagai wilayah pelabuhan maupun pasar.

Pendekatan sosiologis adalah pendekatan yang menerangkan peranan sosiologis dalam menjelaskan perilaku manusia.30 Pendekatan sosiologi dalam penelitian ini difokuskan kepada peranan dan tindakan yang dilakukan Sunan Gunung Jati dalam proses Islamisasi di Cirebon. Perilaku Sunan Gunung Jati sebagai pemuka agama Islam akan banyak dibahas dalam penulisan ini.

27

Ibid.,hlm. 87. 28

K. Barnet, Pengantar Teologi.(Jakarta: Gunung Mulia, 1981),hlm. 13. 29

Sidi Gazalba, Pengantar Sejarah Sebagai Ilmu.(Jakarta: Bhratara, 1966),hlm. 32.

30

Surjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar.(Jakarta: Rajawali, 1992),hlm. 469.

(22)

H. Sistematika Pembahasan

Guna memperoleh gambaran yang jelas dan mudah dalam skripsi ini, maka akan dijelaskan garis besar skripsi ini dalam beberapa bab sebagai berikut: BAB I. PENDAHULUAN

Dalam bab ini memaparkan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka, historiografi yang relevan, metode penelitian, pendekatan penelitian dan sistematika pembahasan skripsi ini.

BAB II. CIREBON SEBELUM ISLAMISASI

Dalam bab ini adalah pembahasan tentang kondisi geografis Cirebon. Selain itu, pembahasan mengenai kehidupan masyarakat Cirebon sebelum Islam masuk, baik dari segi agama, ekonomi, sosiologis dan politik.

BAB III. SEKILAS KEMUNCULAN SUNAN GUNUNG JATI

Dalam bab ini diberikan pembahasan tentang riwayat Sunan Gunung Jati, latar belakang kehidupannya sebagai seorang Sunan yang juga merupakan Sultan pertama di Cirebon.

BAB IV. DAKWAH SUNAN GUNUNG JATI DALAM PROSES ISLAMISASI DI KESULTANAN CIREBON

Bab ini merupakan inti penulisan skripsi dimana dalam bab ini diberikan pembahasan dakwah Sunan Gunung Jati di Kesultanan Cirebon. Pembahasan meliputi wilayah dakwah Sunan Gunung Jati, metode serta sarana dakwah yang dilakukan Sunan Gunung Jati.

(23)

BAB V. PENGARUH DAKWAH SUNAN GUNUNG JATI DI KESULTANAN CIREBON

Dalam bab ini dijelaskan tentang pengaruh dakwah Islam yang dilakukan Sunan Gunung Jati di Kesultanan Cirebon terhadap masyarakat di Cirebon umumnya serta dalam bidang politik, agama, ekonomi, dan sosiologi khususnya.Setelah itu berlanjut pada kondisi masyarakat Cirebon setelah mengenal agama Islam, serta bukti-bukti peninggalan mengenai adanya proses Islamisasi yang ada hingga saat ini.

BAB VI.CIREBON SEPENINGGAL SUNAN GUNUNG JATI

Dalam bab ini dijelaskan tentang akhir hayat Sunan Gunung Jati. Akhir hayat beliau juga meninggalkan jejak yang dikategorikan dalam bentuk seni bangunan dan upacara.Dalam seni bangunan yaitu Keraton Kasepuhan Cirebon dan makam Sunan Gunung Jati, dalam upacara adalah maulud.

BAB VII. KESIMPULAN

Dalam bab ini berisi kesimpulan dari bab-bab sebelumnya yang disertai jawaban atas rumusan masalah yang telah diajukan sebelumnya.

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang

9. itunglah realisasi persediaan kernel posisi tanggal < september. itunglah realisasi produksi kernel selama bulan september.. <. itunglah )umlah T&S diolah

Kaji Eksperimental Sistem Destilasi Asap Pembakaran Sampah Plastik Menjadi Bahan Bakar Alternatif Pada Tabel 1 dengan data temperatur propylene glycol 9°C, efisiensi tertinggi

JSMR memiliki indikator MACD, RSI, yang mengindikasikan pola Uptrend, JSMR berhasil menembus resistance 5225, sehingga terbuka peluang untuk melanjutkan penguatan dalam

Menurut Wahyu Kumorotomo dan Subando Agus Margono (1994 : 14) pengertian sistem informasi adalah sekumpulan prosedur organisasi yang pada.. saat dilaksanakan akan

Berikut ini manakah yang BUKAN merupakan tipe data real?. Apakah output dari program

Penelitian efek sitotoksik ekstrak dietil eter herba pegagan embun (Hydrocotyle sibthorpioides Lmk.) terhadap sel kanker payudara MCF-7 dilakukan untuk mengetahui

dan Proses pembelajaran IPA di MI Negeri Krangean sudah mengalami peningkatan kualitas pendidikan dan siswa lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran ketika menggunakan