• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. No Peresepan Resep % Tidak Sesuai 4,68 % - 4,68 / 100 X 100% = 4,68 %

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. No Peresepan Resep % Tidak Sesuai 4,68 % - 4,68 / 100 X 100% = 4,68 %"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Penelitian

No Peresepan Resep %

Tidak Sesuai 4,68 % - 4,68 / 100 X 100% = 4,68 % Sesuai 95,32 % - 95,32 / 100 X 100% = 95,32 %

Jumlah Resep 4,68+95,32 = 100 % 100 %

Tabel 2 : Hasil persentase peresepan pasien peserta Jamsostek di Apotek Motilango Kota Gorontalo bulan Mei sampai Juli 2012

Dari hasil persentase diatas dapat diketahui bahwa ketidaksesuaian peresepan pasien peserta Jamsostek dengan DOSJ sebesar 4,68 % dan peresepan pasien peserta jamsostek yang sesuai DOSJ adalah sebesar sebesar 95,32 % (Lampiran 10).

1.2 Pembahasan

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 di Apotek Motilango Kota Gorontalo. Apotek Motilango merupakan Apotek swasta yang melayani resep untuk pasien umum maupun beberapa jenis resep asuransi kesehatan, salah satunya adalah Jamsostek.

Seperti yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya bahwa yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah peresepan untuk pasien peserta jamsostek. Peresepan yang dimaksud adalah kesesuaian jenis dan jumlah obat yang diresepkan untuk pasien peserta Jamsostek dengan Daftar Obat Standar Jamsotek

(2)

(DOSJ) PT. Jamsostek (Persero) Edisi X Tahun 2008. Ada dua macam jenis gambaran peresepan yang dianalisis dalam penelitian ini yaitu peresepan yang sesuai DSOJ dan peresepan yang tidak sesuai DSOJ. Untuk menganalisis resep-resep tersebut digunakan parameter berupa pedoman penulisan resep-resep untuk peserta Jamsostek yaitu Daftar Obat Standar Jamsostek Edisi X Tahun 2008.

Setelah melakukan penelitian dan pengambilan data, maka diperoleh hasil analisis peresepan pasien peserta Jamsostek pada bulan Mei sampai dengan Juni 2012 di Apotek Motilango Kota Gorontalo. Jumlah total resep pasien peserta Jamsostek selama bulan Mei sampai dengan bulan Juni 2012 yang ditebus di Apotek Motilango adalah 1.047 resep, dimana 998 resep di antaranya sesuai dengan DOSJ dan 49 resep lainnya tidak sesuai DOSJ.

Data ketidaksesuaian peresepan dengan DOSJ pasien peserta Jamsostek di Apotek Motilango Kota Gorontalo bulan Mei sampai dengan Juni 2012 (lampiran 5) memperlihatkan bahwa jumlah resep yang tidak sesuai DOSJ adalah sebanyak 49 resep yang terdiri dari 25 jenis dan perbekalan farmasi lainnya. Jumlah rata-rata peresepan obat yang diresepkan untuk pasien Jamsostek adalah 2 resep per hari, sedangkan rata-rata biaya per lembar resep jika tidak dilakukan subtitusi atau penggantian item obat yang tercantum dalam resep adalah Rp. 2.353.790. Jadi, dapat dihitung bahwa jumlah total biaya yang ditanggung pasien per hari adalah Rp 48.036 (Lampiran 8).

Data peresepan yang sesuai DOSJ pasien peserta Jamsostek di Apotek Motilango Kota Gorontalo bulan Mei sampai Juli 2012 (lampiran 6) memperlihatkan jumlah resep yang sesuai DOSJ adalah sebanyak 998 resep yang

(3)

mencantumkan 115 jenis dan perbekalan farmasi lainnya yang tidak sesuai DOSJ. Jumlah rata-rata peresepan obat yang diresepkan untuk pasien Jamsostek adalah 34 resep obat per hari (Lampiran 7).

Sesuai perjanjian PT. Jamsostek dengan Apotek Motilango Pasien peserta jamsostek dalam menebus obat di Apotek Motilango, mempunyai keterbatasan tersendiri, keterbatasan yang dimaksud adalah setiap peserta jamsostek dalam menebus obat di hari atau tanggal yang sama, jika obat tersebut obat minum maka batas pengambilan obat selama 3 hari dan apabila obat tersebut obat infus maka dalam hari atau tanggal yang sama batas pengambilan 3 botol infus.

Pentingnya kesehatan sebagai syarat menuju kesejahteraan hidup, sehingga seorang pasien peserta Asuransi Kesehatan, paling tidak telah terhindar dari beban terbesar dalam hidup yaitu sakit. Adanya Daftar Obat Standar Jamsostek adalah sebagai wujud integritas PT. Jamsostek persero yang tujuan utamanya untuk melindungi para pesertanya dari pemberian obat-obat yang seharusnya dikonsumsi. DOSJ juga digunakan sebagai alat untuk mengendalikan biaya, karena jika tidak ada DOSJ maka semua dokter dapat menuliskan dan menentukan obat dengan bebas tanpa ada alat kendali. Hal ini akan menyebabkan munculnya beban biaya sendiri pasien karena peresepan dokter yang memberikan obat yang tidak sesuai atau di luar DOSJ.

Penelitian menunjukan bahwa masih ada peresepan yang tidak sesuai untuk pasien peserta Jamsostek. Hal ini dapat dilihat dari data retro resep pasien

(4)

peserta Jamsostek bulan Mei sampai Juni 2012 yaitu 4,68 % peresepan (49 resep) mencantumkan resep yang tidak sesuai DOSJ dan yang mencantumkan resep yang sesuai DOSJ yaitu 95,32 % (998 resep).

Keputusan penulisan resep merupakan keputusan kognitif yang dipengaruhi oleh banyak faktor. Dalam penulisan resep untuk pasien peserta Jamsostek ada permasalahan yang sering dijumpai. Dari data hasil penelitian yang didapatkan dapat ditelaah alasan sehingga menimbulkan permasalahan mengenai penulisan resep untuk pasien peserta Jamsostek yaitu :

1. Ketidaksesuaian penulisan resep

Ketidaksesuaian penulisan resep Pasien peserta Jamsostek dengan DOSJ. Yang dimaksud dengan ketidaksesuaian peresepan adalah obat yang diresepkan merupakan obat generik atau generik bermerek yang masuk dalam DOSJ namun dokter menuliskan obat dengan merek lain yang tidak tercantum dalam DOSJ, padahal zat aktif yang dikandungnya sama. Salah satu contoh yang ada pada lampiran 4 yaitu Tranec Inj dimana zat aktif yang terkandung adalah Asam Traneksama 500 mg, jadi dapat dikatakan bahwa Tranec dan Asam Traneksamat adalah sama, hanya saja membedakan disini adalah Tranec adalah obat yang tidak sesuai DOSJ sedangkan Asam Traneksamat sesuai DOSJ. Jika dilihat dari biayanya yang dikeluarkan untuk 1 Ampul Tranec Rp.11.700 sedangkan untuk memperoleh Asam Traneksamat inj pasien Jamsostek tidak perlu mengeluarkan biaya. Disini peran apotek sebagai pemberi pelayanan obat menyesuaikan sesuai nama obat yang tercantum dalam DOSJ. Apotek Motilango Kota Gorontalo telah menerapkan

(5)

kebijakan penggantian (untuk obat yang sejenis) atau subtitusi (untuk obat yang sama) obat yang diresepkan dokter dengan yang terdaftar dalam DOSJ. Namun masih ada kendala yang dihadapi yaitu ada sebagian dokter yang tidak mau dilakukan penggantian obat meskipun zat aktifnya sama atau setara. Di satu sisi apotek memang memiliki wewenang untuk penggantian obat, namun keputusannya tetap ada pada dokter sebagai pembuat keputusan dalam penulisan resep. Sebagai upaya agar peresepan dokter sesuai DOSJ maka perlu pemberian informasi yang intensif tentang jenis obat yang ada dalam DOSJ kepada dokter. Pemberian informasi mengenai hak pasien untuk menerima obat dan meminta dokter untuk menuliskan resep sesuai DOSJ juga sangat penting dilakukan untuk mengurangi persentase ketidaksesuaian resep pasien dengan DOSJ.

2. Penulisan resep sesuai DOSJ

Dari data yang diperoleh seperti pada lampiran 5, dapat dilihat jumlah resep keseluruhan selama bulan Mei sanpai Juni 2012 adalah 998 resep yang mencantumkan 115 obat. Apotek Motilngo menerima resep pasien peserta jamsostek 43 lembar resep perhari seperti yang pada lampiran 7. Resep yang harus dilayani di Apotek Motilango bukan hanya resep pasien jamsostek tetapi Apotek Motilango juga melayani resep umum, Askes, Jamkesda, Inhealth dan resep dokter keluarga. Karena banyaknya resep yang harus dilayani di Apotek Motilango, sehingga bisa terjadi kekosongan obat. Dengan kekosongan obat tersebut pihak Apotek melakukan rujukan ke Apotek Kimia Farm. karena Apotek Kimia Farm juga melayani pasien peserta Jamsostek.

(6)

Apotek Motilango melakukan rujukan resep peserta Jamsostek ke Apotek lain yang menerima Asuransi Jamsostek, agar supaya dari pihak peserta Jamsostek tidak mengalami kekecewaan dan meresa tidak dilayani.

3. Kekosongan obat di Apotek

Kekosongan obat di apotek merupakan masalah yang kerap kali dijumpai. Kekosongan obat dapat dikarenakan perencanaan yang kurang akurat, masalah dengan pabrik yang memproduksi obat. Jika terjadi kekosongan obat di Apotek, maka pasien akan diberikan copy resep (apograf), sehingga pasien akan menebus resep di apotek lain selayaknya pasien umum. Untuk itu di sinilah PT. Jamsostek (Persero) harus terus berperan aktif untuk menanggulangi permasalahan ini. Masing-masing permasalahan ada treatment tersendiri untuk mengatasinya. Misalnya untuk obat kosong biasanya perusahaan akan menegur langsung pabrik obat, menuntut kesepakatan awal pada Perjanjian Kerja Sama (PKS). Bahkan jika ada yang tidak sesuai secara terus menerus bisa tidak akan dipakai lagi. Hal serupa juga dilakukan untuk pihak distributor dan apotek.

Dari data yang didapatkan dapat dihitung jumlah resep pasien peserta jamsotek selama bulan Mei sampai Juni 2012 mencapai 1.047 resep, dari jumlah resep tersebut 49 resep yang tidak sesuai DOSJ dan dengan jumlah resep tersebut pasien dapat mengeluarkan biaya Rp. 48.036 per hari. Jika ada keseimbangan antara keputusan penulisan resep obat oleh dokter dengan ditunjang oleh kelengkapan item-item obat dalam Daftar Obat Standar Jamsostek, tentu saja akan sangat membantu pasien khususnya pasien peserta Jamsostek dimana biaya obat

(7)

tersebut dapat digunakan untuk menunjang kesehatan pasien selama masa perawatan.

Gambar

Tabel 2 : Hasil persentase peresepan pasien peserta Jamsostek di Apotek  Motilango Kota Gorontalo bulan Mei sampai Juli 2012

Referensi

Dokumen terkait

Metode uji One Way Anova digunakan untuk menguji lebih dari 2 perlakuan yaitu apakah terdapat perbedaan harga saham sebelum, pada saat dan sesudah pengungkapan

Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h.. terhadap tugasnya ataupun tanggung jawab terhadap anak didiknya. Maka

Adapun syarat-syarat yang dimaksud adalah dinding sumur kedap air sedalam 3 meter dari permukaan tanah, bibir sumur setinggi 80 cm dari lantai, lantai yang kedap air

Kepada seluruh pihak, saudara, sahabat dan teman penulis lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas semua semangat, motivasi dan

Jumlah Absen No... Jumlah

Untuk menggunakan nara sumber belajar orang ini (nara sumber), guru hendaknya memahami prosedur yang berlaku, terlatih untuk menyeleksi sumber-sumber yang sesuai dengan

Untuk menghindari penulisan yang tidak terarah atau terlampau luas, maka penulis membatasi jangkauan penelitian pada tahun 2009 hal ini berdasarkan latar belakang usaha

Dari tabel di atas, Hasil Uji F dapat diketahui bahwa nilai F hitung sebesar 13,151 dengan tingkat probabilitas sebesar 0,000 yang artinya lebih kecil dari 0,05 maka model