• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode Penelitian - HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI STKIP PGRI LUMAJANG – JURNAL JP3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Metode Penelitian - HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI STKIP PGRI LUMAJANG – JURNAL JP3"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI

DENGAN PRESTASI

BELAJAR MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

STKIP PGRI LUMAJANG

Oleh: Siti Aisyah

Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP PGRI Lumajang e-mail: iisamunaris@gmail.com

Abstract : Given the importance of information on the relationship between emotional maturity and learning achievement such as feedback learning process, it is necessary to examine the relationship between emotional maturity in learning achievement. This study aims to describe the relationship between emotional maturity of college student with learning achievement. This study consists of two variables, variables emotional maturity and variable learning achievement . In this study, the college student population is STKIP PGRI Lumajang and samples used in the study were college student of economics education courses totaling 42 college student. Result forces 2010A showed that: There is a relationship between emotional maturity and the learning achievement in study Sociology Economics of college student of economic education STKIP PGRI Lumajang correlation value is 0.535 with a probability value is 0.000 ( < 0.05 ). Based on the results of the analysis of the research results we concluded that there is a relationship between emotional maturity and the learning achievement in study Economic Sociology of student of economics education STKIP PGRI Lumajang

Keywords : emotional maturity, learning achievement

PENDAHULUAN

Setiap mahasiswa menginginkan prestasi belajarnya baik. Namun untuk mencapai hal itu bukanlah suatu hal yang mudah. Karena keberhasilan belajar sangat dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain, Faktor internal, ialah faktor yang timbul dari dalam diri mahasiswa itu sendiri, seperti kesehatan, mental, tingkat kecerdasan, Kematangan emosi dan sebagainya. Faktor itu berwujud juga sebagai kebutuhan dari anak. Faktor eksternal, ialah faktor yang datang dari luar diri anak, seperti kebersihan rumah, udara, lingkungan, keluarga, masyarakat, teman, dosen, media, sarana dan prasarana belajar. Sudah disadari baik oleh dosen dan mahasiswa bahwa dalam belajar inteligensi (kemampuan intelektual) memerankan peranan yang penting, khususnya berpengaruh kuat terhadap tinggi rendahnya prestasi belajar mahasiswa. Ini bermakna, semakin tinggi kemampuan inteligensi seorang mahasiswa, maka semakin besar peluangnya untuk berprestasi. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan inteligensi seorang mahasiswa, maka semakin kecil peluangnya untuk memperoleh prestasi. Meskipun peranan inteligensi sedemikian besar namun perlu diingat bahwa faktor-faktor lain pun tetap berpengaruh. Di antara faktor tersebut adalah Kematangan emosi.

(2)

diharapkan mahasiswa tersebut akan tekun dan memperoleh hasil yang baik dari belajarnya. Sebaliknya, apabila mahasiswa tersebut belajar dengan kematangan emosi dan perhatian besar terhadap objek yang dipelajari, maka hasil yang diperoleh lebih baik.

Dari keterangan di atas, dapat dijelaskan bahwa mahasiswa yang memiliki kematangan emosi dengan mahasiswa yang tidak memiliki kematangan emosi dalam belajar akan terdapat perbedaan. Perbedaan tersebut tampak jelas dengan ketekunan yang terus menerus. Mahasiwa yang memiliki kematangan emosi maka ia akan terus tekun ketika belajar sedangkan mahasiswa yang tidak memiliki kematangan emosi walaupun ia mau untuk belajar akan tetapi ia tidak terus untuk tekun dalam belajar. Begitu pula dalam proses belajar mengajar dalam mata kuliah sosiologi ekonomi. Tinggi rendahnya kematangan emosi mahasiswa dalam belajar tentunya akan memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar yang akan dicapai oleh mahasiswa. Mata kuliah Sosiologi Ekonomi merupakan mata kuliah yang materinya berisikan tentang kehidupan ekonomi sehari-hari, sehingga di kelas dosen sering terjebak menggunakan metode pengajaran yang digunakan lebih mengarah kepada metode ceramah atau bercerita saja. Padahal kedua metode tersebut dapat mendatangkan kebosanan mahasiswa apabila dosen yang memberikan materi tersebut tidak dapat menyesuaikan dengan kondisi atau keadaan mahasiswa. Selain itu metode tersebut membuat mahasiswa kurang kreatif menggunakan semua aspek kecerdasannya.

Terkait hal tersebut di atas maka tugas pokok dosen menjadi lebih berat, untuk menjadikan mahasiswa tidak bosan menerima mata kuliah sehingga prestasi belajar yang diperoleh baik, maka sangat diperlukan kematangan emosi mahasiswa. Karena kematangan emosi merupakan suatu kondisi mencapai tingkat kedewasaan dari perkembangan emosi pada diri individu. Seseorang yang matang dapat memahami lingkungannya dan menerima dirinya sendiri serta orang lain secara obyektif. Orang yang matang juga mampu mengembangkan tingkat kehidupannya dan dapat meningkatkan kemampuannya untuk menghadapi kehidupan di masa sekarang dan masa yang akan datang.

Mengingat sangat pentingnya informasi tentang hubungan antara kematangan emosi dan prestasi belajar tersebut sebagai umpan balik proses pembelajaran, maka perlu meneliti hubungan antara kematangan emosi dengan prestasi belajar. Dengan demikian, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: apakah terdapat hubungan antara kematangan emosi dengan prestasi belajar pada mata kuliah Sosiologi Ekonomi mahasiswa program studi pendidikan ekonomi STKIP PGRI Lumajang?

Tujuan penelitian ini adalah mendiskripsikan hubungan antara kematangan emosi mahasiswa program studi pendidikan ekonomi STKIP PGRI Lumajang dengan prestasi belajar mata kuliah sosiologi ekonomi. Hipotesis penelitian ini adalah “Ada hubungan antara kematangan emosi dengan prestasi belajar pada mata kuliah Sosiologi Ekonomi mahasiswa program studi pendidikan ekonomi STKIP PGRI Lumajang”.

Kajian Literatur Kematangan Emosi a. Pengertian Emosi

(3)

Emosi sebagai suatu kebutuhan dalam kehidupan seseorang. Kehidupan menjadi lebih berarti, dinamis dan berwarna karena adanya emosi. Walaupun banyak karya yang dihasilkan oleh otak dan pikiran sehat, namun tanpa emosi kerja itu tampak kurang berarti. Emosi adalah pengalaman batin yang timbul untuk melengkapi arti bagi seseorang, disertai oleh kegiatan fisik lainnya (Gardner, 1993).

Menurut Morgan dalam Efendi dan Praja (1993) menguraikan aspek-aspek emosi sebagai berikut: Berkaitan dengan kondisi tubuh, misalnya: denyut jantung, sirkulasi darah dan pernafasan. berupa ekspresi, misalnya: tertawa, tersenyum, menangis. Berhubungan dengan perasaan, misalnya: kecewa, jengkel, senamg.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa emosi adalah keadaan yang bergejolak pada diri individu sebagai hasil persepsi seseorang terhadap perubahan yang terjadi pada tubuh sebagai respon terhadap rangsangan yang datang dari luar untuk mencapai kesejahteraan dan keselamatan individu. Oleh karena itu emosi merupakan suatu yang dirasakan, dilakukan atau diekspresikan dan sangat erat hubungannya dengan kondisi tubuh.

b. Pengertian Kematangan Emosi

Shapiro (1997) menekankan kematangan sebagai suatu kemampuan fungsi-fungsi psikis pada tingkat yang tinggi sebagai hasil dari pertumbuhan fisik. Kematangan juga melibatkan apresiasi tentang sikap dan perilaku individu terhadap orang atau obyek lain. Individu yang matang juga sadar dan realistis terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di dalam dan di luar dirinya, dan terhadap sesuatu yang diidealkan serta sesuatu yang menjadi tujuan hidupnya.

Seorang dapat dikatakan telah matang emosinya apabila dapat berpikir secara obyektif (Walgito, 1999). Kematangan emosi juga ditunjukkan dengan adanya kemampuan untuk menampakkan emosi disaat dan di tempat yang tepat. Seseorang seharusnya tidak hanya belajar kapan tertawa dan kapan menagis, tetapi juga belajar seberapa kerasnya tertawa dan seberapa banyak menangis.

Goleman (1996) mendefinisikan kematangan emosi sebagai suatu keadaan atau kondisi mencapai tingkat kedewasaan dari perkembangan emosional, karena pribadi yang bersangkutan tidak menampilkan pola emosi yang pantas bagi anak. Hurlock (1985) mengatakan seseorang dapat dikatakan memiliki kematangan emosi apabila bertindak: sesuai dengan harapan masyarakat, mampu memanfaatkan mentalnya secara tepat, memahami dirinya sendiri, tidak mudah berubah-ubah emosinya (stabil).

Anom (2004) menekankan kematangan pada penyesuaian. Penyesuaian tersebut mencakup tiga demensi. Pertama, tuntutan penyesuaian terhadap self yang muncul, yang akan dipandang sebagai tekanan untuk deferensiasi dan integrasi. Demensi kedua adalah interpersonal, yaitu seseorang belajar untuk menghadapi hubungan resiprokal antara kebutuhannya sendiri dan orang lain. Demensi ketiga adalah lingkungan, yang berhubungan dengan demensi ekonomis seseorang.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kematangan emosi adalah suatu kondisi mencapai tingkat kedewasaan dari perkembangan emosi pada diri individu. Individu yang telah mencapai kematangan emosi ditandai adanya kemampuan didalam mengontrol emosi, mampu menampakkan emosi di saat dan tempat yang tepat. Reaksi yang diberikan individu terhadap setiap emosi dapat memuaskan dirinya sendiri dan dapat diterima oleh lingkungannya.

c. Ciri-Ciri Kematangan Emosi

(4)

Kematangan emosi sebagaimana diuraikan oleh Ahmad (2004) memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1). Kasih Sayang.

Pada individu yang telah mencapai kematangan emosi, rasa kasih sayang ini dapat diwujudkan secara wajar, diantaranya yaitu suka membantu orang lain, menghargai usaha orang lain, selalu bersikap baik serta mencintai orang lain sebagaimana mencintai diri sendiri.

2). Emosi Terbuka Lapang.

Individu dapat menerima segala kritikan dan saran yang ditujukan kepadanya. Hal ini ditunjukkan oleh adanya kesediaan untuk memberi kesempatan pada orang lain untuk mengemukakan ide-idenya, menghargai saran dan pendapat orang lain, dan tidak merasa keberatan jika ada orang lain yang tidak sependapat.

3). Emosi Terkendali

Individu yang telah mencapai kematangan emosional akan dapat mengendalikan ekspresi emosinya sehingga tidak merugikan bagi diri sendiri maupun lingkungannya. Hal ini ditunjukkan dengan adanya kemampuan menahan diri untuk tetap tenang dan tidak mudah bertindak secara emosional, serta dapat mengandalikan perasaan-peraasan negatif yang muncul.

4). Emosi Terarah

Individu dengan tenang dapat menyalurkan ketidakpuasan dan konflik-konflik pada penyaluran yang kreatif. Sikap yang ditunjukkan adanya emosi terarah ini diantaranya adalah mempertimbangkan dahulu sebelum melakukan suatu tindakan sebagai reaksi dari adanya ketidakpuasan, tidak suka mencari alasan jika mengalami suatu kegagalan, dapat memaklumi kesulitan orang lain dan mudah memaafkan kesalahan orang lain

Prestasi Belajar

Prestasi belajar pada umumnya yang dikenal oleh dosen adalah klasifikasi yang dikemukakan oleh Bloom, yaitu: 1) ranah kognitif yang berhubungan dengan kemampuan berpikir, (2) ranah afektif yang berhubungan dengan minat, perasaan, sikap, kematangan emosi, kepribadian penghargaan, proses internalisasi dan pembentukan karakteristik diri, dan (3) ranah psikomotorik yang berhubungan dengan persoalan keterampilan motorik yang dikendalikan oleh kematangan psikologis. Dalam taksonomi Bloom ranah kognitif diklasifikasikan kedalam enam jenjang, secara berturut dari jenjang kemampuan tinggi ke jenjang kemampuan rendah yakni: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesa, dan evaluasi. Kemudian ranah afektif oleh Bloom dan Masia dalam Hamid dan Zainul (2000) membagi ranah afektif dalam lima jenjang. Kelima jenjang tersebut adalah: penerimaan (receiving); penanggapan (responding) penghargaan

(valuing); pengorganisasian (organizulion); dan penjatidirian (characterization).

Selanjutnya Harraw dalam Hamid dan Zainul (2000) membagi ranah psikomotorik kedalam enam jenjang yakni: gerakan refleks, gerakan badan yang mendasar, kemampuan persepsi, kemampuan fisik, keterampilan gerakan, dan komunikasi yang beraturan.

(5)

indikator-indikator yang telah ditetapkan. Metode Penelitian

Subjek Penelitian

Penelitian ini terdiri atas dua variabel, yakni variabel kematangan emosi dan variabel prestasi belajar. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah mahasiswa STKIP PGRI Lumajang. Untuk menyederhanakan proses pengumpulan data dan pengolahan data, maka penulis mengambil teknik sampling. Sampling dimaksud penulis adalah banyaknya sampel yang digunakan dalam penelitian. Dalam penellitian ini sampel yang digunakan adalah mahasiswa program studi pendidikan ekonomi angkatan 2010A berjumlah 42 mahasiswa.

Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat atau sarana tertentu yang digunakan untuk memperoleh atau mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam rangka memecahkan masalah yang hendak diteliti atau mencapai tujuan penelitian, baik berupa tes, angket atau peralatan lainnya. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu (1) instrumen untuk mengukur kematangan emosi dan (2) instrumen untuk mengukur prestasi belajar.

Teknik Pengumpulan Data

Kegiatan pengumpulan data mencakup dua tahap, yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan. Berikut ini dipaparkan kedua tahap pengumpulan data tersebut.

1. Tahap Persiapan

Kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam tahap persiapan adalah studi pendahuluan, dan penyusunan instrumen penelitian. Kegiatan dalam studi pendahuluan meliputi permohonan ijin, observasi karakteristik mahasiswa, observasi lingkungan sarana dan prasarana

Setelah kegiatan pendahuluan, langkah berikutnya adalah

menyusun instrumen penelitian.

2. Tahap pelaksanaan

Langkah-langkah pelaksanaan penelitian ini sebagai berikut: (1) memberikan angket kematangan emosi, (2) memberikan pretest kepada mahasiswa

Analisis Data

Data penelitian yang terkumpul berupa kematangan emosi dengan skala 1 – 3 dan nilai hasil belajar dengan rentang nilai 0 – 10. Dalam menganalisa data menggunakan rumusan statistic korelasi Product Moment yang dapat dipergunakan untuk mencari korelasi antara dua gejala, yaitu variable X dan variable Y. Adapun rumus dari tehnik korelasi adalah sebagai berikut :

Keterangan :

rxy = Koefesiensi korelasi antara X dan Y XY = Jumlah Product Moment dari X dan Y  X = Variabel angket siswa

Y = Variabel prestasi belajar siswa

N = Jumlah sampel

(6)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). **.

1. Pengujian Asumsi

Pengujian asumsi yang dilakukan adalah uji normalitas. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui kenormalan distribusi data. Uji normalitas data menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov. Berikut ini disajikan hasil uji normalitas dari data prestasi belajar mahasiswa, baik yang memiliki kematangan emosi maupun yang tidak memiliki kematangan emosi. Pada tabel berikut ini disajikan hasil uji normalitas data-data penelitian.

Tabel 1. Hasil Uji Normalitas Data Prestasi Belajar

2. Pengujian Hipotesis Penelitian

Setelah pengujian asumsi keparametrikan dan ternyata asumsi-asumsi tersebut terpenuhi, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data penelitian. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis korelasi Product Moment. Analisis data tersebut pada hakikatnya digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. Hipotesis penelitian tersebut adalah sebagai berikut: Ada hubungan antara kematangan emosi dengan prestasi belajar pada mata kuliah Sosiologi Ekonomi mahasiswa program studi pendidikan ekonomi STKIP PGRI Lumajang.

Dengan bantuan program komputer SPSS 13,0 for Windows, data penelitian dianalisis. Hasil analisis data menggunakan teknik analisis korelasi Product Moment dengan variabel bebas kematangan emosi dan variabel terikat prestasi belajar adalah sebagai berikut.

Tabel 2. Hasil Analisis Korelasi Product Moment

(7)

kuliah sosiologi ekonomi. Pembahasan

Berdasarkan hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa ada hubungan antara mahasiswa yang memiliki kematangan emosi dengan prestasi belajar. Hubungan secara signifikan ini menunjukkan bahwa prestasi belajar mahasiswa dipengaruhi oleh kematangan emosi. Hal ini berarti bahwa semakin baik kematangan emosi mahasiswa, maka semakin baik pula prestasi belajarnya. Sebaliknya semakin rendah kematangan emosi mahasiswa, maka semakin rendah pula prestasi belajarnya.

Temuan ini juga memperkuat temuan Hartari (1986) mengenai sedikitnya pengembangan nilai-nilai afektif oleh dosen mata kuliah. Sedikitnya dosen yang menghubungkan kebiasaan tidak tertib dengan akibatnya, dan sedikitnya dosen yang menggambarkan akibat kebiasaan tidak suka menolong adalah bukti kurangnya perhatian dosen terhadap kematangan emosi mahasiswa. Belum adanya tolok ukur yang standard, mungkin juga menjadi penyebab dosen kurang memperhatikan kematangan emosi mahasiswa. Sebagaimana dikemukakan Djaali (2002) bahwa sampai saat ini masih banyak dijumpai kesulitan dalam mengukur mutu pendidikan di Indonesia, sehingga tolok ukur keamtangan emosi misalnya, para dosen di lapangan masih belum dapat melakukan evaluasi yang standard, sehingga terkadang menjadi alasan untuk mengabaikan proses pembelajaran di kampus. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan dosen dalam melakukan pendidikan, mengakibatkan dosen dalam menilai kematangan emosi mahasiswa tidak menggunakan konsep yang standard. Ketidakjelasan pedoman penilaian yang digunakan para dosen, bisa menyebabkan penilaian terhadap kematangan emosi mahasiswa tidak obyektif.

Melihat kenyataan tersebut di atas, tugas pokok dosen tidak sekedar menstransfer ilmu pengetahuan dan teknologi kepada mahasiswa, akan tetapi di dalam proses transfer itu mengandung muatan nilai-nilai social, kemanusiaan, moral, termasuk emosi. Pergolakan emosi yang terjadi pada mahasiswa tidak terlepas dari bermacam pengaruh, seperti lingkungan tempat tinggal, keluarga, sekolah dan teman-teman sebaya serta aktivitas-aktivitas yang dilakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Masa mahasiswa yang identik dengan lingkungan sosial tempat berinteraksi, membuat mereka dituntut untuk dapat menyesuaikan diri secara efektif. Bila aktivitas-aktivitas yang dijalani di kampus tidak memadai untuk memenuhi tuntutan gejolak energinya, maka mahasiswa seringkali meluapkan kelebihan energinya ke arah yang tidak positif, misalnya tawuran. Hal ini menunjukkan betapa besar gejolak emosi yang ada dalam diri mahasiswa bila berinteraksi dalam lingkungannya.

Mengelola emosi berarti menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan tepat, hal ini merupakan kecakapan yang sangat bergantung pada kesadaran diri. Emosi dikatakan matang apabila: mampu menghibur diri ketika ditimpa kesedihan, dapat melepas kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan bangkit kembali dengan cepat dari semua itu. Sebaliknya orang yang buruk kemampuannya dalam mengelola emosi akan terus menerus bertarung melawan perasaan murung atau melarikan diri pada hal-hal negatif yang merugikan dirinya sendiri.

(8)

kreatif dan inovatif dalam melakukan proses belajar mengajar di kelas

. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan atas hasil analisis hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara kematangan emosi dengan prestasi belajar pada mata kuliah Sosiologi Ekonomi mahasiswa program studi pendidikan ekonomi STKIP PGRI Lumajang. Hal ini diperoleh nilai korelasi adalah 0.535 dengan taraf signifikansi atau nilai probabilitas adalah 0,000 (< 0,05).

B. Saran-saran 1. Untuk Lembaga

Berdasarakan hasil penelitian penulis bahwa ada hubungan antara kematangan emosi dengan prestasi belajar pada mata kuliah Sosiologi Ekonomi mahasiswa, maka diharapkan bahwa hasil penelitian ini akan dapat dimanfaatkan sebagai salah satu dasar pembinaan bagi para mahasiswa di lingkungan STKIP PGRI Lumajang .

2. Untuk Dosen

Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat dipergunakan sebagai salah satu masukan dalam upaya pembinaan belajar mahasiswa sehingga kematangan emosi mahasiswa tersebut akan senantiasa lebih baik. Di samping itu, kematangan emosi akan sangat bermanfaat bagi mahasiswa tersebut, juga bagi dosen, yaitu berupa kemudahan dalam proses belajar mengajar. Sebab para mahasiswa sudah mempunyai kematangan emosi yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmadi, 1999. Psikologi Sosial, Jakarta, Rineka Cipta.

Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyono. 2004. Psikologi Belajar. Cetakan ke-2. Jakarta: Rineka Cipta.

Annon, 2004. Laporan Kegiatan Layanan Bimbingan Konseling. Medan: Universitas Negeri Meda

Arikunto, Suharsimi, 1999. Manajemen Penelitian, Jakarta: PT.Rineka Cipta.

Djaali. 2002. “Peningkatan mutu pendidikan nasional di era global”. Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Vol. 1 No. 2, Maret 2002.

Effendi dan Praja, 1993. Pengantar Psikologi, Bandung: Angkasa, Gardner, Howard. 1993. Multiple Intelligences. New York: Basic Book

Goleman, Daniel. 1996. Emotional Intelligence: Mengapa EI Lebih Penting Dari Pada IQ. Alih Bahasa T. Hermaya. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Hamid M, dan Zainul, 2000. Managemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta.

Saifuddin Anwar, 1999. Penyusunan Skala Psikologi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Shapiro, Lawrence E. 1997. Mengajarkan Emotional Intelligence Pada Anak. Alih Bahasa Alex Tri Kantjono. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Sujana. 1989. Statistik. Bandung. Tarsito

Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Yogyakarta: Andi Offset, 1991 Walgito, Bimo. 1999. Psikologi Sosial: Suatu Pengantar. Yogyakarta.

Gambar

Tabel 2. Hasil Analisis Korelasi Product Moment

Referensi

Dokumen terkait

Konsekwensi logis dari wacana di atas dalam konteks pengorganisasian partai, seperti yang dipahami sekarang istilah partai ( hizb ), merupakan produk perkembangan

Modal sosial yang kuat juga ditentukan oleh nilai sosial yang tercipta dari suatu kelompok apabila suatu kelompok masyarakat memberikan bobot yang tinggi pada

The role of teacher education is not only in cognitive development, but also in constructing new positive cognition if the students of EFL teacher education have prior

Namun, penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nuzliati, Nurkila dan Karimah yang mengatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara

Berdasarkan sejarah dan endapan vulkanik yang ditemukan, dapat diinterpretasikan bahwa karakter letusan Gunungapi Sindoro didominasi oleh letusan tipe

Karakteristik Manajemen Rumah Sakit, Aspek Bisnis dan Wirausaha Rumah Sakit, Manajemen Fungsional, Manajemen Sumber Daya, Manajemen Mutu, Sistem Informasi Rumah

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan faktor orang tua menikahkan anaknya diusia dini di Desa Kota praja, Kecamatan Air manjunto Kabupaten Mukomuko.Tindakan sosial

Berkaitan dengan penerapan good corporate governance yang ditunjukkan dengan komisaris independen dan pengungkapan sukarela yang dilakukan oleh perusahaan akan memungkinkan