• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis pemberdayaan koperasi dalam upaya mengatasi kesulitan petani Indonesia untuk mengurangi ketergantungannya pada usahatani anorganik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis pemberdayaan koperasi dalam upaya mengatasi kesulitan petani Indonesia untuk mengurangi ketergantungannya pada usahatani anorganik"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

ANALISIS PEMBERDAYAAN KOPERASI DALAM UPAYA MENGATASI KESULITAN PETANI INDONESIA UNTUK MENGURANGI KETERGANTUNGANNYA PADA USAHATANI ANORGANIK

BIDANG KEGIATAN: PKM-GT

Diusulkan Oleh :

Ketua Kelompok : Atika Sisilia H34062599 (2006) Anggota : Antonius Hari Kristanto A24070001 (2007)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)

ii

Judul Kegiatan : Analisis Pemberdayaan Koperasi dalam Upaya Mengatasi Kesulitan Petani Indonesia untuk Mengurangi

Ketergantungannya pada Usahatani Anorganik.

Bidang Kegiatan : PKM-GT 1. Ketua Pelaksana

a. Nama Lengkap : Atika Sisilia

b. NRP : H34062599

c. Fakultas : Ekonomi dan Manajemen d. Institut : Institut Pertanian Bogor

e. Alamat Rumah dan No.Telp/Hp : Perumahan Villa Ciomas Indah Blok G8 No.14 RT03/13 Bogor (0856 7211 898) f. Alamat Email : atika.bogor@gmail.com

2. Anggota Pelaksana Kegiatan : 1 orang 3. Dosen Pendamping

a. Nama Lengkap : Yeka Hendra Fatika, SP.

b. NIP : 132 310 806

c. Alamat Rumah dan No.Telp/Hp : Perumahan Bukit Kayu Manis Blok H

No.9 Bogor (0812 1377 3333)

Bogor, 6 April 2009 Menyetujui,

Ketua Departemen Ketua Pelaksana Kegiatan

DR. Ir. Nunung Kusnadi, MS Atika Sisilia

NIP. 131 415 082 NRP. H34062599

Wakil Rektor Bidang

Akademik dan Kemahasiswaan Dosen Pendamping

Prof. Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, MS Yeka Hendra Fatika, SP.

NIP. 131 473 999 NIP. 132 310 806

(3)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan karya tulis dengan judul “Analisis Pemberdayaan Koperasi dalam Upaya Mengatasi Kesulitan Petani Indonesia untuk Mengurangi Ketergantungannya pada Usahatani Anorganik” dengan sebaik-baiknya. Karya tulis ini disusun dalam rangka keikutsertaan kami dalam Program Kreativitas Mahasiswa bidang Gagasan Tertulis yang diselenggarakan oleh DIKTI.

Petani Indonesia kini mengalami ketergantungan terhadap bahan anorganik yang merugikan petani dalam jangka panjang, bahkan merugikan masyarakat sekitarnya akibat pencemarannya. Oleh karena itu, usahatani organik harus dilakukan untuk mengurangi dampak buruk tersebut. Namun keterbatasan petani menjadi kendala dalam merealisasikannya, sehingga petani sulit mengatasi ketergantungannya pada usahatani anorganik. Akibatnya, kesejahteraan petani menurun. Pemberdayaan koperasi merupakan solusi terbaik yang ditawarkan tim penulis dalam karya tulis ini.

Tim penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang baik secara langsung maupun tidak langsung mendukung kelancaran penyusunan karya tulis ini. Kami juga mengharapkan kritik atau saran dalam rangka penyusunan karya tulis selanjutnya yang lebih baik lagi. Semoga karya tulis ini dapat memberikan manfaat bagi seluruh pihak.

Bogor, 6 April 2009

(4)

Thank you for evaluating

BCL easyConverter Desktop

This Word document was converted from PDF with an evaluation

version of BCL easyConverter Desktop software that

only

converts the first 3 pages

of your PDF.

CTRL+ Click on the link below to purchase

Activate your software for less than $20

(5)

16

DAFTAR PUSTAKA

Abuzaky, Imron. 2009. Manfaat Sayur Organik, Fakta Baru Sayuran Organik. http://www.sehat-dengan-organik.blogspot.com/2009/01/manfaat-sayuran-organik.html [Diakses 4 April 2009].

Baga, Lukman M., dkk. 2009. Koperasi dan Kelembagaan Agribisnis. Bogor : Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Dimyati, A. 2002. Dukungan Penelitian dalam Pengembangan Hortikultura Organik. Prosiding Seminar Nasional dan Pameran Pertanian Organik. Jakarta, halaman 109-128.

Hasibuan, H. Malayu S.P. 2005.Manajemen Sumber Daya Manusia (Edisi Revisi).

Jakarta : Bumi Aksara.

Husnain dan Haris Syahbuddin. 2005. Mungkinkah Pertanian Organik di

Indonesia? Peluang dan Tantangan. Jurnal. Edisi Vol.4/XVII/Agustus

2005. http://io.ppi-jepang.org/article.php?id=80 [Diakses 2 April 2009]. Nugroho, Anton. 2009. Pupuk Pertanian, Manakah yang Lebih Prospek.

http://gajaksahda.blogspot.com/ [Diakses 2 April 2009].

Nugroho, Irfan. 2008. Rutinitas Kelangkaan Pupuk: Ketidakseriusan atau

Permainan Belaka.

http://melodic-4.blogspot.com/2008/12/rutinitas-kelangkaan-pupuk.html [Diakses 3 April 2009].

Pracaya, 2002. Bertanam Sayur Organik di Kebun, Pot dan Polybag. Jakarta: Penebar Swadaya (112 halaman).

Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. 2009.

Pembangunan Kesehatan Harus Jalan Terus Apapun Tantangannya.

http://www.depkes.go.id/index.php?option=news&task=viewarticle&sid=33 59 [Diakses 3 April 2009].

Siagian, Renville. 1997. Pengantar Manajemen Agribisnis. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Simatupang, Pantjar. 2002.Reformasi Agraria Menuju Pertanian Berkelanjutan:

Komentar Terhadap Makalah Profesor Mubyarto. Jurnal. Artikel Th. I

-No. 8. http://www.ekonomi rakyat.org/edisi_8/artikel_2.htm [Diakses 2 April 2009].

Suhendra. 2009. Impor Pupuk Urea Perlu untuk Jaga-jaga. http://jkt6a. detiksport.com/read/2009/03/03/183931/1093730/4/impor-pupuk-urea-perlu-untuk-jaga-jaga [Diakses 2 April 2009].

Taniwiryono, Darmono dan Isroi. 2009. Pupuk Organik Untuk Substitusi Pupuk

Kimia. Seminar Nasional dan Temu Bisnis Pupuk untuk Perkebunan.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Ketua Pelaksana

I. Identitas Diri

Nama Lengkap : ATIKA SISILIA

Tempat, Tanggal Lahir : Bogor, 11 Desember 1988

Alamat Rumah : Jalan Poksay, Perumahan Villa Ciomas Indah Blok G8 No.14 RT.03/13 Ciomas–Bogor 16610 HP / Telpon Rumah : 08567211898 / (0251)7520502

E–mail : atika.bogor@gmail.com

II. Latar Belakang Pendidikan 2.1 Pendidikan Formal

Tahun 1992–1993 : Taman Kanak–Kanak Merpati Pos Manado Tahun 1993–1996 : Sekolah Dasar Negeri Puspita Jaya Sakti Manado Tahun 1996–2000 : Sekolah Dasar Mardi Yuana III Bogor

Tahun 2000–2003 : Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Bogor Tahun 2003–2006 : Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Bogor

Tahun 2006–sekarang : Mahasiswa Agribisnis, Institut Pertanian Bogor 2.2 Pendidikan Informal

Tahun 2003–2005 : Pendidikan Bahasa Inggris di LIA Bogor

Tahun 2004–2005 : Kursus Musik Piano di Best Music Centre Bogor

III. Karya Ilmiah :

3.1 Karya Ilmiah yang Pernah Dibuat :

1) Karya tulis ilmiah bertemakan ”Hutan dan Lingkungan” pada lomba

yang diadakan tahun 2002 oleh Dharma Wanita Persatuan Departemen Kehutanan Jakarta bekerja sama dengan Pemerhati Lingkungan.

2) Karya tulis ilmiah berjudul “Analisis Pelaksanaan Program Konversi

Minyak Tanah ke Gas dalam Rangka Mewujudkan Kesejahteraan

Masyarakat” dalam rangka keikutsertaan pada Kompetisi Pemikiran

(7)

18

3.2 Penghargaan Ilmiah yang Pernah Diraih :

1) Meraih Juara 2 pada Lomba Karya Tulis tentang “Hutan dan

Lingkungan”Tingkat SMP pada Tahun 2002.

2) Meraih Juara 1 pada Kompetisi Pemikiran Kritis Mahasiswa Bidang Kesejahteraan Masyarakat Tingkat Nasional pada Tahun 2008.

Anggota Pelaksana

I. Identitas Diri

Nama Lengkap : ANTONIUS HARI KRISTANTO Tempat, Tanggal Lahir : Tanggul Angin, 26 januari 1990 Alamat Rumah : Jalan Pendidikan No.2 Tanggul Angin,

Kecamatan Punggur, Lampung Tengah. No. HP : 085284389540

E–mail : antoney@doctor.com II. Latar Belakang Pendidikan

2.1 Pendidikan Formal

Tahun 1993–1994 : Taman Kanak–Kanak Pertiwi Punggur Tahun 1994–2001 : Sekolah Dasar Negeri 3 Tanggul Angin Tahun 2001–2004 : Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Punggur Tahun 2004–2007 : Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Kota Gajah Tahun 2007–sekarang : Mahasiswa Agronomi dan Hortikultura, Institut

Pertanian Bogor III. Karya Ilmiah :

3.1 Karya Ilmiah yang Pernah Dibuat :

1) Karya tulis ilmiah berjudul “Briket Arang Sekam Padi sebagai

Alternatif Pengganti Bahan Bakar Fosil” yang diadakan oleh Dinas

Pendidikan Lampung Tengah Tahun 2006.

2) Karya tulis ilmiah Kelompok Ilmiah Remaja, Tingkat Propinsi Lampung, Penyelenggara KIR SMA Negeri 3 Metro Tahun 2006.

3.2 Penghargaan Ilmiah yang Pernah Diraih :

(8)

III METODE PENULISAN

3.1 Metode Pengumpulan Data

Data-data yang digunakan dalam penyusunan karya tulis diperoleh dari data sekunder yang dikumpulkan melalui studi pustaka seperti literatur, sumber bacaan yang berkaitan dengan topik penelitian, dan data dari media elektronik (internet).

3.2 Metode Analisis dan Sintesis

(9)

II TELAAH PUSTAKA

2.1 Keunggulan Usahatani Organik

Pertanian organik merupakan teknik pertanian yang tidak menggunakan bahan kimia (non sintetik), tetapi menggunakan bahan-bahan organik (Pracaya 2002). Secara sederhana, pertanian organik didefinisikan sebagai sistem pertanian yang mendorong kesehatan tanah dan tanaman melalui berbagai praktek seperti pendaur-ulangan unsur hara dari bahan-bahan organik, rotasi tanaman, pengolahan tanah yang tepat serta menghindarkan penggunaan pupuk dan pestisida sintetik (IASA dalam Dimyati, 2002).

Menurut penelitian Kaslan, Koordinator Ikatan Petani Pengandali Hama Terpadu (IPPHT) Kabupaten Madiun, Jawa Timur (2008), pupuk organik lebih ramah lingkungan dan dapat diproduksi dengan biaya murah, bahkan kualitas dan hasil tanaman tidak kalah dengan pupuk kimia. Pembuatan pupuk organik sendiri tidak sulit, dapat dilakukan dengan menggunakan metode Ferinsa (fermentasi urin sapi) dengan mencampurkan 25 liter urin sapi ke dalam satu liter air gula dan empon-empon. Kemudian difermentasikan selama dua minggu, pupuk cair tersebut siap digunakan.

Marno, mantan Direktur Perusahaan Daerah Pelopor Alam Lestari (PD. PAL) Sragen (2001), menyatakan bahwa salah satu kelebihan beras organik yang dibudidayakan tanpa pupuk dan pestisida kimia ini adalah lebih tahan lama. Karena tak punya residu atau sisa bahan kimia, beras organik tak mudah basi. Rasanya lebih gurih dan pulen (kenyal).

(10)

4

2.3 Keunggulan Koperasi

Koperasi pertama lahir di Inggris (1844) untuk mengatasi masalah keperluan konsumsi para anggotanya dengan cara kebersamaan yang dilandasi atas dasar prinsip-prinsip keadilan yang selanjutnya melahirkan prinsip-prinsip

keadilan yang dikenal dengan “Rochdale Principles”. Sejalan dengan pengertian

asal kata koperasi dari “Co” dan “Operation”yang mempunyai arti bersama-sama bekerja, koperasi berusaha untuk mencapai tujuan serta kemanfaatan bersama.

ILO di dalam penerbitannya tentang Cooperative Management and

Administration(1965), disebutkan bahwaCooperative is an association of person,

usually of limited means, who have voluntarily joined together to achieve a

common economic and through the formation of a democratically controlled

business organization, making efuitable contribution to the capital required and

accepting a fair share of the risk and benefits of the undertaking.

Hatta (1955) menyatakan bahwa “...dari sejarah dan pengalaman sendiri kita

memperoleh keyakinan bahwa rakyat Indonesia yang banyak, miskin, dan tak punya kapital ini hanya bisa memperbaiki ekonominya dengan jalan koperasi. Dengan jalan koperasi yang lemah tetapi banyak itu dapat dipadu menjadi satu

yang kuat...”. Menurut Hatta, koperasi dijadikan sebagai sokoguru perekonomian

nasional disebabkan oleh beberapa faktor antara lain : 1) Koperasi mendidik sikap self-helping.

2) Koperasi mempunyai sifat kemasyarakatan, di mana kepentingan masyarakat harus lebih diutamakan daripada kepentingan diri atau golongan sendiri. 3) Koperasi digali dan dikembangkan dari budaya asli bangsa Indonesia.

4) Koperasi menentang segala paham yang berbau individualisme dan kapitalisme.

(11)

5

makna dari istilah koperasi sebagai sokoguru perekonomian dapat diartikan

koperasi sebagai pilar atau ”penyangga utama” atau ”tulang punggung”

perekonomian. Dengan demikian koperasi diperankan dan difungsikan sebagai pilar utama dalam sistem perekonomian nasional.

2.5 Kerangka Operasional Gagasan Tertulis

Karya tulis ini disusun dengan kerangka operasional gagasan tertulis sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Operasional Gagasan Tertulis

Luas Lahan

Pemberdayaan Koperasi Sebagai Solusi Terbaik Untuk Mengatasinya Kesejahteraan Petani Menurun

Keterbatasan Petani dalam Menerapkan Usahatani Organik

Petani Sulit Mengurangi Ketergantungannya Pada Usahatani Anorganik

Petani Mampu Mengurangi Ketergantungannya Pada Usahatani Anorganik

Kesejahteraan Petani Meningkat

(12)

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Usahatani oganik telah ada sejak ilmu bercocok tanam dikenal manusia. Seluruh kegiatan usahatani dilakukan secara tradisonal dan menggunakan bahan-bahan alamiah. Sejalan dengan perkembangan ilmu pertanian dan ledakan populasi manusia, maka kebutuhan pangan juga meningkat. Dalam menghadapi kondisi tersebut, pemerintah Indonesia mengadakan revolusi hijau yang terbukti memberikan hasil signifikan terhadap pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat Indonesia. Dalam pelaksanaannya, penggunaan pupuk kimia sintetis, penanaman varietas unggul berproduksi tinggi (high yield variety), penggunaan pestisida, intensifikasi lahan dan lainnya mengalami peningkatan.

Setelah beberapa tahun berjalan, ditemukan berbagai permasalahan penerapan usahatani anorganik pada lahan pertanian Indonesia. Pencemaran pupuk kimia, pestisida dan lainnya akibat kelebihan pemakaian bahan-bahan tersebut, berdampak pada penurunan kualitas lingkungan dan kesehatan manusia akibat selalu tercemar bahan-bahan sintetis tersebut. Pemahaman akan bahaya bahan kimia sintetis dalam jangka panjang mulai disadari sehingga dicari alternatif bercocok tanam yang dapat menghasilkan produk yang bebas dari cemaran bahan kimia sintetis serta menjaga lingkungan yang lebih sehat.

Sejak saat itu, usahatani organik mulai mendapat perhatian dari masyarakat petani di Indonesia. Usahatani organik saat ini cenderung lebih sulit diusahakan dibanding usahatani organik jaman dulu, karena sebelumnya lahan usahatani saat ini telah terkontaminasi oleh senyawa kimia sintesis.

(13)

2

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan dianalisis dan dikaji lebih lanjut adalah

“Mengapa pemberdayaan koperasi menjadi solusi terbaik dalam upaya mengurangi ketergantungan petani terhadap bahan-bahan anorganik ?”

1.3 Tujuan

Karya tulis ini disusun dengan beberapa tujuan yaitu “Untuk mengetahui urgenitas pemberdayaan koperasi dalam upaya mengurangi ketergantungan petani terhadap bahan-bahan anorganik.”

1.4 Manfaat Bagi Penulis, Pemerintah, dan Masyarakat

Manfaat dari penyusunan karya tulis ini diharapkan dapat dirasakan oleh berbagai pihak diantaranya:

1) Bagi Tim Penulis

Penyusunan karya tulis ini diharpkan mampu menambah wawasan tim penulis serta mengasah kemampuan analisis masalah serta penuangan ide-ide solutif yang mampu menyelesaikan masalah-masalah tersebut.

2) Bagi Pemerintah

Karya tulis ini dapat menjadi bahan pembanding bagi penyusunan kebijakan yang tepat dalam menangani masalah ketergantungan petani terhadap bahan-bahan anorganik yang dapat merugikan petani, masyarakat, lingkungan dan pemerintah.

3) Bagi Masyarakat

(14)

IV ANALISIS DAN SINTESIS

4.1 Analisis Masalah

Jumlah populasi penduduk Indonesia yang meningkat mengakibatkan peningkatan kebutuhan akan pangan. Dalam mengatasinya, pemerintah Indonesia mengadakan revolusi hijau dengan meningkatkan penggunaan pupuk kimia sintetis dan pestisida, melakukan penanaman varietas unggul berproduksi tinggi, intensifikasi lahan dan sebagainya.

Setelah beberapa tahun, disadari bahwa penggunaan bahan-bahan anorganik mengalami peningkatan dosis untuk mempertahankan kuantitas produksi hasil panennya. Dampak dari peningkatan dosis tersebut diantaranya terjadi pencemaran tanah sehingga lahan menjadi resisten, pupuk anorganik semakin langka, dan masyarakat semakin gelisah karena sulit untuk memperoleh pangan organik yang bebas dari kontaminasi bahan-bahan kimia sintetis.

Untuk mengatasinya, petani harus menerapkan budidaya organik pada kegiatan usahataninya. Namun pada kenyataannya, petani Indonesia memiliki keterbatasan dalam menerapkan usahatani organik sehingga petani sulit untuk mengurangi ketergantungan mereka terhadap usahatani anorganik. Berikut hasil analisis dari permasalahan-permasalahan yang dihadapi petani dalam menerapkan usahatani organik.

4.1.1 Luas Lahan Usahatani Relatif Sempit dan Kondisinya yang Semakin

Resisten

(15)

8

Tampak pada Tabel 2.1, bahwa pada tahun 2001 Indonesia memiliki luas lahan pertanian organik sebesar 40.000 hektar atau setara dengan 0,09 persen dari luas lahan pertanian total di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa usahatani anorganik sangat mendominasi sektor pertanian Indonesia sebesar 99,91 persen. Selain itu, rata-rata luas lahan yang dimiliki setiap kebun organik Indonesia pada tahun 2001 adalah 0,89 hektar. Luas lahan tersebut relatif sempit apabila dibandingkan dengan Thailand (luas wilayah Thailand lebih kecil dibanding luas wilayah Indonesia) yang memiliki rata-rata luas lahan yang dimiliki setiap kebun organik sebesar 3,46 hektar.

Tabel 4.1 Jumlah Kebun Organik dan Luas Lahan Pertanian Organik di Asia

Source: SOEL-Survey, February 2004

(16)

9

Na, Zn, Cu, Mn, B dan Cl (7 jenis unsur). Hal ini disebabkan oleh sifat residu pupuk anorganik yang sulit terurai dalam tanah (menumpuk pada lapisan tanah) sehingga lahan usahatani menjadi keras dan tidak semua unsur terserap oleh tanaman (sulit terurai). Akibatnya, pernapasan akar terganggu, jumlah anakan (contoh pada tanaman padi) sedikit, akar tanaman sulit menyerap pupuk, dan produktivitas lahan menurun.

Jurnal ilmiah soil science (1998) menyebutkan bahwa dari sekian banyak unsur yang ada di alam, semua jenis tanaman membutuhkan mutlak (harus tersedia) tiga belas macam unsur hara untuk kebutuhan proses pertumbuhan dan perkembangannya, yang sering dikenal dengan nama unsur hara essensial. Dalam hal ini masing-masing unsur hara mempunyai fungsi dan peran khusus sendiri-sendiri terhadap proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sehingga jika terjadi kekurangan satu jenis unsur hara saja akan mengakibatkan tidak optimalnya pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Untuk mendapatkan hasil produksi yang sama dengan hasil panen sebelumnya diperlukan penggunaan dosis pupuk yang lebih tinggi secara terus menerus. Akibatnya, petani mengalami ketergantungan terhadap penggunaan pupuk anorganik. Ketergantungan tersebut menyebabkan lahan menjadi resisten sehingga walaupun petani menggunakan metode usahatani organik, butuh waktu relatif lama dalam mengembalikan kesuburan lahan usahataninya. Akibatnya, petani menjadi kurang tertarik untuk melakukan kegiatan usahatani organik.

4.1.2 Latar Belakang Pendidikan Formal Petani Relatif Rendah

Dr Rochajat Harun Med. (2008), menyatakan bahwa dahulu ada anggapan bahwa kemampuan masyarakat tani diragukan, padahal sesungguhnya merekalah kekayaan yang paling berharga dalam pembangunan pertanian yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, serta sarat dengan pengetahuan.

(17)

10

Gowa, dimana 67 persen petani disana tidak pernah mengikuti pendidikan formal, 17 persen petani disana tamat SD, 6 persen petani disana tamat SLTP, dan 10 persen petani disana tamat SMA. Umur petani rata-rata petani responden masih produktif yaitu 35-60 tahun, sedangkan pengalaman berusaha tani terendah 7 tahun dan tertinggi 30 tahun.

Latar belakang pendidikan formal petani yang rendah, pada kenyataannya memberikan pengaruh yang signifikan terhadap keterbatasan kemampuan petani dalam melakukan manajemen usahatani. Posisi tawar petani pun menjadi rendah karena manajemen usahatani belum diterapkan secara optimal sehingga pengaturansupplydan distribusi produk belum berjalan baik.

Selain itu, rendahnya pendidikan petani menjadikannya sulit dalam mengadopsi teknologi pertanian yang ada. Padahal, teknologi merupakan salah satu faktor penting dalam meningkatkan produktivitas usahatani organik yaitu dengan penggunaan sarana produksi pertanian (saprodi). Namun, biaya akan teknologi tersebut cenderung mahal, sehingga banyak petani masih menerapkan usahataninya secara tradisional.

Akibatnya, produk hasil usahatani organik khususnya tanaman sayuran yang dihasilkan seringkali penampilannya kurang menarik (akibat serangan hama seperti ulat) sehingga daya saing produk tersebut di pasar menjadi cenderung rendah. Hal tersebut mengakibatkan harga produk pangan organik di pasaran relatif sama dengan produk pangan anorganik, bahkan dapat lebih rendah. Hal ini menjadikan petani merasa dirugikan apabila melakukan usahatani organik. Akibatnya, petani kehilangan minat untuk menerapkan usahatani organik.

4.1.3 Kemampuan Petani dalam Mengakses Informasi dan Pasar Cenderung

Terbatas

(18)

11

Lokasi lahan usahatani di Indonesia pada umumnya terletak di pedesaan dengan infrastruktur yang kurang memadai sehingga mempersulit petani untuk mengakses pasar. Hal ini menyebabkan petani sektor pertanian pangan seringkali tidak menjual produk hasil pertaniannya langsung kepada konsumen, melainkan melalui perantara atau distributor.

Keterbatasan akses informasi dan pasar yang dihadapi petani mengakibatkan petani kesulitan dalam mengetahui harga produk pangan pertaniannya yang berlaku di pasaran serta ketidakpastian pangsa pasarnya. Akibatnya, petani memilih untuk melakukan kerjasama bisnis dengan para tengkulak maupun rentenir, meskipun harga yang ditetapkan relatif mendekati titik impas antara biaya yang dikeluarkan dengan pendapatan yang diperoleh petani dari penetapan harga oleh tengkulak dan rentenir.

4.1.4 Pendapatan Petani dari Usahatani Organik Relatif Rendah

Dalam jangka pendek, pertanian organik dengan kondisi teknologi yang sama sementara perlakuan pemupukan lebih rendah, akan memberikan hasil kurang optimal dibanding budidaya usahatani anorganik (konvensional). Tetapi jika dikombinasikan pemakaian pupuk organik, pengendalaian organisme pengganggu tanaman secara baik, dengan inovasi teknologi (seperti SRI, misalnya) yang tepat akan mampu memberikan hasil yang relatif sama. Dalam jangka panjang pertanian organik memberikan jaminan akan kualitas tanah dan ekosistem lokal yang lebih baik.

(19)

12

4.2 Sintesis

Solusi yang dapat direkomendasikan oleh tim penulis dalam mengatasi ketergantungan petani terhadap usahatani anorganik dengan penerapan usahatani organik adalah dengan memberdayakan koperasi. Fungsi-fungsi koperasi yang dapat diberdayakan sebagai indikator keberhasilan tersebut antara lain:

1) Koperasi dapat mengupayakan penyediaan informasi. Misalnya, koperasi dapat mengakses informasi mengenai standar kualitas produk sesuai permintaan pasar sehingga petani dapat menyesuaikan produksinya dan pengolahan paska panen sesuai perubahan permintaan pasar.

2) Koperasi dapat mengupayakan penyediaan pupuk organik. Misalnya, dengan penerapan prinsip self-helping, koperasi dapat mengupayakan penyediaan pupuk organik melalui pemberdayaan partisipasi anggotanya seperti pengadaan pelatihan pembuatan pupuk secara sederhana seperti pupuk kompos maupun pupuk kandang. Bahkan, usaha pembuatan pupuk secara sederhana ini memberikan peluang bisnis baru bagi masyarakat non-anggota sehingga terjadi penyerapan tenaga kerja di wilayah tersebut, yang selanjutnya dapat meningkatkan perekonomian daerah khususnya dan peningkatan perekonomian nasional pada umumnya.

3) Koperasi dapat mengupayakan penyediaan tenaga penyuluh dalam memberikan pendidikan dan pelatihan kepada anggotanya sehingga penerapan menajemen usahatani dapat diaplikasikan secara nyata bagi seluruh petani. 4) Koperasi dapat mengupayakan penyedia kepastian harga dan pangsa pasar.

Harga yang ditetapkan koperasi pada petani disesuaikan dengan harga pasar, yakni dalam rentang antara harga pada titik impas (break even point) dan harga keseimbangan di pasar (titik ekuilibrium), sehingga petani tidak akan merasa dirugikan karena harga yang ditetapkan bersifat transparan. Selain itu, petani tidak perlu gelisah apabila produk hasil penennya tidak akan terjual karena koperasi telah mengupayakan kepastian pangsa pasar sehingga dapat mempertahankan harga ketika panen raya, misalnya dengan penerapan sistem

(20)

13

mengupayakan pembukaan pasar baru sehingga kontinuitas penjualan lebih terjamin.

5) Koperasi sebagai kelembagaan yang memiliki legalitas sehingga keberadaannya dapat menjadi media bagi pemerintah dalam menyalurkan subsidi bagi kelancaran pelaksanaan penerapan usahatani organik di pedesaan. 6) Koperasi dapat mengupayakan penyediaan teknologi usahatani organik.

Misalnya dengan menyediakan teknologi pertanian organik Superfarm. Menurut Satria Khresna Wardhana selaku Direktur PT. Greenland Niaga Indonesia (2009), teknologi pertanian organik Superfarm yang digunakan pada lahan panen raya ini adalah penerapan teknologi organik menyeluruh meliputi; 1. Upaya pengembalian kesuburan tanah dengan menggunakan teknologi

Decomposer, memasukan kembali bahan organik yang telah terurai ke lahan (penggunaan kompos) yang pada aplikasi pembuatan kompos dalam tempo 5 hari.

2. Pemenuhan nutrisi tanaman baik unsur makro - mikro serta pengendalian hama terpadu organik yang diterapkan langsung ke daun untuk meningkatkan pertumbuhan dan kemampuan menghalau hama secara alami.

Keberadaan koperasi dapat mempermudah petani dalam memperoleh teknologi usahatani organik, bahkan dapat mengupayakan penggunaan teknologi yang tepat untuk karakteristik lahan dan spesifikasi produk pertanian tertentu.

7) Koperasi merupakan lembaga yang berorientasi service-maximization kepada para petani anggotanya. Oleh karena itu, kesejahteraan petani akan lebih terjamin dengan keberadaan koperasi. Namun, koperasi juga berorientasi

profit-maximization bagi masyarakat non-anggota sehingga keuntungan yang

diperoleh pun dapat dibagikan sebagai Sisa Hasil Usaha (SHU) bagi petani, sehingga petani dapat memperoleh pendapatan tambahan dengan bergabung bersama koperasi.

(21)

14

penerapan ini, koperasi juga dapat mengkoordinir masa tanam sehingga kekontinuitasan supply dapat senantiasa memenuhi market demand. Secara tidak langsung, penerapan one commodity - one placedapat juga menciptakan keunggulan pangan lokal sebagai ciri khas daerah tersebut.

(22)

vi

RINGKASAN KARYA TULIS

Atikaet.al. Analisis Pemberdayaan Koperasi dalam Upaya Mengatasi Kesulitan Petani Indonesia untuk Mengurangi Ketergantungannya pada

Usahatani Anorganik. Dibawah bimbingan Yeka Hendra Fatika, SP.

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas daratan mencapai 192.257.000 hektar (Badan Planologi Kehutanan, 1998). Daratan yang luas tersebut didukung dengan kondisi tanahnya yang subur, menjadikan sebagian besar mata pencaharian penduduk Indonesia berada pada sektor pertanian. Kini, banyak petani yang cenderung beralih ke bisnis pertanian.

Sebelum masa pemerintahan Orde Baru, lahan pertanian Indonesia dahulu masih dikelola secara organik dan tradisional. Sejak pencanangan Revolusi Hijau pada dekade 1980-an, pemerintah Indonesia menetapkan program penanaman padi dengan menggunakan bibit impor, pupuk anorganik, pestisida, dan lain-lain. Saat itu Indonesia berhasil berswasembada beras dengan penerapan usahatani anorganik bagi seluruh petani komoditas padi di Indonesia.

Namun, pada dekade 1990-an, lahan pertanian Indonesia mengalami penurunan kesuburan tanah sehingga penggunaan pupuk anorganik ditingkatkan untuk mempertahankan produktivitas lahan. Pemakaian pestisida pun semakin ditingkatkan karena hama dan penyakit semakin resisten terhadap pestisida tersebut. Hal-hal tersebut mengakibatkan pencemaran tanah sehingga lahan usahatani menjadi semakin resisten bahkan lahan dapat tidak layak lagi dijadikan media tanam.

(23)

vii

ditimbulkan. Oleh karena itu, kini permintaan masyarakat akan bahan pangan organik cenderung meningkat.

Pemerintah Amerika Serikat sebagai pelopor bahan pangan organik menetapkan standar, bahwa yang disebut organik adalah bahan pangan yang 100% organik atau setidaknya 95% diproduksi tanpa pupuk kimia, insektisida, herbisida, antibiotik, hormon pertumbuhan, radiasi untuk sterilisasi dan hewan yang dimodifikasi genetik.

Namun, pada kenyataannya untuk memperoleh bahan pangan organik yang sehat tersebut cukup sulit. Menurut Anton Nugroho, SP. (2009), para petani Indonesia yang menggunakan pupuk organik masih sangat minim. Hanya 10% saja dari jumlah petani yang menggunakan pupuk organik, sedangkan 90% lagi masih menggunakan pupuk anorganik.

Fenomena tersebut pada dasarnya disebabkan oleh keterbatasan petani dalam menerapkan usahatani organik sehingga petani menjadi sulit untuk mengurangi ketergantungannya terhadap usahatani anorganik. Untuk mengatasinya, pemberdayaan koperasi merupakan solusi terbaik. Dengan adanya koperasi, kesejahteraan petani anggotanya dapat tercapai dan menstimulus peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitarnya.

Kata Kunci : Usahatani anorganik, ketergantungan petani, usahatani organik,

(24)

V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Telah diketahui bahwa usahatani anorganik berpotensi dalam pencemaran lingkungan, sehingga produktivitas lahan semakin menurun. Selain itu, masyarakat semakin gelisah karena sulit memperoleh pangan organik yang sehat. Produksi pupuk anorganik pun cenderung kurang mampu memenuhi permintaan yang semakin meningkat, sehingga pupuk menjadi langka. Ketergantungan petani terhadap usahatani anorganik tersebut dapat diatasi apabila petani menerapkan usahatani organik kepada para petani. Namun, terdapat kendala-kendala seperti luas lahan usahatani relatif sempit dan kondisinya yang semakin resisten; latar belakang pendidikan formal petani relatif rendah; kemampuan petani dalam mengakses informasi dan pasar cenderung terbatas; dan pendapatan petani dari usahatani organik relatif rendah. Dalam mengatasi hal tersebut, koperasi sebagai

“sokoguru perekonomian Indonesia” sangat penting untuk diberdayakan untuk

menerapkan usahatani organik pada petani-petani di Indonesia.

5.2 Saran

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Operasional Gagasan Tertulis
Tabel 4.1 Jumlah Kebun Organik dan Luas Lahan Pertanian Organik di Asia

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketika faktor kemampuan fisik secara bersamaan memprediksi prestasi lompat jauh gaya menggantung, maka akan terjadi peningkatan

Hasil ini bersesuaian dengan hasil keputusan yang didapati daripada kajian di Sri Lanka yang mendapati terdapat korelasi yang negatif antara suhu dan kepadatan nyamuk di mana

Hujan meteor diawali oleh terbentuknya meteor sporadik disebabkan masuknya debu-debu antarplanet (meteoroid) yang bervariasi sehingga mengakibatkan perubahan lintang

Studi kasus yang digunakan dalam tahap pengujian adalah penerapan sistem adaptif pada materi pembelajaran untuk mahasiswa Universitas Telkom..

Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan segala referensi, mendoakan, serta memberikan semangat dalam menyelesaikan tugas akhir

Modul ini berfungsi untuk memasukkan data login pengguna kedalam sistem, tugas dari seorang login pengguna adalah melakuan input data sesuai dengan hak aksesnya

Berdasarkan hasil pengujian dengan metode black box testing maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pembangunan aplikasi The Lost Insect tidak terdapat kesalahan proses dan

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Rahmawati (2006) yang membuktikan bahwa terdapat hubungan yang positif signifikan antara asimetri