• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pajak dan Barang Publik dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pajak dan Barang Publik dan"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

EKONOMI PUBLIK

Makalah

“PAJAK DAN BARANG PUBLIK”

Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah ekonomi publik

DI TULIS OLEH

ARYOSI. M

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN

UNIVERSITAS JAMBI

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas terselesainya makalah ini, walaupun masih jauh dari kesempurnaan. Makalah yang kami buat berisi materi tentang pajak dan barang publik.

Penulis berharap makalah ini bisa bermanfaat serta memberikan sumbangan pengetahuan bagi semua pihak yang tertarik dan ingin mengetahui tentang pajak dan barang publik. Makalah ini juga diharapkan bisa menjadi penambah literatur (Daftar bacaan) khususnya bagi para mahasiswa .

Namun demikian, penulis sangat menyadari bahwa makalah masih sangat jauh dari kesempurnaan Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari semua pihak kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua bersama ini kami persembahkan makalah dengan judul Pajak dan barang publik kehadapan pembaca semua

Wasalam

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI... ii

BAB I PENDAHULUAN...4

a. Latar belakang...4

b. Rumusan Masalah ... 5

c. Tujuan Penelitian... 5

BAB II PEMBAHASAN a. Pengertian pajak... 6

b. Fungsi pajak... 6

c. Prinsip pajak daerah... 8

d. Kriteria pajak darah... 8

e. Jenis Pajak Daerah...10

f. Sistem pemungutan pajak...16

g. Teori barang publik...18

h. Teori Pigou...22

i. Teori Bowen...22

j. Teori Erick Lindahl...22

k. Teori Samuelson...22

l. Teori Anggaran...22

m.Penentuan harga publik...22

n. Hubungan Pajak dan Barang Publik...23

BAB III PENUTUP a. Kesimpulan ...24

b. Saran ...24

(4)

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang

Pajak merupakan salah satu komponen penerimaan pendapatan asli daerah, potensi pungutan pajak daerah lebih banyak memberikan peluang bagi daerah untuk di mobilisasi secara maksimal bila dibandingkan dengan komponen penerimaan daerah lainnya, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, terutama karena potensi pungutan pajak daerah mempunyai sifat dan karakteristik yang jelas, baik ditinjau dari tataran teoritis, kebijakan, maupun dalam tataran implementasinya,

Disamping itu masyarakat sangat mengetahui bahwa barang publik juga di biayai dari pajak, dan pajak itu dibayar oleh rakyat dengan harapan mendapat fasilitas publik yang memadai. Dan barang publik ini pemakaiannya dapat di konsumsi lebih dari satu orang, hal ini berbeda dengan barang privat yang dapat dimiliki secara pribadi.

Karena barang publik dimiliki secara bersama maka untuk pengadaan nya juga membutuhkan konsensus pembiayaan nya. Jika barang publiknya kecil maka biaya yang dibutuhkan juga kecil, lalu bagaimana barang publik dalam skala besar misalnya seperti jalan siapa yang akan membayar, disinilah peran pemerintah sebagai penyelenggara bertugas untuk menyediakan barang publik yang di butuhkan oleh banyak orang.

(5)

barang publik tersebut melalui Pajak , Pendapatan Negara Bukan Pajak, dan Hibah.

Pajak dan pembiayaan barang publik merupakan indikator ekonomi yang sering diamati oleh masyarakat. Dimana didalamnya masyarakat terlibat langsung dalam membayar pajak dan juga menggunakan barang publik dalam kegiatan sehari-hari.

B. Rumusan Masalah

a. Bagaimana konsep pengertian Pajak, Fungsi Pajak, Prinsip-prinsip Pajak Daerah, kriteria pajak daerah Jenis-jenis pajak daerah.

b. Apa saja teori barang publik?

c. Bagaimana hubungan antara tingkat pendapatan pajak dengan pembiayaan barang publik.

C. Tujuan

a. Mengetahui bagaimana konsep pengertian Pajak, Fungsi Pajak, Prinsip-prinsip Pajak Daerah, kriteria pajak daerah Jenis-jenis pajak daerah.

b. Mengetahui apa saja teori barang publik?

(6)

BAB II PEMBAHASAN

a) Pengertian pajak daerah

Mardiasmo (2009) mengatakan bahwa : Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (Yang dapat dipaksakan ) dengan tiada mendapat jasa timbal (Kontraprestasi)yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Berdasarkan UU no 28 tahun 2009, pengertian pajak dalam tataran pemerintah yang lebih rendah (daerah) sebagai berikut : Pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang , dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-bearnya kemakmuran rakyat.

Dari beberapa pengertian pajak tersebut dapat disimpulkan bahwa pajak merupakan merupakan iuran wajib dari rakyat kepada negara sebagai wujud peran serta dalam pembangunan, yang penggunaannya didasarkan kepada undang-undang dan tidak mendapat imbalan secara langsung, serta dapat dipaksakan kepada mereka yang melanggarnya.

b) Fungsi Pajak Secara umum

a. Fungsi Anggaran (Budgetair)

(7)

sipil, membeli peralatan kegiatan pemerintahan, membayar bunga pinjaman, dan sebagainya. Adapun pengeluaran pembangunan seperti pembangunan jembatan, jalan raya, gedung sekolah, dan sebagainya.. Oleh karena itu, fungsi pajak di sini seperti kas negara yang terus ditingkatkan dari tahun ke tahun mengingat kebutuhan pemerintah yang begitu banyak dan kompleks.

b. Fungsi Mengatur (Regulerend)

Pajak juga bisa digunakan sebagai alat untuk mengatur serta melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial ekonomi. Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi suatu negara melalui kebijaksanaan pajak. Dengan fungsi mengatur inilah, pajak bisa dipergunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan.

Contohnya, pemerintah menerapkan pajak atau bea masuk yang tinggi terhadap produk-produk yang berasal dari luar negeri. Hal ini juga berdampak positif terhadap produk dalam negeri untuk melindunginya agar tidak kalah bersaing dengan produk luar.

c. Fungsi Stabilitas

(8)

d. Fungsi Redistribusi Pendapatan

Penerimaan negara yang diperoleh dari pajak dapat dimanfaatkan untuk membiayai berbagai macam pengeluaran negara, seperti sarana kepentingan umum, menciptakan lapangan kerja, atau pembiayaan pembangunan. Dengan demikian, pendapatan masyarakat menengah ke bawah dapat mengalami perbaikan ekonomi.

e. Fungsi Memeratakan dan Mengatur Pertumbuhan Ekonomi

Pemungutan pajak dapat difungsikan untuk pemerataan perekonomian dalam sebuah negara serta dapat juga mengatur dan mengendalikan pertumbuhan perekonomian dengan membuat kebijakan-kebijakan dalam pajak seperti menaikkan atau menurunkan pajak dan atau melakukan diversifikasi pajak.

c) Prinsip-prinsip pajak daerah

1. Prinsip Keadilan (Equity)

Dalam prinsip ini ditekankan pentingnya keseimbangan berdasarkan masing-masing subjek pajak daerah. Yang dimaksud keseimbangan atas kemampuan subjek pajak adalah dalam pemungutan pajak tidak ada diskriminasi diantara sesama wajib pajak yang memiliki kemampuan yang sama . Pemungutan oajak yang dilakukan terhadap semua subjek pajak harus sesuai dengan batas kemampuan yang sama. Pemungutan pajak yang dilakukan terhadap semua subjek pajak harus sesuai dengan batas kemampuan masing-masing, sehingga dalam prinsip equity ini setiap masyarakat dengan kemampuan yang sama dan masyarakat yang memiliki kemampuan yang berbeda memberikan kontribusi yang berbeda sesuai dengan kemampuan yang berbeda memberikan kontribusi yang berbeda sesuai dengan kemampuannya masing-masing.

(9)

Dalam prinsip ini ditekankan pentingnya kepastian , baik bagi membayar pajak karena segala sesuatu diatur dengan jelas. 3. Prinsip Kemudahan (Covernience)

Dalam prinsip ini ditekankan pentingnya saat dan waktu yang tepat bagi wajib pajak daerah dalam memenuhi kewajibannya. Pemungutan pajak daerah sebaiknya dilakukan pada saat wajib pajak daerah menerima penghasilan. Dalam hal ini negara tidak mungkin melaksanakan pemungutan pajak daerah jika masyarakat tidak mempunyai kemampuan membayar. Bahkan daerah seharusnya memberikan kesempatan terlebih dahulu kepada masyarakat untuk memperoleh peningkatan pendapatan dan setelah itu mereka layak memberikan kontribusi kepada daerah.

4. Prinsip Efisiensi (Efficiency)

Dalam prinsip ini ditekankan dalam efisiensi dalam pemungutan pajak , artinya biaya yang dikeluarkan dalam melaksanakan pemungutan pajak tidak boleh lebih besar dari jumlah yang dipungut.

d) Kriteria Pajak Daerah

Ada beberapa kriteria mengenai pajak daerah antara lain 1. Pungutan bersifat pajak bukan retribusi

Pungutan tersebut sesuai definsi pajak yang ditetapkan dalam undang-undang, yaitu merupakan kontribusi wajib yang dilakukan oleh orang pribadi datau badan kepada daerah :

 Tanpa imbalan langsung yang seimbang

 Dapat dipaksakan berdasarkan perundang-undangan

 Digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah

(10)

cukup rendah serta hanya melayani masyarakat diwilayah daerah kabupaten/kota bersangkutan.

3. Objek dan dasar pengenaan pajak tidak bertentangan dengan kepentingan umum

4. Pajak ditujukan untuk kepentingan bersama yang lebih luas antara pemerintah dan masyarakat dengan memperhatikan aspek kententraman dan kestabilan politilk, ekonomi , sosial, budaya serta Hankam.

5. Potensi pajak memadaiartinya hasil penerimaan p[ajak harus lebih besar dari biaya pemungutan.

6. Objek pajak bukan objek pajak pusat.

7. Tidak memberikan dampak ekonomi negatif . Pajak tidak mengganggu sumber ekonomi dan tidak merintangi arus sumber daya ekonomi antar daerah maupun kegiatan ekspor impor

8. Memperhatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat antara lain :

 Objek dan subjek pajak harus jelas sehingga dapat diawasi Pemungutannya

a. Kepemilikan kendaraan bermotor pribadi pertama

b. Kepemilikan kendaraan pribadi kedua dan seterusnya

c. Alat-alat berat dan alat alat besar d. Angkutan umum, ambulan,

(11)

keagamaanpemerintah/ TNI /Polri, Pemda

2. Bea balik nama kendaraan bermotor a. Penyerahan pertama

b. Penyerahan kedua dan seterusnya c. Penyerahan pertama alat –alat berat

dan alat-alat besar

d. Penyerahan kedua alat –alat berat dan alat-alat besar

3. Pajak bahan bakar kendaraan bermotor 4. Pajak air permukaan

a. Pajak yang Dikelola Provinsi

Ada lima jenis pajak yang dikelola oleh provinsi yaitu Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Air Permukaan dan Pajak Rokok.

1) Pajak Kendaraan Bermotor

(12)

Tarif Pajak Kendaraan Bermotor pribadi menurut Pasal 6 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ditetapkan sebagai berikut :

a) untuk kepemilikan kendaraan bermotor pertama paling rendah sebesar 1% (satu persen) dan paling tinggi sebesar 2% (dua persen)

b) untuk kepemilikan kendaraan bermotor kedua dan seterusnya tarif dapat ditetapkan secara progresif paling rendah sebesar 2% (dua persen) dan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen).

Sedangkan tarif Pajak Kendaraan Bermotor angkutan umum, ambulans, pemadam kebakaran, sosial keagamaan, lembaga sosial dan keagamaan, Pemerintah/TNI/POLRI, Pemerintah Daerah, dan kendaraan lain yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah, ditetapkan paling rendah sebesar 0,5% (nol koma lima persen) dan paling tinggi sebesar 1% (satu persen). Kemudian Tarif Pajak Kendaraan Bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar ditetapkan paling rendah sebesar 0,1% (nol koma satu persen) dan paling tinggi sebesar 0,2% (nol koma dua persen). 2) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah pajak atas penyerahan hak milik kendaraan bermotor sebagai akibat perjanjian dua pihak atau perbuatan sepihak atau keadaan yang terjadi karena jual beli, tukar menukar, hibah, warisan, atau pemasukan ke dalam badan usaha (Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

Menurut Pasal 12 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah tarif Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor ditetapkan paling tinggi masing-masing sebagai berikut :

(13)

b. penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 1% (satu persen).

Khusus untuk kendaraan bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar yang tidak menggunakan jalan umum tarif pajak ditetapkan paling tinggi masing-masing sebagai berikut :

a. penyerahan pertama sebesar 0,75% (nol koma tujuh puluh lima persen); dan

b. penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 0,075% (nol koma nol tujuh puluh lima persen).

3) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor adalah pajak atas penggunaan bahan bakar kendaraan bermotor. Bahan bakar kendaraan bermotor adalah semua jenis bahan bakar cair atau gas yang digunakan untuk kendaraan bermotor (Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009). Tarif Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen). Khusus tarif Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor untuk bahan bakar kendaraan umum dapat ditetapkan paling sedikit 50% (lima puluh persen) lebih rendah dari tarif Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor untuk kendaraan pribadi (Pasal 19 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

4) Pajak Air Permukaan

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Air Permukaan adalah pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air permukaan. Air permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan tanah, tidak termasuk air laut, baik yang berada di laut maupun di darat. Tarif Pajak Air Permukaan ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (Pasal 24 Undang-Undang nomor 28 Tahun 2009).

(14)

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Rokok adalah pungutan atas cukai rokok yang dipungut oleh Pemerintah. Tarif Pajak Rokok ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen) dari cukai rokok. Pajak Rokok dikenakan atas cukai rokok yang ditetapkan oleh Pemerintah (Pasal 29 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

Penerimaan pajak rokok, baik bagian Provinsi maupun bagian Kabupaten/kota, dialokasikan paling sedikit 50% untuk mendanai pelayanan kesehatan masyarakat dan penegakan hukum oleh aparat yang berwenang ( Pasal 31 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

b. Pajak yang Dikelola Kabupaten/Kota

Ada 11 jenis pajak yang dikelola oleh Kabupaten/Kota, pajak yang termasuk pajak yang dikelola Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut :

1) Pajak Hotel

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan retribusi Daerah, Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel. Hotel adalah fasilitas penyedia jasa penginapan/peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya, serta rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh). Tarif Pajak Hotel ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (Pasal 35 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009). 2) Pajak Restoran

(15)

bayaran, yang mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar, dan sejenisnya termasuk jasa boga/katering. Tarif Pajak Restoran ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (Pasal 40 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

3) Pajak Hiburan

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak dan Retribusi Daerah, Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan. Hiburan adalah semua jenis tontonan, pertunjukan, permainan, dan/atau keramaian yang dinikmati dengan dipungut bayaran. Tarif Pajak Hiburan ditetapkan paling tinggi sebesar 35% (tiga puluh lima persen). Khusus untuk hiburan berupa pagelaran busana, kontes kecantikan, diskotik, karaoke, klab malam, permainan ketangkasan, panti pijat, dan mandi uap/spa, tarif Pajak Hiburan dapat ditetapkan paling tinggi sebesar 75% (tujuh puluh lima persen). Khusus hiburan kesenian rakyat/tradisional dikenakan tarif Pajak Hiburan ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (Pasal 45 Undang-Undang Nomor 28

Tahun 2009).

4) Pajak Reklame

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame. Reklame adalah benda, alat, perbuatan, atau media yang bentuk dan corak ragamnya dirancang untuk tujuan komersial memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan, atau untuk menarik perhatian umum terhadap barang, jasa, orang, atau badan, yang dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan, dan/atau dinikmati oleh umum. Tarif Pajak Reklame ditetapkan paling tinggi sebesar 25% (Pasal 50 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

(16)

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Penerangan Jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun diperoleh dari sumber lain. Tarif Pajak Penerangan Jalan ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen). Penggunaan tenaga listrik dari sumber lain oleh industri, pertambangan minyak bumi dan gas alam, tarif Pajak Penerangan Jalan ditetapkan paling tinggi sebesar 3% (tiga persen). Penggunaan tenaga listrik yang dihasilkan sendiri, tarif Pajak Penerangan Jalan ditetapkan paling tinggi sebesar 1,5% (Pasal 55 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

6) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah pajak atas kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan, baik dari sumber alam di dalam dan/atau permukaan bumi untuk dimanfaatkan. Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah mineral bukan logam dan batuan sebagaimana dimaksud di dalam peraturan perundang-undangan di bidang mineral dan batubara. Tarif Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan ditetapkan paling tinggi sebesar 25% (Pasal 60 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

7) Pajak Parkir

(17)

8) Pajak Air Tanah

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Air Tanah adalah pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah. Air Tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah. Tarif Pajak Air Tanah ditetapkan paling tinggi sebesar 20% (Pasal 70 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009). 9) Pajak Sarang Burung Walet

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Sarang Burung Walet adalah pajak atas kegiatan pengambilan dan/atau pengusahaan sarang burung walet. Burung walet adalah satwa yang termasuk marga collocalia, yaitu collocalia fuchliap haga, collocalia maxina, collocalia esculanta, dan collocalia linchi. Tarif Pajak Sarang Burung Walet ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (Pasal 75 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

10) Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah pajak atas bumi dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan.

Bumi adalah permukaan bumi yang meliputi tanah dan perairan pedalaman serta laut wilayah kabupaten/kota. Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan/atau perairan pedalaman dan/atau laut. Tarif Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan ditetapkan paling tinggi sebesar 0,3% (Pasal 80 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

(18)

Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah pajak atas perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan. Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan adalah perbuatan atau peristiwa hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan/atau bangunan oleh orang pribadi atau Badan. Tarif Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan ditetapkan paling tinggi sebesar 5% (Pasal 88 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

f). Sistem Pemungutan Pajak

Dalam sistem pemungutannya, sistem pemungutan dibedakan menjadi tiga sistem. Ketiga sistem tersebut, yaitu:

Official Assessment System adalah sistem pemungutan pajak yang kewenangannya diberikan kepada pemerintah untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.

Ciri-ciri dari sistem ini, yaitu:

• Pemerintah memiliki kewenangan untuk menentukan besarnya pajak terutang.

• Wajib Pajak (WP) bersifat pasif.

• Setelah pemerintah mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak, maka timbullah utang pajak.

Self Assessment System adalah sistem pemungutan pajak yang kewenangannya diberikan kepada Wajib Pajak (WP) untuk menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar. Ciri-ciri dari sistem ini, yaitu:

• Wajib Pajak (WP) memiliki kewenangan sendiri untuk menentukan besarnya pajak terutang.

(19)

• Peranan pemerintah dalam hal ini hanya sebagai pengawas.

Withholding System adalah sistem pemungutan pajak yang kewenangannya diberikan kepada pihak lain atau pihak ketiga, yaitu selain pemerintah dan wajib pajak) hal itu dilakukan untuk menghitung dan menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.

Ciri-ciri dari sistem ini, yaitu:

• Adanya pihak ketiga atau pihak lain yang memiliki kewenangan untuk menghitung dan menentukan besarnya pajak terutang.

• Pemerintah dan Wajib Pajak (WP) dalam sistem ini bersifat pasif.

Wajib Pajak (WP) merupakan subjek pajak yang harus dibina dan diarahkan tentang pentingnya kewajiban untuk membayar pajak. Salah satu kewajiban warga negara yang baik adalah membayar pajak secara tepat waktu dengan jumlah yang sesuai dengan yang telah ditentukan. Hal itu dikarenakan fungsi pajak yang begitu besar perannya dalam pemerataan ekonomi dan pembangunan sehingga tanpa kita sadari, seluruh masyarakat Indonesia telah menikmati hasil pengelolaan pajak di berbagai bidang.

g)Teori Barang Publik

(20)

pembuatannya. Pihak swasta hanya menjadi 'pekerja' dalam segala proyek pembuatan barang-barang tersebut.

Karakteristik barang publik (public goods):

1. Pengertian

Barang publik adalah barang yang apabila dikonsumsi oleh individu tertentu tidak akan mengurangi konsumsi orang lain akan barang tersebut dan barang publik merupakan barang-barang yang tidak dapat dibatasi siapa penggunanya dan seseorang tidak perlu mengeluarkan biaya untuk mendapatkannya. Contoh: udara, cahaya matahari, papan marka jalan, lampu lalu lintas, pertahanan nasional dsb.

2. Sifat

Non Rivalry yaitu penggunaan satu konsumen terhadap satu suatu barang publik tidak akan mengurangi kesempatan konsumen lain untuk ikut mengkonsumsi barang tersebut. Setiap orang dapat memanfaatkan barang tersebut tanpa memengaruhi manfaat yang diperoleh orang lain dan tidak membuat barang publik itu menjadi berkurang. Contoh: dalam kondisi normal, apabila kita menikmati udara dan sinar matahari, orang-orang disekitar kita pun dapat mengambil manfaat yang sama dan tidak akan berkurang karena dikonsumsi orang lain.

Non Excludable yaitu jika barang publik sudah tersedia, maka tidak ada satupun yang menghalangi untuk memanfaatkan barang tersebut, yakni setiap orang bebas memiliki akses atas barang tersebut. Contoh: udara yang kita hirup maka orang lain juga berhak untuk menghirupnya tanpa ada batasan atau limit-limit lainnya yang bersifat 'pengkhususan'.

(21)

Barang publik lokal adalah barang yang menurut penyediaannya oleh pemerintah daerah dan secara teknologi layak dan perolehan keuntungannya dinikmati oleh penduduk setempat. Barang publik nasional adalah barang-barang yang penyediaannya oleh pemerintah pusat dengan perolehan keuntungan yang dinikmati dan selain penduduk setempat juga masyarakat dalam suatu negara.

Barang publik murni adalah tidak ada seorang (pihak swasta) yang mau menghasilkan, karena masalah kepemilikan. Sebagaimana namanya, maka barang ini tidak bisa dimiliki perorangan, tetapi oleh masyarakat luas, kalaupun yang mengelola ad alah pihak tertentu, seperti jalan yang dikelola oleh pemerintah.

Barang publik tidak murni adalah letak barang publik yang jauh dari jangkauan konsumen, jasa yang diterimanya makin kecil juga untuk karakteristiknya.

4. Sistem pembayaran (Payment System) Sektor publik yang mampu melakukan investasi untuk memberikan pelayanan kemudian sektor swasta menjalankan dengan menjalankan dengan mengenakan biaya pada pemakai, sistem ini disebut Build-Operate-Transfer.

Persaingan rendah: barang publik (biaya sektor publik) contohnya jalan toll menggunakan biaya campuran antara biaya publik dan biaya swasta.

Persaingan tinggi : barang publik (biaya sektor publik) sedangkan barang swasta (biaya dari pihak swasta).

5. Pelayanan(Service)

(22)

Fungsi Distribusi, yaitu fungsi yang memiliki keterkaitan erat dengan perataan kesejahteraan masyarakat dalam arti proporsional tetap menjadi perhatian dalam rangka mendorong tercapinya pertumbuhan yang optimal.

Fungsi Stabilisasi yaitu fungsi yang memiliki keterkaitan erat dengan fungsi mengatur variabel ekonomi makro dengan sasaran untuk mencapai stabilitas ekonomi secara nasional.

6. Jumlah (Quantity)

Jumlah dari ketersediaan barang publik sendiri sangat banyak atau melimpah. Seperti jalan-jalan publik, jumlahnya sampai tak terhitung karena pembangunannya yang sangat cepat bahkan dalam siklus harian dan tak pernah berhenti seiring kebutuhan jalan publik yang makin meningkat dari tahun ke tahun baik itu jalan protokol dan juga jalan-jalan kecil. Sehingga sulit bagi seseorang untuk menghitung berapa jumlah dari jalan tersebut, misalnya.

7. Kepemilikan

Karena sifatnya yang non-rival dan non-eksklusif, maka kepemilikan dari barang publik sulit diidentifikasi bahkan bisa dibilang tak ada satupun orang yang tidak memilikinya, karena barang publik ditujukan untuk semua orang oleh pemerintah.

(23)

akan dilimpahkan, yang dimaksud adalah presentase kewenangannya.

Untuk membahas tentang pemilihan masyarakat akan kombinasi barang swasta dan barang publik dapat dilakukan dengan menggunakan fungsi kesejahteraan rakyat (FKM = social welfare function). Kurva FKM menccerminkan tingkat pertukaran marginal (marginal rate of substition) antara konsumsi masyarakat terhadap barang publik dan barang swasta yang menghasilkan tingkat kepuasan yang sama.

Jumlah sumber-sumber ekonomi pada masyarakat sebenarnya sudah tetap, akan tetapi Indonesia selalu mengalami pertambhana penduduk sehingga sedikit banyaknya jumlah sumber ekonomi itu akan mengalami perubahan. Untuk itu jika seseorang ingin mengetahui dan menentukan berapa jumlah barang yang dapat dihasilkan masyarakat dengan sumber-sumber ekonomi yang ada, bisa menggunakan KKP (kurva kemungkinan produksi).

Ada berbagai macam teori tentang pembahasan barang-barang publik dan swasta seperti yang akan dipaparkan berikut ini:

h) Teori Pigou

Teori ini membahas tentang penyediaan barang publik yang yang dibiayai dengan pajak yang dipungut dari masyarakat. Menurut Pigou, barang publik harus disediakan di dalam suatu tempat dimana kepuasan marginal masyarakat akan publik sama besarnya dengan ketidakpuasan marginalnya akan pajak yang dipungut dari mereka untuk membiayai program-program pemerintah akan barang publik.

Semakin banyak anggaran yang dibutuhkan pemerintah untuk memenuhi barang publik, maka kurva kepuasan marginal akan semakin menurun, dengan kata lain akan menimbulkan

(24)

kepada mereka demi membangun barang publik tersebut. Sedangkan kita tahu bahwa pajak adalah hal yang paling tidak disukai masyarakat. Pemerintah diharapkan untuk memperkecil anggaran untuk membangun barang-barang publik sehingga kesejahteraan masyarakat akan tercapai.

i) Teori Bowen

Teori ini didasarkan pada harga dari barang publik itu sendiri. Jika pada barang swasta berlaku hukum pengeculian, misalnya sepatu yang sudah menjadi milik si A berarti tidak bisa dimilik oleh si B. Berbeda dengan kepemilikan barang publik, tidak berlaku hukum pengecualian karena barang publik bisa dimiliki dan dinikmati siapa saja selama menjadi warga negara dari negara tersebut.

j) Teori Erick Lindahl

Erick Lindahl mengungkapkan analisis yang mirip dengan teori yang dikemukakan oleh Bowen, hanya saja pembayaran masing-masing konsumen tidak dalam bentuk harga absolut akan tetapi berupa presentase dari total biaya penyediaan barang publik. Dan hal ini didasarkan pada anggapan bahwa dalam ekonomi hanya ada dua konsumen, yaitu konsumen A dan B. Dan Lindhal juga merujuk pada kurva indeferens dengan anggaran tetap tapi terbatas.

k) Teori Samuelson

Samuelson menyempurnakan teori pengeluaran pemerintah dengan sekaligus menyertakan barang sektor swasta. Samule menyatakan bahwa adanya barang publik yang mempunyai dua karakteristik (non-exclusionary dan non rivalry) bukan berarti tidak bisa mencapai kondisi Pareto Optimal (tingkat kesejahteraan masyarakat yang optimal). Kondisi Patero Optimal

(25)

l) Teori Anggaran

Teori yang menjelaskan tentang pengadaan barang-barang publik adalah teori alokasi barang-barang publik melalui anggaran (budget). Teori ini berdasarkan pada analisa yaitu setiap orang memebayar atas konsumsi barang-barang publik dengan jumlah yang sama.

m) Penentuan Harga Publik

Penyediaan barang-barang publik yang dibutuhkan pemerintah menimbulkan permasalahan, karena tidak efisien (konsumsi barang publik tidak bersaing) dan juga tidak dapat dijual hanya kepada satu konsumen (dijual pada seluruh masyarakat yang berwenang). Tapi dalam hal ini dibahas tentang penyediaan barang publik yang dapat dipungut suatu harga pada barang tersebut.

Hubungan Antara Pajak dan Barang Publik

Arti Pajak dan Barang Publik telah dijelaskan secara singkat diatas, sebagaimana kita ketahui bahwa manakala jumlah penerimaan pajak meningkat, maka pendapatan suatu negara atau daerah akan meningkat, apa lagi daerah yang tidak mempunyai sumber daya alam yang memadai, maka pajak merupakan penerimaan daerah yang sangat potensial. Karena Indonesia menganut Demokrasi Sosialis barang publik merupakan barang yang harus disediakan oleh pemerintah, karena pihak swasta tidak mau karena tidak mendapat keuntungan dari pembuatan Fasilitas umum yang gratis.

(26)

pemerintah juga menginginkan dengan fasilitas yang bagus maka dimungkinkan Investor atau wisatawan akan banyak yang mau datang kedaerah kita.

BAB III PENUTUP

a. Kesimpulan

Setelah kita melihat penjelasan tentang pajak dan teori barang publik diatas, Peran pajak sangat mempunyai pengaruh penting terhadap perekonomian untuk menyediakan barang publik yang tidak disediakan oleh swasta, untuk melaksanakan hal tersebut pemerintah perlu meningkatkan pendapatannya, salah satunya menggalakkan pendapatannya dari pajak untuk memenuhi penyediaan barang publik.

(27)

tidak semua bidang perekonomian itu dapat ditangani oleh swasta. Dengan demikian dalam sistem perekonomian modern fungsi pajak dapat dibagi 5 yaitu : Fungsi Anggaran, Fungsi Pengaturan, Fungsi Stabilitas, Fungsi redistribusi pendapatan, fungsi pemerataan dan mengatur pertumbuhan ekonomi.

b. Saran

Menurut pendapat kami bahwa pemerintah dapat lebih menggali pendapatan pajak dengan cara mendata ulang wajib pajak, melakukan penetapan jumlah pajak yang dibayar objek pajak, melakukan penagihan secara intensif dengan melibatkan SKPD secara aktif, melakukan penyelidikan pada objek atau subjek pajak yang tidak membayar ataub terjadi kebocoran pajak dengan kerja sama dengan penegak hukum.

Disamping itu perlu melakukan sosialisasi mengenai pajak, masyarakat banyak tidak mengetahui kegunaan pajak, perlu peningkatan keterampilan pemungut pajak,dan peningkatan fasilitas pemungut pajak.

DAFTAR PUSTAKA

Ardimoviz., (2012)” Pajak Daerah” , Makalah Pajak Daerah, Blogger Hitam And Biru. Sleman Yogyakarta

(28)

Zainatul Nur Arviyah, R.AJ.,(2014) “ Peran pemerintah guna mensejahterakan masyarakat dalam penyediaan barang publik”, Makalah Ekonomi publik, Fakultas Ekonomi Trunojoyo Madura

Matanari Wahyudianto et al (2014).,”Inflasi dan Pengangguran”,

Makalah Ekonomi Makro, Fakultas Ekonomi Universitas Advent Indonesia, Bandung

Kursus Keuangan Daerah., (2014) “Modul Penerimaan Daerah”,

Kementrian Keuangan RI Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan

Referensi

Dokumen terkait

1) Perekonoman disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. 2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak

Dengan sub judul yang menjadi pembahasan adalah pemikiran Abdul Muqsith Ghazali dan Ali Mustafa Ya’qub tentang ayat-ayat pluralistik yang meliputi beberapa bagian;

Komponen impor bahan baku dan barang modal masih mengalami kontraksi di tahun 2019, yang berimbas pada penurunan pertumbuhan investasi mesin dan perlengkapan.. Adapun secara

Selain data kuantitatif maka peneliti melengkapi data awal dengan hasil kualitatif dengan wawancara yakni diperoleh hasil bentuk perundungan yang terjadi di sekolah

masyarkat mengatakan belum, mengapa demikian, karena tanah yang telah diganti rugi itu bukan masyarakat sekarang yang mengurusnya ada dulunya Ayah mereka, mamak

Seseorang dapat dikatakan memiliki Locus of Control Internal bila orang tersebut memiliki keyakinan yang kuat bahwa dirinya dapat dikatakan memiliki Locus of

Kemudian divisualisasikan dalam bentuk karya kayu tiga dimensi dan dua dimensi dengan menggabungkan beberapa macam kayu yang memiliki warna alami seperti kayu

PLN Rayon Blora yang kemudian akan dilakukan beberapa perhitungan dengan rumus yang telah ditentukan untuk mengetahui ketidakseimbangan beban terhadap arus netral