• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS AKHIR EVALUASI KAPASITAS PENAMPANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TUGAS AKHIR EVALUASI KAPASITAS PENAMPANG"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI KAPASITAS PENAMPANG SUNGAI WULAN DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM HEC-RAS 4.0

PADA KONDISI UNSTEADY

Oleh :

HARRIS WIDYA K. V. KRIS ANDI WIJAYA

NIM : O3. 12. 0036 NIM : 03. 12. 0047

FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

(2)

Halaman

Halaman Judul ... i

Halaman Pengesahan ... ii

Lembar Asistensi TA ... iii

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... vii

Daftar Gambar ... ix

Daftar Tabel ... ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan ... 3

1.3 Maksud dan Tujuan ... 8

1.4 Batasan Masalah ... 8

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori ... 9

A. Hidrologi ... 9

B. HEC – RAS ... 10

C. Perencanaan Tanggul ... 12

D. Pengukuran Hujan ... 13

E. Analisis Hujan ... 13

F. Data Aliran Unsteady ... 15

2.2 Analisa Frekuensi ... 16

(3)

3.1 Pengumpulan Data Sekunder ... 20

3.2 Input Data Ke HEC-RAS... 20

3.3 Run Program Contoh Kasus... 24

3.4 Input Data Sungai Wulan ke HEC-RAS... 25

3.5 Run Program Sungai Wulan... 25

3.6 Memeriksa Kapasitas Tampungan... 25

3.7 Penanggulangan Banjir dengan HEC-RAS... 25

3.8 Mengambil Kesimpulan... 25

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Evaluasi Kapasitas Penampang Sungai Wulan ... 27

A. Input Data ……….... 28

B. Hasil Output ………. 43

4.2 Upaya Penanggulangan Banjir... 46

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 48

5.2 Saran... 49

Daftar Pustaka... 57

(4)

Halaman

Gambar 1.1 Peta Lokasi Sungai Wulan ... 3

Gambar 1.2 Skema Sungai Wulan ... 6

Gambar 1.3 Citra Satelit Sungai Wulan ... 7

Gambar 2.1 Persamaan Rumus Energi ... 11

Gambar 2.2 Jarak Cross Section ... 12

Gambar 3.1 Tampilan HEC-RAS ... 20

Gambar 3.2 Tampilan Input new project ... 21

Gambar 3.3 Tampilan Unit System ... 21

Gambar 3.4 Tampilan Geometric Data ... 22

Gambar 3.5 Tampilan Cross Section Data ... 23

Gambar 3.6 Tampilan Unsteady Flow Data ... 23

Gambar 3.7 Tampilan Analysis Unsteady Flow Data ... 24

Gambar 3.8 Diagram Alir ... 26

Gambar 4.1 Penampang Sungai Wulan ... 27

Gambar 4.2 Sample Penampang Tengah Sungai T25 ... 44

Gambar 4.3 Sample Penampang Tengah Sungai T50... 45

Gambar 4.4 Tanggul pada T25 ... 46

(5)

Tabel 2.1 Contoh Perhitungan ... 14

Tabel 2.2 Reduce Variate ... 19

Tabel 2.3 Data Hujan Harian ... 19

Tabel 4.1 Jarak Bantaran Antar Potongan (Cross) ... 29

Tabel 4.2 Data Hujan Tahun 1991 - 2001... 37

Tabel 4.3 Hujan T25 dan T50 dalam selang waktu 30 menit... 40

Tabel 4.4 Hidrograf untuk T25 ... 41

Tabel 4.5 Hidrograf untuk T50 ... 41

Tabel 4.6 Data Pasang Surut ... 42

Tabel 5.1 Penanggulangan banjir pada T25 ……… 49

Tabel 5.2 Penanggulanang banjir pada T50 ……… 50

Tabel 5.3 Penampang banjir T25 ……… 51

(6)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Banjir merupakan salah satu bencana alam yang mempunyai dampak

besar bagi kelangsungan hidup manusia. Bencana ini selalu datang saat musim

penghujan. Banjir sering terjadi di dataran rendah atau daerah yang berada di

sekitar sungai.

Banjir terjadi karena adanya dua faktor, yaitu faktor manusia dan faktor

alam. Dari faktor manusia, banjir terjadi karena penebangan hutan secara

besar-besaran, perubahan daerah resapan menjadi daerah pemukiman, perawatan

sistem drainase yang kurang baik dan seringnya masyarakat membuang sampah

tidak pada tempatnya. Sedangkan faktor alam disebabkan oleh intensitas curah

hujan yang tinggi dan sedimentasi di sepanjang aliran sungai.

Kota di Jawa Tengah yang dilewati oleh aliran sungai, antara lain kota

Kudus, Demak dan Semarang. Kudus merupakan kota yang berada di daerah

pantai yang mempunyai batasan, yaitu sebelah utara adalah kota Jepara dan Pati

yang merupakan dataran rendah. Sebelah selatan adalah kota Demak dan

Purwodadi. Akibatnya, banjir di kota Kudus disebabkan oleh 2 (dua)

kemungkinan, antara lain karena kiriman dan genangan.

1. Banjir Kiriman

Banjir jenis ini karena peningkatan debit air sungai yang mengalir dan

berkurangnya kapasitas pengaliran atau daya tampung pada saluran

sungai. Sehingga air sungai meluap dan menggenangi daerah sekitarnya.

Banjir kiriman ini juga bisa diakibatkan adanya aliran air cukup kencang

yang berasal dari dataran tinggi yang tidak mampu ditampung oleh saluran

(7)

2. Banjir Genangan

Banjir ini disebabkan oleh kenaikkan muka air laut yang semakin lama

akan mengalir dan menggenangi dataran rendah.

Melihat kondisi yang demikian, maka sudah dapat dipastikan bahwa

kedua faktor di atas menjadi penyebab banjir di Sungai Wulan. Sungai Wulan

merupakan sungai yang melewati Kota Kudus dan Kota Demak. Banjir di daerah

sekitar Sungai Wulan terjadi karena banjir kiriman. Banjir kiriman ini terjadi

karena terdapat perubahan daerah resapan di wilayah Gunung Muria (Jepara)

dan terjadinya peningkatan debit air yang mengalir di Sungai Serang dan Sungai

Lusi. Di wilayah Gunung Muria banyak bangunan yang seharusnya

diperuntukkan untuk daerah resapan air hujan. Sehingga setiap datang hujan

yang cukup deras air tidak dapat meresap ke dalam tanah dengan baik.

Akibatnya air akan mengalir ke tempat yang lebih rendah, seperti di daerah

Kudus, Demak (Sungai Wulan). Berikut Peta Lokasi Sungai Wulan dapat dilihat

(8)

Gambar 1.1 Peta Lokasi Sungai Wulan.

(Sumber : Balai Seluna).

1.2 Permasalahan

Ribuan warga dari sejumlah desa di Kecamatan Undaan, Kudus, Kamis

(27 Desember 2007) diungsikan ke lokasi penampungan yang aman. Jumlah

pengungsi mencapai 7.552 jiwa. Penyebabnya, desa mereka diterjang banjir

yang berasal dari Sungai Wulan. Banjir di sekitar Sungai Wulan ini berasal dari

aliran Sungai Serang dan Lusi. Desa yang terendam, antara lain Kalirejo,

Medini, Undaan Tengah dan Undaan Kidul. Ketinggian air berkisar 30 cm

hingga satu meter. Sementara, untuk genangan banjir di area persawahan terjadi

(9)

Data yang dihimpun dari petugas DPU Kudus dan BPSDA Jratun Seluna,

pada saat kejadian, debit aliran dari Sungai Serang ke arah Bangunan Pengendali

Banjir Wilalung Lama (BPBWL) yang menuju Sungai Juwana serta Sungai

Wulan mencapai 1.100 m3 per detik. Padahal, kapasitas Sungai Wulan hanya

720 m3 per detik, sementara Sungai Juwana hanya 120 m3 per detik.

Dampak dari debit yang berlebih tersebut, sejumlah tanggul mengalami

kerusakan. Di antaranya, tanggul kanan Sungai Wulan di Desa Medini jebol

sepanjang 800 meter. Ancaman limpasan air juga terjadi pada tanggul kanan

Sungai Wulan di Desa Sambung (800 meter), Undaan Kidul (300 meter),

Undaan Lor (400 meter) dan Undaan Tengah (150 meter).

Pada tanggal 28 Desember 2007, ratusan warga dari sejumlah desa di

Kecamatan Undaan, Kudus, yang rumahnya diterjang banjir akibat meluapnya

Sungai Wulan memilih bertahan di tanggul kanan sungai itu. Mereka memilih

untuk menjaga ternak atau harta benda daripada mengungsi. Mereka takut kalau

hewan ternak dan harta benda hilang.

Sungai Wulan merupakan salah satu muara dari sistem Sungai Serang –

Sungai Lusi selain Sungai Juana yang bermuara di daerah Kabupaten Pati. Pada

alur Sungai Serang telah dibangun Waduk Kedungombo, Bendung Sedadi,

Bendung Klambu. Sementara di alur Sungai Lusi belum ada bangunan

pemanfaatan sumber daya air. Setelah pertemuan Sungai Serang dan Sungai Lusi

terdapat Pintu Air Wilalung yang akan membagi debit air ke arah Sungai Wulan

dan Sungai Juwana. Oleh karena itu, banjir di Sungai Wulan terkait dengan

(10)

Pada arah Sungai Wulan, ada jembatan jalan raya Karanganyar, jembatan

Mijen dan Jembatan di Bungo (dekat muara sungai). Pada jembatan-jembatan

tersebut terjadi penyempitan alur sungai baik karena morphologi maupun adanya

pilar jembatan, sehingga terjadi ’bottle-neck’. Di hilir Jembatan Karanganyar

tepatnya di sebelah hilir pertemuan Sungai Gelis ke Sungai Wulan,

ada bangunan pelimpah Goleng yang berfungsi untuk melimpaskan sebagian

aliran banjir ke luar alur Sungai Wulan tepatnya ke areal detention basin.

Pada wilayah Sungai Wulan, yang merupakan alur sungai yang sudah

well defined” yaitu dengan adanya tanggul sungai sampai dekat muara. Akan

tetapi permasalahan yang sering terjadi adalah sedimentasi pada alur yang

menyebabkan pengurangan kapasitas pengaliran alur. Masalah yang lain adalah

banjir yang melimpas ke daerah kanan-kiri tanggul dan erosi tebing. Mengingat

daerah sekitar Sungai Wulan didominasi oleh area persawahan dan pemukiman

penduduk, maka banjir akan sangat merugikan penduduk yang tinggal di daerah

tersebut. Skema Sungai Wulan yang merupakan bagian dari sistem Sungai

(11)

Gambar 1.2. Skema Sungai Wulan.

(12)

Secara morfologis, Sungai Wulan memiliki bentuk yang berliku-liku

(meander). Namun jika dilihat dari sisi tanggul sungai yang relatif sejajar, maka

Sungai Wulan berbentuk lurus. Jadi, aliran yang berkelok-kelok hanya terjadi

ketika aliran air kecil, sebaliknya saat aliran deras alirannya menjadi lurus. Hal

ini dapat dilihat dari citra satelit yang diperoleh dari google

(lihat gambar 1.3.).

(13)

1.3 Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah :

Mengevaluasi kapasitas penampang Sungai Wulan dengan program HEC-RAS

versi 4.0 pada kondisi unsteady.

1.4 Batasan Masalah

Dalam penelitian ini hal - hal yang akan kami bahas hanya mengenai :

1.Meninjau Sungai Kaliwulan sepanjang 50 km dari pintu Wilalung sampai

muara,

2.Analisis hidrolika saja, ditinjau dari tiap potongan yang berjarak antara 100

sampai dengan 2000 m, melalui program HEC RAS,

3.Tidak memperhitungkan sedimentasi atau pendangkalan sungai, juga tidak

melakukan penyelidikan tanah,

4.Profil sungai diambil berdasarkan data dari perusahaan konsultan

(14)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori A. Hidrologi

Hidrologi membahas tentang air yang ada di bumi, yang meliputi

kejadian, sirkulasi dan penyebaran, sifat fisis dan kimiawi serta reaksinya

terhadap lingkungan, termasuk hubungannya dengan kehidupan. Hidrologi

teknik merupakan bagian dari bidang yang berhubungan dengan

perencanaan, perancangan dan pelaksanaan proyek teknik bagi pengaturan

dan pemanfaatan air.

Selain pengertian hidrologi terdapat pula daur hidrologi. Daur

hidrologi merupakan suatu yang berguna sebagai titik awal untuk

mempelajari hidrologi secara akademik. Daur ini dimulai dengan penguapan

air di laut. Uap yang dihasilkan dibawa udara yang bergerak. Dalam kondisi

yang memungkinkan, uap tersebut terkondensasi membentuk awan, yang

akhirnya akan menghasilkan presipitasi. Presipitasi (hujan) yang jatuh ke

bumi menyebar dengan arah yang berbeda-beda dalam beberapa cara.

Sebagian presipitasi untuk sementara tertahan pada tanah dekat ia jatuh dan

akhirnya dikembalikan lagi ke atmosfer oleh penguapan (evaporasi) dan

penguapan (transpirasi) oleh tanaman. Sebagian air yang lain akan mencari

jalan sendiri melalui permukaan dan bagian atas tanah menuju sungai,

sementara lainnya menembus masuk ke dalam tanah menjadi bagian dari air

tanah (groundwater). Di bawah pengaruh gaya gravitasi, baik aliran air

permukaan (surface streamflow) maupun air dalam tanah bergerak menuju

tempat yang lebih rendah yang pada akhirnya mengalir ke laut. Namun,

sejumlah besar air permukaan dan air bawah tanah dikembalikan ke atmosfer

(15)

B. HEC – RAS

HEC-RAS adalah sebuah sistem software yang didesain untuk

melakukan berbagai analisis hidrolika. HEC-RAS mampu menampilkan

perhitungan penampang muka air 1 dimensi untuk aliran dalam saluran alami

atau buatan. HEC-RAS juga mampu memperhitungkan penampang muka air

aliran subkritis, superkritis, dan campuran (mixed flow). Sistem ini

mengandung 3 komponen analisis hidrolik satu dimensi, yaitu perhitungan

penampang muka air aliran tetap (steady flow), aliran tidak tetap (unsteady

flow), perhitungan transportasi sedimen. Ketiga komponen akan

menggunakan tampilan data geometri dan perhitungan geometri dan

hidrolika. HEC-RAS yang digunakan adalah HEC-RAS versi 4.0

Perhitungan Penampang Dasar (Manual HEC-RAS)

Penampang dasar muka air diperkirakan dari satu cross section ke

cross section selanjutnya dengan menggunakan persamaan energi dengan

prosedur iterasi yang disebut metode standard step. Saluran alam misalnya

sungai, biasanya mempunyai luas tampang yang berubah dan berbentuk non

prismatis. Kehilangan energi pada saluran tersebut adalah kehilangan energi

karena gesekan dasar atau karena perubahan bentuk tampang.

Kehilangan energi tersebut dapat diformulasikan sebagai berikut :

(16)

Gambar 2.1 Persamaan rumus Energi. Sumber : Panduan HEC – RAS

Kehilangan tinggi energi terdiri dari 2 bagian yaitu nilai kritis dan

kehilangan kuat tekan. Berikut ini adalah persamaan rumus kehilangan tinggi

energi ;

Dengan:L = panjang reach

f

S = kemiringan gesekan

C = koefisien kehilangan ekspansi atau kontraksi

Jarak L dihitung dengan:

(17)

Gambar 2.2 jarak cross section Sumber : Panduan HEC – RAS

C. Perencanaan Tanggul

Tanggul adalah talud memanjang yang didirikan kira-kira sejajar

sungai. Tanggul di sepanjang sungai adalah salah satu bangunan yang paling

utama dan paling penting dalam usaha melindungi harta benda dan

kehidupan masyarakat terhadap genangan-genangan yang disebabkan oleh

banjir dan badai. Tanggul dibangun terutama dengan konstruksi urugan

tanah, karena tanggul merupakan bangunan menerus yang sangat panjang

serta membutuhkan bahan urugan yang volumenya sangat besar. Kecuali

tanah, amatlah sukar untuk memperoleh bahan urugan untuk pembangunan

tanggul dan bahan tanah dapat diperoleh dari hasil galian di kanan kiri trase

rencana tanggul atau bahkan dapat diperoleh dari hasil pekerjaan normalisasi

sungai. Selain itu tanah merupakan bahan yang sangat mudah penggarapannya dan setelah menjadi tanggul sangat mudah menyesuaikan

diri dengan lapisan tanah pondasi yang mendukungnya, serta mudah

menyesuaikan dengan kemungkinan penurunan yang tidak merata, sehingga

perbaikan yang disebabkan oleh penurunan tersebut mudah dikerjakan.

Selanjutnya tanah merupakan bahan bangunan yang stabil dan tidak mudah

rusak. Apabila di beberapa tempat terjadi kerusakan tanggul, perbaikannya

mudah dan cepat menggunakan tanah yang tersedia di sekitar lokasi. Llob,

Lch

(18)

D. Pengukuran Hujan

Hujan merupakan masukan yang paling penting dalam proses

hidrologi, karena jumlah kedalaman hujan (rainfall depth) yang

dialihragamkan menjadi aliran di sungai, baik melalui limpasan permukaan,

aliran antara maupun sebagai aliran air tanah.

Untuk mendapatkan perkiraan besar banjir yang akan terjadi, maka

kedalaman hujan yang terjadi di seluruh DAS harus bisa diketahui. Data

yang diperlukan adalah data kedalaman hujan dari banyak stasiun hujan yang

tersebar di seluruh DAS.

Untuk memperoleh besaran hujan yang dapat dianggap sebagai

kedalaman hujan, maka diperlukan sejumlah stasiun hujan yang dipasang

sedemikian rupa sehingga dapat mewakili besaran hujan di DAS tersebut.

E. Analisis Hujan

Pengukuran yang dilakukan dengan cara di atas adalah cara untuk

memperoleh data hujan yang terjadi hanya pada satu tempat saja. Akan tetapi

dalam analisis umumnya yang diinginkan adalah data hujan rata-rata DAS

(catchment rainfall). Untuk menghitung besaran ini dapat dilakukan dengan

beberapa cara, antara lain :

1.Rata-rata aljabar

Cara ini merupakan cara yang paling sederhana, akan tetapi memberikan

hasil yang tidak teliti. Hal tersebut terjadi karena setiap stasiun dianggap

mempunyai bobot yang sama. Rumus yang dipakai adalah :

(

P P Pn

)

n

(19)

2. Poligon Thiessen

I

II

III

Hitungan poligon Thiessen dilakukan seperti gambar di atas. Cara ini

memperhitungkan luas daerah yang diwakili oleh stasiun yang

bersangkutan (I, II, III), untuk digunakan sebagai faktor koreksi dalam

menghitung hujan rata-rata. Poligon didapat dengan cara menarik garis

hubung antara masing-masing stasiun, sehingga membentuk segitiga.

Kemudian menarik garis sumbu masing-masing segitiga. Hitungan yang

dapat dilakukan adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1 Contoh Perhitungan

Sta Pi Luas FK P×FK

I P1 A1 α1 α1P1

II P2 A2 α2 α2P2

III Pn An/A αn

P Pn

n

α

Sumber : Dokumen Pribadi

dengan : Pi = kedalaman hujan di stasiun i

Ai = luas daerah yang diwakili stasiun i

FK = faktor koreksi, αi =Ai/A1

(20)

3. Isohyet

Isohyet adalah garis yang menghubungkan tempat-tempat yang

mempunyai kedalaman hujan sama pada saat yang bersamaan. Cara

hitungan sama seperti yang dipakai dalam Poligon Thiessen, kecuali

dalam penetapan besaran faktor koreksinya. Faktor koreksiαidihitung

sebagai luas relatif DAS yang dibatasi oleh isohyet terhadap luas DAS.

F. Data Aliran Unsteady

Data aliran unsteady dibutuhkan untuk menampilkan analisa aliran unsteady.

Data ini terdiri dari kondisi batas dan kondisi awal.

1. Kondisi Batas

Kondisi batas harus didirikan pada semua open ends sistem sungai yang dimodelkan. Akhir upstream sistem dapat dimodelkan dengan tipe–tipe

kondisi batas berikut: hidrograf aliran, hidrograf perancah, hidrograf aliran

dan perancah. Akhir downstream dari sistem sungai dapat dimodelkan

dengan tipe kondisi batas berikut: kurva ukuran, kedalaman normal,

hidrograf perancah, hidrograf aliran, hidrograf perancah dan aliran.

2. Kondisi Awal

Dalam tambahan kondisi batas, pengguna perlu untuk mendirikan kondisi

awal pada semua titik dalam sistem pada permukaan simulasi. Kondisi

awal dapat didirikan dalam dua cara berbeda. Cara paling umum untuk

memasukkan data aliran untuk masing – masing ruas, kemudian program

menghitung elevasi muka air dengan menampilkan analisa backwater

aliran unsteady. Metode kedua hanya dapat dilakukan jika jalan

sebelumnya dilakukan. Metode ini memungkinkan untuk menulis file

aliran dan tingkat dari cara sebelumnya, yang mana dapat digunakan

(21)

Untuk mendirikan kondisi awal dalam sistem sungai, pengguna harus

menentukan elevasi muka air awal pada tampungan manapun yang

ditentukan. Ini dari kondisi awal editor. Pengguna harus memasukkan

sebuah tingkat untuk masing–masing daerah tampungan dalam sistem.

Analisa Frekuensi

Analisa frekuensi adalah analisis berulangnya suatu peristiwa, baik jumlah

frekuensi per satuan waktu maupun periode ulangnya. Analisis frekuensi debit

banjir atau kekeringan adalah kejadian dengan besaran tertentu akan terjadi

disamai satu kali atau beberapa kali dalam jangka waktu tertentu, jadi kejadian

itu tidak berulang sesuai dengan kala ulang (return periode).

Analisis ini dapat dilakukan bila ada data rekaman debit dalam satu rangkaian

pengamatan yang relatif panjang. Makin panjang data semakin kecil

penyimpangan hasil yang diperoleh dan semakin pendek data yang ada semakin

besar penyimpangan yang terjadi.

Pengertian mengenai parameter statistik sangat penting untuk penyelesaian

analisis frekuensi ini. Pengertian tersebut, antara lain :

a. Harga rata-rata (mean)

b. Standard deviasi

1

c. Koefisien variasi

__

(22)

d. Koefisien kemencengan (skewness) e. Koefisien kurtosis

( )(

)(

)

⎟⎠

Ada beberapa metode analisa distribusi untuk mengestimasi kejadian dengan

frekuensi tertentu. Analisa distribusi yang dipakai dalam perhitungan adalah :

1. Distribusi Normal

Besarnya debit / kejadian yang mungkin terjadi atau dilampaui dalam

periode ulang T sebesar XT, yaitu :

XT = X + K . S

dengan K=faktor frekuensi, yang harganya tergantung dari satuan yang

dipakai dan besarnya peluang yang diinginkan yang didapat dari tabel 1.1.

Distribusi normal ini dapat dipakai bila memenuhi syarat :

0 ≈ s

C ; Ck ≈3 ; X =S≥68% ; X =2S≥95%

2. Distribusi Log Normal

Harga XT dihitung dengan persamaan :

ln XT = (lnX) + KS (lnX)

XT = Exp [(lnX) + KS (lnX)]

XT dihitung pada K = -0.1 dan 1, sehingga didapatkan tiga harga XT yang

kemudian digambarkan sebagai sumbu tegak P(x) pada kertas probabilitas

(23)

Distribusi log-normal ini dipakai bila memenuhi syarat :

3. Distribusi Pearson III

Persamaan Distribusi Pearson III sama dengan persamaan distrbusi normal :

XT = X + K . S

Distribusi Pearson III dipakai bila memenuhi syarat :

Cs > 0 ; 1.5 3

4. Distribusi Log-Pearson III

Pesamaan Distribusi Log-Pearson III mirip dengan Log-Normal, yaitu :

( )

X KS

( )

X

XT ln . ln

ln = + ; XT =Exp

[

( )

lnX +K.S

( )

lnX

]

Syarat pemakaian persamaan ini bila memenuhi :

Cs (lnX) > 0 ;

Ck (lnX)≈1.5(Cs(lnX))2 + 3

5. Distribusi Gumbel I

Untuk menghitung Distribusi Gumbel I, dipakai persamaan :

(

n

)

dengan : Sn = Simpangan baku dari reduce variate

Y = reduce variate

(24)

Tabel 2.2 Reduce Variate

Tr Reduce variate

2

Sumber : Dokumen Pribadi Distribusi Gumbel I dipakai bila memenuhi syarat :

14

A. Contoh Perhitungan

Data hujan harian di Stasiun Brebes adalah sebagai berikut :

Tabel 2.3 Data Hujan Harian

No. Urut Hujan Harian (mm) No. Urut Hujan Harian (mm)

Sumber : Perhitungan data Hitunglah hujan harian rata-rata :

(25)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pengumpulan Data Sekunder

Proses pencarian data yaitu dengan mencari berbagai sumber data yang

diperlukan untuk melakukan penelitian. Di mana data tersebut berupa data

sekunder yang diperoleh dari perusahaan konsultan PT. ADICCON MULYA.

Data tersebut meliputi: data hujan, peta situasi, cross section dan angka manning

yang disesuaikan dengan kondisi Sungai Wulan.

3.2 Input Data ke HEC-RAS

Berikut ini adalah langkah-langkah yang harus dilakukan untuk melakukan

perhitungan dengan HEC-RAS :

1. Pilih File, New Project. Masukkan nama project.

(26)

Gambar 3.2 Tampilan Input New Project

Sumber : Panduan HEC - RAS

2. Pilih Options, Unit System pilih sistem internasional untuk membuat data

dalam satuan SI.

Gambar 3.3 Tampilan Unit System

(27)

3. Pilih edit / enter geometric data. Gambar sket saluran yang ditinjau..

Gambar 3.4 Tampilan Geometric Data

Sumber : Panduan HEC - RAS

4. Pilih cross section, options, add new cross section. Masukkan data untuk

masing-masing cross section yang meliputi:

a. Jarak antar stasiun sungai

b. Angka Manning bantaran kiri, kanan dan saluran utama.

c. Jarak bantaran kiri, kanan dan saluran utama terhadap cross section

selanjutnya.

d. Koefisien kontraksi dan ekspansi menggunakan input yang sudah

(28)

Gambar 3.5 Tampilan Cross Section Data

Sumber : Panduan HEC – RAS

Setelah semua data cross section selesai dimasukkan, pada geometric data

akan tampak titik-titik stasiun sungai.

5. Pilih edit / enter unsteady flow data. Masukkan data debit yang akan

dihitung.

Gambar 3.6 Tampilan Unsteady Flow Data

(29)

6. Pilih initial conditions unsteady flow data, pilih keadaan aliran yang sesuai

dengan saluran yang dianalisis.

Gambar 3.7 Tampilan Analysis Unsteady Flow Data

Sumber : Panduan HEC - RAS

3.3 Run Program Contoh Kasus

Setelah semua data dimasukkan, maka pilih compute dan program akan

menghitung data yang sudah kita input.

Output yang dihasilkan yaitu profil muka air dan kapasitas tampungan sungai,

(30)

3.4 Input Data Sungai Wulan ke HEC-RAS

Input data yang dilakukan sama dengan input data yang dilakukan untuk contoh

kasus.

3.5 Run Program Sungai Wulan

Setelah semua data dimasukkan, maka pilih compute dan program akan

menghitung data yang sudah kita input.

Output yang dihasilkan yaitu profil muka air dan kapasitas tampungan sungai,

sehingga kita dapat mengetahui daerah Sungai Wulan yang mengalami banjir.

3.6 Memeriksa Kapasitas Tampungan

Kapasitas tampungan akan ditampilkan oleh HEC-RAS, bila muka air melebihi /

melewati tanggul berarti kapasitas tampungan tidak mencukupi atau dapat

dikatakan banjir. Apabila kapasitas tampungan mencukupi, maka penelitian

selesai. Bila tidak mencukupi, maka dilakukan penanggulangan banjir dengan

software HEC-RAS.

3.7 Penanggulangan Banjir dengan HEC-RAS

Beberapa alternatif cara penanggulangan banjir dengan software HEC-RAS,

yaitu:

a. Normalisasi aliran sungai.

b. Memberi tanggul pada daerah banjir.

3.8 Mengambil Kesimpulan

Dari hasil analisis tersebut kami menarik kesimpulan bagaimana cara

(31)

Run Program

Cara penanggulangan dengan HEC-RAS

Kesimpulan

Selesai Memberi tanggul pada daerah banjir

Mencukupi

Tidak Input data contoh kasus ke HEC-RAS (project data, geometri data, flow data):

• River-reach, cross section

• Angka manning, jarak antar cross

• Boundary condition

• Koefisien kontraksi-ekspansi

Kapasitas Tampungan ( mencukupi / tidak )

Analisis Debit :

• Data hujan

• Pasang surut Pengumpulan data-data

sekunder Sungai Wulan: - cross section

- situasi, angka manning - hidrograf sintetik

(32)

BAB IV PEMBAHASAN

Evaluasi Kapasitas Penampang Sungai Wulan

Sungai Wulan merupakan sungai yang melintasi kota Kudus. Sebagai kota

industri, banjir yang terjadi pada tanggal 26 Desember 2007, sangat

mengganggu aktivitas warga. Beruntung dalam musibah itu tidak memakan

korban jiwa. Banjir itu merupakan banjir kiriman dari Sungai Serang dan Sungai

Lusi. Supaya banjir tidak terjadi di masa yang akan datang, perlu diadakan

evaluasi terhadap kapasitas penampang dan dilakukan upaya-upaya untuk

mencegah banjir di sekitar Sungai Wulan.

Gambar 4.1 Penampang Sungai Wulan Sumber : Dokumen Pribadi

Langkah awal yang perlu dilakukan untuk melakukan penanggulangan

banjir adalah menentukan besar debit air yang masuk ke Sungai Wulan. Debit itu

berasal dari aliran dari Sungai Serang dan Sungai Lusi. Dalam hal ini, penulis

dalam menentukan besarnya debit rencana, dengan metode Gumbel. Sehingga

nantinya akan didapatkan perkiraan debit yang sesuai dengan syarat-syarat

ditentukan. Debit yang digunakan adalah debit banjir dengan kala ulang 25 dan

(33)

Untuk melakukan evaluasi kapasitas penampang Sungai Wulan, penulis

menggunakan program HEC-RAS 4.0. Program ini dipakai untuk melakukan

analisis terhadap hidrolik 1 dimensi. Dalam studi kasus Sungai Wulan,

digunakan perhitungan penampang muka air aliran tidak tetap (unsteady flow).

A. Input Data

Panjang Sungai Wulan yang diamati adalah 50 km (=50×103m) dengan

jarak pengamatan antar 100 m hingga 2000 m. Setelah itu, penulis harus

merubah data hujan menjadi debit air dari Sungai Serang dan Sungai Lusi.

Dari debit air dibuat hidrograf satuan untuk kala ulang 25 dan 50 tahun,

kemudian penulis melakukan penelusuran banjir dengan program

HEC-RAS 4.0. Dengan program ini akan diketahui bagian mana yang

mengalami banjir dan bagian yang tidak terkena banjir. Dari penampang

yang diketahui banjir, kita bisa melakukan pencegahan banjir dengan

meninggikan tanggul yang sudah ada di bagian kanan atau kiri.

Data yang diinput untuk analisis kapasitas penampang Sungai Wulan

meliputi:

1. Angka Manning bantaran kiri = 0,03 (saluran alam dengan kondisi

tanah yang ditumbuhi pepohonan dan rumput).

Angka Manning bantaran kanan = 0.04 (saluran alam dengan kondisi

tanah yang ditumbuhi rumput).

Angka Manning saluran utama = 0,035 (saluran alam, lebar atas pada

taraf banjir < 100 kaki, saluran di dataran, dan terdapat sedimen

lempung).

2. Jarak bantaran kiri, kanan dan saluran utama terhadap cross section

selanjutnya.

3. Data debit rencana yang didapat dari perhitungan manual dengan

(34)

4. Kondisi batas (reach boundary condition) Sungai Wulan pada hulu

adalah aliran seragam (flow hydrograf) dan pada hilir adalah aliran

pasang surut (stage hydrograph).

5. Keadaan aliran Subkritis.

6. Koefisien kontraksi dan ekspansi menggunakan input yang sudah

diberikan yaitu 0,1 dan 0,3.

7. Data cross section yang didapat dari PT. ADICCON MULYA.

Tabel 4.1 Jarak Bantaran Antar Potongan (Cross)

Tanggul kiri As sungai Tanggul kanan

No. Patok Jarak per Jarak per Jarak per

patok (m) patok (m) patok (m)

1 1181

99.7 80.6 62.2

2 1180

98.3 78.6 68

3 1179

94.5 71.95 60

4 1178

100 94.75 90.8

5 1177

99.05 94.5 91.65

6 1176

97.8 101.8 103.8

7 1175

195.45 201.8 213.8

8 1173

102.2 124.7 141.4

9 1172

1279 1193.8 1149.95

10 1159

686.8 732.2 781.7

11 1152

(35)

Lanjutan :

Tanggul Kiri As sungai Tanggul kanan

No. Patok Jarak per Jarak per Jarak per

Patok (m) Patok (m) Patok (m)

12 1150

99.1 88 79.8

13 1149

100.4 67.7 52.8

14 1148

96.2 80.65 74.8

15 1147

95.4 122.1 145.6

16 1146

94.9 115.7 139.1

17 1145

139.7 140.1 140.1

18 1144

54.9 54.55 52.4

19 1143

99.8 101.3 103.9

20 1142

99.4 93.9 87.2

21 1141

99.55 96.2 92.9

22 1140

99.9 96.7 77.4

23 1139

127.7 140.2 149.5

24 1138

70.2 64 60.4

25 1137

198.2 204.8 21.3

26 1135

199.4 208.1 220.5

27 1133

198.65 189 181.65

(36)

Lanjutan :

Tanggul kiri As sungai Tanggul kanan

No. Patok Jarak per Jarak per Jarak per

Patok (m) Patok (m) Patok (m)

29 1130

114.7 98.6 88

30 1129

211.7 182.8 175.8

31 1127

77.4 78.4 78.8

32 1126

293.6 369.45 443.35

33 1124

984.8 884.85 823.4

34 1122

500.55 495.6 560.05

35 1121

498.4 498.7 501.65

36 1120

991.4 1011.2 1019.45

37 1118

2143.8 2143.3 2196.8

38 1112

99.4 94 91.8

39 1111

640.15 634.9 641.8

40 1109

2237.35 2183.6 2126.1

41 1100

150.1 133.1 115.25

42 1099

394.35 430.55 471.8

43 1097

296.25 307.2 340.4

44 1096

198.3 198.65 237.15

45 1095

(37)

Lanjutan :

Tanggul kiri As sungai Tanggul kanan

No. Patok

Jarak per Jarak per Jarak per

Patok (m) Patok (m) Patok (m)

46 1093

193 193.25 202.9

47 1092

297.7 295.85 301.7

48 1091

300.8 301.0 310

49 1090

651.75 679.6 720.4

50 1088

212.1 197.95 210.75

51 1086

148 154.2 180.9

52 1085

497.85 469.45 391.95

53 1082

495.9 486.85 474

54 1080

1764.8 1797.4 1854.9

55 1075

247.3 226.2 197.4

56 1074

233 190.65 132.6

57 1073

497 529.6 588.15

58 1072

493.8 503 516.5

59 1071

406.65 506.15 519.95

60 1070

495.3 493.9 494.1

61 1069

494.3 490.9 490.3

(38)

Lanjutan :

Tanggul kiri As sungai Tanggul kanan

No. Patok

Jarak per Jarak per Jarak per

Patok (m) Patok (m) Patok (m)

63 1067

496.8 500.45 535.85

64 1066

547 549.9 549.1

65 1065

995.35 997.6 1000.6

66 1064

946.2 929.7 902.6

67 1063

497.1 492.2 501.1

68 1062

397.8 390 395.4

69 1061

384.45 364.3 383.5

70 1060

299.1 297.5 299.2

71 1059

447.8 445.4 456.5

72 1058

1146.25 1145.35 1149.45

73 1056

398.85 405.7 423.6

74 1055

300.7 323.5 347.65

75 1054

206.4 162.6 154.95

76 1053

232.8 219.6 218.1

77 1052

199.25 186.9 170.1

78 1051

299.9 302.7 314.6

79 1050

(39)

Lanjutan :

Tanggul kiri As sungai Tanggul kanan

No. Patok

Jarak per Jarak per Jarak per

Patok (m) Patok (m) Patok (m)

80 1049

446 445.35 503.05

81 1048

296.8 418.95 449.8

82 1047

194.5 190.85 164.9

83 1046

987.55 956.75 946.4

84 1044

482.1 419 340.25

85 1043

495.5 529.3 551.1

86 1042

497.55 518.55 540.75

87 1041

493.75 473.4 446.55

88 1040

1339.3 493.05 475.25

89 1038

249 226 195.5

90 1037

490.25 472.75 448.05

91 1035

299.4 277.8 256.65

92 1034

247 337.4 388.1

93 1033

240.05 268.5 270.2

94 1032

198.1 186.1 167.3

95 1031

298.9 323.65 338.9

(40)

Lanjutan :

Tanggul kiri As sungai Tanggul kanan

No. Patok

Jarak per Jarak per Jarak per

Patok (m) Patok (m) Patok (m)

97 1029

302 268.5 229.45

98 1028

299.7 311.7 327

99 1027

197.3 233 270.65

100 1026

297 326.2 346.8

101 1025

198.4 174 155.8

102 1024

299.4 299.1 297.8

103 1023

984.6 1019.3 1070.65

104 1019

193.5 192.4 203.4

105 1018

199.1 202.2 206.6

106 1017

198.8 197.6 193.15

107 1015

99.6 109.3 120

108 1014

98.5 94.1 89.3

109 1013

199.2 207.3 216.1

110 1011

193.95 201.1 204.05

111 1010

(41)

Lanjutan :

Tanggul kiri As sungai Tanggul kanan

No. Patok

Jarak per Jarak per Jarak per

Patok (m) Patok (m) Patok (m)

112 1009

547.6 525 512.05

113 1008

497.2 485.1 472.75

114 1007

963.3 914.3 887

115 1005

399.4 384.15 370.9

116 1004

494.95 486.1 494.5

117 1003

437.75 405 387.25

118 1002

485.95 490.8 501.35

119 1001

303.8 278.65 260

(42)

Dari potongan sungai yang ada, langkah yang selanjutnya adalah

menentukan mengolah data hujan menjadi hujan rancangan. Data hujan itu

adalah data hujan dari tahun 1991 – 2001.

Tabel 4.2 data hujan tahun 1991 – 2001 :

Tahun R24 (mm)---X X-Xrata-rata (X-Xrata-rata)2 (X-Xrata-rata)3 (X-Xrata-rata)4

1991 357.77 -92.902 8630.844 -801825.575 74491469.059

1992 346.27 -104.403 10900.049 -1138001.147 118811077.151

1993 583.25 132.572 17575.329 2329996.192 308892204.667

1994 655.64 204.962 42009.538 8610370.760 1764801252.333

1995 292.78 -157.893 24930.281 -3936323.370 621518926.284

1996 498.84 48.166 2319.929 111740.886 5382071.698

1997 264.90 -185.779 34513.954 -6411978.775 1191213028.646

1998 589.73 139.052 19335.322 2688605.612 373854662.242

1999 395.15 -55.526 3083.151 -171195.441 9505820.146

2000 430.87 -19.801 392.070 -7763.277 153718.727

2001 542.23 91.554 8382.077 767409.973 70259208.283

Jumlah 4957.43 0.000 172072.544 2041035.837 4538883439.239

Sumber : Dokumen Pribadi Dari data di atas didapatkan data :

(43)

Koefisien Skweness ( Cs ) =

Dengan harga Cs >0, maka distribusi yang dipilih adalah Distribusi

Gumbel :

Hasil perhitungan hujan rancangan dengan sebaran metode Distribusi

Gumbel akan didapat hujan rancangan sebesar :

Untuk kala ulang 25 tahun : Yt = 3.199 ; Sn = 1.603 ; Yn = 0.524

(44)

Dengan luas daerah tangkapan (A) sebesar 2008 km2 (perhitungan luas

dapat dilihat di lampiran), panjang sungai (L) sebesar 50 km, kemiringan

sungai (S) sebesar 1.05% dan angka pengaliran (C) sebesar 0.078, maka

(45)

Pada tanggal 27 Desember 2007, debit air yang melewati Pintu Wilalung

sebesar 1100 m3/detik. Dari pintu ait tersebut, air dialirkan menuju Sungai

Wulan dan Sungai Juwana. Karena pada saat itu pintu air yang ke Sungai

Juwana tidak dapat berfungsi maka semua air masuk ke Sungai Wulan.

Dari perhitungan di atas, debit air sebesar 1100 m3/detik ternyata berada di

antara T25 (1014.618 m3 / detik) dan T50 (1127.357 m3 / detik). Sehingga

debit air yang dimasukkan dalam program HEC – RAS adalah debit air

yang terbesar (1127.357 m3 / detik).

Debit yang ada memiliki waktu 553.093 menit atau setara dengan 4.5 jam.

Dari waktu yang ada, penulis perlu membagi dalam satuan yang lebih

kecil (tiap 30 menit) untuk mendapatkan hasil yang lebih tepat.

Tabel 4.3 hujan T25 dan T50 dalam selang waktu 30 menit : TABEL HUJAN 50 TH 4.5 1127.357 5 1002.095

(46)

Dari tabel di atas, lalu penulis membuat hidrograf satuan yang dihasilkan

oleh hujan efektif merata dengan kedalaman tertentu, dengan intensitas

tetap.

Tabel 4.4 Hidrograf Untuk T25

TABEL 25 TH

0.000 200.000 400.000 600.000 800.000 1000.000 1200.000

0 2 4 6 8 10

TIME

DE

BI

T

TABEL 25 TH

Sumber : Pengolahan data

Tabel 4.5 Hidrograf Untuk T50

TABEL 50 TH

0.000 200.000 400.000 600.000 800.000 1000.000 1200.000

0 2 4 6 8 10

TIME

DE

BI

T

TABEL 50 TH

(47)

Sebelum diolah dengan program HEC-RAS 4.0, penulis perlu

mencantumkan keadaan yang terjadi di hulu dan hilir sungai. Pada bagian

hulu, keadaannya normal (tidak ada perubahan yang mencolok).

Sedangkan pada bagian hilir, penulis perlu mencantumkan data pasang

surut air karena aliran akan bermuara ke laut.

Tabel 4.6 Data pasang Surut

(48)

Lanjutan :

No. Jam Bacaan Rambu (m) No. Jam Bacaan Rambu (m)

35 17:00 0.824 35 17:00 0.792

36 17:30 0.803 36 17:30 0.761

37 18:00 0.767 37 18:00 0.705

38 18:30 0.604 38 18:30 0.692

39 19:30 0.605 39 19:30 0.501

40 20:00 0.627 40 20:00 0.480

41 20:30 0.451 41 20:30 0.403

42 21:00 0.483 42 21:00 0.355

43 21:30 0.300 43 21:30 0.321

44 22:00 0.255 44 22:00 0.306

45 22:30 0.194 45 22:30 0.250

46 23:00 0.109 46 23:00 0.202

47 23:30 0.104 47 23:30 0.190

Sumber : Data Primer

B. Hasil Output

Program HEC-RAS 4.0 akan menghitung sendiri kapasitas penampang

Sungai Wulan, sehingga dapat diketahui bentuk penampang sungai, tinggi

muka air dan kapasitas penampang Sungai Wulan mencukupi atau tidak.

Untuk melihat hasil outputpilih View, profil summary table.

Selain menampilkan hasil perhitungan, HEC-RAS 4.0 juga menampilkan

bentuk penampang saluran, sehingga dapat diketahui bentuk penampang

dan tinggi muka air di Sungai Wulan. Dari gambar tersebut dapat dilihat

kapasitas tampungan Sungai Wulan sudah mencukupi atau belum.

(49)

Pada Debit Rencana dengan kala ulang 25 tahun (T25)

UPSTREA M BOUNDARY OF FA LL RIVER

Station (m)

UPSTREA M BOUNDARY OF FA LL RIVER

Station (m)

Penampang 1181 (hulu) Penampang 1180 (hulu)

Gambar 4.2 Sample penampang tengah sungai T25 Sumber : Pengolahan data

Pada sample gambar penampang tengah sungai dengan T25 (1014.618

m3/dtk) yang dihasilkan dari input data pada HEC-RAS 4.0 di atas dapat

dilihat bahwa air sungai melimpas dan limpasan di cross tersebut sangat

tinggi, yang menandakan bahwa pada cross tersebut sungai tidak dapat

(50)

Pada Debit Rencana dengan kala ulang 50 tahun (T50)

UPSTREA M BOUNDARY OF FA LL RIVER

Station (m)

UPSTREA M BOUNDARY OF FA LL RIVER

Station (m)

Penampang 1181 (hulu) Penampang 1180 (hulu)

Gambar 4.3 Sample penampang tengah sungai T50 Sumber : Pengolahan data

Pada sample gambar penampang tengah sungai dengan T50 (1127.357

m3/dtk) yang dihasilkan dari input data pada HEC-RAS 4.0 di atas dapat

dilihat bahwa air sungai melimpas dan limpasan di cross tersebut sangat

tinggi, yang menandakan bahwa pada cross tersebut sungai tidak dapat

(51)

4.2 Upaya Penanggulangan Banjir

Setelah kapasitas penampang Sungai Wulan diketahui, maka rencana

penanggulangan banjir dapat dilaksanakan. Dalam laporan ini, penulis

memberikan cara penanggulangan banjir di Sungai Wulan :

Pemberian Tanggul

Dasar Perencanaan Pemberian Tanggul

Data yang digunakan untuk perencanaan tanggul adalah data dari hasil

evaluasi kapasitas penampang Sungai Wulan. Dari hasil evaluasi kapasitas

penampang dapat dilihat bagian-bagian sungai yang mengalami banjir.

Bila terjadi banjir pada bagian yang sudah ditanggul, maka langkah yang

dilakukan adalah meninggikan tanggul yang sudah ada.

Gambar penampang saluran Sungai Wulan yang sudah ditanggul:

Pada Debit Rencana dengan kala ulang 25 tahun (T25)

0 200 400 600 800 1000

UPSTREA M BOUNDARY OF FA LL RIVER

Station (m)

UPSTREA M BOUNDARY OF FA LL RIVER

Station (m)

Penampang 1181 (hulu) Penampang 1180 (hulu)

Gambar 4.4 Tanggul pada T25 Sumber : Pengolahan data

Pada sample gambar penampang tengah sungai yang sudah ditanggul

dengan T25 (1014.618 m3/dtk) yang dihasilkan dari input data pada

HEC-RAS 4.0 di atas dapat dilihat bahwa air sungai sudah tidak melimpas, dan

(52)

Pada Debit Rencana dengan kala ulang 50 tahun (T50)

UPSTREA M BOUNDARY OF FA LL RIVER

Station (m)

UPSTREA M BOUNDARY OF FA LL RIVER

Station (m)

Penampang 1181 (hulu) Penampang 1180 (hulu)

Gambar 4.5 Tanggul pada T50 Sumber : Pengolahan data

Pada sample gambar penampang tengah sungai yang sudah ditanggul

dengan T50 (1127.357 m3/dtk) yang dihasilkan dari input data pada

HEC-RAS 4.0 di atas dapat dilihat bahwa air sungai sudah tidak melimpas, dan

(53)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari hasil penelitian laporan ini adalah sebagai berikut:

1. Dari hasil analisis kapasitas penampang Sungai Wulan dengan HEC-RAS

4.0, ada beberapa potongan yang mengalami banjir (untuk lebih jelas dapat

dilihat pada tabel 5.3 dam 5.4)

~ Untuk Q25 = 1014.618 m3/dtk

banjir yang terparah terjadi pada stasiun sungai 1091

~ Untuk Q50 = 1127.357 m3/dtk

banjir yang terparah terjadi pada stasiun sungai 1178

2. Alternatif solusi untuk meningkatkan kapasitas penampang sungai pada

daerah yang mengalami banjir di sepanjang Sungai Wulan yaitu:

Memberikan tanggul setinggi 2 m – 3.25 m (sudah termasuk tinggi jagaan

0,8 m)

3. Kelemahan dari program HEC-RAS ini yaitu hanya bisa melakukan analisis

(54)

5.2 Saran

Saran yang dapat penulis berikan bagi pihak-pihak yang ingin melanjutkan

penelitian ini atau melakukan penelitian sejenis adalah sebagai berikut:

1. Memperhitungkan sedimen yang terdapat di dalam Sungai Wulan dan

melakukan pengecekan kondisi tanah di sekitar Sungai Wulan.

2. Melakukan analisis hidrologi.

3. Penanggulangan banjir selain tanggul dan normalisasi dapat juga dilakukan

dengan mengganti dasar saluran dengan beton sehingga aliran sungai

menjadi lebih lancar.

4. Pelaksanaan penanggulangan banjir harus memperhatikan banyak

kepentingan. Daerah-daerah yang bila banjir merugikan masyarakat harus

didahulukan pelaksanaannya.

5. Dari segi ekonomi, penanggulangan banjir yang baik dilakukan dengan

meninggikan tanggul yang sudah ada karena sedikit penampang yang

diubah.

6. Berikut ini adalah tabel kondisi Sungai Wulan dan penangulangannya:

Tabel 5.1 Penanggulangan banjir pada T25

Cross  Kondisi  Penanggulangan  Tanggul  Ditanggul 1m

1179 (hulu)

Banjir pada sisi Kanan dan  Kiri 

Oke  Ditanggul 1m

1178 (hulu)

Banjir pada sisi Kanan dan  Kiri 

Oke  Ditanggul 1m

1091 (tengah)

Banjir pada sisi Kanan dan  Kiri 

Oke  Ditanggul 1.5m

1092 (tengah)

Banjir pada sisi Kanan dan  Kiri

(55)

Cross  Kondisi  Penanggulangan 

1093 (tengah)

Banjir pada sisi Kanan  Oke  Ditanggul 1m

1095 Ditanggul 1m

1005 (hilir)

Banjir pada sisi Kanan dan  Kiri 

Oke  Ditanggul 1m

1025

Sumber : Pengolahan data

Tabel 5.2 Penanggulangan banjir pada T50

Cross  Kondisi  Alternatif Penanggulangan  Tanggul  Ditanggul 1m

1179 Ditanggul 2m

1091 (tengah)

Banjir pada sisi Kanan dan  Kiri 

Oke  Ditanggul 1m

1092 (tengah)

Banjir pada sisi Kanan dan  Kiri

Oke  Ditanggul 2m

1093 (tengah)

Banjir pada sisi Kanan dan  Kiri

Oke  Ditanggul 1m

1095 (tengah)

(56)

Cross  Kondisi  Alternatif Penanggulangan  Ditanggul 2m

1003 (hilir)

Banjir pada sisi Kanan dan  Kiri 

Oke  Ditanggul 2m

1007 (hilir)

Banjir pada sisi Kanan dan  Kiri

Oke  Ditanggul 2m

Sumber : Pengolahan data

Tabel 5.3 Penampang banjir T25

Cross Penampang Banjir Penampang Yang Ditanggul

1181 UPSTREA M BOUNDARY OF FA LL RIVER

Sta tion (m) UPSTREA M BOUNDARY OF FA LL RIVER

Station (m) UPSTREA M BOUNDARY OF FA LL RIVER

Sta tion (m) UPSTREA M BOUNDARY OF FA LL RIVER

Station (m) UPSTREA M BOUNDARY OF FA LL RIVER

Sta tion (m) UPSTREA M BOUNDARY OF FA LL RIVER

(57)

Lanjutan : UPSTREA M BOUNDARY OF FA LL RIVER

Sta tion (m) UPSTREA M BOUNDARY OF FA LL RIVER

Station (m) UPSTREA M BOUNDARY OF FA LL RIVER

Station (m) UPSTREA M BOUNDARY OF FA LL RIVER

Station (m) UPSTREA M BOUNDARY OF FA LL RIVER

Sta tion (m) UPSTREA M BOUNDARY OF FA LL RIVER

Station (m) UPSTREA M BOUNDARY OF FA LL RIVER

Sta tion (m) UPSTREA M BOUNDARY OF FA LL RIVER

Station (m) UPSTREA M BOUNDARY OF FA LL RIVER

Station (m) UPSTREA M BOUNDARY OF FA LL RIVER

(58)

Lanjutan : UPSTREA M BOUNDARY OF FA LL RIVER

Station (m) UPSTREA M BOUNDARY OF FA LL RIVER

Station (m) UPSTREA M BOUNDARY OF FA LL RIVER

Sta tion (m) UPSTREA M BOUNDARY OF FA LL RIVER

Station (m) UPSTREA M BOUNDARY OF FA LL RIVER

Sta tion (m) UPSTREA M BOUNDARY OF FA LL RIVER

Station (m)

(59)

Tabel 5.4 Penampang banjir T50

Cross Penampang Banjir Penampang Yang Ditanggul

1181

UPSTREA M BOUNDARY OF FA LL RIVER

Station (m)

UPSTREA M BOUNDARY OF FA LL RIVER

Station (m)

UPSTREA M BOUNDARY OF FA LL RIVER

Station (m)

UPSTREA M BOUNDARY OF FA LL RIVER

Station (m)

UPSTREA M BOUNDARY OF FA LL RIVER

Station (m)

UPSTREA M BOUNDARY OF FA LL RIVER

Station (m)

UPSTREA M BOUNDARY OF FA LL RIVER

Station (m)

UPSTREA M BOUNDARY OF FA LL RIVER

(60)

Lanjutan :

UPSTREA M BOUNDARY OF FA LL RIVER

Station (m)

UPSTREA M BOUNDARY OF FA LL RIVER

Station (m) UPSTREA M BOUNDARY OF FA LL RIVER

Station (m)

UPSTREA M BOUNDARY OF FA LL RIVER

Station (m)

UPSTREA M BOUNDARY OF FA LL RIVER

Station (m)

UPSTREA M BOUNDARY OF FA LL RIVER

Station (m)

UPSTREA M BOUNDARY OF FA LL RIVER

Station (m)

UPSTREA M BOUNDARY OF FA LL RIVER

(61)

Lanjutan :

UPSTREA M BOUNDARY OF FA LL RIVER

Station (m)

.05 1.395 .001

0 50 100 150 200 250

UPSTREA M BOUNDARY OF FA LL RIVER

Station (m)

.05 1.395 .001

1003

UPSTREA M BOUNDARY OF FA LL RIVER

Station (m)

UPSTREA M BOUNDARY OF FA LL RIVER

Station (m)

UPSTREA M BOUNDARY OF FA LL RIVER

Station (m)

UPSTREA M BOUNDARY OF FA LL RIVER

Station (m)

(62)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Catatan Perkuliahan Hidrolika/Mekanika Fluida. Jurusan Teknik Sipil

Fakultas Teknik Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.

Brunner, G.W., 2006. HEC-RAS 4.0 Beta, River Analysis System Hydraulics

Reference Manual. US Army Corps of Engineers, Hydrologic Engineering

Center.

Brunner, G.W., 2006. appguide. US Army Corps of Engineers, Hydrologic

Engineering Center.

Brunner, G.W., 2006. hydref. US Army Corps of Engineers, Hydrologic Engineering

Center.

Brunner, G.W., 2006. userman. US Army Corps of Engineers, Hydrologic

Engineering Center.

Brunner W. Gary. 2002. HEC-RAS River Analisys. State of California.

Dake, JMK. 1985. Hidrolika Teknik. Jakarta : Erlangga.

Hermawan, Yandi. 1982. Hidrologi untuk Insinyur. Jakarta.

PT. Adiccon Mulya, 2007. Pekerjaan Detail Desain Perbaikan Kali Wulan.

Semarang.

Santosa, B., 1988. Hidrolika. Jakarta : Erlangga.

Sri Harto, 1985. Hidrologi Terapan edisi ketiga. Yogyakarta.

(63)

Perhitungan Luas DAS :

Sta Sedadi =0.5×

(

28+13

)

×20= 410 km2

(

25 9

)

9 5

.

0 × + ×

= = 153 km2

13 22 5 .

0 × ×

= = 143 km2

Luas = 706 km2

Sta Brati =0.5×

(

20+13

)

×13= 214.5 km2

Sta Tawangharjo =45×13 = 585 km2

=55.3×7 = 387.1 km2

7 33 5 .

0 × ×

= = 115.4 km2

Luas = 1087.5 km2

Gambar

Gambar 1.1  Peta Lokasi Sungai Wulan.
Gambar 1.2. Skema Sungai Wulan.
Gambar 1.3. Citra Satelit Sungai Wulan.
Gambar 2.1 Persamaan rumus Energi.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Madaat yang bisa diperoleh dari perelitian ini adalah dengan dikeiahui berapa besar penambahan kapasitas lentur penampang vang. terjadi. maka dapat dihitung kcperluan

Berdasarkan grafik hasil analisa komparasi kapasitas dukung tiang pancang diatas untuk luas penampang 0,016 m 2 dapat dijelaskan bahwa, penampang cincin

Dari hasil evaluasi ekonomi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pabrik Tricresyl Phosphate dengan kapasitas 20.000 ton/tahun layak untuk dipertimbangkan untuk

Dengan melihat distribusi kombinasi gaya aksial dan lentur yang bekerja terhadap plot diagram interaksi, dapat ditentukan apakah suatu penampang cukup efisien untuk

Dari hasil evaluasi ekonomi tersebut, pabrik akrolein dengan oksidasi propilen kapasitas 3000 ton/tahun dinilai layak untuk didirikan karena telah memenuhi

Hasil evaluasi ekonomi menunjukkan bahwa pabrik sorbitol dari glukosa dengan proses hidrogenasi katalitik kapasitas 30.000 ton/tahun layak didirikan.. ix

Berdasarkan hasil analisis, sesuai Tabel 5 yang menyatakan hubungan kekuatan penampang berdasarkan mutu dapat dilihat bahwa kapasitas aksial penampang kolom baja

Berdasarkan uraian di atas, kapasitas saluran drainase primer pada Daerah Aliran Sungai DAS Ampal Kota Balikpapan akan dievaluasi untuk mengetahui saluran tersebut dapat menampung debit