• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Kinerja Dirjen PDN 2017 arsip

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Laporan Kinerja Dirjen PDN 2017 arsip"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Kata Pengantar

Berdasarkan Peraturan Presiden No. 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintahan, dan dikuatkan dengan Keputusan Menteri Perdagangan R.I No. 794/M-DAG/KEP/8/2015 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Sistem Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (SAKIP) Di Lingkungan Kementerian Perdagangan; bahwa setiap Satuan Kerja (Satker) Unit Eselon I di lingkungan Kementerian Perdagangan R.I diwajibkan menyampaikan Laporan Kinerja kepada Pimpinan Kementerian Perdagangan, sebagai wujud pertanggungjawaban atas pencapaian visi, misi, tujuan dan sasaran dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi yang menjadi kewajiban Satker.

Laporan Kinerja Ditjen PDN Tahun 2017 ini berisi informasi atas Perjanjian Kinerja yang dilaksanakan selama periode 2017. Pencapaian kinerja atau realisasi pencapaian sasaran dianalisis menggunakan indikator dan kegiatan pendukung yang telah dilaksanakan Ditjen Perdagangan Dalam Negeri dan disusun berdasarkan laporan dan masukan seluruh unit kerja.

Dengan terbitnya Laporan Kinerja Ditjen PDN Tahun 2017 ini, unit kerja terkait di lingkungan Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri dapat mengetahui kinerja yang telah dicapai dan melakukan evaluasi. Atas realisasi kinerja yang telah mencapai atau melampaui target maka tantangannya adalah mempertahankan hal tersebut di tahun berikutnya, sedangkan yang belum mencapai target perlu melakukan perbaikan sehingga kinerja di tahun selanjutnya dapat meningkat.

Disamping hal tersebut, diharapkan laporan ini memberikan panduan kepada unit kerja agar kegiatan dalam pencapaian indikator kinerja juga dilaksanakan secara efektif dan e isien sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Jakarta, Maret 2018

Direktur Jenderal

Perdagangan Dalam Negeri

Tjahya Widayanti

(4)

Ringkasan Eksekutif

Laporan Kinerja Tahun 2017 Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri (Ditjen PDN) Kementerian Perdagangan memaparkan realisasi Indikator Kinerja (IK) yang menggambarkan pencapaian tujuan dan sasaran strategis Direktorat Jenderal selama tahun berjalan. Secara keseluruhan terdapat 6 IK dari 5 sasaran Program Ditjen PDN yang diukur pada Laporan Kinerja Ditjen PDN Tahun 2017 (Lihat Tabel 1). Dari keseluruhan 6 IK tersebut, 5 IK melampaui target yang ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja (Warna Biru) dan 1 IK belum mencapai target (Warna Hijau). Secara rata-rata, capaian kinerja Ditjen PDN di tahun 2017 sebesar 111,61%.

Tabel 1. Capaian Indikator Kinerja Tahun 2017

Indikator Kinerja Target

2017

Capaian Tahun 2017

Prediksi Realisasi Capaian % Sasaran Program 1 : “Meningkatnya Pengembangan Kapasitas Logistik dan Sarana Perdagangan”

IK-1 Pertumbuhan Omzet Pedagang Pasar Tipe A yang telah direvitalisasi 20% 100 26,91% 134,55

Sasaran Program 2: “Terjaganya Stabilitas Harga Barang Kebutuhan Pokok”

IK-2 Koe isien Variasi Harga Barang Kebutuhan Pokok Antar Wilayah <13,8 100 14,8% 91,97

IK-3 Koe isien Variasi Harga Barang Kebutuhan Pokok Antar Waktu <9 100 2% 100

Sasaran 3: “Meningkatnya Konsumsi Produk Dalam Negeri Dalam Konsumsi Rumah Tangga Nasional”

IK-4 Peningkatan Kontribusi Produk Dalam Negeri dalam Konsumsi Rumah Tangga Nasional 92,7 100 93,01% 100,33

Sasaran 4 : “Meningkatnya Pelayanan dan Kemudahan Berusaha Bidang PDN”

IK-5 Terintegrasinya Layanan Perijinan Perdagangan Dalam Negeri di Daerah dengan Sistem Informasi

Kemendag 40 100 44 110

Sasaran 5: “Meningkatnya Persentase Barang Produksi Dalam Negeri yang Diperdagangkan di Toko Swalayan”

IK-6 Persentase Barang Produksi Dalam Negeri yang Diperdagangkan di Toko Swalayan 70% 100 93% 132,85

Rata-Rata Capaian Kinerja Ditjen PDN 111,61

(5)

Daftar Isi

Kata Pengantar ... iii

Ringkasan Eksekutif ... iv

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel ... vi

Daftar Gambar ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 2

B. Tugas dan Fungsi ... 2

BAB II PERJANJIAN KINERJA ... 9

A. Perjanjian Kinerja Ditjen Perdagangan Dalam Negeri ... 10

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA ... 13

A. Capaian Kinerja ... 14

BAB IV PENUTUP ... 47

LAMPIRAN ... 49

Dokumen Kontrak Kinerja ... 49

Struktur Organisasi ... 53

Formulir Pengukuran Pencapaian Sasaran ... 54

Rekapitulasi Pegawai Ditjen PDN ... 56

(6)

Daftar Tabel

Tabel 1. Capaian Indikator Kinerja Tahun 2017 ... iv

Tabel 2. Indikator Kinerja Sasaran 1 ... 14

Tabel 3. Indikator Kinerja Sasaran 2 ... 16

Tabel 4. Rumus Pengukuran Capaian Kinerja Secara Umum ... 17

Tabel 5. Formula Perhitungan Indikator Kinerja Utama Direktorat Bahan Pokok dan Barang Strategis ... 18

Tabel 6. Koe isien Variasi Harga 10 Barang Kebutuhan Pokok Antar Wilayah Tahun 2015 s/d 2017 ... 19

Tabel 7. Rasio Koe isien Variasi Harga Barang Pokok Antar Waktu ... 22

Tabel 8. Indikator Kinerja Sasaran 3 ... 32

Tabel 9. Persentase Konsumsi Rumah Tangga Tahun 2016 ... 33

Tabel 10. Persentase Konsumsi Rumah Tangga untuk Produk Dalam Negeri dari Tahun 2012 s/d 2016 ... 34

Tabel 11. Indikator Kinerja Sasaran 4 ... 37

Tabel 12. Daftar Kabupaten/Kota yang pengurusan perijinan di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu telah terintegrasi dengan Sistem Informasi Perusahaan Online Kemendag pada Tahun 2017 ... 39

Tabel 13. Indikator Kinerja Sasaran 5 ... 41

(7)

Daftar Gambar

Gambar 1. Bagan Organisasi Ditjen Perdagangan Dalam Negeri ... 3

Gambar 2. Gra ik Koe isien Variasi Harga Barang Kebutuhan Pokok Antar Wilayah Tahun 2015 s/d 2017 ... 19

Gambar 3. Gra ik Koe isien Variasi Harga 10 Barang Kebutuhan Pokok Antar Wilayah Tahun 2015 s/d 2017 ... 21

Gambar 4. Gra ik Koe isien Variasi Harga Barang Kebutuhan Pokok Antar Waktu Tahun 2015 s/d 2017 ... 23

Gambar 5. Gra ik Rata-rata Rasio Koe isien Variasi Harga Barang Pokok Antar Waktu (%) Tahun 2015 s/d 2017 ... 24

Gambar 6. Perkembangan Laju In lasi Bahan Makanan (%) Tahun 2015 s/d 2017 ... 24

Gambar 7. Pelaksanaan Pasar Murah Kemendag Dalam Rangka Pelepasan Operasi Pasar Beras Medium ... 26

Gambar 8. Pelaksanaan Pemantauan Harga dan Stok di Pasar Rakyat ... 28

Gambar 9. Trayek “Tol Laut” Pada Tahun 2017 ... 31

Gambar 10. Foto Pameran UKM Potensial dari Berbagai Daerah di Indonesia ... 35

Gambar 11. Foto Penyelenggaraan Sosialisasi Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri Melalui Sektor Pendidikan ... 35

Gambar 12. Foto Kegiatan Survey Penggunaan Produk Dalam Negeri ... 36

Gambar 13. Foto Penyelenggaraan FGD Implementasi SIPO ... 40

Gambar 14. Foto Pameran Produk Dalam Negeri dari Berbagai Daerah... 43

Gambar 15. Persentase Realisasi Anggaran Ditjen PDN Tahun 2015 s/d 2017 ... 46

(8)
(9)

A. Latar Belakang

B. Tugas dan Fungsi

BAB I

(10)

A. Latar Belakang

Komitmen pemerintah untuk memajukan perekonomian nasional ditunjukkan melalui penempatan sektor perdagangan sebagai salah satu tujuan utama dan agenda prioritas dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015–2019. Isu Perdagangan Dalam Negeri (PDN) terutama mendapatkan perhatian yang serius dengan beberapa agenda pembangunan wilayah dan bidang yang harus diselesaikan dalam periode tersebut.

Agenda pembangunan wilayah menekankan pada terbentuknya konektivitas antar kota serta peningkatan kapasitas tata kelola, kelembagaan dan masyarakat dalam peningkatan keterkaitan kota–desa. Sedangkan, agenda pembangunan bidang memiliki fokus menyelesaikan isu kelangkaan stok dan penurunan disparitas harga bahan pokok yang tinggi, melakukan optimalisasi perdagangan dalam negeri serta meningkatkan minat masyarakat untuk menggunakan barang produksi dalam negeri.

Maka, dengan meningkatnya fokus pemerintah untuk menangani perdagangan dalam negeri, Ditjen Perdagangan Dalam Negeri sebagai unit yang berada di bawah Kementerian Perdagangan, melaksanakan berbagai tugas dan fungsi untuk melaksanakan agenda prioritas dan target pemerintah.

Amanah RPJMN di atas tersebut diterjemahkan ke tingkat Kementerian melalui Perjanjian Kinerja (Perkin) Tahun 2017 antara Menteri Perdagangan dengan Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri yang dituangkan ke dalam beberapa poin sasaran program dan indikator kinerja. Perkin merupakan dasar pelaksanaan agenda dan program kerja pemerintah di tingkat Kementerian yang mendukung tercapainya RPJMN. Dengan Perkin, pelaksanaan agenda dan program dapat dikelola dengan baik serta kemajuan pelaksanaannya dapat dipantau relatif terhadap sasaran program dan indikator kegiatan yang telah ditetapkan.

Dalam kaitan dengan hal tersebut, maka Laporan Kinerja Ditjen PDN Tahun 2017 ini merupakan bentuk pertanggungjawaban kinerja atas penggunaan sumber daya di lingkungan Ditjen Perdagangan Dalam Negeri untuk mencapai sasaran dan indikator kinerja yang telah ditetapkan dalam Perkin.

B. Tugas dan Fungsi

(11)

Pendahuluan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

a. Sekretariat Direktorat Jenderal;

b. Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi; c. Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik;

d. Direktorat Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting; dan e. Direktorat Penggunaan dan Pemasaran Produk Dalam Negeri.

Bagan Organisasi Ditjen Perdagangan Dalam Negeri dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Bagan Organisasi Ditjen Perdagangan Dalam Negeri

Direktorat

Berdasarkan Permendag No. 8 Tahun 2016 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perdagangan, berikut merupakan tugas unit Eselon 1 dan unit Eselon 2 Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri:

1. Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri

Menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang penguatan dan pengembangan perdagangan dalam negeri;

(12)

2. Sekretariat Direktorat Jenderal

Melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas dan pemberian pelayanan dukungan teknis dan administrasi kepada seluruh satuan organisasi di lingkungan Direktorat Jenderal; 3. Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi

Melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan pedoman, norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta evaluasi dan pelaporan di bidang pembinaan usaha perdagangan dan pelaku distribusi; 4. Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik

Melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan supervisi, evaluasi dan pelaporan di bidang sarana distribusi dan logistik;

5. Direktorat Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting

Melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan supervisi, evaluasi dan pelaporan di bidang barang kebutuhan pokok dan barang penting;

6. Direktorat Penggunaan dan Pemasaran Produk Dalam Negeri

Melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan supervisi, evaluasi dan pelaporan di bidang penggunaan dan pemasaran produk dalam negeri.

Sementara itu, fungsi dari unit Eselon 1 dan Eselon 2 Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri ialah:

1. Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri

a. Perumusan kebijakan di bidang pengendalian distribusi dan ketersediaan barang kebutuhan pokok dan/atau barang penting, pengawasan distribusi perdagangan dalam negeri, pembinaan pelaku dan usaha distribusi, penciptaan dan pembinaan iklim usaha, pengembangan sarana distribusi perdagangan, perdagangan antar pulau dan perbatasan, transaksi perdagangan melalui sistem elektronik, peningkatan penggunaan produk dalam negeri, peningkatan akses pasar usaha mikro, kecil, dan menengah perdagangan

(13)

Pendahuluan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengendalian distribusi dan ketersediaan barang kebutuhan pokok dan/atau barang penting, pengawasan distribusi perdagangan dalam negeri, pembinaan pelaku dan usaha distribusi, penciptaan dan pembinaan iklim usaha, pengembangan sarana distribusi perdagangan, perdagangan antar pulau dan perbatasan, transaksi perdagangan melalui sistem elektronik, peningkatan penggunaan produk dalam negeri, peningkatan akses pasar usaha mikro, kecil, dan menengah perdagangan

d. Pelaksanaan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengendalian distribusi dan ketersediaan barang kebutuhan pokok dan/atau barang penting, pengawasan distribusi perdagangan dalam negeri, pembinaan pelaku dan usaha distribusi, penciptaan dan pembinaan iklim usaha, pengembangan sarana distribusi perdagangan, perdagangan antar pulau dan perbatasan, transaksi perdagangan melalui sistem elektronik, peningkatan penggunaan produk dalam negeri, peningkatan akses pasar usaha mikro, kecil, dan menengah perdagangan

e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pengendalian distribusi dan ketersediaan barang kebutuhan pokok dan/atau barang penting, pengawasan distribusi perdagangan dalam negeri, pembinaan pelaku dan usaha distribusi, penciptaan dan pembinaan iklim usaha, pengembangan sarana distribusi, perdagangan antar pulau dan perbatasan, transaksi perdagangan melalui sistem elektronik, peningkatan penggunaan produk dalam negeri, peningkatan akses pasar usaha mikro, kecil, dan menengah perdagangan.

f. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri. g. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

2. Sekretariat Direktorat Jenderal

a. Koordinasi dan penyusunan rencana, program dan anggaran, pemantauan program dan pelaksanaan urusan administrasi kerja sama di bidang perdagangan dalam negeri.

b. Pelaksanaan urusan administrasi keuangan Direktorat Jenderal.

c. Penyusunan telaahan hukum, rancangan peraturan perundang-undangan, serta evaluasi dan pelaporan di bidang perdagangan dalam negeri.

d. Pelaksanaan urusan tata usaha kepegawaian, organisasi, tata persuratan dan dokumentasi Direktorat Jenderal.

3. Direktorat Bina Usaha dan Pelaku Distribusi

a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang distribusi langsung, distribusi tidak langsung, jasa perdagangan, perdagangan melalui sistem elektronik, dan informasi perusahaan.

(14)

b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang distribusi langsung, distribusi tidak langsung, jasa perdagangan, perdagangan melalui sistem elektronik, dan informasi perusahaan.

c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang distribusi langsung, distribusi tidak langsung, jasa perdagangan, perdagangan melalui sistem elektronik, dan informasi perusahaan.

d. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang distribusi langsung, distribusi tidak langsung, jasa perdagangan, perdagangan melalui sistem elektronik, dan informasi perusahaan.

e. Penyiapan bahan evaluasi dan pelaporan di bidang distribusi langsung, distribusi tidak langsung, jasa perdagangan, perdagangan melalui sistem elektronik, dan informasi perusahaan.

f. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.

4. Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik

a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang pengembangan sarana distribusi, pengelolaan sarana distribusi, kerja sama logistik, perdagangan antar pulau dan perbatasan, serta pengawasan sarana distribusi dan perdagangan antar pulau. b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan sarana distribusi,

pengelolaan sarana distribusi, kerja sama logistik, perdagangan antar pulau dan perbatasan, serta pengawasan sarana distribusi dan perdagangan antar pulau. c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang

pengembangan sarana distribusi, pengelolaan sarana distribusi, kerja sama logistik, perdagangan antar pulau dan perbatasan, serta pengawasan sarana distribusi dan perdagangan antar pulau.

d. Penyiapan pelaksanaan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengembangan sarana distribusi, pengelolaan sarana distribusi, kerja sama logistik, perdagangan antar pulau dan perbatasan, serta pengawasan sarana distribusi dan perdagangan antar pulau.

(15)

Pendahuluan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

5. Direktorat Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting

a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang barang kebutuhan pokok dan barang penting.

b. Penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan di bidang barang kebutuhan pokok dan barang penting.

c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang barang kebutuhan pokok dan barang penting.

d. Penyiapan bahan pelaksanaan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang barang kebutuhan pokok dan barang penting.

e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang barang kebutuhan pokok dan barang penting.

f. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.

6. Direktorat Penggunaan dan Pemasaran Produk Dalam Negeri

a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang pengembangan produk lokal, sarana dan iklim usaha Mikro Kecil Menengah Perdagangan (MKMP), peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P2DN), dan promosi dan peningkatan akses pasar

b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan produk lokal, sarana dan iklim usaha MKMP, P2DN, dan promosi dan peningkatan akses pasar

c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengembangan produk lokal, sarana dan iklim usaha MKMP, P2DN, dan promosi dan peningkatan akses pasar

d. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengembangan produk lokal, sarana dan iklim usaha MKMP, P2DN, dan promosi dan peningkatan akses pasar

e. Penyiapan evaluasi dan pelaporan di bidang pengembangan produk lokal, sarana dan iklim usaha MKMP, P2DN, dan promosi dan peningkatan akses pasar

f. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.

(16)
(17)

A. Perjanjian Kinerja

Ditjen PDN

BAB II

(18)

A. Perjanjian Kinerja Ditjen Perdagangan Dalam Negeri

Dalam rangka meningkatkan kualitas penyelenggaraan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) di lingkungan Ditjen PDN serta sesuai dengan amanat Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014, Kementerian Perdagangan diwajibkan menyusun perjanjian kinerja pada setiap tingkatannya, mulai dari: Kementerian, Unit Kerja Eselon 1 dan Eselon II dengan mengacu pada tujuan dan sasaran Rencana Strategis. Perjanjian Kinerja merupakan gambaran capaian kinerja yang akan diwujudkan oleh unit kerja dalam jangka tahun tertentu dengan mempertimbangkan sumber daya dan potensi yang ada.

Perjanjian Kinerja Tahun 2017 Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri difokuskan untuk mencapai sasaran strategis sesuai dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 81/M-DAG/PER/11/2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 27/M-DAG/PER/4/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Perdagangan Tahun 2015-2019, yaitu (1) Meningkatnya Pengembangan Kapasitas Logistik dan Sarana Perdagangan; (2) Terjaganya Stabilitas Harga Barang Kebutuhan Pokok; (3) Meningkatnya Konsumsi Produk Dalam Negeri Dalam Konsumsi Rumah Tangga Nasional; (4) Meningkatnya Pelayanan dan Kemudahan Berusaha Bidang PDN; (5) Meningkatnya Persentase Barang Produksi Dalam Negeri yang Diperdagangkan di Toko Swalayan. Sasaran strategis memiliki indikator yang disebut Key Performance Indicator (KPI) atau lazim disebut Indikator Kinerja

Utama (IKU). Penyusunan dan penetapan IKU harus memenuhi kriteria SMART (speciϔic, measurable, achieveable, realistic, time framed). IKU ini yang kemudian diperjanjikan dan

merupakan perjanjian kinerja Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri.

Dalam rangka mencapai sasaran strategis perdagangan dalam negeri tersebut, Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri terus berupaya untuk mengimplementasikannya melalui program dan kegiatan yang sejalan dengan prioritas pembangunan nasional. Perlu disadari sepenuhnya bahwa target sasaran pembangunan perdagangan dalam negeri tidak mungkin dapat tercapai tanpa dukungan dan partisipasi aktif dari seluruh pemangku kepentingan dan instansi terkait. Oleh karena itu, harus terus dilakukan koordinasi yang baik dan konstruktif agar tujuan, sasaran dan target pembangunan perdagangan dalam negeri tahun 2017 dapat tercapai dengan baik.

Tujuan yang hendak dicapai oleh Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri dari Perjanjian Kinerja adalah:

1. Sebagai wujud nyata komitmen antara penerima dan pemberi amanah untuk meningkatkan integritas, akuntabilitas, transparasi, dan kinerja Aparatur; 2. Menciptakan tolok ukur kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja Aparatur;

(19)

Pendahuluan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

4. Sebagai dasar bagi pemberi amanah untuk melakukan monitoring, evaluasi dan supervisi atas perkembangan/kemajuan kinerja penerima amanah;

5. Meningkatkan kualitas pelayanan publik khususnya di bidang perdagangan dalam negeri;

Beberapa kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mendukung pencapaian perjanjian kinerja ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Peningkatan Kelancaran Distribusi Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting, melalui penyempurnaan berbagai rancangan kebijakan terkait distribusi barang kebutuhan pokok dan barang penting di dalam negeri; peningkatan efektivitas pasokan dan kebutuhan bahan kebutuhan pokok masyarakat; peningkatan efektivitas monitoring stok dan harga bahan kebutuhan pokok melalui pengembangan Sistem Pemantauan Pasar Bahan Pokok.

b. Pengembangan Sarana Distribusi Perdagangan dan Kapasitas Logistik Perdagangan melalui pengembangan kapasitas pelaku logistik; pengembangan konektivitas sektor perdagangan; pengembangan pasar rakyat; pemberdayaan manajemen pasar peningkatan keterhubungan (connectivity) sarana distribusi dalam negeri; revitalisasi

pasar tradisional; pembangunan pusat distribusi serta fasilitasi pembangunan sarana distribusi di daerah-daerah perbatasan dan daerah tertinggal/terpencil dalam rangka percepatan pertumbuhan ekonomi dan perdagangan.

c. Peningkatan Penggunaan dan Pemasaran Produk Dalam Negeri, dilakukan dengan Promosi Produk UMKM Dalam Negeri melalui Pameran Produk Dalam Negeri Regional dan Nasional; Forum Dagang Produk Dalam Negeri; Sosialisasi Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri melalui sektor pendidikan, lembaga keagamaan dan media elektronik/cetak; serta melalui Kampanye Perubahan Pola Konsumsi; Pemberian Bantuan Sarana Usaha Perdagangan.

d. Pembinaan Usaha dan Pelaku Distribusi Perdagangan melalui penyusunan dan penyempurnaan kebijakan untuk mendorong peningkatan iklim usaha yang lebih kondusif; pengembangan dan peningkatan data dan informasi perusahaan; serta peningkatan kapasitas UMKM melalui pengembangan usaha waralaba.

e. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya, melalui penajaman penyusunan program dan kegiatan yang lebih fokus; peningkatan kerjasama dan koordinasi dengan unit-unit teknis dalam lingkup Direktorat Jenderal dan pemangku kepentingan lainnya; penyusunan program dan anggaran, peningkatan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan; penyusunan dan harmonisasi peraturan/ kebijakan perdagangan dalam negeri; dan pembinaan/ pengembangan SDM dan organisasi; serta peningkatan pelayanan operasional perkantoran dan pimpinan. f. Pengembangan Perdagangan Dalam Negeri Daerah, dengan fokus kegiatan pada

stabilisasi harga berupa penyelenggaraan pasar murah, harmonisasi dan sinkronisasi

(20)

kebijakan peningkatan iklim, usaha dan pengembangan pasar domestik daerah melalui kegiatan monitoring harga barang kebutuhan pokok, forum dan pengawasan perpupukan, sosialisasi dan harmonisasi kebijakan pembinaan usaha, pembinaan usaha kecil dan menengah melalui penyelenggaraan pameran produk dalam negeri dan pangan nusa serta forum dagang.

Outcome yang diharapkan dari pelaksanaan Program Pengembangan Perdagangan

Dalam Negeri adalah meningkatnya efektivitas kebijakan yang menunjang pengembangan perdagangan dalam negeri. Sementara itu, Indikator Kinerja yang digunakan untuk mengukur pencapaian dari pelaksanaan program tersebut adalah sebagai berikut:

a) Pertumbuhan omzet pedagang pasar rakyat Tipe A yang telah direvitalisasi sebesar 20%;

b) Koe isien variasi harga barang kebutuhan pokok antar wilayah, 13,8%; c) Koe isien variasi harga barang kebutuhan pokok antar waktu, 9%;

d) Peningkatan kontribusi produk dalam negeri dalam konsumsi rumah tangga nasional sebesar 92,7%;

e) Terintegrasinya layanan perijinan perdagangan dalam negeri di daerah dengan sistem informasi Kemendag di 40 Kab/Kota;

f) Persentase barang produksi dalam negeri yang diperdagangkan di toko swalayan sebesar 70%.

(21)

A. Capaian Kinerja

BAB III

(22)

A. Capaian Kinerja

Dalam Perjanjian Kinerja Ditjen PDN tahun 2017, terdapat beberapa perubahan Indikator Kinerja dari tahun 2016. Perubahan tersebut tertera dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 81/M-DAG/PER/11/2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 27/M-DAG/PER/4/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Perdagangan Tahun 2015-2019. Beberapa perubahan tersebut diantaranya ialah:

● Dihapusnya Indikator Kinerja “Pertumbuhan PDB sub kategori Perdagangan Besar dan Eceran, Bukan Mobil dan Sepeda Motor” dari Perjanjian Kinerja Eselon I Ditjen PDN. Indikator ini dihapus dikarenakan sektor yang dianggap terlalu luas, sehingga berdasarkan pertimbangan maka indikator tersebut dihapuskan.

● Indikator Kinerja baru “Persentase Barang Produksi Dalam Negeri yang Diperdagangkan di Toko Swalayan“ yang naik kelas dari Indikator Kinerja Eselon II menjadi Indikator Eselon I pada tahun 2017 dikarenakan bersifat outcome.

Dengan perubahan tersebut, maka pencapaian target-target dalam sasaran strategis Ditjen Perdagangan Dalam Negeri tahun 2017 adalah sebagai berikut:

SASARAN 1:

“Meningkatnya Pengembangan Kapasitas Logistik dan Sarana Perdagangan”

Tabel 2. Indikator Kinerja Sasaran 1

Indikator Kinerja Target

1. Pertumbuhan Omzet Pedagang Pasar Rakyat Tipe A yang telah

direvitalisasi 20% 20% 10,39% 27,14% 26,91% 134,55

Sumber: Kemendag, diolah.

Pencapaian kinerja Sasaran 1 pada tahun 2017 sebagaimana tabel 3 di atas dapat diuraikan sebagai berikut:

Indikator Kinerja 1:

Pertumbuhan Omzet Pedagang Pasar Rakyat Tipe A yang Telah Direvitalisasi

Sebagai upaya peningkatan kegiatan ekonomi masyarakat di daerah, Kementerian Perdagangan telah melaksanakan pembangunan atau revitalisasi pasar rakyat yang dipandang sebagai wadah aktivitas perekonomian di daerah.

(23)

Pendahuluan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

hak dan kewajiban pedagang, pembiayaan, dan SOP pelayanan pasar sejalan dengan upaya peningkatan kapasitas pengelola dan pedagang untuk memberikan pengalaman berbelanja yang baik di pasar rakyat. Hal tersebut akan memberikan kontribusi kepada aspek ekonomi yang mengakomodasi kegiatan ekonomi masyarakat daerah serta menciptakan lingkungan kondusif dengan dampak positif bagi kehidupan sosial masyarakat.

Penghitungan pertumbuhan omzet pedagang pasar rakyat tipe A dilakukan terhadap pedagang di pasar rakyat tipe A yang telah direvitalisasi tahun 2016. Pedagang disurvei oleh Dinas Perindag setempat untuk diketahui pertumbuhan omzetnya.

Berdasarkan Renstra Kemendag, target yang telah ditetapkan untuk indikator ini pada tahun 2017 ialah 20%. Hingga tahun 2019, target yang ditetapkan tetap sama, yaitu sebesar 20%. Penghitungan pertumbuhan omzet pedagang pasar rakyat tipe A dilakukan mulai di triwulan IV 2017 oleh Dinas Perindag setempat kepada pedagang di pasar rakyat di daerah masing-masing. 11 Pasar Rakyat yang mengirimkan hasil perhitungan omzet pasar yang telah direvitalisasi. Dan, berdasarkan hasil penghitungan tersebut, angka pertumbuhan omzet rata-rata pedagang pasar rakyat tipe A yang telah direvitalisasi sebesar 26,91%. Hasil ini berhasil memenuhi target yang telah ditentukan untuk tahun 2017, yaitu sebesar 20%. Meskipun realisasi yang dicapai tahun 2017 sudah memenuhi target, akan tetapi jika angka capaian tahun 2017 dibandingkan dengan capaian tahun 2016 yaitu 136,85%, maka terjadi penurunan sebesar 1,15%.

Peningkatan omzet pedagang pasar Rakyat Tipe A yang telah direvitalisasi tidak dapat dilepaskan dari upaya berikut:

a. Pembangunan/ Revitalisasi Pasar Rakyat Tipe A

Berdasarkan Permendag Nomor 114/M-DAG/PER/12/2015, Menteri Perdagangan telah menugaskan kepada Gubernur atau Bupati/ Walikota untuk melaksanakan pembangunan/ revitalisasi Pasar tahun 2016 yang didanai dengan Dana Tugas Pembantuan di 34 Provinsi. Tipe Pasar yang dibangun dalam penugasan tersebut adalah 92 Pasar Tipe A. Dari jumlah tersebut, yang selesai dibangun dan sudah dimanfaatkan adalah sebanyak 20 Pasar. b. Pelatihan Pengelolaan Pasar Rakyat

Pelatihan yang ditujukan ke pengelola Pasar Rakyat untuk meningkatkan kemampuan para pengelola pasar rakyat sehingga dapat menjalankan operasional pasar secara lebih baik sehingga dapat meningkatkan pendapatan daerah dari retribusi. Adapun materi yang diberikan dalam pelatihan ini yaitu meliputi Manajemen Pengelolaan di bidang Administrasi, Keuangan, Bidang Usaha Jasa, Kebersihan, Keamanan dan Ketertiban. Selain itu diberikan juga informasi kebijakan dibidang Kesehatan, Penanganan Pasar Bebas Bahan Berbahaya, Penerapan Pasar SNI 8152, dan SOP Pengelolaan Pasar Rakyat. Pada tahun 2017 ini, Pelatihan Pengelolaan Pasar diikuti oleh 50 kepala pasar yang dilaksanakan di Pusdiklat Kementerian Perdagangan pada Oktober 2017.

(24)

c. Pelaksanaan Sekolah Pasar

Merupakan kegiatan pengembangan kapasitas pedagang yang berjualan di Pasar Rakyat yang telah dibangun/ direvitalisasi. Ditjen PDN mendorong Pemerintah Daerah mengadakan sekolah pasar dengan memberikan informasi mengenai kredit/ pinjaman Bank maupun peluang kerja sama dengan distributor ataupun pelatihan penataan barang dagangan, kebersihan tempat, melayani konsumen dan pembukuan. Di tahun 2017, pelaksanaan Sekolah Pasar diikuti oleh 60 pedagang pasar dan sudah dilaksanakan di Pasar Tengah, Kota Pontianak dan Pasar Soak Bato, Kota Palembang. Meskipun kegiatan tersebut dilaksanakan melalui swakelola, Ditjen PDN juga menghimbau Pemerintah Daerah untuk dapat menyelenggarakan kegiatan tersebut secara mandiri sehingga peningkatan kemampuan pedagang dapat dilaksanakan secara berkelanjutan.

SASARAN 2:

“Terjaganya Stabilitas Harga Barang Kebutuhan Pokok”

Sasaran “Terjaganya Stabilitas Harga Barang Kebutuhan Pokok” diukur menggunakan 2 (dua) indikator kinerja yaitu Koe isien Variasi (Kovar) Harga Barang Kebutuhan Pokok antar Wilayah dan Koe iesien Variasi (Kovar) Harga Barang Kebutuhan Pokok antar Waktu.

Pada prinsipnya, 2 (dua) indikator tersebut digunakan untuk menggambarkan kondisi luktuasi harga barang kebutuhan pokok secara nasional, yang diwakili oleh nilai koe isien variasi harga barang pokok yang berada dalam rentang tertentu. Perbedaannya adalah kovar harga barang kebutuhan pokok antar wilayah merupakan indikator untuk mengukur disparitas dan luktuasi harga antar wilayah (Provinsi) yang terjadi dalam rentang waktu tertentu secara nasional, sedangkan kovar harga barang kebutuhan pokok antar waktu mengukur luktuasi harga yang terjadi dalam rentang waktu tertentu secara nasional.

Komoditi barang pokok yang digunakan sebagai acuan penghitungan dua indikator berdasarkan Undang-Undang No. 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan yaitu: (1) beras; (2) gula; (3) minyak goreng; (4) terigu; (5) kedelai; (6) jagung; (7) susu; (8) daging sapi; (9) daging ayam; (10) telur ayam.

Tabel 3. Indikator Kinerja Sasaran 2

Indikator Kinerja Target

2. Koe isien Variasi Harga Barang

Kebutuhan Pokok antar Wilayah <13,8% <13% 14% 12,3% 14,8% 91,97 3. Koe isien Variasi Harga Barang

Kebutuhan Pokok antar Waktu <9% <9% 3,3% 3,6% 2% 100

(25)

Pendahuluan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

Metodologi pengukuran pencapaian realisasi dalam indikator kinerja secara umum menggunakan dua jenis rumus yang tersedia yaitu rumus I dan II seperti dalam tabel 5, akan tetapi untuk menghitung hasil capaian pada indikator kinerja sasaran 2 rumus yang digunakan ialah rumus II. Adapun rumus pengukuran realisasi kinerja secara umum dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4. Rumus Pengukuran Capaian Kinerja Secara Umum

RUMUS I

Pada tabel 4. Indikator Kinerja Sasaran 2, target yang harus dicapai pada tahun 2017 untuk Indikator Kinerja Koe isien Variasi Harga Barang Kebutuhan Pokok antar Wilayah ialah <13,8%. Jika dihitung rata-rata dari Triwulan I sampai Triwulan IV, maka angka yang didapat di tahun 2017 ialah 14,8%. Dengan menggunakan rumus II, penghitungan capaiannya ialah (13,7-(14,8-13,7))/13,7 x 100% = 91,97%. Dalam proses penghitungan angka yang dipakai sebagai Rencana ialah 13,7, hal ini dikarenakan Target yang ditetapkan ialah dibawah angka 13,8. Oleh karena itu agar mencapai hasil capaian yang lebih akurat, maka angka yang digunakan sebagai Rencana ialah 13,7. Rumus yang sama juga digunakan pada Indikator Kinerja Koe isien Variasi Harga Barang Kebutuhan Pokok antar Waktu.

Pencapaian Ditjen PDN atas Sasaran 2 di Tahun 2017 dapat diuraikan sebagai berikut:

Indikator Kinerja 2:

Koeϐisien Variasi Harga Barang Kebutuhan Pokok Antar Wilayah

Indikator ini menggambarkan kondisi perbedaan harga barang kebutuhan pokok di seluruh daerah di Indonesia. Dengan menurunnya disparitas harga antar daerah untuk barang kebutuhan pokok maka dapat dipersepsikan kesenjangan daya beli masyarakat antar daerah di Indonesia semakin kecil dengan tingkat harga yang mendekati sama.

Angka koe isien variasi merupakan indikator yang digunakan untuk menggambarkan tingkat disparitas harga barang kebutuhan pokok antar wilayah. Jumlah barang kebutuhan pokok yang dipakai dalam menghitung koe isien variasi ini berjumlah 10 komoditi, yaitu: beras, gula pasir, jagung, kedelai, tepung terigu, minyak goreng, susu kental manis, daging ayam, daging sapi, dan telur.

(26)

Secara de inisi, koe isien variasi dihitung sebagai berikut:

(1) Data yang digunakan adalah harga bulanan masing-masing komoditas dari 108 pasar di 34 provinsi, dan 57 pasar di 48 Kab./Kota. Sehingga total pasar yang dipantau ialah sebanyak 165 pasar.

(2) Berdasarkan data tersebut, dihitung rata-rata dan standar deviasi harga bulanan nasional untuk masing-masing komoditi.

(3) Nilai koe isien variasi diperoleh dengan membandingkan standar deviasi harga bulanan nasional dengan rata-rata harga bulanan nasional untuk masing-masing komoditas. Angka tersebut dinyatakan dalam bentuk persentase (dikalikan 100%).

(4) Setelah diperoleh nilai koe isien variasi per bulan untuk masing-masing komoditas, selanjutnya dihitung rata-rata koe isien variasi bulanan seluruh komoditas.

(5) Berdasarkan nilai tersebut, dihitung rata-rata koe isien variasi tahunan. Nilai terakhir inilah yang dijadikan nilai capaian Indikator Kinerja.

Semakin kecil nilai kovar mengindikasikan perbedaan harga kebutuhan pokok antar wilayah/provinsi semakin kecil. Hasil inilah yang diharapkan.

Berikut formula dalam penghitungan Indikator Kinerja Koe isien Variasi (Kovar) Harga Barang Kebutuhan Pokok antar Wilayah dan Koe iesien Variasi (Kovar) Harga Barang Kebutuhan Pokok antar Waktu:

Tabel 5. Formula Perhitungan Indikator Kinerja Utama Direktorat Bahan Pokok dan Barang Strategis

Cara Perhitungan

Keterangan:

S = standar deviasi harga nasional x = rata-rata harga nasional KV = koe isien Variasi harga i = komoditi ke-i

Sumber: Kemendag

(27)

Pendahuluan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

dibanding capaian tahun sebelumnya. Alasan penurunan capaian di tahun 2017 disebabkan adanya kondisi bencana alam yang berakibat pada gangguan distribusi. Selanjutnya, pada tahun 2019 diproyeksikan bahwa target dari koe isien variasi dimaksud menurun hingga kurang dari 13%. Hal ini dapat diartikan bahwa pada tahun 2019 perbedaan harga suatu komoditi di suatu daerah terhadap harga rata-rata nasional adalah kurang dari 13%. Dengan target tersebut maka diperlukan peningkatan nilai kovar antar waktu + 2% untuk mencapai target.

Tabel 6. Koeϐisien Variasi Harga 10 Barang Kebutuhan Pokok Antar Wilayah Tahun 2015 s/d 2017

No Komoditi Disparitas Harga Antar Provinsi (%)

2015 2016 2017 Selisih 2015 -2017

1 Beras 11,7 9,4 13,2 1,5

2 Gula Pasir 7,6 4,5 8,2 0,6

3 Jagung 25,0 20,6 25,5 0,5

4 Kedelai 19,6 17,4 23,1 3,5

5 Tepung Terigu 12,6 11,8 14,2 1,6

6 Minyak Goreng 11,5 13,6 10,1 -1,4

7 Susu kental Manis 8,6 8,4 12,9 4,3

8 Daging Ayam 14,7 10,8 14,9 0,2

9 Daging Sapi 13,0 11,7 11,2 -1,8

10 Telur 16,2 14,6 14,6 -1,6

Rata-rata 14,0 12,3 14.8 0,8

Sumber: Kemendag (2017)

Gambar 2. Graϐik Koeϐisien Variasi Harga Barang Kebutuhan Pokok Antar Wilayah Tahun 2015 s/d 2017

28

Beras Gula Pasir Kedelai Tepung Terigu

2015 2016 2017

Minyak

Goreng Susu Kental Manis Daging Ayam Daging Sapi Telur Jagung

Sumber: Kemendag (2017)

(28)

Berdasarkan tabel 7, terdapat 2 komoditi yang rata-rata nilai kovar-nya jauh diatas target 13,8 yaitu Jagung dan Kedelai. Nilai rata-rata kovar jagung dan kedelai bahkan mencapai 25,5% dan 23,1% yang artinya perbedaan harga antar Provinsi/wilayah sangat tinggi. Sedangkan nilai kovar tepung terigu, daging ayam dan telur masing-masing adalah 14,2%, 14,9% dan 14,6% yang berada dalam lingkup 1% di atas target. Nilai rata-rata kovar terendah untuk komoditi lainnya yang berada di bawah target ialah gula pasir dengan nilai 8,2%.

Komoditi Jagung sebagai komoditi dengan nilai kovar tertinggi, mengalami perbedaan harga yang cukup tinggi antara wilayah yang satu dengan lainnya. Pada komoditi Jagung, harga tertinggi terdapat di wilayah Jayapura dengan harga Jagung sebesar RP 13.000,-. Sedangkan di wilayah Banda Aceh, Medan, Palu dan Mamuju komoditi Jagung dijual dengan harga RP 5.000,-. Berdasarkan analisis dari Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BP3), tingginya perbedaan harga tersebut dikarenakan adanya perbedaan harga antara daerah sentra produksi dengan daerah sentra konsumsi (daerah dengan banyak pabrik pakan). Selain itu, pembatasan impor Jagung oleh Kementerian Pertanian mengakibatkan berkurangnya stok Jagung yang turut memicu kenaikan harga Jagung. Selain Jagung, komoditi yang juga memiliki nilai kovar yang tinggi ialah Kedelai. Harga tertinggi Kedelai berada di Manokwari dengan harga jual Rp 14.000,-. Namun, di Tanjung Selor harga jual Kedelai hanya Rp 5.063,00. Penyebab tingginya disparitas harga Kedelai adalah masalah distribusi. Harga Kedelai di wilayah Indonesia Timur relatif lebih tinggi karena lokasinya yang cukup jauh dari sentra produksi Kedelai yang mayoritas berada di wilayah Indonesia Barat, khususnya Pulau Jawa. Berbeda dengan komoditi Jagung dan Kedelai, untuk komoditi Gula Pasir sebagai komoditi dengan nilai kovar terendah, harga tertinggi terdapat di wilayah Mataram dengan harga sebesar Rp 15.000,-. Sedangkan harga terendah Gula pasir yaitu sebesar Rp 11.217,- terdapat di wilayah Surabaya. Rendahnya disparitas harga antar wilayah untuk komoditi Gula dikarenakan berlanjutnya kebijakan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang telah disepakati antara produsen, distributor, dan BULOG melalui Nota Kesepakatan, serta operasi pasar oleh BULOG dengan menggunakan stok yang masih tersedia.

(29)

Pendahuluan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

Gambar 3. Graϐik Koeϐisien Variasi Harga 10 Barang Kebutuhan Pokok Antar Wilayah Tahun 2015 s/d 2017

15

14

13

12

11

10

2015 2016 2017

14

12.3

14.8

Sumber: Kemendag (2017)

Alternatif Solusi

Masih tingginya disparitas harga barang kebutuhan pokok antar wilayah membuat indikator “Koe isien Variasi Harga Barang Kebutuhan Pokok antar Wilayah” memerlukan perhatian khusus. Salah satu hal yang menjadi tantangan dalam memenuhi target indikator tersebut ialah belum meratanya infrastruktur distribusi perdagangan termasuk akses jalan darat antara satu wilayah dengan wilayah yang lain. Sehingga, perlu dicari metode perhitungan kovar yang lebih representatif.

Indikator Kinerja 3:

Koeϐisien Variasi Harga Barang Kebutuhan Pokok Antar Waktu

Indikator ini digunakan untuk menghitung kestabilan harga barang kebutuhan pokok antar waktu di tahun 2017. Berdasarkan RPJMN 2015 – 2019, target untuk indikator ini di tahun 2017 berada dibawah 9%, sedangkan realisasi yang berhasil dicapai pada tahun 2017 ialah 2% atau melebihi target yang ditetapkan. Artinya, stabilitas harga barang kebutuhan pokok antar waktu pada tahun 2017 terjaga dan relatif tidak bergejolak. Untuk tahun 2019, target yang ditetapkan dalam Renstra Kemendag ialah kurang dari 9%. Indikator ini tidak mengalami perubahan target dari tahun 2015-2019 seperti indikator lainnya, yaitu nilai koe isien variasi kurang dari 9%.

(30)

Tabel 7. Rasio Koeϐisien Variasi Harga Barang Pokok Antar Waktu

No Komoditi Koeϐisien Variasi

2015 2016 2017 Selisih 2015 -2017

1 Beras 3,2 1,3 0,9 -2,3

2 Gula Pasir 4,0 8,6 3,2 -0,8

3 Jagung 1,0 1,9 1,1 0,1

4 Kedelai 0,7 0,1 2,8 2,1

5 Tepung Terigu 0,6 2,6 2,1 1,5

6 Minyak Goreng 3,5 5,2 1,7 -1,8

7 Susu kental Manis 1,0 1,7 0,3 -0,7

8 Daging Ayam 7,6 6,2 3,8 -3,8

9 Daging Sapi 5,2 1,1 0,8 -4,4

10 Telur 6,0 7,4 3,5 -2,5

Rata-rata 3,3 3,6 2,0 -1,3

Sumber: Kemendag (2017)

Pencapaian tersebut tidak terlepas dari berbagai upaya yang telah dilakukan Ditjen PDN, seperti pemantauan harga barang kebutuhan pokok di 34 Provinsi melalui sistem pemantauan online dan langsung (real time) selama semester pertama 2017 yang berlanjut

(31)

Pendahuluan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

Gambar 4. Graϐik Koeϐisien Variasi Harga Barang Kebutuhan Pokok Antar Waktu Tahun 2015 s/d 2017

2015 2016 2017 10

9 8 7 6 5 4 3 2 1 0

Beras Jagung Kedelai Minyak

Goreng Susu Kental Manis Daging Ayam Daging Sapi Gula Pasir Tepung

Terigu Telur

Sumber: Kemendag (2017)

Dalam menghitung angka koe isien variasi untuk harga barang kebutuhan pokok antar waktu, dapat menggunakan formula yang sama seperti pada tabel 6. Indikator ini juga memakai penghitungan yang jika semakin kecil nilainya, maka akan semakin baik. Persentase capaian terhadap target hingga tahun 2017 sebesar 177,52% dengan Koe isien Variasi antar waktu berada pada angka 2%. Proses penghitungannya pun menggunakan rumus yang sama seperti pada IK-2, yaitu rumus II. Dengan menggunakan rumus II, penghitungan capaiannya ialah (8,9-(2-8,9))/8,9 x 100% = 177,52%. Akan tetapi, dikarenakan target yang ditentukan menggunakan tanda matematis ‘kurang dari’ (<), maka jika realisasi sudah berada dibawah target yang ditentukan, nilai capaian akan dianggap 100%. Seperti penghitungan IK-2, dalam proses penghitungan angka yang dipakai sebagai Rencana ialah 8,9. Hal ini dikarenakan Target yang ditetapkan ialah dibawah angka 9. Oleh karena itu agar mencapai hasil capaian yang lebih akurat, maka angka yang digunakan sebagai Rencana ialah 8,9. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, nilai Koe isien Variasi IK-3 meningkat signi ikan dibandingkan nilai tahun 2016 yaitu sebesar 3,6%.

(32)

Gambar 5. Graϐik Rata-rata Rasio Koeϐisien Variasi Harga Barang Pokok Antar Waktu (%) Tahun 2015 s/d 2017

5

4

3

2

1

0

3.3 3.6

2

2015 2016 2017

Sumber: Kemendag

Gambar 6. Perkembangan Laju Inϐlasi Bahan Makanan (%) Tahun 2015 s/d 2017

6

5

4

3

2

1

4.93

5.69

1.26

2015 2016 2017

Sumber: BPS

Pada gambar 3 dan 4, dapat dilihat kemiripan perkembangan gra ik dari nilai rata-rata koe isien variasi antar waktu dengan laju in lasi bahan makanan selama tahun 2015 – 2017. Di tahun 2016, kedua gra ik sama-sama mengalami kenaikan. Kemudian di tahun 2017, kedua gra ik mengalami penurunan. Hal ini membuktikan bahwa naik turunnya koe isien variasi harga bahan pokok antar waktu linear dengan laju in lasi bahan makanan.

Upaya Ditjen PDN dalam Mencapai Target

(33)

Pendahuluan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

a. Menerbitkan 3 Kebijakan:

1) Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 20/M-DAG/ PER/3/2017 Tentang Pendaftaran Pelaku Usaha Distribusi Bahan Pokok. Penerbitan Permendag ini dimaksudkan untuk melaksanakan amanat Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 71 Tahun 2015 tentang Penetapan dan Penyimpanan Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting, Pasal 12 ayat (2). Jenis barang kebutuhan pokok yang wajib didaftarkan Pelaku Usaha Distribusi Barang Kebutuhan Pokok meliputi barang kebutuhan pokok hasil pertanian (beras, kedelai bahan baku tahu dan tempe, cabe, bawang merah), barang kebutuhan pokok hasil industri (gula, minyak goreng, tepung terigu), serta barang kebutuhan pokok hasil peternakan dan perikanan (daging sapi, daging ayam ras, dan telur ayam ras). Bagi para Pelaku Usaha Distribusi Barang Kebutuhan Pokok yang melanggar ketentuan dapat dikenakan sanksi administratif berupa pembekuan TDPUD (Tanda Daftar Pelaku Usaha Distribusi) hingga pencabutan TDPUD. Dengan diterbitkannya Permendag ini diharapkan dapat mengoptimalkan pengendalian stok/pasokan dan kelancaran distribusi barang kebutuhan pokok yang merupakan kunci penting dalam upaya stabilisasi harga.

2) Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 27/M-DAG/ PER/5/2017 Tentang Penetapan Harga Acuan Penjualan di Konsumen. Permendag ini diterbitkan untuk menjamin ketersediaan, stabilitas, dan kepastian harga beras, jagung, kedelai, gula, minyak goreng, bawang merah, daging sapi, daging ayam ras, dan telur ayam ras. Dengan dikeluarkannya Permendag No. 27 Tahun 2017, maka Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (BULOG) akan mengacu pada ketentuan ini dalam melakukan pembelian dan penjualan untuk tiga komoditas, yaitu beras, jagung, dan kedelai. Sedangkan untuk Bulog dan/atau Badan Usaha Milik Negara (BUMN) lainnya akan mengacu pada ketentuan ini dalam melakukan pembelian dan penjualan untuk enam komoditas, yaitu gula, minyak goreng, bawang merah, daging sapi, daging ayam ras, dan telur ayam ras. Dalam hal ini, Bulog dan BUMN lainnya dapat bekerja sama dengan BUMN, BUMD, Koperasi, dan atau swasta. Aturan ini mulai berlaku pada 16 Mei 2017 untuk sembilan harga komoditas bahan pokok.

Dengan diberlakukannya Permendag Nomor 27 Tahun 2017 Tentang Penetapan Harga Acuan Penjualan di Konsumen, maka Permendag Nomor 21/M-DAG/ PER/3/2016 Tentang Penetapan Harga Acuan Pembelian Jagung di Tingkat Petani dan Permendag Nomor 63/M-DAG/PER/9/2016 tentang Harga Acuan Pembelian di Petani dan Harga Acuan di Konsumen dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Namun, Permendag Nomor 27 Tahun 2017 akan dinyatakan tetap berlaku walaupun masa berlakunya sudah berakhir jika Harga Acuan Pembelian di Petani dan Harga Acuan Penjualan di Konsumen yang baru belum ditetapkan.

(34)

3) Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 57/M-DAG/ PER/8/2017 Tentang Penetapan Harga Eceran Tertinggi (HET) Beras. Penetapan HET beras ini dimaksudkan untuk menurunkan harga beras yang cenderung mengalami kenaikan. Dengan adanya HET ini, konsumen mendapat kepastian harga dan terjaga daya belinya. Selain itu, HET beras juga dapat mencegah terjadinya spekulasi harga serta memberikan perlindungan kepada para petani karena menciptakan kepastian harga, sementara para pedagang tetap mendapatkan keuntungan yang wajar.

Penerapan HET Beras merupakan komitmen pemerintah untuk menciptakan dunia usaha yang berkeadilan. Pelaku usaha wajib mencantumkan label jenis beras medium atau premium, serta label harga HET pada kemasan. Ketentuan HET dikecualikan terhadap beras medium dan premium yang ditetapkan sebagai beras khusus oleh Menteri Pertanian. Sanksi bagi yang melanggar adalah pencabutan izin usaha setelah mendapat dua kali peringatan tertulis dari pejabat penerbit izin usaha.

Yang merupakan kriteria beras medium yaitu beras yang memiliki spesi ikasi derajat sosoh minimal 95%, kadar air maksimal 14%, dan butir patah maksimal 25%. Sedangkan beras premium adalah beras yang memiliki spesi ikasi derajat sosoh minimal 95%, kadar air maksimal 14%, dan butir patah maksimal 15%. Dengan berlakunya peraturan HET Beras pada 1 September 2017, maka ketentuan Harga Acuan Pembelian dan Penjualan untuk Komoditas beras pada Permendag No. 27 Tahun 2017 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

b. Operasi Pasar

Operasi Pasar dilaksanakan di daerah-daerah yang kekurangan pasokan atau harganya lebih tinggi dari harga acuan dalam Permendag Nomor 27 Tahun 2017 Tentang Penetapan Harga Acuan Penjualan di Konsumen.

Gambar 7. Pelaksanaan Pasar Murah Kemendag Dalam Rangka Pelepasan Operasi Pasar Beras Medium

(35)

Pendahuluan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

c. Pemantauan Harga dan Pengawasan

Pemantauan harga harian dilakukan di 108 pasar di 34 provinsi, dan 57 pasar di 48 Kab./Kota. Sehingga total pasar yang dipantau ialah sebanyak 165 pasar. Informasi rata-rata harga kebutuhan pokok di 34 ibukota propinsi, regulasi, berita, artikel, publikasi, pasar dan gudang, serta sarana distribusi perdagangan terkini yang terkait dengan perdagangan dalam negeri dapat dilihat di website: http://ews.kemendag.go.id//. Sistem Informasi Perdagangan ini diharapkan dapat memberikan nilai tambah bagi para pemangku kepentingan sehingga dapat berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi nasional.

(36)

Gambar 8. Pelaksanaan Pemantauan Harga dan Stok di Pasar Rakyat

Sumber: Kemendag (2017)

d. Pembangunan/Revitalisasi Pasar Rakyat

Pembangunan/revitalisasi Pasar Rakyat merupakan program prioritas nasional yang menjadi perhatian pemerintah yang ditujukan sebagai solusi sarana distribusi barang kebutuhan pokok masyarakat. Di tahun 2016 telah diselesaikan pembangunan/ revitalisasi Pasar Rakyat sebanyak 128 Pasar dan telah beroperasi di 2017.

e. Peningkatan Kelancaran Pendistribusian Barang Pokok

1) Bekerjasama dengan POLRI, Kementan, KPPU, Kementerian Teknis lainnya dan partisipasi dunia usaha (swasta) untuk pengamanan distribusi dan pencegahan aksi kartel/spekulasi melalui penundaan pengeluaran barang pokok dari tempat penyimpanan/gudang.

2) Mendukung terselenggaranya Tol Laut untuk distribusi barang kebutuhan pokok di pulau-pulau terluar yang diluncurkan Menteri Perdagangan dan Menteri Perhubungan pada 4 November 2015 di Pelabuhan Tanjung Priok. Hal ini merupakan tindak lanjut dari Gerai Maritim yang diselenggarakan oleh Kementerian Perdagangan pada 19 Juni 2015.

(37)

Pendahuluan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

dalam perkembangannya terdapat muatan balik dari daerah tujuan yang pada umumnya merupakan produk unggulan dan potensial daerah.

Sepanjang tahun 2017, Direktorat Sarana Distribusi dan Logistik telah memfasilitasi pemasok barang kebutuhan pokok di kota besar seperti Jakarta dan Surabaya untuk dapat mengirimkan barang ke distributor di kota – kota yang sulit terjangkau oleh angkutan darat. Di 2017 telah dibuat 2 Perjanjian Kerja Sama/ Memorandum of Understanding (MoU) yang memfasilitasi antara Pemerintah dengan Pemerintah (G to G) yaitu Pemerintah Daerah Surabaya dengan Sangata, Namrole, Kalabahi, Saumlaki, Halmahera Barat, Kep. Aru, Sabu Raijua dan Morota Lembata.

Perjanjian Kerjasama antara dunia usaha (B to B) juga difasilitasi dengan MoU antara Distributor di Surabaya pemasok Barang Kebutuhan Pokok di Kep. Alor, Kep. Aru, Lembata, Malutu Tenggara Barat, Sabu Raijua dan Wakatobi untuk memanfaatkan tol laut yang melewati daerah-daerah tersebut.

Hingga tahun 2017, Kementerian Perdagangan telah berhasil menambah menjadi 15 trayek dari sebelumnya 6 trayek pada 2016. Rute 15 trayek tersebut ialah sebagai berikut:

a. Rute T-1

Teluk Bayur – P. Nias (Gn. Sitoli) – Mentawai – P. Enggano – Bengkulu

b. Rute T-2

Tanjung Priok – Tanjung Batu – Blinyu – Tarempa – Natuna – Midai – Serasan – Tanjung Priok

c. Rute T-3

Tanjung Perak – Belang Belang – Sangatta – Nunukan – P. Sebatik – Tanjung Perak

d. Rute T-4 Kapal Utama:

Tanjung Perak – Makassar – Tahuna – Tanjung Perak Kapal Penghubung:

Tahuna – Kahakitang – Buhias – Tagulandang – Biaro – Lirung – Melangoane – Kakorotan – Miangas – Marore – Tahuna

(38)

e. Rute T-5 Kapal Utama:

Tanjung Perak – Makassar – Tobelo – Tanjung Perak Kapal Penghubung:

Tobelo – Maba – P. Gebe – Obi – Sanana – Tobelo

f. Rute T-6

Tanjung Perak – Tidore - Morotai – Tanjung Perak g. Rute T-7

Tanjung Perak – Wanci – Namlea – Wanci – Tanjung Perak

h. Rute T-8 Kapal Utama:

Tanjung Perak – Biak – Tanjung Perak Kapal Penghubung:

Biak – Oransbari – Waren – Teba – Sarmi – Biak i. Rute T-9

Tanjung Perak – Nabire – Serui – Wasior – Tanjung Perak

j. Rute T-10

Tanjung Perak – Fakfak – Kaimana – Timika – Fakfak – Tanjung Perak k. Rute T-11

Tanjung Perak – Timika – Agats – Merauke – Tanjung Perak

l. Rute T-12

Tanjung Perak – Saumlaki – Dobo – Tanjung Perak m. Rute T-13

Tanjung Perak – Kalabahi – Moa – Rote – Sabu – Tanjung Perak

n. Rute T-14

Tanjung Perak – Larantuka – Adonara (Terong) – Lewoleba – Tanjung Perak o. Rute T-15

(39)

Pendahuluan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

Gambar 9. Trayek “Tol Laut” Pada Tahun 2017

P. NIAS

T-1 Teluk Bayur – P. Nias (Gn. Sitoli) – Mentawai – P. Enggano – Bengkulu 1620

T-2 Tg. Priok – Tg. Batu – Blinyu – Tarempa – Natuna – Midai – Serasan – Tg. Priok 2181

T-3 Tg. Perak – Belang Belang – Sangatta – Nunukan – P. Sebatik – Tg. Perak 2149

T-4

Kapal Utama:

Tg. Perak – Makassar – Tahuna – Tg. Perak

Kapal Penghubung:

Tahuna – Kahakitang – Buhias – Tagulandang – Biaro – Lirung – Melangoane – Kakorotan – Miangas – Marore – Tahuna

2266 517

T-5

Kapal Utama:

Tg. Perak – Makassar – Tobelo – Tg. Perak

Kapal Penghubung:

Tobelo – Maba – P. Gebe – Obi – Sanana – Tobelo

2475 811

T-6 Tg. Perak – Tidore – Morotai – Tg. Perak 2489

T-7 Tg. Perak – Wanci – Namlea – Wanci – Tg. Perak 1974

T-11 Tg. Perak – Timika – Agats – Merauke – Tg. Perak 3662

T-12 Tg. Perak – Saumlaki – Dobo – Tg. Perak 2712

T-13 Tg. Perak – Kalabahi – Moa – Rote – Sabu – Tg. Perak 2050

T-14 Tg. Perak – Larantuka – Adonara (Terong) – Lewoleba – Tg. Perak 1377

T-15 Tg. Perak – Kisar (Wonreli) – Namrole – Tg. Perak 2161

Peta Trayek Tol Laut Gerai Maritim Tahun 2017

Sumber: Kemendag (2017)

(40)

SASARAN 3:

“Meningkatnya Konsumsi Produk Dalam Negeri Dalam Konsumsi Rumah Tangga Nasional”

Tabel 8. Indikator Kinerja Sasaran 3

Indikator Kinerja Target

2017

Target 2019

Realisasi Capaian 2017

%

2015 2016 2017

4. Peningkatan Kontribusi Produk Dalam Negeri Dalam Konsumsi

Rumah Tangga Nasional 92,7% 93,1% 92,54% 92,78% 93,01% 100,33

Sumber: Kemendag, diolah.

Indikator Kinerja 4:

Peningkatan Kontribusi Produk Dalam Negeri Dalam Konsumsi Rumah Tangga Nasional

Indikator ini menggambarkan tingkat penggunaan produk dalam negeri dalam konsumsi rumah tangga secara nasional. Peningkatan konsumsi masyarakat terhadap produk dalam negeri dapat meningkatkan daya saing produk nasional dan mendorong pertumbuhan produksi barang dalam negeri.

Perhitungannya menggunakan pertumbuhan tingkat konsumsi barang dalam negeri terhadap PDB di tahun sebelumnya. Untuk tahun 2017 tingkat konsumsi barang dalam negeri yang dihitung ialah tingkat konsumsi di tahun 2016. Target peningkatan kontribusi produk dalam negeri dalam RPJMN dan Renstra Kemendag tahun 2015-2019 adalah sebesar 92,3% - 93,1%. Untuk tahun 2017, target yang ditetapkan ialah 92,7%, sedangkan untuk tahun 2019 target yang ditetapkan meningkat menjadi 93,1%.

(41)

Pendahuluan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

Tabel 9. Persentase Konsumsi Rumah Tangga Tahun 2016

No Jenis Komoditi Prosentase Konsumsi

Produk Impor

5 Telur dan Susu 0,56% 99,44%

6 Sayur-sayuran 1,14% 98,86%

7 Kacang-kacangan 0,10% 99,90%

8 Buah-buahan 0,23% 99,77%

9 Minyak dan Lemak 3,46% 96,54%

10 Bahan Minuman 0,64% 99,36%

11 Bumbu-bumbuan 0,70% 99,30%

12 Konsumsi Lainnya 0,78% 99,22%

13 Makanan dan Minuman Jadi 1,00% 99,00%

14 Tembakau dan Sirih 0,60% 99,40%

Total Konsumsi Makanan 3,57% 97,43%

II Komoditi Non Makanan

1 Perumahan dan Fasilitas Rumah Tangga 8,44% 91,56%

2 Aneka Barang dan Jasa 25,59% 74,41%

3 Pakaian, Alas Kaki dan Tutup Kepala 2,87% 97,13%

4 Barang-barang yang Tahan Lama 4,95% 95,05%

Total Konsumsi Non Makanan 9,64% 90,36%

Total Konsumsi Rumah Tangga 6,99% 93,01%

Sumber: Data BPS dan Tabel I-O 2010, diolah.

Berdasarkan tabel di atas, konsumsi rumah tangga dihitung berdasarkan dua jenis komoditi, yaitu komoditi makanan dan non-makanan. Pada komoditi makanan, konsumsi produk dalam negeri yang tertinggi ialah umbi-umbian sebesar 99,96%. Sedangkan, pada komoditi non-makanan konsumsi produk dalam negeri yang tertinggi ialah komoditi pakaian, alas kaki dan tutup kepala sebesar 97,13%.

(42)

Tabel 10. Persentase Konsumsi Rumah Tangga untuk Produk Dalam Negeri dari Tahun 2012 s/d 2016

No Jenis Komoditi 2012 2013 2014 2015 2016

I Komoditi Makanan

1 Padi-padian 97,3 97,4 99,69 98,65 97,69

2 Umbi-umbian 95,7 97,8 100 98,70 99,96

3 Ikan 93,5 99,0 99,84 99,30 99,73

4 Daging 92,9 95,4 99,71 97,27 99,44

5 Telur dan Susu 78,3 67,8 87,78 88,67 99,44

6 Sayur-sayuran 93,4 90,9 99,26 93,44 98,86

7 Kacang-kacangan 85,8 98,2 99,82 98,97 99,90

8 Buah-buahan 93,4 85,1 63,71 67,68 99,77

9 Minyak dan Lemak 85,8 95,0 98,81 96,91 96,54

10 Bahan Minuman 66,2 79,4 74,95 86,28 99,36

11 Bumbu-bumbuan 83,0 79,4 74,95 86,28 99,30

12 Konsumsi Lainnya 85,6 86,9 99,92 97,21 99,22

13 Makanan dan Minuman jadi 94,3 96,5 96,43 97,07 99,00

14 Tembakau dan Sirih 99,1 98,6 98,39 99,14 99,40

Total Konsumsi Makanan 92,7 93,7 99,69 98,25 97,43

II Komoditi Non Makanan

1 Perumahan dan Fasilitas Rumah Tangga 99,9 97,1 93,34 97,78 91,56

2 Aneka Barang dan Jasa 96,4 95,8 97,62 92,33 74,41

3 Pakaian, Alas Kaki dan Tutup Kepala 69,1 67,6 82,32 74,07 97,13

4 Barang-barang yang Tahan Lama 80,9 66,8 55,02 76,40 95,05

Total Konsumsi Non Makanan 92,1 91,6 89,70 90,58 90,36

Total Konsumsi Rumah Tangga 92,3 92,4 92,54 92,78 93,01

Sumber: Data BPS dan Tabel I-O 2010, diolah.

Dari tabel di atas, dapat dilihat tingkat konsumsi rumah tangga untuk produk dalam negeri terus meningkat secara perlahan dari tahun 2012 hingga tahun 2016. Pada tahun 2012 sampai 2014, kenaikan tingkat konsumsi rumah tangga untuk produk dalam negeri naik 0,1% tiap tahunnya, yaitu dari 92,3% menjadi 92,4% dan kemudian menjadi 92,54%. Di tahun 2015 tingkat konsumsi rumah tangga untuk produk dalam negeri meningkat 0,2% dari tahun sebelumnya menjadi 92,78%. Peningkatan ini berlanjut di tahun berikutnya yaitu tahun 2016 dengan kenaikan yang sama yaitu 0,2% dari tahun sebelumnya, sehingga realisasi terakhir menjadi 93,01%.

(43)

Pendahuluan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

a. Pameran UKM Potensial dari berbagai Daerah di Indonesia.

Kegiatan ini bertujuan untuk menggugah rasa bangga terhadap produk Indonesia dan meningkatkan rasa percaya diri sebagai Bangsa Indonesia, menciptakan minat (interest)

dan keinginan (desire) masyarakat untuk memakai produk Indonesia yang diapresiasi

oleh pasar global di masyarakat, serta mengangkat fakta tentang kualitas dan standar internasional hasil karya produk dan kreativitas bangsa Indonesia.

Gambar 10. Foto Pameran UKM Potensial dari Berbagai Daerah di Indonesia

Sumber: Kemendag (2017)

b. Sosialisasi Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri melalui Sektor Pendidikan Kegiatan ini dilaksanakan dengan sasaran siswa/siswi di tingkatan SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi di Batam dengan tujuan: Meningkatkan rasa percaya diri sebagai Bangsa Indonesia pada anak usia sekolah dan generasi muda serta meningkatkan image,

persepsi dan perilaku positif terhadap produk dalam negeri.

Gambar 11. Foto Penyelenggaraan Sosialisasi Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri Melalui Sektor Pendidikan

Sumber: Kemendag (2017)

(44)

c. Pemasangan reklame yang mempromosikan penggunaan produk dalam negeri pada media luar ruang di Kereta Jarak Jauh.

Pemilihan Kereta sendiri sebagai media promosi penggunaan produk dalam negeri didasarkan masih populernya sebagai pilihan moda transportasi sebagian besar masyarakat untuk bepergian. Sehingga pemasangan di kereta diharapkan dapat mengenai sasaran kepada masyarakat.

d. Pemetaan Penggunaan Produk Dalam Negeri

Merupakan kegiatan survey yang dilaksanakan pihak ke-3 untuk mengetahui tingkat penggunaan produk dalam negeri dalam konsumsi rumah tangga nasional. Pemetaan menggunakan teknik random sampling berdasarkan jumlah populasi Kepala Keluarga

(KK) di daerah yang mewakili karakteristik konsumsi masyarakat yang dilakukan di 21 Kota yang aktivitas ekonominya tinggi, yakni DKI Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Bandung, Cilegon, Serang, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Medan, Palembang, Bengkulu, Batam, Denpasar, Makasar, Manado, Pontianak, Balikpapan, dan Ambon. Metode penghitungannya sendiri dilaksanakan dengan metode pengambilan sampel di lapangan melalui survey di rumah tangga/ toko modern/ pasar tradisional di beberapa kota besar yang dianggap cukup representatif serta menggunakan data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS).

Gambar 12. Foto Kegiatan Survey Penggunaan Produk Dalam Negeri

(45)

Pendahuluan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

SASARAN 4:

“Meningkatnya Pelayanan dan Kemudahan Berusaha Bidang PDN”

Tabel 11. Indikator Kinerja Sasaran 4

Indikator Kinerja Target

5. Terintegrasinya Layanan Perijinan Perdagangan Dalam Negeri di Daerah dengan Sistem Informasi Kemendag

40

Daerah Daerah200 45 65 44 110

Sumber: Kemendag, diolah.

Indikator Kinerja 5:

Terintegrasinya Layanan Perijinan Perdagangan Dalam Negeri di Daerah dengan Sistem Informasi Kemendag

Konektivitas antar wilayah merupakan isu yang mendapat perhatian serius dari pemerintah. Hal ini terkait dengan biaya dan kemudahan berusaha yang berdampak kepada perekonomian secara keseluruhan. Berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan konektivitas dilakukan antar lintas Kementerian, terutama yang terkait dengan sarana-prasarana isik seperti jalan raya, jalan tol, dan pelabuhan maupun non- isik seperti kemudahan perizinan dan pelayanan daring (online).

Peran Kementerian Perdagangan sendiri terdapat dalam upaya peningkatan perdagangan dalam negeri dengan meningkatkan konektivitas non- isik antara kota sedang dan kota kecil, antara kota kecil dan desa serta antar pulau. Upaya tersebut dilakukan dengan penerapan Teknologi Informasi dan komunikasi untuk memfasilitasi perdagangan dan pertukaran info antar wilayah. Sedangkan, peningkatan kapasitas tata kelola, kelembagaan dan masyarakat dalam peningkatan keterkaitan kota-desa adalah dengan mengembangkan sistem perdagangan antar daerah yang e isien.

Sistem informasi Perusahaan Online (SIPO) merupakan sistem aplikasi berbasis web yang menerbitkan, menghimpun, serta merekapitulasi data-data Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), Tanda Daftar Perusahaan (TDP), Izin Usaha Toko Modern (IUTM), Surat Tanda Pendaftaran Waralaba (STPW) dan Tanda Daftar Gudang (TDG) secara online dari

kantor-kantor instansi penerbit tingkat Kabupaten/Kota (PTSP) untuk disimpan secara terpusat di

database Kementerian Perdagangan. Tujuan dari dibentuknya SIPO ialah sebagai berikut:

(46)

a. Memudahkan Instansi Penerbit melakukan penerbitan perizinan secara online yang

telah sesuai dengan Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria (NSPK) yang berlaku. b. Instansi Penerbit secara otomatis melaporkan Perizinan terkait Perdagangan Dalam

Negeri (PDN) yang diterbitkan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) kepada Kemendag.

c. Sebagai Database Nasional yang dapat digunakan sebagai bahan penentu kebijakan perdagangan.

Dengan adanya SIPO, maka indikator yang digunakan pada sasaran program ini ialah terintegrasinya perizinan perdagangan dalam negeri di daerah dengan sistem informasi Kementerian Perdagangan. Untuk periode 2015-2019, jumlah Kabupaten/Kota yang ditargetkan dapat memberikan pelayanan perizinan perdagangan dalam negeri yang terintegrasi online dengan Kemendag mencapai 200 Kabupaten/Kota pada 2019. Karena target indikator ini bersifat kumulatif, maka total 200 Kabupaten/Kota pada tahun 2019 merupakan target yang harus dicapai sejak tahun 2015. Akan tetapi, khusus untuk tahun 2017 saja, target yang perlu dicapai adalah 40 Kabupaten/Kota.

Pada tahun 2017, implementasi layanan perijinan perdagangan dalam negeri di daerah dengan Sistem Informasi Kemendag sebanyak 44 Kab/Kota. Sehingga capaian IK-5 tahun 2017 adalah 110%, atau telah melebihi target yang telah ditetapkan untuk tahun 2017. Implementasi SIPO di Kabupaten/Kota terbagi dalam 2 (dua) metode, yaitu metode web form (Kabupaten/Kota menggunakan aplikasi SIPO secara langsung) dan metode integrasi

(kabupaten/kota menggunakan aplikasi milik sendiri yang kemudian diintegrasikan dengan aplikasi SIPO).

Total daerah telah implementasi dengan SIPO Kemendag tahun 2015-2016 adalah 110 Kab./ Kota. Dengan penambahan 44 Kabupaten/Kota yang telah implementasi sistem-nya di 2017 maka jumlah kumulatif 2015-2017 adalah 154 Kabupaten/Kota yang DPMPTSP-nya telah melaksanakan implementasi Sistem dengan SIPO Kemendag.

(47)

Pendahuluan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup

Tabel 12. Daftar Kabupaten/Kota yang pengurusan perijinan di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu telah terintegrasi dengan Sistem Informasi Perusahaan Online Kemendag pada Tahun 2017

No Kabupaten/Kota No Kabupaten/Kota

1 Kab. Dharmasraya 23 Kab. Musi Banyuasin

2 Kab. Kepulauan Mentawai 24 Kab. Ogan Komering Ilir

3 Kab. Lima Puluh Kota 25 Kota Prabumulih

4 Kab. Pasaman 26 Kab. Bengkulu Utara

5 Kab. Pasaman Barat 27 Kab. Kepahiang

6 Kab. Pesisir Selatan 28 Kab. Lampung Barat

7 Kota Bukittinggi 29 Kab. Lampung Tengah

8 Kota Payakumbuh 30 Kab. Lampung Utara

9 Kota Solok 31 Kab. Tanggamus

10 Kab. Bengkulu Selatan 32 Kab. Way Kanan

11 Kab. Belitung 33 Kab. Bintan

12 Kab. Belitung Timur 34 Kab. Kotawaringin Barat

13 Kab. Katingan 35 Kab. Balangan

14 Kab. Kota Waringin Timur 36 Kab. Kotabaru

15 Kab. Sukamara 37 Kab. Malinau

16 Kab. Kutai Kertanegara 38 Kab. Aceh Tamiang

17 Kota Padang Panjang 39 Kab. Aceh Tengah

18 Kab. Kerinci 40 Kab. Pidie

19 Kota Jambi 41 Kab. Mandailing Natal

20 Kota Sungai Penuh 42 Kab. Padang Lawas

21 Kab. Banyuasin 43 Kab. Tapanuli Utara

22 Kab. Muara Enim 44 Kota Medan

Sumber: Kemendag, diolah.

Kesulitan yang dialami terkait implementasi SIPO ialah keengganan DPMPTSP untuk menggunakan SIPO dikarenakan sudah memiliki sistem sendiri. Selain itu tidak adanya payung hukum dalam penerapan SIPO juga menyebabkan tidak adanya urgensi yang timbul. Untuk Kab./Kota yang DPMPTSP-nya telah implementasi dengan SIPO juga memiliki resiko putusnya aliran data yang sudah terkoneksi. Hal ini disebabkan beberapa hal seperti lemahnya kualitas jaringan internet di beberapa PTSP Kabupaten/Kota dan juga adanya perubahan pada sistem database PTSP Kabupaten/Kota (yang sebelumnya sudah

terintegrasi) dapat mengakibatkan putusnya aliran data penerbitan perizinan ke database

SIPO Kementerian Perdagangan.

Ditjen PDN pada tahun 2018 dapat lebih menggalakkan sosialisasi implementasi SIPO ke daerah. Pembuatan Payung hukum juga diperlukan untuk menimbulkan rasa urgensi di daerah bahwa penerapan SIPO berkaitan erat dengan kepentingan nasional.

Gambar

Tabel 1. Capaian Indikator Kinerja Tahun 2017
Gambar 1. Bagan Organisasi Ditjen Perdagangan Dalam Negeri
Tabel 2. Indikator Kinerja Sasaran 1
Tabel 3. Indikator Kinerja Sasaran 2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Setujukah Bapak/Ibu dengan air dan makanan yang tercemar tinja dapat menimbulkan penyakit :.. Tidak Setuju

Valbury Asia Securities or their respective employees and agents makes any representation or warranty or accepts any responsibility or liability as to, or in relation to, the

Setelah dievaluasi lebih lanjut, maka diusulkan bahwa kandidat satu (Solusi Pengembangan Sistem Penelusuran Alumni berbasis web) untuk diusulkan pada Pengembangan

Se bagai penunjang konsep untuk mendesain objek Oceanarium ini sebagai objek wisata yang terletak dikota Manado dengan menerapkan tema Dekonstruksi sebagai strategi desain

Hasil penelitian Muriani (2011), menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi 300 g daun gamal dengan lama fermentasi dua minggu memberikan kualitas larutan MOL yang terbaik

- Guru membimbing peserta didik menuliskan fungsi sosial, struktur teks, dan ciri kebahasaan dari teks naratif yang terdapat dalam lembar kerja siswa.. (Secara Berpasangan)

Tingkat serangan ulat grayak pada galur harapan kedelai tahan lebih rendah dibandingkan dengan galur rentan yang mengelilinginya (investasi hama terjadi secara alami).. Tingkat

Penulis mengenalkan teknologi Macromedia Flash yang memiliki kemampuan antara lain, flash merupakan suatu program grafis dengan system vector, waktu loading baik untuk animasi