• Tidak ada hasil yang ditemukan

Meniti Jalan Allah | Ma'had al-Mubarok

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Meniti Jalan Allah | Ma'had al-Mubarok"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

Meniti Jalan Allah

Daftar Isi :

- Jalan Allah al-’Aziz al-Hamid - Terhapus Seketika - Beramal Sebelum Datangnya Fitnah - Bukan Siapa-Siapa - Ikatlah Aku… - Meneguhkan Iman - Sarana Pembersih Dosa - Kepedulian Seorang Penjual Angkringan - Mengapa Anda Ingin Masuk Jurang?! - Ayo Belajar Tauhid! - Melecehkan Ajaran Rasul - Sarana Mencari Ilmu - Makna Kalimat Tauhid - Makna Ibadah - Macam-macam Tauhid - Sebuah Ketetapan Agung - Aqidah Sebelum Ucapan dan Amalan - Meniti Jalan Lurus - Mewujudkan Persatuan

Penyusun:

Redaksial-mubarok.com

Fanspage: Kajian Islam al-Mubarok Telegram: Belajar Tauhid al-Mubarok Website: Yukberinfak.com

@ Percikan Cahaya Sunnah

Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallambersabda, “Sesungguhnya iman benar-benar bisa menjadi luntur di dalam rongga tubuh kalian sebagaimana halnya baju yang menjadi lusuh. Oleh sebab itu mohonlah kepada Allah agar memperbaharui iman di dalam hati kalian.” (HR. al-Hakim dalam al-Mustadrak, dinyatakan sahih oleh al-Albani dalam ash-Shahihah)

----@.………..Bagian 1.

Jalan Allah al-’Aziz al-Hamid

Bismillah.

Allah pemiliki segala sifat kesempurnaan. Allah pemilik nama-nama terindah dan sifat-sifat yang termulia. Tidak ada sedikit pun cacat dan cela di dalam nama dan sifat-Nya. Allah yang mahamulia lagi mahaperkasa sehingga Allah mampu untuk memberikan hukuman bagi siapa saja atas kejahatan dan dosa-dosa yang mereka kerjakan. Allah yang mahaterpuji sehingga tidak ada sedikit pun ketetapan dan hukum-Nya yang melenceng dari keadilan. Bahkan Allah terpuji atas segala perbuatan dan takdir-Nya. Bahkan Allah pun berkenan mengampuni dosa-dosa mereka yang bersimbah nista selama mereka tidak

mempersekutukan Allah dengan sesembahan selain-Nya.

Salah satu bukti kesempurnaan dan kemuliaan Allah ialah dengan memberikan petunjuk kepada manusia jalan-jalan menuju keridhaan-Nya. Itulah jalan lurus yang ditapaki oleh para nabi dan pengikut mereka hingga akhir masa. Jalan iman dan amal salih. Jalan ketaatan kepada ar-Rahman dan penolakan kepada thaghut dan setan. Allah berfirman (yang artinya),“Dan sungguh telah Kami utus kepada setiap umat seorang rasul yang menyerukan; Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut.”(an-Nahl : 36). Umar bin Khattab

mengatakan bahwa thaghut itu adalah setan. Jabir bin Abdillah menjelaskan bahwa thaghut adalah para dukun. Imam Malik menjelaskan bahwa thaghut itu mencakup segala bentuk sesembahan selain Allah.

Jalan Allah adalah jalan tauhid. Penghambaan total kepada Rabb seru sekalian alam. Allah berfirman (yang artinya),“Wahai manusia, sembahlah Rabb kalian; Yang telah menciptakan kalian dan orang-orang sebelum kalian,

(2)

beriman dan tidak mencampuri imannya dengan kezaliman/syirik, mereka itulah orang-orang yang diberikan keamanan dan mereka itulah yang diberi petunjuk.”(al-An’am : 82)

Inilah jalan yang akan mengantarkan manusia menuju surga dan kebahagiaan sejati. Allah berfirman (yang artinya),“Barangsiapa yang melakukan amal salih dari kalangan lelaki atau peempuan dalam keadaan beriman, benar-benar Kami akan berikan kepada mereka kehidupan yang baik dan pasti Kami akan berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik daripada apa-apa yang mereka amalkan.”(an-Nahl : 97)

Sebaliknya, syirik kepada Allah dan kekafiran kepada-Nya adalah lorong-lorong yang akan mengantarkan menuju neraka dan azab-Nya. Allah berfirman (yang artinya),“Sesungguhnya

barangsiapa yang mempersekutukan Allah benar-benar Allah haramkan atasnya surga dan tempat tinggalnya adalah neraka, dan tidak ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolong pun.”

(al-Maa-idah : 72). Karena syirik adalah sebesar-besar kezaliman dan seburuk-buruk kemaksiatan. Allah berfirman (yang artinya),

“Seandainya mereka itu melakukan syirik niscaya akan lenyap semua amal kebaikan yang mereka lakukan.”(al-An’aam : 82)

Jalan para rasul tegak di atas tauhid dan iman. Sebagaimana telah dijelaskan oleh Allah dalam firman-Nya (yang artinya),“Dan tidaklah Kami utus seorang rasul pun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya bahwa tidak ada ilah/sesembahan yang benar selain Aku, maka sembahlah Aku saja.”(al-Anbiyaa : 25). Bahkan inilah tujuan setiap jin dan manusia diciptakan. Allah berfirman (yang artinya),“Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.”(adz-Dzariyat : 56). Ayat-ayat yang jelas dan gamblang ini merupakan sebesar-besar bukti bagi orang-orang yang beriman untuk meniti jalan Islam dan mencampakkan agama kekafiran.

Allah berfirman (yang artinya),“Pada hari ini Aku telah sempurnakan bagi kalian agama kalian, telah Aku cukupkan nikmat-Ku atas kalian, dan Aku

telah ridha Islam sebagai agama bagi kalian.”

(al-Maa-idah : 3). Allahjalla dzikruhuberfirman (yang artinya),“Barangsiapa yang mencari selain Islam sebagai agama maka tidak akan diterima, dan dia di akhirat nanti pasti termasuk golongan orang-orang yang merugi.”(Ali ‘Imran : 85)

Apakah anda ingin termasuk golongan orang yang merugi?

---@.………..Bagian 2.

Terhapus Seketika

Bismillah.

Salah satu perkara yang telah menjadi ketetapan dan pedoman pokok di dalam Islam adalah besarnya bahaya syirik dan wajibnya menjauhi segala bentuk syirik. Tidak ada seorang pun rasul melainkan memperingatkan umat akan bahaya syirik. Bahkan seandainya mereka -para nabi dan rasul- melakukan syirik pasti lenyap dan hancur semua kebaikan yang telah dikerjakan.

Allah berfirman (yang artinya),“Dan sungguh telah diwahyukan kepadamu dan kepada orang-orang sebelum kamu -Muhammad-; Jika kamu berbuat syirik pasti akan lenyap seluruh amalmu dan benar-benar kamu akan termasuk golongan orang-orang yang merugi.”(az-Zumar : 65)

Allah berfirman (yang artinya),“Dan seandainya mereka itu melakukan syirik niscaya akan terhapus semua amal yang telah mereka kerjakan.”

(al-An’aam : 82)

Allah berfirman (yang artinya),“Dan Kami hadapi segala amal yang dahulu mereka kerjakan lantas Kami jadikan ia bagaikan debu-debu yang beterbangan.”(al-Furqan : 23)

(3)

artinya),“Maka barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Rabbnya, hendaklah dia melakukan amal salih dan tidak mempersekutukan dalam beribadah kepada Rabbnya dengan sesuatu apapun.”(al-Kahfi : 110)

Dalam hadits qudsi Allah berfirman,“Aku adalah Dzat yang paling tidak membutuhkan sekutu. Barangsiapa melakukan suatu amalan seraya mempersekutukan di dalamnya antara Aku dengan selain-Ku maka Aku tinggalkan dia dan syiriknya itu.”(HR. Muslim)

Amalan yang bersih dari syirik merupakan hak Allah yang wajib ditunaikan oleh setiap hamba. Tanpa membersihkan diri dan amalan dari syirik maka seorang hamba telah melakukan sebuah kezaliman yang besar bahkan dosa yang paling berat di hadapan Allah.

Allah berfirman (yang artinya),“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik kepada-Nya dan akan mengampuni dosa-dosa lain yang berada di bawah tingkatan itu bagi siapa saja yang dikehendaki-Nya.”(an-Nisaa’ : 48)

Allah berfirman (yang artinya),“Sesungguhnya syirik itu benar-benar kezaliman yang sangat besar.”(Luqman : 13)

Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,

“Hak Allah atas setiap hamba adalah hendaknya mereka beribadah kepada-Nya dan tidak

mempersekutukan dengan-Nya sesuatu apapun.”

(HR. Bukhari dan Muslim)

Tidak boleh menujukan ibadah kepada selain Allah, karena ibadah hak Allah semata. Barangsiapa beribadah kepada Allah dan juga kepada selain Allah maka dia telah melakukan syirik. Dan syirik inilah yang menyebabkan pelakunya kekal di neraka dan tidak bisa masuk surga

selama-lamanya. Allah berfirman (yang artinya),

“Sesungguhnya barangsiapa yang

mempersekutukan Allah benar-benar Allah haramkan atasnya surga dan tempat tinggalnya adalah neraka, dan tidak ada bagi orang-orang zalim itu seorang pun penolong.”(al-Maa-idah : 72)

Oleh sebab itu pada hakikatnya semua perintah beribadah kepada Allah mengandung larangan dari berbuat syirik. Allah berfirman (yang artinya),

“Dan beribadahlah kepada Allah, dan janganlah kalian mempersekutukan dengan-Nya sesuatu apapun.”(an-Nisaa’ : 36). Maka tauhid merupakan pondasi dan syarat diterimanya amalan. Tidak ada amalan yang diterima dan ketaatan yang dinilai kecuali jika ditegakkan di atas asas tauhid dan keikhlasan.Wallahul musta’an.

---@.………..Bagian 3.

Beramal Sebelum Datangnya Fitnah

Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,

“Bersegaralah beramal sebelum datangnya fitnah-fitnah seperti potongan malam yang gelap gulita. Pada pagi hari seorang masih beriman tetapi di sore harinya menjadi kafir. Atau pada sore hari beriman tetapi keesokan harinya menjadi kafir. Dia menjual agamanya demi mencari

perhiasan/kesenangan dunia.”(HR. Muslim, Tirmidzi dan Ahmad)

Hasan al-Bashrirahimahullahmenjelaskan salah satu maksud hadits ini. Beliau berkata,“Pada pagi hari seorang muslim masih menetapkan

terjaganya kesucian darah, kehormatan dan harta saudaranya tetapi pada sore hari dia berubah menjadi menghalalkannya. Dan pada sore hari dia masih menjaga kesucian darah, kehormatan dan harta saudaranya lalu keesokan harinya dia berubah menjadi menghalalkannya.”Demikian sebagaimana dinukil oleh Imam Tirmidzi (lihat dalamBasha’ir fil Fitanhal. 117 karya Syaikh Dr. Muhammad Isma’il al-Muqoddam)

(4)

yang artinya,“Kami berlindung kepada Allah dari fitnah-fitnah; yang tampak dan yang tersembunyi.”

(HR. Muslim)

Salah satu bentuk atau akibat fitnah/kekacauan itu adalah terjadinya pertumpahan darah diantara kaum muslimin karena tindakan memberontak kepada pemerintah muslim. Hal ini bisa kita lihat dalam sejarah seperti pemberontakan yang dilakukan oleh Khawarij ataupun terjadinya perang dalam kondisi fitnah. Hal ini menyebabkan rusaknya hubungan diantara kaum muslimin -antara rakyat dan penguasa- dan rusaknya persatuan. Dan sebagaimana diketahui

bahwasanya pembunuhan kepada sesama muslim adalah salah satu bentuk kekafiran ashghar. Oleh sebab itu para ulama Ahlus Sunnah melarang kudeta kepada pemerintah muslim; walaupun ia zalim dan ahli maksiat. Sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Taimiyahrahimahullah, bahwa bersabar menghadapi ketidakadilan penguasa adalah salah satu pokok diantara pokok-pokok Ahlus Sunnah.

Dalam kondisi fitnah, melakukan amal-amal salih dan beribadah kepada Allah adalah perisai yang akan melindungi dari terpaan fitnah. Dalam hadits lain, Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam

bersabda,“Beribadah ketika terjadi kekacauan -fitnah atau maraknya pembunuhan- seperti berhijrah kepadaku.”(HR. Muslim). Hal ini juga menunjukkan kepada kita bahwasanya ikut menceburkan diri ke dalam fitnah dan pergolakan politik melawan penguasa muslim bukanlah termasuk amal salih dan ibadah. Sebab syari’at memerintahkan kita untuk tetap mendengar dan taat kepada penguasa muslim bagaimana pun kondisinya selama bukan dalam hal maksiat.

Di sinilah kita mengenal kaidah para ulama yaitu

saddu dzari’ahatau menutup celah-celah keburukan. Semua pintu dan jalan yang akan menjerumuskan manusia ke dalam fitnah dan keburukan haruslah dibendung. Membendung fitnah itu adalah dengan menjauhi segala bentuk ucapan dan perbuatan yang semakin menyulut atau menyalakan api fitnah. Oleh sebab itu para ulama menegaskan terlarangnya mengkritik penguasa di muka publik melalui aksi-aksi demonstrasi, unjuk rasa, dan lain sebagainya.

Karena pada akhirnya hal itu akan melahirkan dampak negatif yang lebih besar. Diantara dampaknya adalah ghibah, namimah, kerusuhan, perpecahan, bahkan pertumpahan darah.

Imam al-Ajurrirahimahullahmeriwayatkan dari Ibnu Mas’udradhiyallahu’anhu, beliau berkata,

“Wahai manusia, hendaklah kalian berpegang teguh dengan ketaatan -kepada penguasa muslim-dan al-jama’ah (persatuan di bawah penguasa muslim). Sesungguhnya itu adalah tali Allah yang diperintahkan untuk kita pegangi. Apa-apa yang kalian benci di dalam persatuan itu lebih baik daripada apa-apa yang kalian sukai di dalam perpecahan.”(lihat dalamBasha’ir fil Fitan, hal. 110)

Dalam kitabnyaMinhajus Sunnah, Ibnu Taimiyah

rahimahullahberkata,“... Oleh sebab itu telah menjadi ketetapan dalam pedoman Ahlus Sunnah untuk meninggalkan peperangan ketika terjadi fitnah berdasarkan hadits-hadits sahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mereka pun menyebutkan prinsip ini di dalam aqidah yang mereka tulis. Mereka memerintahkan untuk bersabar menghadapi ketidakadilan penguasa dan tidak berperang melawan mereka.”(lihatBasha’ir fil Fitan, hal. 106)

(5)

memperingatkan mereka dari hal-hal yang bisa melemahkan dan merusak iman.

Inilah salah satu bagian faidah dan pelajaran dari hadits Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam,“Seorang mukmin bagi seorang mukmin lainnya ibarat sebuah bangunan; dimana satu sama lain saling memperkuat.”(HR. Bukhari)

Semoga nasihat singkat ini bermanfaat bagi kita semuanya.

---@.………..Bagian 4.

Bukan Siapa-Siapa

Bismillah.

Sebagian orang yang diberikan taufik oleh Allah memberikan pelajaran kepada kita bukan dengan ucapan atau tulisannya. Banyak yang kita bisa ambil dari perilaku dan tingkah-lakunya. Budi pekerti yang luhur dan sopan-santun merupakan bagian dari ajaran agama yang tentu tidak bisa diremehkan. Adalah aib bagi seorang hamba ketika lenyap dari dalam dirinya adab dan akhlak Islam.

Diantara keluhuran akhlak yang diwariskan oleh para ulama kepada para penimba ilmu adalah akhlak tawadhu’ dan keikhlasan. Tawadhu’ alias rendah hati adalah sifat hamba-hamba Allah yang sejati. Mereka berjalan di atas muka bumi dengan penuh kewibawaan dan rendah hati, tidak angkuh, tidak sombong, dan tidak menunjukkan

kemalasan dan kelemahan. Di sisi lain, keikhlasan merupakan pondasi bagi setiap amalan. Ketika keikhlasan itu lenyap hancurlah keberkahan.

Kaum muslimin yang dirahmati Allah, para ulama terdahulu telah menunjukkan perhatian yang besar dalam hal adab. Sebagaimana Imam Bukhari dengan kitab adab di dalam sahih bukharinya, bahkan beliau juga menyusun kitab adab secara khusus yang berjudul Adabul Mufrad. Imam Nawawi di dalam kumpulan hadits arba’in-nya

juga membawakan hadits-hadits pokok tentang adab.

Bahkan apabila kita cermati Kitab Tauhid karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab pun telah menyinggung adab dan akhlak ini dalam bagian awal kitabnya, ketika beliau membawakan firman Allah (yang artinya),“Dan Rabbmu telah

memerintahkan; Janganlah kalian beribadah kecuali kepada-Nya, dan kepada kedua orang tua hendaklah kalian berbuat baik…”(al-Israa’ : 23)

Ayat tersebut sebagaimana telah dijelaskan oleh para ulama menunjukkan tentang betapa

agungnya hak kedua orang tua setelah hak Allah dan rasul-Nya. Di bagian awal kitab Adabul Mufrad, Imam Bukhari membawakan hadits Abdullah bin Mas’ud yang menunjukkan bahwa berbakti kepada orang tua adalah amal yang paling dicintai oleh Allah setelah mengerjakan sholat pada waktunya; karena sholat adalah hak Allah atas setiap hamba. Hal ini menunjukkan agungnya hak dan kedudukan orang tua bagi setiap insan sehingga Allah mewajibkan kita untuk berbakti kepada mereka.

Kita pun masih ingat bagaimana pujian yang Nabi berikan kepada seorang tabi’in yang ikhlas dan manusia terbaik setelah para sahabat itu yaitu Uwais al-Qarni; yang doanya dikabulkan oleh Allah dan dipuji oleh Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam

bahwa dia berbakti kepada ibunya. Sebuah keteladanan dalam hal akhlak dan adab yang sangat kita butuhkan untuk kita wujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaimana telah diberitakan di dalam hadits bahwa seorang muslim dengan kemuliaan akhlaknya bisa mengejar pahala orang yang banyak puasa sunnah dan sholat sunnah.

(6)

menyembunyikan ilmu, sebab Nabishallallahu ‘alaihi wa sallampun ada di hadapan mereka dan siap menerangkan maksud pertanyaannya itu.

“Saya bukan siapa-siapa”; inilah kalimat yang membuat kami tersadar bahwa selama ini

mungkin kita kurang ikhlas dan kurang menyadari kedudukan dan jati diri kita sebagai manusia yang penuh dengan kekurangan dan kesalahan.

Sehingga acapkali kesombongan dan perasaan hebat itu terlontar dalam bentuk sikap dan perangai yang tidak sedap dirasakan. Seyogyanya setiap penimba ilmu kembali memeriksa niat dan hatinya; jangan-jangan ujub telah menguasai dirinya dalam keadaan dia tidak sadar. Kita mohon kepada Allah ampunan dan rahmat-Nya.

Semoga Allah berikan keberkahan kepada

seorang teman yang telah memberikan nasihatnya kepada kami dengan kalimatnya yang sangat mengena, “Saya bukan siapa-siapa.”

---@.………..Bagian 5.

Ikatlah Aku…

Bismillah.

Thawus bin Kaisan mengisahkan :

Ketika terjadi fitnah/pemberontakan kepada Utsman bin Affan ada seorang lelaki yang berkata kepada keluarganya,“Ikatlah aku, sesungguhnya aku ini mulai gila.”

Setelah Utsman terbunuh, dia pun berkata,

“Lepaskanlah ikatanku. Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan aku dari kegilaan dan membebaskan aku dari keterlibatan dalam fitnah/pemberontakan terhadap Utsman.”

(lihatKitab Fadhilatu asy-Syukr lillaholeh al-Khara’ithi, hlm. 46)

Kaum muslimin yang dirahmati Allah, penggalan kisah singkat ini memberikan banyak pelajaran

bagi kita mengenai kaidah-kaidah beragama. Berikut ini sebagian diantaranya :

Pertama; Wajibnya taat kepada ulil amri selama bukan untuk bermaksiat

Bukanlah syarat ulil amri/penguasa muslim yang wajib ditaati itu adalah bersih dari kesalahan, bahkan meskipun mereka zalim dan bertindak aniaya. Hal ini telah ditegaskan oleh para ulama kita, diantaranya oleh Imam Abu Ja’far

ath-Thahawirahimahullah(wafat 321 H).

Imam ath-Thahawi berkata, “Dan kami -ahlus sunnah- tidak memandang bolehnya

memberontak kepada para pemimpin kami dan para pemegang urusan-urusan (ulil amri) diantara kami meskipun mereka berbuat aniaya/zalim. Kami tidak mendoakan keburukan bagi mereka, dan kami tidak mencabut kesetiaan dari sikap patuh kepada mereka. Kami memandang ketaatan kepada mereka sebagian bagian dari ketaatan kepada Allah yang wajib dikerjakan, selama mereka tidak memerintahkan kepada maksiat. Dan kami mendoakan bagi mereka agar diberikan kebaikan dan keselamatan.” (lihatSyarh al-’Aqidah ath-Thahawiyah, hlm. 379)

Inilah keyakinan Ahlus Sunnah yang diselisihi oleh penganut paham Khawarij. Orang-orang Khawarij di masa silam berlepas diri dari pemerintahan Utsman dan Ali dan mereka juga memberontak kepada penguasa dengan dalih penguasa itu telah menyelisihi sunnah/ajaran Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam(lihatSyarh Lum’ah al-I’tiqadoleh al-Utsaimin, hlm. 162)

(7)

mereka juga meninggalkan kezaliman (lihatSyarh al-’Aqidah ath-Thahawiyah, hlm. 381)

Kaum Khawarij sejak dulu hingga sekarang adalah gerombolan orang yang tidak mau mengindahkan kaidah yang agung ini. Pada masa kekhalifahan Utsman tepatnya pada tahun 35 H mereka

menyusun kekuatan massa dari berbagai negeri di bawah komando Abdullah bin Sa’ba’ dan

bersepakat untuk melakukan unjuk rasa dengan berjalan kaki untuk menemui/menekan Utsman radhiyallahu’anhu di Madinah kala itu dengan menyamar sebagai jama’ah haji. Mereka memanfaatkan celah kepergian banyak para Sahabat untuk menunaikan ibadah haji di Mekah; mirip dengan apa yang dilakukan oleh sebagian orang di masa kini dengan aksi demonstrasi kepada penguasa dengan kedok amar ma’ruf dan nahi mungkar (lihatHaqiqah al-Khawarij, hlm. 84)

Kedua; pemberontakan kepada penguasa muslim adalah fitnah/kerusakan

Sesungguhnya cikal-bakal paham Khawarij ini adalah disebabkan celaan dan perendahan terhadap para ulama dan para imam/penguasa kaum muslimin. Seperti ini pula lah awal kemunculan fitnah Khawari di masa Utsman; dimana mereka berusaha untuk mencela dan menjatuhkan kredibilitas beliau, padahal beliau adalah sebaik-baik umat Islam di masa itu, mereka juga tidak mempedulikan pemahaman para sahabat, sampai pada akhirnya kekacauan itu berujung pada pembunuhan Utsman bin Affan

radhiyallahu’anhu(lihatHaqiqah al-Khawarij, hlm. 53-54)

Bahkan, cikal-bakal pengusung paham Khawarij ini telah muncul di masa Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam, ketika seorang lelaki mendatangi Nabi

shallallahu ‘alaihi wa sallamdi sebuah tempat bernama Ji’ranah pada saat beliau sedang membagi-bagikan harta rampasan perang. Lelaki itu berkata dengan nada merendahkan di

hadapan khalayak,“Wahai Muhammad,

bersikaplah adil.”(HR. Muslim). Sampai-sampai setelah mendengar ucapan orang ini Umar dan Khalid bin Walid pun meminta ijin kepada Nabi

shallallahu ‘alaihi wa sallamuntuk membunuhnya.

Akan tetapi Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallamtidak mengijinkan hal itu

mempertimbangkan mafsadat/kerusakan yang timbul sesudahnya apabila hal itu dilakukan (lihat

Syarh Muslim li an-Nawawi, 4/388)

Adakah Pengusung Paham Khawarij di Masa Kini?

Syaikh Shalih al-Fauzanhafizhahullahpernah ditanya :

Apakah ada di masa kini orang-orang yang membawa fikrah/pemikiran Khawarij?

Beliau menjawab :

Aduhai, subhanallah! Inilah yang ada sekarang ini. Bukankah hal itu -terorisme, pent- merupakan perbuatan kaum Khawarij? Yaitu dengan mengkafirkan kaum muslimin, dan yang lebih parah lagi daripada itu adalah dengan

membunuhi kaum muslimin dan melakukan tindak pelanggaran terhadap mereka dengan aksi pengeboman. Ini adalah madzhab Khawarij.

Hal itu terdiri dari tiga unsur :

Pertama; mengkafirkan kaum muslimin.

Kedua; keluar/memberontak dari ketaatan kepada ulil amri/pemerintah.

Ketiga; menghalalkan darah kaum muslimin.

Ini adalah madzhab Khawarij. Bahkan, seandainya orang itu hanya meyakini kebenaran

perkara/pemahaman ini di dalam hatinya, tidak mengatakan apa-apa dan tidak melakukan sedikit pun -pemberontakan secara fisik, pent- maka dia adalah termasuk penganut paham Khawarij, dalam aqidah dan pemikirannya, walaupun hal itu tidak dia ungkapkan secara eksplisit.

(lihatal-Ijabat al-Muhimmah fil Masyakil al-Mulimmah, hlm. 7)

(8)

Apabila ada orang yang mengkafirkan para penguasa/pemerintah dan menuntut kepada kaum muslimin untuk melakukan

pemberontakan/pembangkangan kepada pemerintah mereka. Apakah orang seperti itu termasuk Khawarij?

Beliau menjawab :

Inilah madzhab Khawarij itu. Yaitu apabila dia berpandangan bolehnya memberontak kepada para penguasa kaum muslimin. Dan yang lebih parah lagi adalah apabila dia juga mengkafirkan mereka -penguasa muslim, pent- maka ini juga termasuk madzhab Khawarij.

(lihatal-Ijabat al-Muhimmah fil Masyakil al-Mulimmah, hlm. 8)

Syaikh Shalih al-Fauzanhafizhahullahpernah ditanya :

Bolehkah menampakkan aib pemerintah kaum muslimin di hadapan masyarakat dan di depan orang banyak?

Beliau menjawab :

Sudah sering dan berulang-ulang pembicaraan mengenai hal ini. Bahwa tidak boleh hukumnya membicarakan aib pemerintah. Karena hal ini akan memunculkan keburukan dan kekacauan di tengah-tengah masyarakat. Dan hal itu akan menceri-beraikan jama'ah kaum muslimin. Dan mengakibatkan dibencinya para penguasa kaum muslimin pada hati rakyat. Dan juga membuat rakyat dibenci oleh penguasa. Dan hal itu akan menimbulkan perselisihan dan keburukan.

Bahkan terkadang hal itu akan menyeret kepada tindakan pemberontakan kepada pemerintah, terjadinya pertumpahan darah dan berbagai perkara yang tidak terpuji hasilnya. Maka apabila anda memiliki catatan atau kritikan maka

sampaikan kepada penguasa secara rahasia; bisa dengan berbicara secara langsung jika anda mampu, atau melalui tulisan/surat, atau dengan mengabarkan kepada orang yang bisa

berhubungan dengannya untuk menyampaikan

nasihat itu kepada penguasa tersebut. Dan hendaknya nasihat itu diberikan secara rahasia atau sembunyi-sembunyi, bukan secara

terang-terangan. Hal ini telah disebutkan di dalam hadits.

Rasulullahshallallahu 'alaihi wa sallambersabda,

“Barangsiapa yang ingin memberikan nasihat kepada seorang penguasa maka janganlah dia tampakkan hal itu secara terang-terangan -di muka umum-. Hendaklah dia mengambil

tangannya -menasihatinya secara langsung, pent-. Apabila dia mau mendengar maka itulah yang diharapkan. Apabila tidak maka dia telah

menunaikan kewajibannya.”(HR. Ibnu Abi 'Ashim dan dinyatakan sahih oleh al-Albani). Hal ini telah datang maknanya dari Rasulullahshallallahu 'alaihi wa sallam.

(lihatal-Ijabat al-Muhimmah fil Masyakil al-Mulimmah, 1/11)

Syaikh Shalih al-Fauzanhafizhahullahpernah ditanya :

Apakah sikap kita terhadap orang yang

mengkafirkan seluruh pemerintah kaum muslimin pada hari ini secara global dan terperinci? Apakah mereka termasuk pengikut Khawarij? Berikanlah faidah kepada kami, semoga Allah memberkahi anda dan membalas yang lebih baik kepada anda.

Beliau menjawab :

Orang-orang yang mengkafirkan para penguasa kaum muslimin secara umum maka mereka itu termasuk pengikut Khawarij yang paling parah. Karena mereka tidak mengecualikan seorang pun, dan mereka menghukumi terhadap semua

pemerintah kaum muslimin sebagai orang-orang yang kafir. Maka tindakan semacam ini lebih parah daripada madzhab Khawarij, karena mereka menyamaratakan kepada semuanya.

(lihatal-Ijabat al-Muhimmah fil Masyakil al-Mulimmah, 1/8)

(9)

# Penyusun : www.al-mubarok.com

---@.………..Bagian 6.

Meneguhkan Iman

Bismillah.

Syaikh Abdurrazzaq al-Badr menuturkan bahwa iman adalah perkara yang paling berharga di tengah alam nyata dan sebuah perbendaharan paling mahal di dunia ini. Barangsiapa kehilangan iman maka sungguh dia telah kehilangan

kehidupan yang hakiki (lihatTajdid al-Iman, hal. 3)

Kaum muslimin yang dirahmati Allah, tidaklah berlebihan apabila kita berdoa kepada Allah setiap hari untuk diberi hidayah. Karena hidayah itulah yang akan menjaga diri kita untuk tetap tegar di atas iman dan islam. Betapa banyak goncangan dan rintangan yang menghadang ketika seorang berjalan di atas rel kebenaran. Sedikit yang bisa bertahan dan terus berjalan melanjutkan perjalanan di jalan iman. Untuk itu doa kepada Allah adalah sebuah kebutuhan.

Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,

“Sesungguhnya iman benar-benar bisa menjadi luntur di dalam rongga tubuh kalian sebagaimana halnya baju yang menjadi lusuh. Oleh sebab itu mohonlah kepada Allah agar memperbaharui iman di dalam hati kalian.”(HR. al-Hakim dalam al-Mustadrak, dinyatakan sahih oleh al-Albani dalam ash-Shahihah)

Salah satu bekal yang penting dimiliki bagi

penempuh jalan kebenaran itu adalah ilmu agama. Itulah yang terkandung dalam doa kita meminta hidayah kepada Allah setiap harinya. Karena hidayah itu ada dua bagian; hidayah berupa ilmu dan hidayah berupa amalan. Setelah diberi ilmu maka kita juga butuh untuk diberi taufik dan kemampuan untuk bisa beramal. Sehebat apa pun anda, maka hidayah itu di tangan Allah, bukan di tangan manusia. Adapun sekedar memberitahu

dan berbagi ilmu ya memang bisa dilakukan oleh manusia. Akan tetapi hidayah berupa taufik di tangan Allah.

Dengan begitu kita bisa mengetahui bahwa setiap kita tanpa terkecuali butuh untuk diberi

keteguhan di dalam iman dan islam. Sebagaimana doa yang sering dibaca oleh Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Yaa muqallibal quluub, tsabbit qalbii ‘alaa dinik’ yang berarti,“Wahai dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu.”Doa ini memberi pelajaran kepada setiap muslim, bahwa dia butuh bantuan dan pertolongan Allah untuk menjaga hatinya. Dia butuh kepada Allah agar menyelamatkan hatinya dari tipu daya dan bujuk rayu setan.

Seorang sahabat yang mulia Abdullah bin Mas’ud

radhiyallahu’anhupun berdoa kepada Allah yang berbunyi ‘Allahumma zidnii iimaanan wa yaqiinan wa fiqhan’ yang artinya,“Ya Allah, tambahkanlah kepadaku iman, keyakinan, dan kepahaman.”(lihat

Tajdid al-Iman, hal. 4)

Kita tidak bisa mengelak bahwa iman kita butuh untuk ditambah, kita juga butuh diberi tambahan keyakinan dan pemahaman terhadap agama. Bahkan itulah kebutuhan kita semua. Dengan bertambahnya iman akan membuat kita semakin tegar dalam menghadapi berbagai bentuk cobaan dan godaan. Dan dengan pemahaman akan membukakan kepada kita pintu penghambaan.

Merenungkan ayat-ayat al-Qur’an adalah salah satu metode untuk menambah pemahaman dan memperkuat keimanan. Oleh sebab itu Allah menyebutkan diantara ciri kaum beriman adalah apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya maka bertambahlah imannya. Hal itu tidak lain karena al-Qur’an berisi banyak kebaikan. Oleh sebab itu al-Qur’an disifati penuh dengan berkah.

Allah berfirman (yang artinya),“Sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu lagi penuh dengan keberkahan, supaya mereka renungkan ayat-ayatnya dan supaya orang-orang yang memiliki akal pikiran mau mengambil pelajaran.”

(10)

Oleh sebab itu mempelajari al-Qur’an dengan baik dan mengajarkannya merupakan pintu kebaikan yang sangat besar dan jembatan kokoh untuk memasuki istana keimanan. Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,“Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya.”(HR. Bukhari dari Utsman bin Affanradhiyallahu’anhu)

Bacaan al-Qur’an itu sendiri adalah bagian dari dzikir kepada Allah. Sebagaimana kita ketahui bahwa dzikir merupakan benteng yang

melindungi diri seorang muslim dari keburukan. Sebagaimana dzikir adalah pemberi ketenangan bagi hati. Dzikir pun menjadi sebab datangnya pertolongan dan bantuan dari Allah. Bahkan dzikir itulah sebab hidupnya hati. Sehingga Nabi kita yang muliashallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,

“Perumpamaan orang yang senantiasa mengingat Rabbnya dengan orang yang tidak mengingat Rabbnya adalah seperti perumpamaan orang yang hidup dengan orang yang sudah mati.”(HR. Bukhari)

Pentingnya dzikir itu bagi hati sampai-sampai dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah

rahimahullahbahwa dzikir bagi hati laksana air bagi ikan, bagaimana kiranya keadaan si ikan apabila ia terpisahkan dari air? Tentu bisa jadi ia akan mati. Banyak berdzikir kepada Allah adalah amalan yang sangat agung, sehingga Allah menjanjikan bagi kaum lelaki dan perempuan yang banyak mengingat Allah bahwa mereka akan disediakan ampunan dan pahala yang sangat besar.

Kaum muslimin yang dirahmati Allah, dari sini kita bisa mengerti betapa besar butuhnya kita kepada doa, kepada hidayah, kepada ilmu, kepada bantuan dan pertolongan Allah, dan besarnya kebutuhan kita kepada ilmu, al-Qur’an, dan dzikir kepada-Nya. Dan itu semua ternyata telah terangkum dan tertata rapi di dalam sholat lima waktu yang kita kerjakan setiap harinya. Bukankah ini menunjukkan betapa besar kasih sayang Allah kepada hamba-hamba-Nya?

Sholat lima waktu yang kita kerjakan adalah amalan yang sangat agung. Ia merupakan rukun

Islam yang paling penting setelah dua kalimat syahadat. Sholat yang dilakukan dengan hati yang hadir dan penuh kekhusyu’an tentu akan

membuahkan kekuatan iman dan

berlipatgandanya ganjaran. Lebih dari itu sholat pun akan bisa memberikan pengaruh positif dalam kehidupan insan. Karena sholat yang sebenarnya bisa mencegah perbuatan keji dan mungkar.

Oleh sebab itu Allah menyebutkan salah satu sifat utama kaum yang bertakwa -sebagaimana disebutkan di awal surat al-Baqarah- adalah mereka yang senantiasa mendirikan sholat. Sebaliknya, Allah pun menerangkan salah satu sifat kaum munafik adalah mereka itu malas untuk mendirikan sholat dan hanya ingin mencari pujian dan sanjungan dari manusia dengan ibadahnya. Akhirnya hal itu membuat dzikir yang mereka lakukan sangatlah sedikit. Sedikitnya dzikir mereka membuat mereka selalu menyimpan penyakit keraguan dan bimbang terhadap kebenaran.

Bercokolnya penyakit-penyakit hati itulah yang menghalangi manusia dari taufik dan hidayah Allah. Semakin banyak penyakit hati di dalam dirinya maka semakin sulit hidayah itu masuk dan menampakkan pengaruhnya. Oleh sebab itu Nabi kita yang muliashallallahu ‘alaihi wa sallampun mengajarkan kepada kita untuk berdoa kepada Allah agar dibersihkan jiwanya. Doa itu berbunyi ‘Allahumma aati nafsii taqwaahaa, wa zakkihaa, anta khairu man zakkaaha.. anta waliyyuhaa wa maulahaa’ yang artinya,“Ya Allah, berikanlah kepada diriku ketakwaan, dan sucikanlah ia, sesungguhnya Engkau adalah yang terbaik dalam membersihkannya, Engkau lah penguasa dan penolong baginya.”(HR. Muslim)

Ketentraman yang sempurna dan hidayah yang sempurna hanya akan diberikan kepada mereka yang menjaga imannya dari segala bentuk kezaliman. Pokok keimanan itu adalah tauhid sementara perusaknya yang paling berat adalah syirik. Allah berfirman (yang artinya),

“Orang-orang yang beriman dan tidak

(11)

Ketika seorang hamba menyadari bahwa iman adalah kunci kebaikan hidupnya, tentu saja ia harus berusaha kuat untuk memeliharanya dari segala perusak dan noda yang mengotorinya. Dan tidak ada yang lebih kuat dan lebih hebat dalam menjaga iman agar tetap tertancap kecuali Allah dzat yang membolak-balikkan hati hamba. Maka bersandar dan tawakal kepada Allah merupakan sebab terbesar untuk bisa meneguhkan iman dan mengokohkannya. Barangsiapa bertawakal kepada Allah niscaya Allah sudah cukup bagi dirinya.

Semoga catatan yang singkat ini bermanfaat bagi kami dan segenap pembaca.

---@.………..Bagian 7.

Sarana Pembersih Dosa

Bismillah.

Diantara keutamaan sholat lima waktu adalah ia bisa menjadi sebab terhapusnya dosa-dosa. Dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah

radhiyallahu’anhu, bahwa suatu saat beliau mendengar Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,“Bagaimana menurut kalian jika di depan pintu rumah salah seorang dari kalian ada sebuah sungai dimana dia mandi di sana setiap hari lima kali. Apakah dengan seperti itu masih tersisa kotoran menempel di tubuhnya?”

mereka menjawab,“Tidak akan tersisa kotoran yang menempel di tubuhnya.”Lalu Nabi bersabda,

“Demikian itulah perumpamaan sholat lima waktu menjadi sebab penghapus dosa-dosa.”(HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits ini menunjukkan bahwa Nabishallallahu ‘alaihi wa sallammenggambarkan sholat lima waktu seperti sebuah sungai yang mengalir; dimana ia bisa membersihkan dosa dan kesalahan sebagaimana air sungai bisa membersihkan kotoran yang menempel di badan. Akan tetapi pembersihan dosa-dosa ini hanya bisa terwujud secara maksimal jika dosa-dosa besar juga dijauhi.

Sebagaimana disebutkan dalam Sahih Muslim, bahwa sholat lima waktu akan bisa menghapus dosa-dosa secara umum selama dosa-dosa besar juga dijauhi (lihatMinhah al-Malik al-Jalil,

2/22-23)

Sholat dan Memohon Ampunan

Di dalam sholat kita, salah satu bacaan doa yang diajarkan oleh Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam

adalah bacaan yang sering beliau baca ketika ruku’ dan sujud. Doa itu berbunyi‘subhanakallahumma rabbana wa bihamdika, allahummaghfirlii’yang artinya,“Mahasuci Engkau Ya Allah, wahai Rabb kami, dan dengan senantiasa memuji-Mu, Ya Allah ampunilah aku.”(HR. Bukhari dan Muslim)

Begitu pula salah satu bacaan doa yang diajarkan oleh Nabishallallahu ‘alaihi wa sallamketika duduk diantara dua sujud adalah dengan mengucapkan‘Rabbighfirlii, Rabbighfirlii’yang artinya,“Wahai Rabbku, ampunilah aku. Wahai Rabbku, ampunilah aku.”(HR. Ibnu Majah)

Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallamjuga mengajarkan kepada Abu Bakar ash-Shiddiq untuk berdoa sebelum salam dengan membaca doa‘Allahumma inni zhalamtu nafsi zhulman katsiiraa, wa laa yaghfirudz dzunuuba illa anta, faghfirlii maghfiratan min ‘indik, warhamnii innaka antal ghafuurur rahiim’yang artinya,“Ya Allah, sesungguhnya aku banyak menzalimi diriku, dan tidak ada yang mengampuni dosa selain Engkau, ampunilah aku dengan ampunan dari sisi-Mu, rahmatilah aku, sesungguhnya Engkau

Mahapengampun lagi Mahapenyayang.”(HR. Bukhari dan Muslim)

Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallamapabila telah selesai dari sholat dan mengucapkan salam, maka beliau pun beristighfar tiga kali. Imam al-Auza’i menjelaskan bahwa bacaan istighfar beliau itu adalah dengan mengucapkan

astaghfirullah, astaghfirullah(HR. Muslim)

Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa sholat beserta doa dan dzikir yang ada di dalamnya bahkan yang dibaca setelahnya berisi

(12)

memberikan jalan bagi kita untuk menghapuskan dosa-dosa dengan amal salih dan istighfar. Secara tidak langsung hal ini berisi perintah kepada kita untuk terus bermuhasabah dan menyadari dosa dan kesalahan untuk terus memohon ampunan atas segala dosa dan kesalahan. Demikianlah sifat dan tabiat anak Adam yang banyak terseret dalam kekeliruan, maka tidak ada jalan selain kembali kepada Allah dan memohon ampunan dari-Nya. Bertaubat dari kesalahan dan memperbaiki masa depan.

Semoga catatan singkat ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.Wa shallallahu ‘ala

Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi wa sallam. Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin.

# Penyusun : www.al-mubarok.com

---@.………..Bagian 8.

Kepedulian Seorang Penjual Angkringan

Bismillah.

Ketika suatu saat penulis berada di sebuah warung angkringan, ada pembicaraan yang menarik untuk kami bagikan faidahnya di sini. Bisa jadi kita mendapatkan pelajaran berharga darinya.

Singkat cerita, sang penjual angkringan

menceritakan keprihatinannya akan sebuah masjid yang ada di kampungnya. Bukan karena

jama’ahnya sepi, tetapi karena kalau sholat jum’at sebagian jama’ah yang kebanyakan adalah para mahasiswa UMY (Universitas Muhammadiyah Yogyakarta) itu harus sholat di jalan -dengan menggelar tikar- dan terkena sengatan panas matahari di kala panas atau percikan hujan di kala cuaca mendung dan gerimis.

Dia menceritakan bahwa sudah ada usulan dari sebagian jama’ah untuk membuat semacam atap tambahan untuk melindungi jama’ah dari panas dan hujan di bagian samping masjid itu yang memang berbatasan langsung dengan jalan kampung. Katanya, usulan ini sudah beberapa

tahun disampaikan tetapi sepertinya kurang mendapat tanggapan. Sebagian alasan yang didengar dari pihak yang kurang setuju adalah disebabkan tanah itu adalah jalan umum sehingga dikhawatirkan mungkin akan mengganggu

aktifitas dan penggunaan jalan itu sebagaimana mestinya.

Pada akhirnya -masih dari penuturan beliau-usulan ini juga mendapatkan tanggapan walaupun beliau sendiri menganggap bahwa rencana

pembuatan atap tambahan sementara yang akan dilakukan itu ada sedikit kekurangan karena sebab ini dan itu. Beliau juga menceritakan bahwa pengurus masjid itu juga sudah berencana untuk merenovasi masjid menjadi dua lantai ke

depannya agar bisa menampung jama’ah lebih banyak dan lebih nyaman untuk beribadah.

Di sini, kami tidak ingin membahas bagus tidaknya rencana pembangunan atap tambahan yang sudah diusulkan sekian lama itu. Hanya ada faidah yang cukup penting dari pembicaraan itu; bahwa jama’ah masjid memang butuh untuk diperhatikan dan dilayani dengan baik; salah satu bentuknya adalah menyediakan sarana ibadah yang nyaman dan bisa menampung jumlah jamaah yang cukup banyak; terutama ketika sholat jum’at atau ketika bulan Ramadhan.

Terlebih lagi di daerah yang jumlah pendatangnya cukup banyak seperti di sekitar kampus atau perguruan tinggi. Bisa jadi pihak kampus telah menyediakan sarana ibadah berupa masjid yang cukup besar tetapi tidak dipungkiri bahwa banyak juga mahasiswa yang sholat jum’at dan tarawihnya tidak di masjid kampus tetapi lebih memilih di dekat kosnya. Apalagi jika kampus itu cukup besar dengan jumlah mahasiswa ribuan yang masuk setiap tahunnya.

Dari perbincangan di angkringan itu, kami mendapat pelajaran bahwa kepedulian bapak penjual angkringan ini patut untuk kita renungkan bersama. Seperti yang dikatakan dalam ungkapan, bahwa hikmah itu adalah barang hilang yang dicari oleh seorang mukmin. Ya, mungkin

(13)

berdalih; ‘saya bukan pengurus masjid situ’, atau malah mengatakan ‘itu bukan urusan saya’.

Dari sini kita juga bisa memetik pelajaran tentang keutamaan memakmurkan masjid baik secara fisik dengan memberikan sarana yang layak dan nyaman untuk jama’ah maupun secara maknawi dengan mengadakan pengajian dan bimbingan keislaman dengan teratur dan terarah. Bisa jadi dengan anda mengurus masjid dan ikut

merawatnya -ketika orang lain banyak tidak peduli- itu menjadi sebab Allah mengampuni dosa-dosa anda dan memberi jalan hidayah bagi banyak manusia.

Wajarlah kalau khalifah Utsman bin ‘Affan

radhiyallahu’anhubertekad kuat dan mewujudkan rencananya untuk memperbaiki masjid nabawi di masa itu demi menjalankan hadits Nabi

shallallahu ‘alaihi wa sallam,“Barangsiapa membangun masjid karena mengharap wajah Allah maka Allah akan membangunkan untuknya yang serupa itu di surga.”(HR. Bukhari dan Muslim)

Semoga Allah merahmati sang penjual angkringan yang sudah memberikan nasihat untuk kita…

---@.………..Bagian 9.

Mengapa Anda Ingin Masuk Jurang?!

Bismillah.

Kaum muslimin yang dirahmati Allah, tidaklah samar bagi kita bahwa agama ini membawa kepada kebaikan di dunia dan di akhirat. Bagi siapa saja yang mau mengikuti ajaran Allah dan tuntunan Rasul-Nyashallallahu ‘alaihi wa sallam, maka bahagia itulah buah dan hasilnya.

Allah berfirman (yang artinya),“Maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku niscaya dia tidak akan tersesat dan tidak pula celaka.”(Thaha : 123)

Ibnu ‘Abbasradhiyallahu’anhumamenafsirkan ayat tersebut, “Barangsiapa yang membaca

al-Qur’an dan mengamalkan ajaran yang ada di dalamnya maka dia tidak akan tersesat di dunia dan tidak akan celaka di akhirat.”

Demikianlah jalan yang sudah digariskan bagi siapa saja yang ingin meraih kebahagiaan. Mengikuti petunjuk Allah akan mengantarkan anda kepada keselamatan dan kemuliaan.

Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,

“Sesungguhnya Allah akan memuliakan dengan Kitab ini kaum-kaum, dan akan merendahkan sebagian kaum yang lain dengan Kitab ini pula.”

(HR. Muslim)

Mengikuti petunjuk Allah adalah dengan menaati rasul dan mengikuti bimbingan dan ajarannya. Sebagaimana telah dinyatakan oleh Allah (yang artinya),“Barangsiapa yang menaati rasul itu sesungguhnya dia telah menaati Allah.”

(an-Nisaa’ : 80)

Sebaliknya, membangkang dan menentang ajaran Rasul adalah jalan menuju jurang kebinasaan. Allah berfirman (yang artinya),“Barangsiapa yang menentang rasul itu setelah jelas baginya petunjuk, dan dia mengikuti selain jalan kaum beriman, niscaya Kami akan biarkan dia terombang-ambing dalam kesesatan yang dia pilih, dan Kami akan masukkan dia ke dalam Jahannam; dan

sesungguhnya Jahannam itu adalah seburuk-buruk tempat kembali.”(an-Nisaa’ : 115)

Mengkuti jalan Rasul adalah dengan mewujudkan iman dan amal salih. Iman yang tertancap di dalam hati dan dibuktikan dengan amal perbuatan. Melakukan amal salih yang ikhlas karena Allah dan sesuai dengan ajaran Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam.

Adapun melakukan amal dengan tidak dilandasi keikhlasan, atau tidak dibangun di atas akidah yang lurus pada hakikatnya akan mengantarkan pelakunya terjungkal ke dalam jurang jahannam, sebagaimana orang yang melakukan amal tanpa mengikuti tuntunan maka amalnya akan tertolak dan sia-sia di hadapan Allah. Rasulullah

shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,

(14)

tuntunannya dari kami pasti tertolak.”(HR. Muslim)

Dalam hadits qudsi, Allah berfirman,“Aku adalah Dzat yang paling tidak membutuhkan sekutu. Barangsiapa melakukan suatu amalan dengan mempersekutukan bersama-Ku sesuatu selain Aku maka Aku tinggalkan dia dan syiriknya itu.”(HR. Muslim)

Allah berfirman di dalam Kitab-Nya yang mulia (yang artinya),“Katakanlah; Maukah kami kabarkan kepada kalian mengenai orang-orang yang paling merugi amalnya; yaitu orang-orang yang sia-sia upayanya dalam kehidupan dunia sementara mereka menyangka bahwa dirinya telah melakukan kebaikan dengan sebaik-baiknya.”

(al-Kahfi : 103-104)

Allah telah menunjukkan kepada kita jalan kebenaran dan jalan kebatilan. Dengan meniti jalan kebenaran maka manusia akan meraih kemuliaan dan kebahagiaan. Sebaliknya, dengan memuja kebatilan dan bersikeras

mempertahankannya akan menjerumuskan manusia dalam kehinaan dan kesengsaraan berkepanjangan. Pertanyaannya adalah; apakah kita ingin memasukkan diri ke dalam jurang kehinaan dan kebinasaan? Demi Allah, banyak orang tidak sadar bahwa dirinya berjalan menuju jurang kesengsaraan sementara dirinya mengira sedang menuju kesuksesan!

Mungkin selama ini anda telah kehilangan arah perjalanan… Kembalilah segera!

---@.………..Bagian 10.

Ayo Belajar Tauhid!

Bismillah.

Tahukah anda, wahai saudaraku -semoga Allah merahmatimu- bahwa tauhid adalah tujuan hidup kita di atas muka bumi ini. Sebagaimana telah diterangkan oleh Allahta’aladalam ayat (yang artinya),“Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan

manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.”(adz-Dzariyat : 56)

Beribadah kepada Allah tidak akan diterima tanpa tauhid. Oleh sebab itu setiap rasul mengajak umatnya untuk bertauhid. Allahta’alaberfirman (yang artinya),“Dan sungguh Kami telah mengutus kepada setiap umat seorang rasul yang

menyerukan; Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut.”(an-Nahl : 36)

Umat-umat terdahulu pun telah diperintahkan untuk bertauhid. Allah memerintahkan mereka untuk beribadah kepada-Nya semata dan meninggalkan syirik. Allahta’alaberfirman (yang artinya),“Dan tidaklah mereka diperintahkan melainkan supaya beribadah kepada Allah dengan memurnikan agama/amal untuk-Nya dengan hanif…”(al-Bayyinah : 5)

Beribadah kepada Allah dan menjauhi syirik adalah hakikat tauhid. Karena ibadah yang

tercampuri syirik akan terhapus dan lenyap sia-sia. Allahta’alaberfirman (yang artinya),“Dan

sungguh telah diwahyukan kepadamu dan kepada orang-orang sebelummu; Jika kamu berbuat syirik pasti akan lenyap seluruh amalmu dan

benar-benar kamu akan termasuk golongan orang-orang yang merugi.”(az-Zumar : 65)

Tauhid bukan sekedar menujukan ibadah kepada Allah, tetapi harus mengingkari sesembahan selain Allah dan menjauhinya. Inilah syarat diterimanya amalan. Tauhid adalah syarat diterimanya amalan. Sebagaimana ditunjukkan oleh firman Allah (yang artinya),“Maka barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Rabbnya hendaklah dia melakukan amal salih dan tidak mempersekutukan dalam beribadah kepada Rabbnya dengan sesuatu apapun.”(al-Kahfi : 110)

Saudaraku yang dirahmati Allah, tauhid adalah perintah paling agung di dalam agama Islam karena tauhid adalah hak Allah atas setiap hamba. Tauhid adalah kewajiban yang paling wajib dan syirik adalah dosa besar yang paling besar.

(15)

dengan sesuatu apapun.”(an-Nisaa’ : 36).

Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,

“Hak Allah atas setiap hamba adalah hendaknya mereka beribadah kepada-Nya dan tidak

mempersekutukan dengan-Nya sesuatu apapun.”

(HR. Bukhari dan Muslim)

Syirik menyebabkan pelakunya kekal di dalam neraka. Sebagaimana ditegaskan oleh Allah dalam ayat-Nya (yang artinya),“Sesungguhnya

barangsiapa yang mempersekutukan Allah benar-benar Allah haramkan atasnya surga dan tempat tinggalnya adalah neraka, dan tidak ada bagi orang-orang zalim itu seorang pun penolong.”

(al-Maa-idah : 72)

Hal ini menunjukkan bahwa menujukan ibadah kepada selain Allah adalah kejahatan dan kezaliman yang sangat besar. Luqman berwasiat kepada anaknya (yang artinya),“Wahai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah. Sesungguhnya syirik itu benar-benar kezaliman yang sangat besar.”(Luqman : 13). Ibadah adalah hak Allah, hanya Allah yang berhak menerima dan mendapatkannya. Maka memalingkan ibadah kepada selain-Nya adalah kezaliman.

Ibadah memiliki banyak bentuk, diantaranya adalah berupa doa, sembelihan, nadzar,

istighotsah, isti’anah, tawakal, dsb. Semua bentuk ibadah itu hanya boleh dipersembahkan kepada Allah dan menujukan kepada selain Allah adalah syirik. Allahta’alaberfirman (yang artinya),“Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah milik Allah, maka janganlah kalian menyeru/beribadah

bersama dengan Allah siapa pun juga.”(al-Jin : 18)

Selain Allah tidak boleh disembah, karena yang menciptakan dan memberikan rezeki kepada kita hanya Allah. Allahta’alaberfirman (yang artinya),

“Wahai manusia, sembahlah Rabb kalian; Yang telah menciptakan kalian dan orang-orang

sebelum kalian, mudah-mudahan kalian bertakwa.”

(al-Baqarah : 21). Allah adalah pencipta segala sesuatu dan yang mengatur segala urusan di alam semesta ini. Allah semata yang menghidupkan dan mematikan.

Oleh sebab itu tidak ada yang berhak menerima dan mendapatkan ibadah kecuali Allah. Allah

ta’alaberfirman (yang artinya),“Yang demikian itu karena sesungguhnya Allah adalah yang maha benar sedangkan apa-apa yang mereka seru selain-Nya adalah batil.”(al-Hajj : 62)

Setiap nabi menyerukan kepada umatnya untuk meninggalkan segala bentuk sesembahan selain Allah, karena tidak ada yang berhak disembah selain Allah. Allahta’alaberfirman (yang artinya),

“Dan tidaklah Kami utus sebelum kamu seorang rasul pun melainkan Kami wahyukan kepadanya; bahwa tidak ada ilah/sesembahan -yang benar-selain Aku, maka sembahlah Aku.”(al-Anbiyaa’ : 25)

Ketahuilah saudaraku -semoga Allah merahmatimu- bahwa tauhid adalah sebab kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Karena tauhid adalah ajaran kitab-kitab yang diturunkan Allah kepada para rasul-Nya. Tauhid inilah petunjuk Allah bagi manusia. Allahta’ala

berfirman (yang artinya),“Maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku niscaya dia tidak akan tersesat dan tidak pula celaka.”(Thaha : 123)

Tauhid inilah jalan setiap rasul. Barangsiapa menentang dan menyelisihi jalan ini niscaya dia akan celaka dan binasa. Allahta’alaberfirman (yang artinya),“Barangsiapa yang menentang rasul setelah jelas baginya petunjuk, dan dia mengikuti selain jalan kaum beriman, niscaya Kami akan membiarkan dia terombang-ambing dalam kesesatannya dan Kami akan masukkan dia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu adalah seburuk-buruk tempat kembali.”(an-Nisaa’ : 115)

Tauhid inilah jalan yang mengantarkan manusia menuju ketentraman dan curahan hidayah. Sebagaimana telah dijelaskan oleh Allah dalam ayat (yang artinya),“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuri imannnya dengan

kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang akan diberikan keamanan dan mereka itulah orang yang diberi petunjuk.”(al-An’aam : 82)

(16)

Allah dan Rasul-Nya. Allahta’alaberfirman (yang artinya),“Barangsiapa melakukan amal salih dari kalangan lelaki atau perempuan dalam keadaan beriman, niscaya Kami akan berikan kepadanya kehidupan yang baik, dan benar-benar Kami akan memberikan balasan kepadanya dengan pahala yang jauh lebih baik daripada apa-apa yang telah mereka kerjakan.”(an-Nahl : 97)

Tauhid mencakup iman dan amal salih. Karena orang yang bertauhid meyakini hanya Allah sesembahan yang benar dan menujukan ibadah dan amalnya kepada Allah semata. Tauhid bukan sekedar keyakinan di dalam hati, tetapi tauhid harus ditegaskan dengan kalimat syahadat dan dibuktikan dengan amal perbuatan. Karena itulah, Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,

“Sesungguhnya Allah mengharamkan atas neraka setiap orang yang mengucapkan laa ilaha illallah semata-mata demi mengharap wajah Allah.”(HR. Bukhari dan Muslim)

Barangsiapa yang mati dalam keadaan menujukan ibadah kepada selain Allah maka neraka adalah tempat kembalinya. Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,“Barangsiapa yang meninggal dalam keadaan berdoa/beribadah kepada

sesembahan/tandingan selain Allah maka dia akan masuk neraka.”(HR. Bukhari dan Muslim)

Karena itulah saudaraku -semoga Allah berikan taufik kepada kami dan anda- syirik sangat berbahaya bagi kita dan anak keturunan kita. Karena syirik akan melenyapkan kebahagiaan dan kejayaan yang kita idam-idamkan. Syirik

memusnahkan segala kenikmatan dan mengurung kita dalam kesengsaraan demi kesengsaraan. Allah

ta’alaberfirman (yang artinya),“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik kepada-Nya dan masih mengampuni apa-apa yang berada di bawah tingkatan itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya.”(an-Nisaa’ : 48)

Sebesar apapun amal dan kebaikan kita jika tidak disertai tauhid maka akan sia-sia. Allah berfirman mengenai keadaan orang yang berbuat syirik dan kekafiran (yang artinya),“Dan Kami hadapi segala amal yang dahulu mereka lakukan lalu Kami jadikan ia bagaikan debu-debu yang beterbangan.”

(al-Furqan : 23). Oleh sebab itu kita tidak boleh meremehkan dosa syirik ini.

Bagaimana mungkin kita merasa aman dari bahaya syirik, sementara Nabi Ibrahim‘alaihis salamseorang rasul pilihan dan yang diberi gelar khalil/kekasih ar-Rahman saja mengkhawatirkan keadaan diri dan anak-anaknya dari bahaya ini. Allahta’alamenceritakan doa beliau (yang artinya),

“Dan jauhkanlah aku dan anak keturunanku dari menyembah patung-patung, wahai Rabbku sesungguhnya patung-patung itu telah menyesatkan banyak manusia.”(Ibrahim : 35)

Sebagi seorang muslim kita harus khawatir apabila keimanan yang Allah berikan kepada kita ini tercabut dan hilang. Kita harus khawatir kalau-kalau amal kita selama ini tidak diterima oleh Allah karena keteledoran dan kesalahan kita sendiri. Kita pun harus khawatir jangan-jangan dalam diri kita terdapat sifat-sifat kaum munafik. Ibnu Abi Mulaikahrahimahullahmenceritakan,

“Aku telah bertemu dengan tiga puluh orang sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam; sementara mereka semuanya merasa takut dirinya tertimpa kemunafikan…”

Seorang muslim tidak boleh meremehkan atau menyepelekan dosa-dosa yang telah dilakukannya. Karena dosa adalah sebab kotornya hati dan penghalang hidayah serta penyebab kemurkaan Allah. Maka wajib kita untuk membersihkan diri dari dosa-dosa itu dan bertaubat darinya;

bagaimana lagi jika itu adalah dosa besar bahkan dosa besar yang paling besar. Dosa yang akan menghancurkan semua kebaikan dan amal yang pernah dilakukan. Allahta’alaberfirman (yang artinya),“Dan seandainya mereka itu berbuat syirik pasti akan lenyap dari mereka semua amal yang dahulu telah mereka kerjakan.”(al-An’aam : 88)

Sebagian orang mungkin merasa sudah

(17)

Sebagaimana tidak bermanfaat amalan apabila pelakunya adalah orang kafir atau musyrik.

Allah tidak mau menerima amalan orang yang berbuat syirik, meskipun dia banyak berbuat kebaikan kepada manusia atau banyak beramal salih. Dalam sebuah hadits qudsi Allah

menyatakan,“Aku adalah Dzat yang paling tidak membutuhkan sekutu. Barangsiapa melakukan suatu amalan seraya mempersekutukan di

dalamnya antara Aku dengan selain-Ku maka Aku tingggalkan dia dan syiriknya itu.”(HR. Muslim)

Tauhid inilah tujuan hidup kita, jalan yang akan membuat kita bahagia; merasakan surga dunia sebelum surga di akhirat sana. Rasulullah

shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,“Pasti akan merasakan mansinya iman; orang yang ridha Allah sebagai Rabb, Islam sebagai agama, dan

Muhammad sebagai rasul.”(HR. Muslim)

Sebagian ulama berkata,“Sesungguhnya di dunia ini adalah sebuah surga. Barangsiapa tidak

memasukinya maka dia tidak akan masuk surga di akhirat.”Apakah surga dunia itu? Yaitu cinta kepada Allah, ridha kepada ketetapan-Nya dan merasakan kelezatan ma’rifat kepada-Nya, dan itu semua tidak bisa diraih kecuali dengan tauhid dan keimanan.

Mailk bin Dinarrahimahullahberkata,“Telah pergi para pemuja dunia meninggalkan dunia ini dalam keadaan belum merasakan sesuatu yang paling baik di dalamnya.”Orang-orang bertanya,

“Apakah itu yang paling baik di sana, wahai Abu Yahya?” beliau menjawab, “Mengenal Allah ‘azza wa jalla.”Orang yang mengenal Allah hatinya akan bergantung hanya kepada Allah, cinta dan takut kepada-Nya, beribadah dan memuja hanya kepada-Nya, cinta dan benci karena-Nya,

memberi dan tidak karena-Nya, tunduk dan patuh kepada ajaran-Nya. Sebab Allah lah yang memberi mereka kehidupan dan nikmat tak terhingga; maka lezatlah bagi mereka mewujudkan syukur kepada-Nya…

---@.………..Bagian 11.

Melecehkan Ajaran Rasul

Bismillah.

Orang boleh saja mengatakan bahwa nabi itu manusia biasa. Tetapi kaum beriman tetap akan mendudukkan nabi sebagai penyampai ajaran Rabbnya. Bukan karena sisi kemanusiaannya, tetapi karena Allah telah memilih beliau sebagai teladan dan pemandu perjalanan hidup kita.

Allah berfirman (yang artinya),“Katakanlah; Jika kalian benar-benar mencintai Allah maka ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian.”(Ali ‘Imran : 31)

Ketaatan kepada Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam

tentu bukan ketaatan kepada manusia biasa yang tidak mendapatkan wahyu. Nabi memang

manusia, meskipun demikian Allah berikan keistimewaan dengan diturunkan wahyu kepadanya. Oleh sebab itu taat kepadanya merupakan bagian ketaatan kepada Allah. Allah berfirman (yang artinya),“Barangsiapa menaati rasul itu sesungguhnya dia telah menaati Allah.”

(an-Nisaa’ : 80)

Beriman kepada nabi pun tidak berhenti pada ucapan syahadat saja. Sebab syahadat tanpa penerapan dan keyakinan itu sama saja dengan syahadatnya kaum munafik yang diancam oleh Allah dengan siksa di dalam keraknya api neraka. Karena itulah para ulama menjelaskan bahwa makna syahadat Muhammad rasulullah itu mencakup beberapa konsekuensi :

- Membenarkan beritanya - Melaksanakan perintahnya - Menjauhi larangannya

- Beribadah kepada Allah hanya dengan syari’atnya

- Berhukum dengan hukum-hukumnya

(18)

larangan rasul dengan alasan tidak sesuai dengan adat dan budaya itu pun membuktikan bahwa syahadat anda tidak konsekuen. Di masa kita sekarang ini syahadat itu seolah tidak lagi memiliki makna dan kewajiban bagi banyak orang.

Karena itu terkadang kita jumpai orang-orang yang jelas menentang ajaran rasul dan

melecehkan sunnah-sunnahnya malah dijadikan sebagai sosok panutan dan pemegang kebijakan. Hukum tidak lagi dikembalikan kepada al-Qur’an dan as-Sunnah tetapi diserahkan kepada logika dan akal pikiran manusia. Sehingga baik dan buruk menjadi samar dan relatif bagi mereka. Maka menerbitkan pemikiran aneh bin ganjil sudah menjadi tradisi yang membudaya.

Sayangnya banyak orang tertipu dengan gelar dan deretan titel akademis yang mempesona. Agama pun menjadi barang permainan di tangan para penista agama. Mereka punya semboyan jika tuhan tidak mau dikritik maka itu adalah tuhan yang kejam dan tidak toleran. Mereka menuduh tuhan tidak adil jika mengekalkan pemuja berhala di dalam neraka. Bagi mereka surga milik

semuanya.

Kalau aqidah tauhid saja sudah mereka babat habis, apa lagi yang akan tersisa dari ajaran agama ini? Jangankan cadar, jilbab saja mereka sebut budaya arab, jenggot budaya arab. Kita khawatir kalau lama-lama nanti wudhu juga akan dibilang budaya arab, mandi junub budaya arab, puasa budaya arab, haji budaya arab, qurban budaya arab. Bahkan jangan heran kalau ternyata sebagian mereka mengatakan bahwa Quran itu produk budaya; sehingga mereka bercita-cita menerbitkan Qur’an edisi kritis… Subhanallah! Iblis dari mana yang sudah merasuk ke dalam pikiran mereka itu…

Kemuliaan seperti apa yang anda impikan ketika sunnah nabi dihina dan dilecehkan manusia? Apakah anda sedang mengundang malapetaka atau menantang murka-Nya?

---@.………..Bagian 12.

Sarana Mencari Ilmu

Bismillah.

Diantara keutamaan ilmu adalah bahwa ilmu itu membuahkan rasa takut kepada Allah. Allah berfirman (yang artinya),“Sesungguhnya yang paling merasa takut kepada Allah diantara hamba-hamba-Nya adalah para ulama.”(Fathir : 28)

Ilmu juga menjadi sebab diangkatnya derajat seorang hamba di hadapan Allah. Allah berfirman (yang artinya),“Allah akan mengangkat

kedudukan orang-orang yang beriman diantara kalian dan orang-orang yang diberikan ilmu berderajat-derajat.”(al-Mujadilah : 11)

Hal ini merupakan salah satu bukti bahwa Allah memuliakan orang yang berilmu di atas orang yang tidak berilmu. Allah berfirman (yang artinya),

“Katakanlah; Apakah sama antara orang-orang yang berilmu dengan orang-orang yang tidak berilmu.”(az-Zumar : 9)

Orang yang menuntut ilmu dan juga para ulama Allah berikan keutamaan yang sangat besar sampai-sampai para malaikat pun meletakkan sayap-sayapnya karena ridha. Rasulullah

shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,

“Barangsiapa menempuh suatu jalan untuk

mencari ilmu (agama) maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga. Dan sesungguhnya para malaikat benar-benar akan meletakkan sayap-sayapnya karena ridha kepada penimba ilmu. Dan sesungguhnya penimba ilmu akan dimintakan ampun oleh segala yang di langit dan di bumi sampai-sampai oleh ikan di dalam air. Dan sesungguhnya keutamaan orang berilmu di atas ahli ibadah seperti keutamaan bulan di atas semua bintang. Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi, sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. Sesungguhnya mereka hanya mewariskan ilmu, barangsiapa mengambilnya sungguh dia mengambil jatah yang sangat banyak.”

(19)

Menimba ilmu atau mengajarkannya di masjid merupakan amal yang sangat besar

keutamaannya. Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,“Barangsiapa yang berangkat di awal siang ke masjid dan tidak menginginkan kecuali untuk mempelajari suatu kebaikan atau mengajarkannya maka dia akan diberikan ganjaran/pahala seperti orang yang berhaji yang menunaikan ibadah haji dengan sempurna.”(HR. al-Hakim dan ath-Thabarani dalam al-Kabir)

Akan tetapi ilmu itu akan membuahkan malapetaka apabila tidak disertai dengan ketulusan niat dan bersihnya hati. Rasulullah

shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,

“Barangsiapa yang mempelajari suatu ilmu yang seharusnya diharapkan dengannya untuk mencari wajah Allah, tetapi dia tidaklah mempelajarinya kecuali untuk mendapatkan kesenangan dunia maka dia tidak akan mendapatkan harumnya surga pada hari kiamat.”(HR. Ahmad dll)

Hal ini menunjukkan bahwa keikhlasan adalah syarat benarnya amalan, termasuk di dalamnya ketika seorang menimba ilmu agama. Oleh sebab itu para ulama hadits sering mencantumkan hadits tentang niat di awal kitabnya, seperti Imam Bukhari di awal kitab Sahihnya, Imam Nawawi di awal Arba’innya, dan Imam Abdul Ghani

al-Maqdisi di awal Umdatul Ahkamnya.

Wajib bagi setiap penimba ilmu untuk

membersihkan hatinya, meluruskan niatnya dalam mencari ilmu untuk mencari wajah Allah, untuk mengejar keutamaan di negeri akhirat dan mengharapkan pahala dari Allah semata. Menuntut ilmu bukan sarana untuk mengejar ambisi dunia, ketenaran, kekuasaan, atau kedudukan di mata manusia. Semoga Allah berikan taufik kepada kita untuk ikhlas.

# Penyusun : www.al-mubarok.com

Referensi:al-’Ilmu, Wasa-iluhu wa Tsimaaruhu, Prof. Dr. Sulaiman ar-Ruhaili

---@.………..Bagian 13.

Makna Kalimat Tauhid

Bismillah.

Kalimat tauhid adalah kalimat laa ilaha illallah. Rasulullahshallallahu 'alaihi wa sallambersabda,

“Iman terdiri dari tujuh puluh sekian cabang, yang tertinggi adalah ucapan laa ilaha illallah dan yang terendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan, dan rasa malu merupakan salah satu cabang keimanan.”(HR. Bukhari dan Muslim)

Kalimat tauhid mengandung pokok paling

mendasar dalam agama Islam yaitu tauhid kepada Allah. Allah berfirman (yang artinya),“Dan tidaklah mereka diperintahkan melainkan supaya

beribadah kepada Allah dengan memurnikan agama/ketaatan untuk-Nya dengan hanif, dan supaya mereka mendirikan sholat, dan

menunaikan zakat. Dan itulah agama yang lurus.”

(al-Bayyinah : 5)

Di dalam kalimat tauhid terdapat penolakan ibadah kepada selain Allah dan penetapan bahwa hanya Allah yang berhak untuk disembah. Makna dari kalimat laa ilaha illallah itu adalah tidak ada yang berhak untuk disembah kecuali Allah. Allah berfirman (yang artinya),“Yang demikian itu karena sesungguhnya Allah adalah sesembahan yang haq sedangkan apa-apa yang mereka

seru/ibadahi selain-Nya adalah batil.”(al-Hajj : 62)

Kalimat tauhid inilah yang diserukan oleh setiap rasul kepada umatnya. Allah berfirman (yang artinya),“Dan tidaklah Kami utus sebelum kamu -Muhammad- seorang rasul pun melainkan Kami wahyukan kepadanya bahwa tidak ada

ilah/sesembahan -yang benar- kecuali Aku, maka sembahlah Aku saja.”(al-Anbiyaa' : 25). Ayat ini juga diperjelas maksudnya oleh firman Allah (yang artinya),“Dan sungguh Kami telah mengutus kepada setiap umat seorang rasul yang mengajak; Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut.”(an-Nahl : 36)

(20)

tercampuri syirik akan sia-sia bahkan

mengantarkan pelakunya ke jurang neraka. Allah berfirman (yang artinya),“Dan sungguh telah diwahyukan kepadamu dan kepada orang-orang sebelummu; Jika kamu berbuat syirik pasti akan lenyap seluruh amalmu dan benar-benar kamu akan termasuk golongan orang-orang yang merugi.”(az-Zumar : 65)

Barangsiapa beribadah kepada Allah tetapi juga beribadah kepada selain-Nya apakah itu wali, nabi atau malaikat sesungguhnya dia telah berbuat syirik dan batal syahadatnya. Allah berfirman (yang artinya),“Sesungguhnya barangsiapa yang berbuat syirik kepada Allah benar-benar Allah haramkan atasnya surga dan tempat tinggalnya adalah neraka, dan tidak ada bagi orang-orang zalim itu seorang pun penolong.”(al-Maa-idah : 72)

Dengan demikian mengucapkan kalimat tauhid memiliki konsekuensi meninggalkan ibadah kepada selain Allah sekecil apapun bentuknya, dan harus mempersembahkan ibadah murni untuk Allah semata. Rasulullahshallallahu 'alaihi wa sallambersabda,“Hak Allah atas para hamba adalah hendaknya mereka beribadah kepada-Nya dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.”(HR. Bukhari dan Muslim)

Ibadah merupakan hak Allah. Tidak ada yang berhak mendapatkan ibadah selain Allah. Memalingkan ibadah kepada selain Allah adalah syirik dan kekafiran serta kezaliman yang paling berat. Allah berfirman (yang artinya),

“Sesungguhnya syirik itu benar-benar kezaliman yang sangat besar.”(Luqman : 13). Oleh sebab itu wajib berlepas diri dari segala bentuk syirik. Salah satu bentuk syirik itu adalah berdoa kepada selain Allah. Allah berfirman (yang artinya),“Dan

sesungguhnya masjid-masjid itu adalah milik Allah, maka janganlah kalian menyeru/berdoa bersama Allah siapa pun juga.”(al-Jin : 19)

Doa adalah ibadah, bahkan ia merupakan ibadah yang paling utama. Allah berfirman (yang artinya),

“Dan Rabb kalian telah berfirman; Berdoalah kepada-Ku niscaya Aku kabulkan untuk kalian. Sesungguhnya orang-orang yang

menyombongkan diri dari beribadah kepada-Ku pasti akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina.”(Ghafir : 60)

Orang yang mengucapkan kalimat tauhid hanya mempersembahkan ibadahnya kepada Allah. Dia berdoa kepada Allah semata, memohon

pertolongan dan perlindungan kepada-Nya, menyembelih dan bernadzar untuk-Nya. Allah berfirman (yang artinya),“Sesungguhnya

orang-orang yang beriman itu adalah orang-orang yang apabila disebutkan nama Allah takutlah hati mereka, apabila dibacakan kepada mereka ayata-ayat-Nya bertambahlah imannya, dan kepada Rabbnya semata mereka itu bertawakal.”

(al-Anfal : 2)

Kalimat tauhid ini akan benar-benar bermanfaat apabila terpenuhi syarat-syaratnya :

- Mengetahui maknanya - Meyakini kebenaran isinya - Ikhlas dalam mengucapkannya

- Jujur dalam mengucapkannya, bukan pura-pura - Mencintai kandungan ajarannya

- Tunduk patuh kepada konsekuensinya - Menerima ajaran tauhid yang terkandung di dalamnya

Adapun mengucapkan kalimat tauhid tanpa memahami isinya, atau tanpa mengamalkan kandungan ajarannya, atau tanpa meninggalkan perbuatan syirik maka hal itu tidak bermanfaat di sisi Allah. Allah berfirman (yang artinya),

“Barangsiapa yang kufur kepada thaghut dan beriman kepada Allah sungguh dia telah

berpegang-teguh dengan buhul tali yang sangat kuat.”(al-Baqarah : 256)

Sebagaimana Allah menetapkan kaum munafik berada di kerak neraka yang paling bawah

padahal mereka juga mengucapkan kalimat tauhid. Hal ini disebabkan kalimat itu tidak tertanam di dalam hatinya. Hasan al-Bashrirahimahullah

berkata,“Bukanlah iman itu hanya dengan

berangan-angan atau menghias penampilan. Akan tetapi iman adalah apa-apa yang bersemayam di dalam hati dan dibuktikan dengan amal

Referensi

Dokumen terkait

sekolah kami terlihat dari jarangnya siswa mengunjungi perpustakaan sebagai tempat sumber belajar, apalagi selama ini siswa menganggap bahwa pustaka hanyalah sebagai tempat

Dari hasil simulasi, dianalisa nilai bilangan Froude aliran serta waktu tinggal efektif dan luas efektif kolam fakultatif untuk melihat kehadiran daerah mati.. Hasil

Kompetensi guru RA yang berkaitan dengan ketiganya yaitu bahwa guru RA harus menguasai materi tentang pendidikan anak usia dini dan tahu cara bagaimana

Hal tersebut terbukti bahwa banyak dari orang tua belum punya banyak pengalaman dalam melakukan praktik pencegahan cedera pada anak karena merupakan pengalaman pertama

terhadap setiap budaya yang berlaku dalam suatu perusahaan dimana. karyawan berada. Persepsi positif terhadap budaya organisasi

Setelah melihat adanya sistem yang sedang berjalan pada sistem Penjurusan Siswa ini mengenai sistem informasi yang akan dihasilkan berupa informasi penentuan jurusan

Karena disadari bahwa pelanggan yang telah membeli Toyota merupakan pelanggan potensial bagi divisi servis selaku departemen yang melakukan perawatan terhadap kendaraan

Pada hari ini, Rabu tanggal 4 Februari 20L5, saya yang dengan Keputusan Rektor Universitas Negeri Malang Nomor 2.2.39lUN}2lKPl2OL5 tanggal 2 Februari 20t5, dosen yang