• Tidak ada hasil yang ditemukan

Indikator Perubahan Warna Karang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Indikator Perubahan Warna Karang"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

# Ko r e sp o nd en si: Balai Rise t Bu d id aya Ikan Hias.

Jl. Pe rikanan No . 13 , Pan co r an Mas, De p o k 16 4 3 6, In d o ne sia. Te l. + 6 2 2 1 7 5 2 0 4 8 2

E-m ail: ofr i j ohan@ kkp.go.i d

Tersedia online di: ht t p://ej ournal-balit bang.kkp.go.id/index.php/j ra

BUDIDAYA KARANG HIAS POLIP BESAR PADA KEDALAM AN YANG BERBEDA DI ALAM DAN SISTEM RESIRKULASI

Ofri Johan#, Rendy Ginanjar, dan Tutik Kadarini

Balai Riset Bud idaya Ikan Hias

Jl. Perikan an No. 13, Pancoran Mas, Kota Depo k, Jawa Barat 16436

(Naskah dit erima: 30 Juli 2018; Revisi final: 14 November 2018; Diset ujui publikasi: 15 November 2018)

ABSTRAK

Karang polip besar cukup tinggi permintaan sebagai karang hias dari Indonesia sehingga perlu dilakukan penelitian budidayanya. Penelitian ini telah dilakukan pada tahun 2016 untuk melihat tingkat keberhasilan budidayanya dengan adaptasi pada dua sistem yang berbeda yaitu di alam pada kedalaman yang berbeda 5 m, 10 m, dan 15 m dengan tiga jenis karang uji (Plerogyra sp. Physogyra sp., dan Nemenzophyllia sp.) dan sistem resirkulasi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat tingkat keberhasilan hidup karang. Pengamatan m e lip u t i tin gkat ke m at ian , p e ru b ah an warn a karan g se b agai in d ikasi st re s karan g d an ke lim pah an zooxanthellae. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh karang Physogyra sp. mengalami fluktuasi perubahan warna meskipun kembali membaik, sementara dua jenis lain Plerogyra sp. dan Nemenzophyllia sp. mengalami perubahan warna ke arah kondisi baik pada farm dengan sistem resirkulasi. Pengamatan perubahan warna di alam mengalami stres ditandai dengan perubahan warna ke arah putih baik di kedalaman 5 m, 10 m, dan 15 m. Pengamatan tingkat kematian setelah 33 hari diperoleh tingkat kematian 100% pada kedalaman 5 m, 10 m untuk semua jenis, namun pada kedalaman 15 m karang Nemenzophyllia sp. mengalami kematian 100% dan karang yang dapat bertahan Physogyra sp. dan Plerogyra sp. dengan tingkat kematian berturut-turu t adalah 71,4% d an 50,0%. Kematian dan p emutihan yang tinggi berhubungan erat de ngan kon disi suhu dan intensitas cahaya pada bulan Juli-Agustus 2017 dan parameter lain TDS dan DO. Budidaya karang berhasil pada sistem resirkulasi dengan tingkat kematian 0%.

KATA KUNCI: budidaya karang; kedalaman berbeda; sistem resirkulasi; zooxanthellae

ABSTRACT: Propagation of large polyp coral at different depths on nature and recirculation system. By: Ofri

Johan, Rendy Ginanjar, and Tutik Kadarini

Large polyp coral are quit e high in demand as an ornament al coral from Indonesia so it needs t o do research propagat ion. This research has been conduct ed in 2016 t o see t he success rat e of propagat ion wit h adapt ation on t wo different syst ems t hat is in nat ure at t hree different dept hs 5 m, 10 , and 15 m wit h t hree species of corals (Plerogyra sp., Physogyra sp., and Nemenzophyllia sp.) and recirculat ion syst em. This study aims t o see t he success rat e of coral life. Observations included mort ality rat es, coral color changes as an indicat ion of coral st ress and zooxanthellae abundance. Based on t he research result s obt ained Physogyra sp. coral experience fluct uat ion of color change alt hough again improved, while t wo ot her species Plerogyra sp. and Nemenzophyllia sp. experience color change t owards good condition at farm with recirculation syst em. Observat ions of color changes in nat ure experience stress charact erized by changes in color t owards t he whit e well at dept hs of 5 m, 10 m, and 15 m. Observat ion of mort alit y rat e aft er 33 days was obt ained 100% mort alit y rat e at dept h 5 m, 10 m for all species, but at 15 m dept h Nemenzophyllia sp. suffered 100% mort alit y and coral t hat survived Phygogyra sp. and Plerogyra sp. wit h successive mort ality rate was 71.4% and 50.0%. High mort alit y and bleaching are closely relat ed t o condit ions of t emperat ure and light int ensit y in July-August 2017 and ot her paramet ers of TDS and DO. Coral propagat ion was successful in t he recirculat ion syst em wit h 0% mort alit y rat e unt il t he research end.

(2)

PENDAHULUAN

Negara Indo nesia terkenal dengan keanekaragaman bio t a laut yang cukup t inggi t ermasuk karang hias. Permintaan pasar yang tinggi baik dalam negeri maupun luar negeri menjadikan Indo nesia sebagai pengekspo r t erbesar di dunia dengan mengirimkan 70% dari t o t al jenis karang yang diperdagangkan di dunia sejak tahun 1980-an (Webnit z et al., 2003). Tingginya permint aan pasar ini t erjadi karena adanya penggemar yang t erus m e n in gkat u n t u k m e m e lihara karan g h ias lau t d i akuarium terut ama di Negara Amerika, Ero pa, dan Asia sepert i di Jepang dan Singapura (Green & Shirley, 1999; UNEP-WCMC, 2015; Maryo t o, 2017; Craig et al., 2012).

Ek sp o rt ir yan g ak t if m e lak u k an e k sp o r b io t a akuarium air t awar dan laut mencapai 80 perusahaan, 24 di ant aranya t ergabung dengan AKKII (Asosiasi Koral Ke ra n g d a n Ika n Hia s In d o n e s ia ) k h u s u s u n t u k melakukan ekspo r karang hias hidup. Karang keras at au Scleract inia t e rm asu k dalam Appendix II CITES s e h in g g a d ip e rlu k a n iz in k h u s u s d a la m perdagangannya, dibat asi dengan quo ta pengambilan di alam dan ekspo r yang diat ur o leh M anagement dan Scient ific Aut horit y (Kudus, 2005), bahkan pada awal tahun 2018 sudah tidak diperbolehkan unt uk diekspo r.

Ne gara In d o n e sia b e rad a p ad a p e rin gkat ke -6 sebagai pelaku perdagangan ikan hias di dunia, setelah Singapura, Malaysia, Jepang, Thailand, dan Cina dengan t o t al nilai ekspo r US$ 8,8 jut a at au 3,1% d ari t o t al p e rd agan gan d u n ia. Perd agan gan ikan h ias u nt u k akuarium yang berasal dari air tawar dan air laut bernilai sebesar US$ 282,6 jut a. Khusus unt uk perdagangan ikan hias laut hanya 15% dari t o t al perdagangan dunia dengan nilai sekit ar US $ 42 jut a (LINI, 2013).

Ak t ivit a s p e r d a g a n g a n k a r a n g h ia s s u d a h b e rla n g su n g la m a d i In d o n e s ia , se h in gg a d a la m pe rjalanann ya dike luarkan pe do man “Pe man faat an Karan g Hias Se cara Be rk e lan ju t a n d a n Pe d o m a n Transplantasi Karang” o leh M anagement Authorit y yang d isusun o le h se mu a st akeholder yang t e rkait . Cara pengambilan karang hias, t arget jenis yang diinginkan sangat perlu diperhatikan untuk mendapatkan kualitas dan jenis karang yang dit erima ko nsumen di pasaran dalam negeri maupun int ernasio nal.

Karan g b e rp o lip b e sar se cara alam iah d i alam t e rb at as p o p u lasin ya (uncommon), se b agian b e sar memiliki nilai est et ika yang t inggi sehingga menjadi t arget dalam perdagangan. Ket erbat asan po pulasi di alam ini sangat dikuat irkan dapat berakibat kehilangan jenis karang di Indo nesia apabila dilakukan eksploit asi yang berlebihan t erhadap jenis t ersebut . Adapun jenis yang populasinya t erbatas di antaranya adalah Cynarina sp ., Scolymia sp ., Tr achyphyllia sp ., Plerogyr a s p .,

Physogyra sp., Nemenzophyllia sp., Cat alaphyllia sp ., Fungia sp., Plerogyra sp., Euphyllia sp., Lobophyllia sp., Symphyllia sp., dan dari family Fungiidae.

Ke giat a n b u d id a ya ka ra n g h ias su d ah b a n yak dilakukan, namun baru sedikit pada karang berpo lip besar (Woo d et al., 2012). Dengan demikian penelitian ini diharapkan dapat memberikan info rmasi sebagai kunci keberhasilan dalam kegiat an pro pagasi karang berpo lip besar.

Tujuan penelit ian ini adalah unt uk melihat t ingkat k e b e r h a s ila n h id u p k a r a n g p r o p a g a s i d e n g a n beradapt asi pada ko ndisi perairan berbeda kedalaman d an pada sist e m resirku lasi. Ad ap u n m an faat d ari penelit ian ini diharapkan dapat mempero leh t eknik p ro p agasi d e n gan t in gka t ke m a t ian yan g re n d ah dengan kualit as warna karang hias t et ap t erjaga.

BAHAN DAN M ETODE

Waktu dan Tempat Penelit ian

Penelit ian t elah dilakukan selama 10 bulan mulai dari Februari-Desem ber 20 16, m elipu t i sur vei awal dan pelaksanaan kegiat an. Lo kasi penelit ian di Pulau Panggang, Kepulauan Seribu unt uk aktivitas propagasi karang di alam dan untuk propagasi karang pada sist em resirkulasi dilakukan di Farm CV. Cahaya Baru.

Prosedur Kerja

Jenis karang yang digunakan sebanyak t iga jenis (Plerogyra sp., Physogyra sp., dan Nemenzophyllia sp.) dengan perlakuan penempat an pada t iga kedalaman berb eda di alam dan sist e m resirkulasi di hat cher y. Pengamatan dilakukan pada Juli, Agust us, dan Okto ber un t uk memp ero leh dat a perubah an warn a, t ingkat keberhasilan propagasi (% kematian), dan pengambilan dat a paramet er lingkungan.

Indikator Perubahan Warna Karang

Pe n gam at an p e ru b ah an w arn a karan g d e n gan menggunakan standar warna sebagai indikat or berupa kart u warn a in d ikat o r (Gam bar 1), u n t u k m e lih at t ingkat st res karang dengan ko ndisi lingkungan.

(3)

Pengambilan fo t o dilakukan pada t iga kedalaman berbeda yait u kedalaman 5 m, 10 m, dan 15 m unt uk pro pagasi karang di alam, namun t idak ada perlakuan kedalaman pada sist em resirkulasi yait u di farm CV. Cahaya Baru.

Kegiatan Propagasi Karang Hias

Kegiat an dilakukan Farm CV. Cahaya Baru dengan t ahapan sebagai berikut : 1) menyediakan 3 jenis induk karang h ias yait u Pler ogyr a sp., Physogyra sp., dan Nemenzophyllia sp. yan g be rasal dari e kspo rt ir, CV. Cahaya Baru ; 2 ) m e laku kan p e rsiap an rak t e mp at p ro p a g a s i k a ra n g d a n p e m e lih a ra a n n ya s e la m a pen elit ian; 3) melakukan pro pagasi karang den gan memo t o ng induk karang menjadi 1/2 bagian dan t idak d ip o t o n g s e b a ga i co n t ro l; 4 ) m e n e m p at k an ra k pro pagasi karang dengan perbedaan kedalaman 5 m, 10 m, dan 15 m di perairan Pulau Panggang bagian Se lat an , Ke p u lau an Se rib u , d an p a d a lo kasi farm (sist em resirkulasi) t idak ada perlakuan kedalaman; dan 5) melakukan mo nit o rin g dan perawat an hasil pro pagasi selama penelit ian pada Juli, Agust us, dan Okt o ber 2016. Lo kasi penelit ian di fasilit as Farm CV. Cah a ya Ba ru d ile n gk a p i d e n g a n w at er chi l ler d a n pencahayaan dari lampu sehingga suhu dan cahaya t et ap t erjaga dengan st abil.

Kualitas Air

Pe n g am b ila n d at a ku alit as p e rairan d ilak u kan bersamaan dengan wakt u pengam bilan dat a warna karang yait u Juli, Agust us, dan Okt o ber 2016 dengan menggunakan alat mult i-paramet er merk YSI unt uk paramet er o ksigen t erlarut (DO), salinit as, pH, To t al Disso lved So lid (TDS), dan ko ndukt ivit as. Sement ara parameter suhu (°C) dan intensit as cahaya (lux) dengan menempat kan dat a lo gger merk HOBO dengan selang pengamat an set iap dua jam. Pengukuran dat a kualit as

perairan dilakukan pada kedalam 5 m, 10 m, dan 15 m s e s u a i lo k a s i p e n g a m a t a n p ro p a g a s i k a r a n g . Pe n gam a t an p aram e t e r lain se p e rt i n it rit , n it rat , amo nia, dan fo sfat dilakukan di labo rat o rium.

HASIL DAN BAHASAN

Perubahan Warna

 Perubahan warna karang di sist em resirkulasi Pada Tabel 1 t erlihat nilai rat a-rat a RGB pada karang jenis Physogyra sp. mengalami penurunan 60,52; 26,60; dan 45,00. Hal ini menunjukkan bahwa warna karang t et ap t erjaga bahkan lebih meningkat karena nilai R semakin menurun dengan angka semakin mengecil. Demikian juga pada karang jenis Plerogyra sp., di mana n ilai rat a-rat a RGB-nya t e rus me n uru n d ari 67 ,66 ; 51,91; dan 28,62. Pada prinsipnya semakin berkurang n ilai RGB-n ya, m e n u n ju k kan t e rja d i p e n in g kat an kandungan warna pada biot a karang. Pada karang jenis Physogyra sp. yang mengalami flukt uasi. Penurun nilai RGB erat kaitannya dengan ko ndisi yang membaik dan t idak st res dengan ko ndisi lingkungan sepert i sinar ult ra vio let berada pada selang t o leransi pada spesies karang, jenis Plerogyra sinuosa dapat hidup dengan baik pada perlakuan yang t erhalang o leh Ult ra Violet Radia-t ion (UVR) mulai dari kedalaman 25 m hingga ke yang lebih dangkal pada kedalaman 5 m selama enam bulan pengamat an, namun akan mat i dalam wakt u sebulan jika t idak terlindung dari UVR, kebalikannya kalau nilai RGB meningkat karang akan mengalami bleaching dan d a p a t a k h ir n ya k e m a t ia n p a d a k o n d is i t e rja d i peningkatan suhu yang tidak no rmal (Shick et al., 1996; McClanahan, 2004). Pengamat an di t empat farm yang sist e m re sirku lasi d ap at m e m p e rt ah an kan rad iasi cahaya dan ko ndisi suhu st abil dibandingkan lo kasi t ransplant asi di alam.

Gambar 1. Warna coral wat ch dijadikan sebagai warna indikat o r RGB (Red Green Blue).

(4)

 Perubahan warna karang di pro pagasi alam Pengamatan dilakukan pada dua kali dengan wakt u berbeda pada selang wakt u t iga hari unt uk melihat t ingkat st res karang saat awal adapt asi (Tabel 2, 3, dan 4).

Perbedaan Kedalaman

Jenis karang Plerogyra sp. mengalami perubahan warna ke ko ndisi yang berkurang pigmennya dengan

nilai -26,16 pada pengamat an 18 Juli 2016 menjadi 46,48 menjadi st res set elah pro pagasi pada kedalaman 5 m , s e m e n t a ra je n is la in Ph ysog yr a s p . d a n Nemenzophyllia sp. mengalami peningkatan pigmen atau t idak st res dilihat peningkat an angka R-nya ke arah nilai negat if. Perubahan warna ke arah put ih ini erat kait annya dengan ko ndisi karang sedang mengalami p e n u ru n a n k a n d u n g a n z o o xa n t h e lla e d i b a d a n ko lo ninya yang dit andai dengan nilai R-nya sama at au lebih rendah dari nilai sebelumnya.

Tabel 1. Perubahan warna karang dengan menggunakan indikat o r warna dasar (red, green, blue) pada karang pro pagasi di farm wadah t erko nt ro l

Table 1. Change t he color of t he coral by using t he basic color indicat or (red, green, blue) on coral propagat ion in cont rolled farm

Jeni s karang (Coral) Bul an (M onth) R G B Rat a-rat a (Aver age)

Physogyra sp . 7 -72 .7 1 -6 8 .2 9 -4 0 .5 7 6 0.5 2

8 -39 .3 6 -3 6 .2 9 -4.1 5 2 6.6 0

1 0 -35 .7 2 -5 1 .8 6 -4 7 .4 3 4 5.0 0

Nemenzophyllia sp . 7 -17 .7 2 -6 4 .5 7 -5 4 .5 7 4 5.6 2

8 -30 .1 9 -4 3 .3 8 -1 1 .9 5 2 8.5 1

1 0 -22 .9 4 -1 1 .5 8 -2 1 .8 6 1 8.7 9

Plerogyra sp . 7 -80 .7 1 -6 5 -5 7 .2 8 6 7.6 6

8 -64 .4 3 -5 7 .4 3 -3 3 .8 6 5 1.9 1

1 0 -38 .2 9 -4 0 .2 8 -1 9 .2 8 3 2.6 2

Tabel 2. Rat a-rat a se lisih nilai RGB (red, gr een, blue) ko lo ni karan g d engan RGB warn a st an dar pada Kedalaman 5 m, 10 m, dan 15 m. Nilai RGB merupakan rat a-rat a dan st andar deviasi dari jumlah dat a (n) sebanyak 4 masing-masing jenis karang.

Table 2. Average decrepancies of bot h RGB value (red, green, blue) and RGB colour st andart in 5 m, 10 m, and 15 m. RGB value is average and st andart deviasi from 4 coral colonies (n= 4) from each coral species

Wakt u pengam at an Observation time

Kedal am an

Depth (m )

Jenis karang

Coral species R G B

Rat a-rat a

Average SD

1 8 Ju li 20 1 6 5 Plerogyra sp . -2 6 .1 6 -4 4 .8 0 -3 4 .6 7 -3 5 .2 1 9.3 3 Physogyra sp . 1 4.0 0 -2 6 .0 0 -3 1 .2 9 -1 4 .4 3 2 4 .7 6

Nemenzophyllia sp. 6 .2 1 -3 3 .3 6 -3 6 .2 9 -2 1 .1 5 2 3 .7 4

2 1 Ju li 20 1 6 5 Plerogyra sp . 4 6.4 8 -5 3 .5 5 -5 2 .3 8 -1 9 .8 2 5 7 .4 2 Physogyra sp . -8 5 .7 1 -9 3 .0 7 -9 2 .9 3 -9 0 .5 7 4.2 1

Nemenzophyllia sp. -3 1 .9 3 -6 4 .2 1 -5 5 .0 7 -5 0 .4 0 1 6 .6 4

1 8 Ju li 20 1 6 1 0 Plerogyra sp . -2 .46 -2 1 .3 6 7.8 6 -5 .3 2 1 4 .8 2

Physogyra sp . -7 4 .1 4 -1 18 .57 -9 7 .5 7 -9 6 .7 6 2 2 .2 3

Nemenzophyllia sp. -0 .32 -1 8 .5 4 1 3 .9 3 -1 .6 4 1 6 .2 8

2 1 Ju li 20 1 6 1 0 Plerogyra sp . 3 .7 1 -1 4 .7 5 -7 .5 4 -6 .1 9 9.3 0

Physogyra sp . -1 2 .4 3 -2 6 .1 4 -3 0 .1 4 -2 2 .9 0 9.2 9

Nemenzophyllia sp. 0 .0 0 0 .00 0.0 0 0 .0 0 0.0 0

1 8 Ju li 20 1 6 1 5 Plerogyra sp . -5 2 .8 1 7 2 .4 6 -7 3 .0 8 -1 7 .8 1 7 8 .8 3 Physogyra sp . -3 6 .5 7 6 5 .8 9 -5 7 .5 7 -9 .4 2 6 6 .0 6

(5)

Pa d a k e d a la m a n 1 0 m , k e t ig a je n is k a r a n g mengalami pemut ihan dengan terjadi peningkatan nilai RGB dibandingkan nilai RGB st andar, dengan demikian karang pro pagasi berart i mengalami pemutihan (Tabel 2 ). Sa m a d e n g a n k e d a la m a n s e b e lu m n ya , p a d a k e d a la m a n 1 5 m ju g a m e n g a la m i p e m u t ih a n disebabkan dam pak p ro ses t ran spo rt asi in duk d ari Jakart a ke Kepulauan Seribu dan pro ses penempelan ke subst rat dengan nilai RGB sepert i pada Tabel 2 di at as. Dat a selanjut nya unt uk jenis karang Physogyra sp. dan Plerogyra sp. mengalami pemulihan dari kondisi st res yang dit andai warna put ih kepucat an kembali ke ko ndisi no rmal (Gambar 2).

Ap ab ila k aran g m e n g alam i s t re s ka ra n g ak an m e n galam i p e ru b ahan ko n se n t rasi p igm e n warn a karang, pemenuhan kebut uhan nut rien dan bahkan zo o xan t he lle a akan keluar dari t ubuh karan g yang sebelumnya sebagai simbio nnya (Baird et al., 2018).

Propagasi Karang Hias

Tingkat kematian

Pengamat an t ingkat kemat ian pada masa t iga hari set elah pro pagasi dit emukan t idak ada karang yang m at i, n amu n p ad a pe n gamat an set elah hari ke -2 3 su d ah t e rlih a t k aran g ya n g m at i yait u d ari je n is Nemenzophyllia sp., Physogyra sp. pada kedalaman 5 m (Gambar 3). Karang Plerogyra sp. lebih t ahan hidupnya pada kedalam an 5 m, namun pada hari ke-33 jenis karang yang bert ahan hidup adalah jenis Physogyra sp. dan Plerogyra sp. pada kedalaman 15 m. Sement ara semua jenis karang baik kedalaman 5 m dan 10 m t e la h m e n g a la m i k e m a t ia n d a ri s e m u a s a m p e l pengamat an yang diujikan. Berbeda d engan karang yan g b e nt u k p ert um b uh an n ya be rcab an g d an laju

p ert u mb uh an cep at , di m an a t ingkat ke mat ian nya hanya 2,22% di daerah windward dan 8,89% di leeward. Namun tingkat kematian akan t inggi apabila ada preda-t o r ikan di lo kasi go ba sebesar 64,44% (Jo han et al., 2008), sama dengan penelit ian ini di mana salah sat u penyebab kemat ian karang akibat dimakan o leh ikan. Pa d a k o n d is i n o r m a l k a r a n g Ac ro p o ra ya n g dit ransplantasi pada kedalaman 1,5 m memiliki tingkat keberhasilan hidup sebesar 89% (Arifin & Luthfi, 2016).

Pada p engamat an set e lah t iga hari p ene mpelan ka ra n g k e su b s t rat (p ro p ag as i) t id ak d it e m u k an kemat ian karang, namun sudah ada sebagian karang mengalami pe mut ihan (Gambar 4), t en t akel karang dimakan ikan. Kondisi karang apabila tent akelnya t idak ad a maka karan g akan mengalam i kesulit an dalam pemenuhan nut risinya.

Dat a Kualitas Perairan

Dat a int ensit as cahaya dan t emperat ur yang diukur menggunakan data logger menunjukkan bahwa sudah t erjadi peningkat an suhu sejak akhir bulan Mei 2016 dan mencapai puncaknya pada Juni 2016 (Gambar 5). Ko ndisi ini bersamaan dengan isu glo bal di mana t elah t erjadi peningkat an panas bumi yang menyebabkan kemat ian massal karang t ermasuk juga di Kepulauan Serib u, se hin gga se b agian b esar karan g di se kit ar lo k a s i m e n g a la m i s t r e s d a n b e b e r a p a k o lo n i mengalami pemut ihan (bleaching).

Pe ris t iw a p e m u t ih an ka ra n g se cara m a ss al d i beberapa lo kasi di seluruh Indonesia t ermasuk di lokasi penelit ian berdampak t erhadap ko ndisi karang yang mengalami pemutihan t erut ama pada kedalaman 5 m. Da t a s u h u d a n in t e n s it a s ca h a ya m e n g a la m i peningkat an pada Juli 2016. Ko ndisi karang sebagian

Gambar 2. Ko ndisi warna karang pada awal penelitian Juli 2016 (a) dan setelah dua bulan dari karang Plerogyra sp. (b).

Figure 2. Coral colours condit ion on early research July 2016 (a) and aft er t wo mont hs from Plerogyras sp. (b).

(6)

m e n g a la m i k e m a t ia n , t e r u t a m a je n is k a ra n g Nem enzophyl l ia t ur bi da. Se d a n g k a n k a ra n g je n is Pler ogyr a sinuosa d an Physogyr a licht enst eini h an ya mengalami pemut ihan.

Jenis karang Nemenzophylliat urbida juga mengalami serangan oleh ikan tert entu, sebagian t entakel dimakan ikan dari kelo mpo k kepe-kepe yait u Chaet odont idae

oct ofasciat us dan ikan kelo mpo k wrase. Karang jenis Nemenzophyllia sp. ini bert ent akel dan berada di lo kasi baru sehingga menjadi makanan bagi ikan t ersebut. Kedua ikan ini dikelo mpo kkan pada co rallivo res, hal ini pernah diamat i di t erumbu karang t ro pik (Co le et al., 2008; Bellwo o d et al., 2010; Huert as & Bellwo o d, 20 17 ). Ant isip asin ya dilaku kan p em asan gan jarin g unt uk melindungi karang dari serangan ikan.

Gambar 3. Tingkat kemat ian karang t ransplant asi pada kedalaman 5 m, 10 m, dan 15 m pada hari ke-23 setelah penempatan di lo kasi. Jumlah ko lo ni pada awal dapat dilihat pada Gambar 4.

Figure 3. M ort alit y rat e of coral t ransplant at ion on 5 m, 10 m, and 15 m aft er

Kondisi awal dan pem utihan (Early condit ion and bleaching)

Nem enzophyllia sp rak t ransplant asi pada kedalaman 5 m, 10 m, dan 15 m.

(7)

Ko n d is i p e ra ir a n m a s ih m e n d u k u n g u n t u k p e rt u m b u h an kara n g (Tab e l 3 ). Kad a r DO d i b ak resirkulasi, memiliki nilai DO yang t inggi (8,07 mg/L) dibandingkan di alam (6,33-6,44 mg/L). Semakin tinggi ko sen t rasi DO se makin b aik pe rt u mb uh an karan g dengan t erpenuhinya kebut uhan o ksigen o leh zo o

x-an t he llae yx-ang pad a akhirnya berko n t ribusi po sit if t erhadap pert umbuhan karang.

Ko ndisi suhu unt uk pemeliharaan karang di farm diusahakan seo pt imal mungkin yait u sekit ar 25.,43°C. Ko ndisi perairan yang memiliki suhu yang t inggi yait u Gambar 5. Grafik suh u dan in t ensit as cah aya di lo kasi p engamat an pada

kedalaman 5 m (a), kedalaman 10 m (b), dan kedalaman 15 m (c). Figure 5. Temperat ure and light int ensit y graphic on obser vat ion place each 5 m

(8)

2 9 .,8 0 °C-3 0 ,2 5 °C d ap at m e m b u at karan g d i alam mengalami st res dan pemut ihan, bahkan mengalami k e m a t ia n . Ko n d is i t e rs e b u t b e rs a m a a n d e n g a n ke m at ian m ass al ka ran g yan g t e rjad i d i p e rairan Padang, Lo mbo k, dan beberapa perairan lain di Indo -nesia, bahkan beberapa negara (Gudka et al., 2018). Pengukuran suhu pada saat kejadian pemutihan karang di perairan Padang dipero leh 30°C, di mana karang jenis Acropora sp. sudah mengalami kemat ian (LKKPN Pe kan Baru , 20 16 ) dan be be rapa jen is karan g lain (Ampo u et al., 20 17). Ke jad ian coral bleaching juga t erjadi di perairan Maldive (Ibrahim et al., 2017).

TDS (Tot al Dissolved Solids) sedikit lebih rendah di far m (1 3 ,8 0 m g/L) d e n ga n s is t e m re sirk u la s i in i dibandingkan dengan ko ndisi alam (14,02-14,20 mg/ L). Beberapa parameter inilah yang mendukung karang dapat hidup dengan baik di farm dibandingkan di alam, yait u DO, suhu, dan TDS. Sement ara paramet er lain masih berada dalam ko ndisi no rmal bagi pertumbuhan karang.

KESIM PULAN

Pen e lit ian p ro p agasi karan g p o lip be sar su dah berhasil dilakukan dengan kondisi terbaik pada sistem resirkulasi (farm) dibandingkan dengan di alam (Pulau Panggang Kepulauan Seribu). Semua jenis karang dapat hidup dan t umbuh dengan baik di farm, sement ara di alam h an ya u n t u k je n is karan g Pler ogyr a sp . d an Physogyra sp. yang dapat hidup pada semua kedalaman 5 m, 10 m, dan 15 m. Karang jenis Nemenzophyllia sp. tidak berhasil hidup pada semua kedalaman. Perubahan warn a t e rjad i p ada Jun i se irin g d e n gan t e rjad inya perist iwa pemut ihan karang secara glo bal di dunia, namun kembali ke ko ndisi awal pada akhir penelit ian. Pa ra m e t e r lin g k u n g a n ya n g m e m p e n g a ru h i ke be rhasilan h idu p karang adalah su hu , int ensit as cahaya, TDS, dan DO.

UCAPAN TERIM A KASIH

Pe n e lit ia n in i d ib a n t u o le h CV. Ca h a ya Ba ru t erut ama dalam pengadaan sampel karang polip besar

dan kemudahan akses di lapangan dengan adanya st af CV. Cahaya Baru Abdul Rasyid. Pengamat an kepadat an d an ke lim p ah an zo o xan t e llae d ib an t u o le h Rian i Wid iart y se laku d o se n Un ive rsit as In d o n e sia d an p e n g am at a n ko n d isi k ara n g s e t e la h fragm e n t a si dibant u o leh Ramadhan Kemal dengan menggunakan kamera bawah air. At as b ant uan se mua pihak yang berkontribusi dalam kesuksesan penelitian ini, penulis ucapkan t erima kasih.

DAFTAR ACUAN

Arifin, Z. & Lut hfi, O.M. (2016). Pert umbuhan dan sur-vival rat e pada t ransplant asi karang Acropora sp. di p a n t a i Ko n d a n g Me ra k , Ka b u p a t e n Ma la n g . Pro s id in g Se m ia n a r Na s io n a l Pe rik a n a n d a n Kelaut an VI, Fakult as Perikanan dan Ilmu Kelaut an, Universit as Brawijaya, Malang, hlm. 556-561. driven react ive o xygen build-up in zo o xant hellae. Eco lo gical Mo delling, 386, 20-37. DOI: 10.31230/ o sf.io /e t jd6 . Tabel 3. Paramet er lingkungan di lo kasi pengamat an/penelit ian

Table 3. Environment al paramet ers on research area

(9)

co ral pro duct s and reef asso ciat ed species t o t he Unit ed St at es. Wo rld Wildlife Fund, Washingt o n DC. USA.

Green, E.P. & Shirley, F. (1999). The Glo bal Trade in Co rals. Wo rld Co n se rvat io n Mo n it o ring Ce nt re [M]. Wo rld Co n ser vat io n Pre ss, Camb ridge UK, 1999, 1-65.

Gudka, M., Obura, D., Mwaura, J., Po rt er, S., Yahya, S., & Mabwa, R. (2018). Impact o f t he 3rd glo bal

co ral bleaching event in t he West ern Indian Ocean in 2 0 1 6 . Co a st al, Marin e an d Islan d Sp e cific bio diversit y management in ESA ESA-IO Co ast al St at es (Agreement n RSO/FED/022-995).

Huert as, V. & Bellwo o d, D.R. (2017). Feeding inno va-t io ns and va-t he firsva-t co ral-feeding fishes. Coral Reefs. htt ps://do i.o rg/10.1007/s00338-018-1689-7. Ib rahim, N., Mo h ame d, M., Bashe er, A., Ism ail, H.,

Nist haran, F., Schmidt , A., Naeem, R., Abdulla, A., & Gr im s d it c h , G. (2 0 1 7 ). St a t u s o f Co ra l Bleaching in t he Maldives in 2016, Marine Research Cent re, Malé, Maldives, 47 pp.

Jo h a n , O., So e d h a rm a , D., & Su h arso n o . (2 0 0 8 ). Tingkat keberhasilan t ransplant asi karng bat u di Pu lau Pa ri, Ke p u la u an Se rib u , Ja ka rt a . J. Ris. Akuakult ur, 3(2), 289-300.

Kho dzo ri, M.F.A., Saad, S., No rdin, N.F.H., Salleh, M.F., Ran i, M.H., Yu so f, M.H., & No o r, N.M. (2 0 1 5 ). Diversit y and Dist ribut io n o f Euphyllidae Co rals in Tio man Island: Emphasis o n t he Genet ic Varia-t io n o f Euphyllia crisVaria-t aVaria-t a. Jurnal Teknologi (Sciences & Engineering), 77(24), 7-22.

Kudus, U.A. (2005). Analisis pemanfaat an karang hias di I nd on esi a. Bo g o r Ag r ic u lt u ra l Un ive r s it y, Thesis, 127 hlm.

LINI. (2 0 1 3 ). Bu le le n g Fish e r y St at u s 2 0 0 5 -2 0 0 7 . www.lini.o r.id. [akses 11 Okkt o ber 2013). LKKPN Pekan Baru. (2016). Co ral Bleaching di TWP

Pulau Pieh dan Laut di Sekit arnya t ahun 2016. 6 p. h t t p ://lkkpn p e kan b aru .kkp .go .id /pu b s/u p lo ad s/ [Akses 24Juli 2018].

Maryo t o , S.R.B. (2017). Managing o rnament al co ral t rade in Indo nesia: a case st udy in Bali Pro vince during t he last seven years. Disert at io n. Xiamen Universit y, 108 pp.

McCla n a h a n . (2 0 0 4 ). Th e re la t io n sh ip b e t w e e n b le a ch in g a n d m o rt a lit y o f co m m o n co ra ls . Marine bio lo gy, (144), 129-1249.

Shick, J.M., Lesser, M.P., & Jo kiel, P.L. (1996). Effect s o f ult ravio let radiat io n o n co rals and o t her co ral re e f o rg a n is m s . Glo b al Ch a n g e Bio lo g y, (2 ), 527-545.

UNEP-WCMC. (2015). Review o f select ed co rals fro m Indo nesia. UNEP-WCMC, Cambridge, 61 pp. Webnit z, C., Taylo r, M., Green, E., & Razak, T. (2003).

Fro m Ocean t o Aquarium – The glo bal t rade in m a r in e o r n a m e n t a l s p e cie s . UNEP-W CMC, Cambridge, UK.

Gambar

Gambar 1.Warna coral watch dijadikan sebagai warna indikator RGB (RedGreen Blue).Figure 1.Coral watch colour as indicator colour RGB (Red Green Blue).
Table 2.Average decrepancies of both RGB value (red, green, blue) and RGB colour standart in 5 m, 10 m, and15 m
Gambar 2.Kondisi warna karang pada awal penelitian Juli 2016 (a) dan setelahFigure 2. dua bulan dari karang Plerogyra sp
Gambar 4.Jumlah koloni karang yang mengalami pemutihan (bleaching, Bl) setelahtiga hari dibandingkan dengan kondisi awal (Aw) setelah penempatan dirak transplantasi pada kedalaman 5 m, 10 m, dan 15 m.
+3

Referensi

Dokumen terkait

Adapun judul dari Laporan Akhir ini adalah “ Perencanaan Jembatan Rangka Baja Air Pedado Kelurahan Kramasan Kecamatan Kertapati!. Palembang Provinsi Sumatera

40 Jadual 2 berikut merujuk kepada peristiwa yang berlaku pada tahun 1945. Tempat

karena sulit digunakan oleh kultur starter sebagai sumber energi dan sumber karbon, oleh sebab itu perlu ditambahkan sumber karbohidrat lain seperti laktosa

b) Memerintahkan kepada Badan Kehakiman yang berwenang untuk mengadakan pengusutan, pemeriksaan dan penuntutan secara hukum. Melihat situasi yang demikian dan kehidupan

0etelah itu diamati reaksi yang terjadi pada pupil mata tikus tadi, dengan cara dibandingkan keadaan pupil awal sebelum ditetesi dengan cairan obat dengan setelah di tetesi

Aktivitas laporan keuangan IAI Wilayah DKI Jakarta dibagi atas penerimaan dan pengeluaran tidak terikat meliputi Keanggotaan, Pendidikan Profesi Berkelanjutan (PPL),

Titik Aries ini adalah satu titik yang berada di sepanjang ekuator langit, yaitu perpanjangan dari ekuator/khatulistiwa bumi, merupakan lingkaran besar dari Timur ke Barat –

Maka, bersama kawan-kawannya, dia sering nongkrong bareng di kedai kopi milik Agung Kurniawan (36), yang juga menjadi pendiri Santrendelik, untuk berdiskusi