LANDASAN ILMIAH DAN TEKNOLOGIS
Pendidikan serta ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK) mempunyai kaitan yang erat. IPTEK menjadi bagian utama dalam isi pengajaran, dengan perkataan lain pendidikan ber-peran sangat penting dalam pewarisan pengembangan IPTEK
Dari sisi lain setiap perkembangan IPTEK
harus segera diako-modasi oleh pendidikan yakni dengan segera memasuk-kan hasil pengembangan IPTEK ke dalam isi bahan ajaran
Sumber dari :
Sebaliknya pendidikan sangat dipengaruhi oleh sejumlah cabang-cabang IPTEK, utamanya ilmu-ilmu perilaku (psikologi, sosiologi, antropologi)
Pengertian tentang Ilmu
Pengetahuan yang memenuhi kriteria dari segi
ontologis, epistemologis dan aksiologis secara konsekuen dan penuh disiplin biasa disebut ilmu atau ilmu pengetahuan (science; kata sifatnya adalah ilmiah atau keilmuan, sedangkan ahlinya disebut ilmuawan.
Pengetahuan meliputi berbagai cabang ilmu
Dilihat dari segi tujuan pokok sering
dibedakan ilmu dasar (basic science) dan ilmu terapan (applied science).
Ilmu dasar terutama digunakan demi
Hasil dari ilmu terapan harus dialihragamkan (ditranformasikan) menjadi bahan, alat, atau prosedur kerja; kegiatan ini disebut pengembangan (development). Tindak lanjut dan hasil kegiatan pengembangan disebut teknologi
Landasan Ontologis dari ilmu berkaitan dengan objek yang ditelaah oleh ilmu
adalah : Apakah yang ingin diketahui oleh ilmu, bagaimana ujud hakiki dari objek tsb, dan bagaimana hubungannya dengan
Ilmu membatasi objeknya pada
fakta atau kejadian yang bersifat empiris, yang dapat ditangkap oleh alat indra, baik secara langsung maupun dengan bantuan alat lain (mikroskop, teleskop, dsb
Objek Ilmu selalu berkaitan dengan pengalaman manusia yang dapat dikomunikasikan kepada orang lain
Untuk itu ilmu mempunyai 3 asumsi tentang objek
empiris yakni :
(1) Objek-objek tertentu mempunyai keserupaan satu sama lain yang memungkinkan dilakukan klasifikasi (2) Objek dalam jangka waktu tertentu tidak
mengalami perubahan (kelestarian yang relatif)
Landasan Epistemologi dari ilmu berkaitan dengan segenap proses untuk memperoleh pengetahuan ilmiah yakni : Bagaimana prosedurnya, apakah yang harus diperhatikan agar diperoleh kebenaran, cara/teknik/ sarana apa yang membantu untuk mendapatkannya?
Landasan Aksiologis dari ilmu berkaitan
dengan manfaat atau kegunaan pengetahuan Ilmiah itu, yaitu : Untuk apa pengeta-huan ilmiah itu digunakan, bagaimana kaitannya dengan nilai-nilai moral? Ilmu telah berjasa mengubah wajah dunia dalam berbagai bidang serta memajukan kesejahteraan manusia. Namun kita juga menyaksikan bagaimana ilmu digunakan
untuk mengancam martabat dan kebudayaan
Ilmu atau ilmu pengetahuan dapat bermakna kumpulan informasi, cara memperoleh informasi serta manfaat dari informasi itu
Perkembangan IPTEK sebagai Landasan
Ilmiah
IPTEK merupakan salah satu hasil dari usaha
Bukti historis menunjukkan bahwa usaha mula
bidang keilmuan yang tercata adalah bangsa Mesir Purba dimana banjir tahunan Sungai Nil menyebabkan berkembangnya sistem almanak, geometri, dan kegiatan survei
Pengembangan Ilmu yang menonjol
Pengembangan dan pemanfaatan IPTEK pada umumnya ditempuh rangkaian kegiatan :
Penelitian dasar, penelitian terapan, pengembangan teknologi, dan penerapan teknologi, serta biasanya diikuti pula dengan evaluasi ethis-politis-religius. Langkah terakhir diperlukan untuk menentukan apakah hasil IPTEK dapat diterima masyarakat dan apakah dampaknya tidak bertentangan dengan nilai-nilai luhur dari masyarakat
Lembaga pendidikan utamanya pendidikan jalur
Bahan ajaran seyogyanya hasil perkembangan IPTEK mutakhir, baik yang berkaitan dengan hasil perolehan informasi, maupun
cara memperoleh informasi itu dan manfaatnya bagi masyarakat
Relevansi bahan ajaran merupakan satu tuntutan yang tak dapat ditawar-tawar lagi. Peserta didik seyogyanya sedini mungkin mengalami sosialisasi ilmiah meskipun dalam bentuk yang masih sederhana.
AZAS-AZAS POKOK PENDIDIKAN
Azas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran
yangmenjadi dasar atau tumpuan berpikir, baik pada tahapperancangan maupun pelaksanaan pendidikan
Khusus untuk pendidikan di Indonesia terdapat
Ada tiga azas yang dipandang sangat relevan dengan upaya pendidikan, baik masa kini maupun masa depan, oleh karena itu setiap tenaga kependidikan harus memahami dengan tepat ketiga azas tersebut agar dapat menerapkannya
dengan se-mestinya dalam
penyelenggaraan pendidikan sehari-hari
1.Azas Tut Wuri Handayani
Sebagai azas pertama Tut Wuri handayani
Kini ketiga semboyan tsb telah menyatu menjadi
satu kesatuan azas, yakni :
Ing ngarsa sung tulada (jika di depan, menjadi
contoh)
Ing madya mangun karsa (jika ditengah-tengah,
membangkitkan kehendak, hasrat atau motivasi dan Tut wuri handayani (jika di belakang, mengikuti dengan awas)
Latar belakang keberlakuan awal dari azas tut wuri
a. Bahwa setiap orang mempunyai hak untuk mengatur dirinya sendiri dengan mengingat tertibnya persatuan dalam perikehidupan umum.
b. Bahwa pengajaran harus memberi pengetahuan yang berfaedah, yang dalam arti lahir dan batin dapat memerdekakan diri
c. Bahwa pengajaran harus berdasar pada kebudayaan dan kebangsaan sendiri
e. Bahwa untuk mengejar kemerdekaan hidup yang sepenuh- penuhnya lahir maupun batin hendaklah diusahakan dengan kekuatan sendiri, dan menolak bantuan apapun dari siapa pun yang mengikat, baik berupa ikatan lahir maupun ikatan batin.
f. Bahwa sebagai konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri maka mutlak harus membelanjai sendiri segala usaha yang dilakukan
Bahwa dalam mendidik anak-anak perlu adanya keiklasan lahir dan batin untuk mengorbankan segala
kepentingan pribadi demi keselamatan dan
Azas tut wuri handayani merupakan inti dari azas pertama (butir a) yang menegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak mengatur dirinya sendiri
(zelf-veschikkingsrecht) dengan mengingat persatuan dalam perikehidupan umum. Dari azas pertama jelas bahwa tujuan yang hendak dicapai Taman Siswa adalah
kehidupan yang tertib dan damai (tata dan tentram, orde on Vrede).
Dari azas ini lahir “Sistem Among” dimana guru
memperoleh sebutan “pamong”, yaitu sebagai
pemimpin yang berdiri dibelakang dengan
2. Azas Belajar Sepanjang Hayat
Azas belajar sepanjang hayat (life long
learning) merupakan sudut pandang dari sisi lain terhadap pendidikan seumur hidup (life long education)
Pendidikan seumur hidup merupakan a consept
(1) Meliputi seluruh hidup setiap individu
(2) Mengarah kepada pembentukkan, pembaharuan, peningkatan, dan penyempurnaan secara sitematis pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang dapat meningkatkan kondisi hidupnya
(3) Tujuan akhirnya adalah mengembangkan penyadaran diri (self fulfilment) setiap individu
(4) Meningkatkan kemampuan dan motivasi untuk belajar mandiri.
Dalam latar belakang pendidikan seumur
hidup,
proses
belajar-mengajar
di
sekolah
seyogyanya
mengemban
sekurang-kurangnya dua misi yakni
membelajarkan peserta didik dengan
efisien dan kemampuan belajar mandiri
sebagai basis dari belajar sepanjang
hayat.
kurikulum, yang dapat mendukung
Dimensi vertikal dari kurikulum sekolah yang meliputi : disamping keterkaitan dan kesinambungan antar tingkatan persekolahan, harus pula terkait dengan kehidupan peserta didik di masa depan. Termasuk dlm dimensi ini adalah :
1) Kurikulum dan perubahan sosial-kebudayaan: kurikulum seyo-gyanya memungkinkan antisipasi terhadap perubahan sosial-kebudayaan itu karena peserta didik justru akan hidup dalam sosial-kebudayaan yang telah berubah setelah menamatkan sekolahnya
2) “The forcasting curriculum” yakni perancangan
3) Keterpaduan bahan ajaran dan
pengorganisasian pengetahuan, terutama dalam kaitannya dengan struktur pengeta-huan yang sedang dipelajari dengan penguasaan kerangka dasar untuk memperoleh keterpaduan ide bidang studi itu
4) Penyiapan untuk memikul tanggung jawab, baik
5) Pengintegrasian dengan pengalaman yang telah dimiliki peserta didik, yakni pengalaman di keluarga untuk pendidikan dasar, dan demikian seterusnya.
6) Untuk mempertahankan motivasi belajar secara permanen, peserta didik harus dapat melihat kemanfaatan yang akan didapatnya dengan tetap mengikuti pendidikan itu, seperti kesempatan yang terbuka baginya, mobilitas
pekerjaan, pengembangan
2. Dimensi horizontal dari kurikulum sekolah yakni
keterkaitan antara pengalaman belajar di sekolah dengan pengalaman di luar sekolah.
Termasuk dalam dimensi horizontal antara lain :
1) Kurikulum sekolah merefleksi kehidupan di luar sekolah; kehidupan di luar sekolah menjadi objek refleksi teoritis di dalam bahan ajaran di sekolah, sehingga peserta didik lebih memahami persoalan-persoalan pokok yang terdapat di luar sekolah
3) Melibatkan orang tua dan masyarakat dalam
kegiatan belajar-mengajar, baik sebagai narasumber dalam kegiatan belajar di sekolah maupun dalam kegiatan belajar di luar sekolah.
3. Azas Kemandirian dalam Belajar
Kedua azas sebelumnya secara langsung erat
kaitannya dengan azas kemandirian dalam belajar
Azas tut wuri handayani pada prinsipnya bertolak
Azas sepanjang hayat hanya dapat diwujudkan apabila dida-sarkan pada asumsi bahwa peserta didik mau dan mampu mandiri dalam belajar, karena adalah tidak mungkin seseorang belajar sepanjang hayatnya apabila selalu tergantung dari bantuan guru maupun orang lain
Perwujudan azas kemandirian dalam belajar akan menempatkan guru dalam peran utama sebagai fasilitator dan motivator, di samping peran-peran lain : informator, organisator, dsb. Sebagai fasilitator
Pengembangan kemandirian dalam belajar
seyogyanya dimulai dalam kegiatan ekstrakurikuler, yang dikembangkan dan diman-tapkan selanjutnya dalam kegiatan kokurikuler dan ekstra kurikuler
Latar perguruan tinggi; dimulai dalam kegiatan
tatap muka, dan dikembangkan dan dimantapkan dalam kegiatan terstruktur dan kegiatan mandiri. Kegiatan tatap muka atau intrakurikuler terutama berfungsi membentuk konsep-konsep dasar dan cara-cara pemanfaatan berbagai sumber belajar,
yang akan menjadi dasar pengembangan
Terdapat beberapa strategi belajar-mengajar dan atau kegiatan belajar-mengajar yang dapat memberi peluang pengembangan kemandirian dalam belajar yaitu CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) yang merupakan salah satu pendekatan yang memberi peluang itu, karena siswa dituntut mengambil prakarsa dan atau memikul tanggung jawab tertentu dalam belajar-mengajar di sekolah, umpamanya melalui lembaga kerja
Keseluruhan upaya itu akan terlaksana