• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rancangan Unit Pembuatan Bioetanol dengan Bahan Baku Kulit Durian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Rancangan Unit Pembuatan Bioetanol dengan Bahan Baku Kulit Durian"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN 1

DATA PERCOBAAN

L1.1 DATA KALIBRASI SUHU TANGKI DISTILASI

Tabel L1.1 Data Kalibrasi Suhu Tangki Distilasi Waktu

L1.2 DATA PERCOBAAN HASIL FERMENTASI DAN DISTILASI

Tabel L1.2 Data Percobaan Hasil Fermentasi dan Distilasi

Proses Volume (ml) Kadar Etanol (%)

Fermentasi 50.000 8,98%

(2)

LAMPIRAN 2

PERHITUNGAN

L2.1 DASAR PEMILIHAN UKURAN PLANT

Ketersediaan Bahan Baku

Bahan baku dari pembuatan bioetanol ini adalah kulit durian. Kulit durian diambil dari penjual durian yang berada di daerah Medan, Sumatera Utara, salah satunya adalah Ucok Durian. Dalam satu hari, durian yang terjual di Ucok Durian mencapai 1000 buah. Dari literatur diperoleh bahwa kandungan daging buah durian terdiri dari 20-35% daging buah, 5-15% biji dan 60-75% kulit durian dalam satu buah durian [20]. Sedangkan berat durian per buahnya rata-rata 1,5-3 kg [50]. Perhitungan jumlah kulit durian yang dihasilkan per hari:

Kulit durian = 1000 buah × 0,60 /buah × 2 kg/buah

= 1200 kg / hari

Jumlah kulit durian yang tersedia setiap harinya adalah 1200 kg / hari. Sehingga sangat potensial untuk dijadikan bahan baku bioetanol. Dalam penelitian ini akan dirancang peralatan unit pembuatan bioetanol dengan satu siklus pembuatan bioetanol diperlukan 100 kg kulit durian.

Perhitungan Kapasitas Proses

Dari percobaan laboratorium yang telah dilakukan diperoleh: - Densitas larutan kulit durian = 1013,6 kg/m3

- Perhitungan volume kebutuhan tangki:

= 100𝑘𝑔

1013,6𝑘𝑔/𝑚3 = 0,09865 m 3

= 98,685 dm3 = 98,685 liter ≅ 100 liter

(3)

L2.2 PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN L2.2.1 Peralatan Pre-Treatment

L2.2.1.1 Tangki Pemasak Awal

Fungsi : Untuk pemasakan awal kulit durian sehingga menjadi lebih lunak dan mudah untuk dihaluskan

Bentuk : Tangki silinder vertikal dengan alas dan tutup elipsoidal Bahan : Carbon steel SA-285 Grade C

Jumlah : 1 unit

Kondisi operasi : Temperatur (T) = 100oC Tekanan (P) = 1 atm a. Volume Tangki

Diinginkan membuat tangki pemasak awal dengan kapasitas proses 100 liter = 100 dm3

Faktor kelonggaran = 20% [50]

Volume tangki, VT = (1+0,2) × 100 dm3 = 1,2 × 100 dm3

= 120 dm3

Perbandingan tinggi tangki dengan diameter tangki (Hs : Dt) = 3 : 2

(4)

Tinggi tutup, Hh = 1/4 × D = 1/4 × 4,510 dm = 1,128 dm = 11,28 cm = 4,438 in

Tinggi tangki, HT = Hs + 2.Hh = 9,021 dm = 90,21 cm = 35,516 in

b. Tekanan Desain

Tinggi cairan dalam tangki =volumebahanvolumedalamtangkitangkixtinggitangki

= 100 × 9,021

120

= 7,518 dm = 0,7518 m

Tekanan hidrostatis = Densitas bahan× g × tinggi cairan dalam tangki = 995,68 × 9,8 ×x 0,7518

c. Tebal Dinding Tangki (Bagian Silinder)

S = allowable stress = 13700 psia [51]

13700.0,85-0,6.18,912 + 10 tahun × 0,01 in/tahun t = 0,128 in

(5)

d. Tebal Dinding Head (Tutup Tangki) Maka tebal shell standar yang digunakan = 1/8 in [46]

L2.2.1.2 Perhitungan Daya Crusher

Fungsi : Mengecilkan ukuran dan menghaluskan kulit durian Jenis : Rotary knife

Bahan konstruksi : Baja karbon

Jumlah : 1 unit

Asumsi diameter awal bahan baku (kulit durian yang dipotong) = 30000 µm

Diameter akhir = 2000 πm

Dari tabel 12.2 Walas [43] diperoleh Wi untuk semua material = 13,81

Dari persamaan W =10.Wi.( 1

√𝑑−

1 √𝑑𝑖)

Dimana:

d = diameter akhir umpan di = diameter awal umpan Wi = tegangan material

Maka, W=10.Wi.( 1

√2000−

1

(6)

L2.2.1.3 Tangki Bertekanan (Tangki Hidrolisis)

Fungsi : sebagai wadah untuk berlangsungnya proses liquid hot water atau proses hidrolisis berlangsung

Jumlah : 1 unit

Bahan : Carbon steel SA 283 Grade C

Bentuk : Silinder tegak dengan alas dan tutup elipsoidal Kondisi operasi : P = 304,05 kPa

T = 107oC a. Volume Tangki

Diinginkan membuat tangki bertekanan (tangki hidrolisis) dengan kapasitas proses 100 liter = 100 dm3

Faktor kelonggaran = 20% [50]

Volume tangki, VT = (1+0,2) × 100 dm3

= 1,2 × 100 dm3

= 120 dm3

Perbandingan tinggi tangki dengan diameter tangki (Hs : Dt) = 3 : 2

(7)

Tinggi tangki, HT = Hs + 2.Hh = 9,021 dm = 90,21 cm = 35,516 in

b. Tekanan Desain

Tinggi cairan dalam tangki =volumebahandalamtangkixtinggitangki

volumetangki

= 100 × 9,021

120

= 7,518 dm = 0,7518 m

Tekanan hidrostatis = Densitas bahan x g x tinggi cairan dalam tangki = 995,68 × 9,8 × 0,7518

c. Tebal Dinding Tangki (Bagian Silinder) S = allowable stress = 12650 psia [51]

Maka tebal shell standar yang digunakan = 1/4 in [46]

d. Tebal Dinding Head (Tutup Tangki)

(8)

C = faktor korosi = 0,01 in/tahun [51]

Maka tebal shell standar yang digunakan = 1/4 in [46]

L2.2.2 Fermentor

Fungsi : sebagai wadah berlangsungnya fermentasi proses perubahan glukosa menjadi etanol

Jumlah : 1 unit

Bentuk : Tangki silinder Kondisi proses : T = 27-30oC

Tangki Fermentor

Spesifikasi fermentor disesuaikan dengan standar spesifikasi dari fermentor [45]:

H/ Dt = 2

Volume kerja maksimum = 75-80%, minimum = 20%

V = π/4.Dt2.H Keterangan:

V = Volume fermentor H = Tinggi fermentor Dt = Diameter fermentor

Diinginkan kapasitas proses 100 liter. Apabila dianggap volume kerja maksimum tangki fermentor 100 liter. Maka volume tangki yang akan dibangun: VT = 100 liter/0,8 = 125 liter

Maka, dengan standar H/Dt = 2

(9)

Dt = 3�𝑉𝑇π = 43 cm

H = 2.Dt = 86 cm

Pengaduk

Pengaduk didesain dengan standar sebagai berikut [39]: Da : Dt = 0,6-0,8

W : Da = 1/6 – 1/10

C : Da = 1: 3

Pengaduk yang telah dirancang mempunyai spesifikasi: Da = Diameter impeller = 30 cm

W = Lebar impeller = 3 cm

C = Jarak pengaduk dari dasar tangki = 10 cm Dt = Diameter tangki = 43 cm

Maka,

Da : Dt = 30/43 = 0,71 (Telah sesuai standar) W : Da = 3 : 30 = 1/10 (Telah sesuai standar) C : Da = 1: 3  C = Da/3 = 30/3 = 10 cm

Perhitungan Daya Motor pada Tangki Fermentor Jenis : Agitator paddle (2 bilah)

Jumlah : 2

Kecepatan putaran : 155 rpm Efisiensi motor : 80%

Dengan spesifikasi pengaduk yang sudah di rancang, sehingga dapat dihitung daya motor yang dibutuhkan:

(10)

Bilangan Reynold (NRe)

NRe = 𝑁 × 𝐷𝑎2 × ρ

µ =

2,58 × (0,30𝑚)2 × 1013,6

3,468.10−3 = 67865,61

Jadi, NRe = 67865,61, maka aliran termasuk aliran transisi, karena berada di rentang NRe aliran transisi yaitu 10 dan 104.

Dari gambar 3.4.4 Geankoplis Hal 145 [39] diperoleh bahwa pada NRe = 67865,61, nilai Np = 4. Maka dipakai motor dengan daya 1/8 hp

L2.2.3 Tangki Distilasi

Telah dirancang tangki distilasi dengan spesifikasi yang diperlihatkan pada tabel L2.1

Tabel L2.1 Spesifikasi Tangki Distilasi

Dimensi Besaran

Perhitungan tangki distilasi dan tutup mengikuti standar [45]:

Hh = �𝐷−𝑑

2 �×𝑡𝑎𝑛θ

Vs = π/4.Dt2.Hs Dt = Dh

HT = Hs + Hh

Perhitungan volume tangki distilasi:

Volume tangki = π/4.Dt2.Hs

= π/4 × (48)2 × 54 = 97666,56 cm3

(11)

Jadi, volume tangki distilasi adalah lebih kurang 100 liter. Hasil rancangan yang telah dibuat telah sesuai dengan kapasitas proses yang diinginkan. Sehingga rancangan ini dapat diterima.

Tutup tangki distilasi di desain dengan bentuk conical, dengan θ = 45o dengan persamaan [46]:

Hh = �𝐷−𝑑

2 �×𝑡𝑎𝑛θ = 0,5 (48−0) × tan 45𝑜

= 24 cm

Jadi, tinggi tutup (Hh) = 24 cm HT = Hs + Hh = 54 + 24 = 78 cm

Maka, tinggi tangki keseluruhan adalah 78 cm

L2.2.4 Tangki Air Pendingin

Telah dirancang tangki air pendingin dengan spesifikasi yang ditampilkan pada tabel L2.2

Tabel L2.2 Spesifikasi Tangki Air Pendingin

Dimensi Besaran

Tangki

• Tinggi tangki

• Diameter tangki

66 cm 37 cm

Perhitungan volume tangki air pendingin:

Volume tangki = πr2t

= 3,14 × (18,5)2 × 66 = 70927,89 cm3

(12)

LAMPIRAN 3

DOKUMENTASI

L3.1 BAHAN DASAR PEMBUATAN UNIT PEMBUATAN BIOETANOL

Gambar L3.1 Kerangka Unit Pembuatan Bioetanol

(13)

Gambar L3.3 Dasar Tangki Distilasi

(14)

L3.2 Rangkaian Unit Pembuatan Bioetanol

(15)

LAMPIRAN 4

HASIL LABORATORIUM

L4.1 HASIL ANALISIS KADAR BIOETANOL HASIL FERMENTASI

(16)

L4.2 HASIL ANALISIS KADAR BIOETANOL HASIL DISTILASI

(17)

LAMPIRAN 5

PROSEDUR ANALISIS KADAR ETANOL

L5.1 PROSEDUR ANALISIS KADAR ETANOL MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI GAS (GC)

Kandungan etanol yang terdapat di dalam larutan bioetanol dapat dianalisis dengan menggunakan kromatografi gas. Berikut akan dijelaskan prosedur analisis kandungan etanol dengan menggunakan kromatografi gas berdasarkan metode ASTM D5501 yang terdapat di dalam SNI 7390.2012 [15].

L5.1.1 Peralatan

Sebuah kromatografi gas berdetektor nyala pengion (flame ionization detector, FID) yang dilengkapi dengan kolom gelas kapiler berlapis-dalam metil

silikon (yang berikatan silang dan terikat secara kimia pada permukaan gelas kolom) dengan dimensi 150 m x 0,25 mm dan tebal film metil silikon 1,0 µm. Kolom lain dapat juga digunakan bila efisiensi dan selektifitas kromatografinya setara atau lebih baik dari kolom yang dipertelakan di bawah. Kromatograf harus mampu beroperasi pada kondisi tipikal berikut ini [15]:

1. Program temperatur kolom

• Panjang kolom : 150 m

• Temperatur awal : 60 °C

• Waktu penahanan awal : 15 menit

• Laju program : 30 °C/menit

• Temperatur akhir : 250 °C

• Waktu penahanan akhir : 23 menit

2. Injektor

Temperatur : 300 °C

Nisbah pembagian (split ratio) : 200 : 1

(18)

3. Detektor

Tipe : FID (nyala pengion)

Temperatur : 300 °C

Gas bahan bakar : hidrogen (sekitar 30 ml/menit) Gas pembakar : udara (sekitar 300 ml/menit) Gas penambah (make-up) : nitrogen (sekitar 30 ml/menit)

4. Gas Pembawa

Tipe : helium

Kecepatan linier rata-rata : 21 – 24 cm/s

Gas pembawa helium harus berkemurnian minimum 99,95% dan sebelum memasuki kromatografi, dilewatkan sistem/alat penyingkir oksigen dan pemurni gas. Gas hidrogen dan nitrogen untuk detektor juga harus berkemurnian 99,95% sedang udara pembakar harus bebas hidrokarbon; sebelum memasuki detektor, masing-masing dari ketiga gas ini pun disarankan dilewatkan sistem pemurni gas [15].

L5.1.2 Penyiapan, Kalibrasi dan Standarisasi

Adapun prosedur penyiapan, kalibrasi dan standarisasi adalah sebagai berikut [15]:

1. Periksa bahwa kromatograf gas (yang sebelumnya sudah dipasang selayaknya) bebas dari kebocoran. Jika terdapat kebocoran, eratkan sambungan-sambungan dan jika perlu, ganti sambungan-sambungan dengan yang baru.

2. Atur laju alir gas pembawa dan periksa bahwa kecepatan linier rata-ratanya, pada temperatur awal program, berada di antara 21 dan 24 cm/s. Pemeriksaan dilakukan dengan mengukur waktu retensi metana (CH4) pada kolom dan menghitung kecepatan linier rata-rata dengan persamaan:

𝑣= 𝐿

(19)

Keterangan:

v = kecepatan linier rata-rata gas pembawa, cm/s L = panjang kolom, cm

tm = waktu retensi metana pada kolom, s

Pengaturan laju alir dilakukan dengan membesar-kecilkan tekanan gas pembawa ke injektor.

3. Atur kondisi-kondisi operasi seperti kondisi peralatan pada L5.1.1 dan biarkan beberapa lama agar sistem mencapai kesetimbangan.

4. Zat-zat standar yang diperlukan untuk kalibrasi, yaitu heptana, metanol, etanol dan, jika dikehendaki, alkohol-alkohol monohidroksi C3 – C5, harus murni atau diketahui tingkat kemurniannya serta bebas dari komponen-komponen lain yang akan dianalisis. Khusus untuk etanol, kemurniannya harus minimum 99,5%.

5. Untuk kalibrasi, siapkan/sediakan campuran-campuran yang diketahui komposisinya dan berkadar etanol 94 – 98%-berat, metanol 0,1 – 0,5%-berat, sisanya heptana (pengganti denaturan); jika dikehendaki, campuran

bisa juga mengandung alkohol-alkohol C3 – C5 dalam jumlah kecil tetapi diketahui secara teliti.

6. Tentukan waktu retensi etanol, metanol (dan alkohol-alkohol lain) dengan menginjeksikan contoh zat-zat ini, secara sendiri-sendiri atau dalam bentuk campuran kalibrasi di atas, ke kromatograf. Pastikan bahwa tiap alkohol dapat dideteksi dan diintegrasi dengan benar. Adanya puncak yang tidak simetrik di bagian depan (front-skewed) menunjukkan bahwa kolom terbanjiri (overload) oleh komponen ini dan bahwa nisbah pembagian (split ratio) injektor terlalu kecil.

7. Plot luas puncak pada kromatogram versus konsentrasi etanol untuk campuran-campuran kalibrasi yang disebutkan di atas harus linier. Jika tidak, perbesar nisbah pembagian injektor atau buat rentang detektornya menjadi agak kurang peka.

(20)

9. Tentukan pula faktor-faktor respons relatif berbasis massa untuk metanol, etanol, dan alkohol-alkohol lain berdasar kromatogram campuran kalibrasi. Faktor respons relatif berbasis massa dari komponen i (Ri) adalah:

Ri = {(luas puncak persen massa)}i⁄ {(luas puncak persen massa)}heptana⁄

Nilai-nilai tipikal faktor respons relatif berbasis massa ditampilkan pada tabel L5.1.

Tabel L5.1 Nilai Tipikal Respon Relatif Berbasis Massa

Zat i Ri Berat jenis 15,56/15,56oC

Metanol 3,20 0,796

Etanol 2,06 0,794

L5.1.3 Prosedur Analisis

Adapun prosedur analisis menggunakan kromatografi gas adalah sebagai berikut [15]:

1. Pastikan bahwa sistem kromatograf telah berada pada kondisi operasi yang layak (misalnya seperti tertera pada sub-bagian B di atas).

2. Atur kepekaan sistem kromatograf agar tiap komponen yang kadarnya ≥ 0,002 %-massa dapat dideteksi dan diintegrasi dengan benar.

3. Injeksikan 0,1 sampai 0,5 µL contoh yang dianalisis ke dalam gerbang injeksi (injektor) dan mulai analisis. Peroleh kromatogram beserta laporan integrasi (luas) puncak-puncaknya.

L5.1.4 Perhitungan dan Pelaporan

Adapun perhitungan dan pelaporan hasil analisis adalah sebagai berikut

[15]:

1. Kalikan tiap luas puncak yang terdeteksi (Ai) dengan faktor respons relatif

(21)

2. Tentukan persen massa relatif tiap alkohol (RMi)dengan persamaan berikut:

𝑅𝑀𝑖 = 𝐴𝑖𝑅𝑖Σ 𝑥 100

𝑖𝑛𝐴𝑖𝑅𝑖

Dengan n = banyak puncak yang terdeteksi

3. Dapatkan angka persen massa air di dalam contoh yang dianalisis.

4. Tentukan %-massa alkohol-alkohol (Mi) dengan menggunakan persamaan berikut:

𝑀𝑖= 𝑅𝑀𝑖𝑥 100 𝑛𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎𝑎𝑖𝑟𝑑𝑖𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 100

5. %-volume alkohol-alkohol (Vi) dapat dihitung dengan persamaan berikut:

𝑉𝑖= 𝑀𝑖𝑥𝐷𝑐

𝐷𝑖

Keterangan:

Dc = berat jenis 15,56/15,56 °C contoh yang dianalisis (dapat diukur dengan cara hidrometri atau piknometri)

Di = berat jenis 15,56/15,56 °C komponen i (untuk metanol dan etanol, diberikan pada tabel L5.1)

6. Laporkan nilai persen massa maupun persen volume alkohol-alkohol hanya sampai 2 (dua) angka di belakang koma.

Gambar

Tabel L1.2 Data Percobaan Hasil Fermentasi dan Distilasi
Tabel L2.2 Spesifikasi Tangki Air Pendingin
Gambar L3.1 Kerangka Unit Pembuatan Bioetanol
Gambar L3.3 Dasar Tangki Distilasi
+5

Referensi

Dokumen terkait

Maka nyatalah bahwa salah satu cara rasional yang dapat digunakan untuk menghadapi kecemasan pada wanita yang memasuki usia madya dalam menghadapi menopause adalah dengan

Hasil dari penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakuakan oleh Mardisar dan Sari (2007) yang mengatakan bahwa pengetahuan berpengaruh secara signifikan

Pengembangan teknologi penangkapan ikan khususnya ikan-ikan demersal dengan menggunakan alat pancing ulur telah banyak mengalami perkembangan dalam hal teknis

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keadaan pendidikan agama dalam lingkungan keluarga siswa SMP Negeri 2 Kandanghaur Kabupaten Indramayu, mengetahui

Pada saat melompat ke bawah badan kita akan tertekuk sedikit, gerakan ini yang merupakan gerakan sekunder mirip dengan peristiwa ”penyek” yang terjadi pada bola karet yang

Skripsi Tafsir Sosial Jihad : Studi Tentang Konstruksi ..... ADLN - Perpustakaan

2.. 123 Hasil observasi aktivitas siswa pada tabel 7 di atas menunjukkan jumlah skor perolehan pada pertemuan pertama yaitu 24 dari skor maksimal 28 dengan persentase sebesar

Sama-sama berkaitan dengan pemecahan masalah siswa jika ditinjau dari kepribadian Jika dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti meneliti tentang proses berpikir siswa