LAMPIRAN I
DATA RESUME PARTISIPAN 1
1. IDENTITAS
Nama : Aulia
Usia : 49 Tahun
Tanggal pemeriksaan : September s/d Januari 2012
Tempat pemeriksaan : Home visite
2. KELUHAN
Aulia mengeluhkan dirinya selalu merasa takut, cemas dan gelisah setiap kali
membayangkan vonis, segala tindakan medis dan pengobatan yang harus ia lakukan demi
memulihkan kondisi kesehatannya. Ia merasa bahwa kanker payudaranya tidak akan
mungkin pulih dengan segera meski ia rutin melakukan pengobatan, sehingga hanya akan
memperjelas statusnya sebagai wanita yang tidak sempurna, yakni wanita sekarat yang
hanya memiliki satu payudara. Kondisi tersebut diperparah ketika ia diperlakukan
istimewa oleh orang-orang yang ada di sekitarnya, yang membuatnya merasa sedih,
marah, dan kecewa pada diri sendiri. Ia tidak ingin dianggap lemah dan dianggap tidak
berdaya dengan kondisi kesehatannya.
3. HASIL ASESMEN
a. Kesimpulan Observasi
Aulia tampil dengan sikap yang terkesan kaku, cenderung tertutup, dan hanya akan
bercerita kepada orang-orang yang ia anggap dekat atau kepada orang-orang yang ia
percaya. Ia terlihat berusaha keras menyembunyikan permasalahan yang tengah ia hadapi
walaupun ekspresi wajah dan gerakan tubuhnya tidak cukup berhasil menyembunyikan
kondisinya tersebut. Ia tidak cukup tenang, terlihat gelisah, murung, takut, sedih, dan
kecewa ketika bercerita mengenai hal yang berkaitan dengan kondisi kesehatannya. Saat
pelaksanaan tes berlangsung, Aulia cukup kooperatif, dan tidak mengalami kesulitan
dalam memahami instruksi-instruksi yang diberikan kepadanya.
b. Kesimpulan Wawancara
1) Data Autoanamnesa
Aulia berasal dari keluarga besar yang harmonis dengan delapan orang bersaudara
136
disiplin dan tegas. Ia memiliki ayah yang bertanggung jawab terhadap keluarga, dengan
menafkahi dan selalu meluangkan waktu mendampingi keluarga meski ayah sibuk dengan
pekerjaannya. Begitu juga dengan ibu yang berperan baik sebagai istri dan ibu bagi Aulia
dan para saudaranya. Kondisi tersebut membuat Aulia tumbuh menjadi pribadi yang
bertanggung jawab, pekerja keras, dan disiplin, yang kemudian menuntunnya untuk
berhasil dalam pendidikan dan pekerjaan. Akan tetapi keberhasilannya tersebut, tidak
dibarengi dengan keberhasilannya dalam menjalin hubungan kekasih. Beberapa kali dekat
dan berpacaran dengan teman laki-lakinya, selalu berujung perpisahan sampai akhirnya ia
bertemu Sofyan yang kemudian dinikahinya. Bersama Sofyan, Aulia merasa diterima apa
adanya, membuatnya merasa nyaman, dan tidak terhakimi oleh sikapnya yang terkadang
mengabaikan pasangan ketika bekerja. Semuanya berjalan lancar, meski usia pernikahan
mereka yang telah memasuki usia sebelas tahun belum juga dikaruniai keturunan.
Keduanya tetap bersabar, saling mendukung dan tetap berusaha untuk memperoleh
keturunan. Aulia tetap bahagia menjalankan perannya sebagai istri dan wanita yang
berhasil dalam karirnya.
Hingga pada tahun 2003, Aulia diberitahu oleh temannya bahwa ada yang tidak
beres dengan bentuk payudaranya yang di sebelah kiri yang ketika diraba oleh Aulia ada
benjolan sebesar kacang merah pada payudaranya ketika mereka berada di ruang ganti
selesai melakukan olah raga. Merasa tidak memiliki keluhan, Aulia tetap memeriksakan
dirinya ke dokter dan mengambil hasil biopsi keesokan harinya. Berdasarkan hasil biopsi
yang diperoleh, Aulia divonis mengidap kanker payudara di sebelah kiri, sehingga dokter
menyarankan untuk segera melakukan operasi pengangkatan payudara agar sel kanker
tidak menyebar. Akan tetapi Aulia tidak ingin melakukan pembedahan yang akan
membuatnya tidak sempurna sebagai perempuan yang hanya memiliki satu payudara. Ia
lebih memilih untuk menjalani berbagai macam pengobatan alternatif guna memulihkan
kondisi kesehatannya. Akan tetapi tiga tahun berlalu, benjolan pada payudaranya semakin
membesar hingga pecah dan mengeluarkan nanah. Aulia pada dasarnya tetap ingin
mempertahankan payudaranya dan yakin bahwa ia tetap dapat pulih tanpa melakukan
pembedahan, namun atas desakan Sofyan pada akhirnya Aulia memutuskan untuk
menjalani pembedahan.
Tidak hanya menjalani pembedahan, Aulia juga masih harus melakukan
serangkaian tindakan radiasi dan kemoterapi sebanyak 8 kali di luar negeri, namun Aulia
Selanjutnya Aulia memilih untuk melakukan pengobatan medis dengan herbal di dalam
negeri, setelah mendapat persetujuan dari dokter sebelumnya. Tindakan medis yang
dijalani Aulia, membuatnya memiliki banyak memiliki keterbatasan dan juga ditambah
dengan rasa kaku dan bengkak pada tangan kirinya yang sulit untuk digerakkan. Selain itu,
tindakan medis dengan mengangkat sebelah payudaranya membuat Aulia merasa tidak
menarik secara fisik, yang kemudian membuatnya tidak percaya diri untuk bertemu
banyak orang, bahkan jika harus bertemu dan berhadapan dengan orang-orang di
rumahnya, termasuk Sofyan. Aulia merasa rendah diri, malu, dan kehilangan gairah di
hadapan Sofyan sehingga akhirnya memutuskan untuk tidak lagi melakukan hubungan
suami istri. Sofyan memahami kondisi Aulia dan terus mendukungnya, namun Aulia
merasa kecewa dengan hidupnya yang tidak sempurna sebagai perempuan, karena
penyakit yang ia derita tidak hanya membuat perannya terbatas, namun juga aktivitasnya
dan tidak memungkinkannya untuk memiliki keturunan. Menyadari kondisinya tersebut, ia
dan Sofyan akhirnya memutuskan untuk mengasuh seorang anak di tahun 2007. Kehadiran
anak tersebut, membuat Aulia merasa hidupnya berarti dan harus diperjuangkan. Ia
kemudian beranjak pulih dari penyakitnya, dan kembali bekerja. Aulia merasa
kebahagiaannya kembali dengan perannya sebagai istri, ibu, dan wanita yang mandiri.
Akan tetapi di akhir tahun 2011, Aulia merasakan ada yang tidak beres dengan lengan
kirinya selesai berolahraga. Ia mulai curiga bahwa sel kankernya kembali tumbuh,
sehingga di hari yang sama ia kembali memeriksakan payudaranya ke dokter. Hasil
pemeriksaan dan biopsi dokter menyatakan bahwa kankernya telah tumbuh di
ketiak/aksila sebelah kiri, sehingga dokter menyarankannya untuk melakukan kemoterapi
sebanyak 12 kali. Aulia merasa sangat ketakutan dengan vonis dokter mengenai kondisi
kesehatannya, yang mengharuskannya kembali menjalani kemoterapi.
Selama 11 kali menjalani kemoterapi, Aulia memutuskan untuk tidak
menyelesaikan kemoterapinya dan menyisakan satu kali lagi kemoterapi. Bayangan akan
vonis, segala tindakan medis dan pengobatan yang harus ia lakukan demi memulihkan
kondisi kesehatannya membuatnya merasa takut, cemas dan gelisah. Ia merasa bahwa
kanker payudaranya tidak akan mungkin pulih dengan segera meski ia rutin melakukan
pengobatan, sehingga hanya akan memperjelas statusnya sebagai wanita yang tidak
sempurna, yakni wanita sekarat yang hanya memiliki satu payudara. Kondisi tersebut
diperparah ketika ia merasa diperlakukan istimewa oleh orang-orang yang ada di
138
merasa tidak nyaman dengan bantuan orang lain, ia tidak ingin dianggap lemah dan
dianggap tidak berdaya dengan kondisi kesehatannya, yang ia rasa semakin hari semakin
memburuk.
2) Data Alloanamnesa
Diperoleh dari : Sheira* (47 tahun, perempuan)
Hubungan dengan Aulia : Sahabat dan rekan kerja
Sheira merupakan sahabat sekaligus rekan kerja Aulia di kantor, yang merupakan
salah satu orang terdekat yang dipercaya Aulia untuk berbagi cerita dan keluh kesahnya.
Menurut Sheira, semenjak didiagnosa kanker payudara oleh dokter, dan disarankan untuk
mengikuti serangkaian tindakan medis ada banyak hal yang berubah dari Aulia. Ia menjadi
pemurung, penyendiri, tidak bersemangat dan tidak lagi aktif dalam banyak kegiatan dan
pertemuan, terutama untuk kegiatan informal yang menjadi kegiatan favoritnya sebelum
sakit. Selain itu, Aulia juga selalu menghindari pembicaraan yang mengarah pada kondisi
kesehatannya. Perubahan tersebut semakin bertambah ketika dokter mendiagnosa
kankernya kembali tumbuh dan disarankan untuk kembali menjalani beberapa tindakan
medis, diantaranya kemoterapi. Aulia pernah mengatakan bahwa ia kecewa dan putus asa
dengan pengobatan yang tidak berhasil membuat kondisi kesehatannya membaik. Ia takut
ke depan kondisi kesehatannya semakin memburuk, dengan diagnosa baru dan kembali
menjalani pengobatan medis. Ia sudah sangat kecewa dan putus asa dengan vonis dan
tindakan medis saat ini yang telah membatasi peran dan aktivitasnya, sehingga tidak dapat
membayangkan kondisi yang lebih parah dari saat sekarang yang membuatnya dibayangi
rasa takut hari demi hari. Semenjak itu, ia semakin jarang aktif dalam berbagai kegiatan
informal favoritnya, dan menghindari pertanyaan serta pembicaraan seputar kesehatannya.
Ia juga semakin sangat sensitif dalam keseharian, mudah tersinggung dengan perlakuan
yang diberikan oleh rekan-rekan kerja di kantor. Perlakuan biasa dianggap Aulia sebagai
perlakuan istimewa yang merendahkannya sebagai karyawan dengan status kesehatannya.
Diperoleh dari : Nina* (29 tahun, perempuan)
Hubungan dengan Aulia : Pekerja yang dianggap teman
Nina merupakan pekerja rumah tangga yang telah bekerja dengan Aulia saat Aulia
divonis kanker payudara yang pertama. Menurut Nina, kondisi Sofyan yang dari awal
lebih banyak menghabiskan waktu di luar kota untuk bekerja, membuat Aulia juga lebih
banyak mengisi harinya untuk bekerja di kantor meski Aulia sudah di vonis kanker
menjalani pengobatan medis yang terakhir, Aulia lebih sering menghabiskan waktunya di
rumah. Aulia sering mengalami suasana hati yang tidak menyenangkan karena dibayangi
ketakutan-ketakutan akan vonis dan pengobatan medis selanjutnya jika kondisi
kesehatannya semakin memburuk. Hal tersebut membuat Aulia menjadi murung, tidak
bersemangat dalam keseharian, dan menghindari tamu yang datang ke rumah baik itu
keluarga maupun teman kerja, Aulia juga terkadang keberatan dan merasa tidak nyaman
dengan pekerjaan-pekerjaan rumah yang dikerjakan sehingga memilih untuk
mengerjakannya sendiri, meski setelah itu ia butuh istirahat lebih lama untuk memulihkan
kondisi fisiknya yang lelah.
c. Kesimpulan Tes
1) Tes Inteligensi
Berdasarkan hasil pemeriksaan inteligensi menunjukkan bahwa Aulia memiliki
kapasitas kecerdasan yang berfungsi pada taraf rata-rata atas (Full Scale IQ=114 menurut
skala Wechsler). Pada kemampuan verbal, hal yang menonjol adalah kemampuan Aulia
dalam perkembangan konsep berbahasa, kelancaran dalam hal verbal, memiliki
kemampuan untuk mengekspresikan gagasan secara mudah dan fleksibel, dan memiliki
long term memory yang cukup baik. Untuk kemampuan performance, kemampuan yang
paling menonjol adalah kemampuan dalam hal identifikasi dan perhatian visual, kesadaran
terhadap detail dalam lingkungan, dan kemampuan untuk membedakan objek. Meskipun
demikian, daya ingat jangka pendeknya cenderung kurang baik, ia kurang dapat
berkonsentrasi dan mempertahankan perhatian, terkadang mudah terdistraksi atau
mengalami gangguan rentang perhatian, dan visual motorik yang kurang baik. Hal ini
membuatnya sulit berkonsentrasi dan beradaptasi terhadap hal-hal baru, sehingga
membuatnya rentan mengalami kecemasan.
2) Tes Kepribadian
Berdasarkan hasil tes kepribadian, dapat dikatakan bahwa Aulia memiliki konsep
diri yang cenderung negatif. Ia cemas, lelah dan bosan dalam menghadapi tuntutan dalam
hidupnya (TAT). Tuntutan tersebut berkaitan dengan kondisi kesehatannya, yang ia yakini
dipengaruhi oleh kemampuan, minat, usaha dan dukungan dari orang-orang di sekitarnya
(TAT, HLOC). Ia kurang mampu, butuh waktu dan kenyamanan, serta perhatian,
kepedulian dan dukungan untuk membantunya terlepas dari permasalahan yang ada (HT,
TAT). Dalam berinteraksi, Aulia cenderung lebih mudah dan menyenangi interaksi
140
dan seumuran dengannya. Dengan orang-orang yang lebih muda, Aulia lebih dapat
bersikap peduli dan menyayangi, dibandingkan dengan orang-orang yang seumuran dan
lebih tua darinya. Hal ini berkaitan dengan kebutuhannya yang ingin diperhatikan,
dipahami dan dipedulikan (TAT).
4. GAMBARAN PSIKOLOGIS
Berdasarkan hasil pemeriksaan psikologis, masalah yang dihadapi Rima dapat
dijelaskan dengan teori humanistik dari tokoh Carl Rogers. Dalam hal ini dapat dilihat
bahwa isi self Aulia adalah disiplin, tanggung jawab dan memiliki keinginan/tekad yang
kuat. Isi self tersebut berkembang dari riwayat keluarganya yakni Aulia yang berasal dari
keluarga besar yang harmonis dengan pola asuh orang tua yang disiplin dan tegas. Dia
menyenangi ayah yang memiliki tanggung jawab terhadap keluarga, dengan menafkahi
dan selalu meluangkan waktu mendampingi keluarga meski ayah sibuk dengan
pekerjaannya. Begitu juga dengan ibu yang berperan baik sebagai istri dan ibu bagi Aulia
dan para saudaranya. Kondisi tersebut membuatnya mengembangkan ideal self berupa
menjadi wanita yang berhasil dalam pekerjaan, menjadi istri yang melayani suami dengan
baik dan sebagai ibu dengan memiliki anak dan mendampingi mereka tumbuh dewasa.
Dalam perjalanan hidup selanjutnya, Aulia memilih dan memutuskan menikah
dengan Sofyan yang ia anggap dapat dijadikan pasangan hidup yang mampu memahami
dan menerimanya dengan segala kondisi yang ada padanya. Bersama Sofyan, membuat
Aulia merasa bahwa ideal selfnya akan terpenuhi. Akan tetapi beberapa tahun berselang,
kehidupannya berubah ketika ia divonis menderita kanker payudara dan harus menjalani
beberapa tindakan medis guna penyembuhan dan pemulihan kondisi kesehatannya. Mulai
saat itu, Aulia merasa sulit dan terhambat menjalankan perannya. Kondisi ini tidak sesuai
dengan ideal self yang ada padanya. Hal ini dapat menimbulkan kecemasan (anxiety),
yang didasari oleh hambatannya untuk melakukan organismic valuing process ketika ia
berperan sebagai wanita, istri dan ibu dalam kondisi sakit. Ia menyadari kondisi tersebut,
namun ia terhambat dalam mengevaluasi keadaan berkaitan dengan kondisi kesehatannya
sehingga menimbulkan persepsi bahwa dengan kondisi kesehatan yang kemungkinan
semakin memburuk, membuatnya tidak mampu menjalankan peran yang sesuai dengan
ideal selfnya. Kondisi ini terjadi dipengaruhi oleh condition of worth yang merupakan
perkembangan positive regard ke positive self regard yang dimilikinya, dimana ia
yakni ketika dalam kondisi sesulit apapun, ia mampu menyelesaikannya. Misalnya ketika
ia berhasil mencapai posisi terbaik yang ia inginkan dalam pekerjaan dan ketika ia berhasil
mempertahankan posisinya tersebut.
Pengalaman-pengalaman tersebut membuat Aulia tidak dapat menerima/menolak
keadaannya saat ini yang memiliki masalah berkaitan dengan kondisi kesehatannya
sehingga memicunya untuk mengalami ketakutan, kecemasan, dan kegelisahan. Ia
mengembangkan defensive berupa distortion, dengan membiarkan pengalaman muncul ke
kesadaran tetapi dalam bentuk yang sesuai dengan self. Kondisi ini membuatnya menjadi
semakin sensitif, mudah marah dan mudah sedih, hingga akhirnya menjadi sering
berselisih paham dengan orang-orang terdekatnya. Ia merasa dikasihani karena
penyakitnya, dan hal tersebut membuatnya merasa tidak nyaman.
5. DIAGNOSA
Axis I : 293.84 Anxiety Disorder Due to General Medical Condition
Axis II : V71.09 No Diagnosis, represi (menekan perasaan untuk menghindari
konflik)
Axis III : Carcinoma mamae with metastase pulmo
Axis IV : Occupational problem; difficult work condition (sulit/terhambat
melakukan tugas-tugas rumah dan tugas-tugas kantor)
Axis V : 65
6. SARAN
Berdasarkan hasil pemeriksaan psikologis, disarankan agar Aulia mengikuti well
being therapy. Tujuan dari terapi ini adalah agar Aulia mampu meminimalisir/mereduksi
emosi-emosi negatif dan meningkatkan emosi-emosi positif dalam dirinya berkaitan
dengan kondisi kesehatannya, sehingga Aulia lebih terbuka dan mampu untuk menerima
LAMPIRAN II
DATA RESUME PARTISIPAN II
7. IDENTITAS
Nama : Rheina
Usia : 39 Tahun
Tanggal pemeriksaan : September s/d Januari 2012
Tempat pemeriksaan : Home visite
8. KELUHAN
Rheina selalu merasa takut, cemas dan gelisah setiap kali ada bagian tubuhnya
yang terasa nyeri dan sakit. Ia merasa khawatir bahwa penyakit kanker payudara yang ia
derita telah menyebar dan menggerogoti bagian tubuhnya yang lain, sehingga akan
kembali membuat kondisinya tidak berdaya dan memperjelas statusnya sebagai
perempuan yang tidak sempurna. Ketidaksempurnaan yang ia maksud adalah menjadi
hanya memiliki sebelah payudara, dan terbatas dalam menjalankan peran sebagai istri
untuk membantu suami menafkahi keluarga dan sebagai ibu yang mendampingi
anak-anaknya tumbuh dewasa. Kondisi ini membuatnya lebih sensitif dan sering berselisih
paham dengan orang-orang terdekatnya.
9. HASIL ASESMEN
d. Kesimpulan Observasi
Rheina bersikap ramah dan ingin selalu terlihat ceria meski ia sedang dihadapkan
pada permasalaha hidup berkaitan dengan kondisi kesehatannya. Ia cenderung tertutup,
dan hanya akan bercerita kepada orang-orang yang dianggap dekat atau orang-orang yang
ia percaya. Selama pemeriksaan, ia cukup ekspresif untuk menunjukkan emosi-emosi
negatif yang ada dalam dirinya, seperti ketika mengekspresikan perasaan sedih, perasaan
kesal, perasaan takut, perasaan marah, dan perasaan kecewanya. Perasaan-perasaan
tersebut tergambar jelas ketika ia bercerita mengenai keluhan dan permasalahan yang ia
alami. Ia juga tidak mengalami kesulitan untuk memahami instruksi-instruksi yang
143
meski ayah mencukupi kebutuhan hidup mereka. Rheina tumbuh dalam kondisi ayah yang
jarang ada bersama mereka dan ibu pengganti yang tidak mampu berperan menjadi sosok
ibu yang diharapkan. Sosok ibu yang diharapkan yang ia maksud adalah sosok ibu yang
menyayangi, mendampingi, dan memenuhi segala kebutuhan Rheina dan saudaranya.
Kondisi tersebut membuatnya tumbuh mandiri dengan peran sebagai kakak sekaligus ibu
bagi adiknya. Ketekunan dan kerja keras membuatnya berhasil menyelesaikan pendidikan
dengan nilai yang cukup memuaskan, meski butuh kesabaran sebelum akhirnya ia berhasil
mendapatkan pekerjaan.
Rheina sempat menjalin hubungan dengan beberapa pria, namun pada akhirnya
selalu berakhir dengan kesedihan dan kecewaan. Rheina kemudian bertemu dengan Rudy
yang dianggap memahami dan menerima segala kekurangan dan kelebihannya. Ia
kemudian menikah dengan Rudy dan mereka pun dikaruniai dua orang anak. Kehidupan
pernikahannya berjalan harmonis meski kesulitan ekonomi dan campur tangan dari pihak
keluarga Rudy sering kali menjadi permasalahan tersendiri di keluarga kecil mereka.
Rheina yang ikut membantu Rudy mencari nafkah, membuatnya mengabaikan rasa lelah
dan tidak pernah mengeluh. Ia tidak pernah mengalami keluhan-keluhan berkaitan dengan
fisiknya sampai suatu hari di bulan Maret 2007, Rheina merasa nyeri di payudaranya
sebelah kanan dan ia mudah lelah ketika menjalani aktivitasnya. Rheina berusaha
mengabaikan keluhan fisiknya sampai kondisinya semakin hari semakin
mengkhawatirkan, sehingga Rudy membawanya memeriksakan diri ke dokter. Setelah
pemeriksaan, diketahui bahwa Rheina memiliki tumor jinak yang tumbuh di sebelah kanan
payudaranya sehingga harus dilakukan operasi untuk pengangkatan tumor jinak tersebut.
Rheina merasa sedih, shock, namun ia berusaha bersikap tegar setelah mendapat dukungan
dari suami, anak-anak, dan keluarganya. Saat itu ia berpikir bahwa ia harus tetap sehat
demi keluarganya, meski kesehatannya harus melalui operasi untuk mengambil penyakit
dari tubuhnya.
Setelah operasi pengangkatan, Rheina tidak mengalami keluhan yang signifikan
kembali dapat bekerja dan beraktivitas seperti sebelumnya. Akan tetapi pada bulan
September di tahun yang sama, ia kembali merasakan keluhan di payudara sebelah
kanannya yang dirasa sangat mengganggu aktivitasnya sehari-hari. Pada awalnya ia
abaikan sampai akhirnya suami memaksanya kembali memeriksakan diri ke dokter. Hal
yang mengejutkan Rheina dari pemeriksaan tersebut adalah ketika dokter kembali
memberitahu Rheina bahwa telah tumbuh tumor ganas/kanker pada payudaranya yang di
sebelah kanan. Hal ini membuat Rheina harus melakukan operasi pengangkatan pada
seluruh payudara sebelah kanannya. Rheina merasa kecewa, sedih, shock, dan tidak terima
atas ujian kesehatan yang menimpanya. Ia merasa ujian yang ditujukan padanya sangat
berat untuk dipikul, membuatnya tidak berdaya sehingga pada akhirnya ia menyerah
dengan kondisi yang mengharuskannya hanya memiliki sebelah payudara. Setelah
pembedahan, Rheina menjadi tidak percaya diri dengan bentuk payudaranya, terutama
ketika meraba bagian payudaranya, ketika berhadapan dengan suami, dan ketika melihat
bentuk payudara wanita lain yang masih utuh. Akan tetapi, Rheina masih tetap melakukan
hubungan suami istri dengan Rudy, meski ia sering kali merasa tidak nyaman dengan
bentuk payudaranya. Rheina sering menyamarkan bentuk payudaranya dengan segala cara
seperti menambahkan ganjalan di dalam bra yang ia pakai, dengan memakai jilbab yang
menjuntai ke bawah menutupi payudaranya dan dengan memakai pakaian yang longgar
dari yang biasa ia pakai.
Selain pembedahan, Rheina juga masih harus mengikuti radiotherapy sebanyak 25
kali, dan kemoterapi sebanyak 11 kali yang membuatnya sulit tidur, merasakan mual,
muntah, panas, kaku, nyeri, rambut rontok, dan sebagainya, sebagai efek radiotherapy dan
kemoterapi yang ia jalani. Rheina merasa beban dan ujian hidupnya semakin berat,
membuatnya semakin tidak berdaya dan merasa tersakiti dengan vonis dan segala tindakan
medis yang harus ia lakukan demi memulihkan kondisi kesehatannya. Akan tetapi dari
semua hal yang terjadi berkaitan dengan pemulihan kesehatannya, baginya hal yang tidak
mampu dipulihkan adalah kondisinya yang tidak lagi sebagai wanita sempurna, yakni
wanita yang menderita penyakit kanker payudara yang hanya memiliki satu payudara. Ia
tidak menyukai bentuk payudara dimana satu payudara sudah tidak ada lagi, dan sering
kali bersedih dan menjadi lebih sensitif dalam keseharian. Meski demikian, Rheina
berupaya untuk tetap terlihat tegar dan termotivasi berkat dukungan keluarga, terutama
dari suami dan anak-anaknya. Ketika melihat kedua anaknya, ia dapat menjadi lebih kuat
145
ketika dulu ia di masa kanak-kanak. Hal tersebut membuat Rheina membiasakan diri
dengan penyakit dan payudaranya yang hanya tinggal sebelah, membuatnya kembali
beraktivitas, dan menjalankan perannya sebagai istri dan ibu bagi anak-anaknya. Meski
demikian perasaan sedih dan kecewa dalam dirinya masih saja sering muncul.
Pada tahun 2011, Rheina kembali merasakan keluhan pada bagian lengan
kanannya yang terasa nyeri dan tegang ketika digerakkan. Selain itu, ia sering merasa
sesak dan sulit bernafas ketika ia telah lelah beraktivitas. Kondisi tersebut membuatnya
khawatir dan takut jika ia menderita penyakit baru. Rheina yang kemudian ditemani oleh
suaminya, kembali memeriksakan diri ke dokter. Kekhawatiran Rheina pun terjawab
ketika dokter kembali memvonis bahwa kankernya kembali tumbuh di ketiak/aksila
sebelah kanan, meski massanya tidak terlalu besar. Selain itu, sel kanker yang ada di tubuh
Rheina telah mulai menyebar hingga ke paru yang terkadang membuatnya sesak dan sulit
bernafas. Kondisi ini membuat Rheina harus kembali mengikuti kemoterapi sebanyak 6
kali, yang jadwalnya akan berakhir pada bulan September 2012. Kemoterapi tahap lanjut
yang dijalani Rheina, sangat menguras energi dan keikhlasannya. Ia merasakan efek fisik
dan mental yang lebih parah dibandingkan kemoterapi tahap sebelumnya. Saat ini Rheina
menjadi sangat hati-hati dan menjadi sangat perasa ketika ia merasakan nyeri, sakit atau
hal yang tidak beres pada tubuhnya. Ia menjadi takut, cemas dan gelisah, merasa khawatir
bahwa penyakit kanker payudara yang ia derita telah menyebar dan menggerogoti bagian
tubuhnya yang lain. Ia tidak ingin kembali sakit yang membuatnya tidak berdaya dan
memperjelas statusnya sebagai perempuan yang tidak sempurna. Ketidaksempurnaan yang
ia maksud adalah menjadi hanya memiliki satu payudara dan terbatas dalam menjalankan
peran sebagai istri yang membantu suami menafkahi keluarga, dan sebagai ibu yang
mendampingi anak-anaknya tumbuh dewasa. Di satu sisi Rheina menyadari bahwa
penyakit yang dideritanya membuatnya banyak memiliki keterbatsaannya, namun di sisi
lain ia merasa tidak nyaman jika harus meminta bantuan dan perhatian dari orang lain
meski ia merasa membutuhkannya. Kondisi tersebut membuat Rheina lebih sensitif,
menjadi mudah marah dan mudah sedih, sehingga menjadi sering berselisih paham dengan
2) Data Alloanamnesa
Diperoleh dari : Rudy* (43 tahun, laki-laki)
Hubungan dengan Rheina : Suami
Menurut Rudy, vonis kanker payudara dan serangkaian tindakan medis yang
dilakukan oleh dokter telah membuat banyak perubahan pada Rheina, dari yang dulunya
bersemangat dalam banyak hal, ceria, banyak bicara dan terbuka, berubah menjadi
murung, banyak memiliki ketakutan, bersikap tertutup dan sensitif untuk hal-hal yang
tidak pada tempatnya dan terkadang sensitif tanpa alasan yang jelas. Kadang Rheina
mengawali hari dengan ceria dan bersemangat untuk mempersiapkan barang dagangannya,
namun mendadak marah ketika Rudy dan kedua anak mereka membantunya tanpa
diminta. Akan tetapi di waktu lain ketika Rudy melihat Rheina mengawali hari dengan
ceria dan semangat, maka ia dan kedua anaknya menunggu waktu kapan mereka harus
membantu, namun hal tersebut malah membuat Rheina marah. Rudy sering mendapati
Rheina murung, dan ketika ditanya atau ketika Rudy mencoba menghiburnya, maka
Rheina malah lebih murung, bahkan juga terkadang memicu kemarahan Rheina. Kondisi
perubahan yang terjadi pada Rheina sering membuat Rudy bingung dalam bersikap dan
sering kali memicu perselisihan mulut diantara ia dan Rheina. Rheina sulit diajak bicara
dengan baik-baik, dan selalu berpikir bahwa orang-orang yang ada di sekitarnya terutama
keluarga tidak ada yang peduli dan perhatian padanya. Rudy mencoba memahami kondisi
kesehatan Rheina, dan memberi pengertian kepada kedua anak mereka untuk juga
memahami dan sabar dalam menghadapi Rheina, serta terus mendukung agar Rheina bisa
sehat, ceria dan bersemangat lagi seperti sebelumnya.
Diperoleh dari : Reza dan Erna* (15 dan 11 tahun, laki-laki dan perempuan)
Hubungan dengan Rheina : Anak
Menurut Reza dan Erna, Rheina banyak berubah sikap semenjak bermasalah
dengan kondisi kesehatanannya. Perubahan sikap tersebut seperti mudah sensitif dalam
keseharian, dan khawatir yang berlebih terhadap segala hal yang terkait dengan
perubahan-perubahan yang Rheina rasakan dalam tubuhnya. Rheina sering sensitif untuk
hal yang tidak pada tempatnya, dan seringnya tanpa alasan yang bisa dimengerti oleh Reza
dan Erna. Rheina juga sering berpikir kalau ia menghadapi sendiri penyakitnya, tanpa ada
satu orang pun yang peduli dan mengerti dia, padahal Rheina yang sering kali
menganggap salah kepedulian dan perhatian yang diberi. Kondisi ini membuat hubungan
147
keduanya bingung dalam mencari cara terbaik untuk memperlakukan ibunya tersebut, agar
tetap semangat melawan penyakitnya.
f. Kesimpulan Tes
1) Tes Inteligensi
Hasil pemeriksaan inteligensi menunjukkan bahwa Rheina memiliki kapasitas
kecerdasan yang berfungsi pada taraf rata-rata atas (Full Scale IQ=110 menurut skala
Wechsler). Pada kemampuan verbal, hal yang menonjol adalah kemampuan Rheina dalam
perkembangan konsep berbahasa, kelancaran dalam hal verbal, memiliki kemampuan
untuk mengekspresikan gagasan secara mudah, dan memiliki long term memory yang
cukup baik. Namun ia kurang memiliki kemampuan dalam penalaran angka dan
komputansi, kurang dapat mengingat hal-hal yang sifatnya jangka pendek, tidak mampu
berfikir fleksibel sehingga rentan mengalami kecemasan. Untuk kemampuan performance,
kemampuan yang paling menonjol adalah kemampuannya dalam hal identifikasi dan
perhatian visual, serta kesadaran terhadap detail. Sedangkan kemampuan yang kurang
dapat dilakukannya adalah kemampuan untuk membedakan atau menghubungkan antara
satu objek dengan objek lainnya, kemampuan dalam hal visual motorik, dan kemampuan
untuk belajar dan merespon hal baru, sehingga ia mengalami kesulitan ketika dihadapkan
pada persoalan-persoalan baru di dalam kehidupannya.
2) Tes Kepribadian
Hasil tes kepribadian menunjukkan bahwa Rheina memiliki konsep diri yang
cenderung negatif. Ia merasa tidak yakin dan cemas akan ketidakmampuannya dalam
mewujudkan apa yang menjadi keinginan dan harapannya (TAT). Hal ini terkait dengan
kondisi kesehatannya, yang ia yakini dipengaruhi oleh kemampuan, minat, usaha,
nasib/takdir dan dukungan dari orang-orang di sekitarnya untuk mendukung dan
mendengarkannya, untuk menyayangi, perhatian dan peduli padanya (HT, HLOC, TAT).
Akan tetapi ia merasa lingkungan sekitar meninggalkannya, mengabaikannya dan
menolaknya (TAT). Ia cenderung lebih mudah dan menyenangi interaksi dengan
orang-orang yang lebih tua darinya yang membuatnya mampu bersikap menyayangi dan
menunjukkan kepeduliannya, dibandingkan dengan orang-orang yang lebih muda dan
seumuran dengannya. Meski pada dasarnya ia juga dapat bersikap menyayangi dan peduli
pada orang-orang yang lebih muda dan seumur dengannya, namun terkadang pengabaian
dan penolakan dari mereka membuatnya merasa khawatir dan mengalami kekecewaan
secara emosi sehingga ia rentan mengalami kecemasan terutama ketika dihadapkan pada
permasalahan-permasalahan baru di dalam kehidupannya (HT, TAT)
10.GAMBARAN PSIKOLOGIS
Berdasarkan hasil pemeriksaan psikologis, masalah yang dihadapi Rheina dapat
dijelaskan dengan teori humanistik dari tokoh Carl Rogers. Dalam hal ini dapat dilihat
bahwa isi self yang dimiliki Rheina adalah tanggung jawab, punya keinginan/tekad yang
kuat. Isi self ini berkembang dari riwayat keluarganya. Rheina memiliki ideal self berupa
untuk menjadi seseorang yang bertanggung jawab dengan berperan sebagai istri yang
membantu menafkahi keluarga, dan sebagai ibu yang menyayangi dan mendampingi
anak-anaknya hingga tumbuh dewasa.
Dalam perjalanan hidup Rheina selanjutnya, setelah beberapa kali pacaran yang
berakhir karena pasangan Rheina menganggap Rheina wanita yang kurang peduli pada
pasangan, Rheina akhirnya menikah dengan Rudy dan mereka pun dikaruniai dua orang
anak. Rudy mampu memahami dan menerimanya, dan bersama Rudy membuat Rheina
merasa bahwa akan terpenuhi ideal selfnya. Akan tetapi beberapa tahun berselang,
kehidupan Rheina berubah ketika ia divonis menderita kanker payudara dan harus
menjalani beberapa tindakan medis guna penyembuhan dan pemulihan kondisi
kesehatannya. Mulai saat itu, Rheina merasa sulit dan terhambat menjalankan perannya.
Kondisi ini tidak sesuai dengan ideal self yang ada pada Rheina, dan menimbulkan
kecemasan (anxiety) pada dirinya. Hal ini didasari oleh hambatannya untuk melakukan
organismic valuing process ketika ia berperan sebagai ibu dalam kondisi sakit. Ia
menyadari kondisinya, namun ia tidak mau mengevaluasi keadaan berkaitan dengan
kondisi kesehatannya sehingga menimbulkan persepsi bahwa dengan kondisi
kesehatannya yang kemungkinan semakin memburuk, membuatnya tidak mampu
menjalankan peran sebagai istri dan ibu sesuai dengan ideal selfnya. Kondisi ini terjadi
dipengaruhi oleh condition of worth yang merupakan perkembangan positive regard ke
positive self regard yang dimiliki oleh Rheina, dimana ia memiliki tuntutan yang tinggi
pada dirinya. Hal ini dikembangkan dari pengalamannya yakni ketika dalam kondisi
sesulit apapun, Rheina mampu menyelesaikannya. Misalnya ketika ia berhasil berperan
menjadi sosok ibu bagi saudaranya saat mereka tidak memiliki sosok ibu, dan ketika ia
berhasil mendampingi suami dan keluarga saat keluarga besar suami melecehkan kondisi
149
Pengalaman-pengalaman tersebut membuat Rheina tidak dapat menerima/menolak
keadaannya saat ini yang memiliki masalah berkaitan dengan kondisi kesehatannya
sehingga memicunya untuk mengalami ketakutan, kecemasan, dan kegelisahan setiap kali
merasakan sakit dan nyeri atau hal yang tidak beres pada tubuhnya. Apa yang terjadi pada
Rheina berkaitan dengan kondisi kesehatannya, merupakan defensive yang muncul pada
dirinya. Defensive yang dikembangkan oleh Rheina yaitu denial. Rheina mempersiapkan
struktur self dari ancaman dengan menolak munculnya pengalaman yang menimbulkan
kecemasan tersebut. Kondisi ini membuat Rheina menjadi semakin sensitif, mudah marah
dan mudah sedih, hingga akhirnya menjadi sering berselisih paham dengan orang-orang
terdekatnya. Rheina merasa perhatian dan penghargaan dari orang-orang di sekitarnya
tidak tulus dan hanya untuk membuatnya senang. Rheina merasa dirinya dikasihani karena
penyakitnya, dan hal tersebut membuat Rheina merasa tidak nyaman. Ia merasa dirinya
menjadi beban orang-orang di sekitarnya.
11.DIAGNOSA
Axis I : 293.84 Anxiety Disorder Due to General Medical Condition
Axis II : V71.09 No Diagnosis
Axis III : Carcinoma mamae with metastase pulmo
Axis IV : Occupational problem; stressful work schedule (sulit/terhambat
melakukan pekerjaan rumah dan pekerjaan sebagai pedagang), stressful
work schedule (jadwal tugas/pekerjaan yang padat dalam keseharian)
Axis V : 63
12.SARAN
Berdasarkan hasil pemeriksaan psikologis, disarankan agar Rheina mengikuti well
being therapy. Tujuan dari terapi ini adalah agar Rheina memiliki kemampuan untuk
meminimalisir/mereduksi emosi-emosi negatif dan meningkatkan emosi-emosi positif
dalam dirinya berkaitan dengan kondisi kesehatannya, sehingga ia mampu untuk
menerima kondisinya saat ini dan menjalin hubungan yang positif dengan orang-orang
LAMPIRAN III
150
MODUL/RANCANGAN WELL-BEING THERAPY UNTUK PENDERITA KANKER PAYUDARA
MODUL I
Initial Session (Pembukaan)
Sesi 1. Pembukaan dan Identifikasi Masalah
Tujuan:
Partisipan mendapatkan insight untuk meminimalisir dan bahkan menghilangkan pikiran dan keyakinan (interupsi premature) yang menghambatnya memperoleh well being yang optimal.
Waktu: 120 menit
Teknik: Diskusi dan self monitoring
Kegiatan:
1. Peneliti menjelaskan cara penggunaan lembar “Suasana Hati”
2. Peneliti memberikan informasi dan pemahaman pada partisipan mengenai terapi yang akan diberikan (alasan, tujuan, waktu/durasi, peran terapis dan peran partisipan) 3. Peneliti menjelaskan mengenai episodes of well-being dan meminta partisipan untuk
memberikan contoh dalam hidupnya. Setelah partisipan memberikan contoh yang benar, peneliti dapat menjelaskan tentang self observation, diikuti dengan contoh dari partisipan. Terapis meminta partisipan untuk memberikan contoh kejadian dengan intensitas dari sangat buruk, buruk, cukup, baik, sangat baik
Alat bantu: 1. Alat tulis
2. Lembar Suasana Hati 3. Lembar Observasi Diri
MODUL II
Intermediate session (cognitive resctructuring) Sesi 2. Cognitive resctructuring: self-acceptance 1
Tujuan:
Partisipan mendapatkan insight untuk memiliki sikap positif terhadap dirinya, dan merasa positif dengan hal yang terjadi.
Waktu: 120 menit
Kegiatan:
1. Pemeriksaan tugas episodes well-being. Tugas diperiksa dan didiskusikan untuk mendapatkan gambaran mengenai pemahaman partisipan akan episodes of well being dan menuntunnya agar mendapat insight akan potensi yang ia miliki.
2. Peneliti meminta partisipan untuk menceritakan bagaimana ia mengatasi situasi-situasi dimana ia merasa tidak beruntung (menderita sakit)
3. Peneliti memperkenalkan dan mengajarkan penggunaan Lembar Potensiku kepada partisipan yang dapat membantu partisipan menganalisa potensi yang ia miliki saat dihadapkan pada situasi-situasi dimana ia merasa tidak beruntung (menderita sakit) 4. Dari hasil pengisian Lembar Potensiku, partisipan dapat memiliki sikap menerima diri
apa adanya dari segi positif maupun negatif, dan memiliki pandangan positif terhadap kondisi kesehatannya
Alat bantu: 1. Alat tulis
2. Lembar Potensiku
MODUL III
Intermediate session (cognitive resctructuring) Sesi 3. Cognitive resctructuring: self-acceptance 2
Tujuan:
1. Pemeriksaan tugas episodes well-being. Tugas diperiksa dan didiskusikan untuk mendapatkan gambaran mengenai pemahaman partisipan akan episodes of well being dan menuntunnya agar mendapat insight akan hikmah dari kondisi kesehatannya 2. Peneliti meminta partisipan menceritakan situasi-situasi dimana partisipan merasa puas
dengan dirinya, senang dengan apa yang terjadi dan memiliki hal yang sesuai dengan harapannya. Lalu partisipan juga diminta untuk menceritakan situasi-situasi dimana partisipan merasa tidak puas dengan dirinya, kecewa dengan apa yang terjadi dan harapannya dalam kondisi sekarang.
3. Peneliti memperkenalkan dan mengajarkan pengunaan Lembar Caraku Bersyukur kepada partisipan untuk membantunya menganalisa hal-hal positif dan negatif yang terjadi semenjak bermasalah dengan kondisi kesehatan. Lalu menyebutkan apa yang sepantasnya dilakukan.
152
Alat bantu: 1. Alat tulis
2. Lembar Caraku Bersyukur
MODUL IV
Intermediate session (cognitive resctructuring) Sesi 4. Cognitive resctructuring: positive relation with other
Tujuan:
Partisipan dapat memiliki insight untuk memiliki hubungan positif, hangat dan dapat dipercaya dengan orang-orang terdekat dan orang-orang di sekitarnya.
Waktu: 90 menit
Teknik: Diskusi dan self report
Kegiatan:
1. Pemeriksaan tugas episodes well being. Tugas diperiksa dan didiskusikan untuk mendapatkan gambaran mengenai pemahaman partisipan akan episodes of well being dan menuntunnya agar mendapat insight akan hubungan yang positif dengan orang-orang yang ada di sekitarnya
2. Peneliti meminta partisipan menceritakan situasi-situasi dimana ia merasa tidak memiliki hubungan yang positif, hangat dan dapat percaya dan mengidentifikasi pikiran dan keyakinannya terhadap situasi-situasi tersebut
3. Peneliti memperkenalkan dan mengajarkan penggunaan Lembar Saling Memberi dan Menerima kepada partisipan yang dapat membantunya memiliki hubungan positif, hangat dan dapat dipercaya dengan orang-orang terdekat dan orang-orang di sekitarnya
Alat bantu:
1. Partisipan mampu memahami bagaimana mengelola episodes of well being yang terjadi padanya.
kesehatannya, serta meningkatkan hubungan positif dengan orang lain yang ada disekitarnya.
Waktu: 90 menit
Teknik: Diskusi dan self report
Kegiatan:
1. Evaluasi tugas episodes of well-being
2. Mengisi lembar evaluasi diri sebelum dan setelah menjalani terapi 3. Terminasi
Alat bantu: 1. Alat tulis
154
LEMBAR “SUASANA HATI”
Petunjuk pengisian:
Tuliskan setiap perasaan yang kamu alami berkaitan dengan kondisi kesehatanmu.
Perasaan tersebut dikategorikan menjadi dua, yakni perasaan-perasaan positif dan
perasaan-perasaan negatif dengan mengisi kolom di bawah ini.
NO. PERASAAN POSITIF PERASAAN NEGATIF
LEMBAR “OBSERVASI DIRI”
Petunjuk pengisian:
Tuliskan situasi/pengalaman sulit yang pernah kamu hadapi berkaitan dengan kondisi
kesehatanmu beserta pikiran dan perasaan yang muncul ketika itu. Lalu silahkan
kategorikan situasi/pengalaman tersebut dengan memilih salah satu alternatif kategori
berikut: SBR=Sangat Buruk, BR=Buruk, C=Cukup, BK=Baik, dan SBK=Sangat Baik.
NO. SITUASI PIKIRAN/PERASAAN KATEGORI
LEMBAR “POTENSIKU”
Petunjuk pengisian:
Pada kolom yang tersedia, tulislah situasi sulit yang pernah kamu alami berkaitan dengan
kondisi kesehatanmu. Lalu tuliskan juga hal yang menjadi kelebihan dan kekuranganmu
dalam menghadapi situasi sulit tersebut.
NO. SITUASI KELEBIHAN YANG DIMILIKI (POSITIF)
KEKURANGAN YANG DIMILIKI (NEGATIF)
LEMBAR “CARAKU BERSYUKUR”
Petunjuk pengisian:
Tulislah situasi/pengalaman yang pernah kamu hadapi berkaitan dengan kondisi
kesehatanmu, dengan menyertakan pikiran/perasaan yang muncul ketika itu. Selanjutnya
kategorikan hal tersebut sesuai dengan intensitasnya dengan menuliskan salah satu dari
kategori; sangat buruk, buruk, cukup, baik, dan sangat baik, serta apa yang dapat kamu
lakukan sebagai caramu bersyukur.
156
LEMBAR “SALING MEMBERI DAN MENERIMA”
Petunjuk pengisian:
Pada kolom berikut silahkan Anda tuliskan situasi/pengalaman kondisi kesehatan Anda
yang berkaitan dengan orang-orang di sekeliling Anda, beserta pikiran dan perasaan yang
muncul ketika itu. Lalu silahkan kategorikan hal tersebut dengan memilih salah satu
kategori dari sangat buruk, buruk, cukup, baik dan sangat baik. Terakhir, silahkan tuliskan
hal yang dapat Anda lakukan berkaitan dengan kondisi tersebut.
LEMBAR EVALUASI DIRI
Petunjuk pengisian:
Silahkan tuliskan gambaran kondisi Anda sesuai dengan kolom yang tersedia.
SAYA YANG DULU
SAYA YANG SAAT INI
LAMPIRAN IV
PEDOMAN WAWANCARA
1. Dimensi Self Acceptance
a. Bagaimanakah sikap (penilaian, pandangan dan tanggapan) partisipan terhadap
dirinya dengan vonis dan tindakan medis yang dijalani?
b. Apakah yang menjadi kelebihan dan kekuatan partisipan dalam menghadapi
penyakitnya?
c. Apakah yang menjadi kekurangan dan kelemahan partisipan terkait kondisi
kesehatannya?
d. Bagaimanakah partisipan meyakini dan menghayati kehidupannya dengan vonis
dan tindakan medis yang dijalani?
e. Apakah yang menjadi kepuasan dan harapan hidup yang dimiliki partisipan
dengan kondisi kesehatannya?
2. Dimensi Positive Relations With Others
a. Bagaimanakah sikap (penilaian, pandangan dan tanggapan) partisipan terhadap
keberadaan orang-orang terdekat dan orang-orang di sekitarnya?
b. Bagaimanakah hubungan yang terjalin antara partisipan dengan orang-orang
terdekat dan orang-orang di sekitarnya?
c. Apakah keinginan dan harapan partispan terhadap orang-orang terdekat dan
orang-orang di sekitarnya?
3. Dimensi Autonomy
a. Bagaimanakah sikap (penilaian, pandangan dan tanggapan) partisipan terhadap
kemampuannya (kemandirian) untuk melakukan serangkaian aktivitas dan
rutinitasnya?
b. Apakah yang menjadi keinginan dan harapan partisipan terhadap
159
4. Dimensi Environmental Mastery
a. Bagaimanakah sikap (penilaian, pandangan dan tanggapan) partisipan terhadap
lingkungan di sekitarnya?
b. Bagaimanakah cara yang dilakukan partisipan untuk beradaptasi dengan
lingkungan sekitarnya dalam kondisi sakitnya?
c. Apakah keinginan dan harapan partisipan terhadap lingkungan sekitarnya?
5. Dimensi Purpose in Life
a. Bagaimanakah sikap (penilaian, pandangan dan tanggapan) partisipan terhadap
masa lalu dan masa depan dalam kondisi sakitnya?
b. Apakah yang menjadi sumber makna hidup bagi partisipan?
c. Bagaimanakah cara partisipan untuk mencapai tujuan dalam hidupnya?
6. Dimensi Personal Growth
a. Bagaimanakah sikap (penilaian, pandangan dan tanggapan) partisipan terhadap
pengalaman sakit yang ia alami?
b. Apakah yang dilakukan partisipan untuk mengeksplorasi dan mengaktualisasi
LAMPIRAN V
160
INFORMED CONSENT
Ibu yang saya hormati,
Saya adalah mahasiswa Magister Profesi Psikologi Fakultas Psikologi
Universitas Sumatera Utara Kekhususan Klinis Dewasa,
Nama : Maqhfirah DR (NIM: 107029006)
Supervisor : Arliza J. Lubis, M.Si, Psikolog (NIP: 19780325 200312 2 002)
yang akan melakukan serangkaian prosedur psikologis kepada Ibu dalam rangka
asesmen dan intervensi bantuan psikologis sebagai bagian dari Penelitian Tesis
Profesi untuk mendapatkan gelar Master Psikolog dalam bidang Klinis Dewasa.
Penelitian ini akan dilakukan dalam waktu empat bulan.
Untuk memperlancar kegiatan ini saya membutuhkan kerja sama Ibu.
Beberapa hal penting yang perlu diketahui adalah:
1. Prinsip Kesukarelaan
Keterlibatan Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela, tanpa ada paksaan dan
ancaman dari siapapun. Jika dalam kurun waktu empat bulan kegiatan penelitian
ini Ibu mendapatkan paksaan dan ancaman dari saya, maka Ibu berhak untuk
mengundurkan diri dari kegiatan penelitian ini.
2. Masalah Kerahasiaan
Informasi yang Ibu berikan bersifat rahasia dan hanya akan saya sampaikan
dalam lingkup terbatas kepada supervisi dan penguji menggunakan nama
samaran, serta tidak akan saya sebarluaskan kepada khalayak. Untuk itu saya
berharap informasi yang diberikan adalah kenyataan yang sebenarnya. Dalam
prosedur di atas, ada kemungkinan saya akan melakukan perekaman untuk
memudahkan saya melakukan pencatatan.
3. Lingkup Kompetensi
Saya adalah mahasiswa tingkat akhir yang telah mendapatkan materi
keprofesian Psikolog, dan telah melakukan serangkaian prosedur yang sama
pada empat belas klien. Dalam penelitian ini saya disupervisi oleh Psikolog
Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, Arliza J. Lubis, M.Si, Psikolog.
Jika dalam kegiatan penelitian ini ada terdapat hal-hal yang kurang berkenan
atau ada hal-hal yang lainnya, Ibu dapat memberikan komentar atas performa
saya. Saya juga berharap, Ibu dapat menyampaikan manfaat yang didapat.
Apabila setelah pelaksanaan kegiatan penelitian ini, Ibu merasa mengalami
perubahan yang memberikan rasa ketidaknyamanan, maka Ibu dapat
menghubungi saya selaku pemeriksa atau menghubungi nomor berikut ini (0852
7680 5072). Selain itu, Ibu juga dapat menghubungi Ibu Arliza J. Lubis, M.Si,
Psikolog, selaku supervisor saya dengan menghubungi nomor berikut ini (0812
607 5060).
4. Manfaat
Kegiatan ini saya harap bisa membantu Ibu untuk lebih dapat mengatasi
masalah-masalah psikologis yang muncul berkaitan dengan kondisi kesehatan
Ibu dengan mereduksi/meminimalisir emosi-emosi negatif dan meningkatkan
emosi-emosi positif agar kesejahteraan psikologis Ibu pun meningkat.
Jika Ibu sudah memahami dan setuju dengan hal-hal di atas, silahkan
membaca dan menandatangani pernyataan berikut:
Saya yang bertanda tangan di bawah ini, secara sukarela dan tidak ada unsur
paksaan dari siapapun, bersedia berperan serta dalam kegiatan Penelitian Tesis
Profesi bidang Psikologi Klinis Dewasa ini.
Nama : Aulia
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 49 Tahun
Peneliti telah menjelaskan kegiatan penelitian ini beserta dengan tujuan dan
manfaatnya, dan saya tidak berkeberatan untuk mengikuti proses tersebut. Saya
mengetahui bahwa identitas diri dan juga informasi yang saya berikan akan dijamin
kerahasiaannya oleh peneliti dan hanya akan digunakan untuk tujuan kegiatan
Penelitian Tesis Profesi bidang Psikologi Klinis Dewasa.
Medan, 6 September 2012
Menyetujui
LAMPIRAN VI
INFORMED CONSENT
Ibu yang saya hormati,
Saya adalah mahasiswa Magister Profesi Psikologi Fakultas Psikologi
Universitas Sumatera Utara Kekhususan Klinis Dewasa,
Nama : Maqhfirah DR (NIM: 107029006)
Supervisor : Arliza J. Lubis, M.Si, Psikolog (NIP: 19780325 200312 2 002)
yang akan melakukan serangkaian prosedur psikologis kepada Ibu dalam rangka
asesmen dan intervensi bantuan psikologis sebagai bagian dari Penelitian Tesis
Profesi untuk mendapatkan gelar Master Psikolog dalam bidang Klinis Dewasa.
Penelitian ini akan dilakukan dalam waktu empat bulan.
Untuk memperlancar kegiatan ini saya membutuhkan kerja sama Ibu.
Beberapa hal penting yang perlu diketahui adalah:
5. Prinsip Kesukarelaan
Keterlibatan Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela, tanpa ada paksaan dan
ancaman dari siapapun. Jika dalam kurun waktu empat bulan kegiatan penelitian
ini Ibu mendapatkan paksaan dan ancaman dari saya, maka Ibu berhak untuk
mengundurkan diri dari kegiatan penelitian ini.
6. Masalah Kerahasiaan
Informasi yang Ibu berikan bersifat rahasia dan hanya akan saya sampaikan
dalam lingkup terbatas kepada supervisi dan penguji menggunakan nama
samaran, serta tidak akan saya sebarluaskan kepada khalayak. Untuk itu saya
berharap informasi yang diberikan adalah kenyataan yang sebenarnya. Dalam
prosedur di atas, ada kemungkinan saya akan melakukan perekaman untuk
memudahkan saya melakukan pencatatan.
7. Lingkup Kompetensi
Saya adalah mahasiswa tingkat akhir yang telah mendapatkan materi
keprofesian Psikolog, dan telah melakukan serangkaian prosedur yang sama
pada empat belas klien. Dalam penelitian ini saya disupervisi oleh Psikolog
Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, Arliza J. Lubis, M.Si, Psikolog.
163
atau ada hal-hal yang lainnya, Ibu dapat memberikan komentar atas performa
saya secara terbuka baik pada saya secara langsung maupun melalui supervisi
saya. Saya juga berharap, Ibu dapat menyampaikan manfaat yang didapat.
Apabila setelah pelaksanaan kegiatan penelitian ini, Ibu merasa mengalami
perubahan yang memberikan rasa ketidaknyamanan, maka Ibu dapat
menghubungi saya selaku pemeriksa atau menghubungi nomor berikut ini (0852
7680 5072). Selain itu, Ibu juga dapat menghubungi Ibu Arliza J. Lubis, M.Si,
Psikolog, selaku supervisor saya dengan menghubungi nomor berikut ini (0812
607 5060).
8. Manfaat
Kegiatan ini saya harap bisa membantu Ibu untuk lebih dapat mengatasi
masalah-masalah psikologis yang muncul berkaitan dengan kondisi kesehatan
Ibu dengan mereduksi/meminimalisir emosi-emosi negatif dan meningkatkan
emosi-emosi positif agar kesejahteraan psikologis Ibu pun meningkat.
Jika Ibu sudah memahami dan setuju dengan hal-hal di atas, silahkan
membaca dan menandatangani pernyataan berikut:
Saya yang bertanda tangan di bawah ini, secara sukarela dan tidak ada unsur
paksaan dari siapapun, bersedia berperan serta dalam kegiatan Penelitian Tesis
Profesi bidang Psikologi Klinis Dewasa ini.
Nama : Rheina
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 38 Tahun
Peneliti telah menjelaskan kegiatan penelitian ini beserta dengan tujuan dan
manfaatnya, dan saya tidak berkeberatan untuk mengikuti proses tersebut. Saya
mengetahui bahwa identitas diri dan juga informasi yang saya berikan akan dijamin
kerahasiaannya oleh peneliti dan hanya akan digunakan untuk tujuan kegiatan
Penelitian Tesis Profesi bidang Psikologi Klinis Dewasa.
Medan, 6 September 2012
Menyetujui