• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potensi Modal Sosial Marsiadapari Pada Aktifitas Pertanian Padi Pada Masyarakat Desa Parsingguran II Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasunduan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Potensi Modal Sosial Marsiadapari Pada Aktifitas Pertanian Padi Pada Masyarakat Desa Parsingguran II Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasunduan"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Modal Sosial

Konsep modal sosial muncul dari pemikiran bahwa anggota masyarakat tidak mungkin dapat secara individu mengatasi berbagai masalah yang dihadapi. Diperlukan adanya kebersamaan dan kerja sama yang baik dari segenap anggota masyarakat yang berkepentingan untuk mengatasi masalah tersebut. Modal sosial muncul dari hasil interaksi di dalam masyarakat dengan proses yang lama. Meskipun interaksi terjadi karena berbagai alasan, orang-orang berinteraksi, berkomunikasi, dan kemudian menjalin kerja sama pada dasarnya dipengaruhi oleh keinginan dengan berbagai cara untuk mencapai tujuan bersama yang tidak jarang berbeda dengan tujuan dirinya sendiri. Interaksi semacam ini melahirkan modal sosial yang berupa ikatan-ikatan emosional yang menyatukan orang untuk mencapai tujuan bersama, yang kemudian menumbuhkan kepercayaan dan keamanan yang tercipta dari adanya relasi yang relatif panjang.

(2)

penting bukan hanya bagi kehidupan ekonomi akan tetapi juga setiap aspek eksistensi sosial yang lain.

Sejalan dengan Fukuyama (dalam Anconk 2007) menjelaskan bahwa modal sosial adalah serangkaian nilai-nilaiatau norma-norma informal yang dimiliki bersama diantara para anggota suatu kelompok masyarakat yang memungkinkan terjalinnya kerja sama di antara mereka. Adapun menurut Cohen dan Prusak tahun 2001 (dalam Suparman 2012), modal sosial adalah sebagai setiap hubungan yang terjadi dan diikat oleh suatu kepercayaan (trust), kesaling pengertian (mutual understanding), dan nilai-nilai bersama (shared value) yang mengikat anggota kelompok untuk membuat kemungkinan aksi bersama dapat dilakukan secara efisien dan efektif.

(3)

2.1.1 Dimensi Modal Sosial

Dimensi modal sosial disini membahas bahwa sebenarnya modal sosial (social capital) berbeda definisi dan terminologinya dengan modal manusia (human capital) (Fukuyama, 1995). Bentuk human capital adalah pengetahuan dan keterampilan manusia. Bentuk nyata dari human capital adalah dalam bentuk seperti halnya pendidikan di sekolah atau universitas, pelatihan programmer computer, kursus bahasa atau menyelenggarakan bentuk-bentuk pendidikan lainnya. Sedangkan modal sosial adalah kemampuan atau keahlian yang muncul dari adanya kepercayaan umum di dalam sebuah masyarakat atau bagian-bagian tertentu di dalamnya. Modal sosial juga dapat dilembagakan dalam bentuk kelompok sosial paling kecil atau paling mendasar dan juga kelompok-kelompok masyarakat paling besar seperti halnya negara (bangsa).

(4)

Inilah bentuk dari jati diri modal sosial yang sebenarnya yang mampu menopang kekuatan dalam kehidupan bermasyarakat

Menurut Hasbullah (2006), dimensi inti dari modal sosial terletak pada bagaimana kemampuan masyarakat untuk bekerja sama membangun suatu jaringan guna mencapai tujuan bersama. Kerja sama tersebut diwarnai oleh suatu pola hubungan timbal balik dan saling menguntungkan antara sesama individu yang dibangun di atas kepercayaan dan ditopang oleh aturan norma-norma dan nilai-nilai sosial yang positif dan kuat. Kekuatan tersebut akan maksimal jika didukung oleh semangat proaktif membuat jalinan hubungan di atas prinsip-prinsip sikap yang partisipatif, sikap yang saling memperhatikan, saling memberi dan menerima, saling percaya mempercayai dan diperkuat oleh nilai-nilai dan norma-norma yang mendukungnya.

2.2. Elemen-Elemen Modal Sosial

Dilihat dari aspek sosiologis maka elemen-elemen modal sosial terdiri dari 2.2.1 Jaringan Sosial (Social Networks)

(5)

Badaruddin (2005), menyatakan dengan pelibatan warga dalam jaringan sosial yang akan menjadi satuan sosial/organisasi lokal, maka terciptalah apa yang disebut dengan kemampuan warga kolektif mengalihkan kepentingan ‘saya’ menjadi ‘kita’, terbangunlah kekompakan dan solidaritas antar warga. Jaringan sosial yang meliputi: adanya partisipasi, pertukaran timbal balik, kerja sama dan keadilan (Lubis, 2001). 2.2.2 Kepercayaan

Sikap saling percaya (trust) sebagai salah satu elemen dari modal sosial adalah merupakan sikap salah satu dasar bagi lahirnya sikap saling percaya yang terbangun antar beberapa golongan komunitas dan merupakan dasar bagi munculnya keinginan untuk membentuk jaringan sosial (networks) yang akhirnya di mapankan dalam wujud pranata (institution). Adanya trust menyebabkan mudah dibina kerja sama yang saling menguntungkan, sehingga mendorong timbulnya hubungan resiprokal. Kepercayaan adalah unsur penting dalam modal sosial yang merupakan perekat bagi langgengnya hubungan dalam kelompok masyarakat. Dengan menjaga suatu kepercayaan, orang-orang dapat bekerjasama secara efektif.

(6)

Dalam pandangan Francis Fukuyama, trust adalah sikap saling mempercayai di masyarakat yang memungkinkan masyarakat tersebut saling bersatu dengan yang lain dan memberikan kontribusi pada peningkatan modal sosial. Tindakan kolektif yang didasari saling percaya akan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam berbagai bentuk dan dimensi terutama dalam konteks kemajuan bersama. Hal ini memungkinkan masyarakat untuk bersatu dan memberikan kontribusi pada peningkatan modal sosial. Adanya jaminan tentang kejujuran dalam komunitas dapat memperkuat rasa solidaritas dan sifat kooperatif dalam komunitas. Pada aspek kepercayaan unsur unsur seperti hubungan kekerabatan, posisi dan status sosial masih menjadi hal yang penting dalam melihat aspek kepercayaan.

2.2.3 Nilai dan Norma

Setiap kehidupan sosial senantiasa ditandai dengan adanya aturan-aturan pokok yang mengatur perilaku anggota-anggota masyarakat yang terdapat di dalam lingkungan sosial tersebut. Norma terdiri dari pemahaman-pemahaman, nila-nilai, harapan-harapan dan tujuan-tujuan yang diyakini dan dijalankan bersama oleh sekelompok orang (komunitas). Norma dapat bersumber dari agama, panduan moral maupun standar-standar sekuler seperti halnya kode etik profesional. Aturan-aturan ini biasanya terinstitusionalisasi, tidak tertulis tapi dipahami sebagai penentu pola tingkah laku yang baik dalam konteks hubungan sosial sehingga ada sangsi sosial yang diberikan jika melanggar.

(7)

pedoman untuk mencapai tujuan dari kehidupan sosial, yang didalamnya terdapat seperangkat perintah dan larangan berikut sanksinya yang dinamakan sistem norma. Norma sosial akan menentukan kuatnya hubungan antar individu karena merangsang kohesifitas sosial yang berdampak positif bagi perkembangan masyarakat. Oleh karenanya norma sosial disebut sebagai salah satu modal sosial.

2.3. Solidaritas Sosial

Solidaritas adalah faktor utama dalam merekatkan hubungan sosial dalam sebuah komunitas. Karena rasa solidaritaslah masyarakat bisa menyatukan persepsinya tentang hal yang ingin mereka perjuangkan, Merujuk pada teori Emile Durkheim (Ritzer, 2003), solidaritas itu terdiri dari dua jenis, yaitu mechanical solidarity dan organic solidarity. Apa yang membedakan kedua jenis solidaritas ini adalah sumber dari solidaritas mereka, atau hal apa yang telah menyatukan mereka. Kuncinya adalah pembagian kerja.

(8)

bahwa kekuatan pikiran dan ide-ide bersama akan lebih bermanfaat dan mempunyai presure yang lebih efektif daripada secara individual. (Badaruddin, 2005).

2.4. Interaksi Sosial

Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang- perorang, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang- perorang dengan kelompok manusia. Kontak sosial dan komunikasi merupakan syarat mutlak dalam proses interaksi sosial, sehingga tanpa kedua unsur tersebut maka sangatlah mustahil interaksi sosial terjadi (Soerjono Soekanto, 2007: 61). Kontak sosial merupakan tahap pertama dari terjadinya interaksi sosial. Kontak sosial dapat bersifat positif atau negatif. Bersifat positif jika mengarah pada suatu kerja sama, dan bersifat negatif jika mengarah pada suatu pertentangan. Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu antar orang-perorangan, antara orang-perorangan dengan suatu kelompok, dan antara suatu kelompok dengan kelompok lainnya.

Interaksi sosial sangat berguna untuk menelaah dan mempelajari banyak masalah di dalam masyarakat. Interaksi merupakan kunci semua kehidupan sosial karena tanpa interaksi sosial, tidak akan mungkin ada kehidupan bersama (Soerjono Soekanto, 2007: 58). Interaksi sosial dimaksudkan sebagai pengaruh timbal balik antara individu dengan golongan di dalam usaha mereka untuk memecahkan persoalan yang dihadapinya dan di dalam usaha mereka untuk mencapai tujuannya (Abu Ahmadi, 2007: 100). Apabila interaksi sosial itu diulang menurut bentuk yang sama dan bertahan untuk waktu yang lama, maka akan terwujud hubungan sosial.

(9)

kesadaran untuk saling menolong. interaksi sosial merupakan proses mempengaruhi diantara dua orang atau lebih. Dalam proses interaksi sosial akan ditemukan kepentingan,pemikiran, sikap, cara-cara bertingkah laku keinginan, tujuan dansebagainya yang dipertemukan dalam suatu wadah yang namanya komunitas sosial.

Teori pertukaran sosial (social exchange) menjelaskan interaksi sosial dalam bentuk imbalan dan biaya. Teori ini lebih banyak berhubungan dengan interaksi dua orang. Interaksi terjadi jika dua orang bertemu, kemudian ia saling menegur sapa, berjabat tangan saling berbicara, bahkan sampai terjadi perkelahian, pertengkaran dan sebagainya. Interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktifitas-aktifitas sosial bahkan interaksi merupakan inti dari suatu kehidupan sosial, artinya tidak ada kehidupan yang sesungguhnya apabila tidak ada interaksi.

2.5 Sistem Kekerabatan Masyarakat Petani

Menurut Ferdinand Tonnies, masyarakat dapat dibedakan ke dalam dua jenis kelompok yang disebut Gemeinshaft dan Gesellschaft. Gemeischaft digambarkannya sebagai kehidupan bersama yang intim, pribadi dan eksklusif; suatu keterikatan yang dibawa sejak lahir. Kelompok seperti ini dapat ditemukan dalam kehidupan masyarakat desa, keluarga, kerabat dan sebagainya. Gesellschaft dilukiskannya sebagai kehidupan publik; sebagai orang yang kebetulan hadir bersama tetapi masing-masing tetap mandiri. Gesellschaft bersifat sementara dan semu. Menurut Tonnies perbedaan yang dijumpai

antara kedua macam kelompok ini ialah bahwa dalam Gemeinschaft individu tetap bersatu meskipun terdapat berbagai faktor yang memisahkan mereka, sedangkan Gesellschaft individu pada dasarnya terpisah kendatipun terdapat banyak faktor

(10)

Pada masyarakat desa yang bersifat Gemeinshaft, pada umumnya spesialisasi individu tidak menonjol sehingga kedudukan individual tidak begitu penting. Sebaliknya, pada masyarakat yang bersifat Gesellschaft atau kompleks dimana sudah ada spesialisasi di atara para anggotanya sehingga tidak dapat idup secara tersendiri atau dapat dipisah-pisahkan, sehingga merupakan suatu kesatuan organisme oleh karenanya strukturnya merupakan struktur organis. Tonnies membedakan antara tiga jenis Gemeinschaft, yaitu:

1. Gemeinschaft by blood, mengacu pada ikatan-ikatan kekerabatan.

2. Gemeinschaft of place, pada dasarnya merupakan ikatan yang berlandaskan kedekatan letak tempat tinggal serta tempat bekerja yang mendorong orang untuk berhubungan secara intim satu dengan yang lain sehingga dimungkinkan dapat saling tolong menolong.

3. Gemeinschaft of mind yaitu mengacu pada hubungan persahabatan, yang disebabkan oleh persamaan keahlian atau pekerjaaan serta pandangan dan pikirian yang mendorong orang untuk saling berhubungan secara teratur. 2.6. Marsiadapari Dalam Budaya Suku Batak Toba

(11)

maka menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), gotong royong mempunyai arti bekerja bersama-sama (tolong-menolong, bantu-membantu).

Marsiadapari ini sifatnya untuk meringankan pekerjaan dengan sistem

bersama-sama. Caranya juga unik dan menarik untuk dicermati. Misalkan saja dalam acara panen (padi). Jadi sistem kerjanya adalah secara bersama mengerjakan sawah atau ladang salah satu warga secara serentak dan demikian secara terus menerus dengan jadwal hingga sampai semua mendapatkan giliran. Pekerjaanpun tuntas. Uniknya lagi, marsiadapari ini dilakukan dengan penuh tanggungjawab bahwa pekerjaan itu

dianggap sebagai miliknya, sehingga hasilnya akan lebih baik.

Marsiadapari dalam budaya Batak Toba adalah salah satu warisan budaya lokal

yang turun temurun hingga sampai saat ini. Budaya ini menjadi suatu kehidupan yang sangat baik untuk dilakukan di dalam masyarakat Batak Toba. Sistem marsiadapari diartikan sebagai sistem saling membantu bekerja secara bergiliran atau sistem hubungan pertukaran tenaga kerja (exchange for labor). Pada pinsipnya, sistem marsiadapari memobilisasi tenaga kerja diluar keluarga inti untuk mengisi kekurangan

tenaga kerja di dalam keluarga pada usaha tani padi. Sistem ini diatur melalui kebiasaaan setempat, dimana petani diminta untuk bekerja membantu pemilik lahan untuk kegiatan tertentu di sawah seperti mencangkul, manggadui, marsuan, marbabo dan panen tanpa diberi upah. Pemilik lahan hanya menyediakan makanan, tetapi pada gilirannya mereka harus mengganti bantuannya tersebut secara proporsional pada waktu diperlukan.

Marsiadapari adalah bertukar tenaga kerja. Masyarakat Batak Toba sering

(12)

dua kata tersebut terletak pada praktek kerjanya. Walaupun pada dasarnya mempunyai makna yang sama yaitu gotong royong. Marsiadapari adalah saling tukar tenaga kerja sedangkan marsirippa ataupun mangarumpa adalah saling memberikan bantuan umum. Dilihat dari pengertian dua kata tersebut mempunyai makna yang sama yaitu gotong royong ataupun yang lebih sering disebut pada saat ini adalah kerjasama.

Mangarumpa atau yang biasa disebut marsirippa adalah saling memberikan

bantuan umum. Misalnya adalah jika desa tersebut membersihkan jalan umum ataupun membangun Balai desa. Semua warga masyarakat ikut serta bekerja sama dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut. Dalam hal ini juga warga masyarakat tidak akan mendapatkan upah. Semua saling memberikan bantuan baik itu tenaga ataupun makanan dan minuman untuk para pekerja.

2.7 Penelitian Terdahulu

Untuk memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian maka peneliti juga mencamtumkan hasil-hasil penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian ini sebagai bahan rujukan yang dapat dilihat pada tabel 2.1

Tabel 2.1 Penelitian terdahulu

No Judul/ Peneliti/ Tahun/ Tujuan Metodologi Hasil penelitian 1. Penguatan Modal Sosial Untuk

Pemberdayaan Masyarakat Pedesaan dalam Pengelolahan Agroekosistem Lahan Kering /Tri Pranadji / 2006 / Tujuan penelitian :

1.Menjelaskan adanya hubungan

Eratantara kerusakan ALK terhadap tingkat melemahnya modal sosial setempat.

(13)

2.Menganalisis pengaruh penerapan model pengelolaan ALK yang dikembangkan pemerintah terhadap tingkat kehidupan dan cara masyarakat pedesaan setempat. 3. Menganalisis elemen modal sosial dilandaskan pada nilai-nilai budaya, manajemen sosial, kepemimpinan, penyelenggaraan, pemerintah desa.

desa yang masyarakatnya memiliki modal sosial yang relatif kuat, sehingga tingkat kesejahteraan masyarakatnya cenderung tinggi dan proses tranformasi sosial ekonominya berlangsung lebih cepat.

2. Pemetaan dan Pemanfaatan Modal Sosial dalam Penanggulangan Kemiskinan di Jawa Barat /Lembaga Penelitian Universitas Padjajaran /2008 /

1. Mengidentifikasi dan mengukur kondisi modal sosial di Jawa Barat.

2. Menganalisis keterkaitan antara modal sosial dengan penanggulangan kemiskinan di Jawa Barat.

3. Merumuskan desain pemanfaatan modal sosial untuk penanggulangan kemiskinan Jawa Barat.

Modal sosial yang ada, baik di kalangan masyarakat prural maupun urban masih dalam tahap bonding (sebagai pengikat saja), belum sebagai jembatan (bridging) yang menghubungkan seluruh potensi warga. Hal ini ditandai oleh: (a) kelompok-kelompok yang terbentuk mayoritas berdasarkan persamaan baik karena kekerabatan, persamaan etnik, persamaan agama, persamaan strata ekonomi, dsb; (b) kerjasama yang dilaksanakan terbatas pada komunitas yang sama; serta (c) pendanaan dalam kelompok tersebut pada umumnya swadaya dari iuran anggota.

3. Making Democracy Work Civic Traditionsin Modern Italy/Robert Putnam/1993/bertujuan untuk: pertama mengetahuhi hubungan antara modal sosial dengan tradisi kewargaan di tingkat lokal, kedua mengetahui pengaruh desentralisasi dikawasan Italy Utara dan Italy Selatan.

Penelitian ini menggunakan

Pendekatan Kualitatif

Pertama, Desentralisasi menumbuhkan modal sosial dan tradisi kewargaan di tingkat lokal. Kedua, kawasan Italia Utara jauh lebih unggul dan maju ketimbang kawasan Italia Selatan, dari sisi desentralisasi, demokrasi lokal, modal sosial, tradisi kewargaan, kinerja pembangunan ekonomi. 4. Modal Sosial Sebagai Sarana

Pengembangan Masyarakat (Studi kasus dikecamatan Wonomulyo, Kabupaten Polewali Mamasa, Provinsi Sulawesi Selatan) Masdin AP /2002/ bertujuan: Pertama, Untuk mengetahui bentuk danperan modal sosial dalam pengembangan masyarakat yang

Penelitian ini

(14)

dikhususkan pada aspek pertanian, Kedua mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuhnya modal sosial pada aspek pertanian di dalam pengembangan masyarakat.

masyarakat khususnya masyarakat tani.

5. Modal Sosial Komunitas Migran dalam Upaya Mempertahankan Eksistensi Komunitasnya (studi kasus warga PJKA di Permukiman Ilegal Jalan Bungur BesarRaya, JakPus/Triyani Anugrahini /2004 / bertujuan untuk memahami tentang bagaimana suatu komunitas migran di wilayah perkotaan.

Penelitian ini menggunakanPen dekatan

kualitatif.

Dari penelitian ini dijelaskan bahwa sebagai warga pendatang di perkotaan, mereka selalu dihadapkan pada persoalan tempat tinggal, pemenuhan kebutuhan sehari-hari, melakukan kegiatan sehari-hari atau usaha untuk mempertahankan eksistensinya di kota Jakarta.

6. Modal sosial dan Ketahanan Ekonomi Keluarga Miskin: studi Sosiologi pada Komunitas Bantaran Ciliwung. Oleh Ujianto Singgih Prayitno / 2004 / tujuan untuk menemukan modal sosial komunitas di Bantaran Ciliwung untuk mempengaruhi ketahanan ekonomi keluarga miskin.

Hasil analisis kuantitatif ditemukan bahwa ditemukan hubungan bermakna yang kuat diantara variabel yang di uji terhadap ketahanan ekonomi keluarga miskin. Uji korelasi terhadap ketahanan ekonomi keluarga miskin dengan variabel kelompok dan jaringan, kepercayaan dan solidaritas, aksi kolektif dan kerjasama, informasi dan komunikasi, kohesi dan inklusi sosial terdapat hubungan bermakna lemah.

7. Fukuyama (1995) Modal Sosial, Efektivitas

organisasional

dan biaya transaksi.

Modal sosial berhubungan positif dengan efektivitas organisasional melalui pengurangan biaya transaksi organisasional.

8. Badarudin (2003)

Modal Sosial, Masyarakat nelayan.

1. Patron-klien yang lahir dari sikap saling percaya (trust) sebagai salah satu elemen modal sosial.

(15)

Gambar

Tabel 2.1

Referensi

Dokumen terkait

oleh pustakawan saat ini, apalagi untuk perpustakaan masjid tempat menimba ilmu agama islam secara non formal bagi setiap umat muslim. Pembinaan yang profesional

Pada rencana asuhan kala IV menurut Pusat Pengembangan Keperawatan Carolus (2004), yaitu periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit

Keluarga klien mengatakan bahwa klien ketika ada masalah hanya berdiam diri dan tidak mau bertemu orang. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN Tidak

Berdasarkan analisis overlay antara Peta cekungan, wilayah kerja migas dan rembesan minyak dan gas serta didukung adanya data penemuan migas diperoleh 3 skala prioritas terutama

Dalam melakukan analisa pareto perlu dilakukan penyusunan urutan dari item pekerjaan yang memiliki nilai biaya tertinggi ke item pekerjaan yang memiliki biaya terendah dan nantinya

Berdasarkan tabel 7 menunjukan adanya pengaruh kompres hangat rebusan air serai terhadap penurunan nyeri hiperuresemia pada lansia yang ditunjukkan oleh hasil

Tujuan ini akan memberikan arah ,dan mempengaruhi bagaimana seharusnya perilaku kerja yang diharapkan organisasi dari setiap personil, tetapi hanya mengandalkan tujuan saja

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui perbedaan pada polimorfisme genetik gen CYP1A2*1F pada pasien asma dan nonasma yang dapat digunakan untuk pertimbangan