• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kadar Air, Dosis dan Lama Pengendapan Koagulan Serbuk Biji Kelor sebagai Alternatif Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Kadar Air, Dosis dan Lama Pengendapan Koagulan Serbuk Biji Kelor sebagai Alternatif Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Teknik Kimia USU, Vo1. 2, No. 1 (2013)

PENGARUH

KADARAM,

DOSIS

DA}[

LAMA

PENGENDAPANI

KOAGULAI{

SERBT]K

BIJI

KELOR

SEBAGAI

ALTERNATTT PENGOLAHAN

LIMBAH

CAIR

INDUSTRI TAHU

Ayu Ridaniati Bangun, Siti Aminah, Rudi Anas Ilutahaean, 1l{. Yusuf Ritonga Departemen TeknikKimia, Fakultas Teknih Universitas Sumatera

Utar4

Jalan Almamater Kampu* USU Medan 2$155, Indonesia e-mail ayu-08040502 I @strdents.usuac.id

Abstrak

Limbah cair industri tahu mengandung bahan-bahan organik yang sdngst tinggi. Senyawa-senyoilja orgadk di

dalam limbah

cair

tersebut

birup

proUin, karbohidrat, lemak don mnyok. Berdasarlan hasil

sndi

Batai Perindustrian Medan terhodap karulxeristik

air

buangan industri tuha di Medan, diketahui bahwa limbah cair indus*i tahu mta-rata mengindung BOD g5S3 mgll), COD (7050 mg10, II]SS ft743 mgll) dot minyak atau leuak (26 mg/l) dengan

pH

6,1. Oleh sebab itu, limbah cair tersebut harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke

ii"gk;g""

uink

mengtrangi landungan pencenwr )Nng menyertai limfoh tersebut Sdlah satu koagtlan alternatif

yaig ilipat itigunakaiadaloh serbuk biit kelor. Penelitian ini mmggunalan serbak biii kelor dengan ladar air 7 %.

'Vaiasi-dosis-koagalan

lnng digunatiln 20A0, 3A00, 40M, 5000 mg/2M ml limbah cair tahu,

*uran

koagulan 5a dan 70 mesh dengan

pH

awal adalah 4. lVaktu pengendapn optimum

yory

diperoleh adalah 60 menit dengan penurunan tufiidltas iZ,+S y,, TSS 90,32 %, dan COD 63,26 % pada dosis lemgalan 5000 mg/200 ml, dmt ukuran -partikel

kaagatan 70 mesh dengan

pH

akhir adalah 4, sehinga dapat disimpu-tp"

bey

biji

kelor dapat itigtorot@n sibagai koagttanyang efehiflarena persentase lerrunnonyong diperoleh di atas 50

94-Kda

Kilnci:

limbah cair industi talru, bifi kelor, urbidias, 7I,S, COD

Abstad

Liquid waste industrial

of

wheys co*tain very high organic

mdeials.

Organic conpgm!1

in

the effluent are

prit"Ut,

carbdtydrates,fats anit oits. Based on the resulx offield studies ott hdustry Hall of liqaid waste indus*ial chamcteristics

i|*lruy

in Meiton, it is lonwn thot liquid uaste indastrial ofwheys contain avemge BOD (4583 mg/l), COD 0A50

*il\,

fSS ft7a3 mgl

)

and oit

orfat

(26 mg/l

)

at pH 6.1. Therefore, the whq,.waste'wdter must be treated

beforiii

is discharged into the erwironment to reduce the contamirwn* that accompny the waste. One alternatiye thst can be used as a coagu.lant is moringa seed ptwder. This study used af moinga seed powder with a

ilater eontent of 7 %a Variations of

cugtlant

dosage which are used 2A00, 30A0, 4000, 500A mg/200 ml liquid

waste industrial of whey, coagulant paticle size 50 anil 70 mesh with the initial pH about 4. The optimum deposltion time is obtained 60 miiutes

ir*

ZZ{S ok reduction in turbidity, TSS 90.32 Yq and 63.26 % COD

in

5000 mg/200 ml dosage of coagalant and coagtlant

ptticle

size af 70 mesh with the final pH about 4,

it cot

be concluded that moinga-seeds-can be used as sn

ffictive

cmgulant becarse the reductiotts were obtained wer 50 96.

Kqwortls : liquid vaste indastricl of whey, moringa seed powder, turbidily, TSS, COD

Perdahuluan

Tahu merupakan salah satu jenis makanan sumber

protei{

denganbah* dasar kacang kedelai yang sangat

akrab khususlya

bagi

maEvarakat

Indonesia

dan

bahkan

Asia

umumnya. Berdasarkan laporan proyek Envivanmental Management Development in Indonesia atau

EMDI $1,

pada tahun 1990, jumlah industri tahu

di

Indonesia tercatat sebanyak 25.87A

dan

63

diantaranya merupakan

industri skala besar

dafl menengah, sedarrgkan sisanya berskala kecil [8].

Limbah

tahl

adaiah limbah yang dihasilkan dalam proses pembuatar tahu. Limbah tersebut berupa limbah

padat

da;rt

limbah cak.

Limbah

Pafut

dapat drmanfaafl<anuntuk makanan ternak, tetapi limbah cair apabllalangsung dibuang ke sungai akan menyebabkan

tercet&affryl sungai tersebut.

Oleh

sebab

itl

limbah

cair tahu harus diolah terlebih dahulu sebelunn dibuang

ke

lingkungan

untuk

mengurangi

konsentrasi

kandnng;an pencemar yang menyertai limbah tersebut 1t21.

Suatu hasil

sudi

tetrtang karakteristik

air

buangan industri tahu-tempe di Medan [5], dilaporkan bahwa air buangan

industri tahu

rata-rata mengandung BOD,

COD,

TSS dan minyak/ lemak

bernrrut-tunf

sebesar

4583,7050,

4743, dan

26 mgll.

Sementara

EMDI

-Bapedal

[4]

melaporkan kandungan rata-rata

BOD,

COD dan TSS berturut-tunrt sebesar 325A,6520, darr

1500

mgll.

Bila

dibandingkan dengan

baku

mutu

limbah

cair

indusfii produk

rnakanan

dari

kedelai

menunrt

kepMenlH

No.

Kep-51/IvIENLII/lOll995

tentang Balqr Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Industri,

kadar

maksimum

yang dipe6olehkan urfiuk

BODs,

COD datr TSS berturut-Urrut sebesar 50, 100, dan 200

mgA, sehingga jelas bahwa lirnbah cair tahu

ini

&lah

melampaui baku mutuyang dipersyaratkan [8].

(2)

Jumal Teknik Kimia USU, Vol. 2, No. I (2013)

Biji

kelor

dapat dipergunakar sebagai salah safu

koagulan

alami

altematif yang tersedia secara lokal.

Biji

kelor yang dipergunakan dibiarkan sampai matang

atau tua dipohon

bam

dipanen setelah

kering

dengan

kadar

aff

kurang

lebih

mma dengan 10 oZ.

Memrut

penelitian dilaporkan bahwa tepung

biji

kelor

adalah

bahan

alami yang

Mpt

mernbersihkan

limbah

cair

relatif

sama

efektifoya

bila

dilakukan

dengan cara

pembersihan menggunakan bahan kimia

tl

U.

Oleh karena

ihf

dengan adanya

penelitian ini

diharapkan dapat diperoleh bahan koagulan pengolahan

limbah cair yang relatif

murah sekaligus menambah

nilai ekonomisnya.

Teori

Koagulasi

Koagulasi merupakan proses

yang

memanfaatkan

ion-ion

yang mempunyai muatan berlawanan dengan

muatar

koloid

yang

terdapat dalam

limbah

cair sehingga meniadakan kestabilan

ion.

Prinsip

dasar proses koagulasi adalah terjadinya gaya CIrik menarik antara

ion-ion

negatif

di

suatu pihak dengan ion-ion positif di pihak

lain

Yang bertindak sebagai ion negatif

adalah partikel-partikel yang terdiri dmi zfi-zat organik

(partikel koloid), mikoorganisme dan bakteri [3]. X'lokulasi

Flokulasi meruFkan

kelanjutan

dari

proses

koagulasi,

dimafla mikroflok

hasil

koagulasi mulai menggurryalkan partikel-partikel

koloid mqiadi

flok-flok

besar yang dapal

diendapkan

rtan

proses

ini

dibantu dengan pengadukan lambat. Proses

koagulasi-flokulasi

tidak

dapat

dipisahkan

dalam

pengolahan

limbah

cair industri

karena kedua proses

ini

selalu dilakukan bersama. Mekanisme pembentukan

flok-flok

dalam proses koagulasi-flokulasi terdiri dari ttgatahap,

yaitu

hap destabilimsi partikel-partikel koloid, tahap

pembentukan

mikrofilik dan

tahap

pembenhrkan

makofilik

Tahap

pertama

dan kedua

berlangsung

selama proses koagulasi

sedangkan

talnp

ketiga

berlangsrmg selam,a proses

flokulasi.

Pembentukan

makofilik

dalam

proses

flokulasi

tdadi

karena tumbukan-tumbukan antara partikel koloid [3].

Tahu

Bahar-bahan

organik

yarg

te*ardrmg

di

dalam buangan

industri

tahu pada rrmrrmnya sirngat

lingrr.

Senyawa-senyawa

organik

di

dalam

air

buangan tersebut dapat berupa protein, kaftohidrat, lemak dan

minyak.

Di

anlara senyawa-senyawa tersebut, protein dan temaklah yang jumlahnya paling besar

[0]

yang mencapai 40 o/o - 60 % proteir; 25 - 5A % kaftohidxat, dan 10 o/olemak

[15].

Semakin lama

jumlah

dan

jenis

bahan organik

ini

semakin banyak,

dalam

hal

ini

akan

meryulitkan

pengelolaan

limbalr,

karena beberapa

zat

sulit

diuraikan

oleh

mikroorganisme

di

dalam air limbah tahu tersebut [7].

Biji

IftIor

Tanaman

kelor

(Moringa oleifera),

berasal dari

farriha Moringace ae merrryakanjenis tumbuhan perdu

(termasuk

ke

dalam tumbuhan tingkat tinggr) dengian

tinggi batang 7

-

11 meter, be$atang lunak dan raputr, dengan daun sebesar ujung

jari

be6entuk bulal

telur

dan tersusrm majemuk [1].

Biji

kelor juga

berperan sebagai koagulan yang

efektif karena admrya zat

aktf

4-alfa-4-rhamnosyloxy-benzil-isothiocyanate yang terkandung dalam

biji

kelor. Z,at aktit

itu

mampu mengadsorbsi

partikelaartikel

air

limbah.

Dengan pengubahan bentuk menjadi bentuk yang lebih kecil, maka zat

aktif

dari

biji

kelor tersebut akan semakin banyak karena luas permukaan

biji

kelor

semakin besar.

Apabila

kandungan afu

di

delam

biji

kelor

besar,

maka

kemampuannya

dalan

menyerap

limbah

cair

semakin

k*il

karena

zat

alrlLif tersebut

tidak

berada

di

permukaan

biji

kelor

tetapi tertutupi

oleh

air

sehingga kelembaban

biji

kelor

harus kecil

t1 31.

Metodologi Penefitian

Perlalaran Pengambilan Sampel

Diambil limbah cair

'^hu

sebanyak

3

liter,

lalu

limbah cair

dimasukkan

ke

dalam wadah, kemudian limbah cair

disiryan

pada suhu 4 "C.

Perlaluan

Pengambilan

Biji

Kelor

Diambil

biji

kelor yang sudah tua secukupnya dan

dikr4as

kulitnya.

Birji

kelor yang

sudah

dikrpas

kulitnya

dihaluskan dengan blender. Serbuk

biji

kelor

diayak

dengan ayakan

50

dan

70

mesh, kemudian disimpan

di

dalam wadah pada suhu rurmgan (28

-

30

"c).

Perlakuan

Biji

Kelor untuk

Kadar

Air

7

Vo

dan

Dosis 2000 mg

Serbuk

blji

kelor

ukuran

50

dan

7O

mesh

dikering*an

di

dalam oven

pda

suhu >105 "C selama

t

2

jam. Serbuk

biji

kelor

uhran

50

dan

70

mesh

ditimbang sebanyak 2105,3

mg

dan dimasukkan ke

dalam wadah. Kemudian dikeringkan

lagi

di

dalam

oven pada suhu

>

105

"C

sampai wak&r tertentu.

Ditimbang

hasilnya hingga

konstan yaitu

2000 mg sebanyak 3 kali.

Pengaruh

Kadar

Air,

I)osis, dan Lama Pengendaan

Koagulan Serbuk

Biji lGlor

tcrhadap

Persentase

Penurunan

Turbiditas,

TSS dan

COI)

Beaker gelas masing-masing

diisi

dengan sampel

limbah cair

indusfi

tahu sebanyak 200 ml. Diukur pH,

tu6iditas,

TSS,

dm

COD awal limbah cair

industri

tahrr

Kemudian

koagulan (seftuk

biji

kelor)

7

%o

ditambahkan ke dalam beaker masing-rnasing sebanyak

2000, 3000, 4000, dan 5000

mgl

200

ml

limbah cair indusfti tahu. Sampel kemudian diaduk cepat selama 3

menit (300 rpm) dan

diikuti

denganpengadukan lambat

selarna

12

menit

(80 rpm).

Setelah penga&rkan,

diendaptan

selama

50,

60

dan

70

menit.

Setelah
(3)

Jumal Teknik Kimia USU, Vol. 2, No.

I

(2013)

pH,

Turbiditas, TSS dan COD dari

rnasing-masing sampel, lalu dosis dan waktu optimumnya dipilih.

Pengrkuran Turbiditas

Sampel dimasukkan

ke

dalam

botol

turbidimaer

i[21 dirrsehakarr tidak ada gelembung udara Kemudian

botol

tersebut ditempatkan pada

teryat

fngukuran.

Dibaca nilai kekeruhan yang mrmcul padaalat.

Penyisihan

tubiditas

dapat dihitung

deng;an persamaan berikut :

Penyisihm

Tubiditas

-

(A

-

B)

*

f 00olo

...

(1)

A

Keterangan:

A:

Tutiditas

awal (FAU)

B

:

Turbiditas akhir

(FAt,)

Pengukuran Totul Solid Suspended (TSS)

Disiapkan kertas saring. Kertas sming dimasrrkkan ke dalam oven pada suhu 105 oC seliama 1jam. Kertas

saitng

dtnio;sulftan

ke

dalam desikator

selarna 15

hingga

30 menit unfuk

menetralkan suhunya. Kertas

saring ditimbang

menggunakan neraca

analitik

dan dicatat hasilnya. Diletakkan kertas saring pada corong

di

aCIs erlenmeyer.

Diambil

100

ml

sampel limbah cair

tahu

kemudian

disaring.

Kertas saring

dibilas menggunakan 5

ml

aquadest. Kertas saring dan residu dimasukkarm ke dalam oven pada suhu 105 "C selama

I jarn

Kertas saring dan residu ditimbang

dar dicaht

hasilnya. Diukur kadar TSS nya.

Kadar

z^

padat tersuspensi dapat

dihi$ng

dengan persamaan berikut :

TSS

(rngll-)

:

(A

-

B)xlOoO

Keterangan:

A:

Beratresidu sebehrm pemanasan 105 "C (mg)

B = Berat residu sesudah pefiumasan 105 "C (mg) C = Volume mmpel (ml)

Pengukuran Chemical Axygen Dqrrnrrd

(COD)

1.

Pembuatan

Lanrtan

Pereaksi

a. Pembuatan Standar Primer K2CrO7 0,1

N

Larulkan 4,903

g rlrcro?

AR

dalam tabu

ular

hingga volumenya 1

L

dengan aquadest. b. Asam Sulfat, AR.

c.Larfiaa

AgSOa 1,25%0

Dengan hati-hati larutkan 12,5 g Ag2SOa menjadi 1

liter

dengan ILSO4 50

%

pila

saat campuao

asam sulfat tersebut masih hangat.

d.Ferro-l

: LO phenanthicline rn&krdior

Larutkan 0,695 gram FeSOa.THzO

di

dalam 100

ml

aquadest, tambahkan

1,485gr

l:10

phenanthicline mono hydrate, kocok dan biarkan 2 hari agarmelarut semua.

e. Ferro sulfat 0,1

N

Larutkan

)3,8

gFeSOa.TH2O

di

dalam

+

500

ml

aquades! tambahkan 25

ml

HrSO4 pekat kocok,

dinginkan dan tepatkan 1

liter

dengan aquadest. Larutan

ini

harus disimpan dalam botol berwama

dan

ditempat gelap.

Jika larutan

ini

disimpan terlalu 1am4 ada kecenderungan rmf,rk teroksidasi

menjadi

ferri

sulfat.

Oleh

karefla

itu

setiap

melakukan penetapan

COD, larutan

ini

hanrs distandarisasi dengan KzCrOr.

2. Prosedur Anatisa

COI)

a.

Pipet 25

tnlK2croa

0,1

N

ke dalam labu destilasi 500 ml

b.

Perlahan-lahan

(melalui buret)

ditambahkar 30

ml HrSO4 pekat sambil digoyang-goyang

c-

Pada saat campuran masih agak panas,

perlahan-lahm

melalui

pipet

berskala

ditahbahkan

sejumlah tertentu contoh (air limbah) sambil terus

digoyang hingga warna

benrbah

dad

oxange kemerahan menjadi orange kehijauan Perubahan

warna rliamati dengan membandingkan terhadap blanko

d.

Tambahkan sejumlah

asam sulfat pekat

yang setan dengan volume contoh

dikali

1,2

e.

Kemudian

tambahhn

10

ml

Ag2SOa l,2S o/o daln beberapa

butir batu reflux

dilakukan selama 2

jam

(minirmrm)

f.

Dinginkan

+

% jalrl. dan bilasi kondensor dengan aquadest.

Campukan

pembilas

ke

dalam labu destilasi, dinginkan dengan air mengalir

g.

Sebelum

titrasi,

tambahkan

aquadest hingga

volumenya menjadi

kim-kira

4

kali

volume

semula.

Tambahlcan

54

tetes

indikator

phenanthrolin

tr

Titmsi

dengan

ferro

sulfat 0,1

N

hingga warna

menjadi

cokelat kemerahan

(titik

akhir). Titik

ekuivalen

ini

cukup tajarq kerjakan titrasi blanko.

Untuk

nilai

COD digunakan nrmus:

COD(mg/L)

=

(a-b)

(cx8000)

=mglL

(3) volumecontoh

Keterangan:

a

:

ml FeSO4 0,1 N urtuk titrasi blanko b

:

rd

FeSO+ 0,1 N untuk titrasi contoh c = normalitas FeSOa (0,1

lO

Hasil

Tabel

1. DataAwal Limbah Cair Industri

Tahu

(2)

No Parameter Jumiah Satuan

1 Kekeruhan 3s0 FAU

2 TSS 3 100

mv{l

f COD 678s ms/l

(4)

JurmlTelmikKimiaUSU, Vol. 2,No. 1 (2013)

Pengaruh Dosis

Koagulan Serbuk B,iji Kellar 7

yo

dengan

Ukuran

50

il{esh

terhadap

penur"trnan

Turbiditas Limbah Cair Industri

Tahu

*{*5S

rgeait

**&,-60mait

..-"-,.,:,..'7S rneit

5000

[image:4.612.73.285.124.253.2] [image:4.612.330.540.127.262.2]

Ilosls Koaguhu (mg,900 mI)

Gambar

1.

Hubungan Ilosis Koagulan Serbuk

Biji

Kelor

terhadap Penurunan

Turbiditas

(Knd,ar 7 o/o,

50 Mesh)

Gambar

I

menunjukkan bahwa serbuk

biji

kelor

dengan kadar

air 7

%o marrpu menurunkan

tudiditas

liflbah cair

indusfti

tahu

pada berbagai

wakhr pengendapan

d*n

dosis koagglan

Dari

Gambar

I

terlihat

adanya penyimpangan pada

dosis

koagulan 3000

m1200

ml limbah cair industri tahu dengan lama pengendapan 50

menit

dan pada dosis koagulan ,1000

mgl200

mI

limbah

cair

industri

trhu

dengan lama

pengend4an

60

menit dimana persentase

pefl[rman

turtiditas

mengalami perunman meqiadi 20,57

%

dar_

24,86

olo. Penyimpangan

ini

mungfuin disebabkan karena pada waktu tersebut tidak semua koagulan yang terkoagulasi dan terflokulasi dengan sempuma.

Penunrnan

tubiditas

optimum diperoleh

pada

dosis koagulan

serbuk

biji

kelor

5000 mgi200 ml

limbah cair indusfti tahu pada waktu pengendapan 60

menit

sebesar 69,43 o/o, dengan ukuxan

partikel

50

mesh dan

pH 4

limbah cair industri

tahu.

Nilai

pH limbah cair

indusfii

tahu tidak mengalami penrbahan.

IIal ini

sesuai dengan hasil percobaan yang dilakukan

oleh

I9l

dalam

[67,

dirnana pros€s

koagulasi menggunakan

biji

kelor

memberikan pengaruh kecil

terhadry derajat keasaman dan konduktifitas.

Berdasmkan

teori,

dosis koagulan

sangat berpengaruh terhadap penyisihan

tu$iditas

limbah cair

industri

tahu karena dengan memberikan dosis yang tepat maka penyisihan

ffibiditas

sampel akan semakin

signifikan Menurut

[16]

suaf,r koagulan dikAakan

efektif,

apabita mampu mengurangi

nilai

tubiditas

sebesar 50 Yo *hlrlrgga koagulan

seftuk

biji

kelor ini

merupakan koagulan yang

efektif untuk

menurunkan turbiditas limbah cair industri tahu.

Pengaruh

Dosis

Koagulan Serbuk Biiji

KeJror

7

Va

dengan

lJkuran

70

Mesh

terhadap

penurunan

Turbiditas Limbah Cair Industri

Tahu

1SO .,

i; :r-:::. i:

!:. , a: ia '.:

= ttt{.

t-O ,r-.-_ , ..-.__,__.*-._! ____..,_,*:

2m

3ffi

4000

50m DorisKorgdrr (ug€gDml)

Gambar

2.

Eubungan Ilosis l(oagutan Serbuk

Biji

Kdor

terhadap Penumnan

Turbiditas e{adar

7 Vo,

70 Mesh)

Gambar

2

mensnj,kkan bahwa serbuk

biji

kelor

dengan kadar

air 7

Yo ,fiita]trry]t- menurunkan turbiditas

limbah

cair

industri

trhu

pada

berbagai

waktu

pengend4m den dosis koagulan

Dari

Gambar 2

terlihat

adanya penyimpangan pada

dosis

koagulan

aW

mgl2ffi ml

limbah cair industri tahu deng:m lama

50

menit

dan pzd.a dosis koagulan 4000

mgl200

ml

limbah

cair

industri tahu

dengan lama

pengendpan

70

m€nit dimana persentase penuruum

turbiditas mengalami penrrtrrum menjadi 76,29

o

fun

70"29

o/o. Penyimpangan

ini

mungkin

disebabkan kxerlapada waktu tersebut tidak semua koagulan yang terkoagulasi dan terflokulasi dengan sempuma.

Pemrunan

tubiditas

optimum diperoleh

pada

dosis koagulan

serbuk

biji

kelor

5000 mg/200 ml

limbah cair indushi tahu pada waktu pengendapan 50

rnenit

sebesar 82,29

yo,

dengan ukuran

prtikel

70

mesh dan

pH

4

limbah cair industri rahu

Nilai

pH limbah cair indusEi tahu tidak mengalami perubaharl

Iful ini

sesuai dengan hasil percobaan yang dilakukan

oleh [9]

dalam Chandra

t6l,

dimana proses koagulasi menggunakan

biji

kelor

memberikan pengaruh kecil

terhadap derajat keasaman dan konduktifitas.

Berdasarkan

teori,

dosis koagulan

sargat berpengaruh terhadap penyisihan turtiditas limbah cair

indusfii

tahu karena dengan memberikan dosis yang tepat mzka penyisihen turbiditas campel akan semakin

signifikan Memrnrt

[16]

suatu

koagulan dikatakan

efeltif,

apabila mampu

mengurangi

nilai

fusiditas

sebesar 5O Yo sehngga koagulan

seftuk

biji

kelor ini

menrpakan koagulan yang

efektif untuk

menurunkan tutbiditas limbah

cat

industri tahu.

80

ffi

I

2e

1i

!

10s 8D

ffi

4

n

i-.

L

(5)

/

JumalTeknikKimiaUSU, Vol. 2,No. I (2013)

i

!

-l

I I

,

-

i

-1 I

I

=----3 oA ae

!- fd\

0

2W

$oo

F

840

!zo

$ U

Pengaruh Dosis

Koagulan Serbuk B.iii

Kelar 7

o/o

dengan

Ukuran

50

Mesh terhadap

Persentase

Pcnurunan

TSS Limbah Cair Industri

Tahu

:i :l-,,1 i.

."' 'i: i

[image:5.612.325.537.124.258.2] [image:5.612.67.278.133.260.2]

Doris Koagalan (mgl!00 mI)

Gambar

3.

Eubungan

Dosis

Koagulan Serbuk

Biji

Kelor

terhadap Penurunan TSS

(Kadar

7

ohr 50

lVIesh)

Gambar

3

menu4fukkan bahwa penurunan TSS

tertinggi

diperoleh

pda

dosis koagulan serbuk

biji

kelor

7 %

sebanyak

5000 mg/200

ml

limbah

cair

industri

tahu

dengan

waktu

pengendapan

50

menit dengan perururum sebesar 93,55 Va deng;an ukuran 50 mesh.

Dari Gambar 3 terlihat adanya penytmpangan pada dosis koagulan 4C[)0

mg/2ffi ml

limbah

cair

indusEi

tahu

dengan

lama

pengendapan

60

menit

dimana

persentase

penurunan

TSS

mengalami

peouruum

menjadi

61,"14 o/o. Penyimpangan

ini

mungkin

disebabkan karena pada

waktu

tersebut

tidak

semua

partikel koagutan bereaksi membentuk

flok-flok

dalam limbah cair industri tahu.

Berdasarkan

teori

yang

fiu

sernakin

besar konsentrasi koagulan

yang

digunakan maka sernakin besar

juga

j'mlah

partikel

bahan tersuspensi (TSS) yang tersisihkan. Hal

ini

sesuai dengan hasil penelitian

yang dilakukan oleh [14]

bahwa penghilangan

flok

berupa turbiditas dan TSS dari media cair berganong

pada jenis dan

jumlah

suspensi

koloi{

pH,

komposisi

kimia cairan dan jenis koagulan

Nilai

pH limbah cair industri tahu tidak mengalami perubahan-

I{al ini

sesuai dengan hasil percobaan yang dilakukan oleh

[9]

dalam

t6l,

dimana proses koagulasi menggunakan

biji

kelor

memberikan penganrh kecil

terhadap derajat keasaman dan

konduktifitas-Pengaruh Dosis

Koagulan Serbuk

Biji

Kelor

7 %

dengan

Ukuran 7{} Mesh

terhadap

Persentase

Penurunan

TSS Limbah Cair Industri

Tahu

Ilosis Ksrgdta dmg2tl0 ad)

Gambar

4.

Eubungan Ilosis Koagulan Serbuk

Biji

Kelor

terhadap Penurunan TSS

(Kadar

7

Vor 70

Mesh)

Gambar

4

menunjukkan bahwa penurunan TSS

tertinggi

diperoleh pada dosis koagulan serbuk

biji

kelor

7 %

sebanyak 4OO0

mgl2}O

nil

limbah

cair

indusri

tahr

dengan

wakhr

pengendapan

50

menit

dengan peilrrunan sebesar 93,55 a/o dengan ukuran 70

mesh-Dari Gambar 4 terlihat adanyapenyimpangan pada dosis koagulan 5000 mgl200

ml

limbah

cair

industri

tahu

dengan

lama

pengendapan

50 menit

dan pada dosis koagulan 4000 mg/200

ml

limbah

cair

industri

tahu

dengan

lama

pengendapan

60

menit

dimana

persentase

pemrrman

TSS

mengalami

pemrunan

menjadi 87,1

yo

dan 83,87

%.

Penyirryang;an

ini

mungkin disebabkan karena pada waktu tersebut tidak

semua partikel koagulan bereaksi menibentuk

flok-flok

dalam limbah cair industri tahu.

Berdasarkan

teori yang

adU

semakin

besar

korsentrasi koagulan

yang

digunakan maka semakin besar

juga jumlah partikel

bahan tersuspensi (TSS) yang tersisihkan.

IIal ini

sesuai dengan hasil penelitian

yang

dilalarkan

oleh

[4]

bahwa penghilangan

flok

berupa turbiditas dan TSS dari media cair bergantmg

pada jenis dan

junlah

suspensi

koloid

pH, kornposisi

kimia cairan dan jenis koagulan.

Nilai

pH limbah cair industri tahu tidak mengalami perubahatl

l{al ini

sesuai dengim hasil percobaan yang

dilals*an

oleh

[9] drlam [6],

dimana proses koagulasi

menggunakm

biji

kelor

memberikan pengaruh kecil

terhadap derajat keasaman dan

(6)

7

Jumal Teknik Kimia USU, Vol. 2, No.

I

(2013)

s80

c60

U

840

E:o

Penganrh Dosis

Koagulan Serbuk B,iii

Kdar

7

Yo

dengan

lJkuran

50

mesh terhadap

Persentase

Penurunan COD

Limbah Cair Industri

Tahu

10O r

***,*5rl t1}sii{ -**--' 6{ rnenir

jtj tt1&l.l

Sori+ I{orgalar (mgr?{X} mI}

Gambzr 5. Hubunsan

Dosis

Koagulan Serbuk

Biji

Kelor

terhadap Persentase Penurunan COD

(Kadar

7 o/sr50 Mesh)

Dari

Gal;r:&iat

5

dapat dililtoit Wrnfiurwn optimum COD limbah cair industri tahu dengan koagulan serbuk

biji

kelor 7 % berukuran 50 mesh diperoleh pada dosis 5000 mgl200

ml

dengan waktu pengendapan 70 menit rurmpu menunmkan COD sebesar 72,7

oA.Ilasil

yang

diperoleh

jauh

diatas

baku mutu limbah

cair

yang

ditetapkan kep-51/IvIENLHllOtl995, dirnana

baku

mutu

COD limbah

cair

yang

dapat dibuaug

ke

lingtangan adalah sebesar lO0 mgfL.

Dari Gambar 5 terlihat adanya penyimpanganpada dosis koagulan

3ffi0

mgl2ffi ml

limbah

cair

industri

tahu

dengan larna pengendapan

50 menit

dan pada dosis koagulan 4000 mgl200

ml

limbah

cair

industri

tahu

dengan

larna

pengendapan

60

menit

dirnana persentase penururum

COD

mengalami

perururun

menjadi 33,22

o

dail

35,5 7o.

Penyimpangar

ini

mrmgkin disebabkan karena pada waknr tersebut tidak

semua partikel koagulan bereaksi membentuk

flok-flok

dalam limbah cair industri tahu.

COD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan

untuk

mengoksidasi secara

kimia

bahan

organik di

dalzlrr^

afi.

COD yang diperoleh dari proses koagulasi

tidak

dapat

memenuhi

baku

mutu

dikarenakan banyaknya kandungan zat-zat organik dan anorganik

yang

terkandung

di

dalam

limbah cair

indusEi tahu tersebut.

Untuk

dapat menyisihkan kadar COD yang

trngg

Wda limbah cair, diperlukan pengolahan lebih

lanjut.

Di

dalam proses

pengolalr,an lfunbah cair,

koagulasi

bagian dari

Primary

Treatrnent

(pengolahan

tahap

pertama)

yang

memiliki

trjuan

unttrk menghilangkm padatan tersuspensi didalam air

limbah.

Sedangkan

tahapan

selanjuntya

yaitu

Secondary Treatment (pengolahan

tahap

kedua)

bertujuan menghilangkan

material organik

pfu

air

limbah

121.

Tahap

ini

dapat memberikan

angka

peilrnuun

COD yang lebih besar, dengan hasil yang

dicapai dryat

disesuaikan dengan

baku mutu

COD

ditetapkan kep-5l/IvIENLIVrclI9gs

sehingga aman bagi lingkur€an sekitar.

Nilai

pH limbah cair industritahutidak mengalami perubahan. Hal

ini

sesuai dengan hasil percobaan yang

dilakukan oleh

[9]

dalam Chandia

[6],

dimana proses

koagulasi

menggunakan

blji

kelor

memberikan

pengaruh

kecil

terhadap deraiat

keasanran dan konduktifitas.

Pengamh

Dosis

Koagulan Serbuk

Biji

Kelor 7

%o

dengan

lIkuran 70

mesh terhadap

Persentase

Penurunan COD

Limbah Cair Industri

Tahu

"-+*JS

rneai*

--.6;*6msit

. ,r1i , ;* fBrfiil

sm

400s

5000 [image:6.612.71.285.134.264.2]

Ilosis Kmgalr*

(r92fi)

mf!

Gambar 6. Hubungan

Dosis

Koagulan Serbuk

Biji

Kelor

terhadap Persentase Penurunan COD

(Kadar

7 o/or70 Mesh)

Dari

Gambar

6

daqt

dilihat

penururum optimum

COD limbah cair indusei tahu dengan koagulan serbuk

biji

kelor 7 % berukuran 70 mesh diperoleh pada dosis

5000 mg/200

ml

dengan waktu pengendapan 60 menit mampu menrlrurkan COD sebesar 63,26 yo. Flasil yang

diperoleh

jauh

diatas

baku mutu limbah

car

yang

ditetapkan kep-5UIvIENLII/10/1995, dimana

baku

mutu

COD

limbah

cair

yang

dapt

dibuang

ke

linglnmganadalah sebesar 100

mg&.

Dari Gambar 6 terlihat adanya pnyimpangan pada dosis koagulan 4000 rnglz00

ml

limbah cair industri

tahu

dengan larna pengendapan

50 menit

dan pada dosis koagulan 4000

mgl2B rnl

limbah cair indusfri

tahu

dengan

larna

pengendapan

70

menit

dimana

perser(ase

pemrnilxm

COD

mengalami

penuruurn

menjadi

39,72

yo

dan

53,65

%.

Penyimpangan

ini

mungkin disebabkan karena pada waktu tersebut tidak

semua partikel koagulan bereaksi membentuk

flok-flok

dalam limbah cair industri tahu.

COD adalahbaryaknya oksigen yang dibutuhkan

untuk

mengoksidasi secara

kimia

bahan

organik di

dalan

air. COD yang dipemleh dari proses koagulasi

tidak

dzpt

memenuhi

baku

mutr

dikarenakan banyaknya kandungan zat-zat organik dan anorganik

yang

terkandurg

di

dalam

limbah cair industri

tahu tersebut.

Untuk

dapat menyisihkan kadar COD yang

tingg

pada limbah cair, diperlukan pengolahan lebih

lanjut

Di

dalam proses

pengolahan

limbah

cafi

koagulasi

bagian dari

Primary

Treatment

tff:

!

5m

r

=:

Csoj

5:

g,

-

mr...-i

5zo-t)

i-,-am

(7)

Jumal Teknik Kimia USU, Vot. 2, No.

I

(2013)

(pengolahan

tahap

pertama)

yang memiliki

tujuan

untuk menghilangkan Wdatar. tersuspensi didatarn air

limball

Sedangkan

tahapan

selianjuntya

yaitu

Secondary

Treatment (pengolahan

'ahap

kedua)

bertujuan menghilangkan

material organik

pad€. atr

limbah

{21. Tahap

ini

dapat memberikan

angka

pemrruxm COD yang

lebih

besar, dengan hasil yang

dicapai

dapat disesuaikan dengan

baku

mutu

COD

ditetapkan kep-5lltrdENl,lVrcfiggs

sehingga aman bagi lingkungan sekitar.

Nilai

pH limbah cair industritahu tidak mengalami perubahan

IIal ini

sesuai dengan hasil percobaan yang dilalcukan oleh

[9]

dalam [6], dimana proses koagulasi menggunakan

biji

kelor

memberikan

pngaruh

kecil

terhadap derajat keasaman dan konduktifitas.

Kesimpulan

Semakin rendah kadar afu yang terdapal

di

dalam

biji

kelor, maka semakin besar kemampuannya dalam

menurunkan

tubiditas,

TSS, dan

COD

dalam limbah cair industri tahu. Semakin

kecil

(tralus) ukuxan serbuk

bUi kelor

dan

semakin

banyak dosisny4

maka

penuruftm nubiditas,

TSS,

dan COD

juga

semakin besar. Penambahan koagulan tidak menpengaruhi

nilai

pH

limbah

cair

industri

tahu

Lama

pengendapm

optimum adalah 60 menit dengan peilrnuum

tu6iditas

77,43 oL TSS 90,32

%danCOD

63,26 oZ pada dosis koagulan 5000

mg/L,

kadar air 7 Yo,

pH

akhir limbah

cair

fudustri tahu

4

dan ukuran partikel koagulan 70 mesh. Te{adinya penyimpangan hasil penelitian yang

diperoleh mungkin

disebabkan karena

tidak

semua

koagulan

yang

terkoagulasi

dan terflokulasi

secara sempurna.

Biji

kelor

merupkan

koagulan yang

efektif

untuk

limbah

cair

industri

tahrf

ini

terlihat

dari

penuruxm kadar

Uffiidilas,

TSS, dan

COD

optimum

yang diperoleh melebihi 50 7o.

Daftar

Pustaka

[]

Adieska Penelitian Koagulan

Biji

Kelor

pada

Limbah

Cair

Industri,

httplladieskane!

2010.

I2l

Airnyaya

Tahapan Pengolahan

Limbah

Cair,

httpl

I aimy ay a.blogspot. com, 2008.

[3]

Amedi,

1.,

Penyisihan

BOD5,

COD dan

TSS

Limbah

Cair

Tahu

dengan

Kombinasi

Koagulasi-Flokalasi

dan

UltraJil*asi,

Universtias Riau, Pekanb

ar\ 20fi

.

[a]

Bapedal,

Erwironmental

Management

Development

in

lrcdonesia, BAPEDAL,

Jakafia" L994.

[5]

Bappeda

MedaCI,

Penelitian

Pencemaran

Air

Limbqh

di

Sentra industri

Kecil

Tahu/

Tempe

di

Kecamatan

Medan

Tuntungan Kotamadya

Dati

lI

Medan, Bapedda

TK

tr

MedarL 1993.

t6l Chandra

A-, Penentuan Dosis Optimum Koagulan

Fewo

Sulfat-Kapur

Flokulan

ChemiJloc dan

Besfloc, serta Biaflokulan

Moringa

Oleifera

dalam

Pengolahan

Limbah

Cair

Pabrik

Tekstil,

Laporan

Penelitian

Jurusan Teknik

Kimia,

Universitas

Parahyangan, Bandung

1998.

[7]

Chondro,

A.,

Studi

Komparasi

Efelctivrtas

Pengolahan

Limbah

Cair

Indastri

Tahu

Dengan

Media Pasir Antara Down

Flow

Dan

Up

Flow

Untuk Mengurangi Kadar

Bod,

Univsrsitas Jenderal

Sudirman,

hlrwokerto,

2010.

[8]

Husin,

A-, Pengolahan Limbah Cair

lndustri

Tahu dengan

Biofiltrasi

Anaerob dalam Reaktor

Fixed-Bed, Dspartemen

Teknik

Kimia,

Universitas Sumatera

Utan,

ll.fiedaL 2008.

[9]

Ndabigengesere, A., Narasiah,

K.

S. rlan Talbot B.

G.,

Active Agents

and

Mechanism

of

Coagulation

af

Turbid

Water

using

Moringa Oledera, Water Researc[

New

York,

1995.

[l0]Nuhasan

dan Pramudyanto,

B.

8.,

Penanganan

Air

Limbah Tahu,

Yayasan

Bina

Karya

Lestari Jakafia,l99l.

[1f]Nurhidayat

Biji

Kelor

Moringa

oletfera, http: I lnvrbtdayat.lecture.ub.ac.id, 20 10.

tl2lNurik4

I.,

Pemanfaatan

BAi

Asam

Jawa

(Tamarindus

indica)

sebagai

Koagulan

pada Proses Koagulasi Limbah

Cair

Tahu,

Fakultas

Telnologi

Pertanian, Universitas

Brawijay4 Malang, 2007.

[13]Ritwa4

Pemanfaatan

Bii

Kelor

(|,{oringa Oleifera Lamk) dalam Pengolahan Limbah dan

Air

Baku Baik Skala Kecil, Sedang dan Be sar, http:l/lib.uin-malang. ac.id" 2004.

[l4]Rossi,

M.

E.

dan Ward,

N.

I.,

The In/luence

of

Chemical Treatmenl of

Metal

Composition

of

Raw Water,

Proc.

krt.

Conf. on Heavy Metals in the Environ, New

York,

1993. [15] Sugiharto, Dasar-dasar Pengolahan

Air

Limbah,

Universitas Indonesia, lakartry 1994.

[16]Witey 1., Principles of

Industrial

Waste Treatment, John Wiley

&

Sons Inc, New

York,

1955.
(8)

7

Judul

JLrrnal

Ihriah (Aflikcl)

[)enulis .l

urlal

lltrriah

identitas .lurral Ilmiah

Katcgori I'ublik*si

Junral

llrniah

( trcr

i

v

Irudil kuteU.or

i

\ ar)9. teJ)at )

I,leril [:,,nilr' rr, l)1t,t * ]),.,t, iott.

/E

Pengaruh

Kadar

Air,

Dosis

dan

I-ama

Pengendapan Koagulasi

Scrbuk l3rji Kelor

Sebagai

Alternatif

Pengolahan

l-inrlrah ('air

Indusfri

'['ahu

Ayu

Ridaniati

[3angrm,

Siti

Arninah,

Rudi

Anas

llutirhaean,

\lulranrrrrad Ytrsul.

Ritonga

L[&{UAR

IIASII, PENII,AIA]\

SEJA}YA'T SEBIDANG ATAT] PEER

REI4EW

KAIIYA

Il,MIAll

r

JIIRNAI.

It,MlAI{

^ L r...--,- l.,-.-l d l\.lllld -rtlltldl

ir.

Nornor/\rolunte

c.

Edisi

(l:ulan/tahun)

d

Penerlrit

e. Jurnlah haiamarr

Jumal'I'eknik Kirnia

1 2

20 t3

[)eparlunrnt

l'eknik Kirrria -

t rSt:

,18

"i

. f]

Jumal llmietr

lntenrasional

Narna

NIP

Dr. Basuki Wirjosentono. MS.,

Phd

I-lTjunral

llrniah

Nasional Terakreditasi

M

Jturral

Ilnrialr

Nasional

Tidali -t'et*ireditasi

Medan.

4

2

-I

?./vr...?

0./.y

.

1952041898002 1 00 1

:FN4lPA

tistl

f.-ornilcnelr

Yang

I)inilai

\i!ri

I!rrltsirn:r!,,lurrta!

Iluriatr

1{}

Nilai

'{khir

Yartg Diperoleh

In ternasional

T

Nrrsional Tera kred itasi

l

N asional

Tidak

1'e ra k

red/asi

I]/

a. Kelengkal)an unsur isr buku (i0o.,i,)

7

('7)

0,4/

b. Ruaug

lingkup

dan kedalarnart pembahasar

(30%)

A(

(zt

o,7"F

c. Kecukqran

diiii kerrutahirau data/inlonrtasi dar

rnetodolosi

(30%)

2[

{tt

o,7f

d.Kelengkapar) ulrsul dan kualitas penerbrt {:30%)

26

(3)

o,7B

Totat

=

(I00%)

2,-({

(9)

LEMBAR

IIASIL

PENILAIAN SEJAWAT SEBIDANG ATAU

PEER

REYIEV

KARYA

ILMIAII

:

JURNAL

ILMIA}I

Judul Jurnal Ilniliah

(Artike$

Penulis

Jurnal tlmiah

Identitas Jurnal

Ilmiah

Kategori Publikasi

Jurnal

Ilmiah

(heri

/

pada kategori

lang

tePat)

a. Nama Jurnal

b.

Nornor/Volume

c. Edisi (bulan/tahun)

d. Penerbit

e. Jurnlah halaman

Nama

NIP

Unit

Jurnal

Teknik

Kimia

1i2

2013

I)epartement

Teknik Kimia

-

USU

48

Pengaruh

Kadar

Air,

Dosis

dan

Lama

Pengendapan Koagulasi

Serb"ukBijiKelorSebagaiAlternatifPengolahanLimbahCair

lndustri

Tahu

Ayu

Ridaniati

Bangun,

Siti

Aminah, Rudi

Anas

Hutahaean'

Muharnmad

Yusuf.

Ritonga

tl

Zr

g

J

urnal Ilmiah Internasional

Jurnal

llmiah Nasional Terakleditasi

Jurnal

llmiah Nasional Tidak

Terakreditasi

Medan.

.ct

lw,.

:tn.y..

...

Revier,ver 2

kerja:

FMIPA

-

Universitas

Negeri

Medan

Hasil

Penilaian Peer

Review:

Komponen Yang

Dinilai

;

t.i h"k"

( l

o'l.)

Vo7

Nitai

Maksimal

Jurnal Ilmiah

10

Nilai

Akhir

Yang Diperoleh lnternasional

I

Nasional

Terakreditasi

r

Nasional

Tidak

Terakredilasi

M

t()

I

0,

JU

dv

(1/

o,B

I

b.

Ruaog

lingkup

dan kedalaman pembahasan

(30%)

ert

r)

0,7{

rr

Kecukupan dan kemutahiran

data/infbrmasi

dan

metodolosi

$A%)

Lr(

3)

0

t7t

d.Kelenskapan unsur dan

kualitas

penerbit

(3t)%)

"2,.'rr

Total

=

(10$%)

Gambar

Gambar 1. 50 Hubungan Ilosis Koagulan Serbuk BijiKelor terhadap Penurunan Turbiditas (Knd,ar 7 o/o,Mesh)
Gambar 4. Eubungan Ilosis Koagulan Serbuk BijiKelor terhadap Penurunan TSS (Kadar 7 Vor 70Mesh)
Gambar 6. Hubungan Dosis Kelor 7 Koagulan Serbuk Bijiterhadap Persentase Penurunan COD (Kadaro/or70 Mesh)

Referensi

Dokumen terkait

Agar penelitian ini lebih sempurna lagi, penulis menyarankan untuk dikembangkan lagi dengan menggunakan sensor yang lebih canggih, yang dapat mendeteksi sampah yang

Untuk diagnosa ke dua yaitu harga diri rendah berhubungan dengan koping individu tidak efektif belum dapat terlaksanakan di karenakan keterbatasan waktu penulis dalam melakukan

Tujuan umum tersebut, dapat dirincikan menjadi tujuan khusus : (1) untuk menganalisis rata-rata nilai ulangan harian matematika siswa kelas V Sekolah Dasar

Masukkan pula peta (Feature Class) yang telah dibuat sebelumnya. Pada saat sebelum editing ini, pemanggilan feature class tidak akan menunjukkan gambar apapun atau kosong. Pastikan

Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2013:81) menjelaskan bahwa pengembangan Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi

Alat analisis yang digunakan yaitu analisis SWOT, dengan menganalisis faktor internal dan eksternal dari industri „Citarasaku”, berdasarkan hasil analisis SWOT bahwa posisi

Supernatan yang diperoleh dari ekstraksi jeroan ikan digunakan sebagai sumber enzim kasar untuk aktivitas lipase.. Uji

4.4.1 Pembahasan Unsur Intrinsik yang Meliputi Alur Cerita, Pelaku, dan Latar Novel Ayat Ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy. 4.4.2 Penyusunan Model