• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Income Smoothing Dengan Ukuran Perusahaan sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris pada Perusahaan Perkebunan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Bursa Malaysia)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Income Smoothing Dengan Ukuran Perusahaan sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris pada Perusahaan Perkebunan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Bursa Malaysia)"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INCOME

SMOOTHING DENGAN UKURAN PERUSAHAAN

SEBAGAI VARIABEL MODERATING

(Studi Empiris padaPerusahaan Perkebunan yang Terdaftar di

Bursa Efek Indonesia (BEI) danBursa Malaysia)

OLEH:

VIVIAN 110503234

PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

i PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Income Smoothing Dengan Ukuran Perusahaan sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris pada Perusahaan Perkebunan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Bursa Malaysia)” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan,

Yang Membuat Pernyataan

(3)

ii ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INCOME

SMOOTHING DENGAN UKURAN PERUSAHAAN

SEBAGAI VARIABEL MODERATING

(Studi Empiris pada Perusahaan Perkebunan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Bursa Malaysia)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah return on equity, debt to total assets, dan net profit margin pada perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Bursa Malaysiaperiode 2010-2013 berpengaruh terhadap income smoothing baik secara parsial maupun simultan dengan tambahan variabel moderating yaitu ukuran perusahaan.

Sampel penelitian yang digunakan sebanyak 15 perusahaan perkebunan, dimana metode sampling yang digunakan adalah metode purposive sampling yaitu penetapan sampel dengan menggunakan kriteria tertentu. Pengolahan data dilakukan dengan analisis regresi logistik dengan alat bantuprogram statistik SPSS 18.

Penelitian sebelum moderating ini membuktikan bahwa hanya debt to total assetsyang berpengaruh negatif signifikan terhadapincome smoothing, sedangkanreturn on equity dan net profit margin tidak berpengaruh terhadap income smoothing. Secara simultan, return on equity, debt to total assets, dan net profit margin berpengaruh terhadap income smoothing pada perusahaan perkebunan. Ukuran perusahaan dapat digunakan sebagai variabel moderatingdalam tindakan income smoothing, dimana ukuran perusahaan dapat memperkuat hubungan return on equity, debt to total assetsdan income smoothing, namun memperlemah hubungan net profit margin dan income smoothing.

(4)

iii ABSTRACT

ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING INCOME SMOOTHING WITH SIZE OF COMPANY

AS MODERATING VARIABLE

(Empirical Studies on Plantantion Companies Listed in Indonesia Stock Exchange and Bursa Malaysia)

The aim of this research is to know whether return on equity, debt to total assets, and net profit margin at the plantationcompanies listed in Indonesia Stock Exchange (IDX) and Bursa Malaysia have effecton income smoothing either partially or simultaneously with addition moderating variable such size of company.

Fifteenplantation companies are used as the sample of this research. The method of the research is purposive sampling which define as a determination of the sample by using certain criteria. Data processing was performed by logistic regression analysis with SPSS, statistical program tool 18.

Partially, the result of this research before moderating shows that only debt to total assets hassignificant negative effect on income smoothing, and not return on equity and net profit margin. Simultaneously, return on equity, debt to total assets, and net profit margin have effect on income smoothing at the plantation companies. The size of company can be used as a moderating variable on income smoothing, which the size itself can strengthen the relation of return on equity, debt to total assets and income smoothing, but weaken the relation of net profit margin and income smoothing.

(5)

iv KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, yang telah memberikan berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Income Smoothing Dengan Ukuran Perusahaan sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris pada Perusahaan Perkebunan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Bursa Malaysia)”,disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Departemen Akuntansi Universitas Sumatera Utara.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak memperoleh bimbingan, semangat, nasehat, dan bantuan lain baik secara moril maupun materil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac., Ak., C.A., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Univesitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, M.A.F.I.S., Ak., selaku Ketua DepartemenAkuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan Bapak Drs. Hotmal Jafar, M.M.,Ak., selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

(6)

v Dra. Mutia Ismail, M.M., Ak., selaku Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dra. Narumondang Bulan Siregar, M.M., Ak. selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Hotmal Jafar, M.M.,Ak., dan Bapak Drs. Idhar Yahya, MBA,Ak. selaku Dosen Penguji dan Dosen Pembanding, yang telah memberikan saran dan arahan bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 6. Kedua orangtua penulis, Indrasyah dan Lim Jok Ken, dan empat saudara

(7)

vi Segala bentuk usaha dan perjuangan telah semaksimal mungkin dilakukanoleh penulis. Meskipun demikian, skripsi ini masih jauh dari kata sempurna danmasih perlu banyak perbaikan atas segala kekurangannya yang semata-matamerupakan keterbatasan penulis sebagai manusia biasa.Setiap penelitian tidak ada yang sempurna, setiap hasil tidak ada yang paling benar, namun setiap langkah adalah pembelajaran. Pembelajaran untuk senantiasa menjadi lebih baik menuju suatu kesempurnaan. Akhir kata semoga skripsi ini berguna bagi pembaca dan dapat dipergunakan untuk menambah pengetahuan dan bahan masukan bagi penelitian selanjutnya. Semoga Tuhan senantiasa melimpahkan berkat dan karunia-Nya. Amin

Medan, 11 Juni 2015 Penulis,

(8)

vii DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 11

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 11

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 11

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 14

2.1 Tinjauan Teoritis ... 14

2.1.1 Laporan Keuangan ... 14

2.1.1.1 Pengertian Laporan Keuangan ... 14

2.1.1.2 Tujuan Laporan Keuangan ... 15

2.1.1.3 Jenis- jenis Laporan Keuangan ... 16

2.1.1.4 Pengguna Laporan Keuangan ... 17

2.1.2 Laba ... 18

2.1.2.1 Pengertian Laba ... 18

2.1.2.2 Tujuan Pelaporan Laba ... 18

2.1.3 Teori Keagenan ... 19

2.1.4 Teori Sinyal ... 21

2.1.5 Teori Akuntansi Positif ... 22

2.1.6 Manajemen Laba ... 23

2.1.6.1 Pengertian Manajemen Laba ... 23

2.1.6.2 Motivasi Manajemen Laba ... 24

2.1.6.3 Klasifikasi Manajemen Laba ... 25

2.1.7 Income Smoothing (Perataan Laba) ... 25

2.1.7.1 Pengertian Income Smoothing ... 25

2.1.7.2 Alasan Income Smoothing ... 27

2.1.7.3 Tujuan Income Smoothing ... 27

2.1.7.4 Klasifikasi Income Smoothing ... 28

2.1.7.5 Teknik Income Smoothing ... 28

2.1.8 Analisis Laporan Keuangan ... 28

2.1.9 Return On Equity (ROE) ... 30

(9)

viii

2.1.11 Net Profit Margin (NPM) ... 31

2.1.12 Ukuran Perusahaan ... 32

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 33

2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis ... 38

2.3.1 Kerangka Konseptual ... 38

2.3.2 Pengembangan Hipotesis Penelitian ... 41

2.3.2.1 Keterkaitan antara return on equity (ROE)terhadap income smoothing ... 41

2.3.2.2 Keterkaitan antara debt to total assets (DAR)terhadap income smoothing ... 42

2.3.2.3 Keterkaitan antara net profit margin (NPM)terhadap income smoothing ... 43

2.3.2.4 Keterkaitan antara ukuran perusahaan terhadaphubungan antara return on equity (ROE), debt to total assets (DAR), dan net profit margin (NPM)dengan income smoothing ... 44

BAB III METODE PENELITIAN ... 45

3.1 Desain Penelitian ... 45

3.2 Jenis Data ... 45

3.3 Populasi dan Sampel ... 46

3.3.1 Populasi ... 46

3.3.2 Sampel ... 47

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 49

3.5 Batasan Operasional ... 49

3.6 Definisi Operasional ... 50

3.6.1 Variabel Independen ... 50

3.6.2 Variabel Dependen ... 51

3.6.3 Variabel Moderating ... 52

3.7 Skala Pengukuran Variabel ... 53

3.8 Metode Analisis Data ... 54

3.8.1 Statistik Deskriptif ... 54

3.8.2 Uji Asumsi Klasik ... 54

3.8.2.1 Uji Normalitas ... 54

3.8.2.2 Uji Multikolinearitas ... 55

3.8.2.3 Uji Heteroskedastisitas ... 55

3.8.2.4 Uji Autokorelasi ... 57

3.8.3 Analisis Regresi Berganda ... 57

3.8.4 Uji Hipotesis ... 58

3.8.4.1 Uji Koefisien Determinasi ... 58

3.8.4.2 Uji Signifikansi Parsial (t-test) ... 58

3.8.4.3 Uji Signifikansi Simultan (F-test) ... 59

3.8.5 Analisis Regresi Moderasi ... 59

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 62

(10)

ix

4.2 Statistik Deskriptif ... 63

4.3 Uji Asumsi Klasik ... 64

4.3.1 Uji Normalitas ... 64

4.3.2 Uji Multikolinearitas ... 68

4.3.3 Uji Heteroskedastisitas ... 70

4.3.4 Uji Autokorelasi ... 71

4.4 Analisis Regresi Berganda ... 73

4.5 Pengujian Hipotesis ... 74

4.5.1 Uji Signifikansi Parsial (t-test) ... 74

4.5.2 Uji Signifikansi Simultan (F-test) ... 75

4.5.3 Uji Koefisien Determinansi (R2) ... 76

4.6 Hasil Hipotesis Sebelum Moderating ... 76

4.7 Analisis Regresi Moderasi ... 77

4.8 Hasil Hipotesis Setelah Moderating ... 80

4.9 Pembahasan Hasil Penelitian ... 81

4.9.1 Pengaruh Return On Equity (ROE) terhadap Income Smoothing ... 81

4.9.2 Pengaruh Debt to Total Assets (DAR) terhadap Income Smoothing ... 81

4.9.3 Pengaruh Net Profit Margin (NPM) terhadap Income Smoothing ... 82

4.9.4 Pengaruh ROE, DAR, dan NPM secara simultan terhadap Income Smoothing ... 83

4.9.5 Pengaruh Ukuran Perusahaan sebagai Variabel Moderating dalam Hubungan antara ROE dan Income Smoothing ... 83

4.9.6 Pengaruh Ukuran Perusahaan sebagai Variabel Moderating dalam Hubungan antara DAR dan Income Smoothing ... 84

4.9.7 Pengaruh Ukuran Perusahaan sebagai Variabel Moderating dalam Hubungan antara NPM dan Income Smoothing ... 85

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 87

5.1 Kesimpulan ... 87

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 88

5.3 Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 90

(11)

x DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 1.1 Luas, Areal, Produksi, dan Produktivitas Perkebunan di

Indonesia ... 8

Tabel1.2 Nilai Ekspor Malaysia 2003 – 2012 ... 9

Tabel2.2 Hasil Penelitian Terdahulu ... 35

Tabel3.1 Daftar Sampel Perusahaan Perkebunan di BEI ... 48

Tabel3.2 Daftar Sampel Perusahaan Perkebunan di Bursa Malaysia .. 49

Tabel3.3 Skala Pengukuran Variabel ... 53

Tabel4.1 Statistik Deskriptif ... 63

Tabel4.2 Uji Kolmogorov-Smirnov Sebelum Moderating ... 65

Tabel4.3 Uji Kolmogorov-Smirnov Setelah Moderating ... 65

Tabel4.4 Uji Multikolinearitas Sebelum Moderating ... 69

Tabel4.5 Uji Multikolinearitas Setelah Moderating... 69

Tabel4.6 Uji Autokorelasi Sebelum Moderating ... 72

Tabel4.7 Uji Autokorelasi Setelah Moderating ... 72

Tabel4.8 Koefisien Regresi Berganda ... 73

Tabel4.9 Uji Signifikansi Parsial ... 74

Tabel4.10 Uji Signifikansi Simultan ... 75

Tabel4.11 Uji Koefisien Determinasi ... 76

Tabel4.12 Hasil Uji Nilai Selisih Mutlak Persamaan 1 ... 77

Tabel4.13 Hasil Uji Nilai Selisih Mutlak Persamaan 2 ... 78

(12)

xi DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ...38

Gambar 3.1 Histogram Sebelum Moderating ...66

Gambar 3.2 Histogram Setelah Moderating...66

Gambar 3.3 Normal Plot Sebelum Moderating...67

Gambar 3.4 Normal Plot Setelah Moderating ...67

Gambar 3.5 Uji Heteroskedastisitas Sebelum Moderating ...70

(13)

xii DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

Lampiran 1 Daftar Perhitungan Indeks Eckel ... 95 Lampiran 2 Daftar Populasi dan Sampel Perusahaan Perkebunan

di BEI ... 96 Lampiran3 Daftar Populasi dan Sampel Perusahaan Perkebunan

di Bursa Malaysia ... 97 Lampiran 4 Hasil Perhitungan Variabel Independen, Dependen,

dan Moderating Pada Perusahaan Perkebunan di BEI

dan Bursa Malaysia pada tahun 2010 ... 99 Lampiran 5 Hasil Perhitungan Variabel Independen, Dependen,

dan Moderating Pada Perusahaan Perkebunan di BEI

dan Bursa Malaysia pada tahun 2011 ... 100 Lampiran 6 Hasil Perhitungan Variabel Independen, Dependen,

danModerating Pada Perusahaan Perkebunan di BEI

dan Bursa Malaysia pada tahun 2012 ... 101 Lampiran 7 Hasil Perhitungan Variabel Independen, Dependen,

danModerating Pada Perusahaan Perkebunan di BEI

dan Bursa Malaysia pada tahun 2013 ... 102 Lampiran 8 Hasil Perhitungan Total Aset Pada Perusahaan

Perkebunan di BEI dan Bursa Malaysia selama tahun

2010-2013 ... 103 Lampiran 9 Nilai Kurs Tengah Bank Indonesia (BI) setiap akhir

(14)

ii ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INCOME

SMOOTHING DENGAN UKURAN PERUSAHAAN

SEBAGAI VARIABEL MODERATING

(Studi Empiris pada Perusahaan Perkebunan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Bursa Malaysia)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah return on equity, debt to total assets, dan net profit margin pada perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Bursa Malaysiaperiode 2010-2013 berpengaruh terhadap income smoothing baik secara parsial maupun simultan dengan tambahan variabel moderating yaitu ukuran perusahaan.

Sampel penelitian yang digunakan sebanyak 15 perusahaan perkebunan, dimana metode sampling yang digunakan adalah metode purposive sampling yaitu penetapan sampel dengan menggunakan kriteria tertentu. Pengolahan data dilakukan dengan analisis regresi logistik dengan alat bantuprogram statistik SPSS 18.

Penelitian sebelum moderating ini membuktikan bahwa hanya debt to total assetsyang berpengaruh negatif signifikan terhadapincome smoothing, sedangkanreturn on equity dan net profit margin tidak berpengaruh terhadap income smoothing. Secara simultan, return on equity, debt to total assets, dan net profit margin berpengaruh terhadap income smoothing pada perusahaan perkebunan. Ukuran perusahaan dapat digunakan sebagai variabel moderatingdalam tindakan income smoothing, dimana ukuran perusahaan dapat memperkuat hubungan return on equity, debt to total assetsdan income smoothing, namun memperlemah hubungan net profit margin dan income smoothing.

(15)

iii ABSTRACT

ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING INCOME SMOOTHING WITH SIZE OF COMPANY

AS MODERATING VARIABLE

(Empirical Studies on Plantantion Companies Listed in Indonesia Stock Exchange and Bursa Malaysia)

The aim of this research is to know whether return on equity, debt to total assets, and net profit margin at the plantationcompanies listed in Indonesia Stock Exchange (IDX) and Bursa Malaysia have effecton income smoothing either partially or simultaneously with addition moderating variable such size of company.

Fifteenplantation companies are used as the sample of this research. The method of the research is purposive sampling which define as a determination of the sample by using certain criteria. Data processing was performed by logistic regression analysis with SPSS, statistical program tool 18.

Partially, the result of this research before moderating shows that only debt to total assets hassignificant negative effect on income smoothing, and not return on equity and net profit margin. Simultaneously, return on equity, debt to total assets, and net profit margin have effect on income smoothing at the plantation companies. The size of company can be used as a moderating variable on income smoothing, which the size itself can strengthen the relation of return on equity, debt to total assets and income smoothing, but weaken the relation of net profit margin and income smoothing.

(16)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara umum, laporan keuangan merupakan hal yang penting dalam suatu perusahaan untuk menjalankan usahanya. Laporan keuangan merupakan media komunikasi antara pihak internal perusahaan (karyawan dan manajemen) dengan pihak eksternal perusahaan (investor, kreditor, pemerintah, dan masyarakat) mengenai informasi keuangan suatu perusahaan. Selain itu, laporan keuangan juga menggambarkan kinerja keuangan dan kinerja manajemen suatu perusahaan apakah dalam kondisi yang baik atau tidak, serta sebagai dasar dalam pengambilan keputusan ekonomi bagi pihak internal dan eksternal perusahaan. Oleh karena itu, laporan keuangan merupakan laporan yang paling penting/utama dalam suatu perusahaan.

Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan beragam karena informasi yang dibutuhkan masing-masing pihak berbeda dalam pengambilan keputusan. Seperti, investor memerlukan informasi keuangan untuk melihat profitabilitas dan stabilitas keuangan, manajer untuk melihat status keuangan perusahaan, bank dan pemasok untuk melihat kemampuan perusahaan untuk membayar kembali pinjaman. Brigham dan Houston (1999) menyatakan bahwa:

(17)

2 Dalam PSAK No.1 (2009), jenis laporan keuangan terdiri atas enam macam, yaitu laporan posisi keuangan pada akhir periode, laporan laba rugi komprehensif selama periode, laporan perubahan ekuitas selama periode, laporan arus kas selama periode, catatan atas laporan keuangan, dan laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif. Salah satu bagian dari laporan keuangan tersebut yang menunjukkan prestasi dan kinerja perusahaan adalah laba perusahaan, seperti yang disajikan dalam laporan laba rugikomprehensif selama periode.

Laba merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu perusahaan karena semakin besar laba yang dihasilkan oleh suatu perusahaan maka menunjukkan kinerja perusahaan yang sedang membaik sehingga investor menjadi tertarik untuk menanamkan modalnya. Selain itu, laba juga dapat berfungsi sebagai alat untuk menilai kemampuan menghasilkan laba perusahaan di masa depan yang berguna bagi para investor dan pihak lainnya yang berkepentingan. Hal tersebut mengakibatkan perusahaan cenderung menaikkan laba. Tetapi di sisi lain, kenaikan laba akan menyebabkan kenaikan pajak penghasilan yang harus dibayarkan suatu perusahaan.

Informasi laba merupakan informasi yang penting dalam laporan keuangan bagi pihak manajemen yang mengakibatkan manajemen cenderung melakukan disfunctional behavior, yaitu suatu tindakan memaksimalkan laba dengan

(18)

pihak-3 pihak yang berkepentingan atau teori keganenan. Akibatnya, perusahaan termotivasi untuk melakukan manajemen laba (earnings management).

Pola manajemen laba terdiri atas empat macam, yaitu taking bath, income maximization, income minimization, dan income smoothing (Scott, 2003). Dari keempat pola manajemen laba tersebut, pola manajemenlaba yang paling sering digunakan oleh perusahaan di Indonesia adalah income smoothing. Income smoothing merupakan suatu cara yang dilakukan oleh manajemen dengan sengaja

untuk mengurangi fluktuasi laba perusahaan melalui metode akuntansi dan transaksi sehingga kinerja perusahaan terlihat baik di mata investor yang mengakibatkan investor tertarik untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut.

Income smoothing merupakan suatu tindakan yang rasional, didasarkan

pada asumsi dalam teori akuntansi positif bahwa agen (manajer perusahaan) merupakan individu yang rasional yang memperhatikan dirinya sendiri (Assih dan Gudono, 2000). Hal ini sejalan dengan pemikiran para manajer perusahaan untuk menstabilkan laba setiap tahunnya, mengurangi hutang pajak, menghindari permintaan kenaikan upah dari karyawan, dan menarik investor untuk menanamkan modalnya melalui tindakan income smoothing.

(19)

4 sejalan dengan tindakan income smoothing yang masih menjadi bahan diskusi bagi para praktisi dan para akademisi. Para praktisi menilai income smoothing sebagai kecurangan, sementara para akademisi menilai income smoothing tidak bisa dikategorikan sebagai kecurangan. Tetapi, mereka setuju bahwa income smoothing adalah upaya untukmenstabilkan laba dengan menggunakan metode

dan prosedur akuntansi yang diterima dan diakui secara umum.

Penulis melihat bahwa terdapat fenomena yang terjadi dalam income smoothing karena income smoothing masih dijadikan perdebatan sampai saat ini bagi para praktisi dan para akademisi mengenai etis atau tidak etisnya tindakan income smoothing pada laporan keuangan dalam suatu perusahaan. Dengan

adanya fenomena ini, penulis tertarik untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan income smoothing dengan cara menganalisis faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap income smoothing.

(20)

5 Debt to total assets (DAR) mencerminkan seberapa besar utang yang digunakan untuk membiayai total aset. Nilai debt to total assets yang tinggi menggambarkan bahwa sebagian besar aset perusahaan dibiayai oleh utang yang menyebabkan investor takut untuk berinvestasi maupun kreditor untuk meminjamkan uang kepada perusahaan tersebut. Sehingga para manajer cenderung melakukan tindakan income smoothing untuk menarik investor dan kreditor. Menurut Suryandari (2012), debt to total assets tidak berpengaruh terhadap income smoothing. Hasil penelitian ini sejalan dengan Kurniawan dan Sherlita (2013). Namun penelitian yang dilakukan oleh Fitriasrini (2012) menyatakan bahwa debt to total assets berpengaruh negatif terhadap income smoothing.

Net profit margin (NPM) mencerminkan tingkat kemampuan perusahaan

dalam menghasilkan laba bersih yang diharapkan dari tingkat penjualan. Secara logis, net profit margin menggambarkan tingkat laba yang akan dibagikan kepada para pemegang saham dari persentase penjualan atau sebagai indikator pembagian dividen. Jadi, perusahaan cenderung akan melakukan tindakan income smoothing melalui rasio net profit margin. Menurut Hutagalung (2011), net profit margin tidak berpengaruh terhadap income smoothing. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Suryandari (2012). Namun penelitian yang dilakukan oleh Azhari (2010) menyatakan bahwa net profit margin berpengaruh signifikan terhadap income smoothing.

(21)

6 smoothing sehingga penulis ingin meneliti kembali faktor-faktor apa saja yang berpengaruh dan tidak berpengaruh terhadap income smoothing dengan tambahan adanya variabel moderating pada perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan Bursa Malaysia. Peneliti mengambil variabel ukuran perusahaan sebagai variabel moderating diakibatkan ukuran perusahaan dapat mengambarkan kondisi keuangan maupun kinerja perusahaan.

Ukuran perusahaan terdiri atas dua yaitu kecil dan besar. Ukuran perusahaan kecil cenderung memiliki kinerja yang kurang baik sehingga sumber pendanaan kebanyakan dari pinjaman diakibatkan total aktiva yang rendah serta laba perusahaan yang kecil. Di sisi lain, ukuran perusahaan besar otomatis memiliki kinerja yang baik diakibatkan total aktiva dan laba yang besar sehingga biasanya nilai rasio leverage perusahaan kecil karena sumber pendanaan kebanyakan berasal dari modal atau pihak internal.

Ukuran perusahaan juga mendorong perusahaan dalam melakukan income smoothing. Pada umumnya, perusahaan kecil cenderung melakukan income smoothing karena pihak manajemen tidak akan pernah mau melanggar perjanjian utang sebab dengan laba yang meningkat mengakibatkan pihak kreditur percaya untuk memberikan pinjaman. Namun, perusahaan besar lebih sering melakukan income smoothing karena pihak manajemen tahu apabila labanya terlalu besar

(22)

7 Alasan peneliti memilih perusahaan perkebunan sebagai objek penelitian karena akhir-akhir ini perusahaan perkebunan sedang mengalami perkembangan yang cukup pesat dan merupakan sektor yang cukup penting di Indonesia maupun di Malaysia. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti apakah perkembangan perusahaan yang biasanya ditandai dengan kenaikan laba memang benar- benar merupakan laba yang riil atau adanya indikasi tindakan perataan laba. Indonesia dan Malaysia sama-sama merupakan negara agraris dan memiliki beberapa komoditas perkebunan unggulan yang dikonsumsi maupun diekspor ke luar negeri. Di Indonesia, perkebunan dibagi atas dua macam yaitu perkebunan besar dan perkebunan rakyat. Perkebunan besar merupakan perkebunan yang dikelola oleh perusahaan yang berbadan hukum sedangkan perkebunan rakyat merupakan perkebunan yang diselenggarakan oleh rakyat. Komoditas perkebunan yang dikembangkan di Indonesia diantaranya teh, karet, kelapa, kopi, coklat, jambu mete, kapas, lada, tembakau, tebu, cengkeh, dan kelapa sawit.

(23)

8 Tabel 1.1

Luas, Areal, Produksi, dan Produktivitas Perkebunan di Indonesia

No Uraian

Tahun Laju

Pertumbuhan 2014* (%)

2013 2014*

I. Luas Areal/Immature Areal (Ha)

1 Karet / Rubber 3,555,946 3,616,694 1.71

2 Kelapa/ Coconut 3,654,478 3,631,814 -0.62

3 Kelapa Sawit / Oil Palm 10,465,020 10,956,231 4.69

4 Kopi / Coffee 1,241,836 1,246,809 0.4

5 Teh / Tea 122,035 121,034 -0.82

6 Lada / Pepper 171,920 172,471 0.32

7 Cengkeh / Clove 501,843 502,562 0.14

8 Kakao / Cocoa 1,740,612 1,719,087 -

9 Jambu Mete/Cashewnut 554,315 551,517 -0.5

10 Tebu / Sugar Cane 469,228 476,735 1.6

11 Tembakau / Tobacco 192,809 195,260 1.27

12 Kapas / Cotton 8,738 5,600 -35.92

II. Produksi / Production (Ton)

1 Karet / Rubber 3,237,583 3,153,192 -2.61

2 Kelapa/ Coconut 3,051,585 3,031,310 -0.66

3 Kelapa Sawit / Oil Palm 27,782,004 29,344,479 5.62

4 Kopi / Coffee 675,915 685,089 1.36

5 Teh / Tea 145,460 143,751 -1.18

6 Lada / Pepper 91,039 91,908 0.95

7 Cengkeh / Clove 109,699 110,579 0.8

8 Kakao / Cocoa 720,862 709,331 -

9 Jambu Mete/Cashewnut 116,113 116,000 -0.1

10 Tebu / Sugar Cane 2,551,024 2,632,424 3.19

11 Tembakau / Tobacco 164,448 166,262 1.1

12 Kapas / Cotton 1,871 970 -48.16

III. Produktivitas/Yield (Kg/Ha)

1 Karet / Rubber 1,083 1,053 -2.77

2 Kelapa/ Coconut 1,130 1,128 -0.18

3 Kelapa Sawit / Oil Palm 3,536 3,568 0.9

4 Kopi / Coffee 739 741 0.27

5 Teh / Tea 1,465 1,464 -0.08

6 Lada / Pepper 818 824 0.73

7 Cengkeh / Clove 350 353 0.86

8 Kakao / Cocoa 821 817 -0.49

9 Jambu Mete/Cashewnut 359 359 0

(24)

9

No Uraian

Tahun Laju

Pertumbuhan 2014* (%)

2013 2014*

11 Tembakau / Tobacco 928 934 0.65

12 Kapas / Cotton 288 222 -22.92

Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan Keterangan : * = Angka Sementara

- = Data tidak tersedia

Dari tabel 1.1, dapat disimpulkan bahwa luas areal perkebunan yang bertambah dari tahun 2013 ke tahun 2014 adalah tanaman karet, kelapa sawit, kopi, lada, cengkeh, tebu, dan tembakau. Sedangkan produksi hasil perkebunan yang meningkat dari tahun 2013 ke tahun 2014 adalah kelapa sawit, kopi, lada, cengkeh, tebu, dan tembakau. Hal ini sejalan dengan produktivitas hasil perkebunan yang meningkat dari tahun 2013 ke tahun 2014 adalah kelapa sawit, kopi, lada, cengkeh, tebu, dan tembakau.

Tabel 1.2

Nilai Ekspor Malaysia 2003 – 2012

No Kode

Hs Uraian

2003 – 2012 (000 USD) Antar ASEAN Luar ASEAN

1 151190 Other (CPO) 755,018.3 6,891,171.7

2 400122 Natural rubber in other forms - 2,002,665.9

3 151110 Crude oil - 1,718,092.7

4 151319 Coconut (copra) oil and its fraction 16,449.2 92,478.2 5 151321 Palm kernel or babassu oil and

fraction

- 140,892.2

6 180100 Cocoa beans, whole or broken - 24,735.2 7 151329 Palm kernel or babassu oil and

fraction

- 431,873.5

8 151620 Vegetable fats and oils and their fraction

136,459.8 1,430,628.3

9 190190 Soybean 116,356.7 104,847.1

10 180400 Cocoa butter, fat, and oil 10,820.2 391,903.6 11 400110 Natural rubber latex 5,413.3 122,822.3

12 081090 Fruits 11,108.9 10,616.8

(25)

10 Dari hasil tabel 1.2, hasil perkebunan yang diekspor oleh perusahaan perkebunan di Malaysia baik terhadap antar negara ASEAN maupun negara di luar ASEAN adalah minyak nabati kelapa sawit (CPO), karet alam, minyak mentah, minyak kelapa, minyak inti kelapa sawit, biji kokoa, lemak dan minyak nabati, kedelai, mentega, lemak, dan minyak kokoa, buah- buahan, lateks karet alam, dan pisang plaintain. Malaysia merupakan pengekspor ketiga terbesar hasil perkebunan ke negara ASEAN setelah Indonesia.

Penelitian ini merupakan replikasi dengan modifikasi dari penelitian Fitriasrini (2012) yang berjudul “Pengaruh Company Size, Financial Leverage, dan Profitability terhadap Income Smoothing (Studi Kasus pada Perusahaan Properti dan Real Estate yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2008-2010)”. Variabel independen yang diuji adalah company size, debt to equiy ratio, debt to total assets, return on assets, return on equity, dan net profit margin yang memiliki pengaruh terhadap income smoothing pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI periode 2008 – 2010.

(26)

11 Dari uraian di atas, maka peneliti mengambil judul : “Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Income Smoothing dengan Ukuran Perusahaan sebagai Variabel Moderating terhadap Perusahaan Perkebunan yang Terdaftar di BEI dan Bursa Malaysia”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apakah return on equity (ROE), debt to total assets (DAR), net profit margin (NPM) berpengaruh baik secara parsial maupun simultan terhadap income smoothing?

2. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap hubungan antara return on equity (ROE) dan income smoothing?

3. Apakah ukuran perusahaanberpengaruh terhadap hubungan antara debt to total assets (DAR) danincome smoothing?

4. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap hubungan antaranet profit margin (NPM) dan income smoothing?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh return on equity (ROE), debt to total assetss (DAR), dan net profit margin (NPM) baik secara parsial

(27)

12 2. Untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan terhadap hubungan

antara return on equity (ROE) terhadap income smoothing.

3. Untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan terhadap hubungan antara debt to total assets (DAR) terhadap income smoothing.

4. Untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan terhadap hubungan antara net profit margin (NPM) dengan income smoothing.

1.3.2 Manfaat Penelitian 1. Bagi perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi perusahaan khususnya perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan Bursa Malaysia mengenai tindakan income smoothing.

2. Bagi investor

Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan gambaran mengenai praktik perataan laba (income smoothing) pada perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Bursa Malaysia. Sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan bagi investor dalam mengambil keputusan berinvestasi yang terbaik .

3. Bagi akademisi

(28)

13 Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memacu penelitian yang lebih baik mengenai praktik perataan laba pada masa yang akan datang. 4. Bagi peneliti

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan peneliti sendiri untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi income smoothing pada perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Bursa Malaysia.

5. Bagi peneliti selanjutnya

(29)

14 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Laporan Keuangan

2.1.1.1 Pengertian Laporan Keuangan

Menurut Martani et. al. (2012:35) , pengertian laporan keuangan adalah sebagai berikut:

Laporan keuangan menyajikan informasi perubahan posisi keuangan dan tidak diwajibkan menyediakan informasi nonkeuangan. Laporan keuangan menjelaskan kinerja entitas dalam satu periode dalam laporan laba rugi komprehensif. Informasi tentang kinerja diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi, memprediksi kemampuan entitas untuk menghasilkan kas di masa depan, serta memberikan informasi mengenai efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan.

(30)

15 2.1.1.2 Tujuan Laporan Keuangan

Menurut APB Statement No. 4 dalam Yadiati (2007), tujuan laporan keuangan digolongkan sebagai berikut:

1. Tujuan Khusus

Tujuannya untuk menyajikan laporan posisi keuangan, hasil usaha, dan perubahan posisi keuangan lainnya secara wajar dan sesuai dengan GAAP.

2. Tujuan Umum

Tujuan umum adalah memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber-sumber ekonomi, dan kewajiban perusahaan; memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber kekayaan bersih yang berasal dari kegiatan usaha dalam mencari laba; menaksir informasi keuangan yang dapat digunakan untuk menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba; mengungkapkan informasi relevan lainnya yang dibutuhkan para pemakai laporan.

3. Tujuan kualitatif

Tujuan kualitatif yang dirumusakan APB Statements No. 4 adalah :

a. Relevance

Memilih informasi yang benar-benar dapat membantu pemakai laporan dalam proses pengambilan keputusan.

b. Understandability

Informasi yang dipilih untuk disajikan bukan saja yang penting tetapi juga harus informasi yang dimengerti para pemakainya.

c. Verifiability

Hasil akuntansi itu harus dapat diperiksa oleh pihak lain yang akan menghasilkan pendapat yang sama. d. Neutrality

Laporan akuntansi itu netral terhadap pihak-pihak yang berkepentingan.

e. Timeliness

Laporan akuntansi hanya bermanfaat untuk pengambilan keputusan apabila diserahkan pada saat yang tepat.

f. Comparability

(31)

16 g. Completeness

Informasi akuntansi yang dilaporkan harus mencakup semua kebutuhan yang layak dari para pemakai. Tujuan laporan keuangan dalam PSAK No.1 (2009) yaitu memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi.

2.1.1.3 Jenis- jenis Laporan Keuangan

Dalam PSAK 1 (2009), laporan keuangan yang lengkap terdiri atas:

1. Laporan posisi keuangan pada akhir periode merupakan laporan yang menyediakan informasi mengenai nilai dan jenis investasi perusahaan, kewajiban perusahaan kepada kreditur dan ekuitas pemilik.

2. Laporan laba rugi komprehensif selama periode berfungsi untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan antara tanggal neraca. Laporan ini mencerminkan aktivitas operasi perusahaan yang menyediakan rincian pendapatan, beban, untung dan rugi perusahaan untuk suatu periode waktu serta digunakan untuk mengetahui indikasi profitabilitas perusahaan.

3. Laporan perubahan ekuitas selama periode menyajikan informasi tentang perubahan- perubahan pada pos ekuitas. Laporan ini bermanfaat untuk mengidentifikasi alasan perubahan klaim pemegang ekuitas atas aktivitas perusahaan.

4. Laporan arus kas selama periode merupakan laporan yang menyajikan dan melaporkan informasi tentang arus kas masuk dan arus kas keluar bagi aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan perusahaan secara terpisah selama suatu periode tertentu.

(32)

17 mengenai pos- pos yang tidak memenuhi kriteria pengakuan dalam laporan keuangan.

6. Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos- pos laporan keuangan, atau ketika entitas mengklasifikasikan pos- pos dalam laporan keuangannya. 2.1.1.4 Pengguna Laporan Keuangan

Menurut Martani et. al. (2012:34), pengguna laporan keuangan menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi kebutuhan informasi yang berbeda antara lain :

a. Investor: menilai entitas dan kemampuan entitas membayar dividen di masa mendatang.

b. Karyawan: kemampuan memberikan balas jasa, manfaat pension, dan kesempatan kerja.

c. Pemberi jaminan: kemampuan membayar utang dan bunga yang mempengaruhi keputusan apakah akan memberikan pinjaman.

d. Pemasok dan kreditur lain: kemampuan entitas membayar liabilitasnya pada saat jatuh tempo.

e. Pelanggan: kemampuan entitas menjamin kelangsungan hidupnya.

f. Pemerintah: menilai bagaimana alokasi sumbe daya.

g. Masyarakat: menilai tren dan perkembangan kemakmuran entitas.

2.1.2 Laba

2.1.2.1 Pengertian Laba

(33)

18 ukuran kinerja investasi (return on investement) atau kinerja saham dengan melihat laba per saham (earnings per share).

Jadi, dapat disimpulkan bahwa laba merupakan selisih lebih pendapatan dikurangi dengan biaya yang digunakan sebagai indikator dalam mengukur kinerja perusahaan dan dasar dalam pengambilan keputusan investasi.

2.1.2.2 Tujuan Pelaporan Laba

Pelaporan laba merupakan suatu informasi yang penting dalam suatu perusahaan. Apabila perusahaan tidak melaporkan laba perusahaan maka menandakan perusahaan tersebut sedang mengalami masalah/ tidak sehat (financial distress) seperti mengalami kerugian hingga perusahaan tersebut bangkrut.

Menurut Suwardjono (2005:456), tujuan pelaporan laba umumnya dapat digunakan antara lain:

1. Indikator efisiensi penggunaan dana yang tertanam dalam perusahaan yang diwujudkan dalam tingkat kembalian atas investasi

2. Pengukur prestasi atau kinerja badan usaha dan manajemen

3. Dasar penentuan besarnya pengenaan pajak

4. Alat pengendalian alokasi sumber daya ekonomik suatu negara

5. Dasar penentuan dan penilaian kelayakan tarif dalam perusahaan publik

6. Alat pengendalian terhadap debitor dalam kontrak utang

7. Dasar kompensasi dan pembagian bonus

8. Alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan

(34)

19 2.1.3 Teori Keagenan

Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antara satu orang atau lebih pemilik (principal) yang menyewa manajer (agent) untuk melakukan beberapa jasa atas nama pemilik meliputi pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada agent.Michelson et al (1995) mendefinisikan keagenan sebagai suatu hubungan berdasarkan persetujuan antara dua pihak, dimana manajemen (agent) setuju untuk bertindak atas nama pihak lain yaitu pemilik (principal).

Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa:

“If both parties to the relationship are utility maximizers there is good reason to believe that the agent will not always act in the best interests of

the principal. The principal can limit divergences from his interest by establishing appropriate incentives for the agent and by incurring monitoring costs designed to limit the aberrant activities of the

(35)

20 Dalam teori keagenan yang dimaksud dengan principal adalah pemilik perusahaan (pemegang saham) dan agent adalah manajemen yang diberikan wewenang dari pemegang saham untuk menjalankan perusahaan. Diasumsikan, manajer perusahaan menginginkan kompensasi insentif atau bonus sebesar- besarnya atas kinerjanya selama menjalankan perusahaan. Di sisi lain, pemilik perusahaan lebih tertarik mendapatkan return sesegera mungkin dari hasil modal/saham yang diinvestasikan dalam perusahaan tersebut. Apabila dalam hubungan antara principal dan agent terjadi masalah akan menyebabkan timbulnya asimetri informasi (asymmetric information).

Asymmetric information adalah ketidakseimbangan informasi yang dimiliki oleh prinsipal dan agen, ketika prinsipal tidak memiliki informasi yang cukup tentang kinerja agen sebaliknya, agen memiliki lebih banyak informasi mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja dan perusahaan secara keseluruhan (Widyaningdyah, 2001).

Menurut Eisenhardt (1989), masalah keagenan timbul pada saat: (1) keinginan-keinginan atau tujuan-tujuan dari prinsipal dan agen berlawanan, dan (2) merupakan suatu hal yang sulit atau mahal bagi prinsipal untuk melakukan verifikasi tentang apa yang benar-benar dilakukan oleh agen.

(36)

21 adanya perbedaan tujuan dan informasi yang diinginkan. Teori keagenan dilandasi oleh beberapa asumsi (Eisenhardt, 1989):

“Asumsi-asumsitersebut dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu asumsi tentang sifat manusia, asumsikeorganisasian dan asumsi informasi. Asumsi sifat manusia menekankan bahwamanusia memiliki sifat mementingkan diri sendiri (self-interest), memilikiketerbatasan rasionalitas (bounded rationality), dan tidak menyukai risiko (riskaversion). Asumsi keorganisasian adalah adanya konflik antar anggota organisasi,efisiensi sebagai kriteria efektivitas, dan adanya asimetri informasi antara principaldan agen. Asumsi informasi adalah bahwa informasi sebagai barang komoditi yangbisa diperjualbelikan.”

2.1.4 Teori Sinyal

Menurut Bini et. al. (2011), “The signalling theory

was born at the beginning of the 1970 and is based on two

main research contributions: Arrow (1972) and Spence

(1973)”.Teori sinyal menjelaskan alasan perusahaan menyajikan

informasi untuk pasar modal (Wolk, et al. 2001). Teori sinyal menunjukkan adanya asimetri informasi antara manajemen perusahaan dan pihak-pihak yang berkepentingan dengan informasi tersebut (Restuti, 2007). Teori sinyal merupakan teori bagaimana cara perusahaan memberikan sinyal terhadap investor dan masyarakat luar.

(37)

22 Sinyal tersebut yang akan digunakan oleh pihak luar untuk menilai apakah ada atau tidaknya perubahan nilai suatu perusahaan tersebut. Begitu pula menurut Assih (2000), informasi laba yang dilaporkan manajemen merupakan sinyal mengenai laba di masa yang akan datang bagi pengguna laporan keuangan untuk membuat prediksi atas laba perusahaan di masa yang akan datang.

Pratiwi (2013) menyatakan bahwa:

Dalam signalling theory, kesulitan untuk membedakan mana perusahaan yang berkualitas rendah maupun yang berkualitas tinggi dapat dihindari, karena setiap manajer perusahaan yang kualitas perusahaannya lebih tinggi akan mampu memberikan sinyal-sinyal yang lebih baik atau mahal kepada investor dibandingkan perusahaan dengan kualitas yang rendah.

2.1.5 Teori Akuntansi Positif

Watts dan Zimmerman (1986) menjelaskan tiga hipotesa yang diaplikasikan untukmelakukan prediksi dalam teori akuntansi positif mengenai motivasi manajemen melakukanincome smoothing. Tiga hipotesa yang dijelaskannya adalah sebagai berikut:

1. Bonus plan hypothesis

Hipotesa ini menjelaskan bahwa apabila manajemen diberikan janji bonus sesuai dengan performance perusahaan khususnya ditandai dengan laba perusahaan maka manajemen akan cenderung menggunakan metode akuntansi yang mampu memaksimalkan laba perusahaan seperti mengakui laba perusahaan yang seharusnya menjadi bagian di masa depan pada laba perusahaan tahun berjalan. Sehingga, bonus yang didapatkan oleh manajemen akan lebih besar.

2. Debt covenant hypothesis

(38)

23 harus dipenuhi adalah kondisi keuangan perusahaan yang sehat. Kondisi keuangan perusahaan yang sehat pada umumnya memiliki kriteria memiliki laba yang relatif tinggi dan stabil, serta dapat diukur dari rasio-rasio keuangannya.

3. Political cost hypothesis

Hipotesa ini menjelaskan dampak politik dari pemilihan kebijakan akuntansi yang dilakukan oleh manajemen. Pada umumnya, semakin besar ukuran suatu perusahaan mengakibatkan perusahaan tersebut diharapkan mampu memberikan perhatian yang lebih terhadap lingkungan sekitarnya khususnya masyarakat. Jadi, perusahaan besar dengan laba yang tinggi cenderung memilih metode akuntansi yang mampu menurunkan laba perusahaannya. Ini disebabkan oleh tuntutan masyarakat yang meningkat serta pemerintah yang dapat segera mengambil kebijakan regulator.

2.1.6 Manajemen Laba

2.1.6.1 Pengertian Manajemen Laba

Akibat adanya asimetri informasi (information asymmetry) membuat pihak manajemen tertarik untuk melakukan perilaku yang tidak semestinya (disfunctional behavior). Disfunctional behavior yang dilakukan oleh pihak manajemen adalah tindakan memanipulasi data dalam laporan keuangan sesuai harapan principal walaupun tidak menggambarkan kondisi yang sebenarnya. Manajemen laba merupakan salah satu tindakan manipulasi data laporan keuangan yang paling mudah dilakukan oleh pihak manajemen.

Menurut Sugiri (1998), pengertian manajemen laba menjadi dua, yaitu:

1. Definisi sempit

(39)

24 artian sempit ini didefinisikan sebagai perilaku manajer untuk bermain dengan komponen discretionary accrual dalam menentukan besarnya laba.

2. Definisi luas

Manajemen laba merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan (mengurangi) laba yang dilaporkan saat ini atas suatu unit usaha dimana manajer bertanggung jawab, tanpa mengakibatkan peningkatan (penurunan) profitabilitas ekonomi jangka panjang unit tersebut.

2.1.6.2 Motivasi Manajemen Laba

Menurut Scott (2003:377), beberapa motivasi yang mendorong manajemen melakukan earning management, antara lain sebagai berikut:

1. Motivasi bonus, yaitu manajer akan berusaha mengatur laba bersih agar dapat memaksimalkan bonusnya.

2. Motivasi kontrak, berkaitan dengan utang jangka panjang, yaitu manajer menaikkan laba bersih untuk mengurangi kemungkinan perusahaan mengalami technical default. 3. Motivasi politik, aspek politis ini tidak dapat dilepaskan

dari perusahaan, khususnya perusahaan besar dan industri strategis karena aktivitasnya melibatkan hajat hidup orang banyak.

4. Motivasi pajak, pajak merupakan salah satu alasan utama perusahaan mengurangi laba bersih yang dilaporkan.

5. Pergantian CEO (Chief Executive Officer), banyak motivasi yang timbul berkaitan dengan CEO, seperti CEO yang mendekati masa pensiun akan meningkatkan bonusnya, CEO yang kurang berhasil memperbaiki kinerjanya untuk menghindari pemecatannya, CEO baru untuk menunjukkan kesalahan dari CEO sebelumnya. 6. Penawaran saham perdana (IPO), manajer perusahaan

yang going public melakukan earning management untuk memperoleh harga yang lebih tinggi atas sahamnya dengan harapan mendapatkan respon pasar yang positif terhadap peramalan laba sebagai sinyal dari nilai perusahaan.

7. Motivasi

(40)

25 2.1.6.3 Klasifikasi Manajemen Laba

Menurut Scott (2003:383) berbagai pola yang sering dilakukan manajer dalam earning management adalah:

1. Taking a bath

Bentuk ini mengakui adanya pengakuan biaya pada periode yang akan datang dan kerugian pada periode berjalan pada saat kondisi yang tidak menguntungkan pada periode tersebut.

2. Income minimization

Bentuk ini hampir sama dengan “taking a bath” namun lebih ekstrim. Pada saat profitabilitas perusahaan sangat tinggi, perusahaan sengaja membebankan biaya iklan, biaya penelitian dan pengembangan, hasil akuntansi untuk biaya eksplorasi, dan penghapusan atas modal dan aktiva tidak berwujud.

3. Income maximization

Pada bentuk ini, manajemen sengaja memanipulasi data akuntansi dengan melaporkan laba perusahaan yang tinggi untuk tujuan pembayaran bonus tahunan yang lebih besar. Biasanya tindakan ini dilakukan pada saat laba bersih perusahaan menurun.

4. Income smoothing

Bentuk ini mungkin yang paling menarik. Hal ini dilakukan dengan meratakan laba yang dilaporkan untuk tujuan pelaporan eksternal, terutama bagi investor karena pada umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil.

2.1.7 Income Smoothing (Perataan Laba) 2.1.7.1 Pengertian Income Smoothing

(41)

26 akibat adanya teori keagenan dan teori sinyal. Beidleman (1973) menyatakan bahwa:

“Perataan laba didefinisikan sebagai upaya yang sengaja dilakukan manajemen untuk memperkecil fluktuasi laba sehingga laba yang dilaporkan akan dianggap normal bagi suatu perusahaan atau mengurangi hal yang tidak normal dalam laba pada tingkat yang diijinkan oleh prinsip- prinsip akuntansi dan manajemen yang sehat”.

MenurutFudenberg dan Tirole (1995), income smoothing is the process of manipulating the time profile of earnings or earnings reports to make the reported income stream less variable, while not

increasing reported earnings over the long run. Menurut Wolk et al. (2001:421), income smoothing is hypothesis has been that managers seek to smooth income over time so that a more stable earnings stream with less year-to year variance would lead to higher firm valuation.Assih dan Gudono (2000) merjelaskan bahwa:

“rekening yang secarapotensial dapat digunakan untuk melakukan perataan laba antara lain adalahdividen yang diterima dari unconsolidated subsidiaries, penjualan aktiva tetap daninvestasi jangka panjang, investment tax credit, unusual gain and losses,investment in the common stock of other firm, transaksi investasi darinonsubsidiaries investment, discretionary accrual, dan extraordinary items”.

(42)

27 merubah data akuntansi dalam laporan keuangan yang paling sering dilakukan oleh manajemen perusahaan dengan tujuan untuk menarik investor akibat laba yang terlihat stabil (konstan).

2.1.7.2 Alasan Income Smoothing

Menurut Hepworth (1953), alasan manajer melakukan income smoothing adalah untuk mengurangi pajak, meningkatkan kepercayaan investor, mempererat hubungan antara manajer dan karyawan, menghindari kenaikan upah/gaji karyawan, dan memiliki dampak psikologis terhadap perekonomian. Tindakan income smoothing yang mengurangi laba dan meningkatkan biaya perusahaan menghasilkan laba yang stabil sehingga pihak investor dapat merancang kebijakan dividen yang stabil sesuai yang diharapkan, serta menghindari fluktuasi peningkatan laba yang terlalu tinggi.

2.1.7.3 Tujuan Income Smoothing

(43)

28 tersebut akan mendapatkan kompensasi yang besar atas kinerjanya dalam memperoleh kepercayaan pihak eksternal.

2.1.7.4 Klasifikasi Income Smoothing

Income smoothing terdiri atas dua menurut Eckel (1981), yaitu:

1. Natural smoothing terjadi akibat dari proses menghasilkan laba yang stabil

2. Intentional smoothing terjadi akibat adanya tindakan manajemen yang disengaja. Intentional smoothing juga diklasifikasikan menjadi dua, yaitu real smoothing (mengubah transaksi ekonomi untuk menghasilkan laba yang stabil) dan artificial smoothing (meminimalkan pengungkapan aliran laba untuk menghasilkan laba yang stabil).

2.1.7.5 Teknik Income Smoothing

Menurut Ronen dan Sadan (1981), cara-cara yang dapat digunakan oleh manajer untuk melakukan income smoothing adalah melalui waktu kejadian maupun pengakuan akuntansi, metode alokasi, dan klasifikasi item. Manajemen dapat mengatur waktu kejadian dengan cara memasukkan biaya yang jarang terjadi, seperti biaya litbang (penelitian dan pengembangan) sehingga laba yang dilaporkan menjadi kecil serta mengklasifikasikan laba atau biaya sebagai ordinary atau extraordinary item.

(44)

29 Analisis laporan keuangan merupakan salah satu cara yang memudahkan investor dalam melihat laporan keuangan. Harahap (2008:190) menyatakan bahwa:

“Analisis laporan keuangan berarti menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungan yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain, baik antara kuantitatif maupun data non kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat.”

Manfaat analisis laporan keuangan menurut Brigham dan Houston (2006:78) adalah:

Dari sudut pandang seorang investor, analisis laporan keuangan digunakan untuk memprediksi masa depan, sedangkan dari sudut padang manajemen, analisis laporan keuangan akan bermanfaat baik untuk membantu mengantisipasi kondisi-kondisi di masa depan, dan yang lebih penting, sebagai titik awal untuk melakukan perencanaan tindakan yang akan mempengaruhi peristiwa di masa depan.

Menurut Syahyunan (2013:91), analisis rasio keuangan merupakan analisis laporan keuangan yang paling populer untuk mengidentifikasi kondisi keuangan dan kinerja keuangan perusahaan. Menurut Prihadi (2011: 152), analisis rasio keuangan digunakan secara khusus oleh investor dan kreditur dalam keputusan investasi atau penyaluran dana.

Menurut Brigham dan Houston (2006:79), jenis- jenis rasio keuangan meliputi:

1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio) merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang jatuh tempo.

(45)

30 3. Rasio Leverage (Leverage Ratio) merupakan rasio yang

digunakan untuk mengetahui seberapa besar perusahaan dibiayai dengan utang dan apakah perusahaan dapat melunasi utang perusahaannya tersebut.

4. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio) merupakan rasio yang menunjukkan pengaruh gabungan dari kebijakan likuiditas, aktivitas, dan leverage terhadap hasil operasi.

5. Rasio Nilai Pasar (Market Value Ratio) merupakan rasio yang menghubungkan harga saham perusahaan dengan laba dan nilai buku per saham yang memberikan petunjuk mengenai apa yang dipikirkan investor atas kinerja perusahaan di masa lalu serta prospek di masa mendatang.

2.1.9 Return on Equity (ROE)

Return on equity (ROE) adalah salah satu rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini. Menurut Brigham dan Houston (2006:91), return on equity merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian atas investasi pemegang saham. Menurut Harahap (2008:305), return on equity merupakan suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun pemegang saham preferen) atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan. Menurut Kasmir (2012:204), return on equity adalah rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal

sendiri.

(46)

31 laba (income smoothing). Rumus untuk menghitung rasio return on equity adalah:

ReturnonEquity=Netincome after tax

Totalequity

2.1.10 Debt to Total Assets (DAR)

Debt to total assets (DAR) merupakan salah satu rasio leverage yang digunakan dalam penelitian ini. Menurut Brigham dan Houston (2006:86), debt to total assets merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur total

aset yang dibiayai oleh total utang. Menurut Fahmi (2011:127), debt to total assets adalah rasio yang melihat perbandingan utang perusahaan, yaitu

diperoleh dari perbandingan total utang dibagi total aset.

(47)

32

DebttoTotalAsset = Totaldebt

TotalAsset

2.1.11 Net Profit Margin (NPM)

Net profit margin (NPM) merupakan rasio profitabilitas yang juga

digunakan dalam penelitian ini. Menurut Brigham dan Houston (2006:89), net profit margin adalah rasio yang dihitung dengan membagi laba bersih sesudah pajak dengan penjualan. Menurut Fahmi (2011:136), net profit margin adalah margin laba bersih sama dengan laba bersih dibagi dengan penjualan bersih. Menurut Kasmir (2012:200), net profit margin merupakan ukuran keuntungan dengan membandingkan laba setelah bunga dan pajak dibandingkan dengan penjualan untuk melihat pendapatan bersih perusahaan atau penjualan.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa net profit margin merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba bersih dengan total volume penjualan perusahaan. Semakin tinggi nilai net profit margin maka semakin besar dorongan manajemen untuk melakukan income smoothing. Rumus untuk menghitung rasio net profit margin adalah:

Net Profit Margin=Net income after tax Total sales

2.1.12 Ukuran Perusahaan

(48)

33 penelitian ini diukur dari total nilai aset yang dimiliki oleh perusahaan (Machfoedz, 1994). Ukuran perusahaan yang besar lebih menarik perhatian investor dan masyarakat sehingga perusahaan yang berukuran besar lebih cenderung melakukan income smoothing dibandingkan perusahaan yang berukuran kecil.

Perusahaan yang besar akan lebih berhati-hati dalam mengelola laporan keuangan karena apabila laba perusahaan terlalu kecil akan membuat hilangnya kepercayaan investor sedangkan apabila laba perusahaan terlalu besar akan menarik perhatian pemerintah dalam membuat kebijakan untuk meningkatkan pendapatan perusahaan seperti pajak. Ukuran perusahaan dapat dihitung dengan rumus:

Ukuran perusahaan=Ln Total Aset

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian-penelitian terdahulu yang berhasil ditemukan yang meneliti pengaruh variabel rasio keuangan terhadap income smoothing menunjukkan hasil yang berbeda. Fitriasrini (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “PengaruhCompany Size, Financial Leverage, dan Profitability Terhadap IncomeSmoothing (Studi Kasus pada Perusahaan Properti dan Real Estate yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2008 – 2010)” memberikan bukti

bahwa hanya variabel company size dan debt to total equity (DER) yang berpengaruh secara parsial terhadap income smoothing, serta vairabel company size, debt to total assets, debt to total equity, return on assets, return on equity,

(49)

34 Azhari (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Analysis of Factors Influencing Income Smoothing on Manufacturing Companies of Basic and

Chemical Industry Sector Listed in Indonesia Stock Exchange (2004-2008)” memberikan bukti bahwa hanya variabel net profit margin dan operating profit margin yang berpengaruh terhadap income smoothing.

Hutagalung (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Financial Leverage, Net Profit Margin, dan Operating Profit Margin Terhadap Perataan Laba (Income Smoothing) pada Perusahaan Property, Real Estate, and Building Construction yang Terdaftar di BEI” memberikan bukti bahwa hanya variabel ukuran perusahaan dan operating profit margin berpengaruh secara parsial terhadap income smoothing, serta variabel ukuran perusahaan, financial leverage, net profit margin, dan operating profit margin berpengaruh secara simultan terhadap income smoothing.

Lubis (2012) dalam penelitiannya yang berjudul ”Pengaruh Return On Investment (ROI), Return On Equity (ROE), Leverage Operasi Terhadap Indikasi Perataan Laba (Income Smoothing) pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia” memberikan bukti bahwa semua variabel independen yaitu return on investment, return on equity, dan leverage operasi berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependen (income smoothing).

(50)

35 yang berjudul ”Analysis of Factors Affecting Income Smoothing Among Listed Companies in Indonesia” memberikan bukti bahwa semua variabel independen,

[image:50.595.116.517.292.756.2]

yaitu firm size, return on asset, debt to total assets, dan net profit margin tidak berpengaruh terhadap variabel dependen (income smoothing). Berikut ini tabel rincian hasil penelitian terdahulu:

Tabel 2.1

Hasil Penelitian Terdahulu

Peneliti Judul Variabel Kesimpulan & Hasil Fitriasrini

(2012)

PengaruhCompany

Size, Financial Leverage, dan Profitability

Terhadap Income Smoothing (Studi

Kasus pada Perusahaan Properti

dan Real Estate yang Listing di

Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2008 – 2010)

Variabel independen: 1.Company size 2.Debt to total assets 3.Debt to total equity 4.Return on assets 5.Return on equity 6.Net profit margin Variabel dependen : Income smoothing

Hasil uji F menunjukkan bahwa company size, debt to total assets, debt to total equity, return on assets, return on equity, dan net profit margin secara bersama- sama berpengaruh terhadap income smoothing. Hasil uji t menunjukan bahwa hanya company size dan debt to total equity

berpengaruh positif terhadap income smoothing,

sedangkan debt to total assets berpengaruh negatif terhadap income smoothing, serta return on assets, return on equity, dan net profit margin tidak berpengaruh terhadap income smoothing. Azhari (2010)

Analysis of Factors Influencing Income Smoothing on Manufacturing Companies of Basic and Chemical Industry Sector Listed in Indonesia Stock Exchange (2004-2008) Variabel Independen : 1.Firm size 2.Net profit margin 3.Operating profit margin 4.Return on asset 5.Debt to Hasil penelitian

menunjukkan bahwa hanya variabel net profit margin dan operating profit margin yang berpengaruh

(51)

36 total assets Variabel Dependen : Income Smoothing Hutagalung (2011)

Pengaruh Ukuran Perusahaan,

Financial Leverage, Net Profit Margin, dan Operating Profit Margin Terhadap Perataan Laba (Income Smoothing) pada Perusahaan

Property, Real Estate, and Building Construction yang Terdaftar di BEI

Variabel independen: 1.Ukuran perusahaan 2.Financial leverage 3.Net profit margin 4.Operating profit margin Variabel dependen : Perataan laba (income smoothing)

Hasil uji F menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, financial leverage, net profit margin, dan operating profit margin secara bersama- sama berpengaruh terhadap income smoothing.

Hasil uji t menunjukkan bahwa hanya ukuran perusahaan dan operating profit margin yang berpengaruh terhadap perataan laba sedangkan financial leverage dan net profit margin tidak berpengaruh terhadap income smoothing.

Lubis (2012)

Pengaruh Return On Investment (ROI), Return On Equity (ROE), Leverage Operasi Terhadap Indikasi Perataan Laba (Income Smoothing) pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Variabel independen: 1.Return on investment 2.Return on equity 3.Leverage Operasi Variabel dependen : Income smoothing

Hasil uji t menunjukan bahwareturn on investment, return on equity, dan leverage operasi berpengaruh terhadap perataan laba (income smoothing). Suryandari (2012) Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Income Smoothing Variabel Independen : 1.Ukuran perusahaan 2.Return on asset 3.Net profit margin 4.Debt to total assets

(52)

37 5.Debt to equity Variabel Dependen : Income Smoothing income smoothing. Sherlita dan Kurniawan (2013)

Analysis of Factors Affecting Income Smoothing Among Listed Companies in Indonesia Variabel Independen : 1.Firm size 2.Return on asset 3.Debt to total assets 4.Net profit margin Variabel Dependen : Income Smoothing Hasil penelitian

menunjukkan bahwa semua variabel independen yaitu firm size, return on asset, debt to total assets, dan net profit margin tidak

berpengaruh terhadap income smoothing.

[image:52.595.115.518.107.375.2]

Dari beberapa hasil penelitian terdahulu seperti yang ditunjukkan pada tabel 2.1, maka terdapat persamaan dan perbedaan dengan penelitian kali ini. Persamaannya yaitu menggunakan variabel independen meliputi rasio profitabilitas dan rasio leverage. Rasio profitabilitas dan leverage yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio return on equity (ROE), debt to total assets (DAR), dan net profit margin (NPM).

(53)

38 memperlemah atau tidak berpengaruh terhadap hubungan ROE, DAR, dan NPM terhadap income smoothing pada perusahaan perkebunan yang terdaftar di BEI dan Bursa Malaysia.

2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis 2.3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual menjelaskan bagaimana hubungan teori dengan faktor faktor penting yang telah diketahui dalam masalah tersebut. Kerangka konseptual penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut ini

H3 H2

H5

H3

H2

Ukuran Perusahaan (Z)

H1

Return on Equity (ROE)

X1

Debt to Total Assets (DAR)

X2

Net Profit Margin (NPM)

X3

H4

Income Smoothing

(54)

39 Gambar 2.1

Kerangka Konseptual

Return on equity (ROE) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dengan menggunakan total ekuitas perusahaan. Semakin besar nilai ROE menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki profitabilitas yang tinggi berarti kinerja perusahaan yang baik. Perusahaan yang memiliki nilai ROE tinggi mengakibatkan manajemen cenderung melakukan tindakan perataan laba (income smoothing) karena manajemen yakin akan kemampuan perusahaan mendapatkan laba di masa yang akan datang. Dapat disimpulkan bahwa return on equity berpengaruh positif terhadap income smoothing.

Debt to total assets (DAR) merupakan rasio yang digunakan untuk

(55)

40 maupun pihak kreditur. Dapat disimpulkan bahwa debt to total assets berpengaruh positif terhadap income smoothing.

Net profit margin (NPM) merupakan rasio yang menunjukkan perbandingan laba bersih sesudah pajak dengan total penjualan. Perusahaan yang memiliki nilai NPM yang tinggi cenderung melakukan income smoothing karena manajemen pada umumnya dituntut untuk memperoleh laba yang besar walaupun laba tidak berasal dari penjualan. Dapat disimpulkan bahwa net profit margin berpengaruh positif terhadap income smoothing.

Ukuran perusahaan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi income smoothing. Ukuran perusahaan juga mampu digunakan untuk melihat kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Apabila ukuran perusahaan kecil maka total aset relatif lebih rendah dan laba kecil sehingga sumber pendanaan perusahaan kemungkinan besar berasal dari pinjaman kepada pihak luar. Pada umumnya, nilai return on equity dan net profit margin pada perusahaan berukuran kecil akan lebih rendah, dan nilai debt to total assets lebih besar. Namun, perusahaan yang berukuran besar lebih

(56)

41 laporan keuangan dibandingkan perusahaan berukuran kecil. Nilai return on equity dan net profit margin pada perusahaan berukuran besar akan lebih besar, dan nilai debt to total assets lebih kecil. Dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan dapat menjadi variabel moderating.

2.3.2 Pengembangan Hipotesis Penelitian

Hipotesis menurut Erlina (2007:41) adalah hubungan yang diduga secara logis antara dua variabel atau lebih dalam rumusan preposisi yang dapat diuji secara empiris.

2.3.2.1 Keterkaitan antaraReturn On Equity(ROE) terhadap

Income Smoothing

(57)

42 berjalan yang dimasukkan ke laba tahun sebelumnya. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Assih dan Gudono (2000) yang menyatakan bahwa perusahaan dengan nilai profitabilitas yang tinggi cenderung melakukan income smoothing dibandingkan perusahaan dengan nilai profitabilitas rendah.Lubis (2012) menyatakan bahwa return on equity (ROE) berpengaruh secara signifikan terhadap income smoothing. Dengan demikian, hipotesis penelitian pertama adalah sebagai berikut:

H1 : Return on equity (ROE) berpengaruh terhadap income

smoothing

2.3.2.2 Keterkaitan antara Debt to Total Assets (DAR) terhadap

Gambar

Tabel 1.1
Tabel 1.2 Nilai Ekspor Malaysia 2003 – 2012
Tabel 2.1
tabel 2.1, maka terdapat persamaan dan perbedaan dengan penelitian kali ini.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Afiliasi Hostgator – Saya mengikuti afiliasi Hostgator karena menggunakan Hostgator untuk meng-hosting semua blog saya (kecuali blog yang digunakan untuk membacklink atau

Informasi keuangan di atas diambil dari Laporan Keuangan PT Bank BNI Syariah tanggal 31 Desember 2016 dan untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut, yang disusun oleh

Pembuatan Aplikasi Permainan AeroFighter ini menggunakan Java 2 Micro Edition (J2ME) yang merupakan bagian dari Java 2, dan baru dicobakan hanya pada emulator yang disediakan oleh

Neuron-neuron itu relatif tidak peka terhadap fitur-fitur visual lain; mereka tidak merespons secara selektif terhadap orientasi berbeda dan memiliki medan

Retakan pada struktur beton kolom, balok dan pelat selasar.. Kerusakan pada Lapisan Waterproofing

2.5 Pengaruh penyuluhan kesehatan dengan metode review terhadap perilaku remaja dalam pencegahan narkoba di Kelas X TKJ SMK Dwija Bhakti 1 Jombang ..... BAB 3 KERANGKA

Unit kompetensi ini harus diujikan secara konsisten pada seluruh elemen kompetensi dan dilaksanakan pada situasi pekerjaan yang sebenarnya di tempat kerja atau di

3 cakupan layanan persampahan sudah mencapai 85 % Meningkat nya cakupan pelayanan persampah an Identifikasi Kebutuhan Pelayanan Persampahan Pengembanga n sistem