• Tidak ada hasil yang ditemukan

DISKUSI. Desain Kota Layak Anak di DKI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "DISKUSI. Desain Kota Layak Anak di DKI "

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

https://www.hrcindonesia.org/catatan-diskusi-dengan-bpk-oswar-mungkas-cj2k Desain Kota Layak Anak di DKI Jakarta

Rabu, 06/12/2017 14:00 WIB

Indikator keberhasilan sebuah kota bukan hanya seberapa maju perekonomian dan pembangunan fisiknya, melainkan juga seberapa mampu kota tersebut menjamin kualitas masa depan anak-anak yang tumbuh di dalamnya. Kota Layak Anak (KLA) adalah kota yang memperhatikan kebutuhan dasar anak sebagai pendekatan untuk merancang kota, karena kota yang layak bagi anak-anak berarti layak pula untuk semua orang. Penyelenggaraan diskusi ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang menyeluruh tentang konsep KLA dan pengembangannya di DKI Jakarta.

Catatan Diskusi dengan Dr. Ir. Oswar Mungkasa, MURP.

Profil Pembicara

Dr. Ir. Oswar Muadzin Mungkasa, MURP adalah Deputi Gubernur DKI Jakarta Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup sejak tahun 2015. Ia menempuh pendidikan Sarjana pada tahun 1988 di Institut Teknologi Bandung dengan jurusan Teknik Planologi. Master of Urban and Regional Planning di University of Pittsburgh, Amerika Serikat, menjadi pilihannya untuk melanjutkan studi Magister pada tahun 1998. Pada tahun 2006, ia melanjutkan studi Doktor di Universitas Indonesia dengan jurusan Ekonomi Publik. Ia juga aktif dalam mengikuti kegiatan pelatihan, seminar dan konferensi serta menulis karya ilmiah, buku, dan artikel.

Materi Inti

Grand Design Jakarta Menuju Kota Layak Anak 2018-2022, disampaikan oleh Dr. Ir. Oswar Muadzin Mungkasa, MURP

Rabu, 06/12/2017 14:00 WIB

Catatan Diskusi dengan Dr. Ir. Oswar Mungkasa, MURP.

(2)

 Sistem pembangunan berbasis hak anak.

 Komitmen, berupa kebijakan atau regulasi dari pemerintah.

 Sumber daya, berupa upaya dalam penyediaan infrastruktur pendukung kabupaten/kota ramah anak.

 Bersifat menyeluruh dan keberlanjutan, berupa pelibatan seluruh lapisan masyarakat dan pemangku kepentingan terkait, serta memiliki lingkup yang menyeluruh.

 Menjamin pemenuhan hak dan perlindungan khusus anak.

Dalam melakukan penilaian terhadap penerapan konsep ramah anak di suatu wilayah, perlu ditentukan terlebih dahulu tentang sudut pandang aspek apa yang digunakan dalam penilaian, misalnya dinilai dari aspek perencanaan kota.

Konsep layak anak mencakup semua tingkat lingkungan. Tingkat yang paling tinggi adalah Dunia Layak Anak. Dalam rangka mewujudkan Dunia Layak Anak, Indonesia sebagai bagian dunia memiliki target Indonesia Layak Anak (IDOLA). Untuk itu, tingkat lingkungan di dalamnya juga perlu menerapkan konsep layak anak, meliputi Provinsi Layak Anak (PROVILA), Kabupaten/Kota Layak Anak (KLA), Kecamatan Layak Anak (KELANA), Desa/Kelurahan Layak Anak (DEKELA), RW, RT, hingga lingkungan terkecil berupa keluarga. Di lingkungan pemerintahan,

(3)
(4)

Indikator KLA merupakan variabel yang membantu dalam evaluasi, mengukur dan memberikan nilai terhadap pemerintah daerah dalam mengupayakan

terpenuhinya hak anak untuk mewujudkan Kabupaten/Kota Layak Anak. Indikator KLA terdiri dari Kelembagaan, Hak Sipil dan Kebebasan (Klaster 1), Lingkungan Keluarga dan Pengasuhan Alternatif (Klaster 2), Kesehatan Dasar dan

Kesejahteraan (Klaster 3), Pendidikan, Pemanfaatan Waktu Luang dan Kegiatan Budaya (Klaster 4), dan Perlindungan Khusus (Klaster 5). Kelima klaster tersebut kemudian dirincikan dalam 24 indikator.

Sementara itu, komponen indikator KLA terdiri dari:

 Peraturan perundang-undangan daerah;

 Anggaran;

 Upaya yang dilakukan;

 SDM terlatih;

 Peran serta forum anak/remaja;

 Peran serta mitra OPD lainnya, masyarakat, dunia usaha, dan media massa; dan

(5)

Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) merupakan salah satu fasilitas yang harus tersedia dalam pengembangan KLA. Fasilitas RPTRA memenuhi 18

indikator dari 24 indikator KLA. Target ketersediaan RPTRA di DKI Jakarta adalah minimal 1.000 RPTRA. Meskipun demikian, idealnya DKI Jakarta memiliki 4.000 RPTRA jika berdasarkan jumlah penduduk yang dilayani.

Saat ini, RPTRA yang sudah ada memiliki kualitas yang berbeda-beda karena belum adanya pedoman teknis yang mengatur tentang penyediaan RPTRA. Harapannya, terdapat grand design RPTRA yang dijadikan acuan supaya semua RPTRA memiliki kualitas dan fasilitas minimal yang sama. Adanya standar minimal RPTRA juga akan lebih memudahkan pemantauan terhadap ketercapaian pengembangan KLA.

Provinsi DKI Jakarta sudah menerima beberapa penghargaan terkait dengan capaian KLA. Penghargaan Menuju Kota Layak Anak tingkat Pratama sudah diperoleh oleh Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, dan Jakarta Timur. Provinsi DKI Jakarta memperoleh penghargaan Pembina Kota Layak Anak untuk tingkat Provinsi. Penghargaan Sekolah Ramah Anak diperoleh oleh SMAN 30 Jakarta Selatan.

Provinsi DKI Jakarta juga memperoleh penghargaan Cakupan Akta Kelahiran tingkat Madya. Akta kelahiran merupakan salah satu hak anak yang wajib untuk dipenuhi sehingga Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berupaya mempercepat proses penerbitannya. Dalam waktu maksimal 3 hari, akta kelahiran sudah diterima oleh warga.

(6)

Beberapa kendala pencapaian KLA di Provinsi DKI Jakarta terkait dengan koordinasi, perencanaan, dan inisiatif. Untuk mengatasi kendala tersebut, disusunlah Grand Design Jakarta Menuju Kota Layak Anak 2018–2022.

Studi Kasus Pencapaian KLA di Jakarta Utara

Jakarta Utara merupakan wilayah dengan pelaksanaan program KLA yang paling maju dibandingkan wilayah lainnya di Provinsi DKI Jakarta. Pencapaian KLA di Jakarta Utara merupakan upaya kolaborasi antara Pemerintah Kota Administratif Jakarta Utara dengan Yayasan Sayangi Tunas Cilik (YSTC).

Beberapa program yang dilaksanakan di Jakarta Utara adalah:

 Peningkatan mutu layanan pendidikan dasar, antara lain melalui

pengembangan sekolah model literasi, Festival Literasi, dan peluncuran Pos Baca Awards.

 Replikasi Pos Baca di 14 RPTRA Jakarta Utara; dan

(7)

Saat ini, Jakarta Utara belum mempunyai kerangka besar program terkait dengan pengembangan KLA. Hal tersebut membuat pelaksanaan pengembangan KLA terjadi secara sporadis pada masing-masing SKPD, karena kegiatan masih terfokus pada masing-masing aspek.

 Proses Penyusunan Grand Design Jakarta Menuju KLA 2018 - 2022

Grand Design Jakarta Menuju KLA 2018-2022 menggunakan pendekatan kolaboratif yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan terkait, meliputi unsur Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, organisasi non pemerintah, kelompok anak/remaja, media massa dan dunia usaha. Pendekatan kolaboratif

diumpamakan seperti semua peserta dalam pertemuan pembahasan rencana kerja melepas baju SKPD masing-masing, sehingga rencana kerja dapat disusun berdasarkan isu-isu yang terjadi. Baru setelah rencana kerja tersusun,

pembagian tanggung jawab didasarkan pada TUPOKSI masing-masing SKPD. Dalam forum KLA, para pemangku kepentingan dikelompokkan berdasarkan klaster yang sesuai dengan fokus keahlian masing-masing.

(8)

 Kegiatan Seminar dan Lokakarya (Semiloka) yang bertujuan untuk pemetaan awal pelaksanaan program KLA.

 Kegiatan FGD khusus dengan Forum Anak Jakarta yang bertujuan untuk mendapatkan masukan dari sudut pandang anak-anak terhadap

pengembangan kawasan dan fasilitas yang dibutuhkan anak-anak.

 Kegiatan Lokakarya II yang bertujuan untuk mengkonfirmasi usulan-usulan yang masuk dan memastikan usulan tersebut dapat dilaksanakan oleh pemangku kepentingan yang bertanggung jawab.

Semua usulan yang muncul pada saat lokakarya disusun dalam bentuk matriks berdasarkan klaster/indikator. Pada matriks tersebut akan terlihat informasi ukuran, tingkat pelaksanaan (RW, Kelurahan, Kecamatan, Kota, Provinsi), penanggung jawab kegiatan, lembaga mitra, peran, dan tahun target.

Grand Design Jakarta Menuju KLA 2018-2022

Visi DKI Jakarta menuju KLA adalah “DKI Jakarta sebagai Center of Excellence Kota Layak Anak”. Visi tersebut juga dimaksudkan sebagai branding agar wilayah lain mencari pembelajaran KLA dari DKI Jakarta. Sementara itu, misi Jakarta menuju Kota Layak Anak digolongkan pada setiap klaster berdasarkan kesesuaian misi dengan topik klaster/indikator KLA.

(9)

Forum Kota Layak Anak menyepakati bahwa setiap tingkatan wilayah (RW, Kelurahan, Kecamatan, Kota/Kabupaten, dan Provinsi) memiliki jumlah indikator layak anak yang berbeda-beda. RW Layak Anak memiliki 11 indikator, Kelurahan Layak Anak memiliki 14 indikator, Kecamatan Layak Anak memiliki 19 indikator, Kabupaten/Kota Layak Anak memiliki 22 indikator, sementara Provinsi Layak Anak memiliki 24 indikator.

Dalam road map Jakarta menuju Kota Layak Anak 2018-2022 di bawah ini, terlihat bagaimana tahapan dalam pencapaian Provinsi DKI Jakarta Layak Anak yang dimulai dari tingkat RW.

Muatan rencana aksi DKI Jakarta dalam pengembangan KLA terdiri dari:

 Klaster dan indikator masing-masing klaster;

 Ukuran/target pencapaian masing-masing indikator dalam pemenuhan hak dan perlindungan anak;

 Pelaksanaan masing-masing indikator di tingkatan pemerintahan mulai dari tingkat RW hingga tingkat provinsi;

 Penanggung jawab pencapaian indikator;

 Lembaga mitra dari penanggung jawab;

 Peranan masing-masing penanggung jawab dan lembaga mitra dalam pencapaian masing-masing indikator; dan

 Tahun yang ditargetkan untuk mencapai masing-masing indikator.

(10)
(11)

Sesi Diskusi

Pengembangan Kota Layak Anak (KLA) penting untuk diterapkan pada setiap wilayah di Indonesia. Hal tersebut dikarenakan sekitar 30% penduduk Indonesia merupakan anak-anak, yang kelak akan menjadi 70% penduduk dewasa (orang tua). Sudah seharusnya hak anak-anak dapat terpenuhi melalui pengembangan kawasan tempat tinggalnya. Dapat dibayangkan apabila tidak terdapat Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA), anak-anak akan mengalami rasa jenuh karena tidak adanya ruang bermain dan bersosialiasi. Tidak terpenuhinya hak anak, nantinya akan berdampak pada psikologis anak setelah menjadi orang tua yang dapat menjadikannya orang tua tidak layak anak. Oleh sebab itu, jika 20 tahun ke depan menginginkan terciptanya orang tua yang layak anak, maka hak-hak anak saat ini harus dipenuhi dengan baik, salah satunya melalui penerapan konsep KLA.

Salah satu kota di Indonesia yang mengembangkan konsep KLA adalah Jakarta. Bentuk komitmen DKI Jakarta dalam mengimplementasikan KLA adalah melalui penyusunan Grand Design Jakarta Menuju Kota Layak Anak 2018-2022, dengan visi “DKI Jakarta sebagai Center of Excellence Kota Layak Anak”. Dalam

mengimplementasikan KLA, dibutuhkan komitmen dari pemerintah daerah dan pemangku kepentingan terkait. Adanya pemimpin yang memahami konsep KLA dengan baik, dapat memudahkan dalam kegiatan implementasi. Jika pemimpin belum paham, dapat dilakukan kegiatan forum sosialisasi agar semua pihak memahami konsep KLA dan bersama-sama berkomitmen dalam

implementasinya.

Terkait dengan pembiayaan, di DKI Jakarta, pembangunan kawasan dan infrastrukur seringkali melibatkan pihak swasta. Hal tersebut dapat dilakukan melalui kerja sama program Corporate Social Responsibility (CSR). Selain itu, kontribusi pihak swasta dalam pembangunan infrastruktur juga terdapat dalam regulasi atau peraturan, misalnya keharusan menyediakan Ruang Terbuka Hijau (RTH) saat melakukan pembangunan gedung. Cara lainnya yaitu dengan

menciptakan kisah sukses. Jika terdapat satu kegiatan atau program yang sukses, hal tersebut dapat menarik para investor.

Pengembangan KLA yang dilihat dari konteks perencanaan kota dapat merujuk pada dokumen perencanaan, seperti Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR). Dari dokumen tersebut dapat terlihat apakah rencana tata ruang suatu wilayah sudah atau belum mendukung pengembangan konsep KLA. Untuk lebih detail, sebaiknya terdapat regulasi khusus dalam

(12)

Saat ini, DKI Jakarta tidak memiliki data tentang seberapa layak DKI Jakarta sebagai KLA. Selain RPTRA yang menjadi salah satu fasilitas KLA, juga terdapat fasilitas non-RPTRA, seperti puskesmas layak anak, penyediaan ruang laktasi di perkantoran, dan lain sebagainya. Beberapa gedung perkantoran di DKI Jakarta sudah menyiapkan ruang anak dan ruang laktasi, tetapi tidak semuanya gratis untuk penggunaannya. Belum terdapat regulasi yang mengatur penyediaan ruang laktasi dan ruang anak di gedung perkantoran, saat ini penyediaannya masih bergantung pada permintaan pasar.

Dalam penyediaan RPTRA, satu RPTRA melayani 2.500 penduduk sehingga idealnya DKI Jakarta membutuhkan sekitar 4.000 buah RPTRA. Saat ini, DKI Jakarta menargetkan terdapat minimal 1.000 buah RPTRA. Penyediaan RPTRA harus memenuhi indikator-indikator RPTRA yang layak. Penyelenggaraan RTPRA pun perlu direncanakan dengan baik melalui proses lokakarya.

Gambar

Tabel matriks klaster IV di bawah ini merupakan salah satu contoh penyusunan rencana aksi pengembangan KLA di Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

4 Menguji secara empiris pengaruh karakteristik pekerjaan dan iklim komunikasi terhadap kepuasan kerja karyawan operator bagian Trimming 1 PT Krama Yudha Ratu Motor. 1.4

Kecelakaan lalu lintas merupakan suatu kejadian yang bersifat acak yang terjadi akibat pengaruh beberapa factor: a) 1% (satu persen) merupakan kecelakaan murni

Daerah yang sumber dayanya kaya raya dan daerah yang sumber daya alamnya tidak mendukung (miskin), untuk membiayai program pendidikan tetap menerima dana dengan jumlah yang sama

Laporan keuangan adalah ringkasan dari proses akutansi selama tahun buku yang bersangkutan yang digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada area mangrove di Desa Kase Kecamatan Leksula Kabupaten Buru Selatan, ditemukan 3 spesies mangrove yakni Rhizophora

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk melihat berapa kadar beta- karoten dari kulit buah naga merah hasil ekstraksi sehingga dapat dijadikan

Guru merancang deskripsi proyek, menentukan batu pijakan proyek, menyiapkan media, berbagai sumber belajar, dan kondisi pembelajaran. Proyek: membuat perencanaan

Berdasarkan kedua kriteria tersebut, dengan memperhatikan kekuatan, peluang, kelemahan, serta ancaman terhadap kondisi daerah perbatasan dan ketersediaan