• Tidak ada hasil yang ditemukan

spiritualitas spiritualitas spiritualitas spiritualitas spiritualitas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan " spiritualitas spiritualitas spiritualitas spiritualitas spiritualitas"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Manusia merupakan makhluk yang memiliki bio-psiko-sosio dan culturalyangberespon secara holistik dan unik terhadap perubahan kesehatan atau padakeadaan kritis.Spiritual, merupakan keyakinan dalam hubungannya dengan yang maha kuasadan maha pencipta dan percaya pada Allah atau Tuhan yang maha pencipta. Aspek spiritualitas bagian integral dan interaksi antara perawat dengan klien. Spiritualitas, keyakinan dan agama adalah sesuatu hal yang terpisah, walaupun seringkali diartikan sama. Pemahaman tentang perbedaan antara tiga istilah tersebut sangat penting bagi perawat untuk menghindarkan dari salah pengertian yang dapat menimbulkan atau mempengaruhi pendekatan yang digunakan oleh seorang perawat.Konsep spiritual penting untuk diketahui oleh calon perawat guna meningkatkan pemahaman dan kemampuan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan kebutuhan spiritual.Perawat berupaya untuk membantu memenuhi kebutuhan spiritual klien sebagai bagian dari kebutuhan menyeluruh klien, antara lain dengan memfasilitasi pemenuhan kebutuhan spiritual klien tersebut, walau pun perawat dan klien mempunyai keyakinan spiritual atau keagamaan yang tidak sama. Sebagai perawat professional kita harus mampu memberikan kebutuhan spiritualitas dengan baik kepada klien dan tidak membuat kesalahpahaman antara perawat dengan klien terhadap kepercayaan masing-masing. Sehingga terjadi keharmonisan antara klien dengan perawat.

(2)

1. Apa yang dimaksud dengan konsep spiritualitas ?

2. Apa sajakahaspek-aspek Spiritualitas?

3. Mengapa konsep spiritualitas penting dalam keperawatan ?

4. Bagaimana keterkaitan konsep spiritualitas dalam keperawatan ?

5. Bagaimana penerapan konsep spiritualitas dalam keperawatan?

C. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Untuk mengetahui definisi dari spiritualitas

2. Untuk mengetahui Bagaimana konsep spiritualitas dalamkeperawatan.

3. Untuk mengetahui Mengapa konsep spiritualitas itu penting dalamkeperawatan.

4. Untuk mengetahui Bagaimana keterkaitan konsep spiritualitas dalam

keperawatan.

(3)

BAB II PEMBAHASAN A. Konsep Spiritualitas

Spiritualitas, keyakinan, dan agama adalah identitas yang berbeda walaupun istilah tersebut sering kali tertukar penggunaanya. Spiritual berasal dari bahasa latin spiritus yang artinya “meniup” atau “bernapas” dan kemudian memiliki arti yang memberi kehidupan atau inti sari menjadi manusia. Spiritualitas mengacu pada bagaimana menjadi manusia yang mencari makna melalui hubungan intra-, inter-, dan transpersonal (Red, 1991).Konsep yang berhubungan dengan spiritualitas menurut Kozier et al (2010) yaitu agama, keyakinan, harapan, transendensi, pengampunan. Agama merupakan sistem keyakinan dan praktik yang terorganisasi. Agama memberi suatu cara mengekspresikan spiritual dan memberikan pedoman kepada yang mempercayainya dalam berespon terhadap pertanyaan dan tantangan hidup. Perkembangan keagamaan individu mengacu pada penerimaan keyakinan, nilai, pedoman pelaksanaan, dan ritual tertentu. Spiritualitas secara umum melibatkan keyakinan dalam hubungan dengan sesuatu yang lebih tinggi, berkuasa, memiliki kekuatan mencipta, dan bersifat ketuhanan, atau memiliki energi yang tidak terbatas.

Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan sosial :

1. Perkembangan; Usia perkembangan dapat menentukan proses pemenuhan kebutuhan spiritual, karena setiap tahap perkembangan memiliki cara meyakini kepercayaan terhadap Tuhan.

2. Keluarga; Keluarga memiliki peran yang cukup strategis dalam memenuhi kebutuhan spiritual, karena keluarga memiliki ikatan emosional yang kuat dan selalu berinteraksi dalam kehidupan sehari – hari.

3. Ras / suku; Ras / suku memiliki keyakinan / kepercayaan yang berbeda – beda, sehingga proses pemenuhan kebutuhan spiritual pun berbeda sesuai dengan keyakinan yang dimiliki.

(4)

5. Kegiatan keagamaan; Adanya kegiatan keagamaan dapat selalu mengingatkan keberadaan dirinya dengan Tuhan, dan selalu mendekatkan diri kepada penciptanya.

 Menurut Burkhardt (1993)spiritualitas meliputi aspek sebagai berikut:

a. Berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui atau ketidakpastian dalam kehidupan.

b. Menemukan arti dan tujuan hidup.

c. Menyadari kemempuan untuk menggunakan sumber dan kekuatan dalam diri sendiri.

d. Mempunyai perasaan keterikatan dengan diri sendiri dan dengan Yang Maha Tinggi.

 Menurut Kozier, Erb, Blais & Wilkinson, 1995; Murray & Zetner, (1993) :

Dimensi spiritual berupaya untuk mempertahankan keharmonisan atau keselarasan dengan dunia luar, berjuang untuk menjawab atau mendapatkan kekuatan ketika sedang menghadapi stress emosional, penyakit fisik, atau kematian. Kekuatan yang timbul diluar kekuatan Manusia.

 Sedangkan menurut Mickley et al (1992) :

menguraikan spiritualitas sebagai suatu yang multidimensi, yaitu dimensi ekstensial dan dimensia agama. Dimensi ekstensial berfokus pada tujuan dan arti kehidupan, sedangkan dimensi agama lebih berfokus pada hubungan seseorang dengan Tuhan Yang Maha Penguasa.

 Lalu menurut (Carson, 1989) :

(5)

 Kesehatan Spiritual

Kesehatan spiritual menurut pilch (1988), adalah cara hidup, gaya hidup yang memandang dan menghidupkan hidup menjadi bertujuan dan menyenangkan, yang mencari pilihan yang menopang hidup dan memperkaya hidup untuk dipilih secara bebas pada setiap kesempatan, dan yang menanamkan akarnya secara kuat kedalam nilai spiritual dan keyakinan agama tertentu.

B. Aspek-Aspek Spiritualitas

Menurut schreurs (2002) spiritualitas terdiri dari 3 aspek yaitu aspek eksistensial, aspek kognitif, dan aspek relasional :

1. Aspek Eksistensial yaitu dimana seseorang belajar untuk mematikan bagian dari dirinya yang bersifat egosentrik dan defensive. Aktivitas yang dilakukan seseorang pada aspek ini dicirikan oleh proses pencarian jati diri (true self). 2. Aspek kognitif, yaitu saat seseorang mencoba untuk menjadi lebih reseptif

terhadap realitas transenden. Hal ini biasanya dilakukan dengan cara menelaah literatur atau melakukan refleksi atas suatu bacaan spiritual tertentu, melatih kemampuan untuk konsentrasi, juga dengan melepas pola pemikiran kategorikal yang telah terbentuk sebelumnya agar dapat mempresepsi secara lebih jernih pengalaman yang terjadi serta melakukan refleksi atas pengalaman tersebut, disebut aspek kognitif karena aktivitas yang dilakukan pada aspek ini merupakan kegiatan pencarian pengetahuan spiritual.

3. Aspek Relasional, adalah tahap kesatuan dimana seseorang merasa bersatu dengan Tuhan. Pada aspek ini seseorang membangun, mempertahankan, dan memeperdalam hubungan personalnya dengan Tuhan.

C. Kompentensi yang didapatdari Spiritualitas yang Berkembang Tischler (2002) mengemukakan terdapat empat kompetensi yang didapat darispiritualitas yang berkembang, yaitu :

1. Kesadaran Pribadi (personal awareness), yaitu bagaimana seseorang mengaturdirinya sendiri, self-awareness, emotional self-awareness, penilaian diri yang positif, harga diri, mandiri, dukungan diri, kompetensi waktu, aktualisasi diri.

(6)

3. Kesadaran Sosial (social awareness), yaitu menunjukkan sikap sosial yang positif, empati, altruisme

4. Keterampilan Sosial (social skills) yaitu memiliki hubungan yang baik denganteman kerja dan atasan, menunjukkan sikap terbuka terhadap orang lain(menerima orang baru), mampu bekerja sama, pengenalan yang baik terhadapnilai positif, baik dalam menanggapi kritikan.

D. Faktor yang Berhubungan dengan Spiritualitas

Dyson dalam Young (2007) menjelaskan tiga faktor yang berhubungandengan spiritualitas, yaitu:

a. Diri sendiri

Jiwa seseorang dan daya jiwa merupakan hal yang fundamental dalam eksplorasi atau penyelidikan spiritualitas

b. Sesama

Hubungan seseorang dengan sesama sama pentingnya dengan diri sendiri.Kebutuhan untuk menjadi anggota masyarakat dan saling keterhubungan telah lama diakui sebagai bagian pokok pengalaman manusiawi

c. Tuhan

Pemahaman tentang Tuhan dan hubungan manusia denganTuhan secaratradisional dipahami dalam kerangka hidup keagamaan. Akan tetapi, dewasaini telah dikembangkan secara lebih luas dan tidak terbatas. Tuhan dipahamisebagai daya yang menyatukan, prinsip hidup atau hakikat hidup. KodratTuhan mungkin mengambil berbagai macam bentuk dan mempunyai makna yang berbeda bagi satu orang dengan orang lain. Manusia mengalami Tuhan dalam banyak cara seperti dalam suatu hubungan, alam, musik, seni, dan hewan peliharaan. Penyelenggara kesehatan dan penyelenggara perawatan spiritual yang efektif dapat mengintegrasikan semua ungkapan spiritualitas ini dalam perawatan pada pasien.

E. Tujuan Konsep Spiritualitas dalam Keperawatan

(7)

oleh masing-masing individu. Seorang perawat harus memahami bahwa aspek ini adalah bagian dari pelayanan yang komperehensif. Karena respon spiritual maupun budaya kemungkinan akan muncul pada pasien. Kompetensi standar yang dicapai adalah perawat mampu mengidentifikasikan aspek spiritual yang terjadi pada pasien. Dengan kompetensi dasar sebagai berikut :

1. Perawat mampu mendefinisikan aspek spiritual pada manusia atau pasien. 2. Perawat mampu mengidentifikasi kebutuhan spiritual ataupun budaya pada pasien

yang sakit.

3.Perawat mampu memberikan alternatif cara untuk memenuhi kebutuhan spiritual dan budaya.

(8)

proses penyembuhan. Sumber konflik pada situasi tertentu dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pasien, bisa terjadi konflik antara keyakinan agama dan praktik.

F. Hubungan Konsep Spiritualitas dalam Berbagai Aspek

Untuk memudahkan dalam memberikan asuhan keperawatan dengan memperhatikan kebutuhan spiritual dan budaya penerima layanan keperawatan, maka perawat mutlak perlu memiliki kemampuan mengidentifikasi atau mengenal karakteristik spiritualitassebagai berikut:

 Hubungan dengan diri sendiri (Kekuatan dalam/dan self-reliance) a. Pengetahuan diri (siapa dirinya, apa yang dapat dilakukannya).

b. Sikap (percaya pada diri sendiri, percaya pada kehidupan/masa depan, ketenangan pikiran, harmoni/keselarasan dengan diri sendiri).

 Hubungan dengan alam Harmoni

a. Mengetahui tentang tanaman, pohon, margasatwa, iklim.

b. Berkomunikasi dengan alam (bertanam, berjalan kaki), mengabdi dan melindungi alam.

 Hubungan dengan orang lain

Harmonis/suportif.

a. Berbagi waktu, pengetahuan dan sumber secara timbal balik. b. Mengasuh anak, orangtua dan orang sakit.

c. Meyakini kehidupan dan kematian (mengunjungi, melayat, dll).

Tidak harmonis

a. Konflik dengan orang lain.

b. Resolusi yang menimbulkan ketidakharmonisan dan friksi.

 Hubungan dengan ketuhanan Agamais atau tidak agamais

(9)

b. Perlengkapan keagamaan. c. Bersatu dengan alam.

G. Keterkaitan antara spiritualitas, kesehatan dan sakit

Ketika memberikan asuhan keperawatan kepada klien, perawat diharapkan untuk peka terhadap kebutuhan spiritual klien, tetapi dengan berbagai alasan ada kemungkinan perawat justru menghindar untuk memberikan asuhan spiritual. Alasan tersebut antara lain karena perawat merasa kurang nyaman dengan kehidupan spiritualnya, kurang menganggap penting kebutuhan spiritual, tidak mendapatkan pendidikan tentang aspek spiritual dalam keperawatan, atau merasa bahwa pemenuhan kebutuhan spiritual klien bukan menjadi tugasnya tetapi menjadi tanggung jawab pemuka agama.

Keyakinan spiritual sangat penting bagi perawat karena dapat mempengaruhi tingkat kesehatan dan perilaku selfcare klien. Beberapa pengaruh dari keyakinan spiritual yang perlu dipahami adalah sebagai berikut:

 Menuntun kebiasaan hidup sehari-hari

Praktik tertentu pada umumnya yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan mungkin mempunyai makna keagamaan bagi klien. Sebagai contoh, ada agama yang menetapkan makanan diit yang boleh dan tidak boleh dimakan. Begitu pula metode keluarga berencana ada agama yang melarang cara tertentu untuk mencegah kehamilan termasuk terapi medik atau pengobatan.

 Sumber dukungan

Pada saat mengalami stress, individu akan mencari dukungan dari keyakinan agamanya. Dukungan ini sangat diperlukan untuk dapat menerima keadaan sakit yang dialami, khususnya jika penyakit tersebut memerlukan proses penyembuhan yang lama dengan hasil yang belum pasti. Sembahyang atau berdoa, membaca kitab suci, dan praktik keagamaan lainnya sering membantu memenuhi kebutuhan spiritual yang juga merupakan suatu perlindungan terhadap tubuh.

(10)

Pada suatu situasi tertentu, bisa terjadi konflik antara keyakinan agama dengan praktik kesehatan. Misalnya ada orang yang memandang penyakit sebagai suatu bentuk hukuman karena pernah berdosa.

Empat isu nilai yang mungkin timbul antara perawat dan klien adalah:

a. Pluralisme: perawat dan klien menganut kepercayaan dengan spektrum yang luas. b. Fear: berhubungan dengan ketidak mampuan mengatasi situasi, melanggar privacy

klien, atau merasa tidak pasti dengan sistem kepercayaan dan nilai diri sendiri. c. Kesadaran tentang pertanyaan spiritual: apa yang memberikan arti dalam

kehidupan , tujuan, harapan dan merasakan cinta dalam kehidupan pribadi perawat. d. Bingung: bingung terjadi karena ada perbedaan antara agama dan konsep spiritual.

Menurut Taylor, Lilis & Le Mone (1997), dalam hal ini perawat akan:

a. Mempunyai pegangan tentang keyakinan spiritual yang memenuhi kebutuhannya untuk mendapatkan arti dan tujuan hidup, mencintai dan berhubungan serta pengampunan.

b. Bertolak dari kekuatan spiritual dalam kehidupan sehari-hari ini, terutama ketika menghadapi nyeri, penderitaan dan kematian dalam melakukan praktik profesional. c. Meluangkan waktu untuk memupuk kekuatan spiritual diri sendiri.

d. Menunjukkan perasaan damai, kekuatanMenghargai keyakinan dan praktik spiritual orang lain walaupun berbeda dengan keyakinan spiritual perawat.

e. Meningkatkan pengetahuan perawat tentang bagaimana keyakinan spiritual klien mempengaruhi gaya hidup mereka, berespon terhadap penyakit, pilihan pelayanan kesehatan dan pilihan terapi/treatment.

f. Menunjukkan kepekaan terhadap kebutuhan spiritual klien.

g. Menyusun strategi asuhan keperawatan yang paling sesuai untuk membantu klien yang sedang mengalami distress spiritual.

Perilaku self-care :

(11)

d. Praktikkan hubungan yang dilandasi perasaan cinta terhadap diri sendiri dan orang lain.

e. Cari bantuan spiritual untuk mengatasi masalah stress, krisis dan kehilangan. H. Penerapan Konsep Spiritualitas dalam Ilmu Keperawatan

Table Pandangan Teoritis Tentang Spiritual

Teori Aplikasi dalam keperawatan

Filosofi Memberikan pemahaman yang luas tentang dimensi spiritual. Dari pandangana fisiologis, perawat dapat meneliti, esensial, asal, sifat, dan nilai keyakinan spiritual seseorang. Fisiologis membantu seseorang meneliti keyakinan seseorang guna memahami secara logis dan seberapa jauh spiritualisasi merupakan cara hidup seseorang.

Teologi Pandangan ini membantu perawat mencapai pemahaman tentang keyakinan seseorang mengenai sifat Tuhan atau menghargai kehidupan yang lebih tinggi. Teologi membentuk keyakinan seseorang tentang hidup dan makna dari pengalaman ini.

Fisiologi Pandangan fisiologis tentang spiritual membantu perawat untuk memahami interaksi yang terjadi di antara tubuh, pikiran dan spirit dalam sehat sakit.

Psikologis Pandangan psikologis memberi perawat suatu pamahanan tentang proses mental seseorang pengalaman, dan emosi serta peran spiritual yang dimainkan dalam ekspresinya. Perawat harus mencerna pada apa yang memberi makna hidup pada klien. Kemana klien mencapai pedoman, dan dari sumber apa klien mendapat dorongan dan harapan. Sosiologi Semua orang dipengaruhi oleh masyarakat atau kelompok

(12)

dan praktik bagi individu dan kelompok.

Ketika meninjau pengkajian spiritual dan mengintegrasikan informasi tersebut ke dalam diagnosa keperawatan yang sesuai, perawat harus mempertimbangkan status

kesehatan klien terakhir dari perspektif holistik, dengan spiritual sebagai prinsip kesatuan. Perawat akan menghadapi klien dalam berbagai situasi dan selama masa sehat dan sakit.

Adapun manajemen keperawatan yang dapat diterapkan pada area kesehatan spiritual adalah sebagai berikut:

1. Pengkajian

Data mengenai keyakinan spiritual klien diperoleh dari riwayat umum (pilihan agama atau orientasi agama), pengkajian riwayat keperawatan yang menyeluruh, dan observasi klinis prilaku klien, verbalisasi, alam perasaan, dan sebagainya. Meskipun perawat melakukan pengkajian secara kontinu, pengkajian spiritual awal paling baik dilakukan pada akhir proses pengkajian, atau setelah pengkajian psikososial, setelah perawat membina hubungan saling percaya dengan klien atau orang pendukung. Stoll (1989) menganjurkan perawat untuk mendapatan data mengenai konsep ketuhanan, sumber harapan dan kekuatan, praktik keagamaan dan ritual keagamaan klien, dan setiap hubungan yang dirasakan antara keyakinan spiritual dan kesehatan. Adapun wawancara yang digunakan saat melakukan pengkajian, yaitu :

 Apakah ada praktik keagamaan tertentu yang penting bagi anda? Apabila ada, tolong sebutkan ?

 Bagaimana kondisi anda di sini mengganggu praktik keagamaan anda ?

 Bagaimana keyakinan anda membantu anda ?dalam cara apa keyakinan anda menjadi penting bagi anda saat ini ?

 Dalam cara apa saya dapat mendukung jiwa anda ?sebagai contoh, apakah anda menghendaki saya membaca buku doa untuk anda ?

(13)

Adapun pengkajian klinis yang dapat dilakukan dalam isyarat, kekuatan, kekhawatiran, atau distress spiritual dan agama dapat terungkap melalui satu atau lebih faktor berikut (Shelly & Fish, 1988) :

Lingkungan. Apakah klien memiliki kitab suci seperti Al-qur’an, Injil, Taurat, literatur keagamaan, liontin keagamaan, salib, Rosario atau kartu-kartu keagamaan untuk kesembuhan dalam ruangan ?apakah gereja mengirimkan bunga altar atau bulletin mingguan ?

Perilaku. Apakah klien tampak berdoa sebelum makan atau pada waktu lain atau membaca literatur keagamaan ? Apakah klien mengalami mimpi buruk dan gangguan tidur atau mengekspresikan rasa marah terhadap perwakilan keagamaan atau Tuhan ?

Verbalisasi. Apakah klien menyebutkan Tuhan atau Yang Maha Kuasa, doa-doa, keyakinan, gereja, kuil, pemimpin spiritual atau keagamaan, atau topic-topik keagamaan ? Apakah klien meminta kunjungan pendeta ?

Afek dan Sikap. Apakah klien tampak sendiri, depresi, marah, cemas, agitasi, apatis, atau khusyuk ?

Hubungan Interpersonal. Siapa yang berkunjung ? Bagaimana klien merespon terhadap pengunjung ? Apakah pendeta dating ? Bagaimana klien behubungan dengan lien dan personel keperawatan ?

2.Diagnosa

Dalam mendiagnosis kesehatan spiritual, perawat dapat menemukan bahwa masalah spiritual dapat dijadikan judul diagnostik atau bahwa distress spiritual adalah etiologi masalah. North American Nursing Diagnosis Association (NANDA International, 2003) mengakui tiga diagnosis yang berhubungan dengan spiritual, yaitu :

Distress Spiritual yaitu hambatan kemampuan untuk mengalami dan mengintegrasikan makna dan tujuan hidup melalui keterkaitan seseorang dengan diri sendiri, orang lain, seni, music, literature, alam atau kekuatan yang lebih besar dari diri sendiri.

(14)

menyatakan bahwa beberapa orang merespon terhadap kemalangan dengan peningkatan sensitivitas terhadap spiritualitas atau kematangan spiritual.

Risiko Distres Spiritual di definisian oleh NANDA (2003) sebagai kondisi berisiko terhadap perubahan rasa keterikatan yang harmonis dengan semua hal dalam hidup dan alam semesta ketika dimensi yang melebihi atau pun memberdayakan diri dapat terganggu. Diagnosis ini dapat sesuai untuk klien yang saat ini belum menunjukkan indikasi gangguan kejiwaan, namun dapat menyebabkan perawat salah mengintervensi.

Distress spiritual dapat mempengaruhi area fungsi lain. Dalam situasi inidistress spiritual menjadi etiologo antara lain :

Ketakutan yang dimana berhunbungan dengan rasa cemas mengenai roh di masa datang setelah kematiannya ataupun karena ketidaksiapan menghadapi kematian.  Harga Diri Rendah kronik atau Situasional yang berhubungan dengan

kegagalan untuk hidup sesuai dengan ajaran keyakinan individu.  Gangguan Pola Tidur yang berhubungan dengan distress spiritual.

Ketidakefektifan Koping yang berhubungan dengan perasaan diabaikan oleh Tuhan dan kehilangan keyakina keagamaan.

Konflik Pengambilan Keputusan yang berhubugan dengan konflik antara cara penanganan dan keyakinan keagamaan.

3. Perencanaan

Perencanaan terkait kebutuhan spiritual harus dirancang untuk melakukan satu ataupun lebih dari hal-hal berikut:

Membantu klien mememuhi kewajiban keagamaan.

Membantu klien memperoleh dan menggunakan sumber yang ada dalam dirinya secara lebih efektif untuk mengatasi situasi yang sedang dihadapi.

Membantu klien mempertahankan atau menciptakan hubungan personal yang

dinamis dengabn Tuhan pada saat berhadapan dengan situasi yang tidak menyenangkan.

Membantu klien menemukan makna keberadaan dan situasi yang di hadapi.

(15)

Menyediakan sumber spiritual jika tersedia.

4. Implementasi

Tindakan keperawatan untuk membantu klien memenuhi kebutuhan spiritualnya seperti berikut:

a) Menunjukkan Kehadiran yang definisikan sebagai hadir, berada disisi klien, atau menemani klien. Pettigrew (1990), mengidentifikasi empat gamabaran mengenai kehadiran yaitu :

 Hadir secara fisik

 Hadir dengan sepenuh hati

 Mendengarkan, dengan kesadaran penuh atas hak untuk melakukannya.

 Hadir dalam cara yang bermakna bagi orang lain.

Fredriksson (1999), menyatakan bahawa kehadiran adalah “hadiah diri” yang diberikan oleh perawat yang mempertahankan sikap perhatiannya kepada klien. Kehadiran sering kali menjadi intervensi yang terbaik dan terkadang menjadi satu-satunya intervensi untuk mendukung klien yang mengalami kondisi yang tida dapat ditangani oleh intervensi medis. Perawat seharusnya lebih fokus untuk hadir secara penuh disisi klien , bukan mengkhawatirkan apa yang seharusnya dikatakan atau dilakukan (Taylor, 2002).

b) Mendukung praktik keagamaan; perawat perlu mempertimbangkan praktik keagamaan tertentu yang akan mempengaruhi asuhan keperawatan, seperti keyakinan klien mengenai kelahiran, kematian, doa, symbol sacral, kitab suci dan hari raya.

(16)

individu dengan Tuhan. Sehingga dalam kondisi seperti ini, klien dapat meminta perawat untuk berdoa bersama mereka. Berdoa bersama klien dapat dilakukan apabila ada kesempatan yang saling menguntngkan antara klien dan orang-orang yang berdoa bersama mereka.

d) Merujuk klien untuk konseling spiritual; perujukan dapat dilakukan untuk klien rawat inap dan keluarga mereka melalui kantor pemuka agama yang ada di rumah sakit jika tersedia. Pada situasi seperti ini perawat dan konselor keagamaan dapat bekerja sama memenuhi kebutuhan klien.

e) Evaluasi; dengan menggunakan hasil yang telah diharapkan dan dapt di ukur, yang ditetapkan pada tahap perencanaan, perawat mengumpulan data yang diperlukan untuk memutuskan apakah tujuan dan hasil tercapai.

(17)

Konsep spiritual penting untuk diketahui oleh calon perawat guna meningkatkan pemahaman dan kemampuan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan kebutuhan spiritual. Karena jika kebutuhan spiritual pasien dapat menjadi sumber kekuatan dan pembangkit semangat pasien yang dapat turut mempercepat proses penyembuhan. Perawat berupaya untuk membantu memenuhi kebutuhan spiritual klien sebagai bagian dari kebutuhan menyeluruh klien, antara lain dengan memfasilitasi pemenuhan kebutuhan spiritual klien tersebut, walaupun perawat dan klien mempunyai keyakinan spiritual atau keagamaan yang tidak sama. Sebagai perawat professional kita harus mampu memberikan kebutuhan spiritualitas dengan baik kepada klien dan tidak membuat kesalahpahaman antara perawat dengan klien terhadap kepercayaan masing-masing. Sehingga terjadi keharmonisan antara klien dengan perawat.

Saran

Perlu banyak pembelajaran mengenai konsep spiritual karena dalam pemenuhan kebutuhan spiritual sangat penting bagi klien. Serta dalam ilmu kesehatan juga perlu ditingkatkan agar seorang tenaga kesehatan tidak salah dalam mengambil sikap atau tindakan dalam menghadapi klien dengan gangguan spiritual.

DAFTAR PUSTAKA

(18)

Potter, P & Perry A.G. 2005. Fundamental Keperawatan. Volume 1, Edisi 4. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

http://repository.usu.a.id/bitstream/123456789/23328/3/chapter%20II.pdf (akses tanggal 07, November 2016, pukul 18:40 WITA)

http://www.academia.edu/11470345/Aspek_spiritual_dalam_proses_keperawatan/ (akses pada tanggal 08, November 2016, pukul 20:30 WITA)

Sofia Gusnia Nurmaida Saragih, Maria Yosephie, STIKES Santo Borromeus Bandung, C., 2016.Indonesian Journal of Nursing Health Science - Faktor-Faktor Kepatuhan Perawat yang Berhubungan dengan PelaksanaanPengkajian Spiritual Pasien di Rumah Sakit X Bandug.

http://ejurnal.esaunggul.ac.id/index.php/IJON/article/download/1286/1177 (ases pada tanggal 16, November 2016, pukul 24:45 WITA)

Gambar

Table Pandangan Teoritis Tentang Spiritual

Referensi

Dokumen terkait

Adlah sebuah aturan yang mendefinisikan fungsi-funsi yang terdapat dalam jaringan komputer, misalnya mengirim pesan, data, informasi, agar komunikasi dapat berlangsung dengan baik,

Metodologi yang kami gunakan adalah wawancara dengan pengembang perangkat lunak desa, pihak birokrasi yang menggunakan teknologi Open Data , dan studi literatur tentang

Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa Gaya Kepemimpinan Transformasional dan Gaya Kepemimpinan Situasional sangat mempengaruhi Kinerja Pegawai Sub Bagian Umum

~tsuzdukeru/ tsuzdukemasu: terus menerus (melakukan sesuatu) kata kerja MASU dililangkan lalu diganti tsuzdukeru.

Berdasarkan tabel didapatkan hasil data pre test atau sebelum diberi pendidikan kesehatan bahwa responden yang memiliki sikap pencegahan ISPA dengan kategori baik

RANCANG BANGUN PENAMPUNG SAMPAH DENGAN PENGANGKAT SEMI OTOMATIS MENGGUNAKAN SISTEM PENGGERAK MOTOR..

Hasil ini lebih diperkuat lagi dengan hasil analisis inferensial, hasil analisis inferensial menunjukkan bahwa thitung > ttabel berdasarkan pedoman perbandingan thitung dan

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan quixalud dalam pakan buatan; dosis terbaik penambahan quixalud dalam pakan buatan dan dosis optimum penambahan