• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN ONTOLOGI TEORI BIG BANG DALAM PEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KAJIAN ONTOLOGI TEORI BIG BANG DALAM PEN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN ONTOLOGI TEORI BIG BANG DALAM PENCIPTAAN ALAM SEMESTA

Ratna Ekawati

Mahasiswa Program Doktoral Pendidikan IPA SPs UPI Bandung, Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektro

FKIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta), Serang, Indonesia

ABSTRAK

Alam semesta mengalami proses penciptaan, proses dari ketiadaan menjadi ada, dan akhirnya hancur. Pada proses penciptaan terdapat proses penciptaan galaksi, bintang, manusia, hewan, tumbuhan, dan makluk hidup lainnya. Disana berlangsung ribuan, bahkan jutaan proses fisika, kimia, biologi dan proses-proses lain yang tidak diketahui. Ada beberapa teori penciptaan alam semesta yang disepakati oleh ahli-ahli astronomi. Teori Big Bang (dentuman besar) merupakan hipotesis (anggapan dasar) penciptaan alam semesta yang paling mungkin. Gagasan Big Bang didasarkan bahwa alam semesta berasal dari keadaan panas dan padat yang mengalami ledakan dahsyat dan mengembang. Semua galaksi di alam semesta mengembang dan menjauhi pusat ledakan. Fisikawan menemukan beberapa fenomena yang medukung teori Bang Bang merupakan model penciptaan alam semesta yang paling mungkin. Fenomena-fenomena yang mendukung teori Big Bang antara lain: 1) radiasi termal, 2) radiasi latar belakang kosmik, 3) prinsip antropik, 4) teori kuantum.

(2)

benda atau segala sesuatu yang ada baik yang dapat maupun tidak dapat dilihat oleh mata. Alam semesta memiliki sejarah dimana bintang-bintang terbentuk, berevolusi, melepas energi. Berabad-abad yang lalu, pencipataan alam semesta adalah sebuah konsep yang diabaikan para ahli astronomi. Alasannya adalah penerimaan umum atas gagasan bahwa alam semesta telah ada sejak waktu yang tak terbatas. Dalam mengkaji alam semesta, ilmuwan beranggapan bahwa jadat raya hanyalah akumulasi materi yang tidak mempunyai awal. Tidak ada momen “penciptaan”, yakni momen ketika alam semesta dan segala isinya muncul.

Tiga teori asal usul alam semesta, yaitu 1) Teori Big Bang, 2) Teori Keadaan Tetap (Steady State Theory), 3) Teori Osilasi (Tjasyono, yang membentuk galaksi baru untuk mengganti galaksi lama. Teori Osilasi menduga bahwa alam semesta tidak ada awal dan tidak ada akhir. Model ini mengemukakan bahwa alam semesta tidak konstan, melainkan berekspansi yang dimulai dengan dentuman besar. Kemudian setelah beberapa waktu gravitasi menarik efek ekspensi sehingga alam semesta akan mengempis dan mencapai keadaan semula dimana temperatur dan tekanan menjadi tinggi yang akan memecahkan semua partikel menjadi

berekspansi lagi.

Artikel ini merupakan kajian ontologi terhadap salah satu teori penciptaan alam semesta yaitu teori Big Bang. Tujuan artikel ini adalah 1) mendeskripsikan teori Big Bang dan hasil penelitian yang mendukungnya, 2) refleksi kritis proses pembentukan alam semesta dari waktu awal dentuman besar, dan fenomena-fenomena yang ditemukan para fisikawan untuk mendukung teori Big Bang

(3)

Tahun 1915, Albert Einstein menyimpulkan penyelesaiannya, kecuali dalam situasi di mana simetri atau perhitungan energi memungkinkan persamaan-persamaan itu diubah ke dalam bentuk yang lebih sederhana (McEvoy & Zarate, 2005). Einstein menambahkan “konstantan kosmologis” pada persamaannya supaya muncul “jawaban yang benar”, karena para ahli astronomi meyakinkan Einstein alam semesta itu statis sehingga tidak ada cara lain untuk mengubah persamaannya sesuai dengan model saat itu. Beberapa tahun kemudian, Einstein mengakui bahwa “konstanta kosmologis” adalah kesalahan terbesar dalam karirnya.

Tahun 1920 adalah tahun yang penting dalam perkembangan astronomi modern. Alexandra Friedmann adalah ahli kosmologi Rusia, membantu mengembangkan model yang Berdasarkan perhitungan ini, astronomer Belgia, Lemaitre menyatakan bahwa alam semesta mempunyai permulaan dan ia mengembang sebagai akhibat dari sesuatu yang memicunya. Dia menyatakan tingkat radiasi (rate of radiation) dapat digunakan sebagai ukuran akhibat (aftermath) dari ledakan.

Edwin Habble memperagakan bahwa Bimaskti bukanlah satu-satunya galaksi. Sebenarnya banyak sekali galaksi, dan di antara

galaksi-galaksi terdapat kawasan yang sangat luas yang merupakan ruang kosong (Hawking, 1988). Hubble menghitung jauhnya sembilan galaksi yang berlainan. Bintang-bintang yang begitu jauh letaknya sehingga tampak kepada kita hanya sebagai cahaya ujung jarum. Kita tidak dapat melihat ukuran dan bentuknya. Lalu bagaimana kita bisa membedakan tipe-tipe bintang itu? Untuk kebanyakan bintang hanya ada satu segi karakteristik yang diamati yaitu warna cahaya. Newton menjumpai bahwa jika berkas sinar dilewatkan prisma kaca, berkas cahaya akan terurai mejadi komponennya (spektrum) seperti dalam pelangi. Dengan memfokuskan suatu teropong pada sebuah individu bintang atau galaksi, orang dapat mengamati spektrum cahaya dari bintang atau galaksi tersebut. Bintang mempunyai spektrum yang berlainan.

Pada 1920, para astronom mulai memeriksa spektra bintang-bintang dalam galaksi lain, mereka menjumpai sesuatu yang sangat aneh: terdapat perangkat karakteristik warna-warna yang hilang seperti pada bintang-bintang Bimasakti, tetapi semuanya bergeser ke arah ujung spektrum merah. Dalam hal cahaya, ini berarti bahwa bintang yang bergerak menjauhi kita (pengamat) spektranya bergeser ke arah ujung merah spektrum (geseran-merah) dan yang bergerak ke arah kita (pengamat) Oleh karena itu sangatlah mengejutkan bahwa ternyata kebanyakan galaksi tampak bergeser ke merah menjauhi kita. Lebih mengejutkan, Hubble pada tahun 1929 mengumumkan bahwa ukuran geseran-merah tidaklah acak, melainkan berbanding lurus dengan dengan jauhnya

(4)

statis, seperti diperkirakan semua orang, bahwa cahaya bintang bergeser ke arah ujung spektrum merah, dan pergeseran tersebut berkaitan dengan jarak bintang-bintang dari bumi. Menurut aturan fisika yang diketahui, spektrum berkas cahaya yang mendekati titik observasi cenderung ke ungu, sementara berkas cahaya yang menjauhi titik obervasi cenderung ke arah merah. Pengamatan Hubble menunjukkan bahwa menurut aturan fisika tersebut, benda-benda luar angkasa menjauh dari kita. Selang beberapa waktu, Hubble membuat penemuan penting; bintang-bintang tidak hanya menjauh dari bumi; bintang-bintang menjauh satu sama lain. Alam semesta mengembang konstan karena segala sesuatu di alam semesta menjauh satu sama lain.

Pada tahun 1948, George Gamov mengembangkan perhitungan George Lemaitre lebih jauh dan menghasilkan gagasan baru mengenai Big Bang. Jika alam semesta terbentuk dalam sebuah ledakan besar tiba-tiba, maka harus ada sejumlah radiasi tertentu yang ditinggalkan dari ledakan tersebut. Radiasi ini harus bisa dideteksi, dan harus sama di seluruh alam semesta.

Landasan teoritis penemuan Gamov adalah semua benda panas (benda apa pun yang memiliki suhu tertentu) memancarkan gelombang elektromagnetik kontinu yang dinamakan radiasi termal, meskipun benda itu hanya memiliki suhu 5 K (-268oC). Persoalannya: bagaimana mengukur suhu terendah, panjang gelombang mana yang Plank menunjukkan laju pancaran energi radiasi (gelombang elektromagnetik) untuk berbagai suhu bergantung pada panjang gelombang. Kurva-kurva teoritik Planck menunjukkan

panjang jika suhu semakin rendah. dipancarkan dalam spektrum inframerah (berarti di atas awan merah). Tidak ada radiasi yang dipancarkan dalam spektrum cahaya tampak.

c. Pada suhu 5K (-268oC) semua radiasi dipancarkan dalam spektrum gelombang mikro. Untuk mendeteksinya, dibutuhkan alat pendeteksi gelombang mikro yang dibuat khusus.

Pada prediksi Gamov, kurva teoritik distribusi radiasi termal pada suhu 5 K menunjukkan bahwa radiasi puncak harus berada dalam spektrum elektromagnetik gelombang mikro.

Kelompok-kelompok lain merencanakan eksperimen untuk menemukan gelombang mikro Gamow. Pada tahun 1965, dua peneliti yang Arno Penzias dan Robert Wilson menemukan sebentuk radiasi yang selama ini tidak teramati. Disebut ”radiasi latar belakang kosmik”, radiasi ini tidak seperti apapun yang berasal dari alam semesta karena seragam. Radiasi ini tersebar merata di seluruh alam semesta. Disadari bahwa radiasi ini adalah gema Big bang, yang masih menggema sejak momen pertama ledakan besar tersebut. Penzias dan Wilson dianugerahi hadiah Nobel untuk penemuan mereka.

(5)

bahwa COBE I telah berhasil menangkap sisa-sisa dentuman alam semesta. Untuk mendukung data COBE I diluncurkan satelit COBE II. COBE II menggunakan radiometer diferensial yang peka. Satelit ini tidak dirancang untuk

mengukur suhu mutlak dari radiasi suatu titik di langit, tetapi mengukur perbedaan suhu antara dua titik. Kalau COBE I melaporkan: suhu di titik A 2,275 K, COBE II melaporkan perbedaan suhu antara titik A dan B adalah 0,002 K.

Gambar 2. Sistem Kerja Satelit COBE I Tahun 1965 teorema Roger Penrsore

menunjukkan bahwa setiap bintang runtuh pasti berakhir dengan dalam sutau singularitas; argumen dengan waktu terbalik menunjukkan bahwa setiap alam semesta yang memuai mirip-Friedman pasti berawal dari singularitas. Hasil akhir makalah gabungan Penrsore dengan Hawking pada tahun 1970, menunjukkan bahwa singularitas dentuman besar pasti ada di masa lalu hanya asalkan relativitas umum benar, dan alam semesta berisi materi sebanyak yang kita amati.

Jika alam semesta semakin besar sejalan dengan waktu, berarti alam semesta semakin kecil; dan jika mundur cukup jauh segala sesuatu akan mengerut dan bertemu pada satu titik. Kesimpulan yang dihasilkan dari model ini adalah bahwa suatu saat semua materi di alam semesta ini terpadatkan dalam massa satu titik yang mempunyai “volume nol” karena gaya gravitasinya. Teori fisika klasik tidak dapat diterapkan ketika materi runtuh dengan kerapatan tak terhingga. Maka, Teori Kuantum harus diterapkan saat terjadi dentuman besar.

Tahun 1960-an semua orang membicarakan bintang yang mengalami keruntuhan gravitasi. John Wheeler tertarik pada bintang-bintang masif yang mengalami keruntuhan gravitasi sempurna. Dalam pertemuan fisika ruang angkasa di New York tahun 1969, Wheeler mulai mempergunakan istilah lubang hitam. Pada bulan Desember 1970, satelit sinar X Uhuru di pantai Kenya. Para astronom menjelajahi langit dalam spektrum elektromagnetik yang lain, yaitu spektrum sinar X. Dalam 2 tahun, lebih dari 300 sumber sinar X berhasil dideteksi. Salah satunya yang berada di gugusan Cygnus (Cygnus X 1), tampaknya merupakan sistem bintang ganda yang mengandung lubang hitam. Komponen tampak sistem ini merupakan bintang biru bermagnitudo 9 (dikenal dengan HDE 226868). Bermassa sekitar 23 kali massa matahari, dan megorbit bintang pasangannya yang tak tampak dengan periode 5,6 hari pada jarak 8.200 tahun cahaya dari bumi (Lihat Gambar 3).

Komponen tampak (HDE 226868)

(6)

226868 dan pengamatan periode revolusi meyakinkan, para astronom dapat menghitung massa komponen tak tampak, yaitu sebesar 10 kali massa matahari. Bintang ini terlalu besar sebagai bintang neutron, jadi pastilah sebuah lubang hitam. Para pakar teori membangun suatu model untuk menjelaskan sinar X. Mereka yakin bahwa lubang hitam menarik massa dari bintang pasangannya dan membentu piringan tambahan di sekitarnya. Bagian dalam yang panas, bergerak mendekati kecepatan cahaya, memancarkan sinar X yang kuat sebelum materi itu jatuh ke lubang hitam.

Jika dentuman besar benar-benar ledakan yang maha menghancurkan, maka diperkirakan bahwa materi akan tersebar ke segala penjuru secara acak. Namun kenyataannya tidak demikian, materi hasil dentuman besar tersusun menjadi planet, bintang, galaksi, kluster, dan super klaster. Hal ini bukannya tersebar secara acak-acakan ke seluruh penjuru. Fred Hoyle memberikan hasil berlawanan dengan materi terkumpul dalam bentuk galaksi-galaksi.

Prinsip antropik adalah konsep metafisika yang menunjukkan bahwa jika suatu alam semesta tidak mempunyai suatu nilai konstanta alam fundamental yang memungkinkan terbentuknya kehidupan dan pengembangan kecerdasan, maka tidak akan pernah ada seorang pun yang mengetahui sifat-sifatnya. Itulah sebabnya, alam susunan yang rapi teratur menempatkan suatu hal luar biasa. Terbentuknya keserasian yang luar biasa tersebut menuntun kita bahwa alam semesta merupakan ciptaan sempurna Illahi.

dengan “prinsip antropik”. Prinsip ini menyatakan bahwa setiap detail alam semesta dirancang dengan cermat untuk memungkinkan mengkritik model keadaan tetap (steady state) dan pembuktiannya tentang singularitas dentuman besar memberikannya kesuksesan sepanjang masa. Asal mula penciptaan alam temperatur turun ke sepuluh miliar derajat. Ini kira-kira seribu kali temperatur pusat matahari. Pada waktu itu alam semesta berisi foton, elektron, dan neutrino dan antipartikelnya, serta sedikit proton dan neutron. Ketika alam semesta terus memuai dan temperatur terus menurun, laju produksi pasangan elektron-antielektron akan lebih rendah daripada laju inhilasinya. Jadi kebanyakan elektron dan antielektron akan saling meniadakan dan menghasilkan lebih banyak foton serta menyisakan sedikit elektron. Neutrino dan antineutrino tidak akan saling meniadakan karena partikel-partikel beriteraksi lemah. Jadi partikel ini sampai sekarang masih tersebar di alam semesta.

Seratus detik setelah dentuman besar, temperatur telah turun menjadi satu miliar derajat. Pada temperatur ini proton dan neutron tidak lagi cukup energinya untuk mangatasi tarikan gaya nuklir kuat, dan mulai saling bergabung membentuk inti atom deutrium yang terdiri dari satu proton dan satu neutron. Kemudian inti deutrium bergabung dengan proton dan neutron membentuk ini helium, yang terdiri atas dua proton dan satu atau dua neutron. Juga terbentuk inti unsur ringan lain yaitu litium dan berilium.

(7)

banyak yang terjadi dalam jagat raya, kecuali pemuaian berlanjut dan temperatur terus menurun. Temperatur turun sampai beberapa ribu derajat, elektron serta inti tidak cukup besar lagi energinya untuk mengalahkan tarikan elektromagnet antara keduanya mulailah terbentuk mulailah terbentuk atom-atom. Alam semesta secara keseluruhann terus memuai dan mendingin, tetapi dalam dalam kawasan yang sedikit lebih rapat dari rata-rata, pemuaian melambat karena tarikan gravitasi ekstra. Akhirnya pemuaian beberapa kawasan terhenti dan mulailah mengerut karena oleh tarikan gravitasi ekstra. Sambil mengerut, kawasan itu mulai berputar karena tarikan gravitasi oleh materi di luarnya. Makin kecil kawasan yang mengerut, makin cepat kawasan berpusing (berotasi). Dengan cara ini terbentuklah galaksi putar yang mirip cakram.

Lebih lanjut, Halliday, Resnik & Walker (2005) menguraikan peristiwa yang terjadi selama interval waktu berurutan setelah dentuman besar:

t s. Ini adalah waktu yang paling awal tentang perkembangan awal semesta. Seluruh alam semesta jauh lebih kecil dari proton dan suhunya sekitar 1032 K.

t s. Pada saat ini, alam semesta telah mengalami inflasi sangat cepat. Alam semesta telah menjadi sup panas foton, kuark, dan lepton pada temperatur sekitar 1027 K, terlalu panas untuk pembentukan proton dan neutron. t s. Kuark-kuark menggabungkan

diri untuk membentuk proton dan

neutron dan antipartikelnya. Alam semesta telah mendingin oleh ekspenasi berkelanjutan sehingga foton kekurangan energi untuk menguraikan partikel-partikel baru. Partikel materi dan antimateri bertabrakan dan memusnahkan satu sama lainnya. Ada sedikit kelebihan materi, karena gagal menemukan pasangan pemusnahan, bertahan untuk membentuk materi yang kita kenal sekarang.

t menit. Alam semesta kini telah cukup dingin sehingga proton dan neutron, ketika bertabrakan, bisa tetap melekat bersama untuk membentuk nukleus massa-rendah 2H, 3He, 4He, dan 7Li. Kelimpahan relatif nuklida yang diprediksi ini seperti yang diamati di alam semesta saat ini.

t 379.000 tahun. Temperatur sekarang telah turun jauh ke 2970 K, dan elektron dapat menempel nukleus ketika bertubrukan, dan membentuk atom. Karena cahaya tidak berinteraksi dengan baik terhadap partikel (tak bermuatan), seperti atom netral, cahaya sekarang bebas untuk menempuh perjalan jarak jauh. Radiasi ini membentuk radiasi latar belakang kosmik. Atom hidrogen dan helium, dibawah pengaruh gravitasi, mulai

mengumpul serta memulai

(8)

Gambar 4. Riwayat Penciptaan Alam Semesta Fisikawan dan astronom menemukan beberapa

fenomena yang mendukung terjadinya Big Bang:

1. Radiasi Termal

Radiasi termal sangat berperan penting untuk dapat memahami radiasi latar belakang kosmik dan lubang hitam. Untuk menjelaskan radiasi dibutuhkan hipotesis radikal Max Plank tahun 1900. Teori Plank menunjukkan laju pancaran energi radiasi untuk berbagai suhu bergantung pada panjang gelombang. Kurva-kurva teoritik Planck menunjukkan, radiasi itu menyebar dan puncaknya bergeser ke panjang gelombang yang lebih panjang bila suhu semakin rendah.

2. Radiasi Latar Belakang Kosmik

Gambaran alam semesta sebagai atom primordial (telur kosmik) mendorong para kosmolog menggambarkan awal alam semesta sebagai materi yang panas, mampat, dan berevolusi dengan cepat. Hal ini diperkirakan bahwa alam semesta mungkin dipenuhi oleh radiasi latar belakang kosmik yang terdiri dari foton masa silam yang dipancarkan oleh dentuman besar. Suhu radiasi latar belakang ini diprediksi sekitar 5K.

3. Prinsip Antropik

(9)

memperkirakan bahwa ada beberapa prinsip antropik. Ada dua versi prinsip antropik yaitu versi lemah dan versi kuat. Prinsip antropik lemah menyatakan bahwa kedudukan kita di alam semesta sangat istimewa sehingga dapat disesuaikan dengan keberadaan kita sebagai pengamat. Prinsip ini sebagian besar banyak diterima orang. Prinsip antropik kuat menyatakan bahwa alam semesta pada tahap tertentu harus dapat menghadirkan keberadaan manusia hidup didalamnya. Hawking menulis: “Rintangan-rintangan terhadap munculnya suatu alam semesta meyakinkan tentang evolusi alam semesta dari beberapa saat setelah waktu = nol hingga hari ini. Hawking menunjukkan bahwa titik awal mula relativitas umum meramalkan titik singularitas dan di titik itu relativitas umum runtuh. Hal tersebut merupakan teori klasik. Ruang dan waktu tidak dapat digambarkan lagi dengan persamaan Einstein ketika materi runtuh dengan kerapatan tak terhingga. Bagaimana mungkin fisika dapat meramalkan alam semesta jika semua hukum fisika runtuh pada saat dentuman besar?. Maka, Teori Kuantum harus diterapkan saat terjadi dentuman besar. Tahun 1900, Max Plank memperkenalkan teori kuantum. Energi model beradiasi Planck ini hanya dapat terserap atau terpancarkan dalam paket-paket tertentu yang disebut kuanta. Neils Bohr memperluas gagasan Planck untuk menerangkan spektrum hidrogen dengan mengasumsikan atom-atom dalam keadaan kuantum tertentu. Tahun 1920 Erwin Schrodinger, dan Werner Heisenberg mengajukan teori yang disebut Mekanika Kuantum, sebuah teori yang diterapkan secara umum pada atom-atom dan bagian-bagiannya serta pada radiasinya. Teori kuantum merupakan fondasi dari teori-teori tentang partikel bergerak dari galaksi yang lain; sehingga alam semesta itu ‘mengembang’ pada skala besar.

2) Jika ruang-waktu mengembang, maka pada masa lalu ruang-waktulah yang sangat mampat.

(10)

Daftar Pustaka

Anugraha, R. (2011). Teori Relativitas dan Kosmologi. Yogyakarta: FMIPA UGM Halliday, D., Resnik, R. & Walker. J. (2005).

Physics 7th Extended Edition. Terjemahan Singarimbun, A. & Sustini, E. Jakarta: Erlangga

Hawking, S. (1988). A Brief Story of Time From Big Bang To Black Hole. New York: Bantams Books.

McEvoy, J.P. & Zarate, O. (2005). Introduction Stephen Hawking A Graphic Guide. Malta: Gutenberg Press.

Sihombing, B. V. (1999). Teori Big Bang dan Implikasinya: Sebuah Tinjauan Filosofis, Teologis, dan Kosmologis. (Paper). Fakultas Filsafat Universitas Katolik Parahiyangan.

Tjasyono, B. (2012). Manusia dan Alam Semesta Konsepsi Sains dan Islam. Bandung: Penerbit ITB.

Gambar

Gambar 2. Sistem Kerja Satelit COBE I
Gambar 4. Riwayat Penciptaan Alam Semesta

Referensi

Dokumen terkait

Dan Tafsir Ilmi Penciptaan Jagat Raya Kementrian Agama RI menganut teori kreasi, bahwa Allah Swt yang telah menciptakan semua kejadian di alam semesta ini.

dasarnya dapat dibedakan dengan realitas empiris yang berasal dari interaksi secara sosial,.. dan realitas psikhis yang berasal dari dunia alam

Teori APOS adalah suatu teori belajar yang lahir dari hipotesis bahwasanya pengetahuan matematika berada dalam kecenderungan individu untuk

Berkaitan dengan pengembangan teori psikologi islami, dituntut agar pengetahuan yang didasarkan pada pandangan dunia Islam (yang berasal dari kitab suci, alam

Teori penciptaan dalam Islam adalah kepercayaan bahwa alam semesta (termasuk umat manusia dan semua makhluk yang lain) tidak hanya yang diciptakan oleh Allah, tetapi juga

Dari beberapa pengertian tersebut dapat diketahui bahwa hakikat menulis cerpen adalah suatu proses penciptaan karya sastra untuk mengungkapkan gagasan, perasaan, kesan, imajinasi,

5). Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan. Elaborasi merupakan teori mengenai desain pembelajaran dengan anggapan bahwa

Diantara teori penciptaan alam semesta yang lain, teori ini telah memberikan penjelasan paling komprehensif dan akurat yang didukung oleh metode ilmiah beserta pengamatan Penjelasan