• Tidak ada hasil yang ditemukan

Critical Review Faktor faktor yang Mempe

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Critical Review Faktor faktor yang Mempe"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Abstrak Indikator keberhasilan pembangunan suatu daerah salah satunya adalah dengan melihat pertumbuhan ekonomi. Kota Semarang memiliki pertumbuhan ekonomi yang positif namun terjadi penurunan pada tahun 2009 dari tahun sebelumnya. Berdasarkan hasil review jurnal diketahui bahwa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Kota Semarang adalah pertumbuhan penduduk. Akan lebih baik apabila potensi kota, jumlah perusahaan sektor industri, dan pengangkutan juga bisa menjadi variabel yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Kota Semarang. Untuk meningkatkan perekonomian Kota Semarang dapat dilakukan melalui pendekatan investasi dan peningkatan ekonomi lokal, dan tentunya juga diperlukan kerjasama antara pemerintah, masyarakat, dan swasta sehingga visi Kota Semarang “Terwujudnya Semarang Kota Perdagangan dan Jasa, yang Berbudaya menuju Masyarakat Sejahtera” dapat tercapai.

Kata Kunci – pertumbuhan ekonomi, Kota Semarang, investasi, ekonomi lokal

I. PENDAHULUAN

Pembangunan daerah merupakan suatu proses yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat untuk mengelola sumber daya dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah dengan sektor swasta guna menciptakan lapangan kerja serta mendorong perkembangan kegiatan

ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah atau daerah tersebut (Blakely dalam Sudarmono, 2006).

Dengan adanya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, memberikan peluang dan kesempatan pada daerah untuk memberdayakan dan meningkatkan kemampuan masyarakat dalam meningkatkan perekonomian daerah.

Pada umumnya pembangunan daerah difokuskan pada pembangunan ekonomi melalui usaha pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan peningkatan produksi barang dan jasa, yang antara lain diukur dengan besaran yang disebut Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Faktor utama yang menentukan pertumbuhan ekonomi daerah adalah adanya permintaan barang dan jasa dari luar daerah, sehingga sumber daya lokal akan dapat menghasilkan kekayaan daerah karena dapat menciptakan peluang kerja di daerah (Boediono, dalam Restiatun, 2009).

Pertumbuhan PDRB merupakan salah satu kriteria yang sering digunakan untuk mengetahui keadaan perekonomian di suatu wilayah. Untuk mengetahui apakah suatu perekonomian mengalami pertumbuhan, perlu ditentukan perubahan yang sebenarnya terjadi dalam kegiatan-kegiatan ekonomi dari tahun ke tahun, yaitu dengan menghitung Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku. Apabila PDRB suatu daerah mengalami

Critical Review

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan

Ekonomi di Kota Semarang

Tiara Irawanti

Manajemen Pembangunan Kota, Jurusan Arsitektur, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia

(2)

peningkatan dari tahun sebelumnya, maka pertumbuhan ekonomi daerah tersebut dapat dikatakan meningkat pula yang otomatis memperkuat PAD daerah itu. Dan sebaliknya apabila PDRB suatu daerah mengalami penurunan, maka pertumbuhan ekonomi daerah tersebut dikatakan menurun, yang dapat dilihat dari berbagai sektor. Secara lebih rinci sering pula diulas faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Menurut Sukirno, pertumbuhan ekonomi adalah suatu ukuran kuantitatif yang menggambarkan perkembangan suatu perekonomian dalam satu tahun tertentu dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Selain sebagai salah satu indikator untuk melihat keberhasilan pembangunan di suatu daerah, pertumbuhan ekonomi juga berguna untuk menentukan arah pembangunan di masa yang akan datang.

II. TINJAUAN TEORI

Pertumbuhan ekonomi dipandang sebagai suatu proses dimana pendapatan nasional perkapita riil naik dibarengi dengan penurunan ketimpangan pendapatan dan pemenuhan keinginan masyarakat secara terus menerus dan berjangka waktu yang panjang dan dapat dilihat dari lancarnya distribusi atas barang dan jasa (Jhingan dalam Restiatun, 2009). Sedangkan menurut Boediono, pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang. Penekanan pada proses karena proses mengandung unsur dinamis.

Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan atau berkembang apabila tingkat kegiatan ekonomi lebih tinggi daripada apa yang telah dicapai sebelumnya.

Terdapat empat faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu (1) jumlah penduduk, (2) jumlah stok barang dan modal, (3) luas tanah dan kekayaan alam, dan (4) tingkat

teknologi yang digunakan (Sukirno dalam Restiatun, 2009).

Menurut Kuznets, ada enam karakteristik pertumbuhan ekonomi yaitu: (1) tingkat perkembangan output perkapita dan pertumbuhan penduduk yang tinggi, (2) tingkat pertumbuhan produktivitas faktor yang tinggi, (3) tingkat transformasi struktur ekonomi yang tinggi, (4) tingkat transformasi sosial dan ideologi yang tinggi, (5) adanya kecenderungan untuk merambah daerah lain sebagai daerah pemasaran dan sumber bahan baku, dan (6) berkurangnya kesenjangan pertumbuhan.

Peningkatan ekonomi suatu daerah dapat dinilai dengan berbagai ukuran agregat, namun ukuran yang paling sering dan banyak digunakan sebagai ukuran keberhasilan pembangunan suatu daerah adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan penjumlahan dari semua harga dan jasa akhir atau semua nilai tambah yang dihasilkan oleh daerah dalam periode waktu tertentu (1 tahun). Untuk menghitung nilai seluruh produksi yang dihasilkan suatu perekonomian dalam suatu tahun tertentu dapat digunakan 3 cara penghitungan. Ketiga cara tersebut menurut Sukirno (1994) adalah :

1. Cara Pengeluaran

Dengan cara ini pendapatan nasional dihitung dengan menjumlah pengeluaran ke atas barang-barang dan jasa yang diproduksikan dalam negara tersebut. Menurut cara ini pendapatan nasional adalah jumlah nilai pengeluaran rumah tangga konsumsi, rumah tangga produksi dan pengeluaran pemerintah serta pendapatan ekspor dikurangi dengan pengeluaran untuk barang-barang impor.

2. Cara Produksi atau Cara Produk Netto

(3)

sektor (lapangan usaha) dalam perekonomian. Dalam menghitung pendapatan nasional dengan cara produksi yang dijumlahkan hanyalah nilai produksi tambahan (value added) yang diciptakan.

3. Cara Pendapatan

Dalam penghitungan ini pendapatan nasional diperoleh dengan cara menjumlahkan pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang digunakan untuk mewujudkan pendapatan nasional.

III.REVIEW JURNAL

Jurnal yang akan direview adalah penelitian

yang berjudul “Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi di Kota Semarang” oleh Teguh Ariefiantoro dan Wyati Saddewisasi. Dalam latar belakang penelitian tersebut disebutkan bahwa Pemerintah Kota Semarang telah berupaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerahnya dengan memaksimalkan potensi yang ada di Kota Semarang, namun pertumbuhan ekonomi Kota Semarang belum maksimal. Secara umum laju pertumbuhan ekonomi mengalami pertumbuhan yang positif, namun terjadi penurunan pada tahun 2009 dari tahun sebelumnya.

Penelitian tersebut bertujuan untuk menentukan cara meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Kota Semarang, dengan terlebih dahulu menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Kota Semarang.

Pada penelitian tersebut dilakukan pembatasan masalah, dimana variabel yang digunakan sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Kota Semarang dibatasi pada faktor-faktor yang dianggap dominan meliputi: pertumbuhan penduduk, pertumbuhan modal asing, dan pertumbuhan modal dalam negeri.

Gambar 1. Variabel Penelitian

1. Pertumbuhan Penduduk

Peneliti memiliki hipotesis bahwa pertumbuhan penduduk memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan penduduk akan menimbulkan akibat buruk kepada pertumbuhan ekonomi ketika jumlah penduduk tidak sebanding dengan faktor-faktor produksi lain yang tersedia. Secara umum jika pertumbuhan penduduk tinggi, maka akan menjadikan semakin kecilnya tingkat pendapatan perkapita masyarakat yang tentunya akan menurunkan tingkat pendapatan masyarakat, Sehingga pertumbuhan penduduk memiliki hubungan yang negatif dengan pertumbuhan ekonomi.

2. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dapat diartikan sebagai pengeluaran atau pembelanjaan penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang produksi, untuk menambah kemampuan memproduksi barang dan jasa yang tersedia dalam perekonomian yang berasal dari investasi dalam negeri. Disini peneliti berasumsi bahwa PMDN memiliki hubungan positif terhadap pertumbuhan ekonomi.

3.

Penanaman Modal Asing (PMA)

(4)

PMA memiliki hubungan positif terhadap pertumbuhan ekonomi.

4. Penelitian Terdahulu

Disini peneliti juga membahas penelitian terdahulu yang sejenis.

Tabel 1. Penelitian Terdahulu

Judul Penelitian Hasil Penelitian Pengaruh investasi

memegang peranan yang

sangat dominan di

propinsi Bali

Pertumbuhan ekonomi di Prop. Jateng (Sofwin Hardiati, 2002)

Investasi swasta baik

PMDN dan PMA,

pengeluaran pembangunan

pemerintah, angkatan kerja dan sarana angkutan

umum berpengaruh

pariwisata, dan jumlah

perusahaan sektor publik maupun investasi

swasta berpengaruh

positif terhadap

pertumbuhan pendapatan per kapita, sedangkan pertumbuhan penduduk berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi.

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Kota

Semarang, peneliti menggunakan analisis regresi linier berganda.

Dari hasil analisis didapatkan bahwa pertumbuhan penduduk memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, sedangkan untuk pertumbuhan PMDN mempunyai pengaruh yang negatif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, dan untuk pertumbuhan PMA tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.

IV.CRITICAL REVIEW

Pada jurnal yang berjudul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi di Kota

Semarang” tersebut peneliti melakukan

pembatasan variabel, dimana variabel yang digunakan sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Kota Semarang dibatasi pada faktor-faktor yang dianggap dominan meliputi: pertumbuhan penduduk, pertumbuhan modal asing, dan pertumbuhan modal dalam negeri.

Disini peneliti tidak membahas terlebih dahulu mengenai teori pertumbuhan ekonomi serta faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi berdasarkan para pakar, serta tidak menyebutkan alasan mengapa peneliti mengambil faktor-faktor tersebut sebagai variabel penelitian.

(5)

Pada jurnal tersebut juga tidak dibahas mengenai kondisi perekonomian Kota Semarang, kondisi kependudukan, serta pertumbuhan modal dalam negeri dan modal asing di Kota Semarang. Seharusnya dalam jurnal tersebut juga dijelaskan mengenai gambaran atau kondisi umum yang menjadi variabel penelitian. Sehingga pembaca memiliki bayangan awal mengenai perekonomian Kota Semarang.

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Kota Semarang adalah pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan penduduk memiliki nilai positif dan signifkan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hasil ini kurang sesuai jika diaplikasikan di lapangan, karena apabila laju pertumbuhan penduduk tidak diimbangi dengan kualitas penduduk dan jumlah lapangan kerja yang tersedia, maka yang terjadi akan bertambah banyaknya jumlah pengangguran. Oleh karena itu seharusnya variabel pertumbuhan penduduk lebih dirinci lagi menjadi jumlah angkatan kerja, tingkat pendidikan penduduk, dan kemampuan (skill) penduduk.

Setelah diketahui variabel yang mempengaruhi Kota Semarang adalah pertumbuhan penduduk, pada jurnal tersebut juga tidak dijelaskan lebih lanjut bagaimana cara meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kota Semarang berdasarkan hasil yang didapat.

Dalam hal ini, selain kualitas penduduk, investasi baik modal dalam negeri maupun modal asing seharusnya juga penting dipertimbangkan dalam pertumbuhan ekonomi Kota Semarang. Jika dilihat dari PDRB Kota Semarang, sektor yang memberikan kontribusi paling besar pada pertumbuhan ekonomi Kota Semarang adalah sektor tersier, yang meliputi perdagangan, hotel, dan restoran; pengangkutan dan komunikasi; keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan; dan jasa-jasa.

Gambar 2. Pertumbuhan Sektor Ekonomi Kota Semarang

Oleh karena itu, untuk meningkatkan perekonomian Kota Semarang maka program-program pemerintah daerah harus diarahkan pada upaya menumbuhkan aktivitas ekonomi daerah serta membuka jaringan distribusi barang dan jasa melalui penciptaan infrastruktur perdagangan sehingga perekonomian daerah akan meningkat dan pada gilirannya pajak dan retribusi daerah akan meningkat pula.

Dengan penciptaan infrastruktur yang baik, akan mendatangkan investasi. Sehingga juga perlu untuk meningkatkan iklim yang kondusif untuk investasi, salah satunya dengan memberikan kemudahan dalam mengurus perijinan.

Iklim investasi yang kondusif tersebut akan mendorong tumbuhnya investasi sektor swasta yang produktif dan berfungsi sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi, mengurangi tingkat kemiskinan, serta menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat. Iklim investasi yang kondusif ini akan memperluas jenis barang dan jasa yang tersedia sehingga akan mengurangi tingkat harga barang dan jasa bagi konsumen dalam jangka pendek, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam jangka panjang.

(6)

Pendekatan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan investasi di Kota Semarang selain dengan memberikan kemudahan dalam mengurus perijinan adalah dengan pengembangan sistem informasi investasi. Pengembangan sistem informasi investasi berupa pengembangan pusat data bisnis terpadu meliputi antara lain, sistem informasi lahan, sistem informasi ekspor impor, sumber-sumber pengadaan dan penjualan komoditas.

Kota Semarang memiliki banyak potensi. Untuk infrastruktur transportasi, Kota Semarang memiliki Bandara Internasional Ahmad Yani, Pelabuhan Internasional Tanjung Emas, dua stasiun besar yaitu Stasiun Tawang dan Stasiun Poncol, terminal besar seperti Terboyo dan Mangkang. Akses darat pun juga memiliki akses yang memadai, jalan – jalan tol yang menghubungkan Kota Semarang dengan kota - kota disekitarnya seperti tol Semarang – Solo,

Semarang – Demak dan jalan – jalan arteri seperti Semarang – Kendal.

Selain memiliki potensi infrastruktur, Semarang memiliki Kota Lama yang dapat dijadikan potensi pariwisata. Nuansa kolonial Belanda yang disajikan merupakan daya tarik bagi wisatawan maupun sebagai simbol Kota Semarang.

Gambar 3. Potensi Pariwisata Kota Lama Kota Semarang

Beberapa strategi yang dapat diterapkan pemerintah Kota Semarang untuk menarik minat investor dapat dilakukan dengan menyediakan akses penyediaan lahan, kemudahan perizinan usaha, penyediaan infrastruktur, jaminan keamanan berusaha, dan kualitas peraturan daerah.

Menurut Pratiwi (2014) ada tiga strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan investasi di Kota Semarang, antara lain:

a) Memberikan kemudahan kepada investor yang akan masuk di bidang pariwisata dan bisnis. Memberikan kemudahan dapat diartikan dalam hal perijinan yang tidak terlalu rumit dan memberikan pelayanan yang maksimal bagi para investor.

b) Membangun infrastruktur yang memberikan kemudahan bagi konsumen. Infrastruktur yang memadai akan membuat investor lebih yakin untuk berinvestasi di Kota Semarang. Konsumen yang dimaksudkan disini adalah para investor yang menanamkan modalnya.

c) Membangun keberlangsungan promosi baik nasional maupun internasional. Pembenahan selalu dilakukan dalam dua sisi, yaitu internal dan eksternal. Pembenahan internal dilakukan dalam bentuk pembenahan infrastruktur dan pembenahan sumber daya manusia untuk menarik para investor. Pada sisi eksternal dapat dilakukan dengan melakukan promosi baik di kancah nasional maupun internasional. Pada sisi nasional dapat dilakukan lintas daerah (antara satu kota dengan kota lain di provinsi yang sama), lintas Provinsi, hingga lintas pulau. Alternatif promosi yang dapat dilakukan yaitu dengan melibatkan media elektronik dan media cetak. Akses online juga dapat membantu memperkenalkan Kota Semarang secara internasional.

(7)

pengolahan dan sektor industri perdagangan besar. Pada tahun 2008 terdapat 377 industri dengan rincian 235 industri sedang dan 142 industri besar (Semarang dalam Angka 2010).

Dengan adanya produk unggulan di Kota Semarang, dapat menjadi media untuk berkomunikasi dengan dunia luar. Berdasarkan Penetapan Produk Unggulan Daerah Kota Semarang, jenis usaha yang terdapat di Kota Semarang terdiri dari Budidaya Tanaman Anggrek/Tanaman Hias, usaha jamu, usaha sapi perah/daging, usaha pakaian jadi, usaha furniture/kerajinan meubel, usaha ikan hias, usaha bandeng presto, dan usaha ikan panggang/ikan asap. Kota Semarang memiliki produk unggulan kuliner seperti bandeng presto, ikan panggang/ikan asap, lumpia, dan wingko babat.

Penguatan ekonomi lokal dapat dilakukan dengan pembinaan dan pendampingan serta penguatan institusi lokal, bantuan modal, dan bantuan pembangunan prasarana dan sarana.

V. PENUTUP

Dari hasil analisis jurnal, pertumbuhan ekonomi Kota Semarang dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk. Padahal pertumbuhan ekonomi tidak hanya dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan penduduk melainkan juga investasi, potensi kota, jumlah sektor industri, dan pengangkutan.

Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kota Semarang dilakukan melalui pendekatan investasi dan peningkatan ekonomi lokal. Untuk peningkatan investasi dan peningkatan ekonomi lokal diperlukannya kerja sama antara pemerintah, swasta, dan masyarakat. Oleh karena itu juga perlu dilakukan pengembangan kerjasama dan kemitraan baik dalam negeri maupun luar negeri. Dengan demikian perwujudan Semarang sebagai kota perdagangan dan jasa akan lebih mampu bersaing dengan daerah lain.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Ariefiantoro, Teguh dan Wyati Saddewisasi. 2011. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi di Kota Semarang. Jurnal Dinamika Sosbud Vol. 13 Nomor 2 Hal.153-158.

[2] Badan Pusat Statistik Kota Semarang. 2010. Kota Semarang dalam Angka 2010.

Semarang

[3] Pratiwi, Tika Putri. 2014. Strategi Peningkatan Pendapatan Asli Daerah, Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi Kota Semarang melalui MICE (Meeting, Incentive, Convention, Exhibition). Semarang: Economics Development Analysis Journal Vol.3 Nomor 1.

[4] Restiatun. 2009. Identifikasi Sektor Unggulan dan Ketimpangan Antarkabupaten/Kota di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Vol. 10 Nomor 1 Hal. 77-98.

[5] Sudarmono, Mulyanto. 2006. Analisis transformasi struktural, Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan antar Daerah di Wilayah Pembangunan I Jateng. Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro.

Gambar

Gambar 1. Variabel Penelitian
Tabel 1. Penelitian  Terdahulu
Gambar 2. Pertumbuhan Sektor Ekonomi Kota Semarang
Gambar 3. Potensi Pariwisata Kota Lama Kota Semarang

Referensi

Dokumen terkait

Vol. 2, Desember 2017 109 Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan mencoba menggali lebih dalam tentang upaya-upaya yang dilakukan oleh

Disahkan dalam rapat Pleno PPS tanggal 26 Februari 2013 PANITIA PEMUNGUTAN SUARA. Nama

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) upaya layanan bimbingan konseling Islam yang dilakukan guru konselor untuk menyadarkan perilaku merokok pada siswa di SMP Negeri 5

Personalisasi reward dalam penelitian ini masih terbatas karena menggunakan Finite State Machine yang perilakunya terbatas, sehingga jika dimainkan berulangkali maka

Hasil dari penelitian ini yaitu; (1) menghasilkan komik yang memiliki karakteristik berbasis desain grafis, dan berisi materi Besaran dan Satuan SMP kelas VII SMP, dan

Sedangkan pada opsi put Eropa, writer juga dapat mengalami kerugian jika yang terjadi pada saat maturity time adalah strike price lebih besar dibanding harga

Rahyono (2003) menyatakan intonasi sebuah bahasa memiliki keteraturan yang telah dihayati bersama oleh para penuturnya.Penutur sebuah bahasa tidak memiliki kebebasan yang

2. Kongres Pemuda Kedua adalah kongres pergerakan pemuda Indonesia yang melahirkan keputusan yang memuat ikrar untuk mewujudkan cita-cita berdirinya negara Indonesia, yang