• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEBUAH ANALISIS KRISIS YUNANI DAN DAMPAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "SEBUAH ANALISIS KRISIS YUNANI DAN DAMPAK"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS SEBUAH DRAMA TRAGEDI BERTAJUK

"KRISIS YUNANI"

Yunani adalah sebuah negara yang terletak di tengah benua eropa.Negara tetangga Yunani, diantaranya adalah Irlandia, Portugal, Italia dan beberapa negara maju seperti Jerman, Inggris dan Prancis. Jika ditilik dari besar wilayahnya, sebenarnya Yunani termsuk negara kecil dengan jumlah penduduk sekitar 11 juta jiwa dan luas wilayah….namun ketika terjadi krisis hebat di dalam negeri Yunani, mengapa hal itu menimbulkan euphoria ketakutan yang sangat diantisipasi oleh negara-negara tetangganya? Jawabannya adalah karena integrasi ekonomi. Dan integrasi itu bernama Uni Eropa.

Bagaimana bisa?

(2)

Dari sini mari beranjak sejenak untuk mengkaji bahasan utama tulisan ini, yakni Yunani. Kenapa bisa terjadi shocking crisis di negara Yunani? Pertama mari kita bahas dari aspek hutang-piutang Yunani.Gelombang hutang Yunani dimulai pada tahun 1947. Saat itu Yunani memasuki babak baru pemerintahan dari junta militer menjadi sosialis. Dengan adanya pemerintahan baru ini, Yunani butuh banyak bantuan dana guna pembangunan infrastrukturnya. Dana utang juga banyak tersedot untuk alokasi biaya subsidi, dana pensiun, gaji PNS, dll. Rupanya, karena banyak hal, Yunani gagal membayar hutangnya. Dana pinjaman tersebut terus saja menumpuk, hingga diperkirakan mulai tahun 1993 nilai hutang Yunani telah melampaui GDP-nya. Bahkan saat ini hutang Yunani diperkirakan telah mencapai 120% dari posisi GDP-nya. Dunia mulai mengendus adanya ketidakberesan dalam sistem perekonomian Yunani.

Fakta ini semakin terang ketika awal 2010, pemerintah Yunani diketahui telah membayar Goldman Sachs dan beberapa bank investasi lainnya guna memanipulasi nilai transaksi yang dapat menyembunyikan jumlah sesungguhnya dari hutang pemerintah. Kemudian diketahui pula bahwa pemerintah Yunani telah merubah data-data statistik mikro guna menimbulkan kesan pada dunia bahwa perekonomian mereka baik-baik saja. Padahal yang terjadi adalah sebaliknya.

(3)

dimaksimalkan untuk berbagai pembangunan infrasruktur yang hasilnya nanti bisa membantu perekonomian yunani.

Yang ketiga adalah adanya defisit dalam nilai perdagangan Yunani. Hal ini dapat dipantau dari nilai ekspor Yunani yang berjumlah $12,5 miliar. Bandingkan dengan nilai impornya yang mencapai $18,9 miliar. Artinya terjadi selisih yang cukup signifikan antara nilai ekspor-impornya. Dan ini berimplikasi pada berkurangnya cadangan devisa Yunani. Hal ini menunjukkan adanya Budget Deficit Financed di Yunani. Aspek ketiga ini memiliki keterkaitan dengan aspek-aspek sebelumnya. Misalkan, dana pinjaman dari luar dan juga pajak yang seharusnya digunakan untuk pembangunan infrastruktur berorientasi ekonomi yang dapat menggenjot ekspor justru dipakai untuk kegiatan konsumtif dan teralokasi pada bagian-bagian yang tidak produktif. Dan tentu saja korupsi.

Itulah tadi tiga aspek internal yang bisa dijadikan kajian untuk menganalisa krisis di Yunani. Bisa dibilang bahwa sebagian besar penyebabnya memang dikarenakan dari kebobrokan Yunani sendiri.

(4)

Ketika semua penyebab krisis ini diformulasikan, hasilnya adalah sebuah drama tragedi yang hebat berjudul "Krisis Yunani". Yah, saking hebatnya sampai-sampai ia mampu menggoncang Uni Eropa, bahkan global. Karena krisis di yunani berdampak pada melemahnya kepercayaan publik dunia, terutama investor, terhadap nilai mata uang Yunani. Mari kita segarkan kembali ingatan kita bagaimana krisis ekonomi di Indonesia pada 1997 silam membuat nilai mata rupiah tidak hanya melemah, namun merosot tajam. Itulah juga yang terjadi di Yunani sekarang ini. Masalahnya mata uang yang dipakai yunani adalah Euro. Yakni mata uang yang sama dipakai dengan negara-negara uni eropa lainnya. krisis di yunani tidak hanya berefek pada turunnya nilai euro di Yunani sendiri, namun mempengaruhi nilai euro secara keseluruhan. Bisa dikatakan Uni Eropa saat ini sedang mengalami apa yang dikatakan para ahli sebagai Domino Effect Theory.

Selain itu kepanikan Uni Eropa adalah wajar karena adanya integrasi ekonomi diantara mereka menyebabkan adanya arus barang, modal dan jasa yang bebas diantara mereka. Maka tentu akan banyak sekali modal asing yang tertanam di tubuh Yunani. Dan jika yunani collapse, investor juga collapse.

Melihat tragedi ini, banyak pihak yang mulai sigap memberikan bantuan. Seperti IMF yang pada 2010 memberikan dana segar bagi Yunani sebesar 110 miliar euro. Namun dana ini ternyata menjadi buah simalakama bagi Yunani. Karena IMF menyaratkan beberapa syarat pemotongan tunjangan bagi PNS dan pensiunan, peningkatan cukai pada barang-barang mewah, peningkatan pajak hingga 23%, Hingga privatisasi BUMN dalam jumlah besar. Pensyaratan IMF ini, terlepas dari segala kepentingan yang ada, bertujuan untuk membantu Yunani bangkit dari krisis dan mengentas Yunani dari default. Namun memang kenyataannya sulit dilakukan. Dan dampaknya adalah timbul reaksi keras dari para warga yang tidak setuju dengan implementasi ini. Hasilnya terjadi demo besar-besaran oleh para warga serta ratusan ribu pekerja dan pegawai pemerintah yang mengakibatkan lumpuhnya berbagai sektor di Yunani. Ini adalah akibat dari kebijakan pemerintah di masa lalu yang terlalu banyak menggelontorkan dana subsidi dan tunjangan kepada warganya. Sehingga masyarakat tidak siap ketika kesejahteraan mereka terancam. Yah, Yunani semakin akut.

(5)

memotong daun, setiap kali dipotong ia akan terus tumbuh kembali. Kecuali jika dicabut langsung ke akarnya. Baru bisa hilang sepenuhnya. Maka Yunani harus mau untuk melakukan reformasi total terhadap sistem pemerintahan internalnya. Mulai dari penanganan kasus KKN+korupsi secara tegas, atau mungkin secara totaliter bila perlu, kemudian pemangkasan birokrasi yang gemuk dan juga penghematan besar-besaran terhadap segala macam dana konsumtif yang nantinya bisa dialokasikan kepada pembangunan infrastruktur berbagai sektor riil guna memacu pertumbuhan ekonomi dalam negeri dan meningkatkan orientasi ekspor serta mengurangi impor. Diharapkan nantinya masalah Budget Deficit Financed dapat teratasi. Kemudian mengenai timbulnya dampak sosial yang terjadi, misalkan demo, menurut hemat saya itu adalah karena sikap pemerintah yang masih gengsi untuk jujur dan transparan kepada publik mengenai kehancuran sistem pemerintahannya. Sehingga wawasan rakyat masih minimal. Pelan-pelan pemerintah harus menjelaskan kepada publik mengenai kronologi kenyataan yang sebenarnya terjadi. Diharapkan hal ini bisa meminimalisir protes dari rakyat.

Setelah masalah budget teratasi dan akhirnya Yunani memiliki dana yang cukup banyak, meskipun entah kapan, Yunani mulai bisa menata ulang sistem keuangannya dan memilih rezim yang tepat guna mengatasi Weak Financial System-nya.

Tapi bagaimanapun juga, masalah yang terjadi sudah sangat kompleks. Namun setidaknya dunia bisa mengambil banyak pelajaran dari krisis ini, agar nantinya tidak terulang di masa depan. Yunani oh Yunani.

(6)

Bagaimana Neo-Marxis melihat krisis Yunani?

Neo-Marxis memiliki pandangan dasar yang berangkat dari Marxisme. Keduanya memiliki pandangan bahwa fenomena kehidupan manusia, khususnya dari segi ekonomi, terdiferensi menjadi dua sisi. Yakni agen ekspolitasi dan korban eksploitasi. Agen ekspolitasi oleh Marxisme dinamakan kaum Borjuis, sedangkan untuk korban eksploitasi dinamakan kaum Proletar. Faktor prinsip yang membedakan keduanya adalah perihal kepemilikan modal. Hal ini sangatlah urgent menurut Marxis, karena dengan modal yang dimiliki Borjuis, membuat mereka mampu mendirikan unit-unit produksi yang kemudian pergerakannya disokong oleh kaum Proletar. Karena Proletar tidak memilki modal, sedangkan mereka membutuhkan uang guna pemenuhan kebutuhan harian, maka mereka harus mau "mengabdi" kepada Borjuis.

Borjuis sebagai pihak yang diatas akhirnya merasa berhak memainkan segala aturan yang nantinya harus dipenuhi oleh Proletar. Dari sinilah fenomena ekspoitasi dimulai. Borjuis mulai menerbitkan aturan yang berorientasi keuntungan mereka pribadi tanpa mempertimbangkan hak-hak Proletar. Tenaga Proletar dikuras habis guna memaksimalkan faktor produksi milik Borjuis. Singkatnya kondisi inilah yang disorot utama oleh Marxis.

Neo-Marxis sendiri hampir identic dengan Marxis. Namun ia melihat kondisi eksploitasi ini dalam lingkup lebih luas, yakni sistem internasional. Neo-Marxis melihat bahwa eksploitasi yang terjadi tidaklah sesimpel antara Borjuis VS Proletar dalam sebuah negara, namun sudah beranjak masuk ke dalam ekspoitasi antar negara dalam sistem internasional. Oleh karenanya Neo-Marxis membagi dunia ini ke dalam kelas-kelas, yakni Negara Core yang berperan sebagai kelas Borjuis, dan Negara Phery-Phery yang berperan sebagai Proletar. NeoMarxis juga mengklasifikasikan negara SemyPhery sebagai kelas yang berada di antara Core dan Phery-Phery. Neo-Marxis sangat mengkritik Liberal karena salah satu instrument yang dihasilkannya, yakni Kapitalisme, telah berhasil menjadi wahana kendaraan fenomena eksplotasi di arus global.

Bagaimana NeoMarxis melihat krisis yang terjadi di Uni Eropa (UE)?

(7)

Melalui aplikasi integrasi bernama Uni eropa (UE), yang sangat berbau liberal, maka negara-negara Core, yang diambil posisi oleh negara besar seperti Prancis dan Jerman, leluasa mengeksploitasi negara-negara non-Core seperti Portugal, Spanyol, Italia, dan tentu saja Yunani. Mereka yang tergabung dalam UE dipaksa mengikuti aturan liberalisme perdagangan. Sebenarnya ini sangat baik dan ideal untuk diterapkan, namun dengan catatan bahwa semua negara yang terintegrasi memiliki kemampuan ekonomi yang hampir serupa. Karena dengan begitu impian Neo-Marxis untuk membentuk sistem dengan kondisi equal akan terwujud. Namun yang terjadi tidak demikian. Yunani yang nilai pendapatan perkapitanya hanya mencapai $6340, tentu tidak mampu menyaingi Perancis yang pendapatan perkapitanya mencapai GNP $20.380, dan juga Jerman dengan GNP $ 23.650.

Maka tidak bisa dipungkiri bahwa selain kondisi internal Yunani sendiri yang buruk berupa penumpukan utang dan angka korupsi yang tinggi, kondisi tidak fair dalam integrasi Uni Eropa ini juga mempengaruhi collapse-nya Yunani saat ini.

SOLUSI NEO-MARXISME

Solusi yang saya tawarkan dalam menangani krisis Yunani berdasarkan perspektif Neo-Marxisme adalah melalui pengumpulan dana sosial yang diambil dari iuran wajib masing-masing negara anggota UE selama setahun sekali yang akan dikumpulkan pada bulan ke-12 tiap tahunnya. Jumlah yang saya tawarkan adalah 0,2% dari APBN masing-masing negara. dengan sistem persen nantinya akan lebih adil daripada mematok nilai angka secara pasti. Karena nilai sumbangan akan menyesuaikan dari jumlah kemampuan negara penyumbang. Sehingga, misalnya, nantinya Jerman atau Prancis tentu akan menyumbang lebih banyak karena APBN mereka yang besar dikarenakan kemampuan mereka yang tergolong superior.

(8)

nantinya masing-masing negara UE wajib mengirimkan satu tim ahli. Hal ini untuk menjaga netralitas ESB sendiri.

Setelah dana sosial terkumpul secara keseluruhan, ESB akan mengalokasikan 70% total dana sosial untuk diberikan kepada negara-negara UE yang terkena krisis. Dalam memilih negara mana yang akan diberi bantuan dana dan seberapa besar dana yang akan diberikan, staf ahli ESB akan merapatkan hal tersebut terlebih dahulu agar dana yang diberikan dapat tepat sasaran. Diharapkan ini akan berlangsung netral karena staf ahli ESB merupakan kumpulan staf yang terdiri dari perwakilan masing-masing negara anggota yang memiliki kapasitas yang sama. Dana yang diberikan ini bersifat Hibah atau pemberian yang tidak wajib untuk dikembalikan. Namun sebagai gantinya negara penerima akan diberikan Structural Adjustment dari ESB. Structural Adjustment yang diberikan tentunya dipilih berdasarkan pertimbangan yang matang, dan karena basic anggota staf ESB berasal dari UE sendiri, maka Structural Adjustment juga akan sangat mempertimbangkan posisi negara tersebut sebagai anggota negara UE dan kondisi perekonomian UE saat itu. Hal ini lebih mudah diterima daripada instrument Strctural Adjustment yang ditawarkan oleh IMF. Karena IMF bukan institusi milik UE dan berposisi di luar UE.

Dengan dana sosial yang diberikan, harapan idealnya adalah negara krisis mampu bangkit dari krisisnya dan pelan-pelan mulai menyetarakan diri dengan negara anggota lainnya. Dan misalnya suatu ketika muncul bibit krisis baru, ESB akan segera tanggap mencegahnya dengan dana sosial yang dimilikinya sehingga tidak sampai menimbulkan krisis domino.

(9)

penyetaraan kemampuan. Ingat, orientasi dana sosial kali ini bukan untuk penanganan krisis, namun penyetaraan kemampuan.

Kemudian, pelan tapi pasti. Lama-lama kondisi equal akan dapat tercapai. Tidak akan ada lagi klasifikasi kelas dalam UE. Istilah Core, SemyPhery dan Phery-Phery akan hilang. Karena masing-masing negara telah memilki kemampuan yang sama. Liberalisasi Ekonomi sudah tidak lagi berorientasi ekspolitasi, namun kondisi saling memenuhi dan melengkapi yang semua itu terangkum dalam sistem Uni Eropa yang terintegrasi. Di sinilah Neo-Marxis mulai berjaya.

Nah, alokasi dana penanganan krisis tadi hanya 70%, lalu ke mana yang 30%? Jawabannya adalah untuk ditawarkan kepada negara-negara luar UE, namun bukan dalam status hibah, tapi hutang. Dari bunga yang dihasilkan dari pemberian hutang ini dapat dijadikan sumber pemasukan bag ESB sendiri.

(10)

SOLUSI NEO-MARXIS DALAM KRISIS UNI EROPA

TUGAS

Disusun untuk memenuhi tugas UAS kuliah semester pendek mata kuliah

Teori Hubungan Internasional I

Oleh :

Ahmad Syafiqul Umam / 105120400111011

Program Studi Hubungan Internasional

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Brawijaya

Malang

(11)

Referensi

Dokumen terkait

Pada masing-masing bentuk dari verba memukul dalam bahasa Bali memiliki perbedaan yang dapat dilihat dari tata cara memukul yang berkaitan dengan alat yang

Pemisahan aglikon-aglikon flavonoid dari ekstrak etilasetat dilakukan dengan kromatografi kolom menggunakan proses elusi gradien, yaitu ekstrak di dalam kolom

Karakteristik keefektifan sekolah menurut Ornstein dan Levine adalah : (1) lingkungan yang aman dan teratur yang mendukung proses belajar mengajar, (2) misi dan

pelayanan pastoral sebagai salah satu strategi penyelesaian konflik, tidak dapat. memuaskan dua belah

“ Law, is the body ofrules wheter formally enacted or costumary, which a state or community recognizes as binding on its members or subjects.” (Hukum adalah

Allah akan mengasihi hambaNya yang selalu mendekatkan diri kepadaNya (1m) kerana orang yang hampir kepada Allah akan selalu mengharapkan kasih sayang Nya dengan melaksanakan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) efikasi diri berpengaruh terhadap komitmen profesional guru, (2) Resiliensi berpengaruh terhadap komitmen profesional guru, (3) budaya

Dari kajian yang dilakukan, diperoleh bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara AC-WC kasar dan halus, nilai Stabilitas AC-WC kasar 1571,34 kg sedangkan AC- WC