• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGUKURAN DAYA PEMBEDA TARAF KESUKARAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGUKURAN DAYA PEMBEDA TARAF KESUKARAN"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENGUKURAN DAYA PEMBEDA,

TARAF KESUKARAN, DAN POLA JAWABAN TES

(Analisis Butir Soal)

Syamsudin*

Abstract : Test is important property in doing teaching and learning activity. Good result test come from the good tools of test mecha-nism or technique. he good test technique derived from the item tests which have signiicant discrimination power. When held a good examination, mean a test which has discrimination power to diferen-tiate smart testee and shallow testee thus one of the important duty of test technique will be accomplished. his paper describes how to evaluate item test in order to make a good discrimination power of the item test. he more detail the test to describe diferent ability of the testee the test quality become better

(2)

PENDAHULUAN

Evaluasi yang dideiniisikan oleh Nana Sudjana sebagai “... To give value something with the criterion”1 dan sebagai “... usaha menetapkan

nilai, yang terdapat dalam proses belajar mengajar yang terlihat pada ha-sil belajar yang dicapai seorang pelajar2 oleh Yahya Qohar mempunyai

beberapa syarat antara lain: Harus reliabel

Melihat fungsi peran evaluasi, maka perlu diperlihatkan tes seba-gai salah satu alatnya. Sebaseba-gaimana diketahui bahwa tes bisa berbentuk tertulis, lesan atau perbuatan.4 Maka tes harus memenuhi

persyaratan-persyaratan tersebut. Tulisan ini menggunakan test dilihat dari segi bah-wa tes harus didiskriminatif. Jadi uraian berikut termasuk serial analisis hasil test. Ada 4 cara menilai tes yaitu pertama meneliti secara jujur soal-soal yang sudah disusun, kedua mengadakan analisis soal-soal (item analysis), ketiga checking validitas dan keempat checking reliabilitas.

Dari keempat cara tersebut di atas, tulisan ini menguraikan cara kedua yaitu item analisis soal yang terdiri dari tiga hal yaitu taraf kesu-karan, daya pembaca dan pola jawaban soal. Tulisan ini secara berurutan membahas ketiga hal tersebut.

PENgERTIAN DAYA PEMBEDA

(3)

Dengan demikian ada tiga titik daya pembeda yaitu:

-1,00 0,00 1,00

Daya pembeda negatif Daya pembeda rendah Daya pembeda tinggi (positif)

Bagi suatu soal yang dapat dijawab benar oleh siswa pandai mau-pun siswa bodoh, maka soal itu tidak baik karena tidak memmau-punyai daya pembeda. Demikian juga jika semua siswa baik pandai maupun bodoh tidak bisa menjawab benar, soal tersebut juga tidak baik karena tidak mempunyai daya pembeda. Tes yang baik adalah tes yang dapat dijawab dengan benar oleh siswa-siswa yang pandai saja.

Suatu misal, kelompok anak yang pandai dapat menjawab dengan benar suatu tes dan seluruh atau hampir semua siswa yang tergolong bo-doh menjawab dengan salah, dikatakan bahwa soal itu memiliki D terbe-sar. Sebaliknya kalau justru lower group seluruhnya benar menjawab soal sedang upper group-nya yang menjawab dengan salah, maka D soal itu –1,00. Sedangkan kalau antara group keduanya sama yang menjawab de-ngan benar berarti D soal itu 0,00 atau tidak memiliki daya pembeda.

CARA MENENTUKAN DAYA PEMBEDA

Langkah pertama adalah membedakan menjadi kelompok kecil (ku rang dari 100) dan kelompok besar (100 ke atas).

Kelompok kecil (kurang 100) 1.

Seluruh kelompok tes terbagi dua sama besar, separuh kelompok atas (upper group) dan separuh kelompok bawah (lower group) sebagai berikut:

Siswa Skor Siswa Skor

(4)

Kelompok besar (100 ke atas) 2.

Untuk memudahkan analisis cukup diambil kedua kutub atas dan bawahnya saja, masing-masing 27% sebagai JA dan JB nya. Contohnya sebagai berikut:

Dari tabel kelompok atas dan kelompok bawah itu dicari menggu-nakan rumus:

D=(Ba/Ja)-(Bb/Jb)=Pa-Pb

D = Daya Pembeda J = Jumlah Peserta Ja = Jumlah Peserta Atas Jb = Jumlah Peserta Bawah

Bb = Jumlah Peserta Kelompok bawah menjawab benar Ba = Jumlah peserta kelompok atas menjawab benar

PB - BB/JB = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar PA - BA/JA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

Contoh perhitungan sebagai berikut:

Tabel Analisa 10 butir soal, 20 siswa

(5)

Siswa Kelompok 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Skor

Berdasarkan nama-nama siswa dapat diperoleh skor-skor sebagai berikut:

Kelompok atas Kelompok bawah

(6)

Array ini sekaligus menunjukkan adanya kelompok atas (JA) dan kelompok bawah (JB) dengan pemiliknya sebagai berikut:

Kelompok atas

10 orang 10 orang

Selanjutnya dilihat tabel analisa lagi khusus soal nomor satu. Dari kelompok atas yang menjawab benar 8 murid

1.

Dari kelompok bawah yang menjawab benar 4 orang 2.

Ditetapkan dalam rumus indeks diskriminasi sebagai berikut: JA = 10

KLASIFIKASI DAYA PEMBEDA DAN HUBUNgANNYA DENgAN TARAF

KESULITAN

D = 0,00 -0,20 jelek (poor)

D = 0,20-0,40 cukup (satisfactory) D = 0,4-0,70 baik (good)

D = 0,70-1,00 Baik sekali (Excellent)

(7)

Untuk melihat hubungan antara taraf kesulitan dan taraf daya pem-beda antara P dan D perlu senantiasa diingat rumus mencari P dan juga D. Dari indeks kesukaran (P) dan indeks di diskriminasi atau daya pem-beda (D) diperoleh hubungan sebagai berikut:

Sebagai contoh Soal dengan P = 0,20

Akan memberikan D max – 0,10 Soal dengan P = 0,80

Akan memberikan D = Max = yang sama

Dari graik terlihat bahwa soal-soal dengan nilai P = 0,50 memung-kinkan untuk mendapat daya pembeda yang paling tinggi.

TARAF KESUKARAN

Item soal sebaiknya tidak terlalu mudah juga tidak terlalu sukar. Dalam hal soal terlalu mudah dan atau terlalu sukar kurang memiliki fungsi akademik yang layak. Sebab manakala soal terlalu mudah kurang merangsang dan menarik minat belajar, sebaliknya kalau terlalu sukar pun sangat memungkinkan murid tidak selera untuk belajar bahkan menjadi putus asa.

Angka sebagai ukuran tingkat kesukaran item soal disebut indeks kesukaran atau diiculty index, yang berada pada angka 0,00 s/d 1,00. Indeks kesukaran yang populer disebut P (proporsi) 0,00 menunjukkan soal itu terlalu sukar ,sedangkan 1,0 menunjukkan soal terlalu mudah. Dengan demikian soal dengan P 0,50 lebih mudah dari soal dengan P 0,25 ,begitu pula sebaliknya soal dengan P 0,10 lebih sukar daripada soal dengan P 0,30.

(8)

murid yang dapat mengerjakan dengan benar item soal nomor 1. Maka indeks kesukaran soal nomor itu adalah:

P = B:JS = 12 : 40 = 0,30

(9)
(10)

Soal nomor 13 yang paling mudah karena dijawab dengan benar 3.

oleh seluruh murid .Indeks kesukarannya = 20 : 20 = 1,0

Menurut ketentuan yang berlaku indeks kesukaran diklasiikasi se-bagai berikut:

Soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar 1.

Soal dengan P 0,30 sampai 0,70 adalah soal sedang 2.

Soal dengan P 0,70 sampai 1,00 adalah soal mudah 3.

POLA JAWABAN

Pola jawaban adalah distribusi testee dalam hal menentukan pilihan ganda. Pola jawaban soal diperoleh dengan menghitung banyaknya tes-tee yang memilih jawaban a,b,c atau d atau yang tidak memilih jawaban manapun yang disebut omit disingkat o. Dari pola jawaban soal dapat ditentukan apakah pengecohnya (distraktor) berfungsi dengan baik atau tidak. Pengecoh yang tidak dipilih sama sekali oleh testee berarti penge-coh itu jelek, terlalu mencolok menyesatkan. Sebaliknya sebuah dis-traktor dapat dikatakan berfungsi dengan baik apabila disdis-traktor terse-but mempunyai daya tarik yang besar bagi pengikut pengikut tes yang kurang memahami konsep atau kurang menguasai bahan.

Terhadap distraktor dapat 3 perlakuan, diterima kalau baik, ditolak karena tidak baik, dan ditulis kembali kalau kurang baik. Kekurangannya mungkin terletak pada rumusan kalimatnya sehingga hanya perlu ditulis kembali, dengan perubahan seperlunya. Menulis soal kalau memang ada yang harus diperbaiki harus diperbaiki sebelum di gunakan untuk tes. Distraktor berfungsi baik minimal dipilih 5% pengikut tes.

Contoh penghitungan, dari analisis sebuah item, polanya diketa-hui:

Pola jawaban ! a ! b ! c * ! d ! 0 ! jumlah *kunci jawaban Kelompok atas ! 5 ! 7 ! 15 ! 3 ! 0 ! 30

(11)

Dari pola jawaban soal ini dapat dicari P = 21 : 60 = 0,35

1.

D = PA – PB = 15/30 – 6/30 = 9/30 = 0,30 2.

Distraktor, semua berfungsi dengan baik dipilih lebih dari 5% peng-3.

ikut tes.

PENUTUP

Dari uraian terdahulu maka kiranya dapat kita ambil pengertian penting bahwa penyusunan soal perlu adanya hal-hal yang harus diper-hatikan agar sasaran penyelenggaraan evaluasi dapat tercapai. Hal itu antara lain adanya daya pembeda atau krimination power di samping kri-teria-kriteria lainnya.

Semakin terpenuhi kriteria-kriteria soal yang baik, semakin tinggi kualitas soal untuk sebuah evaluasi. Begitu juga semakin jauh dari krite-ria-kriteria itu semakin rendah pula kualitas soal tersebut.

Demikian tulisan ringkasan sederhana ini berusaha menghadir-kan uraian tentang cara mengukur daya pembeda soal dalam upaya memperoleh item-item soal yang valid dan realibel dan memiliki keber-maknaan yang maksimal dalam sebuah program evaluasi pendidikan peng ajaran. [ ]

ENDNOTES

1 Nana Sudjana, Dasar-Dasar Peralatan Ilmu Belajar, ( Jakarta: Serajaya, 1984),

hlm. 8.

2 Yahya Qohar, Evaluasi Pendidikan Agama, (Bogor: Jawi Jaya, 1981), hlm. 12.

3 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, ( Jakarta: Rajawali, 1984), hlm. 331.

4 Hendayat Sutopo, Pembinaan Pengembangan Kurikulum,(Malang: IKIP

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Qohar, Yahya. Evaluasi Pendidikan Agama, Bogor : Ciawi Jaya, 1981 Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Serajaya

1984

Sudjana, Nana. Dasar-Dasar Penilaian Hasil Belajar, Jakarta: Se rajaya. 1984

Suryabrata, Sumadi. Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rajawali. 1984

Referensi

Dokumen terkait

Apabila soal dijawab dengan benar, maka siswa akan mendapatkan skor, apabila soal dijawab dengan salah atau tidak.. dikerjakan, maka siswa tidak akan mendapat skor

2.5.3 Mau tidak mau, sebagai mahasiswa kita harus bisa membuat sebuah tulisan ilmiah dengan baik dan benar, karena di masa depan pun, tidaklah tidak mungkin

Siswa yang pandai cenderung tidak mau disatukan dengan temannya yang kurang pandai, dan yang kurang pandai pun merasa minder apabila digabungkan dengan temannya

(dalam Nurgiyantoro, 1987:128) yang menyatakan bahwa butir soal yang baik adalah yang tingkat kesukarannya cukupan, tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit. Butir soal

Jadi data daya pembeda soal tersebut tidak baik untuk diujikan kepada siswa karena dari hasil analisis daya pembeda ujian semester II kelas X di SMA Negeri

Dalam suatu tes, penilaian didasarkan bahwa jawaban benar diberikan nilai 2, jawaban salah diberikan nilai -1, dan untuk soal yang tidak dijawab diberikan nilai

Kalau proporsi penjawab benar dari dua kelompok tersebut sama, berarti item soal tersebut tidak mampu membedakan antara mereka yang berkemampuan tinggi dan mereka yang

Tidak semua siswa yang pandai selalu mempunyai nilai ijazah yang lebih baik daripada yang bodoh.. Budi mempunyai nilai ijazah yang lebih buruk