Oleh : Eddy Yansen (
www.eddyyansen.com
)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan ciri ‐ ciri dalam komunikasi antar pria pengunjung spa plus – plus di dalam forum diskusi digital atau dunia maya. Komunitas pria pengunjung spa plus – plus, yang lebih jelasnya sebagai komunitas pengunjung tempat prostitusi ini menjadi menarik karena juga dapat memperluas wawasan kita mengenai bagaimana topik yang tabu dibahas dalam ruang publik dalam dunia maya.
Penelitian dilakukan dengan analisis semiotika untuk menemukan makna sesungguhnya di balik percapakan yang dilakukan pada komunitas pria pengunjung Orchid Spa BSD City, yang merupakan salah satu tempat spa plus – plus atau spa dengan prostitusi. Peneliti menganalisa 6816 transkrip pembicaraan di forum diskusi Kaskus.co.id dari bulan Mei 2014 hingga Desember 2014.
PENDAHULUAN
Kehidupan malam di Ibukota Jakarta memang dipenuhi dengan tempat – tempat hiburan untuk pria berhidung belang. Pertumbuhan pembangunan disisi lain menyisakan juga kehidupan warga yang masih berusaha untuk bertahan hidup dibawah gempuran kapitalisme dan hidup dibawah garis kemiskinan.
Daripada menjadi pekerja seks komersil (PSK) di pinggiran jalan, banyak wanita penghibur ini lebih memilih bergabung di tempat – tempat berkedok spa atau panti pijat yang menawarkan praktik prostitusi di dalamnya. Tentu saja tempat – tempat prostitusi ini juga menjadi benih permasalahan sosial lainnya yang lebih luas seperti tindak – tindak kriminal, human trafficking dan transaksi obat – obatan terlarang.
Bahkan menurut data Departemen Kesehatan, 129 ribu perempuan Indonesia bekerja sebagai pekerja seks, bahkan 34% diantaranya berumur dibawah 18 tahun ( Tempo.co, 20 Juni 2003 ). Di seluruh wilayah DKI Jakarta sendiri terdapat lebih dari 106 titik lokasi tempat prostitusi sesuai sensus yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2010 (Kompas.com, 15 Mei 2010 ).
Tentu saja tempat seperti ini tidak akan dapat bertahan tanpa adanya permintaan yang tinggi dari para pria yang mencari hubungan seks singkat untuk memenuhi hawa nafsu nya. Sekitar 3,3 juta laki – laki di Indonesia adalah pembeli seks rutin sesuai data yang dirilis oleh Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (Kompas.com, 28 Februari 2013). Lebih mencengangkan lagi, para pengunjung tempat prostitusi seperti spa plus – plus sekitar 60% adalah pria yang sudah menikah dan berkeluarga (inilah.com, 15 Februari 2013 ).
Alasan dalam perselingkuhan dengan pekerja seks komersial (PSK ) atau yang lebih dikenal dengan istilah “jajan” pun beragam, beberapa faktor yang memotivasi diantaranya keinginan untuk mencari sensasi, tantangan untuk tidak ketahuan, kelainan seksual seperti hypersex, bahkan ketidakpercayaan diri pada lelaki yang membuat mereka untuk menghindar berbicara terus terang dengan pasangan mengenai keinginan seksual mereka. Apalagi hal – hal seputar seks masih dikategorikan sebagai topik yang tabu di budaya Indonesia sendiri.
Kebiasaan “jajan” diluar ini, bahkan memiliki dampak psikologis yang jauh lebih serius menurut Mira D. Amir, psikolog LPT Universitas Indonesia karena dapat menyebabkan kecanduan, dan menimbulkan keinginan untuk selalu mencari pasangan yang baru (Bisnis.com, 15 Februari 2014). Inilah alasan kenapa tempat – tempat spa plus – plus tumbuh subur bahkan semakin ramai dari waktu ke waktu. Jam operasionalnya pun tergolong unik, kebanyakan spa plus – plus mulai beroperasi sejak jam 11.00 siang hingga jam 24.00 malam. Hal tersebut mencerminkan kebanyakan pelanggannya adalah pria berkeluarga yang harus pulang di malam hari.
Senada juga diungkapkan oleh Prof. Kuncoro, selaku Guru Besar psikologi dari Universitas Gajah Mada bahwa hubungan intim diluar istri sah semakin banyak dilakukan pria yang dilanda tekanan kehidupan seperti kota Jakarta dan sekitarnya. Bahkan hubungan itu lebih banyak dilakukan di siang hari, pada jam – jam kerja (Detik.com, 5 Desember 2012).
Membahas spa plus – plus akan semakin menarik lagi, bila kita melihat betapa mewahnya fasilitas – fasilitas yang ditawarkan. Bahkan banyak spa plus – plus justru menjadi urat nadi bisnis perhotelan di kota besar. Karena investasi yang dikeluarkan untuk membangun spa mewah plus – plus jauh lebih menguntungkan dibandingkan sekedar melayani tamu yang menginap di kamar hotel berbintang. Perijinan yang dikantongi para pengelola spa plus – plus pun sebagian besar adalah perijinan untuk tempat hiburan dan penginapan.
Pengunjungnya pun sebagian besar adalah kaum eksekutif dan pekerja kantoran yang memiliki kantong tebal. Selain memiliki kebebasan waktu untuk mendapatkan kencan singkat, para pengunjung spa plus ini siap mengeluarkan Rp 1,5 juta hingga Rp 3 juta untuk mendapatkan kesenangan dengan wanita cantik muda bahkan tidak jarang berdarah asing seperti Uzbekistan, Tiongkok dan Vietnam.
Penelitian ini menjadi menarik, ketika kita bertanya bagaimana pria yang mayoritas memiliki pendidikan formal tinggi, memiliki karir yang baik, bahkan tidak jarang memiliki status yang tinggi di masyarakat menjalani kehidupannya penuh dengan kerahasiaan, dan menjadi pelanggan tetap tempat spa plus – plus ?. Serta bagaimana mereka membangun komunikasi antar pribadi dalam kehidupan sehari – harinya dalam masyarakat dan keluarganya, dan juga terutama bagaimana mereka membangun komunikasi antar sesama pengunjung spa plus – plus ? dan bagaimana mereka memanfaatkan forum diskusi dunia maya seperti www.kaskus.co.id untuk menjadi media komunikasi mereka yang paling efektif karena dipercaya dapat menjaga kerahasiaan kehidupan malam mereka.
Berdasarkan hal diatas maka fokus penelitian yang menarik dan juga layak diajukan adalah apakah karakteristik dari komunikasi antar pria pengunjung spa plus – plus di dalam dunia maya ?
KERANGKA TEORI
Karakteristik Komunikasi adalah suatu proses Komunikasi sebagai suatu proses artinya bahwa komunikasi merupakan serangkaian tindakan atau peristiwa yang terjadi secara berurutan (ada tahapan atau sekuensi) serta berkaitan satu sama lainnya dalam kurun waktu tertentu yang memiliki kekhususan tertentu (Little John, 2008).
Untuk memahami karakteristik komunikasi antara pria pengunjung spa plus – plus dalam dunia maya yang dipenuhi dengan simbol – simbol terstuktur berbentuk kata (bahasa) dapat dijelaskan dengan Teori semiotika dari Ferdinan d Saussure yang melihat bahasa sebagai terdiri dari imaji akustik (kata dan bunyi) yang terkait dengan konsep (benda atau ide). Kaitan antara keduanya merupakan hasil kesepakatan (convention). Hubungan antara penanda konsep bersifat arbitrer (acak dan sewenang‐wenang). Ia mengklaim bahasa merupakan sebuah sistem tanda (signs) yang terlibat dalam sebuah proses penandaan (signification) yang kompleks. Bahasa ini berfunggsi sebagai pengontrasan (difference). Misalnya, kata “anjing” memiliki makna karena kita dapat membedakan “anjing” dari kucing, pohon, dan sebagainya. Dengan demikian, kata ada sebagai bagian dari jaring penanda‐penanda (signifiers) yang disatukan dalam sebuah struktur keberbedaan (structure of difference) (Alex Sobur, 2003 ).
Peta Tanda Roland Barthes ( Sumber : Paul Cobbey & Litza Jansz, 1999 dalam Sobur ( 2008 )
Makna sebuah kata baru akan menjadi jelas tidak terlepas dari tanda denotatif yang terkandung di dalamnya juga, seperti simbol berbentuk bunga mawar maka persepsi petanda konotasi yang muncul adalah “cinta dan romantis” itu juga karena adanya kesepakatan pada sebagian masyarakat tertentu (Roland Barthes, 1957).
Dalam sebuah komunitas pengunjung spa plus – plus yang membahas hal bersifat privat dan intim juga dapat dijelaskan sesuai teori pengaturan privasi komunikasi / Communication Privacy Management ( Sandra Petronio, 2002 ) yang membahas tekanan antara keterbukaan dan rahasia pribadi, antara sesuatu yang bersifat publik dan rahasia dalam hubungan. Petronio memandang pengaturan batasan sebagai sebuah proses yang didasarkan pada aturan. Proses ini bukan hanya sebuah keputusan individu “apakah harus saya katakan atau tidak?” namun, ini merupakan sebuah negosiasi aturan yang olehnya informasi akan dijaga dan diatur. Aturan‐aturan untuk pengaturan batasan sebagian dikembangkan dengan semacam rasio resiko manfaat. Penilaian resiko (risk assessment) berarti memikirkan biaya dan manfaat dari pengungkapan informasi.
Menurut DeVito (2007), dalam hubungan ini terdapat nilai‐nilai persahabatan yang meliputi utility, affirmation, ego support, stimulations, dan security. DeVito juga mengungkapkan bahwa dalam hubungan persahabatan terdapat peraturan peraturan untuk mempertahankan hubungan persahabatan. Peraturan‐ peraturan itu adalah membela sahabat dalam kekurangan, membagikan berita dan perasaan mengenai kesuksesan, saling mempercayai, menolong teman ketika mengalami kesusahan dan menghargai privasi sahabat.
Untuk memahami lebih jelas bagaimana interaksi antar unsur dalam semiotika komunikasi khususnya yang menggunakan computer‐mediated dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Gambar : Semiotic Research Framework termasuk Model Jakobson (John Mingers,2014)
METODOLOGI
lain, pengirimannya, dan penerimaannya oleh mereka yang menggunakannya (Van Zoest, 1996).
Subyek Penelitian
Subjek penelitian adalah anggota komunitas Orchid Spa BSD City di Forum diskusi www.kaskus.co.id. Seluruh anggota komunitas ini adalah pria pengunjung tetap dari Orchid Spa BSD City yang merupakan spa plus –plus, namun diantaranya juga terdapat seorang pengelola Orchid Spa BSD City yang menjadi seorang administrator forum dengan nama samaran di avatar “butuhasbak”, serta bertugas untuk menerima pesanan ataupun booking dari para pengunjung yang akan ke Orchid Spa BSD City.
Orchid Spa BSD City merupakan salah satu spa plus – plus kelas menengah keatas yang terletak di kota Tangerang Selatan yang memiliki kebanyakan pengunjung dari Jakarta dengan kapasitas yang tidak terlalu besar. Komunitas pengunjungnya yang merupakan kaum eksekutif berpendidikan serta melek IT (information technology) menjadi pilihan peneliti karena rata – rata pengunjung disini telah saling mengenal satu sama lain dan menjalin persahabatan.
Selain itu setiap harinya di forum diskusi kaskus.co.id, administrator forum akan memberikan informasi therapist ( wanita penghibur ) yang tersedia dan bekerja malam hari tersebut kepada seluruh anggota komunitas. Dan masing – masing anggota komunitas yang akan hadir biasanya akan melakukan booking secara online, dan terlihat daftar nama samaran anggota yang akan hadir di malam hari tersebut. Hal tersebut memberikan peluang bagi peneliti untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap dan menyeluruh karena forum tersebut merupakan salah satu sarana komunikasi antar anggota/ pengunjung yang penting dan selalu ter‐update dengan baik.
Analisis Data
www.kaskus.co.id yang terdapat di alamat URL : http://bit.ly/1zvcC4b . Peneliti mengambil posting selama 8 bulan dari tanggal 2 Mei 2014 hingga 2 Desember 2014. Dengan jumlah transkrip diskusi sebanyak 6816 posting dengan nomor posting dari urutan #1 hingga #6816.
Kemudian peneliti melakukan analisis semiotika dari Ferdinan de Saussure yang melakukan investigasi dan analisa mendalam pada pesan – pesan yang ada dalam diskusi dan percapakan dalam forum diskusi online yang diteliti, dengan berusaha menemukan kode, pesan dan makna dari komunikasi yang dilakukan serta hubungan antara kode, pesan dan makna diantaranya. Khususnya dengan memperhatikan makna umum dan makna khusus yang terbentuk dari sistem kode, dan kesepakatan sosial tertentu dalam komunitas yang kemudian lebih lanjut dilakukan analisa hubungan antara struktur sosial dan tanda yang muncul dan makna yang terkandung didalamnya.
Dan dalam tahap penyajian hasil analisis penulis menggunakan penjelasan naratif secara rinci dan terurai hasil analisis semiotik dari forum diskusi yang diteliti.
TEMUAN
Dari hasil analisis semiotika pada 6816 posting pada forum diskusi Orchid Spa BSA City di kaskus.co.id dapat ditemukan 4 karakteristik pada pola komunikasi yang dilakukan anggota komunitas yang juga merupakan pengunjung spa plus – plus ini diantaranya adalah :
1. Ditutup‐tutupi dengan sensor
Karakteristik pertama adalah bahasa yang ditutup‐tutupi, tidak ingin dituliskan secara lengkap, tidak ingin menunjukan secara utuh. Sebagai salah satu kode dalam memahami komunikasi antar pria pengunjung spa plus – plus ini adalah kebiasaan komunikan untuk menyamarkan tulisan walaupun tidak mengurangi kemudahan untuk dipahami sama sekali.
Pertama tampak jelas dalam aturan posting yang disampaikan oleh administrator forum yang menyebutkan untuk menyamarkan beberapa huruf dengan penggunaan tanda * atau nomor yang berfungsi seperti sensor.
Sensor paling banyak dilakukan pada nama – nama therapist atau wanita penghibur ( pekerja seks komersial ) tampak pola berulang – ulang dan pasti seluruh sebutan nama menggunakan sensor * ( tanda bintang ), dengan harapan agar nama tidak terungkap dengan jelas ataupun pasti. Disisi lain penggunaan sensor ini juga tidak maksimal, karena harapan agar para pembaca yang terutama adalah pengunjung Orchid Spa dapat langsung memahami dan mengerti siapa yang dimaksud dalam kata – kata nama tersensor tersebut masih ada.
Sensor tidak optimal juga terlihat dari penggunaan sensor yang sekedar adanya dengan hanya mengganti 1 huruf “vokal” dengan tanda bintang (*) yang membuatnya mudah untuk ditebak karena hanya terdapat 5 huruf vokal dalam alfabet kita.
Sebut saja “R*a”, dengan mudah bisa kita tebak dengan “Ria”, “C*ndy” dengan mudah juga bisa kita tebak dengan “Cindy”, “K*ki” juga dapat dipahami dengan mudah sebagai “Kiki”. Dari sini dapat dilihat jelas tujuan sensor tersebut bukanlah untuk menyamarkan maupun menutupi makna sesungguhnya dari kata tersebut.
Berbeda halnya dengan kepolisian misalnya, dalam menyamarkan nama pelaku kejahatan lebih efektif dengan hanya menyebutkan 1 initial huruf depan nama pelaku, seperti “N”. Hal ini akan menyensor keseluruhan dan pembaca tidak dapat menebak siapa nama pelaku sebenarnya selain hanya menangkap makna simbol “N” sebagai pelaku dalam memahami sebuah berita di Kompas misalnya.
Penggunaan sensor ataupun bahasa yang ditutup‐tutupi ini juga terjadi pada berbagai topik pembahasan yang membuatnya menjadi sebuah karakteristik dalam komunikasi.
Seperti penulisan kata “Petronas” yang disensor menjadi “Petron*as”, kenapa penulis menghindari menyebutkan kata Petronas ? padahal dalam konteks diskusi hal ini adalah membahas lokasi Orchid Spa yang terletak di bawah logo BSD City dan dibelakang pom bensin “Pertamina” baru ex “Petronas” yang mana seharusnya kejelasan setiap kata menjadi penting, karena mengarahkan alamat membutuhkan kepastian dan kejelasan bagi penerima informasi. Namun pada penutupan nama merk seperti Pertamina, komunikan cenderung menutupi juga lebih dari 1 huruf seperti “Pertamina” menjadi “P**tamina”.
Tampak juga dalam pembahasan pengalaman seseorang pengunjung, yang juga akan melakukan sensor pada seluruh nama wanita penghiburnya seperti “Oli**a” yang mana tetap mudah kita mengartikannya sebagai “Olivia”.
Tidak hanya sekedar untuk menutupi nama wanita penghiburnya, termasuk juga nama sesama pengunjung juga ditutupi ataupun disensor. Namun pada saat melakukan sensor pada nama sesama pengunjung, komunikan cenderung lebih ketat dalam menutup‐nutupinya dengan menggunakan lebih dari 1 tanda bintang sebagai sensor, juga menghilangkan lebih dari sekedar huruf vokal sehingga maknanya sulit untuk ditebak. Selain itu juga menggunakan sistem inisial untuk menutupinya. Contohnya :
• “thanks to suhu p*a*s and suhu BA”.
• “Confirm dari suhu BA...sepertinya suhu SG masih aman”. • “Tinggal sebut aja suhu AT”.
dari hasil analisis transkrip diatas kita dapat melihat fakta bahwa penggunaan sensor untuk menutup – nutupi maksud memiliki beberapa tingkatan diantaranya adalah :
• Sensor Ringan, adalah sensor yang hanya menghilangkan 1 huruf vokal dari keseluruhan kata yang dimaksud. Contohnya adalah yang terjadi pada nama – nama wanita penghibur seperti T*ka, yang jelas dapat ditebak sebagai “Tika”. Sensor ringan menunjukan komunikan tidak bermaksud untuk menyembunyikan makna yang ingin disampaikan, bahkan berusaha agar pembaca dapat menebak dan memahaminya. Tujuan dari sensor ringan lebih dari sekedar memberikan rasa sopan dan menghargai terhadap objek yang sedang dibicarakan. Yang mana dalam hal ini banyak ditemuan penggunaannya untuk menyebutkan nama wanita penghibur. Menjadi seolah – olah tabu untuk para pengunjung spa ataupun anggota komunitas untuk menyebutkan nama wanita tersebut dengan lugas dan jelas. Penutupan seperti ini memberikan rasa seolah – olah para komunikan menghargai privasi dari objek yang sedang didiskusikan.
seperti “Pertamina” menjadi “P**tamina”. Sensor ini juga tidaklah bermaksud mengaburkan makna asli dari objek yang sedang didiskusikan. Melainkan justru penulis berusaha agar pembaca dapat memahami apa yang dimaksudkan. Biasanya digunakan oleh sesama anggota komunitas untuk menyebutkan nama – nama tempat, nama – nama tokoh publik, nama – nama merk. Tujuannya adalah untuk tidak mendiskriditkan merk ataupun objek tertentu dengan kegiatan “plus – plus” yang sedang didiskusikan dalam forum ini. Bayangkan saja merk seperti Pertamina, seperti Bir Bintang apabila diasosiasikan pembaca dengan kegiatan “plus‐plus” atau prostitusi yang sedang dibahas dalam forum ini dapat berlanjut menjadi masalah besar yang berusaha dihindari oleh para penulis di forum ini.
• Sensor Berat, adalah sensor yang menghilang lebih dari 2 huruf dengan tanda bintang bahkan dengan menyingkatnya menjadi 1 ataupun 2 huruf saja dari keseluruhan kata yang dimaksudkan. Contohnya yang digunakan untuk nama – nama sesama pengunjung seperti “BA”, “TS”, “P*R*T, “S**S”. Sensor berat ini memiliki tujuan untuk benar – benar menyamarkan dan menghilangkan kesempatan pembaca untuk dapat menebak makna sesungguhnya. Dalam hal ini juga dapat diketahui bahwa privasi sesama pengunjung dan anggota komunitas adalah salah satu hal yang sangat penting disini, karena ketakutan rusaknya citra diri sesama pengunjung spa plus‐plus yang di Indonesia adalah hal yang sangat memalukan.
2. Penuh dengan istilah dan singkatan bermakna tersirat.
Hal ini menjadi semakin menarik, karena pada forum diskusi Orchid Spa BSD City ini membahas sebuah topik yang tabu untuk didiskusikan di masyarakat yaitu sebuah komunikasi antara penyedia dan pelanggan prostitusi. Melihat bagaimana sebuah topik privat dibahas di ruang publik, dan bagaimana proses komunikasi terjadi dengan batasan – batasan untuk menjaga privasi dan kerahasiaan komunikan yang terlibat di dalamnya.
Uniknya lagi kode – kode yang disepakati dalam komunitas ini tidak hanya digunakan dalam komunitas Orchid Spa BSD City ini, namun sebagian besar adalah bahasa yang dicirikan dengan istilah yang tidak saling terkait dan singkatan yang telah disepakati bersama di dunia maya. Sebut saja singkatan seperti : FJ adalah singkatan “Fuck Job” yang lebih detailnya diartikan sebagai kegiatan bersetubuh. ML adalah singkatan dari “Make Love” yang lebih detailnya diartikan sebagai kegiatan bersetubuh juga.
Seperti yang ditemukan oleh peneliti pada forum diskusi kaskus.co.id dengan topik diskusi utama berjudul “Kamus Besar Singkatan dunia SPA”, menjadi referensi yang baik dalam memahami kode – kode komunikasi antar komunikan di dalam forum yang diteliti.
penerbangan (aviation) dan juga mobil – mobil mewah seperti “airlines”, “touchdown”, “bandara”, “ferrari” yang banyak sekali digunakan berulang.
Berdasarkan analisis semiotik yang dilakukan oleh peneliti, menemukan bahwa ada beberapa jenis kategori istilah dan singkatan yang digunakan berdasarkan tujuan penyampaian makna dan tujuan pengaburan makna sebenarnya.
1. Istilah denotatif berfungsi sebagai sandi yang memperhalus .
Istilah dan singkatan yang memiliki makna denotatif ( sesungguhnya ) sesuai dengan kata – kata yang digunakan, namun dibuat dalam bentuk singkatan untuk menjadi sandi diantara komunikan. Adapun tujuannya untuk memperhalus bahasa yang digunakan agar tidak menjadi terlalu kasar dan tidak sopan di dalam ruang publik.
Contoh pertama adalah “FR” yang merupakan singkatan dari “Fuck Report” yang merupakan gabungan dari 2 kata dalam bahasa inggris yang masing – masing memiliki pengertian denotatif : “Fuck” ( bersetubuh ) dan “Report” ( Laporan). Ketika digabungkan berarti “Laporan pengalaman dalam bersetubuh dengan pihak tertentu”.
Terlihat dalam posting diatas dituliskan “FR dulu biar tidur tenang 2 hari ke depan, dilanjutkan dengan penjelasan seperti “doi jebolan blok A yang nyari service dijamin gak bakal mengecewakan”, dan juga menyampaikan penilaian seperti “Face 8, sekilas mirip penampakan Fly Emirates. Body : 7,5 ( slim dan full body‐art” ) serta overall 8,99 ( klo BJ no‐caps dan skill masas ditingkatkan bisa 9).”
Sebagai pembanding pada posting lain, terdapat juga penggunaan singkatan FR yang berfungsi sama yaitu menyampaikan proses pengalaman kunjungan ke Orchid Spa hingga proses bersetubuh selesai seperti terlihat dibawah ini :
Contoh lain adalah singkatan “CIM” yang banyak ditemukan dalam posting forum ini, “CIM” sendiri adalah singkatan dari “Cum in Mouth” yang merupakan gabungan dari 2 kata dalam bahasa inggris yang masing – masing berarti “Cum” dalam bahasa Indonesia disebut “onani”, dan “Mouth” dalam bahasa Indonesia disebut “mulut”, artinya secara gabungan menjadi proses onani yang dilakukan di dalam mulut.
Seperti bila dibaca pada posting ke #69 diatas, secara konteks dapat kita temukan makna “CIM” sebagai apa adanya bila diartikan dalam Bahasa Indonesia. Tertulis “ga sempat panjang niat mo CIM doang”, dapat diterjemahkan dalam pengertian “tidak sempat panjang niat mau onani di dalam mulut saja”.
Secara konteks pesan dapat kita temukan makna laporan dalam pengalaman bersetubuh yang di‐istilahkan dengan FR dan CIM adalah sesuai dengan makna sesungguhnya yang digunakan untuk memperhalus kata – kata yang digunakan.
2. Istilah konotatif berfungsi sebagai sandi.
Adalah istilah ataupun singkatan yang memiliki makna konotatif yang berfungsi sebagai sandi – sandi untuk menunjukan makna lain yang telah disepakati bersama sebelumnya. Adapun fungsinya adalah untuk mengaburkan makna sesungguhnya untuk menjaga kerahasiaan antara komunikan.
Contoh adalah penggunaan istilah “Bandara”, dalam forum yang diteliti yang merujuk pada “Orchid Spa BSD City” sendiri. Kode ini terlihat jelas pada awal forum yang menyebutkan dengan lugas “Orchid Spa BSD City a.k.a (also known as ) Bandara”.
Dalam keseluruhan posting, bandara dengan mudah dapat kita temukan makna denotatifnya sebagai sebuah tempat yang menjadi fasilitas pesawat terbang untuk lepas landas dan mendarat. Namun karena adanya kode – kode yang telah disepakati sebelumnya, maka kita dapat mengartikan “bandara” dalam berbagai konteks diskusi dalam forum yang diteliti sebagai “Orchid Spa BSD City”, contohnya “Bandara emang bikin kangen deh pokoknya” diartikan sebagai “Orchid Spa BSD City emang bikin kangen deh pokoknya”.
Istilah – istilah yang berhubungan dengan dunia penerbangan lainnya menjadi banyak sekali digunakan disini, sebagai contoh lainnya diantarnya :
Istilah Pengertian Umum Pengertian Sebenarnya
“Touchdown” Pesawat berhasil makna yang mendekati secara fungsional, namun sengaja digunakan untuk mengaburkan makna sebenarnya bukan sekedar untuk memperhalus bahasa yang digunakan namun lebih untuk menjaga kerahasiaan antara pengunjung.
3. Istilah konotatif berfungsi menunjukan kualitas dalam denotatifnya.
Termasuk juga penggunaan berbagai nama maskapai yang mencerminkan kualitas wanita penghiburnya seperti “Sriwijaya Air”, “Japan Airlines”, “Singapore Airlines”.
Dimana masing – masing istilah ini menunjukan tingkatan dalam kualitas sesuai dengan makna denotatif sesungguhnya dari masing – masing perusahaan / produk yang disebutkan.
Istilah Makna Umum Makna Sebenarnya
Namun bila kita mendalami lagi, pola komunikasi yang memiliki Power‐Distance yang tinggi seperti ini juga untuk menunjukan rasa hormat antar pengunjung. Dimana jarang terjadi keributan antara pengunjung, karena setiap pihak dalam komunikasi menjaga posisi masing – masing sebagai junior dan senior dengan baik.
Biasanya pihak yang senior akan mengajak dan mengadakan pertemuan – pertemuan di Orchid Spa bersama dengan para pengunjung lain yang lebih junior untuk bertukar informasi dan juga berkenalan.
4. Bersahabat dengan baik dalam bertukar informasi
Karakteristik keempat dalam komunikasi sesama pengunjung spa plus – plus adalah keinginan yang tinggi untuk saling berbagi informasi dimulai dari kualitas layanan, bentuk wajah dan tubuh wanita penghibur, harga hingga rasa makanan dan minuman dan suasana tempat spa.
Hal ini diperoleh dari hasil analisis yang menunjukan sebagian besar informasi yang dibagikan dan diskusi yang dilakukan adalah seputar hal yang disebutkan diatas.
Hal menarik lainnya adalah walaupun tidak saling mengenal secara langsung pun, para anggota komunitas menjalin persahabatan melalui dunia maya. Hal tersebut diketahui dari kebiasaan saling mencela tanpa pihak yang menerimanya merasa tersinggung. Kedekatan untuk saling bergurau antar anggota komunitas dan juga berbagi informasi menguatkan mereka sebagai satu kesatuan komunitas yang memiliki kesamaan dalam prinsip hidup seperti open minded person. Hal – hal tersebut dapat terlihat dibawah ini :
Pada 3 posting diatas terlihat bagaimana pengunjung melakukan konfirmasi betapa pentingnya dan rasa penghargaan terhadap yang berbagi informasi. Sedangkan dibawah ini terlihat keakraban dalam komunikasi dengan saling mengejek dalam konteks bergurau.
KESIMPULAN
Empat karakteristik yang ditemukan dalam komunikasi antar pria pengunjung spa plus – plus di dunia maya meliputi :
1. Penggunaan bahasa yang ditutup – tutupi dengan sensor
Karakteristik komunikasi pertama yang ditunjukan adalah penggunaan sensor untuk menutup – nutupi kata – kata yang digunakan agar tidak terlihat dengan jelas dan mempersulit pembaca / penerimanya untuk memahami maksudnya. Dimana tingkat sensor dibagi lagi menjadi 3 yaitu : sensor ringan, sensor menengah dan sensor berat.
Sensor ringan adalah komunikasi yang menunjukan usaha untuk menutup‐ nutupi sesuatu bukan untuk mengaburkan maknanya, melainkan hanya untuk menunjukan rasa sopan dan hormat kepada objek yang sedang dikomunikasikan.
Sensor berat adalah komunikasi yang menunjukan usaha untuk menutup‐ nutupi sesuatu dengan tujuan mengaburkan maknanya, agar tidak mudah diketahui secara jelas dan pasti objek yang ditunjuk. Selain dalam konteks komunikasi secara utuh, objek yang ditunjuk dapat memiliki makna. Namun bila berdiri sendiri menjadi tidak bermakna sama sekali.
Penggunaan 3 sensor ini menjadi salah satu ciri khas dalam komunikasi topik yang bersifat tabu, rahasia dan yang dapat melemahkan citra diri seseorang di dalam ruang publik yang dapat dilihat dan diakses siapa saja seperti halnya pengunjung spa plus‐plus
2. Penggunaan bahasa yang penuh dengan istilah dan singkatan
dengan makna tersirat.
Adalah istilah – istilah, singkatan, bahasa dan sandi yang digunakan dengan makna sesuai objeknya, namun hanya merubah susunan dan struktur yang digunakan untuk memperhalus makna yang terkandung di dalamnya. Biasanya karena makna sesuai objeknya bersifat kasar, tidak sopan, tidak layak untuk diceritakan di ruang publik.
2. Istilah konotatif berfungsi sebagai sandi.
3. Istilah konotatif berfungsi menunjukan kualitas dalam denotatifnya.
Adalah istilah – istilah, singkatan, bahasa dan sandi yang digunakan dengan makna sesungguhnya sesuai dengan makna pendukung seperti kualitas dan sifat – sifat pada objek yang disebutkan. Biasanya untuk membandingkan sesuatu secara rahasia, namun tetap dapat menunjukan perbedaan tingkatan sifat – sifat yang terkandung di dalamnya dengan jelas.
Komunikasi topik yang bersifat tabu dan rahasia pada ruang publik seperti halnya pengunjung spa plus‐plus akan penuh dengan istilah – istilah seperti yang kata – kata yang sopan, penuh dengan usaha untuk memperoleh persetujuan agar diterima di dalam komunitas, kebiasaan untuk menunjukan diri lebih rendah dibandingkan yang lain, menjaga hubungan antara sesama komunikan dengan baik.
Walaupun sesungguhnya dalam kehidupan masyarakat, seseorang memiliki kuasa dan status yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan yang lain. Namun tingkatan yang dimiliki seseorang dalam komunitas tertentu ini ditentukan oleh lama waktu dan banyaknya pengalaman yang dimiliki seseorang dalam hal khusus yang dilakukan setiap individu dalam komunitas ini. Tingkatan komando ini terbentuk dari pola – pola komunikasi yang ada.
Artinya dalam komunitas yang membahas hal penuh rahasia, privat dan intim dalam ruang publik seperti halnya para pengunjung spa plus – plus, akan terbentuk pula tingkatan komando tersendiri yang berakibat bentuk komunikasi yang sesuai dengan tingkat atau statusnya. Dan rasa saling menghormati sesuai dengan tingkat atau statusnya dalam komunitas tersebut.
4. Bersahabat dengan baik dalam bertukar informasi.
Karakteristik keempat yang ditunjukan adalah pola komunikasi yang terbuka untuk saling memberikan informasi secara luas terutama dalam hal yang dilakukan bersama dan menjadi rahasia bersama dengan hubungan persahabatan antar individu yang baik terjalin di dalamnya. Rasa memiliki persamaan dalam hal kerahasiaan bersama menumbuhkan rasa persahabatan yang baik, serta keterbukaan yang luas untuk saling bertukar informasi hingga hal – hal yang intim sekalipun.
Komunikasi yang penuh dengan kerahasiaan, tabu dan privasi di ruang publik seperti halnya antar pengunjung spa plus‐plus akan terlihat tingkat intimasi yang lebih tinggi antara satu dengan yang lainnya, dan keterbukaan informasi yang lebih luas terutama dalam hal yang dirahasiakan bersama.
Implikasi penelitian ini memberikan sumbangan dalam memperkaya wawasan kita dalam memahami karakteristik yang ada dalam komunikasi hal – hal yang bersifat tabu, dirahasiakan, yang dianggap mampu merusak citra diri seseorang dalam ruang publik yang dapat dilihat oleh seluruh orang. Karakteristik yang sama mungkin juga dapat ditemukan dalam komunikasi topik – topik tabu lain selain prostitusi, sebagai contoh topik kriminal/ kejahatan, dimana komunitas terorisme mungkin saja dapat memiliki ciri – ciri komunikasi yang sama, yang dapat menjadi indikasi awal dari hal – hal lainnya bagi pihak berwenang untuk mampu mengenali komunikasi mereka di ruang publik terutama dunia maya (internet).
KETERBATASAN PENELITIAN
lain sebagainya yang erat dapat mempengaruhi karakteristik komunikasi yang terjadi di dalamnya.
Peneliti membuka luas kesempatan untuk peneliti lain untuk dapat menambah dan memperkaya wawasan kita bersama melalui penelitian lanjutan lainnya yang mengungkap lebih banyak karakteristik lain dalam komunikasi antar pria pengunjung spa plus‐plus lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Barthes, Roland (1957). Mythologies. Les lettres Nouvelles.
Devito, Joseph A (2007). The Interpersonal Communication Book. Pearson International.
Littlejohn, Stephen W. Foss, Karen A (2008). Theories of Human Communication.
Cengage Learning.
Mingers, John (2014). Guidelines for Conductuing Semiotic Research in Information
Systems. Kent Business School.
Neuman. W. Laurence (1997). Social Research Methods :Qualitative and Quantitative
Approaches, thrid edition. Allyn and Bacon.
Petrinio, Sandra (2002). Boundaries of Privacy. SUNY Press.
Sobur, Alex (2003). Semiotika Komunikasi. Remaja Rosdakarya.