• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS MATA KULIAH PENCEMARAN LINGKUNGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TUGAS MATA KULIAH PENCEMARAN LINGKUNGAN"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS

MATA KULIAH : PENCEMARAN LINGKUNGAN DAN KESEHATAN DOSEN : Anwar Mallongi, SKM.,M.Sc.,Ph.D

UPAYA PENURUNAN TINGKAT PENCEMARAN UDARA

POLUTAN HIDROGEN SULFIDA (H

2

S) DI PERKOTAAN

MENUJU

GREEN CITY

O L E H :

ABDUL RAHMAN ELLY P1801213008

KONSENTRASI KESEHATAN LINGKUNGAN PROGRAM MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2014

(2)

PENDAHULUAN

Perwujudan hak setiap orang untuk mendapatkan lingkungan hidup yang sehat bagi pencapaian derajat kesehatan merupakan bagian pokok dalam upaya kesehatan lingkungan yang ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, sebagaimana termaktub dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan antara lain dilakukan pada lingkungan permukiman, tempat kerja, tempat rekreasi, serta tempat dan fasilitas umum.

Udara memegang peranan yang sangat penting bagi keberlangsungan kehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya. Sehingga udara merupakan sumber daya alam yang harus dilindungi untuk kelansungan kehidupan baik saat ini maupun yang akan datang. Untuk mendapatkan udara sesuai dengan tingkat kualitas yang diinginkan maka pengendalian pencemaran udara menjadi sangat penting untuk dilakukan. Hal ini disebabkan karena udara merupakan media lingkungan yang sangat potensial dalam penyebaran penyakit dan zat kimia yang menyebabkan gangguan kesehatan.

Saat ini, kualitas udara yang memenuhi syarat kesehatan menjadi sesuatu yang sangat langka terutama di daerah perkotaan. Perubahan kualitas udara pada umumnya disebabkan oleh adanya pencemaran udara, yaitu masuknya zat pencemar (berbentuk gas-gas dan partikel kecil/aerosol) ke dalam udara. Masuknya zat pencemar ke dalam udara dapat secara alamiah, misalnya kebakaran hutan, akibat gunung api, dan sebagainya juga sebagian besar disebabkan oleh aktivitas manusia, misalnya aktivitas transportasi, industry, pembuangan sampah baik akibat dekomposisi maupun kebakaran serta kegiatan rumah tangga. fungsi faal dari organ tubuh seperti paru-paru dan pembuluh darah, atau menyebabkan iritasi pada mata dan kulit. Sedangkan bahan pencemar udara seperti SOx, NOx, H2S dapat merangsang saluran pernapasan yang

mengakibatkan iritasi dan peradangan (Soedomo, 2001).

(3)

ditimbulkannya. Kegiatan pengengendalian yang dilakukan harus dilaksankan secara terintegrasi antar sektor dan program sesuai tugas, fungsi dan kewenangan masing-masing, baik pemerintah pusat maupun daerah dengan tetap mendukung terlaksananya otonomi daerah yang sesuai dengan harapan kita semua.

BAB II

HIDROGEN SULFIDA

A. Karakteristik H2S

Hidrogen sulfida (H2S) adalah gas yang mudah terbakar, tidak berwarna dengan rasa manis dan bau yang khas seperti telur busuk yang dapat beracun pada konsentrasi tinggi. Orang biasanya mencium bau hidrogen sulfida pada konsentrasi rendah di udara, mulai,0005-0,3 bagian per juta (ppm) (0,0005-0,3 bagian dari hidrogen sulfida dalam 1 juta bagian udara); Namun, pada konsentrasi tinggi, seseorang mungkin akan kehilangan kemampuan mereka untuk mencium baunya. Hal ini dapat menyebabkan hidrogen sulfida sangat berbahaya.

Gas Hidrogen sulfida memiliki yang terdiri dari gas hidrogen sulfida yang terbentuk dari 2 unsur Hidrogen dan 1 unsur Sulfur. Gas ini disebut sebagai gas telur busuk, gas asam, asam belerang atau uap bau. Gas hydrogen sulfida memiliki sifat dan karakteristik antara lain sebagai berikut :

1) Tidak berwarna tetapi mempunyai bau khas seperti telur busuk pada konsentrasi rendah sehingga sering disebut sebagai gas telur busuk. 2) Merupakan jenis gas beracun.

3) Dapat dengan terbakar dan meledak pada konsentrasi LEL (Lower Explosive Limit) 4.3% (43000 PPM) sampai UEL (Upper Explosive Limite)46% (460000 PPM) dengan warna nyala api biru pada temperature 500°F ( 260ºC ).

4) Berat jenis gas H2S lebih berat dari udara sehingga gas H2S akan

cenderung terkumpul di tempat/daerah yang rendah. Berat jenis gas H2S

sekitar 20% lebih berat dari udara dengan perbandingan berat jenis H2S :

1.2 atm dan berat jenis udara : 1 atm.

5) Gas H2S mudah larut (bercampur) dengan air (daya larut dalam air 437

ml/100ml air pada 0°C; 186 ml/100 ml air pada 40ºC).

6) Hidrogen sulfida bersifat korosif sehingga dapat mengakibatkan karat pada peralatan logam (Elnusa, 2000 dalam Wibowo, 2012).

B. Sumber H2S

(4)

limbah, pabrik pupuk, dan pabrik pulp dan kertas. Sumber-sumber industri hidrogen sulfida termasuk kilang minyak, pabrik gas alam, pabrik petrokimia, pabrik pengolahan makanan, dan penyamakan kulit. Bakteri yang terdapat di mulut dan saluran pencernaan dapat menghasilkan hidrogen sulfida selama pencernaan makanan yang mengandung protein nabati atau hewani. Hidrogen sulfida merupakan salah satu komponen utama dalam siklus sulfur alami.

C. Keberadaan H2S

Hidrogen sulfida dilepaskan terutama sebagai gas dan menyebar di udara. Namun, dalam beberapa kasus, gas hydrogen sulfide berasal dari limbah cair, fasilitas industri atau sebagai akibat dari peristiwa alam. Ketika hidrogen sulfida dilepaskan sebagai gas di atmosfer selama rata-rata 18 jam. Selama itu pula, hidrogen sulfida dapat berubah menjadi sulfur dioksida dan asam sulfat. Hidrogen sulfida larut dalam air, dan asam lemah dalam air.Tubuh memproduksi sejumlah kecil hidrogen sulfida. Hidrogen sulfida diproduksi oleh bakteri alami di mulut dan merupakan komponen dari bau mulut (halitosis). Tubuh yang mengandung protein oleh bakteri sulfur yang terdapat dalam saluran usus manusia juga menghasilkan hidrogen sulfida.

Tingkat hidrogen sulfida di udara dan air yang biasanya rendah. Jumlah hidrogen sulfida di udara di Amerika Serikat adalah 0,11-0,33 bagian per miliar (ppb) (satu seperseribu ppm a). Di daerah yang belum dikembangkan di Amerika Serikat, konsentrasi telah dilaporkan pada 0,02-0,07 ppb. Jumlah hidrogen sulfida dalam air permukaan biasanya rendah karena hidrogen sulfida mudah menguap. Konsentrasi air hidrogen sulfida pada air tanah umumnya kurang dari 1 ppm; Namun, konsentrasi sulfur diukur dalam permukaan dan air limbah berkisar antara kurang dari 1 sampai 5 ppm. Eksposur rumah tangga untuk hidrogen sulfida dapat terjadi melalui penggunaan bahan pembersih saluran. Hidrogen sulfida dapat ditemukan di air sumur dan pada pemanas air panas, sehingga menyebabkan keran air berbau seperti telur busuk. Asap rokok dan emisi dari kendaraan bensin mengandung hidrogen sulfida. Masyarakat umum bisa terkena paparan hydrogen sulfide pada tingkat yang lebih rendah yang berasal dari pelepasan emisi dari pabrik pulp dan kertas, pabrik pengeboran dan penyulingan gas alam, panas bumi seperti mata air panas.

D. Kegunaan dan Manfaat H2S

(5)

Hidrogen sulfida juga digunakan dalam pembuatan logam sulfida dan senyawa thioorganic dan merupakan perantara untuk produksi asam sulfat dan sulfur elemental. Hidrogen sulfida digunakan dalam pemurnian nikel dan mangan sebagai aktivasi katalis dan keracunan, dan dalam pengobatan permukaan logam. Selain itu juga digunakan dalam metalurgi, produksi air berat untuk industri nuklir dan sebagai reagen analitis. Hidrogen sulfida juga digunakan sebagai disinfektan pertanian. Hidrogen sulfide tidak terdaftar sebagai pestisida di Amerika Serikat (Beauchamp et al 1984;. Bingham et al 2001;. HSDB 2006; Sittig 2002; Weil dan Sandler 1997).

Zhang et. al. melaporkan bahwa fungsi fisiologi hydrogen sulfide dapat melindungi hati terhadap cedera hati (iskemia / reperfusi) Karen H2S memiliki aktivitas anti-inflamasi dan antiapoptotik (Ping Cheng, dkk. 2014). Hidrogen sulfida adalah sangat reaktif dan telah lama dianggap sebagai racun dan dapat dampak terhadap jaringan tubuh, kan tetapi dengan kemajuan ilmu dan pengetahuan yang melibatkan hidogen sulfide dalam pengobatan penyakit Alzheimer, epilepsi dan stroke (Gadalla and Snyder 2010 ; dan Snyder 2010; Gupta et al. 2010 ) as well as hypertension, future development of drugs specifically modulating Gupta et al. 2010) serta hipertensi, dengan mengembangkan hydrogen sulfide sebagai obat masa depan sangat menguntungkan (Gupta et al. 2010 dalam Mark Lucock, dkk. 2012).

BAB III

DAMPAK LINGKUNGAN PENCEMARAN HIDROGEN SULFIDA

Hidrogen sulfida merupakan salah satu komponen utama dalam siklus sulfur alami. Bakteri atau jamur (seperti actinomycetes) menghasilkan hidrogen sulfida selama dekomposisi protein yang mengandung sulfur tergenang atau tercemar, dan pupuk kandang atau batubara lubang dengan kandungan oksigen yang rendah. Sumber-sumber alam mencapai sekitar 90% dari total hidrogen sulfida di atmosfer (EPA 1993).

Hidrogen sulfida dapat memasuki lingkungan melalui kegiatan yang disengaja seperti pembuangan limbah industri. Karena hidrogen sulfida adalah komponen alami dari minyak bumi, belerang, dan tersimpan dengan gas alam sehingga memungkinkan dilepaskan ke lingkungan selama ekstraksi, transportasi, dan pemurnian sumber daya tersebut.

(6)

Registry 2001). Fresh Kills TPA di Staten Island, New York diperkirakan melepaskan sekitar 16 ton hidrogen sulfida ke udara setiap tahunnya (Badan Zat Beracun dan Penyakit Registry 2000). Hidrogen sulfida sering ditemukan dalam pengaturan industri yang digunakan sebagai reaktan atau diproduksi sebagai produk sampingan dari manufaktur atau proses industri. Contoh proses ini penyamakan kulit, fasilitas pengolahan air limbah, kotoran dan limbah fasilitas, pabrik rayon, produsen sulfur, tanaman oven arang, pabrik kertas kraft, smelter besi, pabrik pengolahan makanan, dan manufaktur aspal tanaman, dan gas alam dan petrokimia tanaman (Fuller dan Suruda 2000).

1. Efek Pada Tanaman

Di atmosfer, hidrogen sulfida teroksidasi oleh oksigen (O2) dan ozon (O3) membentuk sulfur dioksida (SO2), dan senyawa sulfat lainnya. Sulfur dioksida dan senyawa sulfat di atmosfer berkurang akibat penyerapan oleh tanaman, deposisi dan penyerapan oleh tanah, atau melalui presipitasi (Hill 1973).

Senyawa Sulfur dioksida inilah yang dapat menyebabkan kerusakan pada tanaman, yang dipengaruhi oleh 2 (dua) faktor yaitu konsentrasi sulfur dioksida dan waktu kontak. Kerusakan tanaman di tandai dengan gejala pada beberapa bagian daun menjadi kering dan mati, biasanya warnanya memucat. Pada konsentrasi yang rendah dalam waktu yang lama menyebabkan kerusakan kronis yang ditandai dengan menguningnya warna daun karena terhambatnya mekanisme pembentukan klorofil. Kerusakan akut tanaman disebabkan karena kemampuan tanaman untuk mengubah yang diabsorbsi menjadi H2SO4 dan kemudian menjadi sulfat.

2. Efek Pada Binatang

Efek terhadap kehidupan binatang merupakan akibat adanya proses bioakumulasi dan keracunan bahan berbahaya. Misalnya terjadinya migrasi burung karena udara ambient yang terpapar senyawa asam sulfat (SO2) (Environment Management Development in Indonesia, 1992 dalam Mukono, 2008) kebanyak bahan metal (besi, baja, zink) yang diakibatkan dari lingkungan yang terpolusi sulfur dioksid. Beberapa hal yang perlu diketahui dari korosi metal adalah sebagai berikut :

a. Kecepatan korosi meningkat pada daerah industry

(7)

Asam sulfat dalam konsentrasi yang tinggi juga dapat menyebabkan kerusakan pada bahan bangunan, terutama bahan-bahan yang mengandung karbonat seperti marmer, batu kapur genteng dan batu. Selain itu, beberapa tekstil yang terbuat dari serat tumbuhan menjadi lapuk karena kontak dengan asam sulfat. Begitu juga halnya dengan kulit, dankertas yang menjadi rusak/rapuh bila terkenah asam sulfat.

BAB IV

DAMPAK TERHADAP KESEHATAN

(8)

karsinogenik pada manusia yang diakibatkan oleh hydrogen sulfide. Berikut ini tabel efek kesehatan yang diakibatkan oleh paparan hydrogen sulfide.

Tabel 1. Konsentrasi Hidrogen Sulfida (H2S) dan Efeknya Terhadap

Kesehatan Manusia

Banyak laporan kasus kematian manusia akibat paparan tunggal gas hydrogen sulfide dengan konsentrasi tinggi (≥ 700 mg/m³) (Beauchamp et al., 1984). Sebagian besar kasus fatal yang terkait dengan paparan hidrogen sulfida terjadi di ruang yang relatif terbatas, korban sangat cepat kehilangan kesadaran setelah menghirup hidrogen sulfide. Banyak pula studi kasus yang diasumsikan sebagai keracunan akibat paparan hydrogen sulfida. Kematian akibat paparan tunggal hydrogen sulfide pada konsentrasi tinggi merupakan hasil dari kegagalan pernapasan atau inefisiensi pernapasan, edema paru, dan sianosis.

Adapun efek hydrogen sulfide pada manusia sebagai berikut : 1. Efek Pada Mata

(9)

2. Efek Pada Pernapasan

Paparan hydrogen sulfide dengan konsentrasi tinggi menyebabkan efek yang banyak pada pernapasan. Eksposur hydrogen sulfida lebig dari 700 mg/m³ menyebabkan kegagalan pernafasan (Beauchamp et al., 1984). Gangguan pernapasan tercatat pada dua pekerja yang terpapar hidrogen sulfida lebih dari 56 mg/ m³ selama lebih dari 25 menit (Spolyar, 1951). Efek pernapasan lainnya akibat paparan hydrogen sulfide dengan konsentrasi tinggi menyebabkan edema paru non-kardiogenik, sakit tenggorokan, batuk, dan sesak. Sebuah studi tindak lanjut baru-baru ini memberikan bukti lebih lanjut bahwa paparan jangka panjang untuk tingkat rendah senyawa sulfur berbau busuk meningkatkan risiko infeksi saluran pernafasan akut dan gejala saluran pernapasan (Jaakkola et al., 1999).

3. Efek Neurologis

Paparan hydrogen sulfide dengan konsentrasi tinggi dapat menyebabkan mual, sakit kepala, delirium, gangguan keseimbangan, daya ingat menurun, perubahan neurulogis, terganggunya indra penciuman, kehilangan kesadaran, tremor, dan kejang-kejang. Keluhan ksehatan seperti kelelahan, menurunnya kesadaran, pusing, dan lekas marah telah diamati pada pekerja yang terpapar hidrogen sulfida (Beauchamp et al., 1984). Pada konsentrasi yang lebih besar dari 140 mg/m³ dapat menyebabkan kegagalan indera penciuman, hilangnya persepsi bau. Hal inilah yang membuat hidrogen sulfida sangat berbahaya karena bila dihirup dengan konsentrasi 700 m/m³ bisa berakibat fatal. Kegagalan indera penciuman akibat menghirup hydrogen sulfide dengan konsentrasi tinggi telah dilaporkan pada pekerja yang terpapar lebih dari 3 tahun (Hirsch & Zavala, 1999). Efek neurologis lainnya yang dilaporan yakni terganggunya keseimbangan,mual, sakit kepala, penurunan kesadaran, insomnia, lekas marah, delirium, vertigo, berkeringat, gejala neuropsikologi, kejang, dan tremor (Krekel, 1964;. Arnold et al, 1985). Efek neurologis akibat paparan hydrogen sulfide pada jangka panjang dalam industri juga telah dilaporkan (Ahlborg, 1951). Gejala yang diamati pada pekerja yang terpapar konsentrasi harian hidrogen sulfida lebih dari 28 mg/m³ mengalami kelelahan, kehilangan nafsu makan, sakit kepala, cepat marah, kehilangan daya ingat, dan pusing. Frekuensi kelelahan meningkat dengan masa kerja dan tingkat paparan hidrogen sulfida. Warga Rotorua di kota Selandia Baru yang menggunakan energi panas bumi untuk keperluan industri dan pemanasan domestik mengalami peningkatan kasus kejadian penyakit pada sistem saraf dan organ indera dibandingkan dengan penduduk Selandia Baru lainnya (SIR = 1.11; P

<0,001 ) (Bates et al., 1998). 4. Efek Kardiovaskular

(10)

1964; Thoman, 1969; Audeau et al, 1985.). Namun, tidak ada informasi mengenai konsentrasi hidrogen sulfida.

5. Efek Metabolik

Paparan hydrogen sulfide pada orang sehat dengan konsentrasi 7-14 mg/m³ melalui pernapasan mulut selama 20-30 menit saat berolahraga pada 50% kekuatan aerobik maksimal mengakibatkan peningkatan konsentrasi laktat darah, penurunan penyerapan oksigen, dan penurunan otot sintase sitrat dan menandakan sebuah kecendrungan otot untuk menggeser metabolik otot dari aerobik ke metabolisme anaerobik (Bhambhani & Singh, 1991;. Bhambhani et al, 1996b, 1997). Subyek penelitian adalah mahasiswa sarjana dan pascasarjana: 13.16 laki-laki, usia rata-rata 25 tahun; dan 12.13 perempuan, usia rata-rata 22 tahun. Orang-orang tampaknya lebih sensitif terhadap efek ini, menunjukkan dengan peningkatan tingkat aborsi spontan. Hemminki & Niemi (1982) meneliti hubungan tingkat aborsi spontan pada ibu dan suami dengan pencemaran lingkungan akibat industry pada masyarakat di Finlandia. Perempuan yang bekerja di rayon produk tekstil dan kertas memiliki peningkatan aborsi spontan ( P <0,10), begitu juga dengan perempuan yang suaminya bekerja di pekerjaan tekstil rayon atau proses kimia. Polutan yang diperiksa adalah sulfur dioksida, hidrogen sulfida, dan karbon disulfida. Aborsi spontan lebih terjadi di daerah dengan tingkat hidrogen sulfida di atas 4 mg/m3 pertahun, namun perbedaan tidak signifikan. Dalam sebuah penelitian retrospektif aborsi spontan pada populasi perempuan yang bekerja di industri petrokimia di China, Xu et al. (1998) melaporkan peningkatan risiko yang signifikan dari aborsi spontan yang sering terpapar petrokimia (OR = 2,7; 95% CI = 1.8.3.9) setelah diperiksa bahan kimia tertentu, paparan hidrogen sulfida ditemukan memiliki OR 2,3 (95% CI = 1.2. 4.4). Secara signifikan meningkatkan risiko aborsi spontan juga ditemukan dengan paparan benzena dan bensin. Tidak ada informasi tentang konsentrasi eksposur selama trimester pertama kehamilan.

7. Kanker

(11)
(12)

BAB V

UPAYA PENURUNAN PENCEMARAN HIDROGEN SULFIDA

Dalam melakukan upaya pengendalian dan pengawasan suatu bahan pencemar di lingkungan, informasi tentang sumber, karakteristik dan mekanisme penyebarannya di lingkungan dari bahan polutan tersebut perlu diketahui sehingga program –program yang akan dilakukan dalam menurunkan pencemaran bahan tersebut efektif dan efisien.

Keberadaan gas hydrogen sulfide di lingkungan bersumber dari endogen (alami) dan eksogen (akibat aktivitas manusia/industry). Pengendalian dan pengawasan dalam rangka menurunkan hidrogen sulfide di lingkungan dilakukan dengan cara penetapan baku mutu udara pada sumber, baku mutu pada udara ambient, tingkat gangguan serta ambang batas emisi gas buang. Adapun upaya yang dilakukan untuk menurunkan gas hydrogen sulfide di lingkungan sebagai berikut :

1. Penetapan baku mutu udara ambent hydrogen sulfide. Penetapan ini penting untuk mengetahui dan membandingkan konsentrasi atau nilai tingkat bahan polutan dengan baku mutu yang telah ditetapkan. Penetapan baku mutu udara ini dapat dilakukan melalui peraturan daerah setempat.

2. Pemulihan mutu udara. Kegiatan ini bisa dilakuan secara perorangan atau oleh penanggung jawab atau pengelola usaha atau kegiatan baik swasta maupun pemerintah yang menghasilkan udara, baik kesadaran sendiri setelah diketahui terjadinya polusi udara maupun akibat dari hasil pemantauan, pengendalian atau pengawasan mutu udara ambient serta teguran dari instansi terkait atau berdasarkan laporan masyarakat. Upaya ini sangat memerlukan kesadaran, kemauan dan komitmen dari semua pihak untuk menjaga dan memelihara kualitas udara demi keberlanjutan kehidupan mendatang.

(13)

4. Pengendalian dan pengawasan pada sumber gas hydrogen sulfide yang berasal dari sumber atau aktivitas yang meliputi pengawasan terhadap penataan baku mutu emisi gas buang untuk kendaraan bermotor tipe baru dan tipe lama, pemantauan mutu udara ambiet di sekitar jalan, pengadaan bahan bakar minyak khususnya solar berkadar belerang rendah sesuai standar yang ditetapkan.

5. Perlunya dibangun atau dipasang Indeks Standar Pencemar Udarasebagai informasi terhadap kualitas udara serta kesiapsiagaan keadaan darurat yang ditetapkan dan diumumkan oleh gubernur atau walikota/bupati di wilayah kerjanya.

6. Penegakkan hukum di bidang pencemaran lingkungan. Upaya ini perlu dilakukan terhadap pengelola usaha atau pemilik yang menghasilkan sumber pencemaran udara sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku

Fokus kegiatan yang akan dilakukan dalam upaya penurunan gas hydrogen sulfide yang bersifat preventif khusus untuk sumber bukan alami adalah sebagai berikut :

1. Pemasangan filter pada cerobong asap industry 2. Melakukan uji emisi secara berkala

3. Penanaman pohon di daerah sekitar industry dan jalan raya

4. Pada skala rumah tangga, fungsikan ventilasi rumah dengan baik serta mengurangi pemakain bahan bakar minyak

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Depkes R.I. 2009. Undang-Undang RI. Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

Depkes RI. 2002. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : 1407/Menkes/SK/XI/2002 Tentang Pedoman Pengendalian Pencemaran Udara

Fardiaz Srikandi. 1992. Polusi Air dan Udara. Kanisius. Yogyakarta

Irfandi Donny, Wibisono Yusuf M, 2010. Pengaruh Paparan Gas Toksik Lumpur Panas Pada Faal Paru. Majalah Kedokteran Respirasi Vol.1. No.1. April 2010

Lucock Mark, dkk. 2012. Hidrogen Sulfide-Related Thio Metabolism And Nutrigenetics In Relation To Hypertension In An Elderly Population

Mukono. H.J. 2009. Pencemaran Udara dan Pengaruhnya Terhadap Kesehatan. Airlangga University Press

Perry M. Mark, dkk. 2011. Hydrogen Sulfide Inhibits Proliferation And Release Of IL-8 From Human Airway Smooth Muscle Cells

Cheng Ping, dkk. 2014. Hydrogen Sulfide, a Potential Novel Drug, Attenuates Concanavalin A-Induced Hepatitis. Drug Design, Development and Therapy 2014:8 1277–1286

Reedy D. Jane Sarah, dkk. 2011. Suicide Faads : Frequency and Characteristics Of Hydrogen Sulfide Suicides In The United States

Sastrawijaya Tresna A. 2009. Pencemaran Lingkungan Edisi Revisi. Rhineka Cipta

Soemirat Juli. 2011. Kesehatan Lingkungan Edisi Kedelapan (Revisi). Gajah Mada University Press. Yogyakarta

(15)

Su Yanbin, dkk. 2012. Effects Of Hydrogen Sulfide (H2S) On Respiration Control Of State ¾ In Mitochondria From Devine Heart

WHO, 2000. Air Quality Gidelines Second Edition. Denmark WHO, 2003. Hidrogen Sulfide : Human Health Aspects. Genewa

Gambar

Tabel  1.  Konsentrasi  Hidrogen  Sulfida  (H2S)  dan  Efeknya  TerhadapKesehatan Manusia

Referensi

Dokumen terkait

Topads merupakan sebuah fitur yang diberikan tokopedia dalam memberikan informasi penggunaan topads yang telah diatur penggunaannya dengan menggunakan fitur data promo,

Pengobatan Jantung Bengkak paling Ampuh Internal Passing Juice Obat Tradisional Jantung Koroner paling Ampuh External Passing Juice Cara Mengobati Jantung Bengkak Internal Passing

Dari penelitian yang telah dilakukan pada segmen 1 dengan menggunakan pendekatan teori kebutuhan sirkulasi secara visual terlihat bahwa lebarnya suatu jalur

Berdasarkan pemaparan di atas menunjukkan bahwa senyawa hasil ekstraksi menggunakan etanol mempunyai aktivitas antioksidan sehingga perlu dilakukan penelitian yang mendalam

Jabatan dosen menurut UU No 14 tahun 2005 (pasal 1 ayat 3) merupakan pekerjaan dan atau pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus, yang diperoleh melalui kegiatan belajar

Penelitian ini dirancang untuk menentukan hubungan kepercayaan matematika dan hasil belajar statistika dasar mahasiswa program studi pendidikan matematika yang belajar dengan

Pamerdi Giri Wiloso, M.Si, Phd, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi Satya Wacana Salatiga, sekaligus dosen pembimbing utama, yang dengan penuh apresiasi dan

Dan dari pengamatan tersebut penulis melihat bahwa ada siswa yang lebih suka apabila pembelajaran dengan ditunjukkan gambar-gambar, dan ada pula siswa yang