• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Modernisasi pada Penyandang (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Implementasi Modernisasi pada Penyandang (1)"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Implementasi Modernisasi pada Penyandang Disabilitas, Studi Kasus:

Engkus Al-Getuk, Tutor Bahasa Inggris Penyandang Tuna Daksa

Satria Kamal Akhmad

Pembangunan dapat diartikan sebagai suatu upaya terkoordinasi untuk menciptakan alternatif yang lebih banyak secara sah kepada setiap warga negara termasuk juga pada tuna daksa untuk memenuhi dan mencapai aspirasinya yang paling manusiawi (Asri, 2017). Negara juga wajib untuk memenuhi hak para tuna daksa sesuai yang telah diatur dalam UU nomor 8 tahun 2016 terkait dengan aksesbilitas untuk penyandang disabilitas. Pembangunan merupakan proses untuk melakukan perubahan (Riyadi & Bratakusumah dalam Asri, 2017). Pembangunan nasional dapat pula diartikan sebagai transformasi ekonomi, sosial dan budaya secara sengaja melalui kebijakan dan strategi menuju arah yang diinginkan (Vikaliana, 2017).

Pembangunan merupakan suatu proses perubahan sosial berencana karena meliputi berbagai dimensi untuk mengusahakan kemajuan dalam kesejahteraan ekonomi, modernisasi, pembangunan bangsa, wawasan lingkungan dan bahkan peningkatan kualitas manusia untuk memperbaiki kualitas hidupnya (Asri, 2017). Dalam teori pembangunan, terdapat berbagai paradigma yang terkait model, ciri-ciri, dan bagaimana pembangunan itu sendiri dijalankan. Paradigma modernisasi dalam pembangunan mencakup teori-teori makro tentang pertumbuhan ekonomi dan perubahan sosial dan teori-teori mikro tentang nilai-nilai individu yang menunjang proses perubahan (Larrain, 1989). Transformasi sosial dapat dilihat melalui pendistribusian kemakmuran melalui pemerataan memperoleh akses terhadap sumber daya sosial-ekonomi, seperti pendidikan, kesehatan, perumahan, air bersih, fasilitas rekreasi dan partisipasi dalam proses pembuatan keputusan politik, sedangkan transformasi budaya sering dikaitkan antara lain dengan bangkitnya semangat kebangsaan dan nasionalisme, di samping adanya perubahan nilai dan norma yang dianut masyarakat, seperti perubahan dan spiritualisme ke arah materialism atau sekularisme (Vikaliana, 2017).

(2)

percaya “having a physical disability is not an obstacle for me to keep learning and making my dreams come true.”. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengalanisis implementasi modernisasi pada Engkus Al-Getuk penyandang tuna daksa yang juga merupakan tutor Bahasa Inggris.

Modernisasi

Pembangunan adalah upaya untuk memperluas kebebasan nyata yang dinikmati oleh rakyat, sehingga perluasan kebebasan dipandang sebagai tujuan utama pembangunan (Indarti, 2017). Teori pembangunan terbagi atas dua paradigma besar, modernisasi dan ketergantungan (Larrain, 1989). Paradigma modernisasi mencakup teori-teori makro tentang pertumbuhan ekonomi dan perubahan sosial dan teori-teori mikro tentang nilai-nilai individu yang menunjang proses perubahan. Paradigma ketergantungan mencakup teori-teori keterbelakangan (under-development), ketergantungan (dependent development) dan sistem dunia (world system theory). Pada studi kali ini modernisasi menjadi ruang lingkup dalam menjelaskan fenomena modernisasi pada penyandang

1) Max Weber menjelaskan bahwa agama (khususnya Protestan) memberikan dampak pada pembangunan. Dengan mengarahkan nilai (agama) pada sikap yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi maka proses pembangunan pada masyarakat tersebut dapat terlaksana.

2) W.W. Rostow memperkenalkan lima tahap pembangunan yakni: (1) masyarakat tradisional, (2) prakondisi untuk lepas landas, (3) lepas landas, (4) bergerak ke kedewaasaan, dan (5) konsumsi massal yang tinggi. Rostow mengatakan proses pembangunan bergerak dalam sebuah garis lurus, yakni masyarakat yang terbelakang yang didominasi negara-negara agraris menuju masyarakat yang modern.

3) Bert F. Hoselitz menyatakan bahwa keterampilan tertentu perlu menekankan adanya lembaga-lembaga sosial dan politik yang mendukung proses pembangunan sebelum lepas landas. Hoselitz banyak berbicara pada faktor-faktor non-ekonomi yang ditinggalkan Rostow dari teorinya muncul kritik terhadap Teori Modernisasi dan muncul paradigma baru yaitu Teori Modernisasi Baru (Tjokrowinoto, 2006)

Teori ini digunakan oleh negara-negara barat dalam upaya mereka memajukan pembangunan di negara mereka masing-masing melalui sektor ekonomi, politik, dan sosial. Teori modernisasi berbicara pada tiga aspek, yaitu sosiologi, psikologi, dan ekonomi (Larrain,1989). Pada bidang sosiologi, teori ini berbicara mengenai dua kutub dalam masyarakat, yaitu masyarakat tradisional dan masyarakat industri. Menurut Gino Germani, terdapat dua kutub ideal yang dipengaruhi perubahan pada tiga struktur ideal dalam struktur sosial, antara lain type of social action, the attitude towards change, dan the degree of institutional specialization (Larrain,1989). Ketiga hal tersebut merupakan hasil dari:

1) The type of social action is modified, from a predominance of prescriptive actions to a emphasis on elective action.

(3)

3) From a conjuction of relatively undifferientated institutions to their increasing differentitation and specialization.

Tiga perubahan tersebut merupakan hal yang dibutuhkan dalam proses transisi dan termasuk dalam hal knowledge, science, dan technology (Larrain,1989). Aspek selanjutnya adalah psikologi. Dalam aspek ini, tokoh yang berpengaruh adalah McClelland. Dia berpendapat, bahwa dalam perkembangannya, manusia dipengaruhi oleh hal utama, yaitu motivasi. Penciptaan motivasi tersebut, bertujuan agar masyarakat di sebuah negara memiliki jiwa entrepreneur yang nantinya akan mengembangkan sektor ekonomi dari negara tersebut. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menanamkan sejak dini mengenai motivasi diri pada anak anak pada dua hal, yaitu self-reliance dan achievement (Larrain,1989).

Aspek ketiga adalah aspek ekonomi, dalam aspek ini, teori modernisasi pembangunan diungkapkan oleh beberapa tokoh, salah satu yang akan di bahas adalah teori modernisasi yang diungkapkan oleh W.W. Rostow. Dalam teori yang dikemukakan oleh Rostow ini, modernisasi merupakan sebuah hal yang harus dilakukan oleh sebuah negara apabila ingin berkembang (Larrain,1989). Dalam teori ini, Rostow mengungkapkan terdapat lima tahapan yang harus dilakukan oleh sebuah negara, antara lain sebagai berikut:

1. Traditional Society, pada tahap ini masyarakat memiliki karakteristik bekerja pada bidang agricultural dan memiliki produktivitas yang rendah. Dengan karakteristik seperti itu, bukan berarti mereka tidak berkembang, namun perkembangan mereka bisa dikatakan sangat lambat karena dipengaruhi faktor kurangnya teknologi. Dalam tahap ini, power dimiliki oleh para tuan tanah, sehingga semua di kontrol oleh mereka

2. Preconditions for take-off, tahapan ini merupakan tahap dimana proses transisi dimulai. Inggris merupakan negara pertama yang mencapai tahap ini, setelah selanjutnya diikuti oleh negara-negara barat lainnya. Dalam prosesnya, di kebanyakan negara, proses ini dipengaruhi oleh negara maju yang mempercepat proses penghancuran masyarakat tradisional. Hal tersebut terlihat dari perubahan ekonomi yang terjadi, seperti ekspansi perdagangan, kenaikan tingkat bunga investasi, pendirian lembaga keuangan, dan lainnya. Proses ini sendiri di tentukan oleh konstitusi politik dari negara.

3. Take-off, pada tahap ini pertumbuhan menjadi ciri dari masyarakat. Ciri dari tahap ini adalah investasi di sebuah negara mengalami peningkatan sebesar 10% atau lebih dan industry berkembang dengan cepat. Hal ini di tunjukkan oleh mekanisme ekonomi sederhana “the essence of the transition can be described legitimately as a rise in the rate of investment to a level which regularly, substantially and perceptibly outstrips population growth; although, when this is said, it carries no implication that the rise in the investment-rate is an ultimate cause.” Maksudnya adalah inti dari transisi dapat di gambarkan sebagai kenaikan tingkat suku bunga dari investasi yang teratur, secara substansial, dan mempu melampaui pertumbuhan populasi, meskipun dikatakan bahwa kenaikan tingkat investasi merupakan penyebab utamanya.

(4)

5. High mass consumption, tahap ini ditandai dengan orientasi pada sektor ekonomi barang dan jasa terhadap konsumen. Dalam tahap ini, pendapatan per kapita akan meningkat disebabkan konsumsi yang melampaui kebutuhan dasar. Kesejahteraan dan keamanan sosial menjadi tujuan penting dari sebuah negara dalam upaya mereka bersaing untuk mendapatkan sumber daya. Selain itu, peningkatan kekuatan militer juga terjadi di sebuah negara dalam upaya mereka untuk memiliki pengaruh dalam dunia internasional, sebab semakin besar power yang dimiliki oleh sebuah negara, maka negara tersebut juga akan memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap negara lain.

Tuna Daksa

Tunadaksa adalah ketidakmampuan anggota tubuh untuk melaksanakan fungsinya yang disebabkan oleh berkurangnya kemampuan anggota tubuh untuk melaksanakan fungsinya secara normal akibat luka, penyakit atau pertumbuhan yang tidak sempurna (Abiyoga & Sawitri, 2017). Yayasan Cinta Anak Indonesia (2018) tunadaksa merupakan kelainan yang meliputi cacat tubuh atau kerusakan tubuh, kelainan atau kerusakan pada fisik dan kesehatan, kelainan atau kerusakan yang disebabkan oleh kerusakan otak dan saraf tulang belakang. World Health Organization (2018) mendefinisikan kecacatan dalam tiga terminologi, pertama, impairment, yaitu kehilangan atau ketidaknormalan baik secara psikologis, fisiologis, fungsi anatomis. Kedua, disability, yaitu ketidakmampuan melaksanakan aktivitas yang di sebabkan oleh kondisi impairment. Ketiga, handicap, yaitu kesulitan dalam kehidupan pribadi, keluarga, dan masyarakat, baik dalam bidang sosial, ekonomi, maupun psikologi yang dialami oleh seseorang yang disebabkan oleh ketidaknormalan tersebut.

Yayasan Cinta Anak Indoneisa (2018) secara umum menjelaskan karakteristik jenis kecacatan dibagi menjadi dua yaitu kecacatan ortopedi (seperti poliomyelitis, tuberculosis tulang, amputasi tangan, kaki, lengan, cacat punggung serta kelainan pertumbuhan anggota tubuh atau anggota tubuh yang tidak sempurna) dan kecacatan syaraf (seperti kekacauan bahasa, ketidakmampuan membaca, menulis, berhitung, serta gangguan cerebral palsy). Kecacatan ortopedi merupakan kecacatan pada bagian tulang, otot tubuh ataupun persendian baik yang dibawa sejak lahir maupun diperoleh kemudian (karena penyakit atau kecelakaan). Sedangkan, kecacatan syaraf adalah individu yang mengalami kelainan akibat gangguan pada susunan syaraf di otak.

Penyandang tuna daksa, seringkali menganggap disabilitas yang mereka miliki tidak terlalu menimbulkan masalah bagi diri mereka sendiri, namun, seringkali orang lain tidak menganggap demikian (Qomariyah & Nurwidawati, 2017). Masyarakat cenderung memandang bahwa peyandang tuna daksa sebagai individu yang perlu dikasihani dan bahkan tidak jarang mereka mengejek, menggunjingkan ketidaksempurnaan fisik penyandang tuna daksa tersebut. Penyandang tuna daksa seringkali dipandang sebagai individu yang tidak berdaya dan tidak dapat melakukan sesuatu yang berarti layaknya yang dilakukan individu pada umumnya, selain itu beberapa penyandang tuna daksa kerap kali mendapatkan tindakan diskriminatif.

(5)

perasaan tidak mampu, tidak berharga, putus asa, dan cenderung menarik diri. Selain itu permasalahan psikologis tuna daksa juga dapat berasal dari dalam diri sendiri, salah satunya karena belum bisa menerima kondisi dirinya dengan baik, apalagi jika cacat tubuh yang dialaminya disebabkan karena kecelakaan. Merdiasi (2017) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa kecacatan akibat kecelakaan merupakan suatu hal yang sulit diterima bagi yang mengalaminya, sehingga tidak mengherankan jika penyandangnya memperlihatkan gejolak emosi dan cenderung tidak dapat menerima keadaan dirinya. Keterbatasan kondisi fisik tentu memaksa penyandang tuna daksa untuk melakukan strategi bertahan hidup yang lebih keras dibandingkan dengan individu normal.

Engkus al getuk, tunadaksa yang menginspirasi dengan menjadi tutor bahasa inggris

Engkus Al Getuk (30 tahun) penyandang disabilitas sekaligus pemilik grup Facebook “Mari Belajar Bahasa Inggris Mulai dari Nol” menurut berita online Kompas (https://regional.kompas.com) telah membagikan ilmunya selama bertahun-tahun sebagai tutor Bahasa Inggris melalui Facebook. Engkus Al Getuk atau biasa disapa Engkus hanya bisa duduk, dan harus di topang pada bagian belakang tubuhnya. Sejak usia 5 bulan, kedua tangannya melengkung kebelakang punggung begitu juga dengan kedua kakinya, tidak bisa digunakan untuk berdiri, apalagi berjalan. Dalam menjalankan kesehariannya seperti menulis di media sosial dengan ponsel pintar berlayar sentuh, putra bungsu dari tiga bersaudara pasangan Dadun (75) dengan almarhumah Empun (65) itu hanya mengandalkan jari kakinya (Budiyanto, 2010).

Keterbatasan fisik tidak membatasi kegiatan warga Kampung Ciangsana RT 03 RW 03 Desa Kertaangsana, Kecamatan Nyalindung, Sukabumi itu dalam berinteraksi. Diawali dengan pembuatan akun Facebook pertama pada tahun 2010 dengan nama Engkuz Tea mampu merealisasikan keinginan Engkus untuk membagikan ilmu berbahasa Inggris yang dia peroleh secara otodidak. Sambutan yang baik dari warganet membuat Engkus kembali membuat group page di Facebook dengan nama "Ayo Belajar Bahasa Inggris dari Nol'' pada tahun 2012. Kini, grup Facebook yang dibuatnya 8 tahun silam itu telah memiliki 37.641 anggota yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia, dengan berbagai profesi, di antaranya pelajar, mahasiswa, dan guru (Budiyanto, 2010).

(6)

Gambar 1. Engkus dan keluarga

Menurut Engkus, anggota grup Facebooknya tidak mengetahui kondisi keterbatasan pada tubuhnya. Namun, pada akhirnya banyak yang mengetahui setelah mengenalnya lebih jauh. Engkus pun sempat menuliskan prinsip hidupnya yang ditulis dalam bahasa Inggris, "Having a physical disability is not an obstacle for me to keep learning and making my dreams come true”. Yang artinya, memiliki cacat fisik bukanlah halangan bagi saya untuk terus belajar dan mewujudkan impian saya (Budiyanto, 2010).

(7)

Kerangka Konseptual

Pembehasan

Seperti yang telah diuraikan di atas, tuna daksa adalah suatu keadaan yang terganggu atau rusak sebagai akibat dari gangguan bentuk dan hambatan pada otot, sendi dan tulang dalam fungsinya yang normal. Kondisi ketergantungan ini bisa disebabkan oleh kecelakaan, penyakit atau bisa disebabkan karena pembawaan dari lahir. Cacat dan kemiskinan saling berhubungan dan meskipun hubungan ini telah diakui, masih kurang bukti secara empiris mengenai hal tersebut untuk mendukung hubungan kausal yang mungkin terjadi (Dembo, Mitra, & McKee: 2018). Hal lainnya juga dipaparkan oleh Dembo, Mitra, & McKee (2018) bahwa orang-orang dengan disabilitas mengalami tingkat kekerasan yang tinggi dari pada orang-orang yang tanpa cacat. Ketimpangan dalam penganiyaan kekerasan dialami secara luas, laki-laki maupun perempuan, serta anak-anak dan orang dewasa penyandang cacat secara substansial

Modernisasi Penyandang

Disabilitas

Perubahan tindakan sosial Terjadinya perubahan sikap Peningkatan spesialisasi dengan menggunakan teknologi

Memiliki motivasi yang tinggi

Kemampuan interaksi sosial yang baik Memiliki kemandirian dan kepercayaan diri yang tinggi.

Peningkatan perekonomian Aspek-aspek

modernisasi menurut Larrain

(1989) Aspek Sosiologi Aspek Psikologi Aspek Ekonomi

(8)

lebih mungkin mengalami kejahatan kekerasan dari pada rekan-rekan mereka tanpa cacat (Dembo, Mitra, & McKee: 2018).

Berdasarkan contoh kasus mengenai tutor Bahasa Inggris bernama Engkus Al Getuk, apabila ditinjau melalui teori pembangunan, maka menunjukkan hasil dari modernisasi dalam pembangunan. Secara umum, modernisasi merupakan peralihan dari masyarakat tradisional menuju masyarakat modern. Modernisasi dikaji melalui tiga aspek, yaitu sosiologi, psikologi, dan ekonomi.

Pada aspek sosiologi, menurut Gino Germani, terjadinya perubahan dua kutub ideal (masyarakat tradisional dan masyarakat industri) yang dipengaruhi oleh tiga struktur ideal dalam sturuktur sosial, antara lain perubahan pada tindakan sosial, perubahan sikap, dan tingkat spesialisasi yang dimiliki oleh seseorang ataupun sekelompok orang (Larrain,1989). Terkait yang terjadi pada contoh kasus Engkus Al Getuk, perubahan telah terjadi pada kutub masyarakat tradisional yang dalam proses peralihan menuju masyarakat industri. Perubahan tersebut terjadi dipengaruhi oleh tiga struktur ideal dalam struktur sosial.

Yang pertama adalah terkait dengan tindakan sosial. Perubahan pada tindakan sosial pada Engkus ditunjukkan dengan upayanya dalam menjalani kehidupan. Dia tidak hanya berfokus pada permasalahan ekonomi saja, namun dia memiliki tujuan lain untuk berbagi ilmu yang dia miliki tanpa mengharapkan imbalan atas perbuatan yang dilakukannya tersebut. Memang dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari Engkus berjualan telur bebek yang tidak menentu namun semangatnya untuk terus bertahan tidak pernah berhenti. Engkus menggunakan kemampuan Bahasa Inggrisnya untuk berbagi sebagai bentuk pembuktian pada dirinya bahwa keterbatasan tidak menghentikannya untuk dapat membagi ilmu kepada sesama. Segala ilmu dia dia bagikan melalui akun media sosial yang di miliki hanya berdasarkan keinginan untuk bersedekah.

(9)

halangan bagi Engkus untuk dapat berinteraksi. Dia memanfaatkan sosial media untuk dapat berinteraksi dengan masyarakat sekitar dengan hubungan sebagai tutor Bahasa Inggris dengan muridnya.

Yang ketiga adalah tingkat spesialisasi yang dimiliki. Engkus dapat menemukan apa hal yang dia sukai dan bagaimana dia dapat memanfaatkan yang dia miliki tersebut. Berdasarkan laporan dari media daring liputan6.com, Engkus mulai belajar Bahasa Inggris saat dia berusia 6 tahun, dan hal tersebut diawali oleh kegemarannya atas hal tersebut. Dia tetap mempelajari Bahasa Inggris meskipun dia tidak mengenyam Pendidikan formal seperti anak-anak pada umumnya. Dia belajar secara otodidak dan merasa dia benar-benar menyukai Bahasa Inggris. Merasa menemukan sesuatu yang di sukai, dia melanjutkan kegemarannya tersebut dan berupaya agar kegemarannya dapat bermanfaat bagi masyarakat. Engkus juga tidak tergerus oleh kemajuan zaman, dia dapat beradaptasi dengan baik seiring berkembangnya teknologi, terbukti dengan semakin maraknya media sosial yang berbasis internet dimanfaatkan oleh Engkus yang berbagi ilmu yang dimiliki melalui akun sosial media yang dia miliki, dalam hal ini facebook yang dimanfaatkan sebagai sarana untuk memberikan pengaruh positif kepada pihak lain (Ardi, 2015)

(10)

optimisme merupakan faktor penting untuk menciptakan pribadi hardiness. Disisi lain memiliki optimisme dalam diri menjadi sangat penting karena optimisme merupakan faktor yang mampu membangkitkan kemampuan resilien pada individu. Penyandang tuna daksa yang dapat bangkit dari masalah disabilitas fisiknya menjadi individu yang resilien (Qomariyah & Nurwidawati, 2017). Sesorang yang kurang optimis akan mengurangi derajat rasionalitasnya, disisi lain dalam Five Factor Personality Inventory (FFPI) menunjukkan bahwa optimisme dianggap sebagai komponen dasar pertama yang terdapat pada lima faktor kepribadian (Weiner, 2003).

Menjadi penyandang disabilitas tidak menghentikan Engkus untuk berbagi dengan orang lain. Kemampuan berbahasa Inggris yang di pelajari secara otodidak sejak usia 16 tahun membuatnya memiliki modal berupa kemampuan berbahasa Inggris untuk dibagi pada sesama. Keinginannya untuk dapat berinteraksi dengan banyak orang membuat Engkus membuka akun Facebook pertamanya dengan nama “Engkus Tea” dengan motif untuk dapat berbagi ilmu. Suatu keadaan individu dimana ia bergairah dalam kesiapan untuk melakukan tindakan akan memberikan rasa optimisme dalam memilih tujuan serta rencana-rencana apa yang akan dilakukan (Weiner, 2003). Bantuan keluarga dan orang- orang terdekatnya membuat Engkus semakin percaya diri untuk berbagi ilmu kepada sesama dan pada tahun 2010 Engkus meluncurkan Group Facebook bernama Mari Belajar Bahasa Inggris dari Nol. Saat ini jumlah member di grup tersebut hampir mencapai 39.000 orang dari berbagai daerah. Havighurst (dalam Astuti, 2017) mengatakan bahwa kemandirian (self-relieance) merupakan suatu sikap otonomi dimana seseorang secara relatif bebas dari pengaruh penilaian, pendapat, dan keyakinan orang lain.

(11)

dukungan sosial yang diterima maka semakin tinggi kualitas hidupunya begitupun sebaliknya (Novita & Novitasari, 2017). Masyarakat, keluarga, kerabat, sebagai social support dan rasa percaya bahwa penyandang disabilitas itu mampu untuk mandiri akan membuat harga diri menjadi tinggi, dengan meningkatnya derajat harga diri makan penyandang disabilitas akan menjadi semakin positif dalam menghadapi hidup (Maria, dkk., 2017).

Pemerintah juga memiliki peran dalam kehidupan Engkus. Surat terbuka yang ia tulis dalam halaman Facebooknya direspon dengan baik oleh pemerintah Sukabumi dengan memberikan bantuan atau fasilitas yang dibutuhkan oleh Engkus. Apa yang pemerintah daerah Sukabumi telah membuktikan adanya komitmen pemerintah pada penyandang disabilitas sesuai dengan UU RI No. 9 tahun 2016 pasal 18 tentang Hak Aksesibilitas untuk Penyandang Disabilitas meliputi hak:

1) Mendapatkan Aksesibilitas untuk memanfaatkan fasilitas publik

2) Mendapatkan Akomodasi yang Layak sebagai bentuk Aksesibilitas bagi individu

Pada pasal 10 Hak pendidikan untuk Penyandang Disabilitas meliputi hak:

1) Mendapatkan pendidikan yang bermutu pada satuan pendidikan di semua jenis, jalur, dan jenjang pendidikan secara inklusif dan khusus

2) Mempunyai Kesamaan Kesempatan untuk menjadi pendidik atau tenaga kependidikan pada satuan pendidikan di semua jenis, jalur, dan jenjangpendidikan 3) Mempunyai Kesamaan Kesempatan sebagai penyelenggara pendidikan yang

bermutu pada satuan pendidikan di semua jenis, jalur, dan jenjang Pendidikan 4) Mendapatkan Akomodasi yang Layak sebagai peserta didik.

Dokumen: Republik Indonesia, Undang-Undang tentang Hak Aksesbilitas untuk Penyandang Disabilitas Nomor 8 Tahun 2016.

(12)

tingkat perekonomian, Engkus mengakui bahwa motif untuk membagikan Ilmu ini adalah sedekah.

Aspek terakhir adalah aspek ekonomi. Dalam aspek ini, tokoh paling yang berperan adalah W.W. Rostow. Menurut Rostow, modernisasi merupakan hal yang harus dilakukan oleh sebuah negara apabila ingin berkembang (Larrain,1989). Terdapat lima tahapan dalam perkembangan sebuah negara dari negara tradisional menjadi negara industri, antara lain traditional society, precondition for take-off, take off, road to maturity, dan high mass consumption (Larrain,1989). Terkait studi kasus dari Engkus, apabila ditinjau dari teori modernisasi milik Rostow, maka dapat diketahui proses perekonomian Engkus masih berada di tahap pertama, yaitu traditional society.

Seperti diketahui dalam teori modernisasi milik Rostow, dalam tahap pertama yaitu traditional society memiliki karakteristik masyarakat yang bekerja pada bidang agricultural dengan produktivitas yang rendah (Larrain,1989). Mereka tetap berkembang, namun perkembangan yang terjadi tidak dapat maksimal karena keterbatasan dalam bidang teknologi. Terkait contoh kasus Engkus, dia memiliki pekerjaan utama dalam bidang agriculture, yakni berjualan telur bebek. Namun hasil dari usahanya tersebut tidak maksimal karena tidak diikuti oleh teknologi yang ada. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, Engkus bukanlah seseorang yang buta akan teknologi, dia dapat memanfaatkan teknologi yang dia miliki untuk berbagi ilmu Bahasa Inggris melalui ponsel pintar yang dia miliki. Namun, kemampuan tersebut tidak dimanfaatkan untuk meningkatkan perekonomian, hanya sebatas untuk berbagi ilmu. Jadi, sesuai dengan tahap traditional society, produktivitas ekonomi Engkus masih tergolong rendah karena dia tidak memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan perekonomiannya.

(13)

Simpulan

1. Dalam makalah ini, penulis menganalisis implementasi modernisasi pada Engkus Al-Getuk penyandang tuna daksa yang juga merupakan tutor Bahasa Inggris. Engkus merupakan sosok inspiratif yang mana keterbatasan fisiknya tidak menjadi halangan bagi dirinya untuk menjadi seorang guru bahasa Inggris. Meskipun hanya menggunakan kaki namun ia dapat membagikan ilmunya secara online dengan gadgetnya. Teori modernisasi merupakan teori pembangunan yang tepat untuk menganalisis kasus ini.

2. Implementasi modernisasi dalam kehidupan Engkus Al-Getuk dikaji melalui tiga aspek yaitu sosiologi, psikologi, dan ekonomi. Pada aspek sosiologi terjadi perubahan pada tindakan, sikap, dan tingkat spesialisasi yang dimiliki seseorang. Perubahan pada tindakan sosial pada Engkus ditunjukkan dari upayanya dalam menjalani kehidupan dimana dia tidak hanya berfokus pada permasalahan ekonomi saja, namun juga memiliki tujuan lain yaitu berbagi ilmu tanpa mengharap imbalan. Perubahan sikap ditunjukkan dari respon yang dia tunjukkan terhadap penyakit yang dimilikinya. Meskipun dia menderita polio sejak usia 5 bulan namun dia tetap berusaha untuk berinteraksi dengan lingkungan sosialnya serta mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang dipelajari. Dia memanfaatkan sosial media untuk berinteraksi dengan masyarakat. Selanjutnya adalah spesialiasi, dia dapat menemukan hal yang disukainya dan bagaimana memanfaatkan apa yang dimilikinya. Dia tetap mempelajari bahasa Inggris meskipun tidak mengenyam pendidikan formal.

(14)

dengan apa yang disampaikan Mc Clelland, achievement yang diperoleh Engkus berbentuk rasa bangga karena membagikan ilmunya dan bukan bersifat materiil. 4. Aspek terakhir adalah aspek ekonomi. Berdasarkan teori yang disampaikan W.W.

Rostow, terdapat lima tahapan dalam perkembangan sebuah negara yaitu traditional society, precondition for take-off, take off, road to maturity, dan high mass consumption. Menurut teori ini proses perekonomian Engkus masih berada di tahap pertama, yaitu traditional society. Engkus memiliki pekerjaan utama dalam bidang agriculture, yaitu berjualan telur bebek. Namun hasil dari usahanya tersebut tidak maksimal karena tidak diikuti oleh teknologi yang ada. Gadget yang dimilikinya hanya digunakan sebagai media berbagi ilmu dan bukan untuk meningkatkan pendapatan.

Saran

1. Kepercayaan Engkus yang lebih memilih menyedekahkan ilmunya tanpa meminta imbalan materiil tidak mampu di analisa secara mendalam menggunakan teori modernisasi. Aspek belief merupakan variabel menarik yang dapat dimasukkan pada penelitian selanjutnya.

2.

3. Penyandang disabilitas khususnya tuna daksa memiliki kesempatan yang sama, oleh karena itu perasaan withdrawl, tidak percaya diri, dan inferior sangat tidak dibenarkan. Engkus mengatakan, "Having a physical disability is not an obstacle for me to keep learning and making my dreams come true”. Yang artinya, memiliki cacat fisik bukanlah halangan bagi saya untuk terus belajar dan mewujudkan impian saya.

4. Pemerintah harus lebih memperhatikan sosok inspiratif seperti Engkus. Dia dapat menjadi inspirasi bagi para tuna daksa lainnya agar mengembangkan potensi-potensi yang ada pada diri mereka dan tidak menjadikan keterbatasan fisik sebagai halangan untuk berkembang dan maju.

Daftar Rujukan

Abiyoga M. I. & Sawitri D. R. (2017). Tabah di dalam Kekuranganku, Studi Kualitatif Mengenai Hardiness pada Individu Dewasa Madya Penyandang Tunadaksa yang Bekerja. Jurnal Empati, Oktober 2017 Vol. 06 (No. 04), Hal. 25-32.

(15)

Facebook: Differences between Indonesian and Polish users. GJBSSR, Vol.3 (1), July-September 2015: 193-210.

Asri, Silsila. 2017. Etika dalam Pembangunan Internasional. Andalas Journal of International Studies. Universitas Andalas. Padang.

Budiyanto. (2010). Mengenal Engkus, Penyandang Disabilitas Asal Sukabumi yang jadi Tutor Bahasa Inggris. (Online), Diakses pada tanggal 2 Mei pukul 20.28

wibpadalamanhttps://regional.kompas.com/read/2018/04/25/06314451/mengena l-engkus-penyandang-disabilitas-asal-sukabumi-yang-jadi-tutor-bahasa.

Dembo, R.S., Mitra, M., & McKee, M. (2018). The psychological consequences of violence against people with disabilities. Disability and Health Journal, doi.org/10.1016/j.dhjo.2018.01.006.

Hadi C., et.al., (2014). Entrepreneurship and Education: Creating Business Awareness for Students in East Java Indonesia. Procedia - Social and Behavioral Sciences 177 (2015) 459 – 463. Elsevier.

Indarti, S.H. (2017). Pembangunan Indonesia dalam Pandangan Amartya Sen. LIPA- The Indonesian Journal of Public Administration Vol. 03 No. 01 Juni 2017. Larrain, Jorge. (1989). Theories of Development: Polity Press.

Maria F. A., dkk. (2017). Hubungan Dukungan Sosial dengan Harga Diri pada Remaja Penderita Tunadaksa di Yayasan Pembinaan Anak Cacat Kota Malang. Nursing News Vol. 02 No. 03 Thn. 2017.

McArthur J.W. & McCord G.C. (2017). Fertilizing Growth: Agricultural inputs and Their effects in economic development. Journal of Development Economics 127 (2017)133-152.

Merdiasi D. (2017). Gambaran Tuna Daksa yang Bekerja. Jurnal NEOTIC Vol. 03 No. 02 Juli-Desember 2017.

Novita D. A. & Novitasari R. (2017). The Relationship Between Social Support and Quality of Life in Adolescent with Special Needs. Psikodimensia Vo. 16 No. 01 Januari-Juni 2017 (40-48).

Qomariyah N. & Nurwidawati D. (2017). Perbedaan Resiliensi pada Tuna Daksa Ditinjau dari Perbedaan Usia. Jurnal Psikologi Teori dan Terapan No. 2 Vol. 7 Th. 2017.

Vikaliana, Resista. 2017. Analisis Identifikasi Sektor Perekonomian Sebagai Sektor Basis Dan Sektor Potensial Di Kota Bogor. Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi dan Manajemen. STIAMI. Bogor.

World Health Organization (WHO). (2017). Health Topics: Disabilities, (online), http://www.who.int/disabilities/data/en/ dilihat pada 3 Mei 2018 pada pukul 21:12 WIB.

Weiner I. B. (2003). Handbook of Psychology: Personality and Social Psychology Vol. 5. New Jersey: John Wiley & Sons.

Yayasan Cinta Anak Indonesia Tasikmalaya (2018), di akses pada tanggal 03 Mei 2018 pada jam 11.43 WIB dari, https://ycaitasikmalaya46111.wordpress.com/

Gambar

Gambar 1.Engkus

Referensi

Dokumen terkait

Analisis Pengaruh Budaya Organisasi dan Dukungan Organisasi Terhadap Organizational Citizenship Behavior Dengan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel Intervening (Studi pada

Jadi ibu rumah tangga adalah seorang wanita yang telah menikah dan memiliki tanggung jawab untuk mengatur segala yang ada dalam rumah (baik suami, anak dan lainya

Undang-Undang Nomor Z5 Tahun Z004 tentang Sistem Perencanaan Pernbangunan Nasional (Lernbaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik

digunakan pada saat pertandingan. Beberapa teknik dasar tendangan pada pencak silat yang terdapat di dalam silabus itu dipelajari oleh siswa SMA dari kelas X sampai

Implikasi manajerial yang dapat diambil adalah individu dengan interdependent self construal akan lebih baik dalam berperilaku inovatif dan kreatif sehingga pada

Nilai w/c yang digunakan untuk membuat beton ini adalah 0.291, Bahan bahan yang digunakan berupa semen Portland pozolan merk Gresik dengan specific gravity 2.948 , Agregat

Dalam tugas akhir ini akan dibahas mengenai aplikasi teori kontrol optimal stokastik dalam bidang keuangan yaitu menentukan portfolio optimal dimana dimisalkan seorang

Hasil ini dapat memberikan gambaran bahwa tidak semua kejadian badai geomagnet kuat maupun badai geomagnet sangat kuat disebabkan oleh daerah aktif dengan