Sejarah Perkembangan
Sejarah Perkembangan
Fiqh dan Ushul Fiqh
Fiqh dan Ushul Fiqh
Fase Perkembangannya terbagi
Fase Perkembangannya terbagi
menjadi lima, yaitu
menjadi lima, yaitu
1.
1.
Fase Pertumbuhan (610-632M)
Fase Pertumbuhan (610-632M)
2.
2.
Fase Perkembangan (11H-akhir abad I
Fase Perkembangan (11H-akhir abad I
H)
H)
3.3.
Fase Formulasi dan Sistematisasi (abad
Fase Formulasi dan Sistematisasi (abad
I sampai abad IIH)
I sampai abad IIH)
4.
4.
Fase Kemunduran atau Stagnasi (Abad
Fase Kemunduran atau Stagnasi (Abad
ketiga sampai akhir abad 19 M)
ketiga sampai akhir abad 19 M)
5.
Fase Pertumbuhan (610-632M)
Fase Pertumbuhan (610-632M)
Dimulai sejak masa nabi yang terbagi dalam dua Dimulai sejak masa nabi yang terbagi dalam dua
periode, yaitu periode Mekkah dan periode Medinah.
periode, yaitu periode Mekkah dan periode Medinah. Pada periode Mekkah belum nampak embrio usul fiqh, Pada periode Mekkah belum nampak embrio usul fiqh,
karena ayat-ayat yang turun berkisar masalah akidah,
karena ayat-ayat yang turun berkisar masalah akidah,
baru pada periode Medinah sudah mulai nampak,
baru pada periode Medinah sudah mulai nampak,
karena ayat yang turun mengatur tentang hukum dan
karena ayat yang turun mengatur tentang hukum dan
pranata social.
pranata social.
Ciri yang nampak a.l.: Rasul memberi peluang sahabat Ciri yang nampak a.l.: Rasul memberi peluang sahabat
untuk berijtihad ketika menghadapi masalah,
untuk berijtihad ketika menghadapi masalah,
mengajarkan prinsip musyawarah (ijmak), muncul
mengajarkan prinsip musyawarah (ijmak), muncul
pengunaan ra’y.
pengunaan ra’y.
Sumber hukum pada masa ini hanya wahyu , Rasul Sumber hukum pada masa ini hanya wahyu , Rasul
juga melakukan ijtihad ketika muncul persoalan dan
juga melakukan ijtihad ketika muncul persoalan dan
wahyu belum turun.
Fase Perkembangan (11H-akhir
Fase Perkembangan (11H-akhir
abad I H)
abad I H)
Terjadi pada masa sahabat dan disebut juga dengan Terjadi pada masa sahabat dan disebut juga dengan
masa persiapan pembentukan fiqh
masa persiapan pembentukan fiqh
Muncul kreativitas dalam berijtihad, dimana Muncul kreativitas dalam berijtihad, dimana
penggunaan r’y lebih terarah. Sahabat mulai
penggunaan r’y lebih terarah. Sahabat mulai
mengimplementasikan metode isitimbath hukum,
mengimplementasikan metode isitimbath hukum,
seperti Umar menerapkan maslahah dalam kasus
seperti Umar menerapkan maslahah dalam kasus
pencurian dan Ali menerapkan qiyas dalam masalah
pencurian dan Ali menerapkan qiyas dalam masalah
hukuman bagi pelaku minuman keras.
hukuman bagi pelaku minuman keras.
Muncul fatwa-fatwa bagi peristiwa-peristiwa yang tidak Muncul fatwa-fatwa bagi peristiwa-peristiwa yang tidak
ada nashnya. Para sahabat menjadi pemegang
ada nashnya. Para sahabat menjadi pemegang
otoritas fiqh di daerah masing-masing (Mekkah,
otoritas fiqh di daerah masing-masing (Mekkah,
Medinah, Kufah, Basrah, Syam, dan Mesir)
Medinah, Kufah, Basrah, Syam, dan Mesir)
Sumber Hukum Islam: al-Qur’an, Sunnah, ijtihad Sumber Hukum Islam: al-Qur’an, Sunnah, ijtihad
sahabat.
Fase Formulasi dan Sistematisasi
Fase Formulasi dan Sistematisasi
(abad I sampai abad IIH)
(abad I sampai abad IIH)
Terjadi pada masa dinasti-dinasti Islam (Umayyah dan Abbasiyah)Terjadi pada masa dinasti-dinasti Islam (Umayyah dan Abbasiyah)
Muncul pusat-pusat intelektual, yaitu Hijaz (Mekkah dan Medinah), Iraq Muncul pusat-pusat intelektual, yaitu Hijaz (Mekkah dan Medinah), Iraq (Kufah dan Basrah), dan Syria atau Syam.
(Kufah dan Basrah), dan Syria atau Syam.
Muncul aliran Ahlul Hadis dan Ahl Ra’yMuncul aliran Ahlul Hadis dan Ahl Ra’y
Gerakan ijtihad sangat pesat, hal ini karena: wilayah Islam mulai meluas Gerakan ijtihad sangat pesat, hal ini karena: wilayah Islam mulai meluas dimana ajaran islam bertemu dengan adapt local masyarakat di luar
dimana ajaran islam bertemu dengan adapt local masyarakat di luar
Arab, Qur’an sudah dikodifikasikan dan banyak fatwa sahabat yang
Arab, Qur’an sudah dikodifikasikan dan banyak fatwa sahabat yang
dijadikan sebagai sandaran.
dijadikan sebagai sandaran.
Muncul Imam-imam Mazhab dalam fiqh dan karya-karya besarnya, Imam Muncul Imam-imam Mazhab dalam fiqh dan karya-karya besarnya, Imam Abu Hanifah menyusun kitab al-Fiqh al-Akbar (kitab Fiqh), Imam Malik
Abu Hanifah menyusun kitab al-Fiqh al-Akbar (kitab Fiqh), Imam Malik
menulis kitab al-Muwatta’ (kitab Hadis dengan sistematika Fiqh), Imam
menulis kitab al-Muwatta’ (kitab Hadis dengan sistematika Fiqh), Imam
Syafi’i menulis ar-Risalah (usul fiqh) dan Kitab al-Umm (fiqh), Imam
Syafi’i menulis ar-Risalah (usul fiqh) dan Kitab al-Umm (fiqh), Imam
Ahmad Ibn Hanbal menyusun Musnad Ahmad (kitab Hadis).
Ahmad Ibn Hanbal menyusun Musnad Ahmad (kitab Hadis).
Sumber Hukum Islam pada masa ini adalah: al-Qur’an, sunnah, ijmak, Sumber Hukum Islam pada masa ini adalah: al-Qur’an, sunnah, ijmak, qiyas.
Fase Kemunduran atau Stagnasi
Fase Kemunduran atau Stagnasi
(
(
Abad ketiga sampai akhir abad 19 M)
Abad ketiga sampai akhir abad 19 M)
Tidak ada ulama yang mampu menjadi mujtahid
Tidak ada ulama yang mampu menjadi mujtahid
mutlak
mutlak
Mereka taqlid pada ulama mazhab sebelumnya
Mereka taqlid pada ulama mazhab sebelumnya
Terjadi pergolakan politik, dimana umat Islam
Terjadi pergolakan politik, dimana umat Islam
terpecah menjadi kerajaan-kerajaan kecil,
terpecah menjadi kerajaan-kerajaan kecil,
sehingga perhatian terhadap ilmu kurang.
sehingga perhatian terhadap ilmu kurang.
Muncul fanatisme mazhab, dimana usaha para
Muncul fanatisme mazhab, dimana usaha para
ulama hanya memperkuat dasar-dasar dan
ulama hanya memperkuat dasar-dasar dan
pendapat mazhab sebelumnya. Karya yang
pendapat mazhab sebelumnya. Karya yang
muncul berupa syarah da mukhtasar.
muncul berupa syarah da mukhtasar.
Masa Kebangkitan (akhir abd ke 19
Masa Kebangkitan (akhir abd ke 19
sampai sekarang)
sampai sekarang)
Berkaitan dengan kebangkitan di bidang politik, Berkaitan dengan kebangkitan di bidang politik,
dimana umat Islam mulai berusaha melepaskan diri
dimana umat Islam mulai berusaha melepaskan diri
dari olonialisme
dari olonialisme
Muncul gerakan-gerakan pemabaruan dalam islm, Muncul gerakan-gerakan pemabaruan dalam islm,
seperti gerakan Wahabiyah di Saudi Arabia
seperti gerakan Wahabiyah di Saudi Arabia
Muncul tokoh-tokoh pembaharu seperti Jamaluddin al-Muncul tokoh-tokoh pembaharu seperti Jamaluddin
al-Afghani di Mesir, Muhammad bin Sanusi di Libia.
Afghani di Mesir, Muhammad bin Sanusi di Libia. Ulama mulai mempelajari karya ulama sebelumnya Ulama mulai mempelajari karya ulama sebelumnya
untuk dipilih mana yang paling valid dan
untuk dipilih mana yang paling valid dan
membandingkannya dengan hukum positif.
Sumber Hukum dalam Islam
Sumber Hukum dalam Islam
(Pengertian Sumber dan dalil)
(Pengertian Sumber dan dalil)
Sumber atau
Sumber atau
masadir
masadir
adalah wadah yang
adalah wadah yang
darinya digali norma-norma hukum.
darinya digali norma-norma hukum.
Dalil adalah petunjuk yang membawa kita
Dalil adalah petunjuk yang membawa kita
menemukan hukum tertentu.
menemukan hukum tertentu.
Sumber hukum dapat diklasifikasikan dengan:
Sumber hukum dapat diklasifikasikan dengan:
Dalil munsyi’Dalil munsyi’: atau dalil pokok yang keberadaannya : atau dalil pokok yang keberadaannya
tidak memerlukan dalil lain. Termasuk dalam kategori
tidak memerlukan dalil lain. Termasuk dalam kategori
ini adalah
ini adalah Al-Qur’an dan Hadis.Al-Qur’an dan Hadis.
Dalil muzhir: yaitu dalil yang menyingkap, diakui Dalil muzhir: yaitu dalil yang menyingkap, diakui
keberadaannya karena ada isyarat dari dalil munsyi’
keberadaannya karena ada isyarat dari dalil munsyi’
tentang penggunaannya. Termasuk dalam kelompok
tentang penggunaannya. Termasuk dalam kelompok
ini adalah metode-metode ijtihad seperti:
ini adalah metode-metode ijtihad seperti: ijmak, qiyas, ijmak, qiyas, istihsan, istislah, istishab
Al-Qur’an sebagai sumber
Al-Qur’an sebagai sumber
hukum
hukum
DefinisiDefinisi: al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan : al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan
kepada Muhammad dalam bahasa Arab yang berisi
kepada Muhammad dalam bahasa Arab yang berisi khitab
khitab Allah dan berfungsi sebagai pedoman bagi umat Allah dan berfungsi sebagai pedoman bagi umat Islam.
Islam.
FungsiFungsi: sebagai petunjuk bagi umat manusia, yang : sebagai petunjuk bagi umat manusia, yang
berupa:
berupa:
doktrin atau pengetahuan tentang struktur kenyataan dan posisi doktrin atau pengetahuan tentang struktur kenyataan dan posisi manusia di dalamnya, seperti: petunjuk moral dan hukum yang
manusia di dalamnya, seperti: petunjuk moral dan hukum yang
menjadi dasar syari’at, metafisika tentang Tuhan dan kosmologi
menjadi dasar syari’at, metafisika tentang Tuhan dan kosmologi
alam, dan penjelasan tentang sejarah dan eksistensi manusia.
alam, dan penjelasan tentang sejarah dan eksistensi manusia.
ringkasan sejarah manusia baik para raja, orang-orang suci, nabi, ringkasan sejarah manusia baik para raja, orang-orang suci, nabi, kaum dsb.
kaum dsb.
mukjizat, yaitu kekuatan yang berbeda dengan apa yang dipelajari.mukjizat, yaitu kekuatan yang berbeda dengan apa yang dipelajari.
KandunganKandungan: (1) I’tiqadiyah (2) Khuluqiyah (3) Ahkam : (1) I’tiqadiyah (2) Khuluqiyah (3) Ahkam
‘amaliyah.
Penjelasan al-Qur’an
Penjelasan al-Qur’an
:
:
Ijmali (global)Ijmali (global): yaitu penjelasan yang masih : yaitu penjelasan yang masih
memerlukan penjelasan lebih lanjut dalam
memerlukan penjelasan lebih lanjut dalam
pelaksanaannya. Contoh: masalah shalat, zakat dan
pelaksanaannya. Contoh: masalah shalat, zakat dan
kaifiyahnya.
kaifiyahnya.
Tafshili (rinci)Tafshili (rinci): yaitu keterangannya jelas dan : yaitu keterangannya jelas dan
sempurna, seperti masalah akidah, hukum waris dan
sempurna, seperti masalah akidah, hukum waris dan
sebagainya.
sebagainya.
Kategori Ayat Hukum dan Ayat Non-hukum:
Kategori Ayat Hukum dan Ayat Non-hukum:
berdasarkan kandungan ayat, jika mengandung
berdasarkan kandungan ayat, jika mengandung
ketetapan hukum maka disebut dengan ayat
ketetapan hukum maka disebut dengan ayat
hukum dan dapat menjadi dalil fiqh.
Dalalah atau petunjuk al-Qur’an
Dalalah atau petunjuk al-Qur’an
dibagi
dibagi
dua:
dua:
Qat’y (definitive text)
Qat’y (definitive text)
: lafal yang mengandung
: lafal yang mengandung
pengertian tunggal dan tidak bisa dipahami
pengertian tunggal dan tidak bisa dipahami
dengan makna lainnya. Lafal ini tidak
dengan makna lainnya. Lafal ini tidak
membutuhkan ijtihad dan takwil.
membutuhkan ijtihad dan takwil.
Zanny (speculative text):
Zanny (speculative text):
lafal yang
lafal yang
mengandung pengertian lebih dari satu dan
mengandung pengertian lebih dari satu dan
memungkinkan untuk ditakwil, dan dapat
memungkinkan untuk ditakwil, dan dapat
menerima ijtihad.
Hadis sebagai sumber Hukum
Hadis sebagai sumber Hukum
:
:
DefinisiDefinisi: Hadis adalah penuturan sahabat tentang : Hadis adalah penuturan sahabat tentang
Rasulullah baik mengenai perkataan, perbuatan, dan
Rasulullah baik mengenai perkataan, perbuatan, dan
taqrirnya.
taqrirnya.
Keshahihan HadisKeshahihan Hadis: Hadis yang dapat digunakan : Hadis yang dapat digunakan
sebagai sumber adalah hadis yang sahih dan hasan.
sebagai sumber adalah hadis yang sahih dan hasan.
Hadis dha’if tidak dapat dipakai sebagai sumber hukum.
Hadis dha’if tidak dapat dipakai sebagai sumber hukum.
Sebagian ulama membolehkan menggunakan hadis
Sebagian ulama membolehkan menggunakan hadis
dha’if sebagai dalil dengan syarat:
dha’if sebagai dalil dengan syarat:
Kedha’ifanya tidak terlalu lemahKedha’ifanya tidak terlalu lemah Memiliki beberapa jalur sanad Memiliki beberapa jalur sanad
Tidak mengatur masalah yang pokok, hanya sampai hukum Tidak mengatur masalah yang pokok, hanya sampai hukum
sunnah atau makruh. sunnah atau makruh.
Penentuan kesahihan hadis dibuat oleh ulama sehingga Penentuan kesahihan hadis dibuat oleh ulama sehingga
terjadi perbedaan pendapat.
Fungsi Hadis terhadap al-Qur’anFungsi Hadis terhadap al-Qur’an: (1) Bayan tafsir (2) : (1) Bayan tafsir (2)
Bayan ta’kid, dan (3) Bayan tasyri’.
Bayan ta’kid, dan (3) Bayan tasyri’.
Ulama cenderung menganggap al-Qur’an sebagai satu Ulama cenderung menganggap al-Qur’an sebagai satu
kesatuan dan hadis sebagai satu kesatuan. Ayat mana
kesatuan dan hadis sebagai satu kesatuan. Ayat mana
saja boleh ditafsir dengan hadis mana saja tanpa
saja boleh ditafsir dengan hadis mana saja tanpa
memperhatikan unsure waktu dan keterkaitan antara
memperhatikan unsure waktu dan keterkaitan antara
keduanya. Disamping itu terdapat ulama yang
keduanya. Disamping itu terdapat ulama yang
memandang kedudukan hadis lebih rendah dari
memandang kedudukan hadis lebih rendah dari
al-Qur’an.
Qur’an.
Hadis AhkamHadis Ahkam, yaitu hadis-hadis yang disusun dengan , yaitu hadis-hadis yang disusun dengan
menggunakan sistematika fiqh. Contohnya:
menggunakan sistematika fiqh. Contohnya: - - Subulus SalamSubulus Salam karangan as-Shan’ani karangan as-Shan’ani
- - Naylul AutharNaylul Authar karangan as-Syaukani karangan as-Syaukani
- - Lu’lu’ wal marjanLu’lu’ wal marjan karangan Fuad Abdul Baqi karangan Fuad Abdul Baqi
Ijtihad dan Mujtahid
Ijtihad dan Mujtahid
IjtihadIjtihad adalah pengerahan segenap kemampuan untuk adalah pengerahan segenap kemampuan untuk
menemukan hukum syara’ melalui dalil-dalil yang rinci
menemukan hukum syara’ melalui dalil-dalil yang rinci
dengan metode tertentu.
dengan metode tertentu.
Fungsi ijtihadFungsi ijtihad adalah: mengistimbathkan (mencari, adalah: mengistimbathkan (mencari,
menggali, dan menemukan) hukum syara’.
menggali, dan menemukan) hukum syara’.
Dasar Hukum IjtihadDasar Hukum Ijtihad: 1. Al-Qur’an (an-Nisa: 59) 2. Hadis : 1. Al-Qur’an (an-Nisa: 59) 2. Hadis
Muadz bin Jabal 3. Logika (jumlah ayat dan hadis
Muadz bin Jabal 3. Logika (jumlah ayat dan hadis
terbatas sedang masaah-masalah baru muncul)
terbatas sedang masaah-masalah baru muncul)
Kedudukan ijtihadKedudukan ijtihad: sebagai sumber hukum yang ketiga: sebagai sumber hukum yang ketiga Ruang lingkup ijtihadRuang lingkup ijtihad: :
Macam-Macam Ijtihad:
Macam-Macam Ijtihad:
Dari segi pelaku: a.
Dari segi pelaku: a.
Ijtihad fardi
Ijtihad fardi
b.
b.
Ijtihad jamai
Ijtihad jamai
Dari segi pelaksanaan:
Dari segi pelaksanaan:
Ijtihad Intiqai:Ijtihad Intiqai: yaitu ijtihad untuk memilih salah satu yaitu ijtihad untuk memilih salah satu
pendapat terkuat diantara beberapa pendapat yang
pendapat terkuat diantara beberapa pendapat yang
ada. Bentuknya adalah studi komparatif dengan
ada. Bentuknya adalah studi komparatif dengan
meneliti dalil-dalil yang dijadikan sebagai rujukan.
meneliti dalil-dalil yang dijadikan sebagai rujukan.
Disebut juga ijtihad selektif.
Disebut juga ijtihad selektif.
Ijtihad Insyai:Ijtihad Insyai: yaitu mengambi konklusi hukum baru yaitu mengambi konklusi hukum baru
terhadap suatu permasalahan yang belum ada
terhadap suatu permasalahan yang belum ada
ketetapan hukumnya. Disebut juga ijtihad kreatif.
Mujtahid
Mujtahid
Syarat Mujtahid:Syarat Mujtahid:
UmumUmum: Islam, balligh dan berakal: Islam, balligh dan berakal
Pokok:Pokok: mengetahui al-Qur’an, sunnah, maqasid syar’iyah dan qawaid mengetahui al-Qur’an, sunnah, maqasid syar’iyah dan qawaid
al-fiqhiyah
al-fiqhiyah
PentingPenting: menguasai bahasa Arab, ushul fiqh dan logika, mengetahui : menguasai bahasa Arab, ushul fiqh dan logika, mengetahui
khilafiyah dan masalah-masalah yang sudah diijmakkan.
khilafiyah dan masalah-masalah yang sudah diijmakkan.
Tingkatan Ijtihad: Tingkatan Ijtihad:
Mujtahid MutlakMujtahid Mutlak: yaitu mujtahid yang mampu mengistimbathkan hukum : yaitu mujtahid yang mampu mengistimbathkan hukum
dengan menggunakan metode yang disusun sendiri. Contohnya adalah
dengan menggunakan metode yang disusun sendiri. Contohnya adalah
para Imam mazhab.
para Imam mazhab.
Mujtahd MuntasibMujtahd Muntasib: mengistimbatkan hukum dengan mengikuti metode : mengistimbatkan hukum dengan mengikuti metode
imamnya tetapi tidak bertaklid. Contoh Abu Yusuf (muridnya Hanafi),
imamnya tetapi tidak bertaklid. Contoh Abu Yusuf (muridnya Hanafi),
Al-Muzani (Syafi’i), Ibnu Abdil Hakam (Maliki), dan Abu Hamid (Hanbali).
Muzani (Syafi’i), Ibnu Abdil Hakam (Maliki), dan Abu Hamid (Hanbali).
Mujtahid MazhabMujtahid Mazhab: yaitu mujtahid yang mengikuti imamnya baik dalam : yaitu mujtahid yang mengikuti imamnya baik dalam
usul maupun furu’.
usul maupun furu’.
Mujtahid MurajjihMujtahid Murajjih: yaitu mujtahid yang membandingkan beberapa : yaitu mujtahid yang membandingkan beberapa
Ijmak dan Qiyas sebagai Metode
Ijmak dan Qiyas sebagai Metode
Ijtihad
Ijtihad
Pengertian IjmakPengertian Ijmak::
Imam GhazaliImam Ghazali: Kesepakatan umat Muhamad terhadap suatu : Kesepakatan umat Muhamad terhadap suatu
masalah masalah
JumhurJumhur: Kesepakatan mujtahid pada suatu masa terhadap suatu : Kesepakatan mujtahid pada suatu masa terhadap suatu
hukum syara’ setelah wafatnya Rasulullah. hukum syara’ setelah wafatnya Rasulullah.
Secara Historis Secara Historis ::
Ijmak merupakan suatu proses alamiah bagi penyelesaian Ijmak merupakan suatu proses alamiah bagi penyelesaian
persoalan melalui pembentukan pendapat mayoritas ummat persoalan melalui pembentukan pendapat mayoritas ummat
secara bertahap. secara bertahap.
Ijmak bermula dari pendapat pribadi dan berpuncak pada Ijmak bermula dari pendapat pribadi dan berpuncak pada
peneriamaan universal oleh ummat dalam jangka panjang. peneriamaan universal oleh ummat dalam jangka panjang.
Ijmak adalah aktifitas informal murni dari para ulama dalam Ijmak adalah aktifitas informal murni dari para ulama dalam
kedudukan pribadi mereka tanpa ada organisasi yang pasti dan kedudukan pribadi mereka tanpa ada organisasi yang pasti dan
prosedur yang spesifik. prosedur yang spesifik.
Fungsi Ijmak
Fungsi Ijmak
:
:
Mengeliminir kesalahan-kesalahan dalam berijtihadMengeliminir kesalahan-kesalahan dalam berijtihad Menyatukan pendapat-pendapat yang berbedaMenyatukan pendapat-pendapat yang berbeda
Menjamin penafsiran yang tepat atas Qur’an dan Menjamin penafsiran yang tepat atas Qur’an dan
keotentikan hadis
keotentikan hadis
Rukun Ijmak
Rukun Ijmak
:
:
Mujtahid: seluruh mujtahid hadir dan seluruh yang Mujtahid: seluruh mujtahid hadir dan seluruh yang
hadir menyetujui
hadir menyetujui
Kesepakatan: dilakukan secara tegas dan bulatKesepakatan: dilakukan secara tegas dan bulat
Macam Ijmak
Macam Ijmak
:
:
sharih
sharih
(kesepakatannya tegas)
(kesepakatannya tegas)
dan
pendapat Ulama tentang Ijmak
pendapat Ulama tentang Ijmak
:
:
Syafi’I, Hambali, Zahiri: Ijmak hanya terjadi pada Syafi’I, Hambali, Zahiri: Ijmak hanya terjadi pada
masa sahabat
masa sahabat
Malik: praktek orang Madinah dianggap IjmakMalik: praktek orang Madinah dianggap Ijmak Syiah: Ijmak adalah kesepakatan para anggota Syiah: Ijmak adalah kesepakatan para anggota
keluarga Rasul
keluarga Rasul
Abduh: Ijmak adalah mufakat orang yang berwenang Abduh: Ijmak adalah mufakat orang yang berwenang
(ulul amri), dan dapat dibatalkan oleh generasi
(ulul amri), dan dapat dibatalkan oleh generasi
berikutnya. Tidak ada ketentuan teknis tentang ijmak
berikutnya. Tidak ada ketentuan teknis tentang ijmak
dalam al-Qur’an.
dalam al-Qur’an.
Iqbal: Bentuk ijmak yang mungkin adalah pengalihan Iqbal: Bentuk ijmak yang mungkin adalah pengalihan
kekuasaan ijtihad kepada lembaga legislative.
Qiyas (Analogical Reasoning)
Qiyas (Analogical Reasoning)
:
:
Definisi: Qiyas adalah menganalogikan suatu masalah yang belum Definisi: Qiyas adalah menganalogikan suatu masalah yang belum
ada ketetapan hukumnya (nash/dalil) dengan masalah yang sudah ada ketetapan hukumnya (nash/dalil) dengan masalah yang sudah
ada ketetapan hukumnya karena adanya persamaan illat. ada ketetapan hukumnya karena adanya persamaan illat.
Historis:Historis:
Ijmak merupakan sistematisasi ra’y (pendapat pribadi)Ijmak merupakan sistematisasi ra’y (pendapat pribadi)
Bentuknya tidak kaku dan formal, tanpa batasan yang spesifikBentuknya tidak kaku dan formal, tanpa batasan yang spesifik
Sikap ulama: menerima (jumhur), dan menolak (Zahiri).Sikap ulama: menerima (jumhur), dan menolak (Zahiri). Rukun dan Syarat QiyasRukun dan Syarat Qiyas::
Ashl (Maqis alaih)Ashl (Maqis alaih): masalah yang sudah ada hukumnya, baik dari al-: masalah yang sudah ada hukumnya, baik dari
al-Qur’an maupun hadis.
Qur’an maupun hadis.
Furu’ (maqis)Furu’ (maqis): masalah yang sedang dicari hukumnya. : masalah yang sedang dicari hukumnya. Hukum AshlHukum Ashl: hukum yang sudah ditetapkan oleh nash: hukum yang sudah ditetapkan oleh nash
IllatIllat: sifat yang terdapat dalam ashl, dengan syarat: sifatnya nyata dan : sifat yang terdapat dalam ashl, dengan syarat: sifatnya nyata dan
dapat dicapai dengan indera, konkrit tidak berubah, dan sesuai dengan
dapat dicapai dengan indera, konkrit tidak berubah, dan sesuai dengan
tujuan yang hendak dicapai.
Pembagian QiyasPembagian Qiyas::
Qiyas Aulawi: jika hukum pada furu’ lebih kuat daripada ahl Qiyas Aulawi: jika hukum pada furu’ lebih kuat daripada ahl
(seperti mengqiyaskan memukul dengan kata “ah”). (seperti mengqiyaskan memukul dengan kata “ah”).
Qiyas Musawi: Jika hukum pada furu’ sama kuatnya dengan Qiyas Musawi: Jika hukum pada furu’ sama kuatnya dengan
hukum pada ashl (seperti memakan harta anak yatim dengan hukum pada ashl (seperti memakan harta anak yatim dengan
membakarnya). membakarnya).
Qiyas Adna: yaitu hukum pada furu’ lebih lemah daripada ashl Qiyas Adna: yaitu hukum pada furu’ lebih lemah daripada ashl
(seperti mengqiyaskan apel dengan gandum). (seperti mengqiyaskan apel dengan gandum).
Kejelasan IllatKejelasan Illat::
Qiyas Jaly: Qiyas yang illatnya ditetapkan oleh nash bersamaan Qiyas Jaly: Qiyas yang illatnya ditetapkan oleh nash bersamaan
dengan hukum ashl (seperti memukul orang tua) dengan hukum ashl (seperti memukul orang tua)
Hukum Syara’
Hukum Syara’
Pengertian
Pengertian
Hukum syara’ adalah: khitab Allah yang
Hukum syara’ adalah: khitab Allah yang
berkaitan dengan perbuatan mukallaf baik
berkaitan dengan perbuatan mukallaf baik
berupa tuntutan (
berupa tuntutan (
iqtidha’
iqtidha’
), pilihan (
), pilihan (
takhyir
takhyir
), atau
), atau
penetapan (
penetapan (
wadha’an
wadha’an
).
).
Pembagian
Pembagian
Hukum Syara’ terbagi menjadi dua, yaitu
Hukum Syara’ terbagi menjadi dua, yaitu
hukum
hukum
taklifi
taklifi
dan
dan
hukum wadh’i
hukum wadh’i
.
.
Hukum Taklifi yaitu: tuntutan Allah yang
Hukum Taklifi yaitu: tuntutan Allah yang
berkaitan dengan perintah untuk berbuat atau
berkaitan dengan perintah untuk berbuat atau
untuk tidak berbuat atau memilih diantara
untuk tidak berbuat atau memilih diantara
keduanya.
Menurut jumhur ulama Hukum
Menurut jumhur ulama Hukum
taklifi terbagi menjadi lima:
taklifi terbagi menjadi lima:
1.
1. IjabIjab: tuntutan secara pasti untuk dilaksanakan, tidak boleh ditinggalkan, : tuntutan secara pasti untuk dilaksanakan, tidak boleh ditinggalkan,
dan ada hukuman bagi yang melanggarnya. Akibat perbuatannya
dan ada hukuman bagi yang melanggarnya. Akibat perbuatannya
adalah
adalah wujubwujub, perbuatan yang dituntut namanya , perbuatan yang dituntut namanya wajibwajib. Contoh: . Contoh: kewajiban shalat.
kewajiban shalat.
2.
2. NadbNadb: tuntutan untuk melaksanakan perbuatan tapi tidak secara pasti. : tuntutan untuk melaksanakan perbuatan tapi tidak secara pasti.
Perbuatan yang dituntut namanya
Perbuatan yang dituntut namanya mandubmandub, akibat perbuatannya , akibat perbuatannya disebut
disebut nadbnadb. Contoh anjuran mencatat transaksi.. Contoh anjuran mencatat transaksi.
3.
3. IbahahIbahah: khitab Allah yang mengandung pilihan antara berbuat atau : khitab Allah yang mengandung pilihan antara berbuat atau
tidak berbuat. Akibat dari tuntutannya disebut
tidak berbuat. Akibat dari tuntutannya disebut ibahahibahah, perbuatannya , perbuatannya namanya
namanya mubahmubah. Contoh mencari rizki setelah shalat jum’at.. Contoh mencari rizki setelah shalat jum’at.
4.
4. KarahahKarahah: tuntutan untuk meninggalkan tapi redaksinya tidak pasti. : tuntutan untuk meninggalkan tapi redaksinya tidak pasti.
Akibat perbuatannya namanya
Akibat perbuatannya namanya karahahkarahah, perbuatannya disebut , perbuatannya disebut
makruh
makruh. Contoh: menanyakan sesuatu yang menyulitkan.. Contoh: menanyakan sesuatu yang menyulitkan.
5.
5. TahrimTahrim: tuntutan secara pasti untuk tidak melaksanakan perbuatan. : tuntutan secara pasti untuk tidak melaksanakan perbuatan.
Akibat dari tuntutan disebut
Akibat dari tuntutan disebut hurmahhurmah, perbuatannya dinamakan , perbuatannya dinamakan haramharam. . Contoh: larangan membunuh
Menurut Hanafiyah, hukum taklifi
Menurut Hanafiyah, hukum taklifi
dibagi menjadi tujuh:
dibagi menjadi tujuh:
1.
1. IftiradhIftiradh: tuntutan pasti untuk dilaksanakan berdasarkan dalil : tuntutan pasti untuk dilaksanakan berdasarkan dalil
qat’y. Contoh: kewajiban shalat (fardu) qat’y. Contoh: kewajiban shalat (fardu)
2.
2. IjabIjab: tuntutan pasti untuk dilaksanakan berdasarkan dalil zanny. : tuntutan pasti untuk dilaksanakan berdasarkan dalil zanny.
Contoh: membaca fatihah dalam shalat. Contoh: membaca fatihah dalam shalat.
3.
3. NadbNadb: sama dengan jumhur: sama dengan jumhur
4.
4. IbahahIbahah: sama dengan jumhur.: sama dengan jumhur.
5.
5. Karahah TanzihiyahKarahah Tanzihiyah: tuntutan untuk meninggalkan tetapi tidak : tuntutan untuk meninggalkan tetapi tidak
pasti (sama dengan karahah versi jumhur). pasti (sama dengan karahah versi jumhur).
6.
6. Karahah TahrimiyahKarahah Tahrimiyah: tuntutan pasti untuk meninggalkan : tuntutan pasti untuk meninggalkan
berdasarkan dalil zanny. Contoh: jual beli waktu shalat jum’at. berdasarkan dalil zanny. Contoh: jual beli waktu shalat jum’at.
7.
7. TahrimTahrim: tuntutan pasti untuk meninggalkan berdasarkan dalil : tuntutan pasti untuk meninggalkan berdasarkan dalil
Hukum Wadh’i
Hukum Wadh’i
: hukum tentang
: hukum tentang
pengkondisian sesuatu.
pengkondisian sesuatu.
Hukum wadh’I dibagi menjadi 7 kategori:Hukum wadh’I dibagi menjadi 7 kategori:
1.
1. SababSabab: sifat nyata yang dijelaskan oleh nash bahwa keberadaannya : sifat nyata yang dijelaskan oleh nash bahwa keberadaannya
menjadi hukum syara’. Keberadaan sabab menjadi pertanda ada atau menjadi hukum syara’. Keberadaan sabab menjadi pertanda ada atau tidaknya hukum. Contoh: tergelincirnya matahari menjadi sebab
tidaknya hukum. Contoh: tergelincirnya matahari menjadi sebab masuknya waktu zuhur.
masuknya waktu zuhur.
2.
2. SyaratSyarat: sesuatu yang berada di luar hukum syara’ tetapi keberadaan : sesuatu yang berada di luar hukum syara’ tetapi keberadaan
hukum syara’ tergantung padanya. Syarat tidak ada maka hukum pun hukum syara’ tergantung padanya. Syarat tidak ada maka hukum pun tidak ada, tetapi adanya syarat tidak mengharuskan adanya hukum. tidak ada, tetapi adanya syarat tidak mengharuskan adanya hukum. Contoh: wudhu adalah syarat sahnya salat.
Contoh: wudhu adalah syarat sahnya salat.
3.
3. Mani’Mani’: sifat nyata yang keberadaannya menyebabkan tidak adanya : sifat nyata yang keberadaannya menyebabkan tidak adanya
hukum. Contoh: haidl menjadi mani’ bagi shalat. hukum. Contoh: haidl menjadi mani’ bagi shalat.
4.
4. ShihahShihah: suatu hukum yang sesuai dengan tuntutan syara’ (sabab, : suatu hukum yang sesuai dengan tuntutan syara’ (sabab,
syarat, dan tidak ada mani’). syarat, dan tidak ada mani’).
5.
5. BathilBathil: terlepasnya hukum syara’ dari ketentuan yang ditetapkan. : terlepasnya hukum syara’ dari ketentuan yang ditetapkan.
6.
6. AzimahAzimah: hukum yang ditetapkan Allah kepada seluruh hambaNya sejak : hukum yang ditetapkan Allah kepada seluruh hambaNya sejak
semula semula
7.
7. RukhsahRukhsah: hukum yang ditetapkan berbeda dengan dalil karena adanya : hukum yang ditetapkan berbeda dengan dalil karena adanya
Perbedaan antara hukum taklify
Perbedaan antara hukum taklify
dan hukum wad’y
dan hukum wad’y
:
:
Hukum taklify berisi tuntutan untuk
Hukum taklify berisi tuntutan untuk
melaksanakan/meninggalkan dan memilih.
melaksanakan/meninggalkan dan memilih.
Hukum wad’y mengandung keterkaitan
Hukum wad’y mengandung keterkaitan
antara dua persoalan.
antara dua persoalan.
Hukum taklify merupakan tuntutan
Hukum taklify merupakan tuntutan
langsung kepada mukallaf , hukum wad’y
langsung kepada mukallaf , hukum wad’y
merupakan wahana untuk dapat
merupakan wahana untuk dapat
Mazhab dalam Fiqh
Mazhab dalam Fiqh
Pengertian
Pengertian::
Mazhab adalah kelompok atau faham dalam fiqh yang Mazhab adalah kelompok atau faham dalam fiqh yang
berhubungan dengan penafsiran dan pelaksanaan
berhubungan dengan penafsiran dan pelaksanaan
hukum Islam.
hukum Islam.
Bermazhab berarti mengikuti hasil pemikiran seseorang Bermazhab berarti mengikuti hasil pemikiran seseorang
atau sekelompok orang dalam hubungannya dengan
atau sekelompok orang dalam hubungannya dengan
pelaksanaan hukum Islam.
pelaksanaan hukum Islam.
Mazhab bermula dari pendapat individu (seorang ulama) Mazhab bermula dari pendapat individu (seorang ulama)
yang kemudian diikuti oleh banyak orang dan
yang kemudian diikuti oleh banyak orang dan
berakumulasi menjadi keyakinan kelompok.
Bermazhab ada dua:
Bermazhab ada dua:
Bermazhab fil aqwal: yaitu mengikuti segala
Bermazhab fil aqwal: yaitu mengikuti segala
pendapat dari seorang ulama. Kategori ini
pendapat dari seorang ulama. Kategori ini
sama dengan taqlid.
sama dengan taqlid.
Bermazhab fil manhaj: yaitu mengikuti
Bermazhab fil manhaj: yaitu mengikuti
seorang ulama dalam hal metode ijtihadnya,
seorang ulama dalam hal metode ijtihadnya,
bukan sekedar mengikuti pendapat saja.
bukan sekedar mengikuti pendapat saja.
Kategori ini sama artinya dengan ittiba’.
Sejarah Mazhab
Sejarah Mazhab
:
:
Pada masa sahabat telah terbentuk pusat-pusat Pada masa sahabat telah terbentuk pusat-pusat
intelektual, seperti: Hijaz, Iraq, dan Syria. Disetiap kota
intelektual, seperti: Hijaz, Iraq, dan Syria. Disetiap kota
tersebut terdapat sahabat yang menjadi pemuka dan
tersebut terdapat sahabat yang menjadi pemuka dan
diikuti pendapatnya.
diikuti pendapatnya.
Di Hijaz terdapat Umar, Aisyah, Ibn Umar, dan Ibnu Di Hijaz terdapat Umar, Aisyah, Ibn Umar, dan Ibnu
Abbas. Di Iraq terdapat: Ali bin Abi Thalib dan Abdullah
Abbas. Di Iraq terdapat: Ali bin Abi Thalib dan Abdullah
bin Mas’ud. Di Syria terdapat Umar bin Abdul Aziz.
bin Mas’ud. Di Syria terdapat Umar bin Abdul Aziz.
Pendapat para sahabat tersebut kemudian diikuti oleh Pendapat para sahabat tersebut kemudian diikuti oleh
para tabi’in di kota-kota tersebut, sehingga muncullah
para tabi’in di kota-kota tersebut, sehingga muncullah
cirri-ciri khusus di setiap kota. Hal ini melahirkan
cirri-ciri khusus di setiap kota. Hal ini melahirkan
munculnya Madrasah Ahl hadis dan Madrasah Ahl Ra’y.
Perkembangan Mazhab:
Perkembangan Mazhab:
Mazhab yang pertama muncul (abad ke 2 H) adalah Mazhab yang pertama muncul (abad ke 2 H) adalah
mazhab local, yaitu:
mazhab local, yaitu:
Mazhab Hijazi, yang meliputi kota Mekkah dan Medinah.Mazhab Hijazi, yang meliputi kota Mekkah dan Medinah. Mazhab Iraqi, yang meliputi kota Kufah dan Basrah.Mazhab Iraqi, yang meliputi kota Kufah dan Basrah.
Mazhab Syam, yaitu terdapat di Syria.Mazhab Syam, yaitu terdapat di Syria.
Mazhab local ini memiliki cirri:Mazhab local ini memiliki cirri:
Unsur local sangat mempengaruhi dalam setiap fatwa yang Unsur local sangat mempengaruhi dalam setiap fatwa yang
muncul muncul
Munculnya kebebasan pendapat dalam fiqh.Munculnya kebebasan pendapat dalam fiqh.
Sunnah diartikan dengan adapt istiadat masyarakat, sedangkan Sunnah diartikan dengan adapt istiadat masyarakat, sedangkan
Mazhab yang kedua (muncul pada abad ke 3 H) adalah Mazhab yang kedua (muncul pada abad ke 3 H) adalah
mazhab individu. Mazhab ini mendasarkan ajarannya
mazhab individu. Mazhab ini mendasarkan ajarannya
pada pendapat perorangan. Mazhab tersebut adalah:
pada pendapat perorangan. Mazhab tersebut adalah:
Mazhab Hanafi (w. 150H/767M) berkembang di Turki dan Mazhab Hanafi (w. 150H/767M) berkembang di Turki dan
Pakistan. Pakistan.
Mazhab Maliki (w. 179H/795M) berkembang di Afrika UtaraMazhab Maliki (w. 179H/795M) berkembang di Afrika Utara Mazhab Syafi’I (w. 204H/819M) berkembang di Asia TenggaraMazhab Syafi’I (w. 204H/819M) berkembang di Asia Tenggara Mazhab Hambali (w. 241H/855M) berkembang di Saudi Arabia.Mazhab Hambali (w. 241H/855M) berkembang di Saudi Arabia.
Dasar pelaksanaan mazhab ini adalah ketaatan kepada Dasar pelaksanaan mazhab ini adalah ketaatan kepada
imam.