• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah perkembangan fiqh dan ushul fiqh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Sejarah perkembangan fiqh dan ushul fiqh"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

Sejarah Perkembangan

Sejarah Perkembangan

Fiqh dan Ushul Fiqh

Fiqh dan Ushul Fiqh

(2)

Fase Perkembangannya terbagi

Fase Perkembangannya terbagi

menjadi lima, yaitu

menjadi lima, yaitu

1.

1.

Fase Pertumbuhan (610-632M)

Fase Pertumbuhan (610-632M)

2.

2.

Fase Perkembangan (11H-akhir abad I

Fase Perkembangan (11H-akhir abad I

H)

H)

3.

3.

Fase Formulasi dan Sistematisasi (abad

Fase Formulasi dan Sistematisasi (abad

I sampai abad IIH)

I sampai abad IIH)

4.

4.

Fase Kemunduran atau Stagnasi (Abad

Fase Kemunduran atau Stagnasi (Abad

ketiga sampai akhir abad 19 M)

ketiga sampai akhir abad 19 M)

5.

(3)

Fase Pertumbuhan (610-632M)

Fase Pertumbuhan (610-632M)

 Dimulai sejak masa nabi yang terbagi dalam dua Dimulai sejak masa nabi yang terbagi dalam dua

periode, yaitu periode Mekkah dan periode Medinah.

periode, yaitu periode Mekkah dan periode Medinah.  Pada periode Mekkah belum nampak embrio usul fiqh, Pada periode Mekkah belum nampak embrio usul fiqh,

karena ayat-ayat yang turun berkisar masalah akidah,

karena ayat-ayat yang turun berkisar masalah akidah,

baru pada periode Medinah sudah mulai nampak,

baru pada periode Medinah sudah mulai nampak,

karena ayat yang turun mengatur tentang hukum dan

karena ayat yang turun mengatur tentang hukum dan

pranata social.

pranata social.

 Ciri yang nampak a.l.: Rasul memberi peluang sahabat Ciri yang nampak a.l.: Rasul memberi peluang sahabat

untuk berijtihad ketika menghadapi masalah,

untuk berijtihad ketika menghadapi masalah,

mengajarkan prinsip musyawarah (ijmak), muncul

mengajarkan prinsip musyawarah (ijmak), muncul

pengunaan ra’y.

pengunaan ra’y.

 Sumber hukum pada masa ini hanya wahyu , Rasul Sumber hukum pada masa ini hanya wahyu , Rasul

juga melakukan ijtihad ketika muncul persoalan dan

juga melakukan ijtihad ketika muncul persoalan dan

wahyu belum turun.

(4)

Fase Perkembangan (11H-akhir

Fase Perkembangan (11H-akhir

abad I H)

abad I H)

 Terjadi pada masa sahabat dan disebut juga dengan Terjadi pada masa sahabat dan disebut juga dengan

masa persiapan pembentukan fiqh

masa persiapan pembentukan fiqh

 Muncul kreativitas dalam berijtihad, dimana Muncul kreativitas dalam berijtihad, dimana

penggunaan r’y lebih terarah. Sahabat mulai

penggunaan r’y lebih terarah. Sahabat mulai

mengimplementasikan metode isitimbath hukum,

mengimplementasikan metode isitimbath hukum,

seperti Umar menerapkan maslahah dalam kasus

seperti Umar menerapkan maslahah dalam kasus

pencurian dan Ali menerapkan qiyas dalam masalah

pencurian dan Ali menerapkan qiyas dalam masalah

hukuman bagi pelaku minuman keras.

hukuman bagi pelaku minuman keras.

 Muncul fatwa-fatwa bagi peristiwa-peristiwa yang tidak Muncul fatwa-fatwa bagi peristiwa-peristiwa yang tidak

ada nashnya. Para sahabat menjadi pemegang

ada nashnya. Para sahabat menjadi pemegang

otoritas fiqh di daerah masing-masing (Mekkah,

otoritas fiqh di daerah masing-masing (Mekkah,

Medinah, Kufah, Basrah, Syam, dan Mesir)

Medinah, Kufah, Basrah, Syam, dan Mesir)

 Sumber Hukum Islam: al-Qur’an, Sunnah, ijtihad Sumber Hukum Islam: al-Qur’an, Sunnah, ijtihad

sahabat.

(5)

Fase Formulasi dan Sistematisasi

Fase Formulasi dan Sistematisasi

(abad I sampai abad IIH)

(abad I sampai abad IIH)

 Terjadi pada masa dinasti-dinasti Islam (Umayyah dan Abbasiyah)Terjadi pada masa dinasti-dinasti Islam (Umayyah dan Abbasiyah)

 Muncul pusat-pusat intelektual, yaitu Hijaz (Mekkah dan Medinah), Iraq Muncul pusat-pusat intelektual, yaitu Hijaz (Mekkah dan Medinah), Iraq (Kufah dan Basrah), dan Syria atau Syam.

(Kufah dan Basrah), dan Syria atau Syam.

 Muncul aliran Ahlul Hadis dan Ahl Ra’yMuncul aliran Ahlul Hadis dan Ahl Ra’y

 Gerakan ijtihad sangat pesat, hal ini karena: wilayah Islam mulai meluas Gerakan ijtihad sangat pesat, hal ini karena: wilayah Islam mulai meluas dimana ajaran islam bertemu dengan adapt local masyarakat di luar

dimana ajaran islam bertemu dengan adapt local masyarakat di luar

Arab, Qur’an sudah dikodifikasikan dan banyak fatwa sahabat yang

Arab, Qur’an sudah dikodifikasikan dan banyak fatwa sahabat yang

dijadikan sebagai sandaran.

dijadikan sebagai sandaran.

 Muncul Imam-imam Mazhab dalam fiqh dan karya-karya besarnya, Imam Muncul Imam-imam Mazhab dalam fiqh dan karya-karya besarnya, Imam Abu Hanifah menyusun kitab al-Fiqh al-Akbar (kitab Fiqh), Imam Malik

Abu Hanifah menyusun kitab al-Fiqh al-Akbar (kitab Fiqh), Imam Malik

menulis kitab al-Muwatta’ (kitab Hadis dengan sistematika Fiqh), Imam

menulis kitab al-Muwatta’ (kitab Hadis dengan sistematika Fiqh), Imam

Syafi’i menulis ar-Risalah (usul fiqh) dan Kitab al-Umm (fiqh), Imam

Syafi’i menulis ar-Risalah (usul fiqh) dan Kitab al-Umm (fiqh), Imam

Ahmad Ibn Hanbal menyusun Musnad Ahmad (kitab Hadis).

Ahmad Ibn Hanbal menyusun Musnad Ahmad (kitab Hadis).

 Sumber Hukum Islam pada masa ini adalah: al-Qur’an, sunnah, ijmak, Sumber Hukum Islam pada masa ini adalah: al-Qur’an, sunnah, ijmak, qiyas.

(6)

Fase Kemunduran atau Stagnasi

Fase Kemunduran atau Stagnasi

(

(

Abad ketiga sampai akhir abad 19 M)

Abad ketiga sampai akhir abad 19 M)

Tidak ada ulama yang mampu menjadi mujtahid

Tidak ada ulama yang mampu menjadi mujtahid

mutlak

mutlak

Mereka taqlid pada ulama mazhab sebelumnya

Mereka taqlid pada ulama mazhab sebelumnya

Terjadi pergolakan politik, dimana umat Islam

Terjadi pergolakan politik, dimana umat Islam

terpecah menjadi kerajaan-kerajaan kecil,

terpecah menjadi kerajaan-kerajaan kecil,

sehingga perhatian terhadap ilmu kurang.

sehingga perhatian terhadap ilmu kurang.

Muncul fanatisme mazhab, dimana usaha para

Muncul fanatisme mazhab, dimana usaha para

ulama hanya memperkuat dasar-dasar dan

ulama hanya memperkuat dasar-dasar dan

pendapat mazhab sebelumnya. Karya yang

pendapat mazhab sebelumnya. Karya yang

muncul berupa syarah da mukhtasar.

muncul berupa syarah da mukhtasar.

(7)

Masa Kebangkitan (akhir abd ke 19

Masa Kebangkitan (akhir abd ke 19

sampai sekarang)

sampai sekarang)

 Berkaitan dengan kebangkitan di bidang politik, Berkaitan dengan kebangkitan di bidang politik,

dimana umat Islam mulai berusaha melepaskan diri

dimana umat Islam mulai berusaha melepaskan diri

dari olonialisme

dari olonialisme

 Muncul gerakan-gerakan pemabaruan dalam islm, Muncul gerakan-gerakan pemabaruan dalam islm,

seperti gerakan Wahabiyah di Saudi Arabia

seperti gerakan Wahabiyah di Saudi Arabia

 Muncul tokoh-tokoh pembaharu seperti Jamaluddin al-Muncul tokoh-tokoh pembaharu seperti Jamaluddin

al-Afghani di Mesir, Muhammad bin Sanusi di Libia.

Afghani di Mesir, Muhammad bin Sanusi di Libia.  Ulama mulai mempelajari karya ulama sebelumnya Ulama mulai mempelajari karya ulama sebelumnya

untuk dipilih mana yang paling valid dan

untuk dipilih mana yang paling valid dan

membandingkannya dengan hukum positif.

(8)

Sumber Hukum dalam Islam

Sumber Hukum dalam Islam

(Pengertian Sumber dan dalil)

(Pengertian Sumber dan dalil)

Sumber atau

Sumber atau

masadir

masadir

adalah wadah yang

adalah wadah yang

darinya digali norma-norma hukum.

darinya digali norma-norma hukum.

Dalil adalah petunjuk yang membawa kita

Dalil adalah petunjuk yang membawa kita

menemukan hukum tertentu.

menemukan hukum tertentu.

Sumber hukum dapat diklasifikasikan dengan:

Sumber hukum dapat diklasifikasikan dengan:

Dalil munsyi’Dalil munsyi’: atau dalil pokok yang keberadaannya : atau dalil pokok yang keberadaannya

tidak memerlukan dalil lain. Termasuk dalam kategori

tidak memerlukan dalil lain. Termasuk dalam kategori

ini adalah

ini adalah Al-Qur’an dan Hadis.Al-Qur’an dan Hadis.

Dalil muzhir: yaitu dalil yang menyingkap, diakui Dalil muzhir: yaitu dalil yang menyingkap, diakui

keberadaannya karena ada isyarat dari dalil munsyi’

keberadaannya karena ada isyarat dari dalil munsyi’

tentang penggunaannya. Termasuk dalam kelompok

tentang penggunaannya. Termasuk dalam kelompok

ini adalah metode-metode ijtihad seperti:

ini adalah metode-metode ijtihad seperti: ijmak, qiyas, ijmak, qiyas, istihsan, istislah, istishab

(9)

Al-Qur’an sebagai sumber

Al-Qur’an sebagai sumber

hukum

hukum

DefinisiDefinisi: al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan : al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan

kepada Muhammad dalam bahasa Arab yang berisi

kepada Muhammad dalam bahasa Arab yang berisi khitab

khitab Allah dan berfungsi sebagai pedoman bagi umat Allah dan berfungsi sebagai pedoman bagi umat Islam.

Islam.

FungsiFungsi: sebagai petunjuk bagi umat manusia, yang : sebagai petunjuk bagi umat manusia, yang

berupa:

berupa:

 doktrin atau pengetahuan tentang struktur kenyataan dan posisi doktrin atau pengetahuan tentang struktur kenyataan dan posisi manusia di dalamnya, seperti: petunjuk moral dan hukum yang

manusia di dalamnya, seperti: petunjuk moral dan hukum yang

menjadi dasar syari’at, metafisika tentang Tuhan dan kosmologi

menjadi dasar syari’at, metafisika tentang Tuhan dan kosmologi

alam, dan penjelasan tentang sejarah dan eksistensi manusia.

alam, dan penjelasan tentang sejarah dan eksistensi manusia.

 ringkasan sejarah manusia baik para raja, orang-orang suci, nabi, ringkasan sejarah manusia baik para raja, orang-orang suci, nabi, kaum dsb.

kaum dsb.

 mukjizat, yaitu kekuatan yang berbeda dengan apa yang dipelajari.mukjizat, yaitu kekuatan yang berbeda dengan apa yang dipelajari.

KandunganKandungan: (1) I’tiqadiyah (2) Khuluqiyah (3) Ahkam : (1) I’tiqadiyah (2) Khuluqiyah (3) Ahkam

‘amaliyah.

(10)

Penjelasan al-Qur’an

Penjelasan al-Qur’an

:

:

Ijmali (global)Ijmali (global): yaitu penjelasan yang masih : yaitu penjelasan yang masih

memerlukan penjelasan lebih lanjut dalam

memerlukan penjelasan lebih lanjut dalam

pelaksanaannya. Contoh: masalah shalat, zakat dan

pelaksanaannya. Contoh: masalah shalat, zakat dan

kaifiyahnya.

kaifiyahnya.

Tafshili (rinci)Tafshili (rinci): yaitu keterangannya jelas dan : yaitu keterangannya jelas dan

sempurna, seperti masalah akidah, hukum waris dan

sempurna, seperti masalah akidah, hukum waris dan

sebagainya.

sebagainya.

Kategori Ayat Hukum dan Ayat Non-hukum:

Kategori Ayat Hukum dan Ayat Non-hukum:

berdasarkan kandungan ayat, jika mengandung

berdasarkan kandungan ayat, jika mengandung

ketetapan hukum maka disebut dengan ayat

ketetapan hukum maka disebut dengan ayat

hukum dan dapat menjadi dalil fiqh.

(11)

Dalalah atau petunjuk al-Qur’an

Dalalah atau petunjuk al-Qur’an

dibagi

dibagi

dua:

dua:

Qat’y (definitive text)

Qat’y (definitive text)

: lafal yang mengandung

: lafal yang mengandung

pengertian tunggal dan tidak bisa dipahami

pengertian tunggal dan tidak bisa dipahami

dengan makna lainnya. Lafal ini tidak

dengan makna lainnya. Lafal ini tidak

membutuhkan ijtihad dan takwil.

membutuhkan ijtihad dan takwil.

Zanny (speculative text):

Zanny (speculative text):

lafal yang

lafal yang

mengandung pengertian lebih dari satu dan

mengandung pengertian lebih dari satu dan

memungkinkan untuk ditakwil, dan dapat

memungkinkan untuk ditakwil, dan dapat

menerima ijtihad.

(12)

Hadis sebagai sumber Hukum

Hadis sebagai sumber Hukum

:

:

DefinisiDefinisi: Hadis adalah penuturan sahabat tentang : Hadis adalah penuturan sahabat tentang

Rasulullah baik mengenai perkataan, perbuatan, dan

Rasulullah baik mengenai perkataan, perbuatan, dan

taqrirnya.

taqrirnya.

Keshahihan HadisKeshahihan Hadis: Hadis yang dapat digunakan : Hadis yang dapat digunakan

sebagai sumber adalah hadis yang sahih dan hasan.

sebagai sumber adalah hadis yang sahih dan hasan.

Hadis dha’if tidak dapat dipakai sebagai sumber hukum.

Hadis dha’if tidak dapat dipakai sebagai sumber hukum.

Sebagian ulama membolehkan menggunakan hadis

Sebagian ulama membolehkan menggunakan hadis

dha’if sebagai dalil dengan syarat:

dha’if sebagai dalil dengan syarat:

 Kedha’ifanya tidak terlalu lemahKedha’ifanya tidak terlalu lemah  Memiliki beberapa jalur sanad Memiliki beberapa jalur sanad

 Tidak mengatur masalah yang pokok, hanya sampai hukum Tidak mengatur masalah yang pokok, hanya sampai hukum

sunnah atau makruh. sunnah atau makruh.

 Penentuan kesahihan hadis dibuat oleh ulama sehingga Penentuan kesahihan hadis dibuat oleh ulama sehingga

terjadi perbedaan pendapat.

(13)

Fungsi Hadis terhadap al-Qur’anFungsi Hadis terhadap al-Qur’an: (1) Bayan tafsir (2) : (1) Bayan tafsir (2)

Bayan ta’kid, dan (3) Bayan tasyri’.

Bayan ta’kid, dan (3) Bayan tasyri’.

 Ulama cenderung menganggap al-Qur’an sebagai satu Ulama cenderung menganggap al-Qur’an sebagai satu

kesatuan dan hadis sebagai satu kesatuan. Ayat mana

kesatuan dan hadis sebagai satu kesatuan. Ayat mana

saja boleh ditafsir dengan hadis mana saja tanpa

saja boleh ditafsir dengan hadis mana saja tanpa

memperhatikan unsure waktu dan keterkaitan antara

memperhatikan unsure waktu dan keterkaitan antara

keduanya. Disamping itu terdapat ulama yang

keduanya. Disamping itu terdapat ulama yang

memandang kedudukan hadis lebih rendah dari

memandang kedudukan hadis lebih rendah dari

al-Qur’an.

Qur’an.

Hadis AhkamHadis Ahkam, yaitu hadis-hadis yang disusun dengan , yaitu hadis-hadis yang disusun dengan

menggunakan sistematika fiqh. Contohnya:

menggunakan sistematika fiqh. Contohnya:  - - Subulus SalamSubulus Salam karangan as-Shan’ani karangan as-Shan’ani

 - - Naylul AutharNaylul Authar karangan as-Syaukani karangan as-Syaukani

 - - Lu’lu’ wal marjanLu’lu’ wal marjan karangan Fuad Abdul Baqi karangan Fuad Abdul Baqi

(14)

Ijtihad dan Mujtahid

Ijtihad dan Mujtahid

IjtihadIjtihad adalah pengerahan segenap kemampuan untuk adalah pengerahan segenap kemampuan untuk

menemukan hukum syara’ melalui dalil-dalil yang rinci

menemukan hukum syara’ melalui dalil-dalil yang rinci

dengan metode tertentu.

dengan metode tertentu.

Fungsi ijtihadFungsi ijtihad adalah: mengistimbathkan (mencari, adalah: mengistimbathkan (mencari,

menggali, dan menemukan) hukum syara’.

menggali, dan menemukan) hukum syara’.

Dasar Hukum IjtihadDasar Hukum Ijtihad: 1. Al-Qur’an (an-Nisa: 59) 2. Hadis : 1. Al-Qur’an (an-Nisa: 59) 2. Hadis

Muadz bin Jabal 3. Logika (jumlah ayat dan hadis

Muadz bin Jabal 3. Logika (jumlah ayat dan hadis

terbatas sedang masaah-masalah baru muncul)

terbatas sedang masaah-masalah baru muncul)

Kedudukan ijtihadKedudukan ijtihad: sebagai sumber hukum yang ketiga: sebagai sumber hukum yang ketiga  Ruang lingkup ijtihadRuang lingkup ijtihad: :

(15)

Macam-Macam Ijtihad:

Macam-Macam Ijtihad:

Dari segi pelaku: a.

Dari segi pelaku: a.

Ijtihad fardi

Ijtihad fardi

b.

b.

Ijtihad jamai

Ijtihad jamai

Dari segi pelaksanaan:

Dari segi pelaksanaan:

Ijtihad Intiqai:Ijtihad Intiqai: yaitu ijtihad untuk memilih salah satu yaitu ijtihad untuk memilih salah satu

pendapat terkuat diantara beberapa pendapat yang

pendapat terkuat diantara beberapa pendapat yang

ada. Bentuknya adalah studi komparatif dengan

ada. Bentuknya adalah studi komparatif dengan

meneliti dalil-dalil yang dijadikan sebagai rujukan.

meneliti dalil-dalil yang dijadikan sebagai rujukan.

Disebut juga ijtihad selektif.

Disebut juga ijtihad selektif.

Ijtihad Insyai:Ijtihad Insyai: yaitu mengambi konklusi hukum baru yaitu mengambi konklusi hukum baru

terhadap suatu permasalahan yang belum ada

terhadap suatu permasalahan yang belum ada

ketetapan hukumnya. Disebut juga ijtihad kreatif.

(16)

Mujtahid

Mujtahid

 Syarat Mujtahid:Syarat Mujtahid:

UmumUmum: Islam, balligh dan berakal: Islam, balligh dan berakal

Pokok:Pokok: mengetahui al-Qur’an, sunnah, maqasid syar’iyah dan qawaid mengetahui al-Qur’an, sunnah, maqasid syar’iyah dan qawaid

al-fiqhiyah

al-fiqhiyah

PentingPenting: menguasai bahasa Arab, ushul fiqh dan logika, mengetahui : menguasai bahasa Arab, ushul fiqh dan logika, mengetahui

khilafiyah dan masalah-masalah yang sudah diijmakkan.

khilafiyah dan masalah-masalah yang sudah diijmakkan.

 Tingkatan Ijtihad: Tingkatan Ijtihad:

Mujtahid MutlakMujtahid Mutlak: yaitu mujtahid yang mampu mengistimbathkan hukum : yaitu mujtahid yang mampu mengistimbathkan hukum

dengan menggunakan metode yang disusun sendiri. Contohnya adalah

dengan menggunakan metode yang disusun sendiri. Contohnya adalah

para Imam mazhab.

para Imam mazhab.

Mujtahd MuntasibMujtahd Muntasib: mengistimbatkan hukum dengan mengikuti metode : mengistimbatkan hukum dengan mengikuti metode

imamnya tetapi tidak bertaklid. Contoh Abu Yusuf (muridnya Hanafi),

imamnya tetapi tidak bertaklid. Contoh Abu Yusuf (muridnya Hanafi),

Al-Muzani (Syafi’i), Ibnu Abdil Hakam (Maliki), dan Abu Hamid (Hanbali).

Muzani (Syafi’i), Ibnu Abdil Hakam (Maliki), dan Abu Hamid (Hanbali).

Mujtahid MazhabMujtahid Mazhab: yaitu mujtahid yang mengikuti imamnya baik dalam : yaitu mujtahid yang mengikuti imamnya baik dalam

usul maupun furu’.

usul maupun furu’.

Mujtahid MurajjihMujtahid Murajjih: yaitu mujtahid yang membandingkan beberapa : yaitu mujtahid yang membandingkan beberapa

(17)

Ijmak dan Qiyas sebagai Metode

Ijmak dan Qiyas sebagai Metode

Ijtihad

Ijtihad

Pengertian IjmakPengertian Ijmak::

Imam GhazaliImam Ghazali: Kesepakatan umat Muhamad terhadap suatu : Kesepakatan umat Muhamad terhadap suatu

masalah masalah

JumhurJumhur: Kesepakatan mujtahid pada suatu masa terhadap suatu : Kesepakatan mujtahid pada suatu masa terhadap suatu

hukum syara’ setelah wafatnya Rasulullah. hukum syara’ setelah wafatnya Rasulullah.

Secara Historis Secara Historis ::

 Ijmak merupakan suatu proses alamiah bagi penyelesaian Ijmak merupakan suatu proses alamiah bagi penyelesaian

persoalan melalui pembentukan pendapat mayoritas ummat persoalan melalui pembentukan pendapat mayoritas ummat

secara bertahap. secara bertahap.

 Ijmak bermula dari pendapat pribadi dan berpuncak pada Ijmak bermula dari pendapat pribadi dan berpuncak pada

peneriamaan universal oleh ummat dalam jangka panjang. peneriamaan universal oleh ummat dalam jangka panjang.

 Ijmak adalah aktifitas informal murni dari para ulama dalam Ijmak adalah aktifitas informal murni dari para ulama dalam

kedudukan pribadi mereka tanpa ada organisasi yang pasti dan kedudukan pribadi mereka tanpa ada organisasi yang pasti dan

prosedur yang spesifik. prosedur yang spesifik.

(18)

Fungsi Ijmak

Fungsi Ijmak

:

:

 Mengeliminir kesalahan-kesalahan dalam berijtihadMengeliminir kesalahan-kesalahan dalam berijtihad  Menyatukan pendapat-pendapat yang berbedaMenyatukan pendapat-pendapat yang berbeda

 Menjamin penafsiran yang tepat atas Qur’an dan Menjamin penafsiran yang tepat atas Qur’an dan

keotentikan hadis

keotentikan hadis

Rukun Ijmak

Rukun Ijmak

:

:

 Mujtahid: seluruh mujtahid hadir dan seluruh yang Mujtahid: seluruh mujtahid hadir dan seluruh yang

hadir menyetujui

hadir menyetujui

 Kesepakatan: dilakukan secara tegas dan bulatKesepakatan: dilakukan secara tegas dan bulat

Macam Ijmak

Macam Ijmak

:

:

sharih

sharih

(kesepakatannya tegas)

(kesepakatannya tegas)

dan

(19)

pendapat Ulama tentang Ijmak

pendapat Ulama tentang Ijmak

:

:

 Syafi’I, Hambali, Zahiri: Ijmak hanya terjadi pada Syafi’I, Hambali, Zahiri: Ijmak hanya terjadi pada

masa sahabat

masa sahabat

 Malik: praktek orang Madinah dianggap IjmakMalik: praktek orang Madinah dianggap Ijmak  Syiah: Ijmak adalah kesepakatan para anggota Syiah: Ijmak adalah kesepakatan para anggota

keluarga Rasul

keluarga Rasul

 Abduh: Ijmak adalah mufakat orang yang berwenang Abduh: Ijmak adalah mufakat orang yang berwenang

(ulul amri), dan dapat dibatalkan oleh generasi

(ulul amri), dan dapat dibatalkan oleh generasi

berikutnya. Tidak ada ketentuan teknis tentang ijmak

berikutnya. Tidak ada ketentuan teknis tentang ijmak

dalam al-Qur’an.

dalam al-Qur’an.

 Iqbal: Bentuk ijmak yang mungkin adalah pengalihan Iqbal: Bentuk ijmak yang mungkin adalah pengalihan

kekuasaan ijtihad kepada lembaga legislative.

(20)

Qiyas (Analogical Reasoning)

Qiyas (Analogical Reasoning)

:

:

 Definisi: Qiyas adalah menganalogikan suatu masalah yang belum Definisi: Qiyas adalah menganalogikan suatu masalah yang belum

ada ketetapan hukumnya (nash/dalil) dengan masalah yang sudah ada ketetapan hukumnya (nash/dalil) dengan masalah yang sudah

ada ketetapan hukumnya karena adanya persamaan illat. ada ketetapan hukumnya karena adanya persamaan illat.

 Historis:Historis:

 Ijmak merupakan sistematisasi ra’y (pendapat pribadi)Ijmak merupakan sistematisasi ra’y (pendapat pribadi)

 Bentuknya tidak kaku dan formal, tanpa batasan yang spesifikBentuknya tidak kaku dan formal, tanpa batasan yang spesifik

 Sikap ulama: menerima (jumhur), dan menolak (Zahiri).Sikap ulama: menerima (jumhur), dan menolak (Zahiri).  Rukun dan Syarat QiyasRukun dan Syarat Qiyas::

Ashl (Maqis alaih)Ashl (Maqis alaih): masalah yang sudah ada hukumnya, baik dari al-: masalah yang sudah ada hukumnya, baik dari

al-Qur’an maupun hadis.

Qur’an maupun hadis.

Furu’ (maqis)Furu’ (maqis): masalah yang sedang dicari hukumnya. : masalah yang sedang dicari hukumnya. Hukum AshlHukum Ashl: hukum yang sudah ditetapkan oleh nash: hukum yang sudah ditetapkan oleh nash

IllatIllat: sifat yang terdapat dalam ashl, dengan syarat: sifatnya nyata dan : sifat yang terdapat dalam ashl, dengan syarat: sifatnya nyata dan

dapat dicapai dengan indera, konkrit tidak berubah, dan sesuai dengan

dapat dicapai dengan indera, konkrit tidak berubah, dan sesuai dengan

tujuan yang hendak dicapai.

(21)

Pembagian QiyasPembagian Qiyas::

 Qiyas Aulawi: jika hukum pada furu’ lebih kuat daripada ahl Qiyas Aulawi: jika hukum pada furu’ lebih kuat daripada ahl

(seperti mengqiyaskan memukul dengan kata “ah”). (seperti mengqiyaskan memukul dengan kata “ah”).

 Qiyas Musawi: Jika hukum pada furu’ sama kuatnya dengan Qiyas Musawi: Jika hukum pada furu’ sama kuatnya dengan

hukum pada ashl (seperti memakan harta anak yatim dengan hukum pada ashl (seperti memakan harta anak yatim dengan

membakarnya). membakarnya).

 Qiyas Adna: yaitu hukum pada furu’ lebih lemah daripada ashl Qiyas Adna: yaitu hukum pada furu’ lebih lemah daripada ashl

(seperti mengqiyaskan apel dengan gandum). (seperti mengqiyaskan apel dengan gandum).

Kejelasan IllatKejelasan Illat::

 Qiyas Jaly: Qiyas yang illatnya ditetapkan oleh nash bersamaan Qiyas Jaly: Qiyas yang illatnya ditetapkan oleh nash bersamaan

dengan hukum ashl (seperti memukul orang tua) dengan hukum ashl (seperti memukul orang tua)

(22)

Hukum Syara’

Hukum Syara’

Pengertian

Pengertian

Hukum syara’ adalah: khitab Allah yang

Hukum syara’ adalah: khitab Allah yang

berkaitan dengan perbuatan mukallaf baik

berkaitan dengan perbuatan mukallaf baik

berupa tuntutan (

berupa tuntutan (

iqtidha’

iqtidha’

), pilihan (

), pilihan (

takhyir

takhyir

), atau

), atau

penetapan (

penetapan (

wadha’an

wadha’an

).

).

Pembagian

Pembagian

Hukum Syara’ terbagi menjadi dua, yaitu

Hukum Syara’ terbagi menjadi dua, yaitu

hukum

hukum

taklifi

taklifi

dan

dan

hukum wadh’i

hukum wadh’i

.

.

Hukum Taklifi yaitu: tuntutan Allah yang

Hukum Taklifi yaitu: tuntutan Allah yang

berkaitan dengan perintah untuk berbuat atau

berkaitan dengan perintah untuk berbuat atau

untuk tidak berbuat atau memilih diantara

untuk tidak berbuat atau memilih diantara

keduanya.

(23)

Menurut jumhur ulama Hukum

Menurut jumhur ulama Hukum

taklifi terbagi menjadi lima:

taklifi terbagi menjadi lima:

1.

1. IjabIjab: tuntutan secara pasti untuk dilaksanakan, tidak boleh ditinggalkan, : tuntutan secara pasti untuk dilaksanakan, tidak boleh ditinggalkan,

dan ada hukuman bagi yang melanggarnya. Akibat perbuatannya

dan ada hukuman bagi yang melanggarnya. Akibat perbuatannya

adalah

adalah wujubwujub, perbuatan yang dituntut namanya , perbuatan yang dituntut namanya wajibwajib. Contoh: . Contoh: kewajiban shalat.

kewajiban shalat.

2.

2. NadbNadb: tuntutan untuk melaksanakan perbuatan tapi tidak secara pasti. : tuntutan untuk melaksanakan perbuatan tapi tidak secara pasti.

Perbuatan yang dituntut namanya

Perbuatan yang dituntut namanya mandubmandub, akibat perbuatannya , akibat perbuatannya disebut

disebut nadbnadb. Contoh anjuran mencatat transaksi.. Contoh anjuran mencatat transaksi.

3.

3. IbahahIbahah: khitab Allah yang mengandung pilihan antara berbuat atau : khitab Allah yang mengandung pilihan antara berbuat atau

tidak berbuat. Akibat dari tuntutannya disebut

tidak berbuat. Akibat dari tuntutannya disebut ibahahibahah, perbuatannya , perbuatannya namanya

namanya mubahmubah. Contoh mencari rizki setelah shalat jum’at.. Contoh mencari rizki setelah shalat jum’at.

4.

4. KarahahKarahah: tuntutan untuk meninggalkan tapi redaksinya tidak pasti. : tuntutan untuk meninggalkan tapi redaksinya tidak pasti.

Akibat perbuatannya namanya

Akibat perbuatannya namanya karahahkarahah, perbuatannya disebut , perbuatannya disebut

makruh

makruh. Contoh: menanyakan sesuatu yang menyulitkan.. Contoh: menanyakan sesuatu yang menyulitkan.

5.

5. TahrimTahrim: tuntutan secara pasti untuk tidak melaksanakan perbuatan. : tuntutan secara pasti untuk tidak melaksanakan perbuatan.

Akibat dari tuntutan disebut

Akibat dari tuntutan disebut hurmahhurmah, perbuatannya dinamakan , perbuatannya dinamakan haramharam. . Contoh: larangan membunuh

(24)

Menurut Hanafiyah, hukum taklifi

Menurut Hanafiyah, hukum taklifi

dibagi menjadi tujuh:

dibagi menjadi tujuh:

1.

1. IftiradhIftiradh: tuntutan pasti untuk dilaksanakan berdasarkan dalil : tuntutan pasti untuk dilaksanakan berdasarkan dalil

qat’y. Contoh: kewajiban shalat (fardu) qat’y. Contoh: kewajiban shalat (fardu)

2.

2. IjabIjab: tuntutan pasti untuk dilaksanakan berdasarkan dalil zanny. : tuntutan pasti untuk dilaksanakan berdasarkan dalil zanny.

Contoh: membaca fatihah dalam shalat. Contoh: membaca fatihah dalam shalat.

3.

3. NadbNadb: sama dengan jumhur: sama dengan jumhur

4.

4. IbahahIbahah: sama dengan jumhur.: sama dengan jumhur.

5.

5. Karahah TanzihiyahKarahah Tanzihiyah: tuntutan untuk meninggalkan tetapi tidak : tuntutan untuk meninggalkan tetapi tidak

pasti (sama dengan karahah versi jumhur). pasti (sama dengan karahah versi jumhur).

6.

6. Karahah TahrimiyahKarahah Tahrimiyah: tuntutan pasti untuk meninggalkan : tuntutan pasti untuk meninggalkan

berdasarkan dalil zanny. Contoh: jual beli waktu shalat jum’at. berdasarkan dalil zanny. Contoh: jual beli waktu shalat jum’at.

7.

7. TahrimTahrim: tuntutan pasti untuk meninggalkan berdasarkan dalil : tuntutan pasti untuk meninggalkan berdasarkan dalil

(25)

Hukum Wadh’i

Hukum Wadh’i

: hukum tentang

: hukum tentang

pengkondisian sesuatu.

pengkondisian sesuatu.

 Hukum wadh’I dibagi menjadi 7 kategori:Hukum wadh’I dibagi menjadi 7 kategori:

1.

1. SababSabab: sifat nyata yang dijelaskan oleh nash bahwa keberadaannya : sifat nyata yang dijelaskan oleh nash bahwa keberadaannya

menjadi hukum syara’. Keberadaan sabab menjadi pertanda ada atau menjadi hukum syara’. Keberadaan sabab menjadi pertanda ada atau tidaknya hukum. Contoh: tergelincirnya matahari menjadi sebab

tidaknya hukum. Contoh: tergelincirnya matahari menjadi sebab masuknya waktu zuhur.

masuknya waktu zuhur.

2.

2. SyaratSyarat: sesuatu yang berada di luar hukum syara’ tetapi keberadaan : sesuatu yang berada di luar hukum syara’ tetapi keberadaan

hukum syara’ tergantung padanya. Syarat tidak ada maka hukum pun hukum syara’ tergantung padanya. Syarat tidak ada maka hukum pun tidak ada, tetapi adanya syarat tidak mengharuskan adanya hukum. tidak ada, tetapi adanya syarat tidak mengharuskan adanya hukum. Contoh: wudhu adalah syarat sahnya salat.

Contoh: wudhu adalah syarat sahnya salat.

3.

3. Mani’Mani’: sifat nyata yang keberadaannya menyebabkan tidak adanya : sifat nyata yang keberadaannya menyebabkan tidak adanya

hukum. Contoh: haidl menjadi mani’ bagi shalat. hukum. Contoh: haidl menjadi mani’ bagi shalat.

4.

4. ShihahShihah: suatu hukum yang sesuai dengan tuntutan syara’ (sabab, : suatu hukum yang sesuai dengan tuntutan syara’ (sabab,

syarat, dan tidak ada mani’). syarat, dan tidak ada mani’).

5.

5. BathilBathil: terlepasnya hukum syara’ dari ketentuan yang ditetapkan. : terlepasnya hukum syara’ dari ketentuan yang ditetapkan.

6.

6. AzimahAzimah: hukum yang ditetapkan Allah kepada seluruh hambaNya sejak : hukum yang ditetapkan Allah kepada seluruh hambaNya sejak

semula semula

7.

7. RukhsahRukhsah: hukum yang ditetapkan berbeda dengan dalil karena adanya : hukum yang ditetapkan berbeda dengan dalil karena adanya

(26)

Perbedaan antara hukum taklify

Perbedaan antara hukum taklify

dan hukum wad’y

dan hukum wad’y

:

:

Hukum taklify berisi tuntutan untuk

Hukum taklify berisi tuntutan untuk

melaksanakan/meninggalkan dan memilih.

melaksanakan/meninggalkan dan memilih.

Hukum wad’y mengandung keterkaitan

Hukum wad’y mengandung keterkaitan

antara dua persoalan.

antara dua persoalan.

Hukum taklify merupakan tuntutan

Hukum taklify merupakan tuntutan

langsung kepada mukallaf , hukum wad’y

langsung kepada mukallaf , hukum wad’y

merupakan wahana untuk dapat

merupakan wahana untuk dapat

(27)

Mazhab dalam Fiqh

Mazhab dalam Fiqh

Pengertian

Pengertian::

 Mazhab adalah kelompok atau faham dalam fiqh yang Mazhab adalah kelompok atau faham dalam fiqh yang

berhubungan dengan penafsiran dan pelaksanaan

berhubungan dengan penafsiran dan pelaksanaan

hukum Islam.

hukum Islam.

 Bermazhab berarti mengikuti hasil pemikiran seseorang Bermazhab berarti mengikuti hasil pemikiran seseorang

atau sekelompok orang dalam hubungannya dengan

atau sekelompok orang dalam hubungannya dengan

pelaksanaan hukum Islam.

pelaksanaan hukum Islam.

 Mazhab bermula dari pendapat individu (seorang ulama) Mazhab bermula dari pendapat individu (seorang ulama)

yang kemudian diikuti oleh banyak orang dan

yang kemudian diikuti oleh banyak orang dan

berakumulasi menjadi keyakinan kelompok.

(28)

Bermazhab ada dua:

Bermazhab ada dua:

Bermazhab fil aqwal: yaitu mengikuti segala

Bermazhab fil aqwal: yaitu mengikuti segala

pendapat dari seorang ulama. Kategori ini

pendapat dari seorang ulama. Kategori ini

sama dengan taqlid.

sama dengan taqlid.

Bermazhab fil manhaj: yaitu mengikuti

Bermazhab fil manhaj: yaitu mengikuti

seorang ulama dalam hal metode ijtihadnya,

seorang ulama dalam hal metode ijtihadnya,

bukan sekedar mengikuti pendapat saja.

bukan sekedar mengikuti pendapat saja.

Kategori ini sama artinya dengan ittiba’.

(29)

Sejarah Mazhab

Sejarah Mazhab

:

:

 Pada masa sahabat telah terbentuk pusat-pusat Pada masa sahabat telah terbentuk pusat-pusat

intelektual, seperti: Hijaz, Iraq, dan Syria. Disetiap kota

intelektual, seperti: Hijaz, Iraq, dan Syria. Disetiap kota

tersebut terdapat sahabat yang menjadi pemuka dan

tersebut terdapat sahabat yang menjadi pemuka dan

diikuti pendapatnya.

diikuti pendapatnya.

 Di Hijaz terdapat Umar, Aisyah, Ibn Umar, dan Ibnu Di Hijaz terdapat Umar, Aisyah, Ibn Umar, dan Ibnu

Abbas. Di Iraq terdapat: Ali bin Abi Thalib dan Abdullah

Abbas. Di Iraq terdapat: Ali bin Abi Thalib dan Abdullah

bin Mas’ud. Di Syria terdapat Umar bin Abdul Aziz.

bin Mas’ud. Di Syria terdapat Umar bin Abdul Aziz.

 Pendapat para sahabat tersebut kemudian diikuti oleh Pendapat para sahabat tersebut kemudian diikuti oleh

para tabi’in di kota-kota tersebut, sehingga muncullah

para tabi’in di kota-kota tersebut, sehingga muncullah

cirri-ciri khusus di setiap kota. Hal ini melahirkan

cirri-ciri khusus di setiap kota. Hal ini melahirkan

munculnya Madrasah Ahl hadis dan Madrasah Ahl Ra’y.

(30)

Perkembangan Mazhab:

Perkembangan Mazhab:

 Mazhab yang pertama muncul (abad ke 2 H) adalah Mazhab yang pertama muncul (abad ke 2 H) adalah

mazhab local, yaitu:

mazhab local, yaitu:

 Mazhab Hijazi, yang meliputi kota Mekkah dan Medinah.Mazhab Hijazi, yang meliputi kota Mekkah dan Medinah.  Mazhab Iraqi, yang meliputi kota Kufah dan Basrah.Mazhab Iraqi, yang meliputi kota Kufah dan Basrah.

 Mazhab Syam, yaitu terdapat di Syria.Mazhab Syam, yaitu terdapat di Syria.

 Mazhab local ini memiliki cirri:Mazhab local ini memiliki cirri:

 Unsur local sangat mempengaruhi dalam setiap fatwa yang Unsur local sangat mempengaruhi dalam setiap fatwa yang

muncul muncul

 Munculnya kebebasan pendapat dalam fiqh.Munculnya kebebasan pendapat dalam fiqh.

 Sunnah diartikan dengan adapt istiadat masyarakat, sedangkan Sunnah diartikan dengan adapt istiadat masyarakat, sedangkan

(31)

 Mazhab yang kedua (muncul pada abad ke 3 H) adalah Mazhab yang kedua (muncul pada abad ke 3 H) adalah

mazhab individu. Mazhab ini mendasarkan ajarannya

mazhab individu. Mazhab ini mendasarkan ajarannya

pada pendapat perorangan. Mazhab tersebut adalah:

pada pendapat perorangan. Mazhab tersebut adalah:

 Mazhab Hanafi (w. 150H/767M) berkembang di Turki dan Mazhab Hanafi (w. 150H/767M) berkembang di Turki dan

Pakistan. Pakistan.

 Mazhab Maliki (w. 179H/795M) berkembang di Afrika UtaraMazhab Maliki (w. 179H/795M) berkembang di Afrika Utara  Mazhab Syafi’I (w. 204H/819M) berkembang di Asia TenggaraMazhab Syafi’I (w. 204H/819M) berkembang di Asia Tenggara  Mazhab Hambali (w. 241H/855M) berkembang di Saudi Arabia.Mazhab Hambali (w. 241H/855M) berkembang di Saudi Arabia.

 Dasar pelaksanaan mazhab ini adalah ketaatan kepada Dasar pelaksanaan mazhab ini adalah ketaatan kepada

imam.

(32)

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal kesiswaaan, sebagai sekolah yang baru SMPN 6 Labakkang Labschool UNM dituntut untuk memperhatikan beberapa aspek dari manajemen kesiswaan, mulai dari

Pinjaman Pegawai 99 Flowchart 12 Prosedur Pengeluaran Uang Kelebiahan Lelang 102 Flowchart 13 Prosedur Pengeluaran Lain-Lain 105 Flowchart 14 Prosedur Pengeluaran

During flood events, river water is dominated by conduit flow, which causes decreasing values of calcium and bicarbonate while the CO 2 content increases.. In this

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP RETURN ON ASSETS (ROA) PADA BANK.. PEMBANGUNAN

Setelah selesai melakukan penyidikan, PPNS Keimigrasian menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum dan tahapan pelaksanaan dalam rangka memperoleh keterangan

Dalam sajak Leiden 8/10/78 (Pagi) Mengenang patung Zadkine di Rotterdam, betapa ia telah menuangkan sesuatu pada kita yang menggelitik "yang terlempar ke sawang/adalah

Adapun posisi penelitian ini adalah mengimplementsikan penelitian sebelumnya dalam rangka proses peningkatan kompetensi pedagogik guru Pendidikan Agama Islam Sekolah Dasar di

Dengan mengggunakan penelitian kualitatif terhadap pembelajaran menulis teks negosiasi untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru melalui