• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PADAT TEBAR YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN BIAWAN (Helostoma temmincki)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH PADAT TEBAR YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN BIAWAN (Helostoma temmincki)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PADAT TEBAR YANG BERBEDA TERHADAP

PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN BIAWAN

(Helostoma temmincki)

THE EFFECT OF DIFFERENT REARING DENSITY ON GROWTH AND SURVIVAL OF

FISH FRY BIAWAN (

Helostoma temmincki

)

Eka Indah Raharjo

1

, Rachimi

2

, Ahmad Riduan

3

1. Staff Pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Muhammadiyah Pontianak

2. Staff Pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Muhammadiyah Pontianak

3. Alumni Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Muhammadiyah Pontianak

eka.raharjo@ymail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan padat penebaran benih ikan biawansehingga dapat menghasilkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan biawan yang baik.Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) menurut Hanafiah (2012), yang terdiri dari 4 perlakuan dan 3 ulangan. Susunan perlakuan adalah Perlakuan A pada tebar benih biawan 2 ekor/l, Perlakuan B pada tebar benih biawan 4 ekor/l, Perlakuan C pada tebar benih biawan 6 ekor/l dan Perlakuan D pada tebar benih biawan 8 ekor/l. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan A Pertumbuhan berat harian yang terbaik terdapat pada perlakuan A yaitu 2 ekor/liter yang rata-rata berat harianya (3,25±0.03 g) danPertumbuhan panjang (1,33±0.15 cm).Sedangkan nilai Konversi pakan terbaik (3.1 ±0.1) dan kelangsungan hidup pada perlakuan A meberikan hasil terbaik adalah 84.17 %.

Kata Kunci: padat tebar, benih biawan, pertumbuhan, kelangsungan hidup

ABSTRACT

This research aims to determine the fish seed biawan promised solid so that it can generate growth and survival of fish seed biawan. Research using Rancangan Acak Lengkap (RAL) according to Hanafiah (2012), which consists of 4 treatments and 3 replicates. The composition of treatment is Treatment A on seeding biawan 2 tail/l, Treatment B in seeding biawan 4 tails/l, Treatment C at seeding biawan 6 tail/l and Treatment D on seeding biawan 8 tail/l. Result showed treatment A daily weight growth is best, there is on A treatment that is 2 tail/liter average daily weight (3.25 ± 0.03 g) and growth in length (1.33 ± 0.15 cm). While the value of the best feed conversion (3.1 ± 0.1) and survival in the treatment of A gave the best result was 84.17%.

Keywords : stocking density, biawan seed, growth, survival rate

PENDAHULUAN

Ikan Biawan disebut juga dengan nama lain yaitu ikan tambak (Helostoma temminckii) di beberapa daerah dikenal sebagai ikan Terbakan (Jawa Barat), Tambakan (Jawa Tengah), Tambakalang (Jambi), ikan Sapil (Sumsel), dan Biawan (Kalimantan) merupakan ikan sungai atau rawa yang cocok dipelihara di kolam

yang sirkulasi airnya kurang lancar atau miskin Oksigen.termasuk kedalam golongan black fish

(Prianto, 2006).

(2)

penangkaran - penangkaran, karena ikan ini masih banyak terdapat di perairan alami seperti sungai, waduk maupun rawa-rawa. Jika ikan ini dibudidayakan maka akan menambah komoditas ikan air tawar kemudian peluang pasar semakin tinggi. Ikan Tambakan biasanya menyukai tempat yang hangat, yang berada pada ketinggian antara 150-750 m dari permukaan air laut. Suhu air optimum yang memberikan hasil yang baik bagi pemeliharaan ikan ini antara 27-300C, hal yang sangat penting yang harus

diperhatikan dalam proses budidaya padat penebaran yaitu,menjaga suhu air, oksigen dan pakan agar ikan tersebut tetap sehat dan cepat pertumbuhannya. Apa bila terjadi padat penebaran yang berlebihan akan mengakibatkan kurangnya ruang gerak dan persaingan pakan, sehingga mengakibatkan ikan tersebut akan lambat pertumbuhan dan mengakibatkan ikan akan mati.

Usaha budidaya ikan biawan merupakan budidaya yang masih sedikit dilakukan dan belum banyak diterapkan oleh masyarakat. Padahal usaha ini sangat memberikan keuntungan mengingat harga ikan biawan yang cukup tinggi. Budidaya ikan dalam waring dan kolam sering mengalami pertumbuhan yang lambat, yang disebabkan terjadinya persaingan dalam menguasai ruang gerak dan konsumsi pakan. Untuk tumbuh dengan baik, ikan harus menempati luas habitat yang sesuai dengan padat penebaran suatu populasi padat penebaran biawan yang optimal yang di pelihara dalam waring ataupun kolam, sampai saat ini belum ada standar yang dapat digunakan sebagai pegangan untuk itu, dalam penelitian ini penulis mencoba mencari padat penebaran yang optimal untuk ikan biawan.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui padat penebaran sehingga dapat menghasilkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan biawan yang baik.

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Basah Perikanan Universitas Muhammadiyah Pontianak Provinsi Kalimantan Barat. Penelitian ini di laksanakan 55 hari. Meliputi 10 hari persiapan dan 45 hari masa pengamatan penelitian.

Wadah penelitian

Wadah yang di

pergunakan

selama penelitian 12 aquarium ukuran 60 x 30 x 40 untuk penelitian akuarium diisi air sebanyak 20 liter dan 2 bak penampung air. Setiap wadah di lengkapi aerasi untuk mempertahankan oksigen terlarut.

Ikan uji

Ikan uji yang akan di gunakan dalam penelitian

yang sudah diadaptasikan. Benih tersebut Didapatkan dari Balai Budidaya Ikan Sentaral (BBIS) Anjongan Kabupaten Mempawah.

Alat yang di gunakan

Alat yang di gunakan dalam penelitian ini adalah thermometer, aerator, DO meter , kertas lakmus, selang, alat-alat untuk sampling (timbangan digital, mili meter block, serok, ember, dll).

Pelaksanaan Penelitian

Masa penelitian mulai dilaksanakan setelah semua persiapan alat dan bahan. Wadah yang di pergunakan selama penelitian 12 aquarium ukuran 60 x 30 x 40 untuk penelitian akuarium diisi air sebanyak 20 liter dan 2 bak penampung air. Setiap wadah di lengkapi aerasi untuk mempertahankan oksigen terlarut. Ikan uji yang akan di gunakan dalam penelitian ini adalah benih ikan biawan ukuran 3-5 cm dengan berat rata 14 gram. Kemudian ditebarkan diakurium sesuai masing-masing perlakuan,selama penelitian ikan uji diberi makan menggunakan pakan komersil (buatan) kandungan protein 40%.Pemberian pakan ikan uji sebanyak 5 % dari bobot biomassa. Frekuensi pemberian pakan ikan uji sebanyak 2 kali sehari yakni pagi hari pukul 08.00 dan pada sore hari pukul 16.00. (Sidi dan Huwoyon, 2009).

Selama penelitian dilakukan pengontrolan wadah pemeliharaan dan aerasi setiap hari, serta dilakukan pergantian air 2 hari 1 kali dengan cara melakukan penyimponan membuang kotoran dan sisa-sisa pakan yang terdapat di dasar wadah pemeliharaan, air yang di ganti sebanyak 20-30% dari jumlah air keseluruhan. Menurut (Effendi, et al2007). Pada saat melakukan pengamatan digunakan sampling sebanyak 3ekor ikan perlakuan untuk mengetahui pertumbuhan ikan, sampling ini dilakukan setiap dua minggu sekali.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 3 ulangan. Adapun perlakuan yang diterapkan adalah sebagai berikut :

a. Perlakuan A : 2 ekor/liter (40) b. Perlakuan B : 4 ekor/liter (80) c. Perlakuan C : 6 ekor/liter (120) d. Perlakuan D : 8 ekor/liter (160)

Menurut Karlyssa (2013), dengan menggunakan ikan nila gesit pada perlakuan yang terbaik padat penebaran adalah 2 ekor/liter.

Variabel Pengamatan

Laju Pertumbuhan Berat Harian

(3)

(1991), laju pertumbuhan harian dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut :

α = [ - 1] x 100% (1)

Keterangan:α= Laju pertumbuhan harian, t= Waktu (Hari), Wt= Berat akhir interval (g), Wo = Berat awal interval (g)

Laju Pertumbuhan Panjang Mutlak

Untuk laju pertambahan panjang harian benih ikan gurami, digunakan rumus De Silva dan Anderson (1995) yaitu :

Lm =Lt–Lo (2)

Keterangan: Lm = Laju pertambahan panjang mutlak, Lt = panjang akhir, Lo = panjang awal

Konversi Pakan

Konversi pakan merupakan perbandingan pakan yang diberikan terhadap bobot yang dihasilkan selama penelitian. Tingkat konversi pakan dihitung dengan menggunakan rumus Suhenda, (2009) yaitu:

FCR=

( ) – (3)

Keterangan : FCR= Nilai konversi pakan (%), F= Jumlah pakan yang di berikan selama penelitian (%), Wt= Berat akhir (g), Wo= Berat awal (g), D= Berat ikanyang mati selama pemeliharaan (g)

Tingkat kelangsungan hidup (SR)

Kelangsungan hidup larva dapat dihitung dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Effendie

(1997). Adapun cara untuk menentukan hasil dari tingkat kelangsungan hidup ikan, yang harus diketahui jumlah ikan awal penebaran dalam penelitian dan jumlah ikan yang masih hidup pada akhir penelitian kemudian dapat dimasukan dalam rumus persentase (SR).

SR = 100% (4)

Keterangan: SR= Kelangsungan hidup ikan, Nt= Jumlah ikan hidup pada akhir percobaan (ekor), No= Jumlah ikan pada awal percobaan (ekor)

Parameter kualitas air

Parameter kualitas air yang ingin diketahui adalah suhu air, pH, DO dan Amoniak yang akan dilakukan pengukuran pada awal dan akhir penelitian.

Analisa Data

Untuk mengetahui pengaruhterhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan biawan dilakukan uji nilai tengah (Uji F).Sebelum dilakukan uji nilai tengah terlebih dahulu diuji normalitas Lilliefors (Hanafiah, 2012).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Laju Pertumbuhan Berat Harian

Hasil penelitian menunjukan bahwa laju pertumbuhan berat harian benih ikan biawan paling tinggi pada perlakuan A dengan rata-rata (3,25 %), kemudian diikuti perlakuan B dengan rata-rata (3,13 %), perlakuan C (2,73 %), dan terendah pada perlakuan D dengan rata-rata (2,82 %)., adapun masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Gambar 1

.

Gambar 1. Laju pertumbuhan berat harian (%) benih ikan biawanselama penelitian

(4)

Berdasarkan Uji normalitas Liliefors pertumbuhan berat harian benih ikan biawan dapat dilihat nilai L hitung maksimum 0,15941, pada L tabel 5% 0,242 dan L tabel 1% 0,257% maka data tersebut berdistribusi normal. Pada hasil Uji Homogenitas Ragam Barlet didapat χ² hitung (3,864) pada χ² tabel

5% sebesar (14,07) dan χ² tabel 1% sebesar (18,48)

berarti χ² hitung < χ² tabel, maka data dapat dikatakan homogen sehingga data dapat dilanjutkan dianalisis varian.

Hasil Analisis keragaman (Anova)pertumbuhan berat harianbenih ikan biawan (lampiran 5) diketahui bahwa F hitung sebesar 21,13> F tabel 5% (4,07) dan tabel 1 % (7,59) ini menunjukan bahwa perlakuan berbeda sangat nyata atau Hi diterima atau Ho ditolak.

Adapun uji lanjut yang digunakan adalah Uji Lanjut BNJ karena berbeda sangat nyata dan Koefisien Keragaman ( KK ) yang dihasilkan 2,77 %. Pada Uji Lanjut BNJ diketahui bahwa perlakuan berbeda sangat nyata (P>5% dan P>1%) antara perlakuan A dengan perlakuan B berbeda tidak nyata sedangkan C danD berbeda sangat nyata. perlakuan Bdengan C dan D berbeda sangat nyata selanjutnya perlakuan C dengan perlakuan D berbeda tidak nyata.

Berdasarkan hasil pertumbuhan berat benih ikan biawan selama penelitian pada gambar 5 diketahui bahwa pada perlakuan A (2 ekor/liter) memberikan pertumbuhan berat (g) yang berbeda sangat nyata dengan perlakuan C dan D (6-8 ekor/liter). Kondisi ini menunjukan apabila padat penebaran meningkat makan pertumbuhan berat akan mengalami penurunan. Hal ini disebabkan dengan adanya kondisi wadah yang semakin padat yang ikan stres dan nafsu makan berkurang sehingga pertumbuhannya menjadi lambat.

Selain itu, akumulasi sisa pakan dan feses ikan dapat juga mempengaruhi kualitas air dalam wadah. Kualitas air yang jelek menyebabkan ikan berkurang

nafsu makannya. Fujaya (2004) menyatakan bahwa pertumbuhan dipengaruhi beberapa factor yaitu genetic, hormone dan lingkungan jadi apabila lingkungan, dalam hal ini kualitas yang jelek dan kondisi kepadatan yang tinggi, maka ikan yang dipelihara akan mengalami pertumbuhan yang lambat dengan kondisi lingkungan yang kurang optimal untuk pertumbuhan. Pertumbuhan pada setiap perlakuan padat penebaran yang berbeda sangat bervariasi, perbedaan pertumbuhan tersebut disebabkan oleh adanya kompetisi antar individu dalam ruang gerak yang terbatas.

Menurut Widiastuti (2009), bahwa apabila jumlah ikan melebihi batas kemampuan suatu wadah, maka ikan akan kehilangan berat tubuh. Selain itu persaingan dalam hal makanan sangat penting karena kompetisi untuk memperoleh makanan lebih tinggi pada padat penebaran yang lebih tinggi dibandingkan denga padat penebaran yang lebih rendah. Oleh karena itu, pada padat penebaran yang lebih rendah relatif seragam dan ukurannya lebih besar.

Menurut Effendie, (1997), Jika terlalu banyak individu dalam suatu perairan maka akan terjadi kompetisi terhadap pakan dan keberhasilan memperoleh pakan tersebut akan menentukan pertumbuhan ikan yang akan menghasilkan ukuran yang bervariasi.

Pertumbuhan Panjang Mutlak

Hasil penelitian menunjukan bahwa laju pertumbuhan panjang mutlak benih ikan biawan paling tinggi pada perlakuan A dengan rata-rata (1,33 cm), kemudian diikuti perlakuan B dengan rata-rata (1,17 cm), perlakuan C (1,10 cm), dan terendah pada perlakuan D dengan rata-rata (0,97 cm). Adapun masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Pertumbuhan panjang mutlak (cm) benih ikan biawan selama penelitian

Berdasarkan Uji normalitas Liliefors pertumbuhan panjang mutlak benih ikan biawan dapat

(5)

homogen sehingga data dapat dilanjutkan dianalisis varian.

Hasil Analisis keragaman (nanova)pertumbuhan panjang mutlakbenih ikan biawan, diketahui bahwa F hitung sebesar 5,58< F tabel 5% (4,07) dan> tabel 1 % (7,59) ini menunjukan bahwa perlakuan berbeda sangat nyata atau Hi diterima atau Ho ditolak. Adapun uji lanjut yang digunakan adalah Uji Lanjut BNT karena berbeda sangat nyata dan Koefisien Keragaman ( KK ) yang dihasilkan 9,81 %. Pada Uji Lanjut BNT diketahui bahwa perlakuan berbeda sangat nyata (P>5% dan P>1%) antara perlakuan A dengan perlakuan B berbeda sangat nyata sedangkan C danD berbeda nyata. perlakuan Bdengan C dan D berbeda tidak nyata selanjutnya perlakuan C dengan perlakuan D berbeda tidak nyata.

Berdasarkan hasil pertumbuhan panjang mutlak benih ikan biawan selama penelitian ini diketahui bahwa pada perlakuan A (2 ekor/liter) memberikan pertumbuhan berat (g) yang berbeda sangat nyata dengan perlakuan C dan D (6-8 ekor/liter). Kondisi ini menunjukan bahwa semakin tinggi padat tebar ikan maka laju pertumbuhan berat dan panjang semakin menurun. Penurunan pertumbuhan panjang mutlak serta laju pertumbuhan bobot harian terjadi diduga karena ruang gerak ikan yang semakin sempit dengan meningkatnya padat penebaran sehingga mempengaruhi kompetisi pakan dan kondisi fisiologis ikan. Kompetisi pakan mengakibatkan peluang ikan memperoleh makanan secara merata menjadi lebih kecil. Peningkatan padat tebar juga akan memberikan peningkatan stres pada ikan sehingga akan mengganggu kondisi fisiologis ikan. Akibat lanjut dari

proses tersebut adalah penurunan nafsu makan ikan yang berdampak pada penurunan pemanfaatan makanan dan pertumbuhan.

Wedemeyer (1996) menyatakan bahwa peningkatan padat penebaran akan mengganggu proses fisiologi dan tingkah laku ikan terhadap ruang gerak yang pada akhirnya dapat menurunkan kondisi kesehatan dan fisiologis ikan. Hasil penelitaian Bugri (2006) padat penebaran terbaik 6 dan 10 ekor/l pada ikan gurame, Darmawangsa, (2008) dengan padat tebar 10 ekor/liter memberikan pertumbuhan panjang mutlak sebesar 2.89 cm pada ikan gurame, dan Halim (2015) padat tebar ikan jelawat 3 ekor/liter memberikan hasil laju pertumbuhan terbaik.

Menurut Islami et al., (2013) menyatakan bahwa kompetisi kepadatan yang lebih rendah akan memberikan pertumbuhan yang lebih baik karena kompetisi pakan yang lebih rendah memberi peluang untuk memperoleh energi lebih banyak yang akan dimanfaatkan untuk pertumbuhan. Dapat disimpulkan bahwapadat penebaran dengan 2 ekor/liter memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan berat yang terdapat pada perlakuan A.

Konversi Pakan

Konversi pakn adalah perbandingan jumlah pakan yang diberikan dengan bobot yang dihasilkan, semakin tinggi nilai konversi pakan yang didapat maka pakan yang diberikan semakin kurang baik dan sebaliknya jika nilai konversi pakan rendah maka nilai konversi pakan tersebut tinggi. Adapun rata-rata konversi pakan benih ikan biawan pada Gambar 3.

Gambar 3 . Grafik Konversi Pakan Benih Ikan Biawan Selama Penelitian

Pada gambar 3 rata-rata konversi pakan benih ikan biawan pada perlakuan A (1.4± 0.04). Perlakuan B (1.8± 0.15) sedangkan perlakuan C dan D (2.9± 0.25) dan 3.1± 0.26).

(6)

84.17±3.8 homogenitas Ragam Bartlet didapatkan nilai x2hitung

5.35lebih kecil dari x2tabel 5% (14,07)dan x2tabel 1%

(18,48) maka data tersebut berdistribusi homogen kemudian dilanjutkan dengan analisis variansi.

Hasil analisis variansi (Anava) konversi pakan didapatkan F hitung sebesar 51.24lebih besar dari F tabel 5% (4,07) dan F tabel 1% (7,59). Yang berarti antara perlakuan yang menunjkan bahwa hasil uji anava berbeda sangat nyata.

Adapun uji lanjut yang digunakan adalah Uji Lanjut Bedan Nyata Jujur (BNJ) karena berbeda sangat nyata dan Koefisien Keragaman ( KK ) yang dihasilkan 8.70%. Pada Uji Lanjut BNJ diketahui bahwa perlakuan berbeda sangat nyata (P>5% dan P>1 antara perlakuan A dengan B berbeda nyata, perlakuan A dengan C dan Dberbeda sangat nyata. Perlakuan B dengan C dan D Berbeda sangat nyata. Perlakuan C dengan D berbeda tidak nyata.

Berdasarkan hasil konversi pakan benih ikan biawan selama penelitian ini diketahui bahwa pada perlakuan A (2 ekor/liter)memberikan konversi pakan yang berbeda sangat nyata dengan perlakuan B dan C dan D (4, 6 dan 8 ekor/liter). Pada penelitian ini pakan yang diberikan berupa pelet komersil yang diberikan sebanyak 3% dari bobot tubuh ikan dengan frekuensi pemberian 2 kali/hari. Selama penelitian menunjukan bahwa konversi pakan meningkat seiring dengan meningkatnya padat tebar.

Menurut Ihsanudin et al, (2014), Semakin rendah nilai rasio pakan, maka kualitas pakan yang

diberikan semakin baik, hal tersebut diperkuat dengan pernyataan Menurut DKPD, (2010), Nilai Food Convertion Ratio (FCR) cukup baik, berkisar 0.8-1.6. Artinya, 1 kilogram Nila konsumsi dihasilkan dari 0.8-1.6 kg pakan.

Menurut Susanti (2004), menyatakan bahwa Nilai konversi pakan yang rendah berarti kualitas pakan yang diberikan baik. Sedangkan bila nilai konversi pakan tinggi berarti kualitas pakan yang diberikan kurang baik. Diperkuat Keputusan Menteri Perikanan dan Kelautan (2009), nilai FCR ikan nila larasati ukuran 3-12 cm memiliki standar FCR 1,2-1,38. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan pada penebaran dengan 2 ekor/liter memberikan pengaruh nyata terhadap konversi pakan benih ikan biawan yang terdapat pada perlakuan A.

Kelangsungan Hidup

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata perlakuan yang didapatkan selama penelitian pada perlakuan A (84,17±3,82 %) diikuti perlakuan B (80,56±2,55), perlakuan C (77,08±1,91) dan perlakuan D (67,50±3,00). Kelangsungan hidup benih ikan biawan selama penelitian perlakuan yang tertinggi terdapat pada perlakuan A dengan nilai 84,17 % dan perlakuan yang terendah ada pada perlakuan D dengan nilai 67,50 %. Adapun rata-rata tingkat kelangsungan hidup ada pada Gambar 4.

Gambar 4. Kelangsungan hidup benih ikan biawan selama Penelitian

Berdasarkan hasil uji normalitas Lilliefors konversi pakan didapatkan nilai L hitung maks 0.15979 lebih kecil dari L tabel 5% (0,242 dan L tabel 1% (0,275), maka data tersebut dapat dikatakan berdistribusinormal kemudian dilanjutkan dengan uji homogenitas Ragam Bartlet didapatkan nilai x2hitung

2,88 lebih kecil dari x2tabel 5% (14,07)dan x2tabel

1% (18,48) maka data tersebut berdistribusi homogen kemudian dilanjutkan dengan analisis variansi (Anava).

tabel 5% (4,07) dan F tabel 1% (7,59). Yang berarti antara perlakuan yang menunjkan bahwa hasil uji anava berbeda sangat nyata.

(7)

nyata selanjutnya perlakuan C dengan perlakuan D berbeda tidak nyata.

Berdasarkan hasil Kelangsungan hidup benih ikan biawan selama penelitian ini diketahui bahwa pada perlakuan A (2 ekor/liter) memberikan tingkat kelangsungan hidup (g) yang berbeda sangat nyata dengan perlakuan C dan D. hal ini dikarenakan pada perlakuan C dan D dengan kepadatan tinggi membuat ruang gerak ikan tersebut semakin sempit sehingga memberikan tekanan pada ikan. Dampak dari stres mengakibatkan daya tubuh ikan menurun bahkan terjadi kematian.

Berdasarkan hasil pengamatan, terjadi kematian pada setiap perlakuan. Hal ini disebabkan karena ruang gerak yang semakin sempit dan persaingan pakan yang semakin besar dengan meningkatnya padat penebaran sehingga ikan mengalami stres. Dampak dari stres ini antara lain daya tahan tubuh ikan menurun yang pada akhirnya dapat menyebabkan kematian. Selain itu, peningkatan padat tebar juga diikuti dengan peningkatan biomassa ikan yang selanjutnya akan menyebabkan terjadinya penurunan kualitas air dengan meningkatnya padat penebaran ikan. Peningkatan biomassa berdampak pada peningkatan konsumsi oksigen ikan dan berakibat konsentrasi oksigen terlarut pada media pemeliharaan mengalami penurunan dan selanjutnya akan mempengaruhi kelangsungan hidup benih ikan biawan.

Selain itu kondisi lingkungan juga mempengaruhi kelangsungan hidup ikan, dikarenakan ikan termasuk hewan berdarah dingin (poikilothermal) yaitu suhu tubuh dipengaruhi oleh suhu lingkungan

habitatnya sehingga metabolism maupun kekebalan tubuhnya juga sangat tergantung dari suhu lingkungannya (Karlyssa, 2013). Setiawan, (2009) menyatakan bahwapeningkatan kepadatan akan berakibat terganggunya proses fisiologis dan tingkah laku ikan terhadap ruang gerak yang pada akhirnya dapat menurunkan kondisi kesehatan dan fisiologis ikan akibatnya pemanfaatan makanan, pertumbuhan, dan kelangsungan hidup mengalami penurunan. Stress akan meningkat cepat ketika batas daya tahan ikan telah tercapai atau terlewati. Dampak stress ini mengakibatkan daya tahan tubuh ikan menurun dan selanjutnya terjadikematian.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan pada penebaran dengan 2 ekor/liter memberikan pengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup benih ikan biaawan yang terdapat pada perlakuan A.

Kualitas Air

Kualitas air adalah variabel yang sangat penting dalam memelihara ikan, karena dapat mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan. Kualitas air merupakan faktor penting dan pembatas bagi mahluk hidup yang hidup dalam perairan baik faktor kimia, biologi dan fisika. Kualitas yang buruk dapat menghambat pertumbuhan ikan bahkan menimbulkan kematian. Faktor yang perlu diperhatikan dan sangat penting bagi pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan adalah derajat keasaman (pH), suhu dan oksigen terlarut (DO). Hasil pengamatan kualitas air selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Parameter Kualitas Air Selama Penelitian.

Perlakuan Parameter

Hasil pengukuran pH selama penelitian didapat pH terendah dan tertinggi berkisar antara 6.0-6.5 hingga 7.0-7,5. pH tersebut sangat .baik untuk kelangsungan benih ikan biawan, menurut Effendi (2003) menyatakan bahwa air yang baik untuk budidaya ikan adalah kisaran netral dengan pH 7,0-8,0. Hal ini sama dengan pendapat yang dikemukakan oleh Boyd, (1998) yang menerangkan bahwa air yang baik untuk budidaya ikan adalah netral dan sedikit alkalis dengan pH 7,0-8,0. Sedangkan menurut Cholik et al. (2005) mengatan bahwa bila pH air didalam kolam sekitar 6,5-9,0 adalah kondisi yang baik untuk produksi ikan.

Suhu

Berdasarkan hasil pengukuran suhu air media pemeliharaan benih ikan biawan selama penelitian diperoleh suhu 27-28°C. Suhu ini sangat sesuai untuk kelangsungan hidup benih ikan biawan, menurut Effendie, (1997), menyatakan suhu optimum untuk selera makan ikan adalah 25-27ºC sedangkan untuk kelangsungan hidup ikan berkisar antara 25-31°C.

(8)

akan semakin cepat perairan tersebut mengalami kejenuhan akan oksigen.

Oksigen Terlarut

Berdasarkan hasil pengukuran, kandungan oksigen terlarut pada perlakuan A cukup baik bagi ikan yaitu berkisar antara 6,0-7,0 mg/l. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Boyd, (1998) menyatakan pada umumnya ikan hidup normal pada konsentrasi 4,0mg/l, jika persediaan oksigen dibawah 20% dari kebutuhan normal, ikan akan lemah dan menyebabkan kematian. Sedangkan Oksigen terlarut pada perlakuan B, C dan D terjadi penurunan oksigen telarut hal ini dikarenakan semakin padat jumlah ikan pada media akuarium sehingga menyebabkan terjadinya persaingan oksigen. Wedemeyer (1996) menyatakan bahwa peningkatan padat penebaran akan mengganggu proses fisiologi dan tingkah laku ikan terhadap ruang gerak yang pada akhirnya dapat menurunkan kondisi kesehatan dan fisiologis ikan.

Oksigen terlarut merupakan salah satu faktor pembatas dalam budidaya ikan, namun beberapa jenis ikan masih bisa bertahan hidup dalam perairan dengan konsentrasi dibawah maupun diatas normal. Namun konsentrasi minimum yang masih bisa diterima oleh sebagian spesies untuk hidup yaitu 5 ppm. Menurut Lingga (1999) menyatakan bahwa oksigen terlarut sangat penting bagi kehidupan ikan dan hewan lainnya untuk bernapas dan proses metabolisme. Selanjutnya menurut Effendie et al (2007) menyakan bahwa konsentrasi oksigen diperairan dipengaruhi oleh difusi dari udara, aliran-aliran air masuk, hujan, proses asimilasi tumbuhana hijau dan adanya oksidasi kimiawi didalam perairan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian pengaruh padat tebar yang berbeda terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan biawan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

Pertumbuhan berat harian pada perlakuan A yaitu 2 ekor/liter yang rata-rata berat harianya (3,25%), Pertumbuhan panjang mutlak yang terbaik terdapat pada perlakuan A yaitu 2 ekor/liter yang selisihnya (1,33±0.15 cm), Konversi pakan pada perlakuan A yaitu 2 ekor/liter dengan nilai (1.4) dan Kelangsungan hidup benih ikan biawan menghasilkan persentase yang baik, berdasarkan hasil penelitian kelangsungan hidup benih ikan biawan yang tinggi terdapat pada perlakuan A yaitu dengan padat penebaran 2 ekor/liter sebesar 84,17%.

Saran

Dalam penelitian ini bahwa padat penebaran

biawan dengan 2 ekor/liter memberikan hasil yang terbaik dan perlu diteliti lebih lanjut dengan padat penebaran dengan suhu yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Boyd, C. E. 1998. Water Quality in Ponds for Aquaculture. Alabama, USA : Agricultural Experiment Station,Auburn University. Chalik, F., A.G. Jagatraya,Poernomo dan A. Jauzi.

2005. Akuakultur: Tumpuan Harapan Masa Depan Bangsa. Penerbit Masyarakat Perikanan Nusantara dengan Taman Akuarium Air Tawar, TMII. Jakarta.

Darmawangsa, G.M. 2008. Pengaruh Padat Penebaran 10, 15 Dan 20 Ekor/L Terhadap Kelangsungan Hidup Dan Pertumbuhan Benih Ikan Gurami (Osphronemus goramy lac) Ukuran 2 cm. [skripsi]. Program Studi Teknologi dan Manajemen Akuakultur. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah (DKPD), 2010.

Petunjuk Teknis Pembenihan dan Pembesaran IkanNila. Dinas Kelautan dan Perikanan. Sulawesi Tengah. 2 hlm

Effendie, I. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Kansius. Yogyakarta.

Effendi,I. T. D. Ratih dan T. Kadarini. 2007. Pengaruh Padat Penebaran Terhadap Pertumbuhan Dan Kelangsungan Benih Ikan Balashark (Balantiocheilus melanopterusBlkr) Di Dalam Sistem Resilkulasi. Jurnal Akuakultur Indonesia.

Fujaya, 2004. Fisiologi Ikan. Reneke Cipta. Jakarta. Karlyssa, F. J., Irawanmy dan Rusdi L.2013.

Pengaruh Padat Penebaran Terhadap Kelangungan Hidup Dan Pertumbuhan Ikan Gesit (Oreochromis niloticus). Jurnal Manajemen Sumber Daya Perairan Fakultas Pertanian. Universita sumatra Utara. hlm 76-85.

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).2009. Pelepasan Varietas Ikan Nila Larasati sebagai Benih Bermutu. Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jakarta

Prianto, E., Husnah,. S, Nurdawaty dan Asyari2006. Kebiasaan Makan Ikan Biawan (Helostoma teminckii) di Danau Sababila DAS Barito Kalimantan Tengah. Balai Riset Perikanan Perairan Umum Palembang

Setiawan, B. 2009. Pengaruh Padat Penebaran 1, 2, dan 3 Ekor/L Terhadap Kelansungan Hidup Dan Pertumbuhan Benih Ikan Maanvis

(9)

Sidi Asih, dan G.H. Huwoyon. 2009. Domestifikasi Ikan Lokal Kalimantan Barat. Proseding Seminar Hasil Penelitiann Perikanan Air Tawar 2010. Balai Penelitian Perikanan Air Tawar. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perinakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Bogor.

Wedemeyer GA. 1996. Physiology of Fish in Intensive Culture Systems. Northwest Biological Science

Center National Biological Service U. S Departement of the Interior. Chapman ang Hall. hlm 232.

Gambar

Gambar 1. Laju pertumbuhan berat harian (%) benih ikan biawanselama penelitian
Gambar 2. Pertumbuhan panjang mutlak (cm) benih ikan biawan selama penelitian
Gambar 3 . Grafik Konversi Pakan Benih Ikan Biawan Selama Penelitian
Gambar 4.  Kelangsungan hidup benih ikan biawan selama Penelitian
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian terhadap variabel ukuran kantor akuntan publik (KAP) menunjukkan bahwa ukuran KAP tidak berpengaruh signifikan terhadap auditor dalam menerbitan

Penelitian dengan judul “Hubungan tingkat paparan asap rokok dengan frekuensi terjadinya infeksi saluran pernafasan akut pada anak usia 1- 5 tahun” belum pernah dilakukan, namun

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan adanya pengaruh antara tingkat pengungkapan CSR (TCSR) terhadap information asymmetry yang diukur dengan bid-ask

Adalah pelaksana dan penanggung jawab dalam pengerjaan proyek pembangunan di lokasi tersebut dan dalam pemasangan dan penggunaan listriknya hanya berdasar kepada

Menurut Bapak Yusuf Abadi selaku kepala sekolah MTs Muhammadiyah Boarding School (MBS) Klaten penerimaan peserta didik di MTs Muhammadiyah Boarding School

Tarimiat aents unuimiata juarmanumn irutkamunam tura unuimiatainiam “Isabek Wampash, MOSEIBjai takakmaki winiají, tarímiat aentsu matsamtairi, unuimiamunam uchi nua tura

Fokus penelitian yang diambil oleh peneliti adalah guna mengetahui pelaksanaan koperasi yang ada dilembaga militer dengan mengunakan tinjauan atau prespektif dengan

[Data User] [Master User] [Log in Admin] Admin Pelang g an PPIC Produksi Gudang QC 1 Login 2 Input Master + 3 Transaksi Inventori + 4 Penjadwalan + 5 Maintenance User 1 DB_User