• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 712012067 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1 712012067 Full text"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

i

Peran Perempuan Dalam Gerakan Reformasi Gereja Abad ke-16

Oleh:

Elfira Maria Susana Kambali 712012067

TUGAS AKHIR

Diajukan kepada program Studi: Teologi, Fakultas: Teologi

guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar sarjana

Sains Teologi

(S.Si-Teol)

Program Studi Teologi

FAKULTAS TEOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas cinta kasih dan penyertaanNya yang selalu melimpah dalam kehidupan penulis sampai saat. Secara khusus penulis panjatkan karena atas penyertaanNya yang tak pernah berhenti mulai dari awal penulis menjalani masa pendidikan di Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) sampai penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “Peran Perempuan Dalam Gerakan Reformasi Gereja Abad ke-16”.

Tugas Akhir ini ditulis untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains Teologi (S.Si-Teol). Penulis menulis Tugas Akhir ini dengan harapan karya tulis ini dapat diterima dan dapat membantu menambah wawasan bagi semua orang tentang apa saja peran dari kaum perempuan dalam gerakan reformasi gereja abad ke-16. Dalam seluruh rangkaian penulisan ini, penulis menyadari bahwa tulisan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurnah sehingga diperlukan masukan dan saran agar kedepannya tulisan ini dapat terus dikembangkan dengan lebih.

Salatiga, 12 Juni 2017 Penulis

(7)

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ... iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN AKSES ... iv

PERNYATAAN BEBAS ROYALITI DAN PUBLIKASI ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR PUSTAKA ... vii

UCAPAN TERIMA KASIH ... ix

MOTTO ... xi

ABSTRAK ... xii

1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Batasan Masalah ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

1.6 Metode Penelitian ... 5

1.7 Sistematika Penulisan ... 6

2. Menggambarkan Konteks Masyarakat Eropa dan Faktor-faktor Baik dalam Masyarakat maupun dalam Gereja ... 6

2.1 Konteks Sosial Kehidupan Masyarakat ... 6

(8)

viii

3. Peran dari Katherina Von Bora dan Marguerite OF Navarre dalam

Pergerakan Reformasi Gereja Abad ke-16... 16

3.1 Latar Belakang Kehidupan Perempua Abad pertengahan .. 16

3.2 Katherina Von Bora (1499-1550) ... 20

3.3 Marguerite Of Navarre (1492-1549)... 23

3.4 Analisis ... 25

4. Penutup

4.1 Kesimpulan ... 27

4.2 Saran ... 28

Daftar Pustaka ... 30

(9)

ix

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam proses penulisan Tugas Akhir ini penulis banyak mendapatkan bantuan, baik itu dalam bentuk keritik, saran, doa, bimbingan, motivasi, dan semangat dari banyak pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus karena atas penyertaannya dalam kehidupan penulis dari awal penulis menjalani studi di Fakultas Teologi Universitas Satya Wacana sampai dengan penulis dapat menyelesaikan studi dengan baik.

2. Pdt. Dr. Ebenhaizer I. Nuban Timo dan Feriningsih B.P Hagni,M.Th yang menjadi dosen pembimbing penulis selam masa penulisan tulisan akhir. Terimakasih atas waktu, ilmu dan motivasi yang selalu diberikan kepada penulis. Mohon maaf jika selama proses penulisan ada sikap dan perilaku yang kurang berkenan.

3. Dr. David Samiyono, yang adalah dosen wali penulis. Terima kasih atas waktu selama ini, terima kasih atas motivasi-motivasi dan dukungan yang diberikan selama ini sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan studi di Fakultas Teologi Universitas Satya Wacana. 4. Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Teologi. Terima kasih sudah

membagi ilmu, pengalaman serta motivasi kepada penulis selama penulis menjalani proses perkuliahan agar terus maju dan menjadi berkat bagi orang lain. Terimakasih buat Ibu Budi yang selalu sabar, dan setia dalam membantu penulis dan mahasiswa ketika kami mengalami masalah atau suatu hambatan dalam perkuliahan.

(10)

x

maaf jika selama ini saya selalu membuat papa dan mama kesal dan marah dengan sikap dan prilaku yang salah. Terima Kasih banyak papa dan mama. Hasil ini buat kalian.

6. Mama Lenda dan Bapa Johanes Leasa serta adik Elis keluarga di Jaya Pura. Terimakasih atas waktu, dukungan, doa dan motivasi serta perhatian kalian yang selama diberikan kepada saya. Sehingga saya dapat menyelesaikan studi saya dengan baik.

7. Almendy Marchel Leasa yang selalu setia, memberikan semangat serta selalu memberikan motivasi selama masa studi. Terima kasih atas waktu dan kebersamaan yang ada selama ini, mohon maaf apabila selama ini ada hal-hal yang kurang menyenangkan, dan semangat terus dalam kuliah jangan lupa Tugas Akhir . Tuhan Yesus Memberkati.

8. Inggrid, Lian, Osi, Eka, Chip, Putra, dan Jo. Terima kasih sudah menjadi sahabat, saudara, teman selama saya studi di Fakultas Teologi. Terimakasih atas dukungan, motivasi dan waktu kebersamaan kita selama ini.

9. Teman-teman angkatan 2012. Terima kasih atas waktu selama ini karena dengan kalian saya belajar banyak hal, serta saling mendukung satu dengan yang lain. Tetap semangat dan sukses buat kita semua.

(11)

xi

MOTTO

Awasilah Dirimu sendiri dan Awasilah ajaranmu. Bertekunlah dalam

semuanya itu, karena dengan berbuat demikian engkau akan

menyelamatkan dirimu dan semua orang yang mendengar engkuan.

(12)

xii

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan apa saja peran perempuan-perempuan dalam gerakan reformasi gereja abad ke-16, dan mampu mendeskripsikan apa makna dari peran perempuan dalam gerakan reformasi gereja abad ke-16 bagi kaum perempuan gereja masa kini. Penelitian ini ingin menunjukkan apakah perempuan-perempuan dalam gerakan reformasi memiliki peran dalam gerakan reformasi gereja abad ke-16, dan peran apa saja yang dilakukan kaum perempuan dalam gerakan reformasi gereja abad ke-16. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan yang bersifat deskriptif dimana metode ini mampu menceritakan tentang sejarah pergerakan reformasi, tetapi lebih kepada melihat peran perempuan yang selama ini terabaikan yaitu bagaimana peran perempuan dalam gerakan reformasi gereja abad ke-16.

Metode kualitatif ini dimaksudkan untuk mengerti dan memahami secara mendalam tentang apa saja peran dari kaum perempuan dalam gerakan reformasi gereja abad ke-16. Teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu dengan melakukan studi kepustakaan yaitu dengan mengkaji sumber-sumber yang ada dari buku ataupun dari bahan bacaan yang terkait dengan topik. Hasil dari penelitian ini adalah untuk menambah wawasan bagi semua orang tentang pengetahuan sejarah peran perempuan dalam gerakan reformasi gereja abad ke-16. Terlebih tulisan ini sangat berguna bagi kaum perempuan masa kini agar dapat belajar dan termotifasi untuk menjadi perempuan yang mandiri, aktif dan kreatif seperti yang dapat kita contohi dari perempuan-perempuan dalam gerakan reformasi gereja abad ke-16.

(13)

1

I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Tahun depan, tepatnya pada tanggal 31 Oktober 2017 gerakan reformasi yang terjadi di Eropa Barat pada abad ke-16 genap berusia 500 tahun. Peristiwa besar yang terjadi dalam sejarah gereja yakni munculnya gerakan reformasi dari Marthin Luther, Johanes Calvin, Ulrich Zwingli dan lain sebagainya. Pada intinya adalah para reformator ini memprotes teologi dan pratek gereja yang mereka pandang telah jauh menyimpang dari satu-satunya sumber informasi hidup iman umat manusia yaitu kitab suci.1

Istilah “Reformasi” secara langsung memberikan kesan bahwa kekristenan di Eropa Barat sedang diperbaharui. Tetapi istilah “Reformasi” tidak dipergunakan untuk menjelaskan gerakan itu. Ada beberapa orang beranggapan bahwa istilah lain lebih cocok untuk dikenakan dalam fenomena yang terjadi pada abad ke-16. Dan pada awal abad ke-16, tampak jelas bahwa gereja di Eropa Barat sekali lagi berada dalam keadaan yang sangat memerlukan pembaharuan.2

Tata gereja yang resmi benar-benar membutuhkan pembaharuan yang menyeluruh karena sistem pemerintahan dalam gereja telah menjadi sangat tidak efisien dan buruk. Sehingga moral para rohaniawan sering tampak lemah dan menjadi sumber masalah bagi jemaat mereka.3

Di akhir abad pertengahan gereja telah berkembang begitu pesat sehingga menjadi gereja yang merasa diri berhak mengendalikan kehidupan di bumi, misalnya penjualan surat penghapusan dosa itu menunjukkan adanya upaya gereja untuk mengubah ajaran sentral Alkitab tentang kebenaran. Akibatnya banyak orang secara diam-diam merindukan pembaharuan gereja dalam kehidupan masyarakat.4

Kehidupan mereka diwarnai oleh kekerasan, suap, pelanggaran asusila dan kekuasaan politik yang sangat buruk. Keadaan gereja yang menyedihkan pada

1

E.Martasudjita,Pr,Ekaristi: Tinjauan Teologis, Liturgis Pastoral (Yogyakarta: Kanisius,2005),55.

2

Alister E. McGrath, Sejarah Pemikiran Reformasi (Jakarta: BPK Gunung Mulia,2013),2.

3

Alister E. McGrath, Sejarah Pemikiran Reformasi,3. 4

(14)

2

awal abad ke-16 hanyalah sebagian kecil dari suatu masalah yang terjadi dalam kehidupan iman kristen.5

Istilah “Reformasi” dipergunakan dalam banyak arti, karena itu perlu dilihat perbedaan-perbedaannya. Ada empat unsur yang terdapat dalam definisi tentang reformasi yaitu: Lutheranisme, Gerja Reformed yang disebut sebagai “Calvinisme”, Reformasi Radikal yang disebut sebagai “Anababtisme” dan Kontra-Reformasi atau reformasi katolik.6 Dalam artian yang luas, istilah “Reformasi” dipergunakan untuk menunjuk pada keempat gerakan itu. Istilah itu juga dipakai dalam arti terbatas untuk membicarakan “Reformasi Protestan” dan tidak mencakup “Reformasi Katolik”. Istilah “Reformasi Magisterial” secara bertahap dipakai untuk merujuk pada dua arti yaitu “Lutheranisme” dan “Gereja Reformed” sedangkan istilah “Reformasi Radikal” merujuk pada arti yang ketiga yaitu “ Anababtisme”.7

Timbulnya Reformasi tidak hanya berkaitan dengan krisis kepausan pada akhir abad pertengahan, tetapi timbulnya reformasi juga berkaitan dengan krisis rohani yang dialami oleh anggota-anggota gereja. Pada akhir abad pertengahan sebenarnya kehidupan rohani tidak merosot, karena masih banyak orang yang rajin dalam melaksanakan ibadah untuk meningkatkan imannya dengan barbagai cara. Banyak juga yang menyatakan ketaatan mereka dalam bentuk yang lahiriah, seperti penghormatan kepada orang-orang santo, berziarah, dan mengadakan misa.8

Teologi gereja terjebak dalam diskusi-diskusi yang rumit, yang kurang berkaitan dengan iman anggota-anggota gereja. Serta pelayan-pelayan dan pemimpin-pemimpin gereja terlalu sibuk dengan hal-hal organisasi, dan pemerintah gereja yang lamban dianggap menjadi halangan untuk pertumbuhan kehidupan rohani.9

Beberapa pernyataan Luther sendiri tampak melawan pandangan tradisional gereja. Karena itu upaya mereformasi gereja sebenarnya hendak

5

Alister E. McGrath, Sejarah Pemikiran Reformasi,4. 6

Alister E..McGrath, Sejarah Pemikiran Reformasi,6. 7

Aliste E. McGrath, Sejarah Pemikiran Reformasi,7. 8

Christian de Jonge, Gereja Mencari Jawab (Jakarta: BPK Gunung Mulia,2013),23. 9

(15)

3

mengangkat pembaharuan dalam gereja yang tidak saja menyangkut adat, kebiasaan (luaran), tetapi dalam dogma dan struktur gerejawi.10 Sehingga gereja merindukan sebuah struktur yang sederhana sama seperti pada zaman para rasul dengan ajaran yang terpusat pada inti iman kristen seperti terdapat dalam Alkitab dan tulisan-tulisan Bapa-bapa gereja kuno, seperti Agustinus.11

Dalam penulisan sejarah gerakan reformasi selama 500 tahun ini yang selalu dilihat adalah peran dari kepeloporan kaum laki-laki yaitu Marthin Luther, Johanes Calvin dan Ulrich Zwingli yang selalu disebut sebagai seorang pahlawan yang memiliki jiwa keperkasaan dan jiwa pemberani. Semua tulisan ini diceritakan secara terbuka dan sangat berkesan seakan-akan gerakan reformasi gereja itu hanya dilakukan oleh kaum laki-laki saja, padahal yang diketahui bersama bahwa disamping pergerakan reformasi yang dipelopori oleh kaum laki-laki ada banyak nama peran dari kaum perempuan yaitu seperti :

Marguerite Of Navarre (1492-1549), Marie Dentire (1495-1561), Argula Von Bora (1492-1554) dan Olympia Morata (1526-1555) serta isteri-isteri dari para tokoh reformator yaitu Katherina Von Bora yang adalah isteri dari Marthin Luther dan Idelette de Bure yang adalah isteri dari Johanes Calvin.12 Dari keenam tokoh perempuan ini dapat dilihat bahwa mereka juga mampu untuk melakukan gerakan reformasi dan upaya-upaya reformasi kecil-kecilan atau sebuah gerakan yang bisa mereka lakukan. Karena itu melalui penuturan dalam sejarah gereja reformasi abad ke-16 maka penulis melihat apakah memang perempuan tidak berperan dalam gerakan reformasi? Karena tidak adil jika sejarah gerakan reformasi itu hanya mengangkat atau bercerita tentang kaum laki-laki saja, padahal yang diketahui juga dalam catatan-catatan sejarah reformasi gereja ada banyak yang menyebutkan peran dari kaum perempuan.

Maka dari istilah penyebutan dan cerita sejarah yang ada, dapat dilihat bahwa kaum perempuan juga memiliki peran yang sangat penting dalam sebuah gerakan reformasi tetapi karena cerita-cerita ini didiamkan selama bertahun-tahun

10

Jan S. Aritonang, Reformasi dari Dalam Sejarah Gereja Zaman Moderen (Yogyakarta: Kanisius,2004),46.

11

Christian de Jonge, Gereja Mencari Jawab, 25.

12Zakaria Ngelow,”Beberapa Perempuan Reformator “(Oaseintim,Lembaga

(16)

4

maka setelah 500 tahun, sekarang sebagai seorang mahasiswa yang juga mempelajari tentang pergerakan reformasi dan juga yang hidup dalam tradisi teologi yang memulai menekankan kesetaraan gender maka dalam penulisan ini penulis melihat apakah perempuan-perempuan tidak memiliki peran dalam pergerakan reformasi oleh karena itu maka penulis ingin melakukan penelitian tentang “ Peran Perempuan Dalam Gerakan Reformasi Gereja Abad ke-16”. 1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dijelaskan diatas maka penulis merumuskan masalah dalam hal ini Peran Perempuan Dalam Gerakan Reformasi Gereja abad ke-16 adalah:

 Apa saja peran perempuan pada zaman gerakan reformasi abad ke-16?

 Apa artinya peran perempuan dalam gerakan reformasi abad ke-16 dan makna apa yang akan diperoleh untuk kaum perempuan pada zaman moderen?

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan diatas maka tujuan penulisan ini adalah:

 Mendeskripsikan peran perempuan-perempuan dalam pergerakan refomasi gereja abad ke-16.

 Mendeskripsikan apa makna dari peran perempuan dalam gerakan reformasi gereja abad ke-16 bagi kaum perempuan gereja masa kini.

1.4Batasan Masalah

Untuk membatasi penulisan ini, maka penulis mengambil dua tokoh perempuan dalam gerakan reformasi abad ke-16 yaitu:

(17)

5

dibalik kesuksesan dari Marthin Luther dalam gerakan reformasi gereja abad ke-16.

 Marguerite Of Navarre yang adalah seorang ratu yang memiliki gelar diplomat. Alasan penulis memilih Marguerite Of Navarre yaitu, karena dia adalah salah satu tokoh perempuan reformasi yang melindungi para reformator seperti Johanes Calvin, Gerard Roussel, Lefevre d’Etaples dan Clement Marot. Sehingga sebagai ucapan terimakasih Calvin memberikan sebuah buku tentantang pendidikan agama kristen.

1.5Manfaat Penulisan

Untuk menambah wawasan bagi penulis dan mahasiswa tentang pengetahuan sejarah dalam hal ini peran perempuan dalam gerakan reformasi abad ke-16. Dan Untuk perempuan-perempuan masa kini agar dapat belaja dan dapat termotifasi dari kedua tokoh perempuan dalam gerakan reformasi gereja abad ke-16 yaitu, Katherina Von Bora dan Marguerite Of Navare.

1.6Metode Penelitian

(18)

6

1.7Sistematika Penulisan

Bagian I: Pendahuluan yang didalamnya dijelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.

Bagian II: Menggambarkan konteks masyarakat Eropa dan faktor-faktor baik dalam masyarakat secara politik ataupun dalam gereja.

Bagian III: Peran dari Katherina Von Bora dan Marguerite Of Navarre dalam gerakan reformasi gereja abad ke-16.

Bagian IV: Kesimpulan tentang makna dari peran perempuan gerakan reformasi gereja abad ke-16 dan saran bagi semua baik dalam keluarga, gereja dan masyarakat.

II Menggambarkan Konteks Masyarakat Eropa dan Faktor-faktor Baik dalam

Masyarakat maupun dalam Gereja.

Dalam Gerakan Reformasi abad ke-16 yang terjadi di Eropa, merupakan suatu peristiwa yang tidak lahir begitu saja. Ada berbagai macam dinamika yang terjadi seperti dinamika sosial dan dinamika teologis yang sangat mempengaruhi gerakan reformasi dari Luther, Calvin dan Zwingli. Untuk kebutuhan studi ini maka penulis membagi menjadi dua pokok yaitu:

 Pertama dari konteks sosial dalam kehidupan masyarakat Eropa mulai dari faktor politik,ekonomi,ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi.

 Kedua dari konteks teologi yaitu masalah-masalah teologis atau religious yang terjadi dalam gereja.

2.1Konteks Sosial Kehidupan Masyarakat Eropa

Konteks masyarakat Eropa juga sangat mempengaruhi berlangsungnya gerakan reformasi yang terjadi pada abad ke-16. Karena dapat dilihat bahwa masyarakat Eropa pada abad pertengahan adalah masyarakat yang feodalisme, sehingga sangat berdampak buruk bagi kehidupan masyarakat Eropa.13

13

(19)

7

Tatanan kehidupan masyarakat Eropa dikenal dengan tatanan kelas sosial tertinggi yang senantiasa menjaga eksklusivitas atau membatasi hubungan dengan kelas sosial yang rendah.14

Hal ini juga dapat dilihat bahwa masyarakat Eropa lebih dari lima puluh merupakan “Kota Kerajaan” (Imperial Cities).15

Pada masa itu masyarakat Eropa mengalami kemunduran intelektual, sehingga semua hal sangat dipengaruhi oleh gereja baik dalam kehidupan sosial, politik,ekonomi, serta ilmu pengetahuan.

Juga dapat dilihat bahwa pada abad pertengahan kekuasaan gereja begitu dominan dan sangat menentukan kehidupan masyarakat Eropa, sehingga gereja tidak memberikan kebebasan berpikir yang menyebabkan kemunduran iptek.16 Sisi negatif dari dominasi gereja yakni dari bidang sosial akan muncul golongan penguasa, golongan menengah, dan golongan kelas buruh serta petani. Golongan penguasa akan menjadi penguasa sehingga menimbulkan ketimpangan yang mengancam stabilitas sosial. Maka dari sinilah timbul sebuah gerakan reformasi, yaitu keinginan untuk membebaskan diri dari kepemimpinan Paus terhadap kehidupan beragama di Eropa yang diketahui bahwa gerakan reformasi berawal dari satu lingkungan urban (Zurich) dan mulai menyebar melalui suatu proses perdebatan umum didalam konfederasi kota serta pusat-pusat lainnya seperti Jenewa dan St.Gallen yang berhubungan dengan kota-kota dalam perjanjian yang disebut dengan perjanjian internasional.17 Sehingga dari beberapa faktor dalam kehidupan masyarakat Eropa juga sangat mempengaruhi berlangsungnya gerakan reformasi yang tejadi pada abad ke-16

A. Politik

Istilah “Gereja” dan “Negara” merupakan dua istilah yang menunjuk kepada dua lembaga yang dapat dibedakan dengan jelas. Ketika berbicara tentang hubungan gereja dan negara berarti berbicara satu lembaga yang berurusan dengan lembaga yang lain. Hal ini dilihat bahwa pada abad pertengahan pemahaman ini lain dari sekarang, karena sejak abad ke-4 agama kristen menjadi agama resmi di

14

Fadly Rahman, Rijsttafel:Budaya Kuliner di Indonesia (Jakarta: PT Gramedia,2011),7. 15

Alister E.McGrath,Sejarah Pemikiran Reformasi,18 16

Emha. Sj, “Sejarah Eropa abad pertengahan”

siptatha.blogspot,april,23,2015,http://siptatha.blogspot.co.id/2015/04/sejarah-Eropa-pada-masa-abad-pertengahan.html.

17

(20)

8

kekaisaran romawi dan seluruh masyarakat menjadi kristen sehingga pemerintah banyak memiliki kerja sama yang menimbulkan satu gagasan bahwa negara harus melindungi dan memajukan gereja.18

Pada tahun 1000 terjadi perang salib, antara Israel dan Palestina yang silih berganti dikuasai oleh raja-raja Islam dan membuat masyarakat barat berusaha untuk merebutnya. Perang salib ini menyebabkan terjadiya konflik dengan pedagang islam dari Timur Tengah, sedangkan dampak positifnya yaitu adanaya kontak kebudayaan. Sehingga membuat bangsa Eropa mulai terbuka dan mengakui ketinggian kebudayaan Timur Tengah. Di Asia terjadi kontak perdagangan anatara Barat dan Timur. Yang paling penting adalah perang salib bukan merupakan perang agama, tetapi merupakan perang merebut kekuasaan.19

Dalam hal ini dapat dilihat juga bahwa sistem pemerintahan yang ada di Eropa terbagi atas beberapa negara bagian yang juga hampir berdaulat, dan disetiap negara memiliki kekuasaan yang ingin menguasai urusan agama yang ada di wilayahnya saja misalnya negara-negara bagian yang terdiri atas satu kota misalnya kota Jenewa dan juga negara yang memiliki satu wilaya misalnya Sachsen.20 Sehingga pada zaman yang sama khususnya di Spanyol, Portugal, Belanda, Inggris dan Prancis merupakan negara-negara yang telah menganggap diri mereka menajadi warga negara dari salah satu kota, atau dengan kata lain bahwa kesadaran akan nasionalisme semakin berkembang. Dengan adanya semangat nasionalisme berarti keinginan mereka untuk melepaskan diri dari ikatan kekuasaan spiritual ataupun politik yang dijalankan oleh Romawi Katolik, yaitu dengan tujuan untuk membentuk pemerintahannya sendiri.21Misalnya saja di Inggris hak paus mengangkat pejabat gereja telah dihapuskan, di Prancis hak paus menarik pajak dan mengangkat pejabat juga sudah dihilangkan kemudian hakim sipil diberikan wewenang penuh untuk mengatur persoalan keagamaan di wilayahnya.22

18Christian d’Jonge

, Gereja Mencari Jawab,12. 19Emha.Sj, “

Sejarah Eropa Pada abad pertengahan

20

Tony Lane, Runtut Pijar: Sejarah Pemikiran Kristiani (Jakarta: BPK Gunung Mulia,2008),125.

21

Justo L. Gonzales, The Story Of Christianity volume 2 (San Francisco: Harper and Row,1948), 10.

22

(21)

9

Di Jerman semangat nasionalisme termanifestasi dalam bentuk pemberontakan terhadap paus tentang penjualan surat penghapusan dosa. Maka dari sinilah perlawanan yang demikian kuat dari berbagai wilayah di Eropa terhadap pusat pemerintahan katolik di Roma telah memberikan fondasi yang kokoh untuk lahirnya sebuah gerakan reformasi. Dengan adanya gerakan reformasi berarti adanya perubahan politik yang besar di Eropa dan negara-negara barat, yaitu runtuhnya imperium Kristen di Barat (Westren Christendom) yang telah berkuasa cukup panjang, dan terpecah ke dalam negara-negara yang bercorak nasional tanpa memiliki pusat kekuasaan melalui lembaga kepausan Roma. serta membuka kesadaran politik individu dan demokrasi politik masyarakat di Eropa, dan juga memberikan hak-hak ketuhanan bagi para penguasa negara atau raja.23

B. Ekonomi

Dalam pertumbuhan ekonomi masyarakat Eropa sangat dikenal dengan pertumbuhan ekonomi feodalisme yaitu suatu sistem dalam masyarakat yang terdapat dua kelas sosial yaitu kelas penguasa atau tuan tanah dan kelas pekerja yakni para budak. Dengan tidak adanya kesatuan mata uang dan hukum, maka setiap pedagang sudah tidak dapat lagi berdagang dengan pedagang Roma, sehingga hubungan ekonomi yang dulunya sudah ada menjadi berantakan. Sehingga banyak masyarakat beralih kepada bentuk organisasi yang bertujuan untuk mempertahankan hidup. Namun suatu tantangan lain timbul yaitu keharusan untuk mengecilkan organisasi masyarakat yang ada, dan inilah yang dinamakan penghidupan ekonomi tertututp dimana mampu bertahan selama berabad-abad.24

Krisis yang terjadi di kota-kota sejak akhir abad ke-14 dan abad ke-15 adalah suatu krisis bahan makanan yang berhubungan dengan kerusakan-kerusakan dari apa yang disebut dengan maut hitam atau adanya penyakit sampar, yang menyebabkan adanya krisis agrarian sehingga harga-harga gandum turun secara drastis dalam periode 1450-1520, yang menyebabkan perpindahan penduduk daerah pertanian, dan pekerja-pekeja agraris berimigrasi ke kota-kota dengan harapan dapat

23

Firdaus Syam, Pemikiran Politik Barat: Sejarah Filsafat Ideologi dan Pengaruhnya terhadap dunia ke-3,89.

24Lia Ardaleni,”sistem perekonomian abad pertengahan Romawi,Liaardaleni.blogspot,April,4,2012 accessed

(22)

10

memperoleh makanan dan pekerjaan. Tetapi karena tidak berhasil masuk dalam gilde-gilde perdagangan maupun dewan-dewan kota, maka ketidakpuasanpun muncul dalam masyarakat yang ada pada waktu itu.25Adanya pengaruh lain yakni pengaruh perkembangan kapitalisme perdagangan dan merkantalisme yang demikian pesat tumbuh pada abad ke-14 sampai pada abad ke-16.26

Maka dari sini juga dapat dilihat bahwa dibalik kesusahan yang dialami, mereka dapat bangkit dari keterpurukan sehingga kondisi ekonomi mereka sudah mulai berubah dan secara ekonomi masyarakat Eropa sedang mengalami perkembangan yang sangat besar, karena pada saat itu dilihat bahwa di Eropa terlebih khusus yang ada di Jerman sedang mengalami fase transisi ekonomi. Dimana dapat dilihat bahwa masyarakat sedang berusaha untuk berpindah dari masyarakat froit ke masyarakat yang kapitalis.27

C. Ilmu Pengetahuan

Pada zaman yang sama khususnya masyarakat Eropa telah memiliki pola pikir yang semakin maju, karena dengan adanya berbagai prestasi-prestasi yang gemilang atas pengetahuan baru yang dikumpulkan sehingga mereka memperluas pemikiran orang-orang Eropa dan dapat membangun atas pengetahuan baru yang dikumpulkan tentang dunia ini.28

Adanya perubahan tentang dunia baru, misalnya penemuan benua-benua baru dan adanya perjalanan ke negeri-negeri baru yang menjadi makin mungkin dan sering,serta adanya perkembangan-perkembangan baru dalam bidang kesehatan misalnya proses pengobatan, kemudian dalam dunia penidikan misalnya fisika dan matematik.29

25

Alister E. McGrath, Sejarah Pemikiran Reformasi,20. 26

Firdaus Syam, Pemikiran Politik Barat: Sejarah Filsafat Ideologi dan Pengaruhnya terhadap dunia ke-3,85

27

Elin Liani, Abad Pertengahan sampai munculnya Reformasi Gereja, Elin geuyizz blog, oktober, 5, 2010, http://elingeuyizz.blogspot.co.id/2010/10/reformasi-gereja-1483-1546.

28

Robert R.Boehlke, Sejarah Perkembangan Pikiran Dan Pratek Pendidikan Agama Kristen (Jakarta: BPK Gunung Mulia,2005), 266.

29

(23)

11

Ada seorang tokoh yang bernama Coper Nicus yang mengajarkan bahwa bumi beredar mengelilingi matahari sampailah pada waktu itu ilmu pengetahuan serta gereja mengajarkan bahwa bumilah pusat semesta alam. Sehingga kebudayaan yang ada sudah tidak lagi menjadi milik orang-orang bangsawan tetapi sudah menjadi milik semua orang.30 Dengan adanya ilmu pengetahuan yang semakin berkembang muncullah sebuah gerakan yang bernama “Humanisme” yaitu sebuah gerakan karena adanya ketidakpuasan sejumlah sarjana atas penyelewengan yang nampak dalam gereja anatara lain sudah ada gerakan yang bermaksud mempengaruhi gereja.31

Gerakan “Humanisme” ini muncul pada abad ke-15 di Italia dan sangat disambut baik di tempat-tempat atau di kota-kota yang lain misalnya negara Belanda. Dalam hal ini para kaum humanis memiliki tujuan untuk mempelajari naskah-naskah kuno dalam bahas Yunani dan bahasa Ibrani serta mereka juga ingin menggabungkan kesalehan yang berakar dalam iman kristen umat manusia yaitu kemerdekaan dan kepentingan bagi dirinya sendiri, kehausan memperoleh pengetahuan, dan usaha mencari gaya hidup yang digembleng sesuai dengan keyakinan pribadi bukan yang ditentukan oleh kekuasaan lembaga insani yaitu gereja.Adanya kemampuan membaca naskah kuno khususnya karya tulis Aristoteles dalam bahasa aslinya, bukan lewat terjemahan dalam bahas latin yang dibuat dari terjemahan bahasa Arab. Yang intinya adalah “ kembali pada sumber-sumber atau dengan semboyan ad fonts” yaitu Alkitab bahasa Ibrani dan bahasa Yunani serta karangan Bapa-bapa gereja32

D. Kemajuan Teknologi

Pada zaman yang sama dunia yang dinikmati para pemimpin gereja dan masyarakat tergoncang dengan adanya penemuan dua macam teknologi yang berdampak luar biasa, yaitu penemuan serbuk mesiu yang digunakan pada waktu peperangan yang terjadi di Eropa Barat. Dan penemuan rahasia membuat kertas sampai dengan penemuan mesin cetak yang memakai huruf-huruf lepas. Tetapi waktu itu teknologi membuat kertas telah dipinjam oleh negara Cina yang sudah

30

H.Berkhof and I.H.Enklaar, Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,2009), 119. 31

Robet R. Boehlke, Sejarah Perkembangan Pikiran Dan Pratek Pendidikan Agama Kristen, 268.

32

(24)

12

mengenal teknologi itu beberapa abad sebelumnya. namun masyarakat Cina tidak menyadari tentang cara pemakaian mesin cetak itu. Sehingga dengan adanya penemuan itu maka sangat membantu para reformator dalam hal ini Luther, Calvin dan Zwingli untuk menyebar luaskan tulisan-tulisan mereka ke semua pelosok tempat atau wilayah menggunakan bahasa yang dapat dimengerti oleh masyarakat Eropa, karena sebelumnya setiap buku harus ditulis dengan tangan dan menggunakan bahan tulis yang terbuat dari kulit hewan, batang pohon dan juga daun dari berbagai macam tumbuhan yang ada, sehingga membuat bahan tulis ini dijual dengan harga yang sangat mahal, karena jika dilihat mulai dari menjilid dengan bahan-bahan yang ada juga sangat terbatas. Tetapi dengan adanya penemuan itu maka keadaanpun berubah seketika pada abad ke-12 dan abad ke-13 di Spanyol, Italia, Prancis dan Jerman karena sudah beberapa orang telah memiliki pabrik sendiri misalnya “pengolahan kertas menggunakan kain bekas”.33

Ada seorang tokoh yang bernama Yohanes Gutenberg, ia berhasil membuat mesin cetak yang mempergunakan huruf lepas, memang pada saat itu semua telah menggunakan mesin cetak tetapi masih ada yang menggunakan blok kayu yang dicungkil sampai berbentuk huruf, tentu saja itu membutuhkan waktu yang sangat lama dan juga memerlukan banyak tenaga sehingga itu hanya dapat menghasilkan satu karya saja.Sedangkan mesin yang dibuat oleh Yohanes Gutenberg ini bergantung pada tenaga manusia dan hasil karya cetakannya semakin bertambah dan akibatnya harga jual juga terjangkau dan lebih murah sehingga membuat semua orang dapat membeli dan membaca tanpa harus melihat status dan golongan.34

33

Robet R. Boehlke, Sejarah Perkembangan Pikiran Dan Pratek Pendidikan Agama Kristen,267.

34

(25)

13

2.2 Konteks Teologis

Pada awal abad ke-16 sangat jelas bahwa gereja yang ada di Eropa barat, sekali lagi berada dalam keadaan yang sangat memerlukan pembaharuan, karena pada dekade ke dua abad ke-16 lahirlah sebuah gerakan baru yang disebut dengan perpecahan gereja. Sehingga tampak jelas bahwa tata gereja yang resmi benar-benar sedang membutuhkan pembaharuan karena sistem birokrasi kerajaan sangat tidak efisien dan korup.Serta moral para rohaniawan sering tampak lemah sehingga menjadi sumber skandal bagi jemaat pada saat itu.35

Terjadinya Perpecahan Paus

Dalam hal ini ada dua aspek perkembangan besar yang terjadi dalam gereja abad pertengahan yang secara bersama-sama membuat definisi dan pelaksanaan ortodoksi tidak mungkin dilakukan pada abad ke-16 yang pertama adalah kewibawaan dari paus dipersoalkan melalui skisma besar, dan akibat-akibatnya skisma besar terjadi pada tahun 1378-1417 sehingga membuat perpecahan di Eropa Barat. Hal itu terjadi tepatnya pada saat kematian Gregorius XI sehingga golongan Italia dipimpin oleh Urbanus VI dan golongan Prancis dipimpin oleh Clement VI. Situasi ini terus berlanjut sampai 1417 ketika konsili Constance memilih Martin V sebagai paus untuk satu periode yang singkat sekitar tahun 1409.36

Kemudian dapat dilihat juga bahwa adanya kelemahan dari kepemimpinan paus sejak tahun 1300, dan itu dilihat dari sistem pergantian kepemimpinan yang menimbulkan berbagai macam peristiwa yang membuktikan adanya pemberitahuan misalnya masa kepausan di Avignon pada tahun 1305-1377 dan itu menimbulkan perpecahan yang besar dalam gereja barat, juga dilihat dalam kurun waktu yang sama gereja ini dipimpin oleh 3 paus secara bersamaan pada tahun 1378-1417.37

Penjualan Surat Penghapusan Dosa

Adanya surat penghapusan dosa yang terjadi pada tahun 1517 di perbatasan kerajaan Sachen yang dilakukan oleh Johann Tatzel. Penjualan surat penghapusan dosa ini dilakukan untuk mengupulkan uang sehingga hasilnya dapat

35

Alister E. McGrath, Sejarah Pemikiran Reformasi,2. 36

Alister E. McGrath, Sejarah Pemikiran Reformasi,44 37

(26)

14

dibagi menjadi dua yaitu pertama dapat membayar hutang dari Albercht dan yang kedua untuk pembangunan gereja Santa Petrus yang sangat megah dan indah. Kegiatan penjualan surat penghapusan dosa ini dilakukan setelah adanya perjanjian dari Leo X dan Albercht, tetapi perjanjian ini tidak diketahui oleh umat kristiani yang diantaranya Marthin Luther. Sehingga banyak menimbulkan pertanyaan di kalangan umat kristen, tetapi surat kuasa yang diberikan Albercht kepada para penjual surat pengahapusan itu menimbulkan sangkaan bahwa setiap siksaan dihadapan Allah dapat dihapusan bukan hanya siksaan tetapi juga setiap dosa umat manusia,kepala penjual,Johan Tatzel mengadakan propaganda besar dan mengosongkan dompet masyarakat Jerman untuk mengisi pundi-pundi Albercht dan Leo X, syaratnya yaitu setiap pembeli harus mengaku dosanya kepada imam-imam yang tidak mereka kenal maka dengan demikian pemeliharaan jiwa dan sakramen pengakuan dosa telah dipermainkan begitu saja dengan tujuan mendatangkan keuntungan bagi mereka.38

Sikap Moral dan Adanya Ekspleitasi Ekonomi serta minimnya

Pendidikan di kalangan Para Imam.

Kualitas dan moral para pemimpin serta hierarki dalam tata pemerintahan kepemimpinan Roma yaitu, seperti kemewahan dan nepotisme misalnya beberapa saudara dekat dari Paus yang masih sangat mudah bisa dijadikan kardinal. Serta ada beberapa kejanggalan yang terjadi seperti:

 Paus Sixtus IV yang mengangkat 6 saudara dekatnya untuk menjadi kardinal yang diantaranya kardinal Petrus Riario yang meninggal karena tidak mengontrol diri dalam mengatur pola makan dan minum serta hafanafsu.

 Innocentius VIII sebelum dipilih menjadi paus ia sudah mempunyai sejumlah anak haram yang sudah diketahui secara umum.

 Paus Alexander VI (alias Rodrigues de Borja) yang gemar mengoleksi emas dan perempuan, dari sejumlah wanita lahirlah tujuh orang anak tetapi dia masih bisa menjadi seorang imam dan kardinal. Dan selama ia menjadi seorang imam ia juga pernah tidur dengan beberapa wanita yang

38

(27)

15

melahirkan dua orang anak yaitu Yohanes dan Rodriques, yang lahir pada hari-hari terakhir sebelum Alexander meninggal.

 Bulla Paus yang mengesahkan Rodrigo,Yohanes dan anaknya yang lain serta yang mengurus harta warisan, dan yang menemukan dokumen dengan ungkapan seperti “ De Romano Pontifice Et Solute”. Dan ada juga seorang gundik dengan kata lain selir dari Alexander VI yang bernama Vannozza de’Cattaneis yang diabadikan pada satu pintu masuk Basilika Santo Markus dekat Piazza Venezia.

 Caesar Borgia yang dipanggil juga Valentinus pada usia 16 tahun dan dijadikan kardinal sebelum ia menjadi seorang uskup.

 Paus Yulis II juga tidak luput dari noda hitam berkenaan dengan tingkah lakunya, serta Leo X yang adalah pelindung dari para artis, yang tidak mempunyai sikap tanggung jawab, serta tidak berminat pada masalah-masalah kerohanian dalam keagamaan. Kemerosotan moral dalam kepemimpinan paus gereja katolik Roma merupakan salah satu tragedy sejarah kepausan.39 dapat lihat juga bahwa dengan minimnya pendidikan para imam-imam karena akibat kemiskinan yang terjadi,tetapi para klerus atau atasan memiliki kekayaan yang sangat melimpah.40

Dari sini dapat dilihat bahwa memang bangunan fisik sejumlah gereja sangatlah indah dan mengagumkan. Tetapi pada gilirannya kedangkalan dalam hidup religious manusia tidak hanya terjadi dikalangan para pemimpin gereja baik yang ada di Italia tetapi juga yang ada di negara Jerman. Tentu saja borok dan kebusukan para pemimpin gereja dapat dilihat dari cara hidup para uskup dan orang-orang terdekatnya,kerena mereka lebih cenderung mengumpulkan harta kekayaan dibandingkan dengan melakukan ekaristi. Dan juga dilihat dari 140.000 imam yang diantaranya 15 juta penduduk dan kebanyakan imam yang tidak bisa menikah. dan kemerosotan juga terlihat di dalam biara-biara rubiah atau suster dimana para keluarga bangsawan mendesak putri-putri mereka untuk masuk dalam biara yang disertai dengan para pembantu-pembantunya. dan adanya

39

Eddy Kristiyanto,OFM, Reformasi Dari Dalam Sejarah Gereja Zaman Moderen,44.

40

(28)

16

perdebatan tentang percabulan dan pratik seks bebas atau sesuatu yang mereka lakukan kecil-kecilan yang tidak dipandang sebagai dosa.41 Maka dari sinilah dapat dilihat bahwa gerakan reformasi itu sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat Eropa pada abad ke-16 yaitu gerakan reformasi di kota-kota muncul sebagai jawaban atas suatu desakan rakyat untuk mengadakan perubahan. Misalnya ketidakpuasan dan kegelisahan diantara penduduk urban pada awal abad ke-16 tidaklah murni bersifat keagamaan, tetapi ada faktor-faktor sosial,politik,ekonomi,ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi. 42

III. Peran dari Katherina Von Bora dan Marguerite Of Navarre dalam

Pergerakan Reformasi Gereja Abad ke-16.

Bebicara tentang perempuan berarti berbicara tentang bagaimana peran dari kaum perempuan yang sering terabaikan dalam kultur umat manusia. berhubungan dengan studi penelitian tentang peran perempuan dalam gerakan reformasi, maka melalui tulisan ini penulis mau memperlihatkan bagaimana peran kaum perempuan yang ada pada abad ke-16 yaitu:

o Pertama, peran dari Katherina Von Bora yang adalah isteri dari Marthin

Luther yang sering disebut “Bintang Pagi dari Witenberg”

o Kedua, peran dari Marguerite Of Navarre yang adalah ratu dari Navarre yang merupakan kakak dari raja Francis I, yang juga memiliki gelar diplomat.

Tetapi sebelum masuk dalam peran-peran perempuan pada abad ke-16, kita harus melihat terlebih dahulu bagaimana kehidupan kaum perempuan yang ada pada abad pertengahan yang sangat mempengaruhi kehidupan kaum perempuan abad ke-16.

3.1 Latar Belakang Kehidupan Perempuan Abad Pertengahan

Dalam kehidupan kaum perempuan abad pertengahan merupakan sebuah kehidupan yang sangat sulit dan menyedihkan, karena pada abad ini kaum perempuan Eropa sering dianggap sebagai perempuan penyihir atau “Witchcraft” yang artinya bertindak atas nafsu bukan rasio. Perempuan selalu dianggap memiliki nafsu tertinggi jika dibandingkan dengan kaum laki-laki, sehingga pada

41

Eddy Kristiyanto,OFM, Reformasi Dari Dalam Sejarah Gereja Zaman Moderen,45. 42

(29)

17

abad ini kaum perempuan selalu dikejar serta dibunuh, dan pada abad inilah yang disebut abad kelam bagi seluruh kaum perempuan Eropa saat itu.43

Kehidupan perempuan dalam masyarakat lama dipandang lebih rendah dari pada kehidupan laki-laki, baik itu secara fisik ataupun akal. Sehingga tidak diperbolehkan bagi kaum perempuan untuk belajar, karena perempuan dianggap sebagai budak, tidak memiliki hak kepemilikan, tidak berhak mengurusi keuangan, termasuk didalamnya mengajar dan mendidik anak-anaknya meskipun bapakya telah meninggal.44

Pada abad pertengahan muncul pengaruh dari Aristoteles tentang peran dari perempuan yaitu, hanya untuk melahirkan anak. Sedangkan kepintaran dan ilmu pengetahuan hanya dapat ditonjolkan oleh kaum laki-laki, karena saat itu perempuan dipandang sangat lemah dan tidak bisa melakukan apa-apa ini juga merupakan sebuah pandangan yang disebabkan oleh belum berkembangnya ilmu biologi. Hal ini sangat berpengaruh bagi kehidupan perempuan baik kehidupan dalam masyarakat maupun kehidupan dalam gereja.45 Sehingga pada abad pertengahan perempuan-perempuan tidak bisa membuat atau mengambil keputusan-keputusan moral dengan benar, ditambah lagi dengan pernyataan dari Thomas Aquinas yang mengatakan bahwa perempuan adalah manusia yang cacat.46

Pada gerakan reformasi protestan abad ke-16, Marthin Luther juga menyatakan bahwa peran dari perempuan adalah tinggal di rumah, duduk manis, merawat rumah, serta mendidik anak-anak. Dari sinilah sikap perempuan itu dilihat karena banyak perempuan merasa sangat tidak adil jika gereja juga masih menolak hak-hak kaum perempuan.47

Sehingga pada abad ke-16 munculah sebuah gerakan reformasi dimana banyak tokoh-tokoh gereja yang mau melakukan sebuah pembaharuan tentang

43

A.Setyo Wibowo,Manusia:Teka-teki yang mencari solusi

(Yogyakarta:Kanisius,2009),159.

44

Nawal Al-Sa’dawi and Hibah Rauf Izzat, Agama dan Moralitas (Jakarta: Erlangga,2000),129.

45

E.G.Singgih,Apa Itu Teologi? Pengantar Ilmu Teolog (Jakarta: BPK Gunung Mulia,2007),42.

46

Mariani Febriana, Perempuan dalam Lintasan Sejarah Kristen:”Ini Aku,Utuslah Aku” (Sekolah Tinggi Teologi Jakarta,2002),50.

47

(30)

18

pengajaran dan dogma dalam gereja, antara lain seperti pernikahan dan peran dari kaum perempuan.48

Jadi dalam kehidupan budaya abad pertengahan sampai awal abad ke-16 yang masih berpegang pada budaya patriakhi yang memandang bahwa perempuan adalah sosok yang lemah jika dibandingkan dengan laki-laki, sehingga membuat kaum perempuan selalu mendapatkan posisi kedua yang tidak diperbolehkan tampil didepan umum. Maka pada abad ke-16 inilah muncul perempuan-perempuan yang mampu menerobos rintangan-rintangan atau masalah-masalah yang ada selama ini, yang dimana selalu menyudutkan kaum perempuan, dan perempuan-perempuan inilah yang mampu membuktikan kepada semua masyarakat bahwa mereka juga bisa melakukan hal-hal tersebut. Memang jika dilihat pada saat itu perempuan-perempuan ini kebanyakan merupakan perempuan-perempuan yang berasal dari kelompok bangsawan tetapi yang harus digaris bawahi bahwa mereka bukan hanya memanfaatkan status mereka sebagai seorang bangsawan agar bisa tampil didepan umum. Tetapi mereka juga melatih diri mereka sendiri dengan berbagai macam ilmu pengetahuan, belajar dan terus membaca, sehingga mereka memiliki kepercayaan diri untuk bisa tampil didepan publik karena tidak semua perempuan bangsawan pada waktu itu bisa tampil sebagai perempuan pendobrak tradisi-tradisi yang ada. Ada juga perempuan-perempuan bangsawan yang karena tidak dibekali dengan pendidikan mereka tidak mempermasalahkan hal-hal tersebut. Maka dari masalah-masalah peran perempuan yang masih diabaikan sampai saat ini membuat penulis ingin memperlihatkan bahwa sebenarnya dalam gerakan reformasi itu ada tokoh-tokoh perempuan yang mampu menerobos tembok-tembok pemisah antara laki-laki dan perempuan dengan tindakan-tindakan mereka lepas dari status mereka yang adalah kelompok bangsawan, tetapi yang harus dilihat bahwa mereka juga memiliki keahlian, ketrampilan serta ilmu pengetahuan dan pendidikan seperti:

 Di Inggris ada seorang ratu yang bernama Mary Tudor dan penerusnya

(31)

19

Becon yang mengatakan bahwa seharusnya kaum perempuan itu harus takluk kepada kaum laki-laki, tetapi pada kenyataannya mereka mampu mebuktikan bahwa mereka juga dapat menaklukan kaum laki-laki dan dapat menjadi seorang pemimpin yang sangat berpengaruh, lebihkhusus dengan ratu Elizabet I, yang merupakan seorang tokoh reformator protestan di Inggris, dia juga disebut sebagai “The Most Masculine Of All The Female Sovereings Of History.”49

 Di Prancis ada beberapa tokoh perempuan reformator yaitu seperti, Lois Of Savoy, dia adalah ibu dari raja Francis I, kemudian Jeanne d’Albert yang adalah anak dari ratu Marguerite Of Navarre yang juga mampu menghasilkan karya-karya tulis yang sangat berkualitas dalam masyarakat Prancis.50

 Marie Dentire, yang sering disebut sebagai “ Tongkat Kilat” atau “The Lightning Rod” karena pada waktu itu dia mampu melakukan tindakan -tindakan dan mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang provokatif, sehingga pada waktu itu Marie juga sempat diminta oleh Calvin untuk menulis kata pengantar dalam satu bukunya tentang khotbah. Dan yang harus diketahui juga bahwa Marrie Dentire ini adalah salah satu tokoh reformator perempuan yang namanaya tertulis di tembok Genewa.

 Argula Von Grumbach, ia adalah seorang pendebat yang memiliki ciri khas yang khusus sehingga dia sering disebut seorang pendepat yang meledak-ledak seperti petasan. Dia terkenal karena pernah menulis surat kepada para dosen universitas Ingolstadt dan dia juga mampu menantang dengan penuh keprcayaan diri dan keyakinan, bahwa dia merasa perlu ada yang bersuara atas ketidakadilan yang terjadi selama ini.

 Olympia Morata, ia adalah seorang sarjana dan ia terkenal karena iman kepercayaannya dan pengetahuannya yang sangat lauas.51

49

Patricia Crawford, Women and Religion In England: 1500-1720,(New York: Routledge,2001), 33.

50

Febriana, Perempuan dalam Lintasan Sejarah Kristen,55. 51

(32)

20

3.2 Katherina Von Bora (1499-1550)

Katherina Von Bora, lahir di Lippendorf Jerman, Pada tanggal 29 Januari 1499. Ia berasal dari keluarga bangsawan, ayahnya bernama Hans Von Bora dan Ibunya bernama Anna Von Haubitz. Sejak usia 6 tahun ibunya telah meninggal, dan ketika usia 10 tahun dia dikirimkan ke dalam biara di Nimschen.52

A. Kehidupan Sebagai Seorang Biarawati

Kehidupan Katherina Von Bora dihabiskan dalam biara, keadaan itu sudah menjadi hal yang biasa bagi keluarga kaum bangsawan pada zaman itu untuk mengirim anak-anak mereka masuk ke dalam biara dalam jangka waktu tertentu atau untuk selamanaya.Tetapi ketika Katherina berumur 15 tahun dia dikirimkan ke biara Benediktin di Brehna, yang memberikan pendidikan bagi gadis-gadis muda,Katherina dikirim kedua kalinya bersama dengan bibinya di biara Cistercian dari Marienthon di Nimschen. Dan ketika Katherina berumur 16 tahun barulah dia mengambil sumpah untuk menjadi seorang biarawati.53

Pada awal 1520 mulailah tulisan-tulisan Luther masuk ke dalam rumah-rumah biara sehingga ada beberapa suster di Nimschen sudah mulai gelisah dan khawatir tentang hal itu, dan para susterpun mulai menyarankan Luther agar keluar dan melarikan diri dari tempat itu.54

Tetapi berbeda dengan Katherina, karena pada saat itu kehidupan Katherina diisi dengan menulis, belajar, serta membaca dan mengasa keahlian lainnya. Sehingga pada umur 24 tahun Katherina mulai mempelajari tentang tulisan-tulisan dari Marthin Luther dan ia mulai menerima tentang pengajaran reformasi, dan Katherinapun mulai melakukan perubahan-perubahan tentang pengajaran ataupun dogma tentang injil sejati Kristus Yesus sehingga Katherinapun mulai perlahan-lahan meninggalkan ajaran-ajaran gereja katolik Roma. Dan pada saat itu dia mulai memberanikan diri untuk dapat keluar dari dalam biara bersama dengan ke 11 biarawati lainnya. Keputusan ini merupakan

52

Ronland H. Bainton, Women of the Reformation in Germany and Italy,(Baston: Beacon Press, 1894),22.

53Moses Christiant, Katherina Von Bora “ Wanita Yang

Tangguh”blogspot,April,23,2013. http://moseschristiant.blogspot.co.id/2013/04/katharina -von-bora-wanita-tangguh-yang.html.

54

(33)

21

sesuatu yang tidak mudah karena ini merupakan keputusan yang sangat beresiko bagi kaum biarawati, sebab ini memiliki hukum yaitu hukuman mati.55 Namun Katherina bersama dengan teman-temannya berhasil melarikan diri dengan bersembunyi di dalam kereta dan melarikan diri menuju Witenberg, dalam perjalan Katherina mencoba menghubungi Luther untuk meminta bantuan, sehingga pada saat itu Luther merasa harus bertanggung jawab penuh terhadap Katherina dan teman-temannya, yaitu dengan cara Luther menempatkan mereka di beberapa keluarga yang ada di Witenberg atau mereka harus menikah karena tidak ada tempat untuk perempuan lajang dalam masyarakat pada waktu itu, dan selama Katherina hidup di Witenberg dalam jangka waktu 2 tahun, Katherina sudah mulai mengikuti pelatihan-pelatihan tentang bagaimana mengatur keuangan ekonomi, serta peran dalam rumah tangga.56

B. Hidup Menjadi Seorang Isteri Tokoh Reformator

Dalam pelariannya, Katherina menjadi seorang wanita yang paling menarik sehingga dia menjadi “incaran” para pria di antaranya seorang raja dari Denmark yang kebetulan pada waktu itu sedang berada di Witenberg, dan raja Denmark ini memberikan Katherina sebuah cicin emas. Bukan itu saja ada juga para pria termasuk di dalamnya alumnus universitas Witenberg yang bernama Jerome (Hieronymus), kemudian Baumgartner yang berasal dari Nuremberg dan seorang pendeta yang bernama Dr Kaspar Glatz dari Orlamunde, tetapi semua pria ini tidak berhasil memikat hati dari Katherina.57

Pada tanggal 13 juni 1524 Marthin Luther menikah dengan Katherina, di hadapan para saksi yang di antaranya adalah teman-teman dari Marthin Luther yaitu: Justus Joas, Johanes Bugenhagen dan lain-lain. Tetapi pernikahan yang di lakukan oleh Marthin Luther dan Katherina ini memiliki tantangan yang sangat menguji kehidupan iman dari Luther dan Katherina. Tetapi dapat dilihat bahwa pernikahan yang dijalani oleh Luther dan Katherina merupakan sebuah contoh dan menjadi tamparan keras terhadap pandangan tentang pengajaran pernikahan dalam gereja katolik roma.58 dan waktu itu juga Luther dan Katherina sangat yakin dan

55

Christiant, Katherina Von Bora “ Wanita Yang Tangguh” 56

Ronland H. Bainton, Women of the Reformation in Germany and Italy,24. 57

Ronland H. Bainton, Women of the Reformation in Germany and Italy,25. 58

(34)

22

percaya bahwa Tuhan tidak akan pernah meninggalkan mereka. Tuhan akan selalu berada dengan mereka, sehingga berkat Tuhan akan selalu tercurah dalam kehidupan keluarga mereka, kehidupan Luther selalu diisi dengan kebersamaan dan cinta bersama dengan Katherina.59

Hal yang paling istimewa dari kehidupan Luther dan Katherina adalah bagaimana seorang Luther menghargai isterinya sebagai tuan dalam rumah. Ketikat di masa-masa sulit kehidupan Luther, Katherina selalu setia mendampingi Luther dalam kesulitan seperti mengalami penyakit, depresi dan mengalami masalah yang besar. Pada waktu itu juga Katherina memiliki ketrampilan khusus seperti membuat obat, dan membuat ramuan-ramuan herbal, serta Katherina juga bisa memijat, sehingga dia menjadi seorang dokter yang terkemuka dan sangat terkenal di daerahnya. Kehidupan rumah tangga Luther dan Katherina ini selalu ada dalam permasalahan yang berat tetapi kesetiaan Katherina adalah salah satu penyemangat Luther untuk menghadapi setiap masalah yang ada.60

C. Katherina Von Bora Isteri yang Penuh tanggung Jawab dan Penyanyang

Setiap hari Katherina selalu bangun jam 4 pagi untuk mengerjakan tanggung jawabnya sebagai seorang isteri, sehingga Luther menyembut isterinya sebagai “Bintang Pagi dari Witenberg”. Karena kehidupan Katherina selalu diisi dengan kegiatan-kegiatan yang positif dan dapat menjadi contoh bagi perempuan-perempuan pada waktu itu, seperti:

Katherina sangat rajin mengelola kebun sayuran dan tanaman bunga anggrek, serta ia mampu membagi waktu antara mengurus suami,serta mendidik anak-anak. Dan Katherina juga membantu Luther dalam membiayai pembangunan sekolah TK sampai SMP

Katherina juga mampu menjalankan bisnis keluarga seperti bisnis pengolahan kebun anggur, untuk dapat dijadikan minuman anggur yang segar. Dari hasil bisnis itulah Katherina mampu membiayai dan membantu gerakan reformasi.

Dan Katherina juga mampu merubah rumah mereka, menjadi sebuah sekolah untuk pembentukan karakter anak-anakny.61

59

Ronland H. Bainton, Women of the Reformation in Germany and Italy,28. 60

Ronland H. Bainton, Women of the Reformation in Germany and Italy,29 61

(35)

23

3.3 Marguerite Of Navarre (1492-1549)

Marguerite adalah seorang yang berasal dari Navarre, dan Marguerite juga merupakan kaka dari raja Francis I. Dua hal penting dalam kehidupannya yaitu, mencintai Allah dan mencintai keluarganya. Marguerite ini adalah salah satu perempuan pemberani yang selalu berani melakukan sesuatu, seperti menyelamatkan masyarakat Prancis, karena demi negara Prancis Marguerite rela melintasi lautan, gunung, bahkan dia mampu mengalahkan prajurit-pajurit laki-laki pada saat itu. sehingga raja Franjis I, menyebut Marguerite dengan sebutan “Ma Mignonne”, sehingga segala sesuatu selalu dipercayakan kepada Marguerite.62

A. Hidup Sebagai Seorang Ratu

Kehidupan Marguerite berubah, semenjak Marguerite memutuskan menikah dengan seorang raja dari Navarre sehingga pada saat itu Margueritepun menjadi seorang ratu di Navarre, dan saat itu juga Marguerite bersama suaminya mulai melakukan pembaharuan terhadap kota Navarre. Dan pada waktu itu Marguerite juga sangat menyanyangi keluarganya temasuk anaknya yang bernama Jane. Dalam kehidupan Marguerite selalu diisi dengan keagamaan, seperti Marguerite selalu taat dan setia terhadap perintah Tuhan. Marguerite juga selalu bertentangan dengan adiknya soal agama dan kepercayaan yang dianut mereka. Dalam hal ini Marguerite selalu memiliki semangat dalam melakukan gerakan reformasi dalam gerejanya di Navarre, sedangkan saudaranya raja Francis I ingin mereformasikan gereja karena adanya tekanan dari pihak lain.63

Marguerite juga sudah mulai meyakinkan dirinya dan selalu percaya bahwa dia bukan seorang pemimpin yang radikal. Ia juga tidak dapat membenarkan sesuatu hal yang terjadi di dalam daerah kekuasaannya. Dan Marguerite juga membantu kepala-kepala gereja atau pegawai-pegawai gereja yang ada di Inggris untuk melakukan sebuah pembaharuan dalam gereja Katolik yang ada di Inggris. Pada waktu yang bersamaan Marguerite juga menggunakan kekuasaannya untuk membangun bidang ekonomi yang lebih baik dalam daerahnya sendiri. Dan hal yang paling penting juga adalah Margueite adalah

62

Ronland H. Bainton,Women of the Reformation in France and England,(Baston: Beacon Press,1894),13.

63

(36)

24

sosok seorang perempuan yang masuk dalam kelompok Renaissance yang juga mampu membaca tulisan-tulisan dari bahasa Italia dan tulisan Plato yang ditulis dalam bahasa Yunani.64

Pada tahun 1521, tulisan-tulisan Luther mulai masuk kedalam masyarakat Prancis dan tulisan-tulisan tersebut menggunakan bahasa asli prancis yang pada waktu itu telah di buat di Strasbourg dan telah dikirim langsung ke Briconnet sehingga dapat diterima oleh teman-temannya yang lain termasuk di dalamnya Marguerite. Karya-karya Luther yang telah dibaca dan diterjemahkan dalam bahasa Prancis itu adalah alkitab, dan buku-buku meditasi serta buku doa di antaranya adalah doa Bapa Kami. Sehingga waktu itu Marguerite dapat menulis puisinya sendiri yaitu berisi tentang ekspresi dari tiga prinsip karakteristik Luther dan Calvin yaitu: keutamaan Alkitab,Pembenaran oleh iman, dan pemilihan doktrin atau pengajaran.65

B. Perebutan Kekuasaan

Ada dua peristiwa penting yang terjadi yaitu pertama, terjadinya peristiwa peperangan antara kaum petani di Jerman. Kemudian yang kedua adalah perebutan kekuasaan atau penghapusan raja, sehingga membuat raja Francis I ingin merebut kekuasaan di Italia utara yaitu Kaisar. Diketahui bahwa sauami pertama Marguerite adalah seorang komandan dalam pasukan yang dipinpin oleh saudaranya. Marguerite juga sangat yakin bahwa mereka akan memiliki kemenangan yang gemilang karena Tuhan selalu bersama dengan mereka. Tetapi pada bulan februari tahun 1525 raja Francis menjadi tahanan dan langsung di bawah ke Spanyol.66

C. Marguerite Perempuan Pintar dan Bijaksana

Pada tahun 1531 ibu dari Margueritepun meninggal sehingga peran dari Marguerite bertambah yaitu menjadi seorang penasehat. Peran dari Marguerite sangat berat karena dia harus berhadapan dengan dua pokok permasalahan terbesar yaitu agamanya dan budayanya sendiri. Dan pada waktu itu Calvin juga menulis surat meminta pertolongan kepada Marguerite yang juga merupakan teman dari tokoh-tokoh reformator yang diantaranya tokoh-tokoh reformator

64

Ronland H. Bainto,Women of the Reformation in France dan England,15. 65

Ronland H. Bainto,Women of the Reformation in France dan England,20.

66

(37)

25

seperti Johanes Calvin, Gerard Roussel, Lefevre d’Etaples dan Clement Marot, agar dapat bersembunyi dan mencari tempat yang labih aman bagi orang-orang yang ada saat itu.67

Selama Marguerite berada dengan mereka, Margueritepun banyak belajar dari kehidupan Calvin dan karya-karya tulis dari Calvin, dari sinilah Calvin dan Margueritepun selalu bersama, baik itu dalam hal pengajaran-pengajaran Calvin tentang dogma yang ada dalam gereja. Sehingga Calvin menganggap bahwa Marguerite ini adalah sosok seorang perempuan dan teman yang pintar serta saudara yang baik, sehingga Calvin memberikan hadiah untuk Marguerite sebuah buku tentang pendidikan agama kristen.68

3.4 Analisis

Perempuan secara etimologis berasal dari kata “empu” yang berarti “tuan” yaitu orang yang mahir atau berkuasa, kepala hulu yang paling besar serta seseorang yang harus dihargai dan dihormati.69 Tetapi pada kenyataannya jika dilihat dalam konteks perempuan yang ada diabad pertengahan mereka selalu hidup dalam keterpurukan dan ketertindasan. Karena memang kehidupan budaya abad pertengahan yang masih berpegang pada budaya patriakhi, yang memandang perempuan adalah sosok yang lemah jika dibandingkan dengan laki-laki sehingga membuat perempuan selalu mendapatkan posisi kedua dalam kehidupan masyarakat dan tidak diperbolehkan kaum perempuan untuk tampil didepan publik.

Dalam kondisi yang terpuruk dan dalam kondisi yang termajinalkan membuat bebeapa tokoh perempuan pada abad ke-16 yang adiantaranya adalah Katherina Von Bora dan Marguerite Of Navarre mencoba keluar untuk menerobos rintangan-rintangan yang selama ini selalu menyudutkan kaum perempuan. Memang jika dilihat pada saat itu perempuan-perempuan ini kebanyakan merupakan perempuan yang berasal dari kelompok bangsawan dan isteri dari tokoh reformator tetapi yang harus digaris bawahi bahwa mereka bukan hanya memanfaatkan status mereka, tetapi mereka juga membekali diri dengan ilmu

67

Ronland H. Bainto,Women of the Reformation in France dan England,29. 68

Ronland H. Bainto,Women of the Reformation in France dan England,32. 69

(38)

26

pengetahuan, belajar, dan terus membaca sehingga mereka memiliki kepercayaan diri untuk bisa tampil didepan publik. Jadi dari sinilah penulis melihat bahwa perempuan-perempuan ini mampu keluar karena:

Pertama, perempuan-perempuan ini adalah perempuan-perempuan keturunan bangsawan dan isteri dari seorang tokoh reformator, dilihat dari pola pikir masyarakat saat itu, yang masih melihat faktor kedudukan dan jabatan, harta dan kekayaan, serta budaya adalah merupakan hal yang terpenting dan harus dimiliki oleh seseorang. Perempuan-perempu yang telah memiliki kedudukan dan status sosial yang tinggi serta kehidupan ekonomi yang baik dan status yang diterima ketika mereka menikah dengan tokoh reformator mengangkat kedudukan kaum perempuan ini telah menjadi sebuah alasan yang mampu mendukung mereka untuk keluar dari kurungan budaya patriakhi dan membuat mereka mampu untuk berkarya lebih lagi dalam mendukung sebuah perubahan.

(39)

27

IV. Penutup

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan anilisa tentang peran perempuan dalam gerakan reformasi abad ke-16, maka kesimpulan yang didapat adalah:

Gerakan reformasi gereja yang terjadi di Jerman tepatnya pada tanggal 31 oktober 1517, dan akan genap berusia 500 tahun pada tanggal 31 oktober 2017. Hal ini dapat dilihat bahwa gerakan reformasi merupakan salah satu moment yang penting dalam gereja.

Gerakan reformasi ini tidak hanya berkaitan dengan krisis kepauasan pada abad pertengahan, tetapi juga gerakan reformasi sangat berkaitan dengan krisis sosial, politik, ekonomi, ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi yang dialami oleh semua anggota-anggota gereja dan seluruh kehidupan masyarakat Eropa.

Kehidupan para tokoh reformator juga merupakan salah satu hal yang paling penting misalnya, dilihat dari latar belakang kehidupan para tokoh reformator yang sebenarnya memiliki seorang isteri, yaitu seperti Marthin Luther yang isterinya bernama Katherina Von Bora dan Johanes Calvin yang isterinya bernama Idelette de Bure. Pada hal jika mengikuti aturan yang sebenarnya mereka tidak bisa menikah dan memiliki seorang isteri karena mereka adalah seorang imam-imam dari gereja katolik.

Pada abad ke-16 ini adalah sebuah gerakan pembaharuan bukan hanya pengajaran dan dogma yang dapat dilihat, tetapi yang juga dilihat adalah munculnya gerakan-gerakan dari kaum perempuan serta peran-peran mereka yang selama ini terabaikan, karena masih adanya pengaruh dari budaya abad pertengahan tentang buadaya patriakhi yang memandang perempuan lebih renadah dari pada laki-laki.

(40)

28

Sehingga dari ilmu pengetahuan, ketrampilan serta keberanian yang mereka miliki ini, mereka dapat membantu tokoh-tokoh reformator dalam menjalankan sebuah pembaharuan dalam gereja dan masyarakat yang sering disebut dengan gerakan reformasi gereja abad ke-16. Jadi tidak bisa dipungkiri bahwa kesuksesan gerakan reformasi ini tidak lepas dari peran perempuan-perempuan reformator, seperti Katherina Von Bora, Margueirete Of Naverre, Mary Tudor, Elizabeth I, Lois Of Savoy, Jaene d’Albert, Marie Dentire, Argula Von Grumbach dan yang terakhir Olympia Morata.

4.2 Saran

Bagi orang tua agar mampu memberikan pendidikan yang baik kepada anak-anak, bukan hanya bagi anak-anak laki-laki saja tetapi juga bagi anak-anak perempuan. Karena perempuan juga memiliki kapasitas yang sama dengan laki-laki dan itu juga dilihat dari sejarah gerakan reformasi yang memperlihatkan bahwa dengan pendidikan maka perempuan juga mampu melakukan sesuatu dengan cara mereka sendiri, dan dengan pendidikan juga perempuan mampu melihat dunia luar dengan cara pandang mereka yang baru. Untuk gereja yaitu bagaimana gereja mampu melihat kehidupan dari para teolog perempuan yang selama ini telah terabaiakan. Dan bagaimana gereja juga berani untuk menampilkan para perempuan-perempuan gerakan reformator agar mampu memberikan semangat baru dalam kehidupan kaum perempuan-perempuan gereja masa kini untuk berani menujukkan prestasi yang mereka miliki, melakukan karya-karya untuk kemajuan gereja dimasa depan.

(41)

29

Bagi perempuan-perempuan yang hidup di zaman moderen ini harus berani untuk keluar dari inferioritas dirinya dengan tidak perlu merasa rendah diri, tetapi harus mampu dan bisa menunjukkan kelebihan-kelebihan yang ada didalam diri seorang perempuan.

(42)

30

DAFTAR PUSTAKA

Alkatiri Zeffry. Transisi Demokrasi Di Eropa Timur: Blatik, Jerman Timur, Rumania dan Balkan, Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia,2016.

Aritonang.S Jan. Reformasi dari dalam Sejarah Gereja Zaman Moderen, Yogyakarta:Kanisius,2004.

Boehlke R Robert. Sejarah Perkembangan Pikiran dan Pratek Pendidikan Agama kristen, Jakarta: BPK Gunung Mulia,2005.

Berkhof H. and I.H.Enklaar. Sejarah Gereja, Jakarta: Gunung Mulia,2009. Bainton H. Ronland, Women Of The Reformation in Germany and Italy, Baston: Beacon Press,1894.

Bainton H. Ronland, Women Of The Reformation in France and England, Baston: Beacon Press,1894.

Crawford Patricia. Women and Religion In England: 1500-1720,New York: Routledge,2001

End den Van Th. Harta Dalam Bejana: Sejarah Gereja Ringkas, Jakarta: BPK Gunung Mulia,2008.

Gonzalez L Justo. The Story of Christianity,San Francisco: Harper and Row,1984.

Jonge de Christiaan. Gereja mencari jawab, Jakarta: BPK Gunung Mulia,2013.

Lane Tony. Runtut Pijar: Sejarah Pemikiran Kristiani, Jakara: BPK Gunung Mulia, 2008.

MC Grath E Aliester. Sejarah Pemikian Reformasi, Jakarta: BPK Gunung Mulia,2013.

OFM Kristiyanto Eddy. Reformasi dari dalam Seajarah Geeja Zaman Moderen, Yogyakarta: Kanisius,2004.

Pr.Matasudjita E. Ekaristi: Tinjauan Teologis, Liturgis, dan Pastoral, Yogyakarta: Kanisius,2005.

Rahman Fadly. Rijsttafel: Budaya kuliner di Indonesia, Jakarta: PT Gramedia,2011.

(43)

31

Sa’dawi and Hibbah Rauf Izzat. Agama dan Moralitas, Jakarta: Erlangga,2000.

Simon and Christoper Danes. Masalah-masalah moral sosial, aktual dalam prespektif iman kristen, Yogyakarta: Kanisius,2000.

Suban Zaitunah. Qodrat Perempuan Taqdir atau Mitos. Yogyakarta:Pustaka Pesantren,2004.

Syam. Firdaus. Pemikiran Politik Barat: Sejarah,Filsafat,Ideologi, dan Pengaruhnya terhadap dunia ke-3, Jakarta: PT. Aksara,2007.

Wibowo Setyo.A. Manusia: Teka-teki yang mencari solusi, Yogyakarta: Kanisius,2009.

TESIS dan Makalah yang dipresentasi

Febriana Mariani. “Perempuan dalam Lintasan Sejarah Kristen: Ini Aku,Utuslah Aku” Sekolah Tinggi Teologi, Jakarta:2002.

Ngelow Zakaria, “Beberapa Perempuan Reformator”. Oaseintim,Lembaga pemberdayaan Praksis Pelayanan dan kajian Teologi Kontekstual Indonesia Timur,Institute For eastern ministry empowerment and contextual theology studies,Bossey Genewa Agustus 9, 2016.

BLOG

Ardaleni Lia. “Sistem Perekonomian Abad Pertengahan Romawi”, liaardaleni.blogspot,April,4,2014,

http://liaardaleni.blogspot.co.id/2014/04/Sistem-Perekonomian-Abad-Pertengahan.html.

Christiant Moses. “ Katherina Von Bora”Wanita Yang Tangguh”, mosesChristiant.blogspot,April,23,2013,

http://mosesChristiant.blogspot.co.id/2013/04/Katherina-Von-Bora-Wanita-Tangguh-Yang.html.

Liani Elin. “Abad Pertengahan Sampai Munculnya Reformasi Gereja”, elingeuyizz.blogspot,Oktober,5,2010,

Referensi

Dokumen terkait

Watershed, dimana bekerja dengan bagian dari sebuah gambar dengan level gradien yang tinggi, akan dideteksi dan akan digunakan untuk membagi citra ke dalam

Penelitian ini menjadi penting sebagai upaya sumbangsih pengetahuan kepada pihak sekolah maupun orang tua yang memiliki anak sindroma Down mengenai subjektifitas anak-anak

Perlakuan penggunaan pupuk organik Chitosan (P0) dan penggunaan Dosis Pupuk Kandang 50 kg/pohon ( K3 ) memberikan hasil yang paling tinggi pada jumlah buah pentil/pohon yaitu 195,25

Dengan melihat hasil korelasi ini, maka untuk tahap ini dapat disimpulkan sementara bahwa domain spasial yang mempunyai pengaruh terhadap suhu maksimum adalah grid

Disebut merepotkan, sebab Islam memiliki ajaran yang sangat fundamentalis yaitu rukun Islam dan rukun Iman, sehingga secara harfiah orang yang berpegang teguh kapada

LAMPIRAN II PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-48/BC/2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN IMPOR BARANG DARI NORTHERN TERRITORY AUSTRALIA KE DAERAH PABEAN

Graf disini digunakan bukan untuk mencari alur tercepat dalam penyusunan dan eksekusi materi dan metode dalam kaderisasi, tetapi digunakan agar hasil akhir yang diharapkan

Pergerakan gigi pada pemberian OAINS selektif cox 1, selektif cox 2, dan non OAINS tidak berpe-ngaruh pada jumlah sel osteoklas dan osteoblas tulang alveolus rahang