1. PENDAHULUAN Kewirausahaan
(entreprenurship) menurut Suryana
(2008:2) adalah kemampuan kreatif
dan inovatif, yang dijadikan dasar,
kiat, dan sumber daya untuk
mencapai peluang menuju sukses.
Inti dari kewirausahaan menurut
Drucker (1959) dalam Suryana
(2008:2) adalah kemampuan untuk
menciptakan sesuatu yang baru dan
berbeda melalui pemikiran kreatif
dan tindakan inovatif demi
terciptanya peluang. Kewirausahaan
dapat disimpulkan yaitu nilai-nilai
yang membentuk karakter dan
perilaku seseorang yang kreatif dan
inovatif, yang selalu berupaya
berdaya, bercipta, berkarya,
bersahaja dan berusaha dalam rangka
meningkatkan pendapatan dalam
kegiatan usahanya yang dilakukan.
Seseorang wirausaha adalah
seseorang yang memiliki jiwa dan
kemampuan tertentu dalam berkreasi
dan berinovasi. Ia adalah seseorang
yang memiliki kemampuan untuk
menciptakan sesuatu yang baru dan
berbeda atau kemampuan kreatif dan
inovatif. Kemampuan kreatif dan
inovatif tersebut secara riil tercermin
dalam kemampuan dan kemauan
untuk memulai usaha, kemampuan
untuk mengerjakan sesuatu yang
baru, kemauan dan kemampuan
untuk mencari peluang, kemampuan
dan keberanian untuk menanggung
resiko dan kemampuan untuk
mengembangkan ide dan meramu
sumber daya.
Menurut Dyas Chasbiansari
(2007:6) Kewirausahaan yang
tumbuh dalam keluarga atau
kelompok masyarakat merupakan
suatu aset yang sangat berharga bagi
bangsa Indonesia karena akan sangat
membantu perekonomian Indonesia
yang masih belum stabil. Para
wirausahawan yang telah berhasil
menyatakan bahwa berwirausaha
tidak selalu harus dimulai dengan
modal yang besar. Bisa dimulai
dengan usaha kecil maupun
menengah yang ternyata juga mampu
memberi sumbangan yang besar pada
perekonomian Indonesia. Masih
dalam Dyas Chasbiansari (2007:8)
Peran Usaha Kecil Menengah dalam
memberi nilai tambah perekonomian
dan kenyataannya UKM mampu
menyerap tenaga kerja yang cukup
besar sehingga mampu menekan
tingkat pengangguran. Jumlah UKM
semakin meningkat setiap tahun
dan jumlah tenaga kerja yang bekerja
di sektor UKM pun semakin
bertambah, kenyataan keberhasilan
UKM membuat pemerintah lebih
mengintensifkan program
pengembangan UKM pada
masyarakat dan mahasiswa (BPS dan
Kementrian Koperasi dan UKM,
2005).
UKM (Usaha Kecil
Menengah) seperti yang dijelaskan
latar belakang diatas sangat bisa
sekali membantu perekonomian
Indonesia. Namun dalam
mendirikan, melakukan dan
mempertahankan, bahkan
menumbuhkan usaha tersebut juga
bukan sesuatu yang mudah,
diperlukan suatu kerja keras dan
pengorbanan karena banyaknya
persaingan. Untuk tetap bertahan
dan bertumbuh dalam suatu
persaingan pasti dibutuhkan SDM
(Sumber Daya Manusia) yang
memiliki semangat kerja, dan
konsisten dalam bekerja. semangat
kerja sangat penting dalam
menunjang tercapainya suatu tujuan
dan atau kesuksesan. Dengan
demikian keberhasilan dalam proses
operasional sangat ditentukan oleh
kualitas sumber daya manusia.
Semangat kerja Menurut
Nitisemito, (2000:96), adalah
melakukan pekerjaan secara lebih
giat sehingga dengan demikian
pekerjaan akan dapat lebih cepat
terselesaikan dan memperoleh hasil
yang memuaskan. Jadi penulis
menyingkatkan bahwa semangat
kerja adalah segala sesuatu yang ada
dan tumbuh dari dalam diri untuk
melakukan ataupun mengupayakan
segala sesuatu untuk mencapai pada
tujuan atau cita-cita, atau keinginan
yang diimpikan dan didambakan.
Moro Artos di salatiga
adalah sebuah tempat makan
sederhana yang menurut pandangan
penulis sukses dalam memenangkan
konsumen. Walaupun mayoritas
makanan yang ada di Moro Artos
selain burjo (bubur kacang ijo),
kemudian buryam (bubur ayam)
sebagai menu utamanya, terdapat
ada beberapa yang lain tetapi cukup
terbatas, namun Moro Artos mampu
bertahan di kalangan tempat makan
yang ada di Salatiga, padahal
banyak tempat makan yang
menyediakan dan menawarkan
banyak menu pilihan makanan,
termasuk makanan yang ada di
burjo Moro Artos itu sendiri.
Menurut pengamatan penulis,
perbandingan antara Burjo Moro
Artos dengan teampat-tempat
makan lain di salatiga sangat
berbeda jauh. Misal dari segi harga
dan porsi, Burjo Moro Artos lebih
mahal, dan lebih sedikit porsinya
dari kebanyakan tempat makan atau
warung yang ada. Padahal dalam
teori harga, dalam bukunya Tri
Kunawangsih Pracoyo dan Antyo
Pracoyo (2006:32) Hubungan antara
harga barang dan jumlah barang
yang diminta adalah negatif. Bila
harga naik maka permintaan akan
turun dan sebaliknya bila harga
turun permintaan akan naik dengan
asumsi ceteris paribus. Moro Artos
tumbuh dan berkembang pesat di
salatiga yang lingkup kotanya
termasuk kecil. Perkembangan yang
dimaksud adalah bertambahnya
jumlah Moro Artos yang ada di
salatiga. Moro Artos yang berdiri di
Salatiga sekarang sudah mencapai
13 tempat, menurut penulis ini
adalah suatu prestasi yang tinggi
yang dicapai oleh Moro Artos
sebagai UKM. Moro Artos memiliki
konsumen yang konsisten dan
terbilang banyak, maksud dari
konsumen konsisten adalah
pelanggan tetap atau pembeli setia
di tempat makan Moro Artos yang
selalu datang di waktu-waktu
tertentu. Hasil dari wawancara
penulis dengan beberapa
narasumber dari Moro Artos adalah:
1. Semangat kerja,
mengapa semangat
kerja? Ternyata hanya
itu yang bisa memotivasi
mereka untuk bergerak
melawan tantangan
jaman yang sangat ketat
ini. Semangat kerja
membawanya untuk
lebih giat bekerja
melakukan pekerjaannya
dengan harapan akan
mendapatkan kehidupan
yang lebih baik. Banyak
dimilikinya, dari segi
ekonomi, pengetahun
dan sebagainya,
sehingga semangat kerja
yang memacu mereka
untuk tetap semangat
mengerjakan segala
pekerjaan dan usahanya
yang bisa dilakukan.
2. Kewirausahaan, penulis
disini menyimpulkan
dari berbagai pernyataan
dari beberapa
narasumber, bahwa
mereka memiliki jiwa
kewirausahaan. Sesuai
dengan
perkemabangannya dan
dapat kita lihat Moro
Artos sangat
berkembang. Semua itu
terbukti dari bertambah
banyaknya berdiri Moro
Artos di masyarakat.
Merekapun ingin selalu
memperluas wilayah
kerja, konsumen dan
keuntungan yang tinggi.
Dalam persaingan bisnis
yang semakin ketat di bidang usaha
makanan, ternyata UKM Moro
Artos di Salatiga dapat bersaing
mempertahankan dan
mengembangkan usahanya.
Sebenarnya apa yang menjadi ujung
tombak dan senjata dari Moro Artos
sehingga dapat berkemabang dan
bertumbuh, dan dapat dibilang
sukses dalam lingkup UKM. Untuk
itu karena keterbatasan penulis,
penulis tidak dimungkinkan untuk
meneliti semua strategi yang
dikerjakan oleh pihak Moro Artos.
Namun disini penulis akan melihat
pengaruh semangat kerja terhadap
jiwa kewirausahaan yang ada di
Moro Artos Salatiga.
Dari latar belakang rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah
Seberapa besar Pengaruh Semangat
Kerja Pemilik dan Pekerja terhadap
Kewirausahaan Moro Artos di
Salatiga?
2. KAJIAN TEORI
2.1. Kewirausahaan dan Wirausaha
Suryana (2008;2),
mengatakan Kewirausahaan
(entrepreneurship) adalah
dijadikan dasar, kiat, dan sumber
daya untuk mencari peluang sukses.
Suryana (2010:14) juga menyatakan
bahwa Entrepreuner merupakan
seorang yang memiliki kreativitas
suatu bisnis baru dengan berani
mengambil resiko dan ketidakpastian
yang bertujuan untuk mencapai laba
dan pertumbuhan usaha berdasarkan
identifikasi peluang dan mampu
mendayagunakan sumber-sumber,
serta memodali peluang ini. Eddy
Soeryanto (2009:4), mengemukakan
Entrepreneurship segala sesuatu
yang penting mengenai wirausaha,
yakni orang yang memiliki sifat
bekerja keras dan berkorban,
memusatkan segala daya dan berani
mengambil resiko dan memusatkan
gagasannya. Meredith (2005:14),
menyatakan bahwa wirausaha adalah
orang-orang yang memiliki
kemampuan melihat dan menilai
kesempatan usaha mengumpulkan
serta sumber daya yang dibutuhkan
guna mengambil keuntungan
daripadanya dan mengambil tindakan
yang tepat guna memastikan
kesuksesan. Berdasarkan bidang
ilmu, bagi ahli ekonomi seorang
entrepreuner adalah orang yang
mengkombinasikan resources,
tenaga kerja, material, dan peralatan
lainnya untuk meningkatkan nilai
yang lebih tinggi dari sebelumnya,
dan juga orang yang
memperkenalkan perubahan, inovasi,
dan perbaikan produksi lainnya. Bagi
seorang psikologi, bahwa seorang
wirausahamerupakan seseorang yang
memiliki dorongan kekuatan dari
dalam untuk memperoleh suatu
tujuan, suka mengadakan eksperimen
atau untuk menampilkan kebebasan
dirinya diluar kekuasaan orang lain
(Buchari alma, 2006: 31)
Dari segi karakteristik
prilaku, Wirausaha (entrepreneur)
adalah mereka yang mendirikan,
mengelola, mengembangkan, dan
melembagakan, perusahaan miliknya
sendiri. Wirausaha adalah mereka
yang dapat menciptakan kerja bagi
orang lain dengan berswadaya.
Definisi ini mengandung asumsi
bahwa setiap orang mempunyai
kemampuan normal, dapat menjadi
wirausaha asal mau dan memiliki
kesempatan untuk belajar dan
berusaha. (Pekerti 1997) dalam
melibatkan unsur pokok (1) peluang
dan, (2) kemampuan menanggapi
peluang, berdasarkan hal ini maka
definisi kewirausahaan adalah
“tanggapan terhadap peluang usaha
yang terungkap dalam seperangkat
tindakan serta membuahkan hasil
berupa organisasi usaha yang
melembaga, produktif, dan
inovatif”.
Dengan demikian,
kewirausahaan merupakan semangat,
prilaku, dan kemampuan untuk
memberikan tanggapan yang positif
terhadap peluang memperoleh
keuntungan untuk diri sendiri dan/
pelayanan yang lebih baik pada
pelanggan atau masyarakat; dengan
selalu berusaha mencari dan
melayani langganan lebih banyak
dan lebih baik, serta menciptakan
dan menyediakan produk yang lebih
bermanfaat dan menerapkan cara
kerja yang lebih efiseien, melalui
kebranian mengambil resiko,
kreativitas, dan inovasi, serta
kemampuan manajemen.
Meredith et al.. (2002),
mengemukakan nilai hakiki penting
dari wirausaha adalah sebagai
berikut:
1. Percaya diri (self
confidence)
Merupakan paduan
sikap dan keyakinan
seseorang dalam
menghadapi tugas atau
pekerjaan, yang bersifat
internal, sangat relatif dan
dinamis dan banyak
ditentukan oleh
kemampuannya untuk
memulai, melaksanakan dan
menyelesaikan suatu
pekerjaan. Kepercayaan diri
akan mempengaruhi gagasan,
karsa, inisiatif, kreativitas,
keberanian, ketekunan,
semangat kerja, kegairahan
berkarya. Kunci
keberhasilan dalam bisnis
adalah untuk memahami diri
sendiri. Oleh karena itu
wirausaha yang sukses
adalah wirausaha yang
mandiri dan percaya diri.
2. Berorientasi tugas dan
hasil
Seseorang yang selalu
mengutamakan tugas dan
selalu mengutamakan
nilai-nilai motif berprestasi,
berorientasi pada laba,
ketekunan dan kerja keras.
Dalam kewirausahaan
peluang hanya diperoleh
apabila ada inisiatif. Perilaku
inisiatif biasanya diperoleh
melalui pelatihan dan
pengalaman bertahun-tahun
dan pengembangannya
diperoleh dengan cara
disiplin diri, berpikir kritis,
tanggap, bergairah dan
semangat berprestasi.
3. Keberanian mengambil
risiko
Wirausaha adalah orang
yang lebih menyukai
usaha-usaha yang lebih menantang
untuk mencapai kesuksesan
atau kegagalan daripada
usaha yang kurang
menantang. Wirausaha
menghindari situasi risiko
yang rendah karena tidak ada
tantangan dan menjauhi
situasi risiko yang tinggi
karena ingin berhasil. Pada
situasi ini ada dua alternatif
yang harus dipilih yaitu
alternatif yang mengangung
risiko dan alternatif yang
konservatif. Pilihan
terhadap risiko tergantung
pada :
a. Daya tarik setiap
alternatif
b. Kesediaan untuk rugi
c. Kemungkinan relatif
untuk sukses atau gagal
4. Kepemimpinan
Seorang wirausaha harus
memiliki sifat
kepemimpinan, kepeloporan,
keteladanan. Ia selalu
menampilkan produk dan
jasa-jasa baru dan berbeda
sehingga ia menjadi pelopor
baik dalam proses produksi
maupun pemasaran. Dan
selalu memanfaatkan
perbedaan sebagai suatu
yang menambah nilai.
5. Berorientasi ke masa
depan
Wirausaha harus
memiliki perspektif dan
pandangan ke masa depan,
kuncinya adalah dengan
menciptakan sesuatu yang
baru dan berbeda dari yang
ada sekarang.
6. Keorisinilan : Kreativitas
dan Inovasi
Wirausaha yang inovatif
adalah orang yang memiliki
ciri-ciri :
a) Tidak pernah puas
dengan cara-cara
yang dilakukan saat
ini, meskipun cara
tersebut cukup baik
b) Selalu menuangkan
imajinasi dalaam
pekerjaannya
c) Selalu ingin tampil
berbeda atau selalu
memanfaatkan
perbedaan
2.2. Semangat Kerja
Menurut Nitisemito
(2002:160) yang menyatakan
bahwa semangat kerja adalah
Melakukan pekerjaan secara
lebih giat sehingga dengan
demikian pekerjaan dapat selesai
lebih cepat dan baik. Lebih
lanjut, dapat diartikan semangat
kerja sebagai suatu yang positif
dan sesuatu yang baik, sehingga
mampu memberikan sumbangan
terhadap pekerjaan dalam arti
lebih cepat dan lebih baik.
Menurut Nitisemito
(1992) dalam Darmawan (2007)
faktor-faktor yang dijadikan
untuk mengukur semangat kerja
adalah :
1. Absensi karena absensi
menunjukkan
ketidakhadiran karyawan
dalam tugasnya. Hal ini
termasuk waktu yang
hilang karena sakit,
kecelakaan, dan pergi
meninggalkan pekerjaan
karena alasan pribadi
tanpa diberi wewenang.
Yang tidak
diperhitungkan sebagai
absensi adalah
diberhentikan untuk
sementara, tidak ada
pekerjaan, cuti yang sah,
atau periode libur, dan
pemberhentian kerja.
2. Kerja sama dalam bentuk
tindakan kolektif
seseorang terhadap orang
lain. Kerjasama dapat
karyawan untuk bekerja
sama dengan rekan kerja
atau dengan atasan
mereka berdasarkan
untuk mencapai tujuan
bersama. Selain itu,
kerjasama dapat dilihat
dari kesediaan untuk
saling membantu di antara
rekan sekerja sehubungan
dengan tugas-tugasnya
dan terlihat keaktifan
dalam kegiatan
organisasi.
3. Kepuasan kerja sebagai
keadaan emosional yang
menyenangkan atau tidak
menyenangkan di mana
para karyawan
memandang pekerjaan
mereka.
4. Kedisiplinan sebagai
suatu sikap dan tingkah
laku yang sesuai
peraturan organasasi
dalam bentuk tertulis
maupun tidak. Dalam
prakteknya bila suatu
organisasi telah
mengupayakan sebagian
besar dari
peraturan-peraturan yang ditaati
oleh sebagian besar
karyawan, maka
kedisiplinan telah dapat
ditegakkan.
3. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode
kuantitatif, menurut Sugiyono
(2008:8) metode penelitian
kuantitatif diartikan sebagai metode
penelitian yang berlandaskan pada
filsafat positivisme, digunakan untuk
meneliti pada populasi atau sampel
tertentu, pengumpulan data
menggunakan instrumen penelitian,
analisis data bersifat
kuantitatif/statistik, dengan tujuan
untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan. Data yang dikumpulkan
dalam penelitian ini adalah jenis data
primer. Data yang diperoleh
kemudian diolah, ditafsirkan, dan
disimpulkan. Dalam penelitian ini
objek yang akan diteliti adalah
Pemilik dan Pekerja Moro Artos di
Salatiga.
Analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analisis
linier sederhana. Menurut Sugiyono
(2010 : 262), secara umum
persamaan regresi sederhana dapat
dirumuskan sebagai berikut :
’ = +
Keterangan :
’ = nilai yang diprediksikan
= konstanta atau bila harga X
= 0
= koefisien regresi
= nilai variabel independen
Sebelum analisis regresi liner
sederhana, diadakan uji validitas dan
reliabilitas pada kuesioner, setelah itu
Uji Normalitas yang digunakan untuk
mengetahui apakah populasi data
berdistribusi normal atau tidak. Uji
ini digunakan untuk mengukur data
berskala ordinal, interval, ataupun
rasio. Jika analisis menggunakan
metode parametrik, maka persyaratan
normalitas harus terpenuhi yaitu data
berasal dari distribusi yang normal.
Jika data tidak berdistribusi normal,
atau jumlah sampel sedikit dan jenis
data adalah nominal atau ordinal
maka metode yang digunakan adalah
statistik non parametrik. Dalam
pembahasan ini akan digunakan uji
One Sample Kolmogorov-Smirnov
dengan menggunakan taraf
signifikansi 0,05. Data dinyatakan
berdistribusi normal jika signifikansi
lebih besar dari 5% atau 0,05.
Kemudian baru analisis regresi
sederhana yang digunakan untuk
melakukan prediksi seberapa tinggi
nilai variabel dependen bila nilai
variabel independen dimanipulasi
(diubah-ubah). Analisis ini
digunakan untuk mencari pengaruh
antara dua variabel, yaitu variabel
Semangat Kerja Pemilik dan Pekerja
(X) terhadap Kewirausahaan (Y)
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Uji Normalitas
Hasil penghitungan
menghasikan bahwa variabel
semangat kerja diperoleh hasil 0,154,
dan kewirausahaan diperoleh hasil
sebesar 0,642. Dari semangat kerja
dan jiwa kewirausahaan dalam
penelitian ini berdistribusi normal
karena probabilitas lebih dari 0,05.
Hasil analisis regresi
konstanta sebesar 27,436 dan
koefisien regresi variabel
kewirausahaan sebesar 0,294. Hasil
analisis regresi tersebut berikutnya
dikonsultasikan dalam persamaan
regresi sederhana sebagai berikut :
’ = +
’ =27,436 + 0,294
Signifikansi koefisien regresi
dengan uji t yang diperoleh dengan
membandingkan nilai t hitung
dengan nilai t tabel. Nilai t hitung
regresi sederhana sebesar 3,043
dengan nilai probabilitas sebesar
0,005 setelah dibandingkan dengan
nilai t tabel sebesar 2.0452 dengan
nilai probabilitas signifikansi sebesar
0,05 menunjukkan bahwa H0 ditolak
dan H1 diterima, artinya koefisien
regresi adalah signifikan. Hasil uji
signifikansi menunjukkan bahwa
nilai t hitung lebih besar dari nilai t
tabel (3,043> 2,0452) dan diperoleh
nilai sig 0.005 lebih kecil atau sama
dengan nilai probabilitas (0.005 <
0.05).
4.2. Koefisien Diterminasi (R2)
Koefisien diterminasi
menyatakan prosentase total variasi
dari variabel dependen yang
dijelaskan oleh variabel independen
dalam model R berkisar antara 0
sampai 1. Apabila R mendekati 1 ini
menunjukan variasi variabel
dependen dapat dijelaskan dengan
variabel lain. Koefisien determinasi
digunakan untuk mengetahui
seberapa besar prosentase
sumbangan pengaruh variabel
independen secara serentak terhadap
variabel dependen. Jika nilai
koefisien determinasi mendekati 1,
maka dapat dikatakan semakin kuat
model tersebut dalam menerangkan
variasi variabel independen terhadap
variabel dependen. Sebaliknya jika
koefisien determinasi mendekati 0
maka semakin lemah variasi variabel
independen menerangkan variabel
dependen sangat terbatas. Hasil
penghitungan koefisien regresi
diproleh sebesar RSquare 0,255
adalah penguadratan dari koefisien
korelasi atau 0,505 X 0,505. Hal ini
menunjukan bahwa sebesar 25,5%
dijelaskan oleh Semangat kerja
Pemilik dan Pekerja. Sedangkan
sebesar 74,5% lainya dijelaskan oleh
variabel lain diluar model.
5. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasar hasil penelitian dan
pembahasan pada bab sebelumnya,
maka diperoleh kesimpulan bahwa
Semangat Kerja Pemilik dan Pekerja
di Moro Artos salatiga memiliki
pengaruh positif terhadap
Kewirausahaan. Hal tersebut
terbukti dengan besarnya persentase
Semangat Kerja Pemilik dan Pekerja
terhadap Kewirausahaan Moro
Artos di Salatiga sebesar 25,5%,
sedangkan sisanya 74,5%
dipengarui oleh faktor lain yang
tidak dibahas dalam penelitian ini.
Berdasarkan kesimpulan,
peneliti menyarankan kepada
pihak-pihak yang berkepentingan untuk
melakukan penelitian lanjutan
mengenai faktor-faktor yang diduga
diluar semangat kerja, karena
semangat kerja hanya 25,5%
pengaruhnya, dan barang kali
faktor-faktor lain seperti
peningkatan kualitas, seperti missal
motivasi berprestasi.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan
terimakasih kepada Arief Sadjiarto,
S.E, M.Pd selaku pembimbing dalam
penelitian dan penyusunan artikel
ilmiah ini serta semua pihak yang
ikut terlibat dan membantu dalam
DAFTAR PUSTAKA
Alma, Buchari. 2006. Kewirausahaan. Alfabeta. Bandung
---. 2010. Kewirusahaan untuk Mahasiswa dan Umum. Alfabeta. Bandung Arikunto, Suharsimi. 2002.
Prosedur Penelitian Suatu Pendektan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
Azwar, Saifuddin. 2002. Penyusunan Skala Psikologi. Pustaka Pelajar. Yogyakarta
Budiono. 2009. Regresi dan Korelasi Linier. UNS Press. Surakarta
Chasbiansari, Dyas. 2007. Kompetensi Sosial dan Kewirausahaan.
UNDIP. Semarang Darmawan, Didit. 2007.
Teori Motivasi. Metromedia Education. Surabaya
http://puslit2.petra.ac.i d/ejournal/index.php/jk w/article/download/168 09/16791 4 desember 2012
Eddy Soeryanto S. 2009. Entrepreneurship, Menjadi Pembisnis Ulung. Elex Media Komputindo. Jakarta Handrimurtjahyo, Dedy A.
2007. Faktor-faktor
penentu Pertumbuhan Usaha Industri Kecil. Jurnal. Universitas Atma. Yogyakarta
Korlefura, Criezta. 2010. Semangat Kerja Perempuan Lanjut Usia yang Masih Bekerja Di Pasar Kota Ambon Di Tinjau dari Tipe Kepribadian A dan B. Skripsi tidak di publikasikan. UKSW. Salatiga
Meredith, Geoffrey G. 2002. Kewirausahaan: Teori dan Praktek. PPM. Jakarta
Nawawi, Hadari. 2003. Manajemen Strategik Organisasi Non
Profit Bidang
Pemerintahan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta
Nata Wirawan. 2002. Cara Mudah Memahami Statistik2 (Statistik Inferensia) Untuk Ekonomi dan Bisnis. Keraras Emas. Denpasar
Nitisemito, Alex S. 2000. Manjemen Personalia. Edisi ke 3. Jakarta: Ghalia Indonesia
Mikro. Grasindo. Jakarta
Priastuti, Lucia. 2011. Sikap Kewirausahaan Siswa Program Keahlian Pemasaran Di SMK Negri 2 Temanggung. Skrisi tidak di Publikasikan. UKSW. Salatiga
Riduwan. 2009. Rumus dan Data dalam Analisis Statistika. Alfabeta. Bandung
Soegoto, Eddy Soeryanto.
2009 .
Entrepreneurship Menjadi Pembisnis Ulung. Elex Media Komputindo. Jakarta
Sugiono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung
---. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suryana. 2008.
Kewiarausahaan, Pedoman Praktis; Kiat dan Proses Menuju Sukses. Salemba Empat. Jakarta
Suryana, dkk. 2010. Kewirausahaan, Pendekatan
Karakteristik Wirausahawan
Sukses. Prenada Media Group. Jakarta Tohardi, Ahmad. 2002.
Pemahaman Praktis Manajemen Sumber Daya Manusia. Pontianak: Mandar Maju
Winarto, Paulus. 2004. First Step to been Entrepreneur. Jakarta : Elex Media Kompitundo
Zainun, Buchari. 1991. Administrasi Dan Manajemen
Kepegawaian
Pemerintah Negara Indonesia. Gunung Agung. Jakarta
http://translate.google.co m/translate?hl=en&sl=e n&tl=id&u=http%3A%2 F%2Fxa.yimg.com%2Fk q%2Fgroups%2F232342 74%2F165922132%2Fna me%2FKUESIONER-
Kompetensi-wirausaha.doctanggal 19 Februari 2013
http://ratihfress.blogspot.com
/2012/10/pengertian-