Pola Pemanfaatan Limbah Pelepah Sawit
Menjadi Pakan Ternak Ruminansia
Disusun oleh: Amatullah Mufidah
Elia Damayanti Satria Julier Manpaki
SMA NEGERI 1 BENGKULU SELATAN BAB I
PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang
Usaha peternakan sapi sebagaimana dikembangkan oleh PT Agricinal di Bengkulu, Merupakan alternatif usaha cow-calf operation dan dapat dijadikan model karena secara teknis, ekonomis, sosial dan lingkungan layak untuk dikembangkan (BADAN LITBANG dan PT AGRICINAL, 2003).
Pengembangan Sistem integrasi sapi dengan kelapa sawit (SISKA) untuk kawasan perkebunan lainnya dapat dimodifikasi dan disesuaikan dengan kondisi agroekologi, sosial ekonomi masyarakat serta peluang pengembangan dan pemasaran sapi. Integrasi usaha peternakan dengan tanaman perkebunan kelapa sawit memberikan dampak yang sangat besar, terutama dalam memperbaiki manajemen pengelolaan perkebunan kelapa sawit dan pengelolaan sapi yang efektif bagi peningkatan produktivitas.
Melalui SISKA suplai tandan buah segar (TBS) untuk pabrik kelapa sawit dan pakan ternak sapi dapat berkelanjutan, pendapatan pemanen meningkat serta terjadi efisiensi biaya perusahaan (BPTP BENGKULU, 2003). Disisi lain dengan adanya SISKA terbuka peluang pengembangan agribisnis ternak sapi.
pabrik secara optimal (SOENTORO dan AZMI, 2003). Sejauh ini usaha integrasi penerapannya masih terbatas di perusahaan besar swasta, padahal SISKA juga memiliki prospek untuk dikembangkan pada lahan perkebunan rakyat.
Bengkulu Selatan adalah salah satu kabupaten yang terletak di bagian selatan Provinsi Bengkulu. Sebagai gambaran hingga saat ini luas perkebunan di Kabupaten Bengkulu 94.940 hektare, terdiri dari perkebunan rakyat 72.440 hektare dan perkebunan besar swasta 22.500 hektare. Sedangkan jenis tanaman yang dikembangkan, karet, kopi, lada, sawit, dan berbagai jenis tanaman keras lainnya.
Luas wilayah Kabupaten Bengkulu Selatan 118.610 Ha terdiri dari kawasan hutan seluas 46.177,60 ha. (38,93%) dan lahan budidaya di luar kawasan hutan seluas 72.432,94 Ha (61,07%). Dari luas lahan budidaya tersebut penggunaan untuk latihan sawah seluas 11.026 Ha (9,30%), perkebunan seluas 22.245 Ha (18,75 %) dan penggunaan lainnya seluas 39.161,94 Ha ( 33,02%).
Selatan, banyak dijumpai perkebunan kelapa sawit baik milik perseorangan seperti Perkebunan Rakyat maupun proyek PTPN. Setiap kali panen, pelepah kelapa sawit yang sudah tidak berguna hanya dibakar dan dibuang. Padahal hewan ternak di daerah Bengkulu Selatan mengalami kekurangan pakan karena ketidaktersediaan pakan hijauan yang semakin sulit dicari ditambah lagi pakan konsentrat yang harganya cukup mahal bagi peternak kecil. Karena itu, banyak masyarakat yang membiarkan hewan peliharaannya untuk dilepas atau diliarkan. Padahal dengan dilepasnya hewan-hewan tersebut dapat menyebabkan berbagai kerugian karena banyak sapi turun kejalan-jalan, memakan sayuran ataupun tanaman lain milik warga serta kotoran yang mengganggu pemandangan.
1.2. Pembatasan masalah
Kami membatasi masalah tentang kandungan pelepah kelapa sawit serta pengolahannya menjadi pakan hijauan sebagai pakan ternak ruminansia.
1.3. Perumusan Permasalahan
Ternak di Bengkulu Selatan mengalami kekurangan pakan berupa hijauan. Seperti Rumput gajah yang semakin sulit dicari. Oleh karena itu diadakan penggantian pakan hijauan berupa salah satu dari limbah kelapa sawit yaitu pelepah kelapa sawit. Bagaimana cara pengolahan serta perbandingan kandungan nutrisinya dengan pakan hijauan “lama” berupa rumput ?
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan apakah pelepah kelapa sawit yang biasanya tidak berguna dan dapat dikatakan sebagai limbah perkebunan dapat menjadi pakan ternak ruminansia di daerah Bengkulu Selatan yang sekarang sedang mengalami krisis pakan karena ketidaktersediaan pangan.
Dalam metode penulisan ini, kami melakukan pengumpulan literature mulai dari buku-buku, browsing internet, serta melakukan wawancara kepada para petani sawit dan para peternak yang ada di Bengkulu Selatan ini.
1.6. Hipotesis Penelitian
Pelepah kelapa sawit sebagai limbah pabrik dapat menjadi pakan ternak pengganti hijauan yang semakin lama semakin sulit ditemukan.
1.7. Manfaat Penelitian
Memanfaatkan limbah pabrik yaitu pelepah kelapa sawit, sebagai
pengganti pakan hijauan pada ternak.
Dapat menemukan alternative pakan ternak hijauan untuk ternak
ruminansia.
Dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi di daerah Bengkulu
Selatan dari limbah kelapa sawit yaitu pelepah.
BAB II
PENGOLAHAN PELEPAH KELAPA SAWIT 2.1. Keadaan Ternak di Bengkulu Selatan
Ternak-ternak dipelihara untuk dimanfaatkan tenaga atau diambil hasilnya dengan cara mengembangbiakkannya sehingga dapat meningkatkan pendapatan para petani. Agar ternak peliharaan tumbuh sehat dan kuat, sangat diperlukan pemberian pakan. Pakan memiliki peranan penting bagi ternak, baik untuk pertumbuhan ternak muda maupun untuk mempertahankan hidup dan menghasilkan produk (susu, anak, daging) serta tenaga bagi ternak dewasa. Fungsi lain dari pakan adalah untuk memelihara daya tahan tubuh dan kesehatan. Agar ternak tumbuh sesuai dengan yang diharapkan, jenis pakan yang diberikan pada ternak harus bermutu baik dan dalam jumlah cukup. Pakan yang sering diberikan pada ternak kerja antara lain berupa: hijauan dan konsentrat (makanan penguat).
Hijauan segar adalah semua bahan pakan yang diberikan kepada ternak dalam bentuk segar, baik yang dipotong terlebih dahulu (oleh manusia) maupun yang tidak (disengut langsung oleh ternak). Hijauan segar umumnya terdiri atas daun-daunan yang berasal dari jenis rumput-rumputan, tanaman biji-bijian atau jenis kacang-kacangan. Beberapa hal-hal kunci yang perlu diperhatikan antara lain:
a. Rumput-rumputan.
Rumput-rumputan merupakan hijauan segar yang sangat disukai ternak, mudah diperoleh karena memiliki kemampuan tumbuh tinggi, terutama di daerah tropis meskipun sering dipotong atau disengut langsung oleh ternak sehingga menguntungkan para peternak atau pengelola ternak. Hijauan banyak mengandung karbohidrat dalam bentuk gula sederhana, Pati dan fruktosa yang sangat berperan dalam menghasilkan energi. Rumput Gajah (Pennisetum purpureum), rumput Benggala (Penicum maximum), rumput Setaria (Setaria sphacelata), rumput Brachiaria (Brachiaria decumbens), rumput Mexico (Euchlena mexicana) dan rumput lapangan yang tumbuh secara liar.
Ilustrasi Rumput Gajah
rumput gajah jumlahnya semakin sedikit. Padahal kebutuhan pakan ternaka akan hijauan seperti rumput gajah, meningkat.
b. Kacang-kacangan
lamtoro (Leucaena leucocephala), stylo (Sty-losantes guyanensis), centro (Centrocema pubescens), Pueraria phaseoloides, Calopogonium muconoides dan jenis kacang-kacangan lain. Namun di Bengkulu Selatan masih jarang peternak menggunakannya dikarenakan keterbatasan sumber daya.
c. Daun-daunan
daun nangka, daun pisang, daun turi, daun petai cina dll. Silase adalah hijauan pakan ternak yang disimpan dalam bentuk segar biasanya berasal dari tanaman sebangsa padi-padian dan rumput-rumputan. Jerami dan
hijauan kering
Termasuk kedalam kelompok ini adalah semua jenis jerami dan hijauan pakan ternak yang sudah dipotong dan dikeringkan. Kandungan serat kasarnya lebih dari 18% (jerami, hay dan kulit biji kacang-kacangan).
Hijauan makanan ternak (hmt) merupakan salah satu bahan makanan ternak yang sangat diperlukan dan besar manfaatnya bagi kehidupan dan kelangsungan populasi ternak. Oleh karenanya, hijauan makanan ternak sebagai salah satu bahan makanan merupakan dasar utama untuk mendukung terutama bagi peternak sapi yang setiap harinya membutuhkan cukup banyak hijauan..
Kebutuhan akan hijauan pakan akan semakin banyak sesuai dengan bertambahnya jumlah populasi ternak sapi yang dimiliki. Kendala utama di dalam penyediaan pakan hijauan adalah produksinya tidak dapat tetap sepanjang tahun. Pada saat musim penghujan, produksi hijauan makanan ternak akan melimpah, sebaliknya pada saat musim kemarau tingkat produsinya akan rendah, atau bahkan dapat berkurang sama sekali.
manajemen tanaman keras atau penggalakan cara pengelolaan penanaman rumput unggul. Dengan cara itu kekurangan akan hijauan pakan dapat diatasi, sehingga nantinya dapat mendukung pengembangan usaha ternak sapi yang akan dilakukan. Namun dalam budidaya pakan hijauan di Bengkulu Selatan ini cenderung tidak ada sama sekali. Kecuali para peternak bekerja sama dengan pemilik perkebunan sawit untuk mengelolanya. Tetapi itu akan mengalami kesulitan karena kurangnya tenaga kerja. Apalagi ternak di Bengkulu Selatan kebanyakan perorangan dan dikelola sendiri-sendiri. Usaha peternakannnya juga mayoritas masih dengan pola tradisional dan skala usaha sambilan. Hal ini disebabkan oleh besarnya investasi jika dilakukan secara besar dan modern, dengan skala usaha kecilpun akan mendapatkan keuntungan yang baik jika dilakukan dengan prinsip budidaya modern.
Konsentrat (pakan penguat)
Sumber tenaga : dedak, bekatul, tetes, onggok, ketela pohon, gaplek.Sumber protein : bungkil kelapa, kleci, bungkil kacang tanah, bungkil kedelai, bungkil biji kapuk.Konsentrat, atau pakan penguat dapat juga diLimbah industri : ampas tahu, onggok, bungkil kelapa dan bungkil biji kapuk
Peternak di Bengkulu selatan kebanyakan memakai ampas tahu sebagai kosentrat dikarenakan banyaknya bahan ini. Dan juga harganya yang relatif murah yaitu sekitar Rp.10.000 per-karung. Mereka banyak membelinya di pabrik pembuatan tahu yang berada tak jauh dari tempat mereka.
atas. Dikarenakan ketersediaan sumber daya dan harga yang tak terjangkau oleh para peternak kecil yang kebanyakan hanya sebagai usaha tambahan.
Menurut Bapak Milyan Yunir, salah satu pemelihara sapi di Gunung Mesir mengatakan bahwa banyak pemilik sapi di Gunung Mesir memberi makan ternaknya dengan rumput gajah dan rumput lapangan sebagai hijauan, ampas tahu, dan dedak. Namun, sekarang ketersediaan pakan hijauan berupa rumput gajah semakin sedikit karena jarang orang membudidayakannya. Itu membuat para pemilik sapi lebih memilih sapinya dilepas ke lapangan dan hanya memakan rumput liar. Akibatnya sapi-sapi peliharaan mereka kurus-kurus dan rentan terhadap penyakit.
Dinas Peternakan di Selali, kondisi sapinya sangat memprihatinkan. Sapi-sapinya kurus dan kurang pakan. Pak Yoyo, selaku pengurus sapi mengatakan bahwa pakan sapi-sapi cenderung berkurang karena keterbatasan dana. Kini, sapi-sapi itu diberi makan rumput gajah, rumput lapangan, ampas tahu, dan dedak. Namun saat ini ketersediaan rumput gajah semakin sedikit karena lahan sempit dan ketidaksediaan pakan dari pihak lain membuat pakan semakin sedikit.
Perkebunan
Kabupaten Bengkulu Selatan memiliki beragam tanaman pertanian (padi, jagung, kedelai, dan lain-lain) dan perkebunan (kelapa sawit, tebu, karet, kakao, teh, dan lain-lain).
Kelapa sawit sesuai ditanam di kawasan tanah yang gembur, tanah liat gembur dan tanah gambut (kurang dari satu meter dalam).Tanah gambut (lebih satu meter dalam), tanah masam dan tanah payau adalah tanah yang kurang sesuai bagi tanaman kelapa sawit. Meski begitu dengan pengurusan sistem pengairan dan pembajaan yang sempurna, jenis-jenis tanah ini boleh juga ditanami dengan kelapa sawit. Bengkulu selatan adalah tempat yang cocok untuk menanam kelapa sawit.
Luas areal (Ha ) pada tahun 2007 sebesar 11.420,00 Ha dan pada
tahun 2008 sebesar 11,695,75 HA .
Produksinya pada tahun 2007 sebesar 73,632 ton dan pada tahun
2008 sebesar 82,523 ton.
Produktivitas pada tahun 2007 sebesar 15,160 kg/ha dan pada tahun
2008 sebesar 14,379 kg/ha.
Jumlah petani pada tahun 2007 sebesar 6,173 dan pada tahun 2008
sebesar 7,240.
Daerah penghasil komoditi ini paling banyak adalah pino raya. TBMnya
pada tahun 2007 sebesar 1,652.00 dan pada tahun 2008 sebesar 957.50. TMnya pada tahun 2007 sebesar 2.557.00 dan pada tahun 2008 sebesar 3.251,950. Dan nyaris pada tahun 2007 dan 2008 ini tidak ada tanaman yang tidak menghasilkan atau TTMnya.
2.3. Kelapa Sawit
Ilustrasi Kebun kelapa sawit
Habitat aslinya adalah daerah semak belukar. Sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis (15° LU - 15° LS). Tanaman ini tumbuh sempurna di ketinggian 0-500 m dari permukaan laut dengan kelembaban 80-90%. Sawit membutuhkan iklim dengan curah hujan stabil, 2000-2500 mm setahun, yaitu daerah yang tidak tergenang air saat hujan dan tidak kekeringan saat kemarau. Pola curah hujan tahunan memperngaruhi perilaku pembungaan dan produksi buah sawit
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) termasuk ke dalam famili Palmae dan subkelas Monocotyledoneae. Spesies lain dari genus Elaeis adalah E. melanococca yang dikenal sebagai kelapa sawit Amerika Latin. Beberapa varietas unggul yang ditanam adalah : Dura, Pisifera dan Tenera. Morfologi
Morfologi kelapa sawit adalah sebagai berikut: 1.Akar
Akar berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah dan respirasi tanaman. Akar tanaman kelapa sawit tidak berbuku-buku, ujungnya runcing dan berwarna putih atau kekuningan. Tanaman kelapa sawit berakar serabut.
2.Batang
Batangnya tidak memiliki kambium dan umumnya tidak bercabang,, karena kelapa sawit adalah tumbuhan monokotil.Batang kelapa sawit berbentuk silinder dengan diameter sekitar 20–75 cm. Tinggi batang bertambah sekitar 45 cm per tahun. Dalam kondisi lingkungan yang sesuai pertambahan tinggi dapat mencapai 100 cm per tahun. Selain itu Batang berfungsi sebagai penyangga tajuk serta menyimpan dan mengangkut bahan makanan. pertumbuhan batan tergantung pada jenis tanaman,
kesuburan lahan dan iklim setempat.
3. Daun
muda. Daun muda yang masih kuncup berwarna kuning pucat. Daun-daun membentuk pelepah yang panjangnya mencapai lebih dari 7,5-9m. Jumlah anak daun di tiap pelepah berkisar anatar 250-400 helai.Penampilannya agak mirip dengan tanaman salak, hanya saja dengan duri yang tidak terlalu keras dan tajam. Batang tanaman diselimuti bekas pelepah hingga umur 12 tahun. Setelah umur 12 tahun pelepah yang mengering akan terlepas sehingga penampilan menjadi mirip dengan kelapa. Susunan daun kelapa sawit membentuk susunan daun majemuk. Susunan ini menyerupai susunan daun pada tanaman kelapa. Produksi pelepah daun selama satu tahun mencapai 20–30 pelepah. Pada tanah subur daun semakin membuka sehingga semakin efektif melakukan fungsinya sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis dan sebagai alat respirasi. Daun kelapa sawit yang sehat berwarna hijau tua. (Ir. Yan Fauzi, 2008)
Jumlah pelepah, panjang pelepah dan jumlah anak daun tergantung pada umur tanaman. Tanaman yang berumur tua, jumlah pelepah dan anak daun lebih banyak. Begitu pula pelepahnya akan lebih panjang dibandingkan dengan tanaman yang masih muda. Berat kering satu pelepah dapat mencapai 4,5 kg. Pada tanaman dewasa ditemukan sekitar 40-50 pelepah. Saat tanaman berumur sekitar 10-13 tahun dapat ditemukan daun yang luas permukaannya mencapai 10-15m2. luas permukaan daun akan berinteraksi
dengan tingkat produktivitas tanaman, semakin luas permukaan atau semakin banyak jumlah daun maka produksi akan meningkat karena proses fotosintesis akan berjalan dengan baik. Proses fotosintesis akan optimal jika luas permukaan daunnya mencapai 11m2. (Lubis, 1992).
4. Bunga
5.Buah
Bagian buah atau disebut juga dengan fructus. Buah terkumpul di dalam tandan. Dalam satu tandan terdapat sekitar 1.600 buah. Tanaman normal akan menghasilkan 20–22 tandan per tahun. Jumlah tandan buah pada tanaman tua sekitar 12–14 tandan per tahun. Berat setiap tandan sekitar 25–35 kg. Umumnya tanaman kelapa sawit yang tumbuh baik dan subur sudah dapat menghasilkan buah serta siap dipanen pertama pada umur sekitar 2,5 atau 3,5 tahun. Waktu yang diperlukan mulai dari
penyerbukan sampai buah matang dan siap panen kurang lebih 5-6 bulan. Warna buah tergantung varietas dan umurnya.
Varietas
Varietas yang banyak diusahakan umumnya merupakan varietas jenis Tenera (persilangan varietas jenis Dura dan Pisifera). Varietas ini mewarisi sifat-sifat unggul seperti inti kecil, cangkang tipis, daging buah tebal (60–90 % dari buah) serta kandungan minyak yang tinggi. Beberapa contoh varietas unggul kelapa sawit, yaitu:
1. Deli Dura x Pisifera Dolok Sinumbah 2. Deli Dura x Pisifera Bah Jambi
3. Deli Dura x Pisifera Marihat 4. Deli Dura x Pisifera lame 5. Deli Dura x Pisifera Yangabi 6. Deli Dura x Pisifera AVROS
kabupaten yang hasil perkebunannya sebagian besar kelapa sawit. Komoditi unggulan kelapa sawit menempati urutan pertama terluas yaitu 11.834 Ha.
Jika dilihat dari dari pemanfaatan lahan sawit merupakan komiditi yang paling dihandalkan sebagai peningkatan pendapatan masyarakat. Pola tanaman kelapa sawit dengan jarak tanam antar pohon 9 x 9 m dapat menampung 145 tanaman setiap hektar. Apabila panen, setiap batang rata-rata dipotong 3 pelapah sawit. Artinya per hektar.pelepah sawit yang dihasilkan per panen ; 145 x 3 = 435 dengan dalam setiap panennya memiliki jangka waktu 20 hari sekali.
Produk samping industri kelapa sawit yang tersedia dalam jumlah yang banyak dan belum dimanfaatkan secara optimal adalah pelepah daun, lumpur sawit, dan bungkil inti kelapa sawit (MOHAMED et al., 1986), khususnya sebagai bahan dasar ransum ternak ruminansia (JALALUDIN et al., 1991). Dengan pola integrasi ataupun diversifikasi tanaman dan ternak (khususnya ternak ruminansia) diharapkan dapat merupakan bagian integral dari usaha perkebunan. Oleh karena itu, pemanfaatan produk samping industri kelapa sawit (pelepah) pada wilayah perkebunan sebagai penadaan bahan pakan ternak, khususnya ruminansia diharapkan banyak memberikan nilai tambah, baik secara langsung maupun tidak langsung. Sebagaimana pada produk samping industri pertanian lainnya, tingginya kandungan serat kasar produk samping industri kelapa sawit, khususnya pelepah, daun, serat perasan, perlu diberi perlakukan khusus agar dapat dimanfaatkan secara optimal. Perlakuankan ini dapat dilakukan dengan ketersediaan teknologi, baik secara fisik, kimia, biologis maupun kombinasi diantaranya. Pendekatan dengan perlakukan kimia patut dipertimbangkan kembali sehubungan dengan isu lingkungan, biaya dan mudah tidaknya diterapkan di lapang.